Komunikasi kelompok dalam kampanye sosial komunitas Ketimbang Ngemis Regional Gresik.

(1)

DiajukanKepadaUniversitas Islam

UntukMemenuhi Salah SatuPersyaratandalam GelarSarjanaIlmuKomunikasi (S.I.Kom.)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

JURUSAN KOMUNIKASI

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

SKRIPSI

KepadaUniversitas IslamNegeriSunanAmpel Surabaya UntukMemenuhi Salah SatuPersyaratandalamMemperoleh

GelarSarjanaIlmuKomunikasi (S.I.Kom.)

Oleh:

M. Eko Nur Syaifudin NIM. B76213071

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

JURUSAN KOMUNIKASI

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI 2017


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

X

Komunitas Ketimbang Ngemis Regional Gresik. Skripsi Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Dakwah Dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya.

Kata Kunci : Komunikasi Kelompok, Kampanye Sosial, Komunitas Ketimbang Ngemis Regional Gresik

Dalam penelitian ini, peneliti mengangkat rumusan masalah, yaitu (1) Bagaimana bentuk kampanye sosial Komunitas Ketimbang Ngemis Regional Gresik dalam memotivasi kerja masyarakat di Kabupaten Gresik, (2) Apa faktor pendukung dan penghambat dari kampanye sosial Komunitas Ketimbang Ngemis Regional Gresik dalam memotivasi kerja masyarakkat di Kabupaten Gresik.

Untuk mengungkap persoalan tersebut secara menyeluruh dan mendalam, dalam penelitian ini digunakanlah metode penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi yang berguna memberikan fakta dan data mengenai kampanye sosial Komunitas Ketimbang Ngemis Regional Gresik , kemudian data tersebut dianalisis dengan teori prestasi kelompok dari Stogdill.

Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa (1) media sosial Instagram sebagai cara menyebarluaskan kampanye sosial Komunitas Ketimbang Ngemis Regional Gresik, (2) Menerapkan sistem musyawarah mufakat bagi anggota Komunitas Ketimbang Ngemis Regional Gresik, (3) Tahapan-tahapan dalam proses menyebarluaskan pesan kampanye sosial, (4)Faktor pendukung dan penghambat kampanye sosial Komunitas Ketimbang Ngemis Regional Gresik.

Berdasarkan hasil temuan pada penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa Komunitas Ketimbang Ngemis Regional Gresik menggunakan media sosial Instagram sebagai alat menyebarluaskan pesan kampanye sosial mereka. Sistem musyawarah masih berlaku di Komunitas ini. Ada 4 tahapan dalam proses penyebarluasan pesan kampanye sosial yang pertama mencari sosok mulia, pembagian jobdesc tiap divisi, apresiasi sosok mulia, dan follow up sosok mulia. Faktor pendukung dari kampanye sosial ini adalah SDM (pengurus, anggota, dan netizen), Donasi, dan Media sosial Instagram. untuk faktor penghambat dari kampanye sosial ini adalah kesibukan masing-masing anggota, dan donasi yang kurang. Bertitik tolak dari penelitian ini, beberapa saran yang diperkirakan dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi Komunitas Ketimbang Ngemis Regional Gresik adalah (1) Komunitas Ketimbang Ngemis Gresik bisa mengajak instansi pemerintah yang dalam hal ini dinas sosial untuk menjadi rekan kerja guna ikut membantu memotivasi para pengemis yang terjaring razia agar mereka bisa mencontoh rekan-rekannya seumuran dengan lebih memilih kerja daripada mengemis, (2) mencari media lain dalam hal mencari donasi. Mereka bisa

bergabung dengan kitabisa.com yang berisi para donatur yang banyak untuk lebih menambah donasi mereka.


(7)

I DAFTAR ISI

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ………... I

PERSETUJUAN PEMBIMBING ……….... II

PENGESAHAN TIM PENGUJI ……….. III

MOTTO……….….………. IV

PERSEMBAHAN ………V

KATA PENGANTAR ………..…………. VI

ABSTRAK ………... VIII

DAFTAR ISI ………...… IX

BAB I: PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 4

C. Tujuan Penelitian 5

D. Manfaat Penelitian 5

E. Kajian Hasil Penelitian Terdahulu Definisi Konsep Kampanye Sosial 6

F. Definisi Konsep 7

1. Komunikasi Kelompok 7

2. Kampanye Sosial 8

a. Kampanye 8

b. Sosial 9

3. Komunitas 9

G. Kerangka Pikir Penelitian 10

H. Metode Penelitian 11

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian 11

2. Subyek, Obyek 13

3. Jenis dan Sumber Data 13

4. Tahap-tahap Penelitian 14

5. Teknik Pengumpulan Data 15

6. Teknik Analisis Data 17

7. Tekhnik Pemeriksaan Keabsahan Data 22


(8)

II KAMPANYE SOSIAL

A. Komunikasi Kelompok 26

1. Pengertian Komunikasi Kelompok 26

2. Karakteristik Komunikasi Kelompok 26

3. Klasifikasi Kelompok 29

B. Komunitas 32

1. Definisi Komunitas 32

2. Bentuk-bentuk Komunitas 36

3. Komunitas Sebagai Kelompok Sosial

a. Pengertian Kelompok Sosial 37

b. Klasifikasi Kelompok Sosial 38

c. Fungsi Kelompok Sosial 41

C. Kampanye ……… ……….. 42

a. Pengertian Kampanye 42

b. Dua Tipe Kampanye 43

c. Jenis-jenis Kampanye 45

d. Model-model Kampanye 47

e. Kampanye dan Manajemen Kampanye 63

f. Efektivitas Pesan Kampanye 64

g. Saluran Kampanye 68

h. Perencanaan Kampanye 69

D. Teori Prestasi Kelompok Dalam Kampanye Komunitas 74

a. Teori Prestasi Kelompok 74

BAB III: PENYAJIAN DATA KAMPANYE SOSIAL KOMUNITAS KETIMBANG NGEMIS REGIONAL GRESIK

A. Deskripsi Subyek Penelitian 79

1. Subyek Penelitian 79

a. Profil Komunitas Ketimbang Ngemis Regional Gresik 79

b. Visi dan Misi. 80

c. Tujuan Organisasi Komunitas Ketimbang Ngemis Regional

Gresik 80

d. Struktur Kepengurusan Komunitas Ketimbang Ngemis


(9)

III

B. Deskripsi Informan 83

C. Deskripsi Data Penelitian 85

1. Kampanye Sosial Terkait Nilai-Nilai Kemasyarakatan 86 2. Keterlibatan Anggota Komunitas Dalam Kampanye Sosial 89 3. Penyelesaian Konflik di Komunitas Terkait Kampanye Sosial 90 4. Penggunaan Media Sosial Dalam Kampanye Sosial 90 5. Faktor Pendukung dan Penghambat Dalam

Kampanye Sosial Komunitas Ketimbang Ngemis Regional Gresik 95

BAB IV : ANALISIS KAMPANYE SOSIAL KOMUNITAS KETIMBANG

NGEMIS REGIONAL GRESIK

A. Temuan Penelitian 101

B. Konfirmasi Temuan dengan Teori 112

BAB V : PENUTUP

1. Simpulan 119

2. Rekomendasi 120

DAFTAR PUSTAKA DAFTAR BAGAN DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL LAMPIRAN


(10)

IV

DAFTAR BAGAN

Bagan 1.1. Kerangka Pikir Penelitian 10

Bagan 2.1. Model Kompensional Kampanye 48

Bagan 2.2. Model Kampanye Ostergaard 50

Bagan 2.3. Model Perkembangan Lima Tahap Fungsional I Larson 53 Bagan 2.4. Model Perkembangan Lima Tahap Fungsional II Judith

Trent dan Robert Frienberg 57

Bagan 2.5. Model Kampanye Nowak dan Warneryd 58

Bagan 2.6. Model Difusi Inovasi Everett M. Roggers 62

Bagan 2.7. Model Proses Komunikasi Umum 63


(11)

V

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1. Bentuk Kampanye Sosial KNG di Instagram 94

Gambar 4.2. Contoh Quotes Dari Sosok Mulia 95


(12)

VI

DAFTAR TABEL


(13)

1 A. Latar Belakang

Kampanye merupakan sebuah gerakan yang di dasarkan dari sebuah perilaku. Perilaku itu cenderung sejalan dengan norma dan nilai yang ada. Apabila sebuah kampanye tersebut bertentangan dengan norma dan nilai yang ada di khawatirkan akan terjadi salah paham antara subyek (penyebar kampanye) dengan obyek (penerima atau target dari kampanye tersebut). Kampanye biasanya pengarah dan pemerkuat dari kecenderungan yang ada ke arah tujuan yang diharapkan secara sosial seperti pemungutan suara, pengumpulan dana, dan lain sebagainya.

Dalam arti lebih umum atau lebih luas, kampanye tersebut memberikan penerangan secara terus menerus serta pengertian dan motivasi terhadap suatu kegiatan atau program tertentu melalui proses dan teknik komunikasi yang berkesinambungan dan terencana untuk mencapai publisitas dan citra yang positif.1

Proses kampanye melalui komunikasi tersebut, antara lain merupakan penyebaran informasi, pengetahuan, gagasan, kesadaran dan ide untuk membangun atau menciptakan kesadaran dan pengertian melalui teknik komunikasi. Sedangkan bentuk dan komunikasi dalam melakukan kampanye adalah komunikasi interpersonal, komunikasi antarpersonal (face to face), komunikasi kelompok (group communication), komunikasi

1

Rosady Ruslan, Kiat dan Strategi: Kampanye Public Relations.Edisi Revisi, cet.3, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), Hal 66


(14)

massa (mass communication), komunikasi melalui media massa dan media nirmassa.2

Pengemis sudah menjadi masalah klasik yang sering di jumpai dalam kota-kota besar tidak terkecuali di kota Gresik. Karena terlalu banyak menjadi masalah, sampai-sampai banyak sekali peneliti yang ingin membahas masalah tersebut guna untuk menemukan formulasi yang tepat untuk mengatasi permasalahan tersebut.

Semua manusia tidak menginginkan untuk hidup berkekurangan, akan tetepi keadaanlah yang memaksa mereka untuk hidup seperti itu. Keadaan yang dimaksud ialah kurangnya lapangan pekerjaan yang mengakomodir masyarakat untuk bisa bekerja mencari nafkah untuk keluarganya. Akibatnya, banyak sekali diluar sana pengangguran-pengangguran. Dampak dari banyaknya pengangguran ini salah satunya adalah munculnya para pengais rezeki atau yang biasa disebut pengemis.

Banyaknya pengemis yang ada di Kota Gresik merupakan fenomena sosial yang masih kurang mendapat perhatian serius dari pemerintah Gresik maupun masyarakat. hampir di setiap jalan-jalan, perkampungan, objek wisata, pasti menemui mereka. Mereka terkadang menyusuri jalanan guna mencari belas kasihan orang-orang dengan menggunakan berbagai macam atribut mulai dari pakaian yang compang-camping, memasang wajah penuh kesedihan dan lain sebagainya.

Dalam proses menangani pengemis yang ada dalam sebuah wilayah pastilah ada beberapa langkah-langkah yang dilakukan salah

2


(15)

satunya adalah menggunakan kampanye sosial. Kampanye sosial merupakan sebuah proses komunikasi yang dilakukan untuk menyebarluaskan pesan-pesan yang diperlukan masyarakat. Dalam prosesnya sendiri kampanye sosial memiliki banyak sekali inovasi, ide, gagasan yang bersifat sosial, dan penting untuk diketahui publik. Salah satu yang menggunakan metode kampanye sosial ini adalah sebuah komunitas yang bernama “Ketimbang Ngemis”.

