1 PENGARUH LATAR BELAKANG PENDIDIKAN KEPALA DAERAH, PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM, DANA ALOKASI KHUSUS TERHADAP KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH DI SUMATERA
PENGARUH LATAR BELAKANG PENDIDIKAN KEPALA DAERAH, PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM, DANA ALOKASI KHUSUS TERHADAP KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH DI SUMATERA ARTIKEL
Oleh:
FITRIANA AYU 0910018212171
PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS BUNG HATTA
PENGARUH LATAR BELAKANG PENDIDIKAN KEPALA DAERAH, PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM, DANA ALOKASI KHUSUS TERHADAP KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH DI SUMATERA ARTIKEL
Oleh:
FITRIANA AYU
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Zaitul, SE., MBA, Ak. Yunilma, SE, M.Si., Ak.
Pengaruh Latar Belakang Pendidikan Kepala Daerah, Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus Terhadap Kemandirian Keuangan Daerah Di Sumatera
Fitriana Ayu Program Magister Sains Manajemen, Pascasarjana Universitas Bung Hatta
Fitrianaayu567@gmail.com
ABSTRAK
Keuangan pemerintah daerah otonomi telah menjadi isu strategis di Indonesia. Oleh karena itu, studi tentang keuangan pemerintah daerah otonomi merupakan aspek penting dari manajemen keuangan publik. Lebih jauh lagi, penelitian ini bertujuan untuk menentukan apakah fokus dari variabel mempengaruhi otonomi ini. Beberapa variabel keuangan dan pemimpin adalah karakteristik dari pemerintah daerah. Diterapkan untuk melihat apakah variabel ini berpengaruh kepada kemandirian keuangan daerah, dengan menggunakan 110 pemerintah daerah di pulau Sumatera. Studi ini menemukan bahwa latar belakang pendidikan kepala daerah tidak mempengaruhi tingkat kemandirian keuangan daerah, pendapatan asli daerah memiliki dampak yang signifikan pada kemandirian keuangan daerah, dana alokasi umum tidak mempengaruhi kemandirian keuangan daerah, dana alokasi khusus mampu mempengaruhi secara signifikan kemandirian keuangan daerah.
Kata Kunci: Latar belakang pendidikan, PAD, DAU, DAK, Kemandirian Keuangan Daerah
ABSTRACT
The financial autonomy of local government has been becoming an strategic issue in Indonesia. Therefore, study on financial autonomy of local government is an important aspect of public financial management. Farther,this study aims to determine what variable focus affecting that kind of autonomy. Several financial variable and leaders is characteristic local government applied to see wherethere these variable effect on financial autonomy, by using 110 local government in Sumatera island. The study found that the educational background leader does not affect the level of local self finance, local revenues have a significant impact on the local self finance, general allocation funds do not affect on the local self finance, but the special allocation fund is able to affect significantly on the local self finance.
Keywords: educational background leaders, local original revenue, general allocation funds, special allocation funds, local self finance
dirubah menjadi Undang-Undang Nomor 32 Indonesia memasuki masa otonomi tahun 2004). Dalam UU No. 32 tahun 2004 daerah dengan diterapkannya Undang- dijelaskan bahwa otonomi menggunakan Undang Nomor 22 tahun 1999 (kemudian
1. PENDAHULUAN
prinsip otonomi daerah seluas-luasnya, prinsip otonomi daerah seluas-luasnya,
pendapatan yang sah, dan pinjaman daerah. diluar urusan pemerintah pusat yang
PAD merupakan pendapatan daerah yang diterapkan dalam undang-undang serta
bersumber dari hasil pajak daerah, hasil dilaksanakan dengan prinsip otonomi yang
retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan nyata dan bertanggung jawab. Prinsip
daerah yang dipisahkan, dan lain-lain otonomi yang nyata adalah suatu prinsip
pendapatan asli daerah yang sah. PAD yang
bertujuan untuk memberikan keleluasaan pemerintahan dilaksanakan berdasarkan
kepada daerah dalam mengoptimalkan tugas, wewenang, dan kewajiban yang
potensi pendanaan daerah sendiri dalam senyatanya telah ada dan berpotensi untuk
pelaksanaan otonomi daerah sebagai tumbuh dan berkembang sesuai dengan
perwujudan asas desentralisasi. potensi dan kekhasan daerah demi
perimbangan merupakan terwujudnya kemandirian keuangan daerah.
Dana
pendanaan daerah yang bersumber dari Kemandirian
APBN yang terdiri atas Dana Alokasi Umum menunjukkan
keuangan
daerah
kemampuan Pemerintah (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), dan Daerah dalam membiayai sendiri kegiatan
Dana Bagi Hasil (DBH).Dana perimbangan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan
selain dimaksudkan untuk membantu daerah kepada masyarakat yang telah membayar
dalam mendanai kewenangannya, juga pajak dan retribusi sebagai sumber
bertujuan untuk mengurangi ketimpangan pendapatan yang diperlukan
daerah. sumber pendanaan pemerintahan antara Kemandirian
ini pusat dan daerah serta mengurangi merupakan salah satu tujuan dari otonomi
keuangan
daerah
kesenjangan pendanaan pemerintahan antar daerah. Dengan adanya otonomi daerah
daerah.
diharapkan masing-masing daerah mampu Implilasi dari pemberian kewenangan memenuhi kebutuhan daerahnya masing- otonomi ini menuntut daerah untuk masing. Begitupun dengan keuangan melaksanakan
pembangunan disegala daerahnya, dengan adanya otonomi daerah
bidang, terutama untuk pembangunan sarana diharapkan masing-masing daerah dapat
dan prasarana publik (public service). mencapai suatu kemandirian daerah.
Pembangunan tersebut diharapkan dapat Sumber-sumber
dilaksanakan secara mandiri oleh daerah pemerintah daerah yang dikelola dalam
pendanaan
baik dari sisi perencanaan, pembangunan APBD terdiri atas Pendapatan Asli Daerah
serta pembiayaannya. Salah satu alat untuk serta pembiayaannya. Salah satu alat untuk
daerah itu akan baik juga. dengan melaksanakan analisis rasio terhadap
Hal tersebut senada dengan penelitian APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja
Indi syaukan (2012) yang mengindikasi Daerah) yang telah ditetapkan dan
bahwa rasio efektifitas PAD dan rasio Dana dilaksanakannya. Hasil analisis rasio
Perimbangan berpengaruh terhadap tingkat keuangan ini selanjutnya digunakan untuk
kemandirian keuangan daerah pada daerah tolak ukur dalam : (1) menilai keuangan
otonom baru di Indonesia. daerah dalam membiayai penyelenggaraan
beberapa penjelasan penelitian otonomi daerah; (2) mengukur efektivitas
Dari
diatas,penulis tertarik untuk mencoba dan
meneliti secara mendalam tentang seberapa pendapatan daerah; (3) mengukur sejauh
efisiensi dalam
merealisasikan
besarkah pengaruh latar belakang pendidikan mana aktivitas pemerintah daerah dalam
kepala daerah,pendapatan asli daerah,dana membelanjakan pendapatan daerahnya; (4)
alokasi umum dan dana alokasi khusus mengukur kontribusi masing-masing sumber
terhadap kemandirian keuangan suatu daerah pendapatan dalam pembentukan pendapatan
di Sumatera periode 2008-2010. Tujuan daerah; (5) Melihat pertumbuhan atau
penelitian ini adalah untuk mengetahui perkembangan
perolehan pendapatan bagaimana latar belakang pendidikan kepala pengeluaran yang dilakukan selama periode
daerah, pendapatan asli daerah, dana alokasi waktu tertentu (Mardiasmo, 2002).
