Penggunaan strategi reading aloud untuk meningkatkan kemampuan memahami isi cerita mata pelajaran Bahasa Indonesia Kelas IV MI Maarif Pagerwojo Sidoarjo.

(1)

SKRIPSI

Oleh : Luluk Maisyaroh NIM : D97213116

PROGRAM STUDI PGMI

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA AGUSTUS 2017


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Luluk Maisyaroh. 2017. Penggunaan Strategi Reading Aloud Untuk Meningkatkan Kemampuan Memahami Isi Cerita Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas IV MI Maarif Pagerwojo Sidoarjo.

Penelitian ini dilatarbelakangi pemahaman isi cerita siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia yang masih rendah. Pada kegiatan prasiklus menunjukkan dari 37 siswa terdapat hanya 4 siswa yang mendapatkan nilai yang baik dalam hal pemahaman isi cerita dengan prosentase ketuntasan pemahaman 10,81%. Maka dari itu, dalam penelitian ini peneliti menggunakan strategi

Reading Aloud untuk meningkatkan pemahaman isi cerita siswa kelas IV MI Maarif Pagerwojo Sidoarjo.

Rumusan masalah: 1) Bagaimana peningkatan pemahaman siswa terhadap isi sebuah cerita dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia setelah menggunakan strategi Reading Aloud? 2) Bagaimana penerapan strategi Reading Aloud untuk meningkatkan pemahaman isi cerita pada siswa kelas IV C MI Maarif Pagerwojo Sidoarjo?. Sedangkan tujuan penelitian ini adalah 1) peningkatan pemahaman siswa terhadap isi sebuah cerita dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia setelah menggunakan strategi Reading Aloud. 2) Mengetahui penerapan strategi Reading Aloud untuk meningkatkan pemahaman isi cerita mata pelajaran Bahasa Indonesia pada siswa kelas IV C MI Pagerwojo Sidoarjo.

Metode penelitian ini menggunakan metode PTK Kurt Lewin. Subjek penelitian ini terdiri dari 37 siswa kelas IV C. Tindakan ini menggunakan dua siklus. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, tes, serta dokumentasi.

Hasil penelitian menunjukkan penerapan strategi Reading Aloud pada mata pelajaran Bahasa Indonesia melalui 2 siklus. Hasil observasi siswa pada siklus 1 masih dalam kategori cukup yakni dengan nilai 71,29 (cukup), meskipun hasil observasi guru pada siklus 1 sudah baik dengan nilai 78,67 (baik). Pada siklus 2, hasil observasi siswa meningkat dengan nilai 93 (sangat baik) dan hasil observasi guru meningkat nilai 96,09 (sangat baik). Pada siklus 1 nilai rata-rata pemahaman adalah 67,4 (baik) dengan prosentase ketuntasan pemahaman 43,24% (kurang), karena pada siklus 1 belum mencapai indikator ketuntasan pemahaman. Pada siklus 2 nilai rata-rata pemahaman siswa adalah 84,62 (sangat baik) dengan prosentase ketuntasan pemahaman adalah 91,89% (sangat baik).


(7)

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN MOTTO ... ii

LEMBAR PERSEMBAHAN ... iii

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI ... iv

LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

DAFTAR RUMUS ... xv

DAFTAR DIAGRAM ... xvi

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang ... 1

B.Rumusan Masalah ... 6

C.Tindakan yang Dipilih ... 7

D.Tujuan Penelitian ... 7

E.Lingkup Penelitian ... 7

F.Signifikansi Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN TEORI A. Strategi Reading Aloud (membaca nyaring) ... 9

1. Pengertian Reading aloud ... 10

2. Keterampilan yang Dituntut Dalam Reading aloud ... 12

3. Langkah-langkah Strategi Reading Aloud ... 14

B. Konsep Pemahaman ... 15

1. Pengertian Pemahaman ... 15


(8)

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemahaman Bacaan ... 20

C. Konsep Bahasa Indonesia ... 22

1. Pembelajaran Bahasa Indonesia di MI ... 22

2. Materi Bahasa Indonesia di MI ... 24

3. Kalimat Utama Pada Paragraf ... 25

BAB III METODE DAN RENCANA PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 27

B. Setting Penelitian dan Karakteristik Subyek Penelitian ... 30

C. Variabel yang Diselidiki ... 31

D. Rencana Tindakan ... 31

E. Data dan Cara Pengumpulannya ... 42

F. Indikator Kinerja ... 52

G. Tin Peneliti dan Tugasnya ... 53

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 56

B. Pembahasan ... 79

BAB V PENUTUP A. Simpulan ... 87

B. Saran ... 89

DAFTAR PUSTAKA ... 90

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... 92

RIWAYAT HIDUP ... 93 LAMPIRAN ...


(9)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di zaman globalisasi seperti sekarang ini harusnya lebih sulit menemukan lembaga pendidikan yang butuh perhatian penuh pemerintah, akan tetapi nyatanya meskipun zaman sudah maju masih ada sekolah-sekolah atau lembaga pendidikan yang memiliki fasilitas dan tenaga pendidik yang kurang. Mungkin tidak sebanyak jaman dahulu, akan tetapi meskipun begitu tetap saja tidak bisa dikesampingkan masalah seperti ini, harus ada perhatian khusus terutama dari pemerintah setempat, karena anak-anak di daerah yang seperti itu sangat berhak untuk mendapatkan pendidikan layak agar anak-anak dapat berkarya untuk mencapai apa yang telah mereka cita-citakan.

Akan tetapi sangat berbalik dengan hal itu, kadang di sekolah yang sudah memiliki fasilitas nyaman pun tidak sedikit yang memanfaatkan dengan baik fasilitas tersebut. Contohnya saja tenaga pengajar yang cukup, ruang kelas yang nyaman, media pembelajaran lengkap, dan masih banyak fasilitas yang lain, tapi tidak dimanfaatkan dengan semestinya. Adanya media pembelajaran juga kadang dilupakan oleh guru sehingga siswa menjadi jenuh dengan pembelajaran yang seperti itu-itu saja tanpa ada variasi dalam penggunaan strategi, metode, atau media pembelajaran.