Ketimbang Ngemis merupakan sebuah komunitas yang memiliki tagline “Say NO to ‘Mengemis : Belilah Walau Tidak Butuh Sekalipun”. Komunitas ini terbentuk awalnya dari kegelisahan seorang pemuda yang bernama Rizky dari Yogyakarta. Pada awalnya ia sekedar memposting di akun instagram pribadinya karena haru melihat perjuangan dari seorang nenek dan kakek dalam menjalani hidup. Akan tetapi, dia tidak menyangka kalau postingannya di instagram pribadinya tersebut banyak yang antusias dan memberikan respon positif. Hingga akhirnya Rizky membuat akun @ketimbang.ngemis agar makin banyak orang yang sadar untuk membantu para manula dan penyandang cacat di kota masing-masing.3

Ketimbang Ngemis adalah satu dari sekian banyak komunitas yang bergerak dalam mengkampanyekan bahwasanya keadaan dan usia tidak boleh dijadikan alasan untuk tidak bekerja. Walaupun usia sudah tidak muda lagi dan keadaan tubuh sudah melemah jangan terlalu mudah untuk menengadahkan tangan dengan meminta belas kasihan orang lain. 3

http://muslimahdaily.com/muslimah-zone/community/item/241-komunitas-ketimbang-ngemis-say-no-to-mengemis-belilah-walau-tidak-butuh-sekalipun.html diakses pada 10 Nopember 2016 pukul 00.11 WIB.


(16)

Alangkah lebih baik jika mencari pekerjaan yang ringan dan sesuai dengan kemampuan tubuhnya.

Pada beberapa tahun belakangan komunitas Ketimbang Ngemis sudah tersebar di berbagai Regional. Setidaknya dilihat dari akun instagram resmi @data.Regional.ketimbangngemis dapat diketahui bahwa sudah ada sekitar 50 Regional yang sudah bergabung dan menjadi bagian dari komunitas Ketimbang Ngemis. Dan salah satu nya adalah Gresik.

Dalam penelitian ini, peneliti memilih objek komunitas Ketimbang Ngemis Regional Gresik. Alasan peneliti memilih daerah Gresik, karena Ketimbang Ngemis Regional Gresik sedikit banyak dianggap mampu memberikan motivasi serta mampu memberikan efek positif kepada masyarakat terutama untuk mengkampanyekan “SAY NO to Mengemis”. Berdasarkan latar belakang di atas, oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti tentang “Komunikasi Kelompok Dalam Kampanye Sosial KomunitasKetimbang Ngemis Regional Gresik”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dijabarkan penulis tersebut di atas, maka penulis membuat perumusan masalah sebagai berikut ;

1. Bagaimana bentuk komunikasi kelompok dalam kampanye sosial yang digunakan Komunitas Ketimbang Ngemis Regional Gresik ? 2. Apa faktor pendukung dan penghambat dari kampanye sosial yang


(17)

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang di kemukakan di atas, maka tujuan yang akan di capai dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui bentuk komunikasi dalam kampanye sosial Komunitas Ketimbang Ngemis Regional Gresik.

2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat kampanye sosial Komunitas Ketimbang Ngemis dalam memotivasi kerja masyarakat di Kabupaten Gresik.

D. Manfaat Penelitian

Diharapkan penelitian ini berguna dan memberikan manfaat yang besar baik secara teoritis maupun praktis.

1. Secara teoritis

1. Memberikan informasi tentang bagaimana penggunaan media Instagram sebagai media kampanye sosial Komunitas Ketimbang Ngemis Regional Gresik.

2. Sebagai acuan dalam sumber referensi terkait kampanye sosial komunitas yang bergerak di bidang sosial lainnya.

2. Secara praktis

1. Sebagai media edukasi masyarakat untuk meninggalkan budaya mengemis

2. Sebagai contoh untuk mempublikasikan contoh kampanye yang positif.


(18)

E. Kajian Hasil Penelitian Terdahulu

Sebagai panduan peneliti untuk melakukan penelitian, maka peneliti memiliki rujukan pada kajian hasil penelitian terdahulu, yang fungsinya bisa digunakan sebagai referensi.

Tabel 1.1 tabel kajian penelitian terdahulu

Sasaran Penelitian Penelitian Terdahulu

1 2

Nama Peneliti

Aditiyo Dwi Putro

Amanda Yuliana Poernomo dan Ifa Safira Mustikadra

Judul Kampanye Sosial

Membangun Kesadaran Beretika Komunikasi di Sosial Media Pada Masyarakat Dewasa Dini Di Bandung

Kampanye Sosial “Drive Smart” Bagi Pengemudi Mobil Pemula Dalam Upaya Meningkatkan

Keselamatan Berlalu Lintas

Jenis Karya Jurnal Jurnal

Tahun Penelitian 2015 2014

Metode Penelitian Kualitatif Kualitatif

Hasil Temuan Penelitian

Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa pengguna sosial media yang tidak beretika dapat dipidanakan dengan UU ITE 2008, selain sanksi pidana pelaku juga dapat sanksi sosial yaitu dibully oleh seluruh masyarakat Indonesia. Dari tahun ke tahun kasus karena UU ITE semakin meningkat. Pengguna yang terjerat disebabkan karena tidak bijak dalam membuat status atau komentar,menggunakan kata-kata mencela dan

Hasil

Penelitian ini menunjukkan bahwa sebuah kampanye dengan eksekusi berbeda yang

memanfaatkan media-media baru diyakini dapat mengubah perilaku menyetir para pengemudi

pemula, yaitu remaja usia 15-20 tahun, menjadi generasi yang memiliki

kedisiplinan dan memiliki


(19)

menghina. Dari hasil analisis dirancang sebuah kampanye yang mengajak pemuda untuk bijak, ramah, santun di sosial media dengan media utama website yang bertujuan membangun kesadaran pemuda untuk beretika di sosial media. Website berisikan materi-materi yang mengarahkan pemuda untuk bijak, ramah dan santun di sosial media.

keterampilan mengemudi yang baik, dimulai sejak mereka

memperoleh SIM

(Surat Izin

Mengemudi). Dengan bekal itulah diharapkan tingkat kecelakaan lalu lintas yang menimpa remaha akan menurun dan menjadi bibit-bibit pengemudi

berkualitas di masa depan. Perbedaan Aditiyo Dwi Putro

menggunakan

masyarakat dewasa dini

sebagai objek

penelitian. Sedangkan, peneliti menggunakan Komunitas Ketimbang Ngemis Regional Gresik sebagai objek penelitian

Amanda Yuliana Poernomo dan Ifa Safira Mustikadra menggunakan

pengemudi mobil pemula sebagai objek penelitian. Sedangkan, peneliti menggunakan Komunitas Ketimbang Ngemis Regional Gresik sebagai objek penelitian

F. Definisi Konsep

1. Komunikasi Kelompok

Kelompok adalah sekumpulan orang-orang yang terdiri dari dua atau tiga orang bahkan lebih. Kelompok juga memiliki tujuan-tujuan


(20)

yang diperjuangkan bersama. Sehingga kehadiran setiap orang dalam kelompok dikuti dengan tujuan-tujuan pribadinya.4

Dalam konteks penelitian ini Komunikasi Kelompok yang dimaksud adalah komunikasi di dalam Komunitas Ketimbang Ngemis Regional Gresik dalam lingkup proses dan faktor pendukung serta faktor penghambat komunikasi kelompok

2. Kampanye Sosial

a. Kampanye merupakan serangkaian tindakan komunikasi yang terencana dengan tujuan menciptakan efek tertentu pada se besar khalayak yang dilakukan secara berkelanjutan secara kurun waktu tertentu, Rogers dan Storey dalam Venus. Pada definisi ini maka aktifitas kampanye mengandung empat hal yakni :

1) Kampanye bertujuan menciptakan efek atau dampak tertentu,

2) Khalayak sasaran yang benar,

3) Dipusatkan dalam kurun waktu tertentu, 4) Melalui serangkaian komunikasi terorganisir.

Kampanye pada dasarnya adalah penyampaian pesan-pesan dari pengirim kepada khalayak melalui media saluran dengan menggunakan simbol, baik verbal maupun nonverbal yang bertujuan dapat memancing respon khalayak.5

4Burhan Bungin,Sosiologi Komunikasi (Jakarta:Kencana Prenada Media Group,2008),

hlm 271

5

Antar Venus, Manajemen Kampanye:Panduan Teoritis dan Praktis dalam Mengefektifkan Kampanye Komunikasi,(Bandung:Simbiosa Rekatama Media,2004) Hal 30


(21)

Jika dikaitkan dengan penelitian ini kampanye adalah serangkaian tindakan yang terencana dalam proses penyampaian pesan, gagasan, ide, untuk menyebarluaskannya di masyarakat. b. Sosial

Kata sosial berasal dari bahasa latin yaitu ‘socius’ yang berarti segala sesuatu yang lahir, tumbuh dan berkembang dalam kehidupan bersama. Sudarno menekankan pengertian sosial pada strukturnya, yaitu suatu tatanan dari hubungan-hubungan sosial dalam masyarakat yang menempatkan pihak-pihak tertentu (individu, keluarga, kelompok, kelas) di dalam posisi-posisi sosial tertentu berdasarkan suatu sistem nilai dan norma yang berlaku pada suatu masyarakat pada waktu tertentu.6

Jika dikaitkan dengan penelitian ini sosial adalah masyarakat yang terdiri dari individu, keluarga, kelompok dengan struktur sosial tertentu.

Jika dikaitkan dengan penelitian ini kampanye sosial adalah serangkaian tindakan yang terencana dengan tujuan tertentu dengan sasaran masyarakat luas dalam usaha menyebarluaskan ide, gagasan, serta pikiran untuk mengedukasi masyarakat.

3. Komunitas

Komunitas sebagai kelompok sosial dari beberapa organisme yang berbagi lingkungan, umumnya memiliki ketertarikan dan habitat yang sama. Dalam komunitas manusia


(22)

individu-individu di dalamnya dapat memiliki maksud, kepercayaan, sumber daya, prefensi, kebutuhan, resiko, dan sejumlah kondisi lain yang serupa.7

Dalam penelitian ini yang dimaksud Komunitas Ketimbang Ngemis Regional Gresik adalah komunitas yang terdiri dari beberapa orang yang memiliki kesamaan dalam mencapai tujuan membantu sosok mulia yang lebih memilih bekerja daripada mengharapkan belas kasihan orang lain atau mengemis.

G. Kerangka Pikir Penelitian

Bagan 1.1 Kerangka Pikir Penelitian

7http://djepok.blogspot.com/2011/09/arti-komunitas.html Komunikasi

Persuasi

Bentuk

Kampanye PenghambatFaktor PendukungFaktor

Teori Prestasi Kelompok

Komunitas Ketimbang Ngemis Regional Gresik


(23)

Dalam kerangka pikir ini, kampanye sosial yang dilakukan oleh Komunitas Ketimbang Ngemis adalah Komunikasi kelompok yang dalam hal ini Komunitas Ketimbang Ngemis Regional Gresik melakukan sebuah persuasi atau semacam komunikasi yang tujuannya untuk mempengaruhi dan meyakinkan orang lain untuk ikut serta dalam melakukan kampanye sosial. Dalam proses persuasi tersebut akan terdapat sebuah bentuk dari kampanye sosial yang diharapkan. Setelah mendapatkan bentuk dari kampanye sosial yang diharapkan pastilah ada faktor pendukung dan penghambat dalam proses kampanye sosial tersebut. Setelah itu dari bentuk, faktor pendukung dan penghambat tadi dihubungkan dengan teori prestasi kelompok. Akhirnya akan didapatkan sebuah kampanye sosial untuk segera di sampaikan kepada masyarakat.

H. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian a. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pada umumnya sebuah penelitian menggunakan dua model metode penelitian, yaitu metode penelitian kualitatif dan metode penelitian kuantitatif. Sedangkan penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian Kualitatif (qualitative research). Metode penelitian kualitatif sebagaimana yang diungkapkan Bogdan dan Taylor8 sebagai prosedur penelitian yang

8

Lexy. J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi, (Bandung:Remaja Rosdakarya,2011) hlm. 4


(24)

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.

Dalam mengumpulkan, mengungkapkan berbagai masalah dan tujuan yang hendak dicapai, maka penelitian ini dilakukan dengan pendekatan studi analisis diskriptif. Menurut Sugiyono9 bahwa penelitian kualitatif deskriptif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme yang biasanya digunakan untuk meneliti pada kondisi objektif yang alamiah dimana peneliti berperan sebagai instrumen kunci.

Sedangkan untuk mengkaji lebih dalam peneliti menggunakan pendekatan Fenomenologi. Alasan digunakan pendekatan ini karena fenomenologi merupakan kajian mengenai fenomena yang terjadi, yaitu dengan cara menerapkan metodologi ilmiah dan penelitian fakta-fakta yang bersifat subyektif, yaitu berkaitan dengan perasaan, tindakan, ide, dan sebagainya yang diungkapkan dalam bentuk tindakan luar yang berupa perkataan atau perbuatan seputar kampanye sosial Komunitas Ketimbang Ngemis Regional Gresik dalam mengangani pengemis di Kabupaten Gresik. Dalam jenis fenomenologi partisipasi dari peneliti sangat diperlukan, sehingga dapat memahami segala macam tindakan dari dalam maupun luar.

Penelitian ini memfokuskan pada komunikasi kelompok yang dilakukan dalam kampanye sosial Komunitas Ketimbang

9

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan:Pendekatan Kualitatif,Kuantitatif dan R&D,


(25)

Ngemis Regional Gresik. Penelitian ini diarahkan pada pesan dan bentuk kampanye sosial yang dilakukan oleh Komunitas Ketimbang Ngemis sehingga bisa mencapai tujuan tersebut.

2. Subyek dan Obyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah pengurus serta anggota dari Komunitas Ketimbang Ngemis Regional Gresik.

Obyek yang akan diteliti dalam penelitian ini ialah komunikasi kelompok dalam kampanye sosial serta faktor pendukung dan penghambat dari kampanye sosial yang dilakukan oleh Komunitas Ketimbang Ngemis Regional Gresik.

3. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang akan dicari dalam penelitian ini akan dibedakan menjadi dua macam. Yang pertama adalah data primer. Data primer adalah data pokok yang diperoleh secara langsung dari penelitian perorangan, kelompok, dan organisasi.10

Data primer dalam penelitian ini merupakan data utama yang diperoleh informan. Informan dalam penelitian ini adalah pengurus serta anggota Komunitas Ketimbang Ngemis Regional Gresik yang masih aktif.

Sedangkan, data sekunder dari penelitian ini nantinya akan dikumpulkan dengan sesuatu yang berhubungan dengan informan di dalam prosesnya, seperti : dokumentasi bisa berupa foto maupun transkrip wawancara.

10Rosady Ruslan,Metode Peneliitian Public Relation dan Komunikasi,(Jakarta: PT Raja


(26)

Sumber data dalam penelitian ini adalah pengurus dan anggota Komunitas Ketimbang Ngemis Regional Gresik.

4. Tahap-tahap Penelitian

Ada 3 tahap yang akan dikerjakan dalam penelitian ini, yaitu pra lapangan, lapangan, dan pasca lapangan.

a. Tahap Pra Lapangan adalah langkah-langkah yang dilakukan sebelum melakukan penelitian langsung di lapangan atau sebelum peneliti terjun langsung ke lokasi penelitian.

Adapun langkah-langkah yang dilakukan peneliti adalah : 1) Menyusun rancangan penelitian

2) Menentukan sumber data

3) Memilih dan memanfaatkan informan

4) Mempersiapkan perlengkapan seperti alat tulis 5) Persiapan diri

Pada Pada tahap ini peneliti mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan dalam penelitian, yaitu menyusun rancangan penelitian, mempersiapkan data yang dibutuhkan dalam penelitian, membuat pertanyaan-pertanyaan sebagai pedoman wawancara kepada informan

b. Lapangan

Pada tahap ini, peneliti dapat melakukan observasi dan wawancara kepada informan. Peneliti mengumpulkan data-data yang di perlukan dalam penulisan laporan penelitian.


(27)

Ini dilakukan untuk mendapatkan semua data atau informasi yang dibutuhkan untuk menunjang penelitian ini. Pada tahap ini peneliti sudah terjun langsung dilapangan untuk mendapatkankan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian. Setelah itu mengumpulkan data yang telah diperoleh dan di kaji ulang untuk dapat dianalisis pada tahapan berikutnya.

c. Penulisan Laporan

Peneliti akan memulai menulis dan menyusun laporan yang telah didapatkan dan telah diverifikasi ulang.

5. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah pencatatan peristiwa-peristiwa atau hal-hal atau keterangan-keterangan atau karakteristik-karakteristik sebagian atau seluruh elemen populasi yang akan mendukung penelitian, atau cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data.11

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian kualitatif ini adalah wawancara mendalam, observasi partisipasi, focus group discusion,dan analisis dokumen.12

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik: a. Wawancara

Adalah suatu cara pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya.

11Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu PendekatanPraktek, (Jakarta: Rineka

Cipta, 2009), hal. 100.

12

Farouk Muhammad dan H Djaali, Metodologi Penelitian Sosial Edisi Revisi, (Jakarta: PTIK P ress & Agung, 2005), hal. 89


(28)

Untuk penelitian ini, peneliti akan menggunakan teknik wawancara secara mendalam berupa pengumpulan data dengan meminta tanggapan langsung dari responden secara lebih terperinci. Responden diberikan waktu untuk berpikir selama beberapa saat sampai diperoleh jawaban rinci dari pernyataan yang diajukan oleh pewawancara.13 Peneliti lebih memilih wawancara secara langsung dengan pengurus serta anggota dari Komunitas Ketimbang Ngemis Regional Gresik. Melalui wawancara diharapkan peneliti dapat menemukan latar belakang penerapan blog secara langsung dari responden, serta strategi yang mungkin digunakan dalam proses kampanye sosial yang mereka lakukan.

b. Dokumentasi

Dokumentasi berasal dari kata Dokumen, yang artinya barang-barang tertulis. Untuk mendapatkan data yang akurat, selain diperoleh dari sumber manusia, data juga diperoleh dari dokumen. Dokumen merupakan catatan peristiwa lampau. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari seseorang. Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Pada tahap ini peneliti berusaha mendapatkan literasi terkait kegiatan kampanye sosial Komunitas Ketimbang Ngemis Regional Gresik karena

13

Imam Robandi, Becoming The Winner Riset, Menulis Ilmiah, Publikasi Ilmiah, Dan Presentasi,(Yogyakarta:C.V Andi,2008) hal 122


(29)

mereka menggunakan instagram sebagai media utama mereka, maka akan dokumentasi yang digunakan adalah dari media instagram mereka yakni @ketimbang.ngemis.gresik. 6. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian kualitatif proses analisis data berlangsung sebelum peneliti ke lapangan, kemudian selama di lapangan dan setelah di lapangan, sebagaimana yang diungkapkan Sugiyono.14 bahwa analisis telah dimulai sejak dirumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan dan terus berlanjut sampai penulisan hasil penelitian. Sementara itu, analisis data menurut Bogdan dan Biklen25 adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasi data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensistesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.

Oleh karena itu, analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yakni proses mengumpulkan dan menyusun secara baik data-data yang didapatkan melalui observasi, wawancara, dan dokumenter serta berbagai bahan lain yang tentunya berkaitan dengan kampanye sosial Komunitas Ketimbang Ngemis Regional Gresik. Untuk mempermudah dalam proses menganalisis berbagai data penelitian ini, maka peneliti menggunakan dua pendekatan, yakni :

14

Sugiyono,Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan R&D (Metode Penelitian dan Pengembangan).(Bandung:Alfabeta,2008). Hal 90


(30)

a. Analisis sebelum di lapangan

Sebelum terjun ke lapangan peneliti melakukan analisis terhadap berbagai data yang berkaitan dengan kampanye sosial Komunitas Ketimbang Ngemis Regional Gresik melalui media sosial. Karena komunitas ini menggunakan media sosial instagram maka peneliti menggunakan media ini untuk menganalisis kegiatan-kegiatan mereka.

Untuk memperoleh makna yang berarti maka proses analisis dilakukan secara terus menerus, proses dimaksud untuk menemukan hal-hal penting untuk membantu mempermudah dalam mengkaji proses kampanye sosial komunitas ini. Akan tetapi analisis ini masih dalam tahap sementara dan akan berkembang setelah berada di lapangan dan mengumpulkan data-data yang terkait dengan masalah penelitian.

b. Analisis di lapangan dengan menggunakan model Miles dan Huberman

Miles dan Huberman15 menyatakan bahwa aktifitas dalam analisis data pada penelitian kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktifitas analisis data sebagaimana yang diungkapkan tersebut meliputi tiga unsur yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. 15

Burhan, Bungin. Analisis Data Penelitian Kualitatif Pemahaman Filosofis dan Metodologis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi.(Jakarta:GrafindoPersada,2003) hal. 69


(31)

1) Reduksi Data(Reduksi Data)

Reduksi data merupakan langkah awal dalam menganalisis data dalam penelitian ini. Kegiatan reduksi data bertujuan untuk mempermudah peneliti dalam memahami data yang telah dikumpulkan. Data yang telah dikumpulkan dari lapangan melalui observasi, wawancara direduksi dengan cara merangkum, memilih hal-hal yang pokok dan penting, mengklarifikasikan sesuai fokus yang ada pada masalah dalam penelitian ini. Proses mereduksi data merupakam bagian dari analisis untuk mempertajam, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasi data dengan baik sehingga proses kesimpulan akhir nanti terlaksana dengan baik.

Dalam penelitian ini, aspek-aspek yang direduksi adalah hasil observasi maupun wawancara yang menyangkut kampanye sosial yang berupa bentuk kampanye sosial serta faktor pendukung dan penghambat dalam kegiatan kampanye tersebut.

2) Penyajian Data (Display Data)

Penyajian data merupakan tahapan kedua dalam aktivitas menganalisa data seperti yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman. Dalam proses penyajian data peneliti menyajikan data secara jelas dan singkat untuk memudahkan dalam memahami masalah yang diteliti, baik secara keseluruhan maupun bagian demi bagian. Untuk itu


(32)

menurut Nasution16 bahwa data yang bertumpuk dan laporan yang tebal akan sulit dipahami, oleh karena itu agar dapat melihat gambaran atau bagian-bagian tertentu dalam penelitian harus diusahakan membuat berbagai macam matriks, uraian singkat, networks, chart, dan grafik. Sementara itu Miles dan Huberman mengungkapkan bahwa yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.

Sebagaimana dengan proses reduksi data, penyajian data dalam penelitian ini tidaklah terpisah dari analisis data. Hal pertama yang dilakukan dalam proses penyajian data pada penelitian ini adalah menggambar secara umum hasil penelitian ini dimulai dari menjelaskan kegiatan mereka dalam melakukan kampanye sosial melalui media sosial instagram serta kegiatan-kegiatan lainnya. Setelah penyajian gambaran umum mengenai aktivitas dalam kampanye sosial tersebut selanjutnya menyajikan atau mendeskripsikan bentuk serta faktor pendukung dan penghambat dari kegiatan kampanye sosial tersebut.