umum dan dana alokasi khusus secara Penelitian
simultan dan parsial berpengaruh terhadap mengenai kemandirian keuangan daerah ini
sejenis
sebelumnya
kemandirian keuangan daerah di Sumatera. telah pernah dilakukan oleh beberapa
Adapun batasan dari objek penelitian ini peneliti, diantaranya Dogariu (2010) dan
adalah (1) rasio yang digunakan dalam Indi (2012). Dogariu (2010) meneliti tingkat
pengukuran kemandirian keuangan daerah kemandirian pemerintah daerah di Rumania,
kemandirian,rasio bahwa rasio efisiensi, fair, dan konsisten
adalah
rasio
pertumbuhan,rasio DAU dan rasio DAK; (2) mempengaruhi
objek penelitian adalah kabupaten dan kota keuangan daerah, dimana hasil penelitiannya
tingkat
kemandirian
yang ada di pulau Sumatera dari tahun 2008- terbukti bahwa rasio efisiensi, fair dan
konsisten mempengaruhi
tingkat
kemandirian keuangan daerah. Jadi apabila
setiap departemen di suatu daerah
2. LANDASAN TEORI dan Hipotesis
daerah apakah dapat menjalankan tugasnya
2.1 Kemandirian keuangan daerah
dengan baik atau tidak. Kemandirian Pemberian
daerah keuangan daerah juga menggambarkan diharapkan dapat meningkatkan efesiensi,
otonomi
ketergantungan daerah terhadap sumber dana efektivitas, dan akuntabilitas sektor publik di
eksternal.
Indonesia. Dengan otonomi, daerah dituntut Dalam mengukur tingkat kemandirian untuk mencari alternatif sumber pembiayaan
keuangan daerah, menurut Asha (2008) pembangunan tanpa mengurangi harapan
membandingkan PAD dengan kinerja masih adanya bantuan dan bagian (sharing)
keuangan pemerintah kabupaten dan kota di dari Pemerintah Pusat dan menggunakan
Propinsi Sumatera Utara. Rasio kemandirian dana publik sesuai dengan prioritas dan
menggambarkan ketergantungan daerah aspirasi masyarakat. Dengan kondisi seperti
terhadap sumber dana eksternal. Semakin ini, peranan investasi swasta dan perusahaan
tinggi rasio kemandirian mengandung arti milik daerah sangat diharapkan sebagai
bahwa tingkat ketergantungan daerah pemacu
terhadap bantuan pihak eksternal (terutama pembangunan ekonomi daerah (engine of
pemerintah pusat dan provinsi) semakin growth ).Daerah juga diharapkan mampu
rendah, dan demikian juga sebaliknya.Rasio menarik
investor untuk mendorong kemandirian juga menggambarkan tingkat pertumbuhan
serta partisipasi masyarakat dalam pembangunan menimbulkan efek multipler yang besar.
ekonomi
daerah
daerah.Semakin tinggi rasio kemandirian, Salah satu analisis rasio pada
semakin tinggi partisipasi masyarakat dalam sektor publik khususnya APBD menurut
membayar pajak dan retribusi daerah yang Halim (2007) adalah rasio kemandirian
merupakan komponen PAD. Semakin tinggi keuangan daerah.Kemandirian keuangan
masyarakat membayar pajak dan retribusi daerah
akan menggambarkan tingkat kesejahteraan kemampuan pemerintah daerah dalam
masyarakat yang semakin tinggi. membiayai sendiri kegiatan pemerintahan,
Secara konsepsional, pola hubungan pembangunan dan pelayanan kepada
antara pemerintah pusat dengan pemerintah masyarakat yang telah membayar pajak dan
daerah, harus dilakukan dengan kemampuan retribusi sebagai sumber pendapatan yang
daerah dalam membiayai pelaksanaan diperlukan
pemerintahan dan pembangunan, walaupun kemandirian
daerah.Adapun
tujuan
ini pengukuran kemampuan keuangan daerah mencerminkan suatu bentuk pemerintahan
keuangan
daerah
ini akan menimbulkan perbedaan. Ada ini akan menimbulkan perbedaan. Ada
penting yang dimiliki pemerintah daerah. dalam pelaksanaan otonomi daerah, terutama
telah memiliki perangkat pelaksanaan Undang-Undang Nomor 25
Meskipun
teknologi yang canggih suatu daerah tidak tahun 1999 yang telah diubah menjadi
akan menjadi lebih berdaya guna juga tidak Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004
manusia. Untuk tentang “Perimbangan Keuangan Antara
digerakkan
oleh
meningkatkan kemampuan seseorang dalam Pemerintah Pusat dan Daerah” (Halim,
organisasi atau 2007), antara lain:
memimpin
suatu
pemerintahan perlu adanya pendidikan
a. Pola hubungan instruktif, peranan formal agar seorang pimpinan daerah pemerintah pusat lebih dominan dari
tersebut dapat menjadi sumber daya manusia pada kemandirian pemerintah daerah.
yang berkualitas, dan memiliki kompetensi (daerah tidak mampu melaksanakan
yang diperlukan dalam mengelola keuangan otonomi);
daerah demi terwujudnya kemandirian
b. Pola hubungan konsultatif, campur
keuangan daerah.
tangan pemerintah pusat sudah mulai Dalam pasal 156 ayat 1 UU No.32 berkurang, karena dianggap sedikit lebih
tahun 2004 menyatakan bahwa kepala mampu melaksanakan otonomi;
daerah adalah
pemegang kekuasaan
c. Pola hubungan partisipasi, peranan pengelolaan keuangan daerah untuk itulah pemerintah pusat semakin berkurang
perlu kecakapan yang tinggi bagi pimpinan mengingat daerah yang bersangkutan
daerah agar pengelolaan dan pengalokasian tingkat
keuangan daerah dapat dilakukan secara mampu melaksanakan urusan otonomi
kemandiriannya
mendekati
efektif dan efisien guna mencapai tujuan- daerah;
tujuan pembangunan daerah.
d. Pola hubungan delegatif, campur tangan Pimpinan daerah memegang peranan pemerintah pusat sudah tidak ada karena
yang sangat strategis dalam megelola dan daerah telah benar-benar mampu mandiri
memajukan daerah yang dipimpinnya. dalam melaksanakan urusan otonomi
Perencanaan yang strategis sangat vital, daerah.
karena disanalah akan terlihat sangat jelas peran
kepala
daerah dalam
2.2 Latar belakang pendidikan
mengkoordinasikan semua unit kerjanya. Kepala daerah dalam hal ini
Berapapun besarnya potensi suatu daerah, Bupati/Walikota sebagai sumber daya
tidak akan optimal pemanfaatannya bila manusia adalah salah satu komponen
Bupati/Walikota
tidak
mengetahui
2.3 Pendapatan Asli Daerah (PAD)
pengelolaannya terutama dalam masalah Pendapatan Asli daerah adalah keuangan daerah. Dengan demikian untuk
pendapatan yang diperoleh dari sumber- mewujudkan suatu kemandirian daerah perlu
sumber pendapatan daerah dan dikelola dilihat latar belakang pendidikan dari kepala
sendiri pemerintah daerah. Pendapatan Asli daerah tersebut.