(10)

Mata pelajaran bahasa Indonesia contohnya, yang merupakan salah satu pelajaran yang memiliki banyak keterampilan di dalamnya yang harus dikuasai oleh siswa sekaligus. Dalam mata pelajaran bahasa Indonesia, banyak sekali dan bahkan sering kita temui materi-materi yang di dalamnya terdapat cerita yang panjang.

Mungkin kebanyakan guru sudah memahami apa saja keterampilan yang harus diperhatikan dalam memahami cerita, akan tetapi guru menganggap kurang penting hal tersebut karena keadaan siswa yang masih kurang bisa mencapai hal itu, pada akhirnya guru meminta siswanya membaca seperti mereka berbicara saja atau membaca untuk mencari jawaban atas suatu pertanyaan dari cerita tersebut. Tetapi jarang sekali membaca dengan memenuhi keterampilan yang harusnya dimiliki. Biasanya guru sudah menganggap baik apabila anak-anak mengetahui semua kata.1

Misalnya dalam kelas IV, cerita pasti sudah lebih banyak dan panjang dibandingkan di kelas-kelas rendah sebelumnya, karena kemampuan yang dimiliki siswa kelas IV sudah bertahap ke jenjang yang tinggi, akan tetapi sayang jika pernyataan itu tidak sesuai dengan kenyataannya, dalam artian siswa kelas IV masih kurang bahkan tidak bisa

1

Prof. Dr. Henry Guntur Tarigan, Membaca sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung: angkasa, 2008), 28.


(11)

berpikir di ranah yang tinggi tersebut hanya karena beberapa faktor tertentu.

Dalam penelitian kali ini peneliti memilih siswa-siswi di kelas IV sebagai subyek penelitiannya, karena kelas IV adalah kelas pertama di jenjang kelas tinggi. Peneliti juga ingin mengetahui seberapa tinggi pemahaman siswa kelas IV terhadap isi cerita yang semestinya siswa pada kelas IV sudah bisa menuangkan ke dalam sebuah rangkuman atau hanya mengutarakan isi cerita dengan bahasanya sendiri.

Kelas IV yang dipilih peneliti di MI Maarif Pagerwojo adalah kelas IV C. Sedangkan alasan peneliti memilih kelas IV C dibandingkan kelas IV yang lain di MI Maarif Pagerwojo adalah karena peneliti bertujuan untuk menyetarakan kemampuan pemahaman isi cerita dari kelas IV C dengan kelas yang lain, sehingga kelas IV C tidak tertinggal dengan teman-temannya di kelas lain dalam hal pemahaman isi cerita. Selain itu alasan peneliti memilih kelas IV C adalah karena sikap dan perilaku siswa yang terlalu aktif dan kurang memperhatikan penjelasan guru, juga tidak digunakannya inovasi-inovasi pembelajaran oleh guru pada saat proses pembelajaran. Setelah dilakukan observasi, peneliti menemukan permasalahan yang perlu diperhatikan pada kelas tersebut, yakni sebenarnya sebagian siswa sudah bisa memahami cerita jika diberi pertanyaan yang berkaitan dengan cerita tersebut, akan tetapi masih banyak siswa yang kurang bisa mengutarakan kembali isi cerita dengan


(12)

bahasa mereka sendiri dan masih belum mengetahui bagaimana cara menentukan kalimat utama dan ide pokok dalam suatu cerita. Dalam hal ini bisa dikatakan siswa masih kurang faham dengan isi cerita, maka dari itu perlu adanya perbaikan dan penjelasan atas materi tersebut yang lebih lanjut. Dikarenakan peneliti tidak mendapatkan daftar nilai yang menunjukkan siswa yang kurang dalam pemahaman isi cerita, maka peneliti melakukan pretes pada kegiatan pra siklus untuk mendapatkan nilai tersebut, yakni terdapat 33 siswa dari 37 siswa yang dikatakan kurang bisa memahami isi cerita setelah mereka membaca sebuah cerita.2

Dalam penelitian yang sudah dilakukan oleh Siti Rukoyah dalam

judul “Pengaruh Metode Reading Aloud (Membaca Nyaring) Terhadap Pemahaman Bacaan Siswa Kelas II MI Nurul Huda Curug Wetan

Tangerang Tahun Pelajaran 2013/2014”, menyebutkan bahwa pengaruh

pemahaman bacaan siswa yang diajarkan dengan menggunakan metode

reading aloud (membaca nyaring) lebih baik dari pada yang menggunakan metode pembelajaran konvensional. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan bantuan SPSS 16.0 for Window. Dengan teknik Paired Sampel T-Test diperoleh thitung sebesar 0,003 pada taraf signifikan >0,05. Dengan demikian , H1diterima dan H0 ditolak karena 0,003< 0,05, dan dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh metode reading aloud

2


(13)

(membaca nyaring) terhadap pemahaman bacaan siswa kelas II MI Nurul Huda Curug Wetan Tangerang Tahun Pelajaran 2013/2014.3

Alfi Hidayah juga menggunakan strategi yang sama dalam

penelitiannya dengan judul “Upaya Peningkatkan Hasil Belajar Peserta

Didik Melalui Metode Reading Aloud Dan Artikulasi Mata Pelajaran

Al-Qur’an Hadits Pokok Bahasan Hadits Tentang Keutamaan Belajar Al -Qur’an Kelas II Di MI Al-Khoiriyah Kota Semarang Tahun Ajaran

2015/2016”, menyebutkan bahwa dengan menggunakan metode

pembelajaran Reading Aloud dan Artikulasi dapat membuat peserta didik belajar peserta didik lebih termotivasi dan bersemangat sehingga aktivitas dan hasil pelajaran peserta didik dapat meningkat, dituntukkan dengan hasil belajar Al-Qur’an Hadist peserta didik dengan menggunakan metode pembelajaran reading aloud dan artikulasi pada prasiklus diperoleh nilai rata-rata 60 dengan ketuntasan belajar 41,17%. Pada siklus I diperoleh nilai rata-rata 65,8 dengan ketuntasan belajar 58,8%. Dan meningkat menjadi 78,8 dengan ketuntasan 82,4%. Sehingga bisa disimpulkan bahwa terjadi peningkatan nilai rata-rata dari prasiklus ke siklus I kemudian ke siklus II dan tidak perlu dilakukan siklus III.4

3

Siti Rukoyah, Pengaruh Metode Reading Aloud (Membaca Nyaring) Terhadap Pemahaman Bacaan Siswa Kelas Ii Mi Nurul Huda Curug Wetan Tangerang Tahun Pelajaran 2013/2014, Skripsi tidak diterbitkan, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah).

