b m 3 4 tujan pend ppt
MERUMUSKAN TUJUAN
PENDIDIKAN
MERUMUSKAN TUJUAN
DARI MANA DAN AKAN KE MANA
(WHERE ARE WE NOW & WHERE WE WANT TO GO)
Pengalaman negara maju
perencanaan pendidikan berkembang ketika usai
perang dunia, identifikasi kondisi (DARI MANA) dan
tujuan sbb:
- Kondisi akibat perang: kerusakan tatanan sosial,
sistem dan infrastruktur serta kekurangan tenaga
kerja, maka tujuan: perluasan pendidikan untuk
membantu rekons- truksi sosial, ekonomi dan
penciptaan tenaga kerja.
- Kondisi USA Th 1957 ketika tertinggal dari Uni Sovyet
Rusia telah berhasil meluncurkan Sputnik maka
tujuan pendidikan adalah inovasi
KONDISI DAN TUJUAN
PENDIDIKAN DI INDONESIA
KONDISI INDONESIA SAAT INI
- menurunnya rasa malu
- menurunnya disiplin
- mudah terjadi tawuran
- meingkatnya angka pengangguran
- pejabat korup;
- pelajar & mhs nyontek
- ekonomi tertinggal dari negara tetangga
TUJUAN PENDIDIKAN & KURIKULUM
Misal: Mengatasi masalah pengangguran
Menyiapkan siswa menjadi tenaga kerja di negara
lain (lulusan yang kompeten dan bersertifikat)
maka menerapkan Kurikulum CBT
Mengendalikan angka pertumbuhan penduduk
mk kurikulum ttg Pentingnya KB/Pengaturan
Kehamilan
Menciptakan calon wirausaha maka inti Kurikulum
adalah Kreativitas dan kewirausahaan
Mendidik siswa malu korupsi maka inti pendidkan.
Misal, melalui penurunan perilaku nyontek
Mengejar ketertinggalan ilmu & teknologi maka
inti Kurikulum Tematik
MERUMUSKAN TUJUAN
Apapun (proses dan sumber)
kegiatan yang kita lakukan menjadi
kurang ber-makna (bisa hanya
sekedar mengganti label seperti:
restrukturisasi, back to basics,
otonomi, pendidikan berbasis hasil
dsj) bila tujuan yang dirumuskan
tidak jelas (tidak jelas pula hasil yang
diharapkan dan cara mengukurnya
(Kaufman dkk, 2002:9).
Tujuan Pendidikan
Rumusan Tujuan Pendidikan bisa mengacu
pd:
Taxonomy Tujuan Pendidikan dari Bloom
(1956; Eds 1973), mencakup 3 domain sbb:
Cognitive; Affective; dan Psychomotor.
Taxonomy Bloom direvisi Dettmer (2006)
menjadi 5 domain: Cognitive; Affective;
Sensorymotor; Social dan Gabungannya.
Proses, isi, dan tujuan serta phase pd setiap
domain dapat dibaca pada frame 6 sbb.
Tingkatan pada Setiap Domain
(Dettmer, 2006)
Secara operasional, setiap Domain dapat
dirinci menjadi 8 Phase pencapaian.