Daerah merupakan tulang punggung Pengertian
pembiayaan daerah, oleh karenanya Undang-Undang No.20 tahun 2003 tentang
pendidikan menurut
kemampuan melaksanakan ekonomi diukur Sistem Pendidikan Nasional menyatakan
dari besarnya kontribusi yang diberikan oleh “Pendidikan adalah usaha sadar untuk
Pendapatan Asli Daerah terhadap APBD, menyiapkan peserta didik melalui kegiatan,
semakin besar kontribusi yang dapat bimbingan, pengajaran dan latihan bagi
diberikan oleh Pendapatan Asli Daerah perannya dimasa yang akan datang. Menurut
terhadap APBD berarti semakin kecil Hasibuan
dapat ketergantungan Pemerintah terhadap bantuan meningkatkan keahlian teoritis, konseptual
pendidikan
Pemerintah Pusat.
dan moral karyawan. Menurut Halim (2007), kelompok Studi tentang penelitian latar
Pendapatan Asli Daerah dipisahkan menjadi belakang pendidikan kepala daerah terhadap
empat pendapatan:
kemandirian keuangan daerah ini belum
1. Pajak Daerah
pernah dilakukan. Adapun penelitian- Sesuai Undang-Undang no.34 Tahun penelitian sebelumnya banyak melihat dari
2000, jenis pendapatan pajak untuk latar belakang tingkat pendidikan aparatur
Kabupaten/Kota terdiri dari: a) Pajak pemerintahan, dan latar belakang pendidikan
Hotel, b) Pajak Restoran, c) Pajak manajer pada sektor swasta.Dari teori dan
Hiburan, d) Pajak Reklame, e) Pajak penelitian sebelumnya dapat disimpulkan
Jalan, f) Pajak bahwa latar belakang pendidikan kepala
Penerangan
Pengambilan bahan galian golongan c daerah berpengaruh terhadap kemandirian
dan g) Pajak Parkir. keuangan daerah.Dengan analogi yang sama
2. Retribusi Daerah
maka dapat dirumuskan dalam penelitian ini Pungutan daerah sebagai pembayaran adalah sebagai berikut:
atas jasa atau pemberian izin tertentu Hipotesis (H 1 ) : Terdapat pengaruh latar
yang khusus disediakan atau diberikan belakang
pendidikan
oleh Pemerintah Daerah untuk kepala daerah terhadap
kemandirian
kepentingan orang pribadi atau badan. daerah.
keuangan
Retribusi daerah untuk masing-masing pengadaan barang dan jasa oleh Kab/Kota dapat dilihat dari pos PAD
daerah: a. Penerimaan keuangan dari dalam Laporan Realisasi APBD.
selisih nilai tukar rupiah terhadap mata
3. Hasil pengelolaan kekayaan milik uang asing, b. Pendapatan denda atas daerah yang dipisahkan. Hasil
keterlambatan pelaksanaan pekerjaan, pengelolaan kekayaan milik daerah
c. Pendapatan denda pajak, d. yang
Pendapatan denda retribusi, e. penerimaan daerah yang berasal dari
dipisahkan
merupakan
Pendapatan eksekusi atas jaminan,f. pengelolaan kekayaan daerah yang
Pendapatan dari pengambilan, g. dipisahkan.
Fasilitas social umum, h. Pendapatan Jenis pendapatan ini dirinci menurut
dari penyelenggaraan pendidikan dan objek pendapatan yang mencakup: a.
Pendapatan dari Bagian laba atas penyertaan modal
pelatihan,
i.
angsuran/cicilan penjualan. pada perusahaan milik daerah/BUMD,
Klasifikasi Pendapatan Asli Daerah
b. Bagian laba atas penyertaan modal yang terbaru berdasarkan Permendagri pada perusahaan milik Negara/BUMN,
13 tahun 2006 adalah terdiri dari:
c. Bagian laba atas penyertaan modal Pajak daerah, retribusi daerah, hasil pada perusahaan milik swasta atau
pengelolaan kekayaan daerah yang kelompok usaha masyarakat dan d.
dipisahkan dan retribusi daerah dirinci Lain-lain PAD yang sah.
menurut objek pendapatan sesuai Pendapatan ini merupakan penerimaan
dengan undang-undang tentang pajak daerah yang berasal dari lain-lain milik
daerah dan retribusi daerah. Jenis hasil Pemda.Rekening ini disediakan untuk
pengelolaan kekayaan daerah yang mengakuntasikan penerimaan daerah
dipisahkan dirinci menurut objek selain yang disebut diatas. Jenis
pendapatan yang mencakup bagian pendapatan ini meliputi
laba atas penyertaan modal pada pendapatan sebagai berikut: Hasil
objek
perusahaan milik daerah/BUMD, penjualan asset daerah yang tidak
bagian laba atas penyertaan modal dapat
perusahaan milik Pendapatan bunga, dan Penerimaan
pemerintah/BUMN, dan bagian laba atas tuntutan ganti kerugian daerah.
penyertaan modal pada Penerimaan komisi, potongan, ataupun
atas
milik swasta atau bentuk sebagai akibat dari penjualan
perusahaan
kelompok usaha masyarakat.
4. Jenis lain-lain pendapatan asli daerah terhadap kemandirian daerah otonomi baru yang
menganggarkan penerimaan daerah Sedangkan Rita (2001) yang meneliti yang tidak termasuk dalam pajak
tentang PAD di kota Padang menyimpulkan daerah retribusi daerah dan hasil
perlunya rencana penerimaan PAD jangka pengelolaan kekayaan daerah yang
menengah yang memenuhi unsur rasionalitas dipisahkan, dirinci menurut objek
dan berorientasi kedepan. Skenario ini pendapatan yang mencakup hasil
merupakan langkah penting sebagai respon penjualan kekayaan daerah yang tidak
kemandirian pendanaan dipisahkan, jasa giro, pendapatan
semangat
sebagai pedoman bunga, penerimaan atas tuntutan ganti
daerah.Disamping
penentuan langkah dan tindakan oleh kerugian daerah, penerimaan komisi,
dinas/unit kerja pengelola penerimaan PAD, potongan, ataupun bentuk lain sebagai
juga sebagai tolok ukur keberhasilan dan akibat penjualan dan pengadaan
kegagalan pelaksanaan kegiatan.Penelitian barang/jasa oleh daerah, penerimaan
ini menggunakan pertumbuhan komponen keuntungan dari selisih nilai tukar
PAD sebagai dasar untuk memprediksi rupiah terhadap mata uang asing,
rumusannya.
dan penelitian pelaksanaan pekerjaan, pendapatan
pendapatan denda atas keterlambatan
Dari
teori
sebelumnya dapat disimpulkan bahwa denda pajak, pendapatan denda kuatnya struktur PAD akan mempengaruhi retribusi, pendapatan hasil eksekusi
kemandirian suatu daerah. Dengan analogi atas jaminan,
pendapatan dari yang sama maka dapat dirumuskan dalam pengambilan, fasilitas social dan
peneitian ini adalah sebagai berikut: fasilitas umum, pendapatan dari Hipotesis (H 2 ) : Terdapat pengaruh antara penyelenggaraan
Rasio Pendapatan Asli Daerah (PAD) pelatihan,
pendidikan
dan
dari dengan tingkat kemandirian keuangan angsuran/cicilan penjualan.