4

Alfi Hidayah, Upaya Peningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Melalui Metode Reading Aloud Dan Artikulasi Mata Pelajaran Al-Qur’a Hadits Pokok Bahasa Hadits Te ta g Keuta aa


(14)

Maka dari itu, di sini penulis mencoba menyelesaikan masalah ini dengan memilih strategi pembelajaran Reading Aloud, akan tetapi ada perbedaan dalam penelitian ini dengan penelitian sebelumnya, di sini peneliti akan mengukur tingkat kepahaman siswa terhadap isi sebuah cerita, bukan untuk meneliti hasil belajar atau pengaruh strategi terhadap sebuah masalah pembelajaran. Di sini peneliti megambil judul

“Penggunaan Strategi Reading Aloud Untuk Meningkatkan Kemampuan Memahami Isi Cerita Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas IV MI

Maarif Pagerwojo Sidoarjo”, alasan penulis memilih strategi reading aloud tidak lain karena menurut peneliti strategi tersebut dapat membuat siswa lebih mengasah keterampilan membaca dengan suara nyaring dan memahami betul isi sebuah cerita sehingga dapat menuliskan kembali dengan gaya bahasanya sendiri. Strategi ini juga dipilih untuk membantu guru menyampaikan materi pelajaran kepada siswa agar siswa dapat menerima pelajaran dengan suasana belajar yang menyenangkan dan tidak mudah merasa bosan, sehingga dapat dengan mudah memahami materi pelajaran.

B. Rumusan Masalah

Setelah panjang lebar memaparkan pada latar belakang, maka masalah yang dapat ditemukan adalah :

Belajar Al-Qur’a Kelas II Di MI Al-Khoiriyah Kota Semarang Tahun Ajaran 2015/2016, Skripsi tidak diterbitkan, (Semarang: UIN Walisongo).


(15)

1. Bagaimana penerapan strategi Reading Aloud untuk meningkatkan pemahaman isi cerita pada siswa kelas IV C MI Pagerwojo Sidoarjo?

2. Bagaimana peningkatan pemahaman siswa terhadap isi sebuah cerita dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia setelah menggunakan strategi Reading Aloud?

C. Tindakan yang Dipilih

Penerapan strategi Reading Aloud untuk meningkatkan pemahaman isi cerita mata pelajaran Bahasa Indonesia di kelas IV MI Maarif Pegerwojo.

D. Tujuan penelitian

1. Untuk mengetahui penerapan strategi Reading Aloud untuk meningkatkan pemahaman isi cerita mata pelajaran Bahasa Indonesia pada siswa kelas IV C MI Pagerwojo Sidoarjo.

2. Untuk mengetahui peningkatan pemahaman siswa terhadap isi sebuah cerita dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia setelah menggunakan strategi Reading Aloud.

E. Lingkup Penelitian

Lingkup penelitiannya adalah tentang pemahaman isi cerita mata pelajaran Bahasa Indonesia yang dilakukan pada siswa kelas IV C MI Maarif Pagerwojo Sidoarjo dengan jumlah 37 siswa di dalam kelasnya.


(16)

F. Signifikansi Penelitian

Adapun signifikansi dari penelitian ini yang nantinya akan menjadikan perubahan lebih baik kepada beberapa pihak, yakni:

1. Bagi Guru:

a. Dapat digunakan sebagai referensi strategi mengajar kepada siswa terutama pada materi yang sulit dipahami oleh siswa. b. Menginspirasi untuk lebih bervariasi dalam mengajar dengan

tujuan agar siswa dapat menerima pelajaran dengan baik. c. Meningkatkan kreativitas dalam mengajar.

2. Bagi Siswa:

a. Merasakan pembelajaran yang menyenangkan dan mudah memahami materi.

b. Mengurangi rasa kejenuhan dalam belajar di kelas.

c. Meningkatkan keaktifan di kelas pada materi pelajaran tanpa malu mengutarakan pendapat.

3. Bagi Peneliti:

a. Dapat mengetahui strategi apa yang tepat yang harus diberikan kepada siswa sesuai dengan materi yang akan diajarkan.

b. Memperdalam pengetahuan cara mengajar untuk digunakan kelak ketika sudah menjadi seorang guru di sekolah.


(17)

BAB II KAJIAN TEORI A. Strategi Reading Aloud (membaca nyaring)

Istilah strategi berasal dari bahasa Yunani yaitu strategia, strategi merupakan sebuah perencanaan yang panjang untuk berhasil dalam mencapai suatu keuntungan. Demikian strategi didefinisikan sebagai suatu garis besar haluan bertindak untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan.1

Sedangkan Reading aloud (membaca nyaring) sendiri adalah suatu aktifitas atau kegiatan yang merupakan alat bagi guru, murid, ataupun pembaca bersama-sama dengan orang lain atau pendengar untuk menangkap serta memahami informasi, pikiran, dan perasaan seseorang pengarang. Pembaca harus mempergunakan segala keterampilan. Membaca nyaring adalah sebuah pendekatan yang dapat memuaskan serta memenuhi berbagai ragam tujuan serta mengembangkan sejumlah keterampilan dan minat.2

Crawley dan Mountain menjelaskan bahwa membaca nyaring hendaknya mempunyai tujuan tertentu dan tidak menggunakan format

round robin, yakni setiap siswa secara acak mendapat giliran untuk

1

Dr. H .Martinis Yamin, M.Pd., Strategi dan Metode dalam model pembelajaran (Jakarta: GP Press Group, 2013), 1.