8 Phase tersebut dapat dikelompokkan
menjadi tiga Tingkat Pencapaian, yaitu:
Tingkat Dasar (Baseline): 2 phase
Tingkat Pengembangan : 3 phase
Menghasilkan Turunan Baru ( Generative): 3
phase
Delapan Phase COGNITIVE
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Mengetahui
Menguasai
Menerapkan
Mengnalysis
Mengevaluasi
Mensintesa
Mengimaginasikan
Menciptakan (Create)
Delapan Phase AFFECTIVE
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Menerima/Mengakui
Menanggapi
Menilai (Value)
Mengorganisasikan
Menginternalisasikan
Menjadikan Karakter
Memikirkan yg baru (Wonder)
Menjadikan Aspirasi
Delapan Phase Sensorimotor
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Mengamati
Bereaksi
Bertindak
Mengadaptasi
Mewujudkan
Mengharmonisasikan
Melakukan Improvisasi
Melakukan Inovasi
Delapan Phase Sosial
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Menghubungkan
Mengkomunikasikan
Berpartisipasi
Melakukan Negosiasi
Melakukan Penyesuaian
Melakukan Kolaborasi
Melakukan Inisisasi
Mengkonversi
Delapan Phase Gabungan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Mengupayakan
Memahami
Menggunakan
Membedakan
Memvalidasi
Mengintegrasikan
Mengambil Manvaat (Venture)
Menghsilkan yang Baru
ALAT UKUR PENCAPAIAN
TUJUAN
Menggunakan TES TERTULIS
untuk yg bersifat pengetahuan
Menggunakan UJI PETIK UNJUK
KERJA
ANALYSIS PROJECT
ORIENTASI
PENCAPAIAN TUJUAN PENDIDIKAN
KEPENTINGAN SOSIAL
PENYEDIAAN TENAGA KERJA
KEPENTINGAN EKONOMI
Setiap pendekatan tersebut memiliki
keterbatasan, maka diterapkan
pendekatan GABUNGAN
ORIENTASI SOSIAL
Pendidikan berorientasi Sosial:
Didukung tokoh kemanusiaan/hak asasi,
pendidikan/psikologi, budaya, dan moral.
Paling ambisius dilihat dari luasnya cakupan
sehingga dinilai kurang jelas oleh tokoh
pendekatan ketenagaan dan ekonomi
Tujuan pendidikan sangat mendasar terkait
dengan “status manusia” sehingga tidak
mudah mencapai dan mengukurnya
Contoh Orientasi Sosial:
Kesamaan kesempatan Pendidikan bagi
semua anak tanpa memandang suku, warna
kulit, agama, jenis kelamin, kaya-miskin.
Biaya Wajib belajar ditanggung negara
Memperhatikan kehadiran siswa di sekolah,
penyebaran penduduk/angka partisipasi
(partisipation rate) sekolah
kurang mempersoalkan serapan kerja dan
biaya (cost)
PENDIDIKAN
BERORIENTASI PEKERJAAN
Keseimbangan suplai – permintaan tenaga kerja
Pertumbuhan ekonomi
Pertumbuhan teknologi dan industri
TANTANGAN:
Tidak mudah memprediksi teknologi industri di
hari esok
Sulit mengikuti apalagi mendahului/ prediksi
kebutuhan industri
Contoh Pendidikan Berorientasi
Pekerjaan
Pendidikan untuk Profesi yang memerlukan keahlian tertentu seperti: Dokter,
Lawyer, Guru, dst.
Pendidikan untuk menghasilakan Tenaga
TERAMPIL yang memerlukan pelatihan
seperti: Juru Gambar, Pengelas dls melalui
sekolah kejuruan (SMK)
KONSEKUENSI
Berbasis Kebutuhan Nyata
Kaji Ulang / Pembaharuan / Pergantian
Program Secara Periodik
Perlu Menjalin Kemitraan Dengan Industri
Proporsi Kegiatan Pelatihan Lebih Besar
Memerlukan alat tertentu dan bahan
banyak
Biaya mahal
TANTANGAN
Rentan Terhadap Perubahan Teknologi
Biaya Operasional Besar
Kurang Menarik Bagi Keluarga Ekonomi
Kuat
Perlu Kemauan Politik Pemerintah Untuk
Penjamin Biaya Operasional
GURU/INSTRUKTUR
Memiliki Kompetensi Sejenis
Memerlukan Pelatihan Khusus Dan Pelatihan
Ulang Periodik
Lebih Baik Bila Memiliki Pengalaman Kerja
Di Industri (Bukan Sekedar Pernah Melihat
Orang Bekerja)
Rasio Guru : Siswa Kecil
FASILITAS
Alat Utama:
Sejenis dg yang digunakan di tempat kerja
Untuk Hands On Activities
Satu Anak Satu Tempat Latihan (Work
Station)
Bahan Praktek Dan Alat Bantu Habis Pakai
Gedung Lebih Luas
TAHAP PENYUSUNAN PROGRAM
1. Survey Lapangan: Jenis & Volume Pekerjaan
2. Mempelajari/Menyusun Deskripsi Pekerjaan
3. Merinci Deskripsi Kegiatan Menjadi Butirbutir Latihan
4. Menetapkan Jangka Waktu Per Butir Latihan
5. Tes Unjuk Kerja Dan Uji Kompetensi
PEND. BEROIRENTASI EKONOMI
Mengacu pada nilai balik (rate of return) atau
untung rugi negara dan pribadi/peserta didik
Menghitung pendapatan dan kesempatan kerja
yang hilang karena pergi sekolah
Perluasan pendidikan dikaitkan dengan
kemampuan ekonomi negara
KETERBATASAN
Kurang memperhatikan kerugian/dampak sosial
bila anak tidak sekolah
PENDEKATAN GABUNGAN (lanjutan
Wajib belajar
Pendidikan dasar
(SD – SMP)
SD - SLTA
Penerapan CBT secara fleksibel (on-off)
Menaikan proporsi SMK
Biaya pelatihan ditanggung oleh :
Pengguna pendidikan
Industri
Pemerintah
Pembayar pajak
Contoh PENDEKATAN GABUNGAN
Mencoba memaksimalkan kelebihan dan
meminimalkan setiap pendekatan.