2.4 Dana Alokasi Umum
pengaruh efektifitas rasio PAD dan Diera otonomi daerah ini ternyata juga
pengelolaan keuangan dana perimbangan membawa perubahan pada pengelolaan
terhadap kemandirian daerah otonomi baru keuangan daerah.Diantaranya dalam hal
di Indonesia. Dia menyimpulkan bahwa sumber-sumber penerimaan pemerintah
efektifitas rasio PAD berpengaruh signifikan daerah yang meliputi perubahan sumber- efektifitas rasio PAD berpengaruh signifikan daerah yang meliputi perubahan sumber-
keuangan antar daerah.
pusat dan pemerintah daerah. Penerimaan Menurut Mardiasmo (2002) Dana daerah diperoleh dari beberapa sumber
Alokasi Umum (DAU) dapat diartikan antara lain Pendapatan Asli Daerah (PAD),
sebagai berikut:
Dana Perimbangan dan Pendapatan daerah
a. Salah satu komponen dari Dana yang lain yang sah. Dana Perimbangan ini
pada APBN, yang terdiri dari Dana Alokasi Umum (DAU),
Perimbangan
pengalokasiannya didasarkan atas konsep Dana Alokasi Khusus (DAK), dan Dana
kesenjangan Fiskal atau celah Fiskal Bagi Hasil.
(Fiscal Gap ), yaitu selisih antara Dana Alokasi Umum (DAU)
kebutuhan fiskal dengan kapasitas fiskal. merupakan jenis transfer dana antar tingkat
b. Instrumen untuk mengatasi horizontal pemerintahan yang tidak terkait dengan
inbalances , yang dialokasikan dengan program pengeluaran tertentu. Dana Alokasi
tujuan pemerataan kemampuan keuangan Umum ini dimaksudkan untuk menggantikan
antar daerah dimana penggunaannya transfer berupa subsidi daerah otonom dan
ditetapkan sepenuhnya oleh daerah. inpres. Adapun tujuan dari transfer ini
c. Equalization grant, yaitu berfungsi untuk adalah untuk menutup kesenjangan fiskal
ketimpangan (fiscal gap) dan pemerataan kemampuan
menetralisasikan
kemampuan keuangan dengan adanya fiskal antara daerah antar daerah. Sehingga
Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana dana alokasi umum tidak akan sama
Bagi Hasil sumber daya alam yang besarnya.
diperoleh daerah.
Menurut Saragih (2003), kebijakan Ayu (2007) meneliti tentang analisis DAU merupakan instrumen penyeimbang
pengaruh DAU terhadap Kemandirian fiskal antar daerah. Sebab tidak semua
Keuangan Daerah dalam era otonomi Daerah daerah mempunyai struktur dan kemampuan
pada Pemerintah fiskal yang sama (horizontal fiscal Kabupaten/Kota Sumatera Utara. Dalam imbalance ). DAU sebagai bagian dari
studi
kasus
penelitiannya disebutkan bahwa Dana kebijakan transfer fiskal dari pusat ke daerah
(DAU) mempunyai (intergovernmental transfer ), berfungsi
Alokasi
Umum
pengaruh signifikan terhadap Kemandirian sebagai faktor pemerataan fiskal antara
Keuangan Daerah.
daerah-daerah serta
memperkecil
Indi (2012) dalam penelitiannya tentang efektifitas rasio PAD dan Indi (2012) dalam penelitiannya tentang efektifitas rasio PAD dan
jenis belanja bahwa Dana alokasi Umum berpengaruh
kebutuhan
beberapa
pembangunan/prasarana baru pembangunan signifikan terhadap kemandirian keuangan
jalan dikawasan terpencil, saluran irigasi daerah otonomi baru di Indonesia.
primer.
Dari teori dan penelitian sebelumnya Konsep DAK di Indonesia mencakup dapat disimpulkan bahwa besarnya transfer
alokasi dana untuk kegiatan penghijauan dan dari pemerintah pusat ke daerah dalam
sumber pembiayaan bentuk
ditetapkan sebesar 40% dari penerimaan Dana Reboisasi (DR) dalam APBN yang
kemandirian keuangan daerah tersebut. diberikan kepada daerah penghasil dan 60%
Dengan analogi yang sama maka dapat untuk pusat. Pengalokasian DAK-DR
dirumuskan dalam penelitian ini adalah tersebut dimaksudkan untuk mengakibatkan
sebagai berikut: pemerintah daerah penghasil DR dalam
Hipotesis (H 3 ): Terdapat pengaruh antara Rasio Dana Alokasi Umum
kegiatan penghijauan dan reboisasi kawasan (DAU)
hutan didaerahnya,sebagai salah satu kemandirian
dengan tingkat
keuangan
daerah. kegiatan yang menjadi prioritas nasional. Menurut Undang-Undang Nomor 33
2.5 Dana Alokasi Khusus
tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Dana Alokasi Khusus (DAK) adalah
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, dana yang berasal dari APBN yang
Dana Alokasi Khusus (DAK) adalah dana dialokasikan kepada daerah untuk membantu
yang bersumber dari pendapatan APBN pembiayaan
kebutuhan
khusus.
yang dialokasikan kepada daerah tertentu Pengalokasian
DAK
memperhatikan
dengan tujuan untuk membantu mendanai ketersediaan dana dalam APBN, yang berarti
kegiatan khusus yang merupakan urusan bahwa besaran dana alokasi khusu tidak
daerah sesuai dengan prioritas nasional. dapat dipastikan setiap tahunnya, DAK
Penelitian yang dilakukan Erlangga diberikan kepada daerah apabila daerah
(2005) menemukan bahwa semakin sedikit menghadapi masalah-masalah khususseperti:
ketergantungan daerah terhadap transfer kebutuhan yang tidak dapat diperkirakan
dana dari pemerintah pusat, maka akan secara umum dengan menggunakan rumus
semakin tinggi tingkat kemandirian daerah alokasi umum, atau kebutuhan yang tidak
tersebut. Jadi terdapat pengaruh Dana dapat diperkirakan secara umum dengan
dengan tingkat rumus, kebutuhan yang sifat khusus yang
Alokasi
Khusus
kemandirian.Kemudian penelitian yang tidak sama dengan daerah lain, misalnya
dilakukan
oleh Deviyantoro (2009) oleh Deviyantoro (2009)
3. METODE PENELITIAN
Alokasi Khusus
Penulis menggunakan penelitian kemandirian suatu daerah.Dari hasil deskriptif yaitu penelitian yang bertujuan penelitian tersebut terlihat bahwa pemerintah
terhadap
tingkat
untuk menganalisis pengaruh antara suatu daerah masih tergantung dana-dana yang
variabel dengan variabel yang lainnya.Data berasal dari Pemerintah pusat, salah satunya
penelitian dianalisis dengan menggunakan Dana Alokasi Khusus.Penelitian yang
model analisis regresi linear berganda, dan dilakukan Indi (2012) juga menemukan
kemudian diolah dengan menggunakan bahwa terdapat pengaruh Dana Alokasi
program bantuan Eview Versi 6.0.Penelitian Khusus terhadap kemandirian keuangan
ini dilakukan untuk mengetahui dan daerah otonomi baru di Indonesia.