2


(18)

membaca nyaring satu paragraf, yang mana menyebabkan siswa kurang menyimak apa yang dibaca oleh temannya.3

1. Pengertian Strategi Pembelajaran

Strategi pembelajaran merupakan komponen penting dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran. Banyak model dan strategi yang dapat digunakan untuk kegiatan pembelajaran. Namun tidak semua strategi tersebut cocok untuk mengajarkan semua materi pelajaran dan untuk semua siswa. Strategi tersebut harus dipilih dengan cermat agar dapat digunakan secara optimal dalam kegiatan pembelajaran.

Dalam rangka pengembangan pembelajaran, salah satu tugas pendidik adalah memilih strategi pembelajaran yang digunakan untuk membantu siswa mencapai kompetensi yang diinginkan. Berhubung dengan itu, maka para guru harus memiliki pegetahuan dan pengalaman yang berkenaan dengan srategi pembelajaran. Dengan memiliki kemampuan memilih strategi pembelajaran yang tepat, para guru akan dapat melaksanakan kegiatan pembelajaran yang efektif.4

Barbara B. seels dan Rita C. Richey menyebutkan strategi pembelajaran adalah spesifikasi untuk menyeleksi serta mengurutkan peristiwa belajar atau kegiatan pembelajaran dalam suatu pelajaran.

3

Dr. Farida Rahim, Pengajaran, 123. 4

Prof. Dr. Abdul Ghofur, M. Sc., Desain pembelajaran konsep, model, dan aplikasinya dalam perencanaan pelaksanaan pembelajaran (Yogyakarta:Penerbit Ombak, 2012), 71.


(19)

Kemudian Reigeluth mengatakan teori tentang strategi pembelajaran meliputi situasi belajar , seperti belajar induktif, serta komponen dari proses belajar/mengajar, seperti motivasi dan elaborasi.5

Dalam buku lain mengartikan strategi yang dikaitkan dengan pengertian dari kata strategia (bahasa yunani) adalah ilmu perang atau panglima perang adalah suatu seni merancang operasi di dalam peperangan, seperti cara-cara megatur posisi atau siasat berperang, angkatan darat atau laut. Secara umum sering dikemukakan bahwa strategi merupakan suatu teknik yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi kedua, strategi adalah ilmu dan seni menggunakan semua sumber daya bangsa-bangsa untuk melaksanakan kebijaksanaan tertentu dalam perang dan damai.6

Dalam konteks pegajaran, menurut Gagne, strategi adalah kemampuan internal seseorang untuk berpikir, memecahkan masalah, dan mengambil keputusan. Artinya, bahwa proses pembelajaran akan menyebabkan peserta didik berpikir secara unik untuk dapat menganalisis, memecahkan masalah di dalam mengambil keputusan.7

5

Dr. H .Martinis Yamin, M.Pd., Strategi, 2. 6

Prof. Dr. Iskandarwassid, M.Pd., et al., Strategi Pembelajaran Bahasa, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), 2.

7


(20)

Dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang akan dipilih dan digunakan oleh seorang pengajar untuk menyampaikan materi pembelajaran sehingga akan memudahkan siswa menerima dan memahami materi pelajaran.8

2. Keterampilan yang dituntut dalam Reading Aloud (membaca nyaring)

Telah dipaparkan sebelumnya bahwa Reading Aloud

(membaca nyaring) merupakan suatu aktivitas yang menuntut aneka ragam keterampilan. Di sini peneliti akan menjelaskan keterampilan yang dituntut dalam membaca nyaring pada kelas IV sekolah dasar yang sangat membantu para guru dalam menjalankan tugasnya untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan dalam Reading Aloud

(membaca nyaring).

Disetiap jenjang kelas pada sekolah dasar tentu memiliki tingkatan-tingkatan kemampuan berfikir siswa, begitu juga dengan keterampilan memahami sebuah cerita. Disebutkan oleh Guntur Tarigan dalam bukunya, bahwa keterampilan yang harus dimiliki oleh siswa pada kelas IV diantaranya, memahami bahan bacaan pada tingkat dasar yakni pemahaman setingkat siswa sekolah dasar, karena ketika disandingkan dengan tingkat mahasiswa, maka keterampilan

8

Zainal Aqib, Model-model, Media, dan Strategi Pembelajaran Kontekstual (inovatif), (Bandung: CV Yrama Widya 2013), 70.


(21)

dalam memahami akan lebih dalam dan lebih bervariasi. Berikutnya adalah ketepatan mata dan suara, ketika seseorang membaca sebuah bacaan, maka yang berperan penting adalah mata dan ketepatan suara saat membacakan dan keduanya harus berjalan secara beriringan agar bacaan dapat mudah masuk dan difahami. Terakhir yang menjadi keterampilan membaca khususnya pada kelas IV sekolah dasar adalah patah kata dalam satu detik, maksudnya di sini adalah ketepatan membaca setiap kata dalam bacaan tersebut harus benar dan tepat walau dalam waktu satu detik pun.9

Menurut penetapan pemerintah tentang standar isi pada kurikulum tingkat satuan pendidikan, standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia ini diharapkan agar, pertama peserta didik

dapat mengembangkan potensinya sesuai dengan kemampuan,

kebutuhan, dan minatnya, serta dapat menumbuhkan penghargaan

terhadap hasil karya kesastraan dan hasil intelektual bangsa sendiri,

kedua guru dapat memusatkan perhatian kepada pengembangan

kompetensi bahasa peserta didik dengan menyediakan berbagai

kegiatan berbahasa dan sumber belajar, ketiga guru lebih mandiri dan

leluasa dalam menentukan bahan ajar kebahasaan dan kesastraan

sesuai dengan kondisi lingkungan sekolah dan kemampuan peserta

didiknya, keempat orang tua dan masyarakat dapat secara aktif terlibat

9


(22)

dalam pelaksanaan program kebahasaan daan kesastraan di sekolah,

kelima sekolah dapat menyusun program pendidikan tentang

kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan keadaan peserta didik dan

sumber belajar yang tersedia, dan keenam daerah dapat menentukan

bahan dan sumber belajar kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan

kondisi dan kekhasan daerah dengan tetap memperhatikan

kepentingan nasional.10

3. Langkah-langkah Pelaksanaan Strategi Reading Aloud

Berikut adalah langkah-langkah atau prosedur pelaksanaan strategi reading aloud secara berurutan:

a. Pilih salah satu teks yang cukup menarik untuk dibaca dengan keras. Usahakan teks tidak terlalu panjang.