16

Nasution, S.Metodologi Penelitian Naturalistik Kualitatif,(Bandung:Tarsito,2003) hal 129


(33)

3) Penarikan Kesimpulan (Conclusion Drawing/Verification) Penarikan kesimpulan dan verifikasi adalah tahapan terakhir dalam teknik analisis data pada penelitian kualitatif sebagaimana model interaktif yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman.17 Dari proses pengumpulan data, peneliti mulai mencatat semua fenomena yang muncul dalam kehidupan pengemis dan melihat sebab akibat yang terjadi sesuai dengan masalah penelitian ini. Dari berbagai aktifitas dimaksud maka, peneliti membuat kesimpulan berdasarkan data-data awal yang ditemukan itu, data-data dimaksud masih bersifat sementara. Penarikan kesimpulan ini berubah menjadi kesimpulan akhir yang akurat dan kredibel karena proses pengumpulan data oleh peneliti menemukan bukti-bukti yang kuat, valid dan konsisten dalam mendukung data-data yang dimaksud.

Kesimpulan-kesimpulan yang ada kemudian diverifikasi selama penelitian ini berlangsung. Verifikasi in berupa pemikiran kembali yang melintas dalam pikiran peneliti selama masa penulisan (penyusunan dan pengolahan data), tinjauan ulang pada catatan- catatan selama masa penelitian di lapangan, tinjauan kembali dengan seksama berupa tukar pikiran dengan para ahli (pembimbing) untuk mengembangkan kesepakatan

17

Burhan, Bungin. Analisis Data Penelitian Kualitatif Pemahaman Filosofis dan Metodologis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi.(Jakarta:GrafindoPersada,2003) hal. 69


(34)

intersubjektif, serta membandingkan dengan temuan-temua data lain yang berkaitan dengan kampanye sosial.

Dengan demikian reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan merupakan satu kesatuan atau unsur penting dalam analisis hasil sebuah penelitian kualitatif sebagaimana yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman. Maka dari itu analisis data dalam penelitian ini merupakan sebuah proses untuk mencari serta menyusun secara sistematik data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi sehingga berakhir dengan kesimpulan yang mudah dipahami.

7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Untuk menguji keabsahan data dalam penelitian kualitatif, sehingga data yang ada valid dan dapat dipertanggungjawabkan, peneliti akan melakukan triangulasi (check dan recheck). Metode triangulasi yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.

Dalam penelitian ini, triangulasi yang dianggap relevan untuk menguji keabsahan data adalah dengan melakukan triangulasi sumber dan teknik. Triangulasi teknik berarti untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data pada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda, misalnya data diperoleh melalui wawancara, lalu


(35)

dicek dengan observasi, dan dokumentasi. Pada triangulasi teknik, menurut Patton terdapat dua strategi yaitu :18

1. Pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan data.

2. Pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama.

Menurut Patton, dalam triangulasi sumber, peneliti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda, dalam penelitian kualitatif hal itu dapat dicapai dengan jalan (Moleong. 2005):

1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.

2. Membandingkan apa yang dikatakan orang di tempat umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi. 3. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang

tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.

4. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang yang berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, orang pemerintahan.

18

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif. (Bandung:Remaja Rosdakarya.2005)


(36)

5. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua teknik triangulasi. Karena ingin menunjukkan keobjektifan dalam penelitian. Dalam penelitian ini pertama-tama peneliti akan mengamati proses kampanye sosial yang dilakukan oleh Komunitas Ketimbang Ngemis Regional Gresik. Peneliti melakukan wawancara dengan pengurus dan anggota Komunitas Ketimbang Ngemis Regional Gresik.

Pengamatan terhadap kegiatan kampanye sosial yang dilakukan Komunitas ini dapat dilihat dari respon netizen yang menggunakan instagram untuk ikut serta mengkampanyekan budaya anti mengemis dapat dijadikan triangulasi untuk menguji keabsahan data, karena dapat menjadi sumber informasi dalam melakukan cross check atas data yang didapatkan peneliti dari dari pengurus dan anggota komunitas.


(37)

I. Sistematika Pembahasan

Untuk memudahkan dalam pembahasan lainnya maka laporan penelitian ini dibagi kedalam lima bab yaitu:

BAB I : PENDAHULUAN

Meliputi : Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian,

Manfaat Penelitian, Kajian Hasil Penelitian Terdahulu, Definisi Konsep, Kerangka Pikir Penelitian, Metode penelitian, Dan Sistematika Pembahasan.

BAB II : KAJIAN TEORETIS

Meliputi : Kajian Pustaka (beberapa referensi yang digunakan untuk menelaan obyek kajian) dan Kajian Teori (teori yang digunakan untuk menganalisis masalah penelitian).

BAB III : PENYAJIAN DATA

Meliputi Deskripsi Subyek dan Lokasi Penelitian dan Deskripsi Data Penelitian.

BAB IV : ANALISIS DATA

Meliputi : Temuan Penelitian dan Konfirmasi Temuan dengan Teori.

BAB V : PENUTUP


(38)

6

KOMUNIKASI KELOMPOK DAN

KOMUNITAS DALAM KAMPANYE SOSIAL

A. Komunikasi Kelompok

1. Pengertian Komunikasi Kelompok

Komunikasi dalam kelompok merupakan bagian dari kegiatan keseharian. Sejak lahir sudah mulai bergabung dengan kelompok primer yang paling dekat, yaitu keluarga. Kemudian seiring dengan perkembangan usia dan kemampuan intelektualitas, masuk dan terlibat dalam kelompok-kelompok sekunder seperti sekolah, lembaga agama, tempat pekerjaan dan kelompok sekunder lainnya yang sesuai dengan minat ketertarikan.1

Kelompok memiliki tujuan dan aturan-aturan yang dibuat sendiri dan merupakan konstribusi arus informasi diantara mereka. Sehingga mampu menciptakan atribut kelompok sebagai bentuk karakteristik yang khas dan melekat pada kelompok itu.2

2. Karakteristik Komunikasi Kelompok :

Karakteristik komunikasi dalam kelompok ditentukan melalui dua hal, yaitu norma dan peran. Norma adalah persetujuan atau perjanjian tentang bagaimana orang-orang dalam suatu kelompok berperilaku satu sama lainnya.3

Norma oleh para sosiolog disebut juga dengan „hukum

(law) ataupun „aturan (rule), yaitu perilaku-perilaku apa saja yang 1

Sasa Djuarsa Sendjaja,Teori Komunikasi,(Universitas Terbuka,1994), hlm 89

2

Burhan Bungin,Sosiologi Komunikasi,(Jakarta:Kencana,2009), hlm 270

3


(39)

pantas dan tidak pantas dilakukan dalam suatu kelompok. Ada tiga kategori norma kelompok, yaitu norma sosial, procedural, dan tugas. Norma sosial mengatur hubungan di antara para anggota kelompok. Sedangkan norma procedural menguraikan dengan lebih rinci bagaimana kelompok harus beroperasi, seperti bagaimana suatu kelompok harus membuat keputusan, apakah melalui suara mayoritas ataukah dilakukan pembicaraan sampai tercapai kesepakatan. Dari norma tugas memusatkan perhatian bagaimana suatu pekerjaan harus dilakukan.4

Peran adalah aspek dinamis dari kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannnya sesuai dengan kedudukannya, maka dia menjalankan suatu peran. Peran dibagi menjadi tiga, yaitu peran aktif, peran partisipatif, dan peran pasif. Peran aktif adalah peran yang diberikan oleh anggota kelompok karena kedudukannya di dalam kelompok sebagai aktivis kelompok, seperti pengurus, pejabat, dan sebagainya. Peran partisipatif adalah peran yang diberikan oleh anggota kelompok pada umumnya kepada kelompoknya, partisipasi anggota macam ini akan member sumbangan yang sangat berguna bagi kelompok itu sendiri. Sedangkan peran pasif adalah sumbangan anggota kelompok yang bersifat pasif, di mana anggota kelompok menahan diri agar member kesempatan kepada fungsi-fungsi lain dalam kelompok dapat berjalan dengan baik dan tidak terjadi


(40)

pertentangan dalam kelompok karena adanya peran-peran yang kontradiktif.5

Komunikasi kelompok (group communication) termasuk komunikasi tatap muka karena komunikator dan komunikan berada dalam situasi saling berhadapan dan saling melihat. Komunikasi kelompok adalah komunikasi dengan sejumlah komunikasi. Karena jumlah komunikan itu menimbulkan konsekuensi, jenis ini diklasifikasikan menjadi komunikasi kelompok kecil dan kelompok komunikasi besar.6

a. Komunikasi Kelompok Kecil

Suatu situasi komunikasi dinilai sebagai komunikasi kelompok kecil apabila situasi komunikasi seperti itu dapat diubah menjadi komunikasi antarpesona dengan setiap komunikan.

b. Komunikasi Kelompok Besar

Suatu situasi komunikasi dinilai sebagai komunikasi kelompok besar jika antara komunikator dan komunikan sukar terjadi komunikasi antarpersona. Kecil kemungkinan untuk terjadi dialog seperti halnya pada komunikasi kelompok kecil.

Kelompok memiliki tujuan dan aturan-aturan yang dibuat sendiri dan merupakan konstribusi arus informasi diantara mereka.

5Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi, (Jakarta: Kencana, 2009), hlm. 274 6

Onong Uchjana Effendy,Dinamika Komunikasi, (Bandung, PT.Remaja Rosdakarya, 1986).hlm.8


(41)

Sehingga mampu menciptakan atribut kelompok sebagai bentuk karakteristik yang khas dan melekat pada kelompok itu.7

Sedangkan kelompok sekunder adalah kelompok yang anggota-anggotanya berhubungan tidak akrab, tidak personal, dan tidak menyentuh hati. Jalaludin Rakhmat membedakan kelompok ini berdasarkan karakteristik komunikasinya, sebagai berikut.8

3. Klasifikasi Kelompok

1) Kelompok Primer dan Sekunder

Kelompok primer adalah suatu kelompok yang anggota-anggotanya berhubungan akrab, personal, dan menyentuh hati dalam asosiasi dan kerja sama. Sedangkan, kelompok sekunder adalah kelompok yang anggota-anggotanya berhubungan tidak akrab, tidak personal, dan tidak menyentuh hati. Jalaludin Rakhmat membedakan kelompok ini berdasarkan karakteristik komunikasinya, sebagai berikut9:

a) Kualitas komunikasi pada kelompok primer bersifat dalam dan meluas, pada kelompok sekunder komunikasi bersifat dangkal dan terbatas.

b) Komunikasi pada kelompok primer bersifat personal, sedangkan kelompok sekunder nonpersonal.

7

Burhan Bungin,Sosiologi Komunikasi, (Jakarta: Kencana, 2009), hlm 270.

8Marhaeni Fajar, Ilmu Komunikasi :Teori & Praktik, (Universitas Mercu Buana 2009),

hlm. 68

9

Marhaeni Fajar, Ilmu Komunikasi :Teori & Praktik, (Universitas Mercu Buana 2009), hlm. 68


(42)

c) Komunikasi kelompok primer lebih menekankan aspek hubungan daripada aspek isi, sedangkan kelompok sekunder adalah sebaliknya.

d) Komunikasi kelompok primer cenderung ekspresif, sedangkan kelompok sekunder formal.

e) Komunikasi kelompok cenderung informal, sedangkan kelompok sekunder formal.