membuktikan pengaruh latar belakang
pendidikan
Bupati/kepala daerah,
2.6 Kerangka Pemikiran
Pendapatan Asli Daerah, rasio Dana Alokasi Dalam telaah pustaka dan penelitian
sebelumnya telah
Umum, dan rasio Dana Alokasi Khusus pengaruh antara Latar belakang Pendidikan
diuraikan
tentang
terhadap tingkat Kemandirian Keuangan Bupati/Kepala Daerah terhadap Kemandirian
Daerah.
Keuangan Daerah sebagaimana yang akan Populasi dalam penelitian ini adalah diuji dalam penelitian ini dan kerangka
seluruh Kabupaten/Kota di Pulau Sumatera pemikiran teoritisnya.
sejak tahun 2008 sampai dengan 2010, berdasarkan Lampiran Keputusan Menteri
Latar Belakang
Dalam Negeri No.120-277 Tahun 2011, Pendidikan yang terdiri dari 112 Kabupaten dan 39 Kepala Pendapatan
Kota.
Asli Daerah
sampel dalam (X ) Tingkat
Pengambilan
penelitian ini adalah proportional random Dana
Kemandirian
Alokasi sampling yakni cara pemilihan sampel yang mana anggota populasi dipilih satu persatu
Dana secara random dan proporsional (semua
Alokasi mendapat kesempatan yang sama untuk
dipilih) dimana jika sudah dipilih tidak dapat
Gambar 1 Kerangka Pemikiran Hubungan Antar
dipilih lagi. Untuk mendapatkan sampel
Variabel Penelitian
yang dapat menggambarkan populasi, maka
dalam penentuan sampel penelitian ini dalam penentuan sampel penelitian ini
dari daerah tersebut berasal dari lulusan Ekonomi akan diberi angka 1, sedangkan untuk lulusan dari ilmu-ilmu lainnya akan
Dimana : diberi nilai 0.Skala nominal yang diberi n = Ukuran sampel
label 0 dan 1. Pemberian label tersebut N = Ukuran Populasi
dimaksudkan untuk mengubah kategori
e = Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel
angka sehingga yang masih dapat ditolerir.
huruf
menjadi
analisis data, Sumber data dalam penelitian ini dari
memudahkan
(Sugiyono,2007).
Laporan Keuangan Daerah Kabupaten/Kota
b. Pendapatan Asli Daerah (X 2 ) di Pulau Sumatera yang telah dilakukan oleh
Penerimaan Pendapatan Asli Daerah Badan Pemeriksa Keuangan Republik
akumulasi dari pos Indonesia untuk periode tahun 2008,2009
merupakan
penerimaan pajak yang berisi pajak dan tahun 2010.
daerah dan pos retribusi daerah, pos
3.1 Definisi Operasional Variabel
penerimaan non pajak yang berisi hasil
3.1.1 Variabel Terikat (Y)
perusahaan milik daerah, pos penerimaan Tingkat
kemandirian
keuangan
investasi, serta pengelolaan sumber daya adalah membandingkan PAD dengan total
alam.
pendapatan yang diperoleh daerah tersebut Untuk mengukur PAD, digunakan
dari realisasi APBD, (Halim, 2004): rasio pertumbuhan sebagai berikut :
Rasio
pertumbuhan PAD
x 100%
3.1.2 Variabel bebas (X)
c. Rasio Dana Alokasi Umum (X 3 ) Variabel bebas adalah variabel yang
Rasio Dana Alokasi Umum (DAU) mempengaruhi variabel terikat, yang terdiri
adalah dana yang berasal dari APBN, dari :
yang
dialokasikan dengan tujuan
pemerataan kemampuan keuangan daerah Pendidikan adalah rata-rata pendidikan
a. Latar Belakang Pendidikan (X 1 )
membiayai kebutuhan formal
untuk
dalam rangka Bupati/Walikota
yang telah
dilalui oleh
pengeluarannya
pelaksanaan desentralisasi, dengan rumus Pulau Sumatera.Indikatornya adalah latar
Kabupaten/Kota di
sebagai berikut (Halim, 2004): belakang
pendidikan
dari dari
X 1 = Latar belakang pendidikan
x 100%
X 2 = Pendapatan Asli Daerah
X 3 = Rasio Dana Alokasi Umum (DAU)
X 4 = Rasio Dana Alokasi Khusus (DAK)
d. Rasio Dana Alokasi Khusus (X 4 )
b 1 = Koefesien regresi latar belakang
pendidikan
Rasio Dana Alokasi Khusus merupakan
b 2 = Koefesien regresi Pendapatan Asli dana yang berasal dari APBN, yang
Daerah b3 = Koefesien regresi rasio Dana Alokasi
dialokasikan kepada daerah untuk
Umum
membantu membiayai kebutuhan khusus, b4 = Koefesien regresi rasio Dana Alokasi
Khusus
dengan formula perhitungan sebagai
a. Uji F (F-Test)
berikut (Halim, 2004): Uji F statistis digunakan untuk
menguji keberartian pengaruh dari seluruh
x 100%
variabel bebas secara bersama-sama
(serentak) terhadap variabel tidak bebas. Metode analisis analisis data yang
4. HASIL
PENELITIAN DAN
digunakan adalah metode analisis statistic
PEMBAHASAN
dengan menggunakan program bantuan
4.1 Analisis Statistik Deskriptif
Eview Versi 6.0.Sebelum data dianalisis, Data dalam penelitian ini adalah data
terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik. sekunder berupa data time series yang
1. Uji Asumsi Klasik diperoleh dari dari Laporan Keuangan
Uji asumsi klasik yang digunakan Daerah Kabupaten/Kota di Pulau Sumatera
adalah uji normalitas data, uji linearitas, uji yang telah dilakukan oleh Badan Pemeriksa
multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, dan Keuangan Republik Indonesia untuk periode
uji autokorelasi.
tahun
dan tahun
2. Uji hipotesis 2010.Berdasarkan pertimbangan yang telah
Penelitian ini menggunakan model
sebanyak 110 regresi berganda yaitu regresi yang memiliki
ditetapkan,
diperoleh
kabupaten/kota yang dijadikan sampel. satu variabel dependen dan lebih dari satu
variabel independen
dimana
model
persamaannya sebagai berikut:
Y= a + b 1 X 1 +b 2 X 2 +b 3 X 3 +b 4 X 4 +e
Keterangan :
Y = Tingkat kemandirian keuangan Daerah
Tabel 1: Daftar Sampel Kabupaten dan Kota
Kota Populasi
Kota Sampel 1 Aceh
5 1 6 5/151*110 = 3 1/151*110 = 1 4 4 Kep. Bangka Belitung 10 4 14 10/151*110 = 7 4/151*110 = 3
10 5 Kep. Riau
Sumber : Hasil pengolahan data 2008-2010
Tabel 2: Nilai Analisis Deskriptif
Kemandirian
PAD (X2) DAU (X3) DAK (X4) _Keu (Y)
Edu (X1)
(rasio)
(rasio) (rasio)
0.002129 Std. Dev.
Sumber : Hasil pengolahan data 2008-2010
Semua variabel memiliki nilai sampel sebesar 330 (2008-2010) maksimum dan minimum positif dan negatif.
kabupaten dan kota.