b. Berikan kopian teks kepada seluruh siswa (jika tidak ada buku teks).

c. Berilah tanda pada poin-poin yang menarik untuk dibahas pada kopian teks.

d. Bagi teks dalam paragraf atau yang lain.

e. Minta beberapa siswa untuk membaca bagian-bagian teks yang berbeda.

10

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Republik Indonesia Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi, dan Permendiknas Nomor 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk satuan pendidikan dasar dan menengah.


(23)

f. Ketika salah satu siswa membaca, berhentilah pada beberapa tempat untuk menekankan arti penting poin-poin tertentu, untuk bertanya atau memberi contoh.

g. Akhiri proses dengan bertanya kepada siswa apa isi dari teks bacaan.11

B. Konsep Pemahaman

1. Pengertian Pemahaman

Keterampilan dan kemampuan intelektual yang menjadi tuntutan di sekolah dan perguruan tinggi yaitu pelibatan pemahaman, artinya ketika siswa atau mahasiswa dihadapkan pada komunikasi, diharapkan mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan dan dapat menggunakan ide yang terkandung di dalamnya. Dapat kita artikan bahwa pemahaman adalah sebuah pengertian terhadap suatu materi pelajaran, yang mana harus dimiliki oleh siswa sebagai peserta pendidikan sekolah.

Pemahaman sering dikaitkan dengan membaca (pemahaman membaca), dalam kategori ini merupakan pengertian yang lebih luas dan berhubungan dengan komunikasi yang mencakup materi tertulis bersifat verbal. Pemahaman termasuk dalam tujuan dan perilaku atau respon yang merupakan pemahaman dari pesan literal yang terkandung dalam komunikasi untuk mencapainya. Siswa dapat

11


(24)

mengubah komunikasi dalam pikirannya atau tanggapan terbuka untuk bentuk paralel dan lebih bermakna.12

2. Indikator Pemahaman

Siswa dapat dikatakan memahami suatu materi jika memenuhi beberapa indikator. Indikator dari pemahaman itu sendiri yaitu:

1. Mengartikan

2. Memberikan contoh 3. Mengklasifikasi 4. Menyimpulkan 5. Menduga

6. Membandingkan 7. Menjelaskan.13

Pada penelitian kali ini indikator pemahaman yang berkaitan dengan materi yang diteliti adalah indikator pada poin ke empat yakni menyimpulkan atau merangkum, dalam hal ini siswa bertugas merangkum sebuah cerita sehingga cerita tersebut menjadi lebih singkat, akan tetapi tidak menghilangkan inti dari cerita tersebut. Merangkum adalah sebuah proses meringkas yang meliputi usaha menyusun suatu penyajian dari suatu informasi dan kemudian

12

Dr. Wowo Sunaryo Kuswana, M.Pd., Taksonomi Kognitif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), 43.

13


(25)

membuat rangkuman dari informasi tersebut, seperti menentukan tema atau pokok pikiran suatu informasi.14

3. Pemahaman Bacaan

Konsep pemahaman bacaan mempunyai arti yang bervariasi, sebagaimana yang diungkapkan oleh Richek dkk. Sebagai contoh pemahaman bacaan dongeng pada seorang anak sangat berbeda dengan pemahaman petunjuk praktikum mahasiswa, demikian juga dengan pemahaman terhadap sebuah puisi bagi seorang sastrawan. Tulisan ini mengkhususkan pembahasan pada pemahaman terhadap prosa.

Para ahli sepakat bahwa pemahaman bacaan merupakan suatu kerja kognitif yang sangat kompleks. Pemahaman bacaan mensyaratkan organisasi dan konstruksi mental. Menurut Dekleer dan Brown serta Gentner, memahami teks berarti membagun suatu model mental dari sistem yang dideskripsikan di dalam teks. Goodma menyebut pemahaman sebagai interaksi antara pikir dan bahasa. Goodma mendasarkan penelitian-penelitiannya pada definisi

pemahaman sebagai “sejauh mana pembaca merekonstruksi pesan sesuai dengan maksud penulisnya”. Definisi ini senada dengan yang diberikan Crnine dkk yang menanamkan aktivitas memahami sebagai

14

Dr. Suwarto, Pengembangan Tes Diagnostik Dalam Pembelajaran, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013), 21.


(26)

kerja sekumpulan keterampilan kognitif untuk mengambil arti dari suatu teks.

Ellis dkk menyebut pemahaman bacaan sebagai kerja kognitif yang melibatkan seperangkat proses kompleks, meliputi pengolahan konsep-konsep di dalam memori yang sedang bekerja, membuat kesimpulan-kesimpulan serta skematisasi intisari bacaan. Mayer juga perpendapat bahwa pemahaman bacaan melibatkan banyak kerja kognitif. Menurutnya, setidaknya ada tiga kerja kognitif utama pada proses pemahaman bacaan, yaitu:

a. Menyeleksi informasi-informasi yang sesuai dengan kebutuhan.

b. Membangun hubungan internal, yaitu hubungan antara ide yang satu dengan ide yang lain di dalam bacaan

c. Membangun hubungan anara informasi yang terkandung di dalam bacaan itu dengan informasi yang selama ini telah dimilikinya.

Dari penjelasan Mayer ini dapat dilihat bahwa di samping harus aktif mengolah bacaan yang sedang dipelajarinya, pembaca pun harus mengaktifkan pengetahuan lamanya agar pembaca dapat memahami bacaan.