2) Kelompok Keanggotaan dan Kelompok Rujukan a) Kelompok Keanggotaan

Kelompok yang anggota-anggotanya secara administrastratif dan fisik menjadi anggota kelompok itu.

b) Kelompok Rujukan

Kelompok yang digunakan sebagai alat ukur (standar) untuk menilai diri sendiri atau untuk membentuk sikap. 3) Kelompok Deskriptif dan Kelompok Preskriptif

Berdasarkan tujuan, ukuran dan pola komunikasi, kelompok deskriptif dibedakan menjadi tiga :

a) Kelompok Tugas : kelompok tugas bertujuan memecahkan masalah

b) Kelompok pertemuan : adalah kelompok orang yang menjadikan diri mereka sebagai acara pokok. Melalui diskusi, setiap anggota berusaha belajar lebih tentang dirinya.


(43)

c) Kelompok penyandar: mempunyai tugas utama menciptakan identitas sosial politik yang baru.

Kelompok Peskriptif, mengacu pada langkah-langkah yang harus ditempuh anggota kelompok dalam mencapai tujuan kelompok.

Adapun pengaruh kelompok pada perilaku komunikasi, antara lain :

a) Konformitas

Adalah perubahan perilaku atau kepercayaan menuju (norma) kelompok sebagai akibat tekanan kelompok yang real atau dibayangkan.

b) Fasilitas Sosial

Fasilitasi (dari kata prancis facile, artinya mudah) menunjukan kelancaran atau peningkatan kualitas kerja karena ditonton kelompok. Kelompok mempengaruhi pekerjaan sehingga menjadi lebih mudah.

c) Polarisasi

Adalah kecenderungan ke arah posisi yang ekstrem. Bila sebelum diskusi kelompok para anggota mempunya sikap agak mendukung tindakan tertentu, setelah diskusi mereka akan lebih kuat lagi mendukung tindakan itu.


(44)

B. Komunitas

1. Definisi Komunitas

Istilah kata komunitas berasal dari bahasa latincommunitas yang berasal dari kata dasar communis yang artinya masyarakat, publik atau banyak orang. Wikipedia Bahasa Indonesia menjelaskan pengertian komunitas sebagai sebuah kelompok sosial dari beberapa orgnisme yang berbagai lingkungan, umumnya memeliki ketertarikan dan habitat yang sama. Dalam komunitas manusia, individu-individu didalamnya dapat memiliki maksud, kepercayaan, sumber daya, preferensi, kebutuhan, risiko, dan sejumlah kondisi lain yang serupa.10

Berkaitan dengan kehidupan sosial, ada banyak definisi yang menjelaskan tentang arti komunitas. Tetapi setidaknya definisi komunitas dapat didekati melalui;pertama, terbentuk dari sekelompok orang; kedua, saling berinteraksi secara sosial diantara anggota kelompok itu; ketiga, berdasarkan adanya kesamaan kebutuhan atau tujuan dalam diri mereka atau diantara anggota kelompok yang lain; keempat, adanya wilayah- wilayah individu yang terbuka untuk anggota kelompok yang lain, misalnya waktu.11

10

Agoes Patub B.N,Modul Seminar “Peran Komunitas Musik Etnik dalam Kebangkitan Budaya Bangsa.(Yogyakarta: Komunitas Suling Bambu Nusantara.

11 Rulli Nasrullah, Komunikasi Antarbudaya di Era Budaya Siber (Jakarta: kencana, 2012). hlm, 138


(45)

Menurut Mac Iver community diistilahkan sebagai persekutuan hidup atau paguyuban dan dimaknai sebagai suatu daerah masyarakat yang ditandai dengan beberapa tingkatan pertalian kelompok sosial satu sama lain. Keberadaan komunitas biasanya didasari oleh beberapa hal yaitu :12

a. Lokalitas,

b. Sentiment Community.

Menurut Mac Iver, unsur-unsur dalam sentiment community, adalah:

a. Seperasaan

Unsur seperasaan muncul akibat adanya tindakan anggota dalam komunitas yang mengidentifikasikan dirinya dengan kelompok dikarenakan adanya kesamaan kepentingan.

b. Sepenanggungan

Sepenanggungan diartikan sebagai kesadaran akan peranan dan tanggung jawab anggota komunitas dalam kelompoknya. c. Saling memerlukan

Unsur saling memerlukan diartikan sebagai perasaan ketergantungan terhadap komunitas baik yang sifatnya fisik maupun psikis.

12

Cholil Mansyur. Sosiologi Masyarakat Desa dan Kota. (Surabaya: Usaha Nasional,1987), hlm. 69


(46)

Menurut Montagu dan Matson, terdapat sembilan konsep komunitas yang baik dan empat kompetensi masyarakat, yakni13:

a) Setiap anggota komunitas berinteraksi berdasar hubungan pribadi dan hubungan kelompok.

b) Komunitas memiliki kewenangan dan kemampuan mengelola kepentingannya secara bertanggung jawab.

c) Memiliki visibilitas, yaitu kemampuan memecahkan masalah sendiri.

d) Pemerataan distribusi kekuasaan.

e) Setiap anggota memiliki kesempatan yang sama untuk berpartisipasi demi kepentingan bersama.

f) Komunitas memberi makna pada anggota. g) Adanya heterogenitas dan beda pendapat.

h) Pelayanan masyarakat ditempatkan sedekat dan secepat kepada yang berkepentingan.

i) Adanya konflik danmanaging conflict.

Sedang untuk melengkapi sebuah komunitas yang baik perlu ditambahkan kompetensi sebagai berikut :

a) Kemampuan mengidentifikasi masalah dan kebutuhan komunitas.

b) Menentukan tujuan yang hendak dicapai dan skala prioritas.

13

Ambar Teguh Sulistiyani.Kemitraan dan Model-Model Pemberdayaan.(Yogyakarta: Penerbit Gaya Media,2004), hlm. 81


(47)

c) Kemampuan menemukan dan menyepakati cara dan alat mencapai tujuan.

d) Kemampuan bekerjasama secara rasional dalam mencapai tujuan.

Komunitas dapat didefinisikan sebagai kelompok khusus dari orang-orang yang tinggal dalam wilayah tertentu, memiliki kebudayaan dan gaya hidup yang sama, sadar sebagai satu kesatuan, dan dapat bertindak secara kolektif dalam usaha mereka dalam mencapai tujuan.14

Koentjaraningrat berpendapat bahwa suatu komunitas kecil apabila :15

a. Komunitas kecil adalah kelompok-kelompok dimana warga-warganya masih saling kenal mengenal dan saling bergaul dalam frekuensi kurang atau lebih besar.

b. Karena sifatnya kecil itu juga, maka antara bagian-bagian dan kelompok-kelompok khusus di dalamnya tidak ada aneka warna yang besar.

c. Komunitas kecil adalah pula kelompok dimana manusia dapat menghayati sebagian besar dari lapangan kehidupan secara bulat.

14Bruce J. Cohen.Sosiologi Suatu Pengantar.(Jakarta: PT. Rineka Cipta,1992), hlm. 315. 15

Soleman B. Taneko. Struktur Dan Proses Sosial:Suatu Pengantar Sosiologi Pembangungan.(Jakarta: Rajawali,1984), hlm. 60.


(48)

2. Bentuk-Bentuk Komunitas

Dalam kaitan komutas yang diartikan sebagai paguyuban atau gemeinschaft, paguyuban dimaknai sebagai suatu bentuk kehidupan bersama dimana anggotanya diikat oleh hubungan batin yang murni, alamiah, dan kekal, biasanya dijumpai dalam keluarga, kelompok kekerabatan, rukun tetangga, rukun warga dan lain sebagainya.16

Ciri-ciri gemeinschaft menurut Tonnies, yaitu17 : 1) hubungan yang intim; 2) privat; 3) ekslusif. Sedang tipe gemeinschaft sendiri ada tiga, yaitu :

a. Gemeinschaft by blood, hubungannya didasarkan pada ikatan darah atau keturunan.

b. Gemeinschaft of place, hubungannya didasarkan pada kedekatan tempat atau kesamaan lokasi.

c. Gemeinschaft of mind, hubungannya didasarkan pada kesamaan ideologi meskipun tidak memiliki ikatan darah maupun tempat tinggal yang berdekatan.

Menurut Mac Iver keberadaan communal code (keberagaman aturan dalam kelompok) mengakibatkan komunitas terbagi menjadi dua, yaitu :18

16

Soerjono Soekanto. Sosiologi: Suatu Pengantar. (Jakarta: Rajawali Press,1983), hlm.128-129.

17Ibid,130-131. 18

Cholil Mansyur. Sosiologi Masyarakat Desa dan Kota. (Surabaya: Usaha Nasional,1987), hlm. 80-81.


(49)

a. Primary Group,hubungan antar anggota komunitas lebih intim dalam jumlah anggota terbatas dan berlangsung dalam jangka waktu relatif lama.

Contoh : keluarga, suami-istri, pertemuan, guru-murid, dan lain-lain.

b. Secondary Group, hubungan antar anggota tidak intim dalam jumlah anggota yang banyak dan dalam jangka waktu yang relatif singkat.

Contoh : perkumpulan profesi, atasan-bawahan, perkumpulan minat/hobis, dan lain-lain.

Komunitas dalam penelitian ini dapat diartikan sebagai kelompok sosial yang mempunyai arti perkumpulan beberapa individu. Komunitas atau kelompok sosial.19

3. Komunitas Sebagai Kelompok Sosial A. Pengertian Kelompok Sosial

Robert K. Merton (1965) mendefinisikan kelompok sosial sebagai berikut : “a number of people who interact with

one another in accord with estabilished patters” ialah sekelompok orang yang saling berinteraksi sesuai dengan pola yang telah mapan.

Dengan kalimat yang sederhana dapat didefinisikan kelompok sosial sebagai wahana interaksi antar anggotanya

19

J. Dwi Narwoko & Bagong Suyanto (ed). Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan.


(50)

untuk maksud atau tujuan tertentu. Kelompok sosial relatif mudah terbentuk, disebabkan oleh kodrat manusia itu sendiri sebagai makhluk sosial. Manusia harus saling berinteraksi, berorganisasi, membentuk paguyuban, yang kesemuanya memiliki tujuan tertentu mulai dari tujuan yang bersifat sekedar ungkapan solidaritas sosial, sampai kepada tujuan untuk memperoleh suatu keuntungan yang direncanakan seperti keuntungan ekonomi, politik, budaya, dan sebagainya.20

B. Klasifikasi Kelompok Sosial

Kelompok sosial dapat diklasifikasikan menurut berbagai sudut pandang. Berikut ini dapat diuraikan pengklasifikasian dimaksud.

1. Klasifikasi menurut Robert Bierstedt (1948)

Bierstedt menggunakan tiga kriteria untuk mengklasifikasikan jenis kelompok sosial, yaitu ada tidaknya : (a) organisasi, (b) hubungan sosial diantara anggota kelompok, dan (c) persamaan kepentingan.

2. Klasifikasi kelompok menurut Robert K. Merton (1965) dibuat berdasarkan tingkat intensitas interaksi antaranggotanya : a. Kelompok dengan intensitas interaksi kuat. Jadi ciri

kelompok ini adalah terdapatnya interaksi antaranggotanya yang dominan. Apabila anggota sudah sekian lama tidak


(51)

berinteraksi, maka dapat dikatakan keanggotaaanya mulai melemah.

b. Kelompok dengan intensitas interaksi lemah. Kriteria yang ditonjolkan dalam kelompok ini adalah solidaritas atas dasar nilai kebersamaan serta kewajiban moral melaksanakan peran yang diharapkan.

3. In GroupdanOut Group

Dilihat dari keberadaann individu, kelompok sosial digolongkan menjadi dua, ialah : (1) in group, dan (2) out group.

In group adalah kelompok kita, dimana kita menjadi anggota dari kelompok sosial itu. Sesama anggota dalam in group bukan saja saling mengenal, tetapi terikat dengan norma yang berlaku, saling bekerja sama, rasa tanggung jawab, dan rasa persahabatan.