Data tabel tersebut secara rinci dijelaskan
2. Variabel latar belakang pendidikan sebagai berikut:
kepala daerah memiliki nilai minimum
1. Variabel kemandirian daerah memiliki 0.000000 dan maksimum 1.000000 nilai minimum 0.010149 dan maksimum
dengan rata-rata sebesar 0.511818 serta 0.789055 dengan rata-rata kemandirian
jumlah sampel sebesar 330 (2008-2010) keuangan sebesar 0.504287 serta jumlah
kabupaten dan kota.
3. Variabel PAD memiliki nilai minimum 0.789279 dan maksimum 0.883293 dengan rata-rata kemandirian keuangan sebesar 1.000000 serta jumlah sampel sebesar 330 (2008-2010) kabupaten dan kota.
4. Variabel DAU memiliki nilai minimum 0.000000 dan maksimum 0.892755 dengan rata-rata DAU sebesar 0.609469 serta jumlah sampel sebesar 330 (2008- 2010) kabupaten dan kota.
5. Variabel DAK memiliki nilai minimum 0.002129 dan maksimum 0.19 dengan rata-rata DAK sebesar 0.09 serta jumlah sampel sebesar 330 (2008-2010) kabupaten dan kota.
4.2 Uji Asumsi Klasik
4.2.1. Uji Normalitas
Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan analisis ProbabilityJarque- Bera . Data terdistribusi normal dapat dilihat jika nilai ProbabilityJarque-Bera> tingkat alpha 5% (0,05),
nilai ProbabilityJarque -Bera< tingkat alpha 5% (0,05) maka data tidak terdistribusi secara normal. Tabel berikut ini akan menyajikan hasil uji normalitas.
sebaliknya
jika
Tabel.3. Hasil Uji Normalitas
_Keu (Y)
Normal Normal
Sumber : Hasil pengolahan data 2008-2010
Dilihat dari Tabel diketahui bahwa nilai nilai probabilityDAK sebesar 0,526. Secara probability Kemandirian Keuangan Daerah keseluruhan nilai probabilityjarque-bera sebesar 0,529, nilai probabilityEDU sebesar
semua variabel diatas 5%, artinya bahwa 0,522, nilai probabilityPAD sebesar 0,623,
data terdistribusi secara normal. nilai probabilityDAU sebesar 0,565, dan
4.2.2 Uji Linearitas Tabel 4. Hasil Uji Linearitas
Ramsey RESET Test:
F-statistic 0.846703 Probability 0.0171
Log likelihood ratio
7.363792 Probability
Test Equation: Dependent Variable: KEU Method: Least Squares Date: 05/30/15 Time: 21:03 Sample: 1 330 Included observations: 330
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
R-squared 0.084273 Mean dependent var 1.374763
Adjusted R-squared
0.069248 S.D. dependent var
S.E. of regression
24.96383 Akaike info criterion
Sum squared resid
152723.9 Schwarz criterion
Log likelihood
-104.2504 F-statistic
Durbin-Watson stat
0.963124 Prob(F-statistic)
Sumber : Hasil pengolahan data 2008-2010
Dilihat dari hasil olahan diketahui kecil dari pada nilai F-tabel (0,846<2,399), bahwa nilai F-statistic sebesar 0,846 dengan
maka dapat disimpulkan bahwa model nilai F-tabel sebesar (0,05, (4) (326)) sebesar
persamaan adalah linear sehingga pengujian 2,399. Ini berarti bahwa nilai F-statistic lebih
hipotesis dapat dilakukan.
4.2.3 Uji Multikolinearitas Tabel.5.Hasil Uji Multikolinearitas
EDU -0.084693
Sumber : Hasil pengolahan data 2008-2010
Berdasarkan hasil olahan data diatas terlihat bahwa nilai korelasi antar sesama variabel independen di bawah 0,8 sehingga dapat dikatakan bahwa tidak terjadi multikolinearitas.
4.2.4 Uji Autokorelasi
Tabel.6. Hasil Uji Autokorelasi
Variable
Coefficient
Std. Error
R-squared 0.012157 Mean dependent var 0.281550
Adjusted R-squared
0.002996 S.D. dependent var
S.E. of regression
1.360728 Akaike info criterion
Sum squared resid
1197.973 Schwarz criterion
Log likelihood
-1125.912 Hannan-Quinn criter.
F-statistic
1.327091 Durbin-Watson stat
Prob(F-statistic)
Sumber : Olahan data 2008-2010
Dari hasil pengujian diperoleh nilai DW sebesar 1,899, oleh karena nilai DW 1.899 lebih besar dari batas atas (du) 1,768 dan kurang dari 4 – 1,768 atau (1,768<1,899<2,232), maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada problem autokorelasi dalam model regresi.
4.2.4 Uji heteroskedastisitas Tabel 7. Hasil uji Heteroskedastisitas
Heteroskedasticity Test: White
F-statistic 0.566803 Prob. F(27,626) 0.9631
Obs*R-squared
15.60666 Prob. Chi-Square(27)
Scaled explained SS
1521.442 Prob. Chi-Square(27)
Std. Error
_EDU*PAD
_EDU*_DAU
_EDU*DAK
PAD*_EDU
PAD*DAU
PAD*DAK
_DAU*EDU
_DAU*PAD
_DAU*DAK
DAK*EDU
DAK*PAD
DAK*DAU
R-squared 0.023863 Mean dependent var 1.831763
Adjusted R-squared
-0.018238 S.D. dependent var
S.E. of regression
26.10883 Akaike info criterion
Sum squared resid
426725.9 Schwarz criterion
Log likelihood
-3047.204 Hannan-Quinn criter.
F-statistic
0.566803 Durbin-Watson stat
Prob(F-statistic)
Sumber : Hasil pengolahan data 2008-2010
Pada olahan data terlihat tidak terjadi heterokedastisitas karena nilai probabilityObs *R-squared yaitu 0,960 > 0,05.
4.3 Analisis Regresi
4.3.1 Persamaan regresi Tabel 8 : Nilai Koefisien Regresi untuk Kemandirian keuangan daerah dengan
komponen latar belakang pendidikan kepala daerah,PAD,DAU,DAK
Variable
Coefficient Std. Error
t-Statistic
Prob.
C 0.325870 1.098675 0.494969 0.0000 EDU
R-squared 0.26785 Mean dependent var 2.883869 Adjusted R-squared
4.194231 S.E. of regression
0.284610 S.D. dependent var
5.605447 Sum squared resid
3.968793 Akaike info criterion
5.653431 Log likelihood
10191.11 Schwarz criterion
5.624054 F-statistic
-1825.981 Hannan-Quinn criter.