Kesimpulan dari uraian di atas adalah bahwa pemahaman bacaan merupakan bagian yang terpenting atau tujuan yang utama dari


(27)

kegiatan membaca. Proses memahami bacaan adalah proses pengartian informasi-informasi yang tertulis di dalam bacaan itu, pemasukan pengertian-pengertian baru ke dalam sistem kognisi, dan perintegrasian ke dalam sistem pengetahuan yang telah dimiliki pembaca.15

4. Konsep Operasional Pemahaman Bacaan

Beberapa ahli mengemukakan konsep-konsep yang lebih operasional tentang pemahaman bacaan. Konsep pertama yang diajukan oleh Smith membagi pemahaman bacaan ke dalam empat tingkat: pemahaman literal, inpretasi, membaca kritis, dan membaca kreatif.

Pemahaman literal didefinisikan sebagai keterampilan mendapatkan arti primer dari kata-kata, kalimat-kalimat dan ide-ide di dalam konteks. Pemahaman literal mensyaratkan pemikiran dan penalaran yang dangkal saja. Tingkat pemahaman yang kedua adalah interpretasi, yang melibatkan keterampilan berpikir dan mengidentifikasi alasan-alasan, menemukan hubungan, meramalkan penyelesaian (ending) dan memperbandingkan.

Keterampilan pada tingkatan ketiga yaitu, membaca kritis meliputi keterampilan pada level-level sebelumnya ditambah adanya

15

Sutari ah A pu i, Proses Kog itif dala Pe aha a Bacaa , Bulletin Psikologi, 02 (Desember, 1998), 17.


(28)

aktifitas mengevaluasi hal yang dibaca. Pada tingkatan ini pembaca menilai pemikiran-pemikiran penulis. Keempat yaitu membaca kreatif, pembaca tidak hanya menfokuskan pikirannya pada isi bacaan, melainkan jugaa menerapkan ide-ide yang didapatnya dari teks ke dalam situasi baru, serta memadukan ide-ide yang bari didapatnya dengan pengetahuan yang baru dimilikinya untuk membentuk suatu konsep baru atau memperluas konsep lama. Melalui membaca kreatif, pembaca mendapat cara pandang baru terhadap suatu hal atau caraa penyelesaian baru terhadap suatu permasalahan.16

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemahaman Bacaan

Sebagai suatu hasil proses belajar, pemahaman bacaan akan dipengaruhi beberapa faktor. Setidaknya ada tiga hal yang berpengaruh dalam pemahaman bacaan, yaitu:

a. Karakteristik pembaca

Ada beberapa karakteristik yang mempengaruhi pemahaman bacaan. Aspek pertama adalah pengalaman pembaca tentang teks yang dibacanya. Aspek yang kedua setelah pengalaman pembaca adalah kemampuan pembaca untuk mereaksi bahasa tertulis dengan pengertian dan pemikiran. Aspek ketiga adalah bagaimana pembaca menetapkan tujuan membaca. Pembaca yang membaca teksnya

16


(29)

hanya untuk tahu apa isi teks itu secara umum akan mendapatkan pemahaman yang berbeda dengan pembaca yang dari awal ingin mendalami isi teks itu. Perbedaan tujuan akan berakibat usaha yang dilakukan diantara mereka pun kemudian berbeda.17

b. Karakteristik bacaan

Faktor kedua yang berpengaruh terhadap proses pemahaman bacaan adalah karakteristik bacaan berbagai penelitian telah membuktikan bahwa karakteristik teks mempengaruhi hal pemahaman. Bacaan-bacaan yang lebih mudah dipahami pembaca biasanya adalah bacaan –bacaan yang mengandung konsep, kosakata, tata kalimat, istilah-istilah teknis, dan pengertian-pengertian khusus yang tidak asing bagi pembaca.

c. Faktor lingkungan

Faktor ketiga yang mempengaruhi pemahaman bacaan adalah faktor lingkungan. Faktor lingkungan ini bisa berupa faktor sosial seprti banyaknya orang yang lalu lalang di sekitar pembaca, maupun faktor non-sosial seperti suhu, cuaca, serta suara. Lukit misalnya pada eksperimennya mencoba menyajikan dua macam musik yaitu musik rock dan musik

17


(30)

klasik jawa untuk mengiringi aktivitas membaca subjek penelitiannya. Hasil penelitiannya membuktikan bahwa penyajian kedua macam musik tersebut berpengaruh negatif terhadap pemahaman bacaan. Hal ini disebabkan karena musik yang masuk ke otak subjek, menginterferensi jejak-jejak memori tentang bacaan.18

C. Konsep Bahasa Indonesia

1. Pembelajaran Bahasa Indonesia di MI

Pembelajaran bahasa Indonesia adalah proses memberi rangsangan belajar berbahasa Indonesia kepada siswa dalam upaya siswa mencapai kemampuan berbahasa. Kemampuan berbahasa dalam arti luas adalah kemampuan mengorganisasi pemikiran, keinginan, ide, pendapat atau gagasan dalam bahasa lisan maupun tulis. Secara umum kemampuan ini tergantung pada frekuensi dan kualitas materi dengar, bicara, baca, dan tulis yang dilakukan oleh seseorang dalam kesehariannya.19

Pembelajaran bahasa Indonesia sendiri dimulai dari sejak siswa pada sekolah dasar dan perlu dilaksanakan dengan benar, karena dalam kenyataan di lapangan, khususnya guru sekolah dasar belum

18

Sutarimah Ampuni, Proses, 23. 19

Puji Santosa, dkk., Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia SD, (Jakarta: Penerbit universitas Terbuka, 2009), 5.18.


(31)

mampu melaksanakan pembelajaran keterampilan berbahasa secara benar.