Out group (kelompok luar atau kelompok mereka), jadi kita sebagai individu tidak menjadi anggota dari kelompok sosial tersebut. Misalnya kelompok pendukung kesebelasan sepakbola A adalah out group bagi kelompok pendukung kesebelasan sepakbola B.

4. Kelompok Mayoritas dan Minoritas

Berdasarkan jumlah orang yang menjadi anggota, kelompok sosial dapat dibedakan menjadi dua, yaitu : (1) kelompok minoritas, dan (2) kelompok mayoritas. Kelompok


(52)

minoritas atau kelompok kecil, ialah suatu kelompok sosial dimana anggotanya hanyalah terdiri sebagian kecil dari anggota komunitas tertentu. Dengan demikian, kelompok mayoritas atau kelompok besar ialah suatu kelompok sosial dimana anggotanya mencakup sebagian besar anggota kelompok. 5. Kelompok yang Dibangun Berdasar Pertimbangan Fungsional

Kelompok sosial juga dapat dibedakan atas dasar pertimbangan fungsional, sebagai berikut :

a. Kelompok persamaan darah (blood group), ialah suatu kelompok yang terbentuk karena adanya pertalian darah atau garis keturunan. Contohnya : keluarga, dan “trah”.

b. Kelompok yang terbentuk atas dasar kesamaan karakteristik jasmaniah, seperti kelompok sesama jenis kelaminya, seusia, kesamaan warna kulit, dan sebagainya.

c. Kelompok yang terbentuk berdasarkan kesamaan interes atau hobi, misalnya perkumpulan pecinta alam, peminat sastra, paguyuban sepeda gembira.

d. Kelompok yang terbentuk berdasarkan kesamaan profesi, seperti misalnya asosiasi profesi kedokteran, peradilan, pendidikan, dan sebagainya.

6. Kelompok Terbuka dan Tertutup

Dilihat dari sifatnya apakah untuk menjadi anggota dipersyarakatkan aturan yang ketat ataukah longgar, kelompok sosial dibedakan menjadi :


(53)

a. Kelompok terbuka, dimana individu secara leluasa dapat keluar masuk menjadi anggota kelompok.

b. Kelompok tertutup, dimana anggota memiliki ikatan hubungan yang sangat kuat, individu di luar kelompok akan sangat sulit terlibat akses dalam kepentingan kelompok.

C. Fungsi Kelompok Sosial

Fungsi kelompok sosial bagi setiap orang sudah barang tentu saling berbeda, tergantung intensitas keikut sertaannya dalam kelompok maupun sifat kelompok itu sendiri. Berikut ini dipaparkan fungsi kelompok sosial bagi individu atau anggota.

1. Untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan individu. Dalam hal ini kebutuhan individu saling berbeda. Dalam kelompok sosial individu dapat memenuhi kebutuhannya, misalnya kebutuhan akan kecakapan sosial, pengalaman, pendewasaan, kerja sama, dan sebagainya.

2. Untuk melembagakan suatu norma atau nilai sosial tertentu. Dengan adanya kelompok sosial, maka dapat disepakati berlakunya suatu norma sosial tertentu. Misalnya di kalangan Orang Jawa melarang anak duduk di atas bantal, duduk di depan pintu di waktu senja, dan lain-lain.

3. Untuk mengorganisir suatu peran sosial. Bahwa dengan adanya kelompok sosial, masing-masing individu dapat memainkan peran sosial sesuai dengan kapasitas yang dimilikinya.


(54)

4. Untuk membangun konformitas. Konformitas ialah keseragaman sikap dan perilaku para anggota kelompok. Setiap anggota kelompok merasa nyaman apabila melakukan sesuatu sesuai dengan yang dilakukan oleh orang-orang lain dalam kelompoknya. Misalnya dalam suatu acara hajatan, sebagian besar tamu mengenakan pakaian batik, maka apabila kita pada saat itu juga menggunakan batik, akan ada perasaan nyaman karena kita bersikapconformdengan orang lain.

Dalam penelitan ini, peneliti menggunakan teori komunikasi kelompok untuk membahas teori prestasi kelompok di dalam komunitas. Bahwa komunitas adalah sama pengertiannya dengan kelompok, karena komunitas dan kelompok adalah sebuah bagian yang sama.

C. Kampanye

A. Pengertian Kampanye

Mendengarkan radio, membaca surat kabar, majalah, menonton televisi, melakukan kegiatan menyebarkan informasi tentang mencuci tangan sebelum makan, cara makan yang benar, menghindari mengkonsumsi dari alkohol dan rokok, memanfaatkan kertas daur ulang, cara menyusui bayi, meningkatkan minat baca anak-anak, dan tata cara pemungutan suara. Tanpa disadari, setiap hari sesorang


(55)

berkomunikasi dengan kampanye inilah yang disebut dengan public communication campaign.21

Pada umumnya semua jenis atau bentuk kampanye komunikasi selalu menggunakan media sebagai saluran pengirim pesan yang telah ditata dengan baik kepada audience yang telah direncanakan sebelumnya. Menurut Weiss & Tschirhart (1994) dalam Venus, tujuan kampanye tidak dapat tidak jika ingin mencapai perubahan tertentu, perubahan tertentu, perubahan sikap dan perilaku dari sejumlah besar individu yang akan dijadikan sasaran kampanye.22

B. Dua Tipe Utama Kampanye

Sangat banyak variasi tipe kampanye, yang biasa saja antara satu tipe kampanye dan tipe kampanye lain sangat eksklusif dan bahkan mungkin tumpang-tindih. Berbagai pustaka menulis dan membahas beragam pendapat tentang tipe, jenis, bentuk, dan metode kampanye komunikasi publik. Meskipun ada begitu banyak versi namun sekurang-kurangnya dikenal dua kampanye berdasarkan tujuan, yaitu : (1) Individual behavior change campaigns atau kampanye perubahan perilaku individu; dan (2) Public will campaigns

21Alo Liliweri,Komunikasi Serba Ada Serba Makna.(Jakarta: Kencana Prenada Media

Group,2011), hlm. 672


(56)

atau yang sering disebut value atau attitude campaigns. (Dungan & Seaver, 1999; Henry & Rivera,1998.)23

a) Individual Behavior Change Campaigns

Atau kampanye perubahan perilaku individu. Sering disebut public information (informasi publik) atau public education campaigns (kampanye pendidikan publik). Tujuan kampanye ini adalah mengubah perilaku individu yang

“kurang berkenan” dan menganjurkan perilaku baru yang

dianjurkan.

Contoh tipe kampanye ini adalah kampanye pencegahan merokok, minuman alkohol, pemakaian obat aditif atau narkoba, seks bebas, penularan HIV/AIDS, dan penyakit menular. Kampanye juga menganjurkan alternatif perilaku

individu agar hidup menurut tatanan “kesehatan” sosial dari

suatu masyarakat. Kebanyakan kampanye ini juga menggunakan pendekatan dan teknik pemasaran sosial yang difokuskan kepada individu pelanggan.24

b) Public Will Campaigns

Atau yang sering disebut value atau attitude campaigns adalah kampanye yang bertujuan untuk mengubah kebijakan publik yang menekankan pada mobilisasi tindakan publik dalam rangka mengubah kebijakan umum. Sering kampanye ini bertujuan menciptakan kemauan publik untuk menolak atau

23Alo Liliweri,Komunikasi Serba Ada Serba Makna.(Jakarta: Kencana Prenada Media

Group,2011), hlm. 683.


(57)

menerima suatu kebijakan yang merugikan kepentingan publik. (Weiss & Tschirhart, 1994; Dungan & Seaver, 1999; Coffmanm,2002b; Dorfmanet al.,2002.)25

C. Jenis-jenis Kampanye

Membicarakan jenis-jenis kampanye pada prinsipnya adalah membicarakan motivasi yang melatarbelakangi diselenggarakannya sebuah program kampanye. Motivasi tersebut pada gilirannnya akan menentukan ke arah mana kampanye akan digerakkan dan tujuan yang akan dicapai. Jadi secara inheren ada keterkaitan antara motivasi dan tujuan kampanye.26

Bertolak dari keterkaitan tersebut, menurut Charles U. Larson (1992)27 membagi jenis kampanye ke dalam tiga kategori yakni : product-oriented campaigns, candidate-oriented campaigns dan ideologically or cause oriented campaigns.

Product-oriented campaigns atau kampanye yang berorientasi pada produk umumnya terjadi di lingkungan bisnis. Istilah lain yang sering dipertukarkan dengan kampanye jenis ini adalahcommercial campaignsatau corporate campaign.Motivasi yang mendasarinya adalah memperoleh keuntungan finansial.

Candidate-oriented campaigns atau kampanye yang berorientasi pada kandidat umumnya dimotivasi oleh hasrat untuk meraih kekuasaan politik. karena itu jenis kampanye ini

25

Alo Liliweri,Komunikasi Serba Ada Serba Makna.(Jakarta: Kencana Prenada Media Group,2011), hlm. 684.

26

Antar Venus, Manajemen Kampanye (Panduan Teoritis dan Praktis dalam Mengefektifkan Kampanye Komunikasi), (Bandung:Simbiosa Rekatama Media,2009), hlm 10-11.


(58)

dapat pula disebut sebagai political campaigns (kampanye politik). Tujuannya antara lain adalah untuk memenangkan dukungan masyarakat terhadap kandidat-kandidat yang diajukan partai politik agar dapat menduduki jabatan-jabatan politik yang diperebutkan lewat proses pemilihan umum.

Ideologically or caused oriented campaigns adalah jenis kampaye yang berorientasi pada tujuan-tujuan yang bersifat khusus dan seringkali berdimensi perubahan sosial. Karena itu kampanye jenis ini dalam istilah Kotler disebut sebagai social change campaigns, yakni kampanye yang ditujukan untuk menangani masalah-masalah sosial melalui perubahan sikap dan perilaku publik yang terkait.

Pada dasarnya berbagai jenis kampanye yang tidak termasuk dalam kategori kampanye politik atau kampanye produk dapat dimasukkan ke dalam kampanye perubahan sosial. Dengan demikian cakupan jenis kampanye ini sangat mulai dari kampanye dibidang kesehatan (misalnya AIDS, menyusui dengan ASI, Keluarga Berencana dan donor darah), kampanye lingkungan (misalnya air bersih), kampanye pendidikan (misalnya meningkatkan minat baca), kampanye lalu lintas ( misalnya pemakaian helm dan sabuk pengaman), kampanye ekonomi (misalnya bagaimana menarik minat investor asing), atau kampanye kemanusian (misalnya pengumpulan dana untuk korban bencana alam).


(59)

Terlepas dari perbedaan yang ada di antara jenis-jenis kampanye diatas, dalam praktiknya ketiga macam kampanye tersebut hampir tidak berbeda. Ketiga dapat menggunakan strategi komunikasi yang sama untuk menjual produk, kandidat atau gagasan mereka kepada khalayak.

D. Model-Model Kampanye28

Model-model kampanye yang dibahas dalam literatur komunikasi umumnya memusatkan perhatian pada penggambaran tahapan proses kegiatan kampanye. Boleh dikatakan tidak ada model yang berupaya menggambarkan proses kampanye berdasarkan proses komunikasi. Karena itu menampilkan model kampanye dengan menggambarkan unsur-unsur yang terdapat didalamnya menjadi penting. Tujuannya adalah agar dapat memahami fenomena kampanye bukan hanya dari tahapan kegiatannya, tetapi juga dari interaksi antar komponen yang terdapat didalamnya.