Meningkatakan APK (SD; SMP; SLTA)
Wajib belajar pend. dasar (SD – SMP)
Sekolah Tertentu ingin:
- menjuarai olimpiade ...
- memperoleh Hak Paten sebanyak ...
- mencapai peringkat ... di level ... dst
Sekolah tertentu kekurangan siswa
Contoh Kasus pada SD “X”
Selama 10 tahun terakhir, jumlah murid baru
(kelas 1) hanya 7 – 10 siswa dari standar 28
siswa/kelas (total terdaftar pd satu sekolah
hanya 46 dari standar 168 siswa/sekolah)
Selama 5 tahun terakhir, Anak usia 6 – 7 th
pada radius 1 km hanya ada 8 – 10 .
Namun, Rerata Nilai rapor ... dan UN hanya ...
pada hal syarat masuk SMP terdekat, rerata
nilai rapor dan UN adalah ... & ...
Tugas Kelompok: Diskusikan
Berdasarkan tugas I, Rumuskan Tujuan/
Perubahan yang Anda ajukan untuk
perbaikan sekolah dengan menggunakan
konsep yang sudah dibahas di muka.
TERIMAKASIH
PENDIDIKAN
MERUMUSKAN TUJUAN
DARI MANA DAN AKAN KE MANA
(WHERE ARE WE NOW & WHERE WE WANT TO GO)
Pengalaman negara maju
perencanaan pendidikan berkembang ketika usai
perang dunia, identifikasi kondisi (DARI MANA) dan
tujuan sbb:
- Kondisi akibat perang: kerusakan tatanan sosial,
sistem dan infrastruktur serta kekurangan tenaga
kerja, maka tujuan: perluasan pendidikan untuk
membantu rekons- truksi sosial, ekonomi dan
penciptaan tenaga kerja.
- Kondisi USA Th 1957 ketika tertinggal dari Uni Sovyet
Rusia telah berhasil meluncurkan Sputnik maka
tujuan pendidikan adalah inovasi
KONDISI DAN TUJUAN
PENDIDIKAN DI INDONESIA
KONDISI INDONESIA SAAT INI
- menurunnya rasa malu
- menurunnya disiplin
- mudah terjadi tawuran
- meingkatnya angka pengangguran
- pejabat korup;
- pelajar & mhs nyontek
- ekonomi tertinggal dari negara tetangga
TUJUAN PENDIDIKAN & KURIKULUM
Misal: Mengatasi masalah pengangguran
Menyiapkan siswa menjadi tenaga kerja di negara
lain (lulusan yang kompeten dan bersertifikat)
maka menerapkan Kurikulum CBT
Mengendalikan angka pertumbuhan penduduk
mk kurikulum ttg Pentingnya KB/Pengaturan
Kehamilan
Menciptakan calon wirausaha maka inti Kurikulum
adalah Kreativitas dan kewirausahaan
Mendidik siswa malu korupsi maka inti pendidkan.
Misal, melalui penurunan perilaku nyontek
Mengejar ketertinggalan ilmu & teknologi maka
inti Kurikulum Tematik
MERUMUSKAN TUJUAN
Apapun (proses dan sumber)
kegiatan yang kita lakukan menjadi
kurang ber-makna (bisa hanya
sekedar mengganti label seperti:
restrukturisasi, back to basics,
otonomi, pendidikan berbasis hasil
dsj) bila tujuan yang dirumuskan
tidak jelas (tidak jelas pula hasil yang
diharapkan dan cara mengukurnya
(Kaufman dkk, 2002:9).