Pembelajaran bahasa kadang dilakukan secara tidak tepat oleh guru saat memberikan materi pembelajaran kepada siswanya. Pada materi membaca teknik misalnya, guru melakukan dengan memberi perintah kepada salah seorang siswa untuk membaca dengan bersuara tanpa menegur kesalahan dalam intonasi, kemudian guru memberikan pertanyaan pada siswa yang berkaitan dengan isi bacaan tersebut atau biasanya guru memerintahkan siswa menjawab pertanyaan yang tertera di bawah teks tersebut. Hal itu adalah kegiatan

treatment materi pembelajaran pada siswa yang kurang tepat dilakukan oleh guru, maka dari itu harusnya guru berinovasi dalam pembelajaran dengan menyesuaikan treatment yang cocok dengan materi.20

Pada sumber lain mengatakan, bahwa ada tiga pendekatan dalam pembelajaran bahasa Indonesia, yakni pendekatan, metode, dan teknik. Pendekatan merupakan dasar teoritis untuk suatu metode. Asumsi tentang bahasa bermacam-macam, antara lain asumsi yang menganggap bahasa sebagai kebiasaan, ada pula yang menganggap bahasa sebagai suatu sistem komunikasi yang pada dasarnya

20

Dr. Zulela M.S., M.Pd., Pembelajaran Bahasa Indonesia, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), 2.


(32)

dilisankan, dan ada juga yang menganggap bahasa sebagai seperangkat kaidah. Sedangkan metode adalah rencana pembelajaran bahasa yang mencakup pemilihan, penenuan, dan penyusunan secara sistematis bahan yang akan diajarkan, serta kemungkinan pengadaan remidi dan bagaimana pengembangannya. Dan teknik pembelajaran adalah siasat yang dilakukan oleh guru dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran untuk memperoleh hasil yang optimal.21

2. Materi Bahasa Indonesia di MI

Ruang lingkup mata pelajaran bahasa Indonesia adalah pada empat aspek yang sudah ditetapkan, yaitu mendengar, berbicara, membaca, dan menulis. Dalam hal ini peneliti akan membahas aspek ketiga yaitu membaca, karena aspek ini sesuai dengan kegiatan yang akan dilakukan oleh peneliti selanjutnya.

Berdasarkan standar kompetensi untuk aspek membaca dari mata pelajaran bahasa Indonesia pada kelas 1 semester 1 adalah memahami teks pendek dengan membaca nyaring, semester 2 adalah memahami teks pendek dengan membaca lancar dan membaca puisi anak. Pada kelas 2 memahami teks pendek dengan membaca lancar dan membaca puisi anak, semester 2 adalah memahami ragam wacana tulis dengan membaca nyaring dan membaca dalam hati. Pada

21

Ngalimun M.Pd., et al, Pembelajaran Keterampilan Berbahasa Indonesia, (Yogyakarta: Aswaja Presindo, 2011), 50.


(33)

kelas 3 semester 1 adalah memahami teks dengan membaca nyaring, membaca intensif, dan membaca dongeng, semester 2 adalah memahami teks dengan membaca intensif (150- 200 kata) dan membaca puisi. Pada kelas 4 semester 1 adalah memahami teks agak panjang (150-200 kata), petunjuk pemakaian, makna kata dalam kamus/ensiklopedi, dan pada semester 2 adalah memahami teks melalui membaca intensif, membaca nyaring, dan membaca pantun.

Pada keterangan di atas, apabila terdapat kesamaan pada standar kompetensi ditingkat kelas bawah dan atas, maka perbedaannya adalah pada jumlah kalimat atau bacaan yang dibaca. Setiap naik jenjang kelas akan bertambah pula jumlah bacaan yang dipelajari.22

3. Kalimat Utama Pada Paragraf

Setelah peneliti menjabarkan standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia sesuai jenjang kelas di atas, di sini peneliti akan menjelaskan tentang materi yang digunakan oleh peneliti selama penelitian dilaksanakan. Peneliti meaksakan penelitian pada semester 2, jadi di sini peneliti menyesuikan standar kompetensi pada semester 2, yakni memahami teks melalui membaca intensif, membaca nyaring, dan membaca pantun dengan kompetensi dasar Menemukan kalimat utama pada tiap paragraf melalui membaca intensif.

22


(34)

Materi yang peneliti gunakan adalah tentang kalimat utama

“Paragraf merupakan gabungan kalimat yang dikendalikan oleh kalimat topik atau kalimat utama. Kalimat sebaiknya sudah merupakan pernyataan khusus, supaya pengembangan paragraf mudah dikerjakan. Kalimat pertama dalam paragraf biasanya merupakan kalimat topik atau kalimat utama, sedangkan kalimat-kalimat yang lain menjelaskan kalimat pertama. Koperasi sebagai perwujudan perekonomian berdasarkan asas kekeluargaanmerupakan sektor yang penting dalam perekonomian Indonesia. Sebagai upaya untuk memelihara kesinambungan perkoperasian di Indonesia, perlu ada usaha menciptakan kader-kader koperasi yang baik. Kader koperasi dapat diperoleh melalui proses pendidikan dan pelatihan langsung. Pendidikan dan pelatihan tersebut dapat dilaksanakan di sekolah melalui pendirian koperasi sekolah. Kalimat utama pada paragraf di atas adalah Koperasi merupakan sektor perekonomian di Indonesia yang berasaskan kekeluargaan”.


(35)

METODE DAN RENCANA PENELITIAN A. Metode Penelitian

Dalam sebuah penelitian tentunya tidak akan lepas dari sebuah metode atau cara yang digunakan untuk menyelesaikan penelitian tersebut. Di sini peneliti melakukan penelitian tindakan kelas dengan metode kualitatif yang mana untuk menghasilkan sebuah deskripsi penelitian dan metode kuantitatif yang menunjukkan data atau rumus agar penelitian menjadi lebih tepat dan akurat. Dalam sebuah penelitian tindakan kelas terdapat beberapa model dalam penyelesaiannya menurut para ahli dibidang penelitian tindakan kelas ini.