Berbicara mengenai model kampanye, beberapa model kampanye antara lain meliputi :

a. Model Komponensial Kampanye

Model ini mengambil komponen-komponen pokok yang terdapat dalam suatu proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan kampanye. Unsur-unsur yang terdapat di

28

Antar Venus, Manajemen Kampanye (Panduan Teoritis dan Praktis dalam Mengefektifkan Kampanye Komunikasi), (Bandung: Simbiosa Rekatama Media,2009), hlm. 12


(60)

dalamnya meliputi : sumber kampanye, saluran, pesan, penerima kampanye, efek dan umpan balik. Unsur-unsur ini harus dipandang sebagai satu kesatuan yang mendeskripsikan dinamika proses kampanye. Model tersebut digambarkan sbb :

Umpan Balik

Model ini dapat dengan mudah diidentifikasi menggunakan pendekatan transmisi (transmission approach) ketimbang interaction approach. Alasan yang mendasarinya adalah bahwa kampanye merupakan kegiatan komunikasi yang direncanakan, bersifat purposif (bertujuan), dan sedikit membuka peluang untuk saling bertukar informasi dengan khalayak (interactive). Lebih dari itu kampanye merupakan kegiatan yang bersifat persuasif dimana sumber (campaigner) secara aktif berupaya mempengaruhi penerima (campaignee) yang berada dalam posisi pasif. Karena Sumber

Kampanye

Pesan Penerima Kampanye

Efek

Saluran

Bagan 2.1 Model Komponensial Kampanye Sumber : Antar Venus


(61)

perrbedaan ini maka proses bertukar pesan selama kampanye berlangsung menjadi sangat terbatas.

Dalam model kampanye diatas digambarkan bahwa sumber (campaign makers) memiliki peran yang dominan. Ia secara aktif mengkonstruksi pesan yang ditujukan untuk menciptakan perubahan pada diri khalayak (campaign receivers). Pesan-pesan tersebut disampaikan melalui berbagai saluran komunikasi seperti media massa, media tradisional atau saluran personal.

Ketika pesan-pesan diterima khalayak diharapkan muncul efek perubahan pada diri mereka. Terjadi atau tidaknya efek perubahan tersebut dapat diidentifikasi dari umpan balik yang diterima sumber. Umpan balik untuk efektivitas kampanye dapat muncul dari pesan itu sendiri, saluran yang digunakan atau respons penerima. Akhirnya dapat dikatakan bahwa keseluruhan proses kampanye tidak terlepas dari gangguan (noise). Sumber dapat mengidentfikasikan potensi gangguan tersebut pada semua komponen yang ada.29

b. Model Kampanye Ostegaard

Menurut Leon Ostegaard seorang teoritisi dan praktis kampanye kawakan dari Jerman dalam Venus, model ini

29 Antar Venus Manajemen Kampanye (Panduan Teoritis dan Praktis dalam

Mengefektifkan Kampanye Komunikasi), (Bandung: Simbiosa Rekatama Media,2009), hlm. 14


(62)

dikembangkan oleh dirinya . sepanjang hidup. Ostergaard telah terlibat dalam puluhan program kampanye perubahan sosial di negaranya. Jadi model yang diciptakannya ini tidak muncul dari atas meja melainkan dari pengalaman praktik di lapangan. Di antara berbagai model kampanye yang ada, model ini dianggap yang paling pekat sentuhan ilmiahnya. Hal ini bisa dilihat dari kata-kata kunci yang dikunci di dalamnya seperti kuantifikasi, cause and effect analysis, data dan theoretical evidence.

Menurut Ostergaard sebuah rancangan program kampanye untuk perubahan sosial yang tidak didukung oleh temuan-temuan ilmiah tidaklah layak untuk dilaksanakan. Alasannya karena program semacam itu tidak akan menimbulkan efek apapun dalam menanggulangi masalah sosial yang dihadapi. Karenanya, lanjut pakar kampanye ini, sebuah program kampanye hendaknya selalu dimulai dari

Problem

Knowledge Attitudes

Campaign

Skills

Reduced Behaviour

Bagan 2.2 Model Kampanye Ostergaard Sumber : Antar Venus


(63)

identifikasi masalah secara jernih. Langkah ini disebut juga tahapprakampanye.

Jadi langkah pertama yang harus dilakukan sumber kampanye (campaign makers atau decision maker) adalah mengidentifikasi masalah faktual yang dirasakan. Contoh permasalahan itu misalnya : tingginya tingkat kecelakaan lalu lintas di jalan raya, rendahnya minat baca masyarakat, atau tingginya angka pengidap penyakit gondok di suatu daerah.

Bila dari analisis ini diyakini bahwa masalah tersebut dapat dikurangi lewat pelaksanaan kampanye maka kegiatan kampanye perlu dilaksanakan. Bila kenyataannya demikian, tahap kedua yang harus dilakukan yakni perencanaan program kampanye.

Tahap kedua adalah pengelolaan kampanye yang dimulai dari perancangan, pelaksanaan, hingga evaluasi. Dalam tahap ini sasaran untuk merumuskan pesan, aktor kampanye, saluran dalam merancang program kampanye, yang mulai populer pada tahun 1980-an, benar-benar mendapat tempat dan diterapkan dalam model ini.

Pada tahap pengelolaan ini seluruh program kampanye (campaign contenti) diarahkan untuk membekali dan mempengaruhi aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan khalayak sasaran. Ketiga aspek ini dalam literatur ilmiah dipercaya menjadi prasyarat dalam pengetahuan, sikap dan


(64)

keterampilan khalayak akan memberi pengaruh pada perubahan perilaku. Pada gambar model juga terlihat bahwa tanda panah pengetahuan dan keterampilan mengarah pada sikap. Ini menandakan bahwa sikap, baik secara langsung, atau tidak langsung, juga dipengaruhi oleh perubahan dalam tataran pengetahuan dan keterampilan.

Tahap terakhir dari model ini adalah tahap evaluasi pada penganggulangan masalah (reduced problem). Tahap ini disebut juga tahap pascakampanye. Dalam hal ini evaluasi diarahkan pada keefektifan kampanye dalam menghilangkan atau mengurangi masalah sebagaimana yang telah diidentifikasi pada tahap prakampanye.

c. The Five Functional Stages Development Model

Model ini dikembangkan oleh tim peneliti dan praktisi kampanye di Yale University AS pada awal tahun 1960-an (Larson, 1993). Model ini dianggap yang paling populer dan banyak diterapkan diberbagai belahan dunia. Kepopuleran ini tidak terlepas dari fleksibilitas model untuk diterapkan, baik pada candidate oriented campaign, product oriented atau cause or idea oriented campaign. Fokus model ini adalah pada tahapan kegiatan kampanye, bukan pada proses pertukaran pesan antaracampaignerdancampaignee.30

30

Antar Venus Manajemen Kampanye (Panduan Teoritis dan Praktis dalam Mengefektifkan Kampanye Sosial), (Bandung: Simbiosa Rekatama Media,2009), hlm. 14


(65)

Pada model ini digambarkan bagaimana tahapan kegiatan kampanye harus dilalui sebelum akhirnya kegiatan tersebut berhasil atau gagal mencapai tujuan. Tahapan kegiatan tersebut meliputi: identifikasi, legitimasi, partisipasi, penetrasi, dan distribusi.

Tahapidentifikasi merupakan tahap penciptaan identitas kampanye yang dengan mudah dapat dikenali oleh khalayak. Hal-hal yang umum digunakan sebagai identitas kampanye diantaranya simbol, warna, lagu atau jingle, seragam dan slogan.

Tahap berikutnya adalah legitimasi. Dalam kampanye politik legitimasi diperoleh ketika seseorang telah masuk dalam daftar kandidat anggota legislatif, atau seorang kandidat presiden memperoleh dukungan yang kuat dalam polling yang dilakukan lembaga independen.

Bagan 2.3 Model Perkembangan Lima Tahap Fungsional I Larson Sumber : Antar Venus

Identifikasi

Legitimasi

Partisipasi

Distribusi Penetrasi


(66)

Pada kampanye produk, legitimasi seringkali ditunjuka melalui testimoni atau pengakuan konsumen tentang keunggulan produk tertentu. Testimoni tersebut dapat diberikan olehpublic figure.

Tahap ketiga adalah partisipasi. Tahap ini dalam praktiknya relatif sulit dibedakan dengan tahap legitimasi karena ketika seorang kandidat, produk atau gagasan mendapatkan legitimasi, pada saat yang sama dukungan yang bersifat partisipatif mengalir dari khalayak. Partisipasi ini bersifat nyata (real) atau simbolik. Partisipasi nyata ditunjukan oleh keterlibatan orang-orang dalam menyebarkan pamflet, brosur, atau postur, menghadiri demonstrasi yang diselenggarakan sebuah lembaga swadaya masyarakat atau memberikan sumbangan untuk perjuangan partai. Sementara partisipasi simbolik bersifat tidak langsung.31

Tahap keempat adalah tahap penetrasi. Pada tahap ini seorang kandidat, sebuah produk atau sebuah gagasan telah hadir dan mendapat tempat di hati masyarakat. Sebuah produk telah menguasai sekian persen dari pangsa pasar yang ada atau sebuah kampanye yang ditunjukkan untuk menentang kebijakan pemerintah mendapat liputan media massa secara luas dan mendapatkan tanggapan serius pemerintah dengan membuka dialog untuk mencari jalan keluar terbaik.

31 Antar Venus, Manajemen Kampanye (Panduan Teoritis dan Praktis dalam


(67)

Terakhir adalah tahapan distribusi atau dapat disebut sebagai tahap pembuktian. Pada tahap ini tujuan kampanye pada umumnya telah tercapai. Kandidat politik telah mendapatkan kekuasaan yang meraka cari. Bila mereka gagal melalukan hal itu, maka akibatnya akan fatal bagi kelangsungan jabatan, produk, gagasan yang telah diterima masyarakat.

d. The Communicative Function Model

Judith Tarent dan Robert Friendberg adalah praktisi sekaligus pengamat kampanye politik di Amerika Serikat. Dalam bukunya Political Campaign Communication, mereka merumuskan sebuah model kampanye yang dikonstruksi dari lingkungan politik. sebagaiman model yang dikembangan tim dari Yale University, model ini juga memusatkan analisisnya pada tahapan kegiatan kampanye.

Langkah-langkahnya dimulai dari surfacing, primary, nomination dan election. Kegiatan yang tercakup dalam tahap surfacing (pemunculan) lebih banyak berkaitang dengan membangun landasan tahap berikutnya seperti : memetakan daerah yang akan dijadikan tempat kampanye, membangun kontak dengan tokoh-tokoh setempat atau orang-orang dikenal yang berada di daerah tersebut, mengorganisasikan pengumpulan dana dan sebagainya. Tahap ini umumnya


(68)

dimulai begitu seseorang secara resmi mencalonkan diri untuk jabatan politik tertentu.32

Pada tahap ini pula khalayak akan melakukan evaluasi awal terhadap citra kandidat secara umum. Dengan kata lain khalayak akan melakukan uji citra publik terhadap kandidat tersebut.

Tahap berikutnya dalam model ini adalah tahap primary. Pada tahun ini seseorang berupaya untuk memfokuskan perhatian khalayak pada kandidat, gagasan, atau produk yang telah dimunculkan di arena persaingan. Pada tahap ini kita mulai melibatkan khalayak untuk mendukung kampanye yang dilaksanakan. Dalam konteks politik inilah tahap yang palin kritis dan paling mahal. Dikatakan kritis karena disini secara ketat bersaing dengan kandidat-kandidat lain dimana dalam proses persaingan itu mungkin saja dia dapat menghamburkan janji-janji yang kemudian tidak dapat dipenuhi. Dikatakan mahal karena pada tahap inilah sesungguhnya kita bersaing untuk dapat menjadi nominator yang selanjutnya akan dipilih khalayak.