1.051295 Prob(F-statistic)
9.58627 Durbin-Watson stat
Sumber : Hasil pengolahan data 2008-2010
Berdasarkan tabel di atas, maka persamaan regresi sebagai berikut:
Y= 0,325870 + 0,021535 EDU + 0,035643 PAD - 0,023894 DAU - 0,515564 DAK
Keterangan:
alpha (α = 0,05) maka terbukti bahwa
1. Nilai konstanta adalah 0,325870 yang nilai signifikansi lebih besar dari alpha bermakna
(0,27> 0,05). Hal ini berarti latar mempertimbangkan
belakang pendidikan Bupati/Walikota pendidikan (EDU), PAD, DAU, dan
latar
belakang
(EDU) tidak berpengaruh signifikan DAK maka besarnya nilai Kemandirian
terhadap Kemandirian Keuangan Daerah Keuangan
(KEU). Yang bermakna bahwa apakah 0,325870.
Daerah
(KEU) adalah
dengan latar belakang pendidikan
2. Nilai koefisien regresi latar belakang ekonomi atau pun bukan berlatar pendidikan
belakang pendidikan ekonomi dalam 0,021535 dengan nilai signifikansi
Bupati/Walikota
adalah
menjalankan roda pemerintahan tidak 0,2705. Jika dibandingkan dengan nilai menjalankan roda pemerintahan tidak 0,2705. Jika dibandingkan dengan nilai
5. Nilai koefisien regresi Dana Alokasi Kemandirian Keuangan Daerah.
terhadap
Khusus (DAK) adalah -0,515564 dengan Nilai koefisien regresi Pendapatan
0,0002. Jika Asli
nilai
signifikansi
dibandingkan dengan nilai a lpha (α = 0,035643dengan nilai signifikansi 0,0117.
0,05) maka terbukti bahwa nilai Jika dibandingkan dengan nilai alpha (α =
signifikansi lebih kecil dari alpha 0,05), maka terbukti bahwa nilai
(0,0002< 0,05). Hal ini berarti bahwa signifikansi lebih kecil dari alpha
Khusus (DAK) (0,0117< 0,05). Hal ini berarti bahwa
Dana
Alokasi
positif terhadap Pendapatan
berpengaruh
Kemandirian Keuangan Daerah. Yang (PAD)berpengaruhpositif
Asli
Daerah
bermakna bahwa semakin kecil DAK Kemandirian Keuangan Daerah. Yang
terhadap
yang diterima oleh daerah maka semakin bermakna Coefficients
tinggi kemandirian keuangan daerah
3. Semakin besar Pendapatan Asli Daerah tersebut, dan sebaliknya. yang mampu didapatkan oleh pemerintah
4.4 Uji Hipotesis
daerah maka akan semakin baik
4.4.1 Uji F (F -Test)
Kemandirian Keuangan Daerah yang
tabel diatas dimiliki oleh pemerintah daerah tersebut.
Berdasarkan
menunjukkan
F statistic sebesar
4. Nilai koefisien regresi Dana Alokasi 9,58627dengan probabilitas F statistic
Umum (DAU) adalah -0,023894 dengan sebesar 0,0002< 0,05 maka model regresi
nilai signifikansi
Jika
dibandingkan dengan nilai alpha (α = dapat dipakai untuk memprediksi bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara
0,05) maka terbukti bahwa nilai variabel dependen (kemandirian keuangan
signifikansi lebih besar dari alpha daerah) dengan semua variabel independen
(0,4733< 0,05). Hal ini berarti bahwa (latar belakang pendidikan kepala daerah,
Dana Alokasi Umum (DAU) tidak pendapatan asli daerah, dana alokasi umum,
berpengaruh signifikan
terhadap
dan dana alokasi khusus). Kemandirian Keuangan Daerah. Yang
bermakna bahwa Dana Alokasi Umum
(DAU) tidak mampu memberikan
pengaruh yang
baik
terhadap
Kemandirian Keuangan Daerah.
Tabel 9. Nilai F statistic untuk latar belakang pendidikan kepala daerah,PAD,DAU,dan DAK
R-squared
0.26785 Mean dependent var 2.883869
Adjusted R-squared 0.284610 S.D. dependent var 4.194231 S.E. of regression
3.968793 Akaike info criterion 5.605447
Sum squared resid
10191.11 Schwarz criterion
Log likelihood
-1825.981 Hannan-Quinn criter. 5.624054
F-statistic
9.58627 Durbin-Watson stat
Prob(F-statistic)
Sumber : Hasil pengolahan data 2008-2010
Penelitian ini juga mengungkapkan pendidikan kepala daerah adalah 0,2705 bahwa besarnya nilai R-squared sebesar
lebih besar dari alpha 0,05. 0.26785 ini berarti bahwa variabel latar
2. Hipotesis kedua diterima, yakni terdapat belakang pendidikan
pengaruh yang signifikan positif antara pendapatan asli daerah dan dana alokasi
kepala daerah,
Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan khusus mempengaruhi tingkat kemandirian
tingkat kemandirian keuangan daerah, keuangan
dimana koefisien regresi PAD sebesar sedangkan sisanya 73,215% dipengaruhi
0,035643 dan nilai signifikan sebesar oleh faktor lain yang tidak dimasukkan ke
0,0117 yang kecil dari alpha 0,05. Ini dalam model penelitian.
berarti
peningkatan PAD akan mendorong peningkatan kemandirian
5. KESIMPULAN DAN SARAN
keuangan daerah.
3. Hipotesis ketiga ditolak, karena tidak pembahasan mengenai pengaruh latar
Berdasarkan hasil penelitian dan
ditemukan pengaruh antara Rasio Dana belakang pendidikan kepala daerah, PAD,
Alokasi Umum (DAU) dengan tingkat DAU, dan DAK terhadap kemandirian
kemandirian keuangan daerah, dimana keuangan daerah di Sumatera, dapat
koefisien regresi DAU sebesar -0,023894 disimpulkan sebagai berikut:
dan nilai signifikan sebesar 0,4733 yang
1. Hipotesis pertama ditolak, karena tidak besar dari alpha 0,05. Ini berarti ditemukan pengaruh yang signifikan
peningkatan/penurunan DAU tidak antara variabel latar belakang pendidikan
berpengaruh secara signifikan terhadap kepala
kemandirian keuangan kemandirian keuangan daerah, dimana
nilai koefisien regresi sebesar 0,021535 Hipotesis keempat diterima, yakni dan nilai probabilitas untuk latar belakang
terdapat pengaruh antara Rasio Dana Alokasi Khusus (DAK) dengan tingkat terdapat pengaruh antara Rasio Dana Alokasi Khusus (DAK) dengan tingkat
pengaruh dari tingkat koefisien regresi DAK sebesar -0,515564
7. Besarnya
pendidikan kepala daerah (X 1 ), PAD (X 2 ), dan nilai signifikan sebesar 0.0002. Nilai
rasio DAU (X 3 ), dan rasio DAK (X 4 ) signifikan sebesar 0.000 lebih kecil dari
terhadap kemandirian keuangan daerah alpha 0,05. Ini berarti peningkatan DAK
(Y) kabupaten/kota di Sumatera adalah berpengaruh negatif terhadap peningkatan
sebesar 26,785% dan sisanya 73,215% kemandirian keuangan daerah, jika terjadi
dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak peningkatan penerimaan DAK, maka
dimasukkan ke dalam model penelitian tingkat
ini.