Tujuan Pendidikan
Rumusan Tujuan Pendidikan bisa mengacu
pd:
Taxonomy Tujuan Pendidikan dari Bloom
(1956; Eds 1973), mencakup 3 domain sbb:
Cognitive; Affective; dan Psychomotor.
Taxonomy Bloom direvisi Dettmer (2006)
menjadi 5 domain: Cognitive; Affective;
Sensorymotor; Social dan Gabungannya.
Proses, isi, dan tujuan serta phase pd setiap
domain dapat dibaca pada frame 6 sbb.
Tingkatan pada Setiap Domain
(Dettmer, 2006)
Secara operasional, setiap Domain dapat
dirinci menjadi 8 Phase pencapaian.
8 Phase tersebut dapat dikelompokkan
menjadi tiga Tingkat Pencapaian, yaitu:
Tingkat Dasar (Baseline): 2 phase
Tingkat Pengembangan : 3 phase
Menghasilkan Turunan Baru ( Generative): 3
phase
Delapan Phase COGNITIVE
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Mengetahui
Menguasai
Menerapkan
Mengnalysis
Mengevaluasi
Mensintesa
Mengimaginasikan
Menciptakan (Create)
Delapan Phase AFFECTIVE
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Menerima/Mengakui
Menanggapi
Menilai (Value)
Mengorganisasikan
Menginternalisasikan
Menjadikan Karakter
Memikirkan yg baru (Wonder)
Menjadikan Aspirasi
Delapan Phase Sensorimotor
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Mengamati
Bereaksi
Bertindak
Mengadaptasi
Mewujudkan
Mengharmonisasikan
Melakukan Improvisasi
Melakukan Inovasi
Delapan Phase Sosial
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Menghubungkan
Mengkomunikasikan
Berpartisipasi
Melakukan Negosiasi
Melakukan Penyesuaian
Melakukan Kolaborasi
Melakukan Inisisasi
Mengkonversi
Delapan Phase Gabungan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Mengupayakan
Memahami
Menggunakan
Membedakan
Memvalidasi
Mengintegrasikan
Mengambil Manvaat (Venture)
Menghsilkan yang Baru
ALAT UKUR PENCAPAIAN
TUJUAN
Menggunakan TES TERTULIS
untuk yg bersifat pengetahuan
Menggunakan UJI PETIK UNJUK
KERJA
ANALYSIS PROJECT
ORIENTASI
PENCAPAIAN TUJUAN PENDIDIKAN
KEPENTINGAN SOSIAL
PENYEDIAAN TENAGA KERJA
KEPENTINGAN EKONOMI
Setiap pendekatan tersebut memiliki
keterbatasan, maka diterapkan
pendekatan GABUNGAN
ORIENTASI SOSIAL
Pendidikan berorientasi Sosial:
Didukung tokoh kemanusiaan/hak asasi,
pendidikan/psikologi, budaya, dan moral.
Paling ambisius dilihat dari luasnya cakupan
sehingga dinilai kurang jelas oleh tokoh
pendekatan ketenagaan dan ekonomi
Tujuan pendidikan sangat mendasar terkait
dengan “status manusia” sehingga tidak
mudah mencapai dan mengukurnya
Contoh Orientasi Sosial:
Kesamaan kesempatan Pendidikan bagi
semua anak tanpa memandang suku, warna
kulit, agama, jenis kelamin, kaya-miskin.
Biaya Wajib belajar ditanggung negara
Memperhatikan kehadiran siswa di sekolah,
penyebaran penduduk/angka partisipasi
(partisipation rate) sekolah
kurang mempersoalkan serapan kerja dan
biaya (cost)
PENDIDIKAN
BERORIENTASI PEKERJAAN
Keseimbangan suplai – permintaan tenaga kerja
Pertumbuhan ekonomi
Pertumbuhan teknologi dan industri
TANTANGAN:
Tidak mudah memprediksi teknologi industri di
hari esok
Sulit mengikuti apalagi mendahului/ prediksi
kebutuhan industri
Contoh Pendidikan Berorientasi
Pekerjaan
Pendidikan untuk Profesi yang memerlukan keahlian tertentu seperti: Dokter,
Lawyer, Guru, dst.