Terakhir adalah tahap pemilihan. Pada tahap ini biasanya masa kampanye telah berakhir. Namun, secara

32 Antar Venus, Manajemen Kampanye (Panduan Teoritis dan Praktis dalam

Mengefektifkan Kampanye Sosial), (Bandung: Simbiosa Rekatama Media,2009), hlm. 20-21


(1)

✁✁ ✂ BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti lakukan dengan judul

“Komunikasi Dalam Kampanye Sosial Komunitas Ketimbang Ngemis

Regional Gresik”. Peneliti juga mendapatkan data dan fakta yang

diperoleh dari lapangan langsung baik dari hasil wawancara maupun

observasi langsung telah dikonfirmasi dengan teori-teori yang menjadi

acuan peneliti, dengan demikian dapat diperoleh beberapa kesimpulan

mengenai hal yang menjadi fokus dalam penelitian ini. Kesimpulan ini

meliputi berbagai aspek mulai dari bentuk kampanye sosial Komunitas

Ketimbang Ngemis Regional Gresik dan faktor pendukung serta

penghambat dalam menyebarkan pesan kampanye sosial. Berdasarkan

hasil analisis data penulis mendapatkan sejumlah kesimpulan dari temuan

yang penulis paparka di bab sebelumnya, diantaranya adalah :

1. Bentuk komunikasi dalam kampanye sosial Komunitas Ketimbang

Ngemis Regional Gresik dalam memotivasi kerja masyarakat di

Gresik.

a. Dalam menyebarkan pesan kampanye sosial, Komunitas

Ketimbang Ngemis Regional Gresik menggunakan media


(2)

✄☎ ✆

b. Adapun kegiatan mereka untuk mengkampanyekan budaya anti

mengemis yaitu dengan menunjukkan gambar sosok mulia

dengan mem-postingnyadi media sosial instagram.

2. Faktor pendukung dan penghambat dari kampanye sosial Komunitas

Ketimbang Ngemis Regional Gresik dalam memotivasi kerja

masyarakat di kabupaten gresik.

1. Faktor pendukung dalam kampanye sosial Komunitas Ketimbang

Ngemis Regional Gresik

a. Sumber daya manusia (Pengurus, anggota, dan netizen)

b. Donasi dari para donatur

c. Media Sosial Instagram

2. Faktor penghambat kampanye sosial Komunitas Ketimbang

Ngemis Regional Gresik.

a. Donasi dari donatur yang masih kurang.

b. Anggota yang punya kesibukan masing-masing.

B. Rekomendasi

Berdasarkan pada hasil penelitian yang telah dipaparkan diatas,

maka terdapat beberapa saran dari penulis sebagai berikut :

1. Komunitas Ketimbang Ngemis Regional bisa mengajak

instansi pemerintah yang dalam hal ini dari Dinas Sosial untuk

ikut berpartisipasi. Dengan adanya bantuaan dari Dinas Sosial

diharapkan kegiatan mereka bisa lebih banyak dan bervariasi.

Misalnya apabila ada pengemis yang terkena razia oleh Satpol


(3)

✝✞ ✝

menjadi motivator dengan mengedukasi pengemis tersebut

dengan menunjukkan saudara-saudara yang seumuran mereka

lebih memilih untuk bekerja dibandingkan mengemis.

✞ ✟ Mencari media lain selain instagram dalam hal mencari donasi. seperti contohnya mempublishnya pada website kitabisa.com.

pada website ini banyak sekali para donatur yang bisa join


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Alo Liliweri. 2011.Komunikasi Serba Ada Serba Makna.(Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Ambar Teguh Sulistiyani. 2004.Kemitraan dan Model-Model Pemberdayaan.Yogyakarta: Penerbit Gaya Media

Burhan, Bungin. 2003.Analisis Data Penelitian Kualitatif Pemahaman Filosofis dan Metodologis Ke Arah Penguasaan Model Aplikasi.Jakarta:GrafindoPersada

Burhan Bungin. 2008. Sosiologi Komunikasi.Jakarta:Kencana Prenada Media Group Bruce J. Cohen. 1992. Sosiologi Suatu Pengantar.Jakarta: PT. Rineka Cipta

Cholid Narbuko dan Abu Achmadi. 2009. Metodologi Penelitian. Jakarta: Cet 10, PT Bumi Aksara.

Cholil Mansyur. 1987.Sosiologi Masyarakat Desa dan Kota. Surabaya: Usaha Nasional Effendy. Onong Uchjana. 2007.Ilmu, Teori Dan Filsafat Komunikasi.Bandung : Citra

Aditya Bakti.

Hasibuan, Malayu, S.P. 2003Manajemen Dasar, Pengertian dan Masalah, Jakarta:PT Toko Gunung Agung.

J. Dwi Narwoko & Bagong Suyanto (ed). 2007.Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan.Jakarta: Kencana

Lexy. J. Moleong. 2011.Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi, Bandung:Remaja Rosdakarya

Kriyantono, Rachmat. 2006.Teknik praktis riset komunikasi: Disertai contoh praktis riset media,public relations,advertising,komunikasi organisasi,komunikasi

pemasaran, Jakarta:Kencana Prenada Media Group.

Malayu, Hasibuan. 2000.Manajemen Sumber Daya Manusia.Jakarta: Sinar Grafika Offset.

Marhaeni Fajar. 2009.Ilmu Komunikasi :Teori & Praktik,Universitas Mercu Buana Muhammad, Farouk dan Djaali, H. 2005.Metodologi Penelitian Sosial Edisi Revisi,

Jakarta: PTIK P ress & Agung.

Nasution, S. 2003.Metodologi Penelitian Naturalistik Kualitatif,Bandung:Tarsito Nurudin. 2004.Komunikasi Massa.Malang: Cespur.


(5)

Onong Uchjana Effendy, 1986.Dinamika Komunikasi, Bandung, PT.Remaja Rosdakarya,

Robandi, Imam. 2008.Becoming The Winner Riset, Menulis Ilmiah, Publikasi Ilmiah, Dan Presentasi,Yogyakarta:C.V Andi.

Rachmadi, F. 1996.Public Relations dalam teori dan praktek. Jakarta : Gramedia. Rosady, Ruslan. 2002.Kiat dan Strategi: Kampanye Public Relations.Edisi Revisi,

cet.3, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Ruslan Rosady. 2006.Metode Peneliitian Public Relation dan Komunikasi.Jakarta: PT. Raja Grafindo.

Sasa Djuarsa Sendjaja, 1994.Teori Komunikasi,Universitas Terbuka

Sardiman. 2005. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar,Jakarta:Raja Grafindo Persada.

Salim. A. 2002.Perubahan Sosial.Yogyakarta: Tiara Wacana.

Sarwono, Sarlito Wirawan. 1998.Teori-teori Psikologi Sosial.Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada Soerjono Soekanto. 1983.Sosiologi: Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Press

Soleman B. Taneko. 1984. Struktur Dan Proses Sosial:Suatu Pengantar Sosiologi Pembangungan.Jakarta: Rajawali

Sukmadinata. 2006.Metode Penelitian Pendidikan.Bandung:Rosdakarya

Suharsimi Arikunto. 2009. Prosedur Penelitian Suatu PendekatanPraktek, (Jakarta: Rineka Cipta.

Sugiyono. 2011.Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D.Bandung: Alfabeta.

Suharsimi Arikunto. 2009. Prosedur Penelitian Suatu PendekatanPraktek, Jakarta: Rineka Cipta.

Suranto Aw. 2010.Komunikasi Sosial Budaya.Yogyakarta: Graha Ilmu

Venus Antar. 2004.Manajemen Kampanye:Panduan Teoritis dan Praktis dalam

Mengefektifkan Kampanye Komunikasi.Bandung:Simbiosa Rekatama Media

Winardi, J. 2000.Motivasi & Pemotivasian dalam Manajemen,(akarta:Raja Persada Grafindo .


(6)

Werner Severin J & James W Tankard. 2008.Teori Komunikasi.Jakarta : Kencana. Yin, Robert K. 2006.Studi kasus:Desain dan Metode. (rev. Ed). (M.Djauzi Mudzakir

Trans).Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada.

Internet

✠✡✡☛☞ ✌✌✍✎✏✑ ✒ ✍✓✠✔ ✓✒ ✑ ✕✖ ✗✘ ✍✌ ✍✎✏✑ ✒ ✍✓✠ ✙✚✘ ✛✜ ✌✗✘✍✍✎ ✛✒✡ ✕ ✌✒✡ ✜ ✍✌✢✣ ✤ ✙✥✘ ✍✎ ✛✒✡ ✓✏✙✥ ✜✡✒ ✍✦✓✛✧✙✛✧ ✜✍✒ ✏✙ ✏ ✓✕✙ ✛✘✙ ✡✘✙ ✍ ✜✛✧ ✜✍✒ ✏✙ ✦✜✑ ✒ ✑ ✓✠✙ ★ ✓✑ ✓✎✙✡✒ ✔ ✓✥ ✙ ✦✎✡✎✠✙✏ ✜✥✓✑✒ ☛✎ ✛✖✠✡ ✍✑✖

✩ ✪ ✪✫✬✭✭ ✮✯✰✱ ✲ ✳✴✴✵✶✲ ✷✸✲ ✹✺✭ ✶✷ ✴✪✷ ✹✭ ✻ ✼✽ ✾✭ ✽ ✼✭ ✻ ✽✭ ✿✰ ❀ ✳✴✹✪✷✶ ❁✿✵ ✪ ✹❀✮✷ ✴✱ ❁✴✱ ✵❀ ✹✶ ❁✶✷❂ ❁✴✰ ❁✪✰ ❁❀✵ ✴✱ ✵ ❀✹✶❁ ✮✵✯ ✹✯✷✩ ❁❃✷ ✯✷ ✳❁✪ ✹✺✷ ✿ ❁✮✳✪✳✩ ❁✶ ✵ ✿✷ ✯✹ ✫✳✴✭


Dokumen yang terkait

KEBERADAAN KOMUNITAS KETIMBANG NGEMIS DI KOTA MEDAN.

0 3 24

Pola komunikasi komunitas ketimbang ngemis Sidoarjo dalam mensosialisasikan program kerja pada pedagang lansia di Kabupaten Sidoarjo.

2 18 121

Gejala Groupthink dalam Komunikasi Kelompok (Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Gejala Groutpthink di Komunitas BIGREDS Regional Medan)

0 0 12

Gejala Groupthink dalam Komunikasi Kelompok (Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Gejala Groutpthink di Komunitas BIGREDS Regional Medan)

0 1 2

Gejala Groupthink dalam Komunikasi Kelompok (Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Gejala Groutpthink di Komunitas BIGREDS Regional Medan)

0 0 6

Gejala Groupthink dalam Komunikasi Kelompok (Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Gejala Groutpthink di Komunitas BIGREDS Regional Medan)

0 1 28

Gejala Groupthink dalam Komunikasi Kelompok (Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Gejala Groutpthink di Komunitas BIGREDS Regional Medan)

0 0 2

Gejala Groupthink dalam Komunikasi Kelompok (Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Gejala Groutpthink di Komunitas BIGREDS Regional Medan)

0 0 20

T1 Lampiran Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Media Sosial dalam Membentuk dan Menggerakan Gerakan Sosial: Studi Kasus pada Akun @ketimbang.ngemis.soloo di Instagram dalam Membentuk dan Menggerakan Gerakan Sosial Anti Me

0 0 20

New Media Dalam Gerakan Sosial (Studi Kasus pada Pemanfaatan Instagram dan Website dalam gerakan sosial memberi dengan membeli oleh Komunitas Regional Ketimbang Ngemis Jakarta (KNJ) )

0 1 193