4. Kemandirian keuangan daerah akan Mengingat penelitian ini masih menurun, demikian pula sebaliknya, jika
memiliki kelemahan dan keterbatasan, maka terjadi penurunan penerimaan DAK maka
peneliti selanjutnya disarankan untuk tingkat kemandirian daerah mengalami
menambah menambah tahun pengamatan, kenaikan.
variabel lainnya seperti Investasi modal, dan
5. Secara parsial, variabel Pendapatan Asli rasio Dana Bagi Hasil, serta menambah Daerah (PAD) dan rasio Dana Alokasi
sampel yang akan diteliti sehingga hasil Khusus (DAK) memberikan pengaruh
yang diperoleh lebih dapat dijadikan dasar yang
untuk melihat kemandirian keuangan daerah. kemandirian keuangan daerah tetapi
DAFTAR PUSTAKA
variabel latar belakang pendidikan kepala Ahmad Syakir, Kurnia. 2005. Data
daerah dan variabel rasio Dana Alokasi
Envelopment
Analysis untuk pengukuran efisiensi. Modul Workshop
Umum (DAU)
tidak
mampu
Alat Analisis Magister Ilmu Ekonomi mempengaruhi
variabel
tingkat
dan studi Pembangunan. UNDIP Semarang.
kemandirian daerah secara parsial.
6. Secara simultan atau bersama-sama Asha, Florida. 2006. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Kinerja
semua variabel independen yaitu tingkat Keuangan Pemerintah Kabupaten dan
pendidikan kepala daerah (X 1 ), PAD (X 2 ),
Kota di Propinsi Sumatera Utara, Tesis , Program Pascasarjana USU,
rasio DAU (X 3 ), dan rasio DAK (X 4 )
Medan (tidak dipublikasikan). berpengaruh signifikan terhadap tingkat Ayu, Rifana. 2007. Analisis Pengaruh DAU
kemandirian keuangan daerah dengan terhadap Kemandirian Keuangan
nilai F -statistic sebesar 9,58627 dan nilai Daerah dalam Era Otonomi Daerah (Studi kasus
pada Pemerintah Sig.nya sebesar 0,0002 yang kecil dari
Daerah/Kota Provinsi Sumatera Utara, 0,05.
Skripsi , Universitas Sumatera Utara, Medan, (tidak dipublikasikan).
Becker. B, and Gerhard. B. 1996. The Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Impact Resources Management on
Multivariate dengan Program SPSS. Organizational Performance: Progress
Penerbit Universitas and
Badan
Diponegoro. Semarang. Management Journal ”. 39 (4): 779- 801.
D. 2010. “Dasar-dasar Ekonometrika. Salemba Empat. Cohen, A. 1993. organizational Commitment and Turnover: A meta-analys is.”
Gujarati.
Halim, Abdul. 2001. Bunga Rampai: Academy of Management Journal ”,
Manajemen Keuangan Daerah Edisi 36:140-157.
Pertama . Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
Deviyantoro. 2009. Hubungan Pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah (PAD)
_____. 2004. Akuntansi Keuangan Daerah. dengan tingkat kemandirian kota X di
Penerbit Salemba Empat. Jakarta. Provinsi Bante n. Prospek Vol. 2. Hal. 14-25.
____. 2007. Akuntansi Sektor Publik: Akuntansi Keuangan Daerah . Salemba Dogariu, E. 2010. Study on The Local
Empat. Jakarta.
Financial Self Government
in
Rumania . Hasibuan, Malayu. SP. 2002. Pengembangan SDM. Jakarta: BumiAksara Dwirandra, A.A.N.B.2008. Efektivitas dan Kemandirian
Daerah ______.2003. Manajemen SDM (Edisi Otonom Kabupaten/Kota di Provinsi
Keuangan
Revisi) . Jakarta: Bumi Aksara. Bali Tahun 2002-2006. Simposium Nasional Akuntansi X.
Hidayat, Paidi, Pratomo, Ario.W, dan Harjito, Agus D. 2007. Evaluasi Enho, Yohanes. 2008. Pengaruh Pemahaman
APBD Kabupaten/Kota di Propinsi Standar Akuntansi Pemerintahan,
Sumatera Utara dengan menggunakan Pendidikan dan Pelatihan, serta Latar
Efektivitas, Efisiensi, Belakang
Indikator
APBD dan Penyusunan
Kemampuan Keuangan Daerah, Jurnal Pemerintah Kota Medan. USU
Laporan
Keuangan
Ekonomi Pembangunan Vo. 12 No. 3 Hal. 213-222.
Erlangga Agustino, Landiyanto. 2005. Kinerja Keuangan dan Strategi Holtz.Eakin, Douglas, Harvey S. Rosen, dan Pembangunan Kota di Era Otonomi
Schuyler Tilly. 1994. Intertemporal Daerah. Studi Kasus Kota Surabaya.
Analysis States an Local Government CURES Working Paper No.05/01.
Spending: Theory and Test. Journal of Januari. Urban Economics 35:159-174.
Ginn, Charles.2000. Selecting the Right Husen, Umar. 2004. “ Metode Penelitian Aplicant.
untuk Skripsi dan Tesis Bisnis”, Accountancy”. (November) : 102-
“The
Journal of
Jakarta. Raja Grafindo Persada. 106.
Irham.
Regional Fiscal Independence In East Java Province Post Regional Autonomi. Economic Journal Emerging Market. 189-198.
A. 2011.
Ismi, Rizky dan Suryo. 2009. Pengaruh PAD Mudyaharo, Redja. 2001. Pengantar dan Belanja Pembangunan terhadap
Pendidikan . RajaGrafindo Persada. Rasio Kemandirian dan Pertumbuhan
Jakarta.
Ekonomi. Konferensi
Penelitian
Keuangan Sektor Publik II. Muliana.2009. Pengaruh rasio Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Joesoef, Soelaiman. 2003. Pendidikan
Umum (DAU) dan Dana Alokasi Formal dan Pendidikan Non Formal di
Khusus (DAK) terhadap tingkat Indonesia. Surabaya: Penerbit Usaha
kemandirian keuangan daerah pada Nasional.
pemerintahan Kab/kota di Sumatera Utara, Skripsi USU : Medan
Kuncoro, Mudrajad.1997.
“Ekonomi
Pembangunan (Teori, Masalah dan Nachrowi, D.N, dan Usman, H. 2006. Kebijakan)”. Edisi I, UPP,AMP YKIN,
Pendekatan popular dan Praktis Yogyakarta.
Ekonometrika untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan. Jakarta: Universitas
LAN dan BPKP.2005. Akuntabilitas dan
Indonesia.
Good Governance. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.
Nanis, Hairunisya. 2008. Penilaian Kinerja Bagian Keuangan Pemkab Probolinggo Machfud,Sidik.2002.