Pendidikan untuk menghasilakan Tenaga
TERAMPIL yang memerlukan pelatihan
seperti: Juru Gambar, Pengelas dls melalui
sekolah kejuruan (SMK)
KONSEKUENSI
Berbasis Kebutuhan Nyata
Kaji Ulang / Pembaharuan / Pergantian
Program Secara Periodik
Perlu Menjalin Kemitraan Dengan Industri
Proporsi Kegiatan Pelatihan Lebih Besar
Memerlukan alat tertentu dan bahan
banyak
Biaya mahal
TANTANGAN
Rentan Terhadap Perubahan Teknologi
Biaya Operasional Besar
Kurang Menarik Bagi Keluarga Ekonomi
Kuat
Perlu Kemauan Politik Pemerintah Untuk
Penjamin Biaya Operasional
GURU/INSTRUKTUR
Memiliki Kompetensi Sejenis
Memerlukan Pelatihan Khusus Dan Pelatihan
Ulang Periodik
Lebih Baik Bila Memiliki Pengalaman Kerja
Di Industri (Bukan Sekedar Pernah Melihat
Orang Bekerja)
Rasio Guru : Siswa Kecil
FASILITAS
Alat Utama:
Sejenis dg yang digunakan di tempat kerja
Untuk Hands On Activities
Satu Anak Satu Tempat Latihan (Work
Station)
Bahan Praktek Dan Alat Bantu Habis Pakai
Gedung Lebih Luas
TAHAP PENYUSUNAN PROGRAM
1. Survey Lapangan: Jenis & Volume Pekerjaan
2. Mempelajari/Menyusun Deskripsi Pekerjaan
3. Merinci Deskripsi Kegiatan Menjadi Butirbutir Latihan
4. Menetapkan Jangka Waktu Per Butir Latihan
5. Tes Unjuk Kerja Dan Uji Kompetensi
PEND. BEROIRENTASI EKONOMI
Mengacu pada nilai balik (rate of return) atau
untung rugi negara dan pribadi/peserta didik
Menghitung pendapatan dan kesempatan kerja
yang hilang karena pergi sekolah
Perluasan pendidikan dikaitkan dengan
kemampuan ekonomi negara
KETERBATASAN
Kurang memperhatikan kerugian/dampak sosial
bila anak tidak sekolah
PENDEKATAN GABUNGAN (lanjutan
Wajib belajar
Pendidikan dasar
(SD – SMP)
SD - SLTA
Penerapan CBT secara fleksibel (on-off)
Menaikan proporsi SMK
Biaya pelatihan ditanggung oleh :
Pengguna pendidikan
Industri
Pemerintah
Pembayar pajak
Contoh PENDEKATAN GABUNGAN
Mencoba memaksimalkan kelebihan dan
meminimalkan setiap pendekatan.
Meningkatakan APK (SD; SMP; SLTA)
Wajib belajar pend. dasar (SD – SMP)
Sekolah Tertentu ingin:
- menjuarai olimpiade ...
- memperoleh Hak Paten sebanyak ...
- mencapai peringkat ... di level ... dst
Sekolah tertentu kekurangan siswa
Contoh Kasus pada SD “X”
Selama 10 tahun terakhir, jumlah murid baru
(kelas 1) hanya 7 – 10 siswa dari standar 28
siswa/kelas (total terdaftar pd satu sekolah
hanya 46 dari standar 168 siswa/sekolah)
Selama 5 tahun terakhir, Anak usia 6 – 7 th
pada radius 1 km hanya ada 8 – 10 .
Namun, Rerata Nilai rapor ... dan UN hanya ...
pada hal syarat masuk SMP terdekat, rerata
nilai rapor dan UN adalah ... & ...
Tugas Kelompok: Diskusikan
Berdasarkan tugas I, Rumuskan Tujuan/
Perubahan yang Anda ajukan untuk
perbaikan sekolah dengan menggunakan
konsep yang sudah dibahas di muka.
TERIMAKASIH