Di antara model penelitian tindakan kelas yang sampai saat ini digunakan dalam dunia pendidikan diantaranya: model Kurt Lewin, model

Mcel Kemmis dan Mc Taggart, model John Elliott, dan model Dave Ebbutt. Setiap model yang dikemukakan oleh para ahli pasti terdapat cara dan karakteristik yang berbeda sesuai dengan pendapat masing-masing ahli.1

Sedangkan model penelitian yang akan digunakan oleh peneliti sebagai acuan di sini adalah model kurt lewin, karena model ini adalah model dasar sebelum dikembangkan oleh ahli PTK yang lain. Seperti model yang dikemukakan oleh Elliot, beliau membuat sebuah siklus

1


(36)

penelitian dengan langkah-langkah yang cukup rumit dibandingkan dengan model Kurt Lewin, berikut beberapa keterbatasan langkah-langkah model Elliot, yakni adanya gerakan yang mulai menjauh dari gerakan ajaran Lewin yang asli, skema-skema yang rapuh dan membingungkan, serta skema-skema tersebut tidak dapat menyesuaikan dengan hal-hal baru yang menjadi fokus utama, skema tersebut juga tidak begitu cocok untuk diikuti.2

Berikut adalah 4 komponen dalam model peneitian tindakan kelas meurut Kurt Lewin, yang pertaman tetap perencanaan (planning) yang didahuukan, kedua tindakan (acting), ketiga observasi (observing), dan yang terakhir refleksi (reflecting).

2

Dra. Hj. Fauti Subhan, M.Pd.I., Penelitian Tindakan Kelas, (Sidoarjo: Qisthos Digital Press, 2013), 44.


(37)

Yang dapat digambarkan dengan jelas sebagai berikut:

Gambar 3.1

Siklus PTK Model Kurt Lewin

Kurt Lewin menjelaskan bahwa ada 4 hal yang harus dilakukan dalam proses penelitin tindakan, yakni perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Empat tahapan tersebut jika dilakukan berurutan akan menjadi sebuah siklus penelitian, yang mana jika telah dilakukan silkus yang pertama, maka penelitian tersebut dapat diperbaiki pada kegiatan siklus kedua.

Berikut penjelasan tahapan dari penelitian tindakan kelas model

Kurt Lewin, perencanaan adalah suatu proses menentukan langkah yang akan dipilih oleh peneliti dari suatu ide gagasan. Dalam tahap ini peneliti melakukan langkah awal dengan membuat suatu rencana tindakan yang akan dilaksanakan, misalnya membuat perencanaan perangkat


(38)

pembelajaran, persiapan metode atau strategi yang akan dipakai dan lain sebagainya. Tindakan adalah perlakuan atau aksi yang dilakukan oleh peneliti sesuai dengan perencanaan yang telah dirancang. Di sinilah peneliti melakukan aksi untuk perencanaan yang telah dirancang sebelumnya. Sedangkan observasi adalah pengamatan yang dilakukan untuk mengetahui efektifitas tindakan atau mengumpulkan informasi tentang berbagai kelemahan atau kekurangan tindakan yang dilakukan. Peneliti mengamati selama proses tindakan berlangsung, apakah ada kekurangan atau hal-hal yang perlu diperbaiki lagi setelah tindakan pertama dilakukan, dan refleksi adalah kegiatan analisis hasil observasi sehingga memunculkan perencanaan baru untuk memperbaiki tindakan sebelumnya. Di tahap ini peneliti menganalisis hasil pengamatannya selama mengamati proses tindakan yang telah dilakukan sebelumnya.3

B. Setting Penelitian dan Karakteristik Subyek Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilakukan untuk mencari solusi untuk permasalahan pembelajaran yang ada di dalam kelas. Di sini peneliti melakukan penelitian di kelas IV C MI Maarif Pagerwojo Sidoarjo, dengan komposisi 37 siswa di dalam satu kelasnya.

3

Prof. Dr. H. Wina Sanjaya, M.Pd., Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), 50.


(39)

Penelitian ini dilakukan sejak bulan Oktober 2016 sampai bulan april 2017. Diawali dengan observasi kelas, wawancaca guru, wawancara siswa, dan dilanjutkan dengan kegiatan pra siklus. Kemudian dilanjutkan dengan kegiatan siklus 1 dilanjutkan kegiatan siklus 2.

Sedangkan latar belakang dari siswanya sendiri cukup bervariasi, dari latar belakang ekonomi yang tinggi sampai yang rendah sekalipun. Selain latar belakang ekonomi, di dalam kelas ini juga pasti tidak luput dengan karakteristik dan kemampuan siswa yang bervariasi pula, mulai dari siswa yang mudah sekali untuk memahami suatu pelajaran sampai siswa yang kurang dalam memahami pelajaran.

C. Variabel yang Diselidiki

Sedangkan variabel yang diselidiki oleh peneliti di sini ada tiga variabel, yakni:

1. Variabel Input : Siswa-siswi kelas IV C MI Maarif Pagerwojo 2. Varoabel Proses : Penerapan strategi Reading Aloud

3. Variabel Output : Kemampuan memahami siswa terhadap isi bacaan atau cerita.

D. Rencana Tindakan

Pada umumnya penelitian tindakan kelas dilakukan dengan empat komponen penting untuk membantu peneliti menyelesaikan kegiatan penelitiannya. Empat komponen penting itu dilakukan dalam sebuah siklus


(40)

penelitian sesuai dengan kebutuhan peneliti sendiri, berikut keterangan empat komponen dalam siklus 1:

1. Rencana (planning)

Rencana merupakan serangkaian rancangan tindakan sistematis untuk meningkatkan apa yang hendak terjadi. Dalam penelitian tindakan, rencana tindakan tersebut harus berorientasi ke depan. Di samping itu, perencana harus menyadari sejak awal bahwa tindakan sosial pada kondisi tertentu tidak dapat diprediksi dan mempunyai resiko. Oleh karena itu, perencanaan yang dikembangkan harus fleksibel, untuk mengadopsi pengaruh yang tidak dapat dilihat dan rintangan tersebunyi yang mungkin timbul. Perencanaan dalam penelitian tindakan sebaiknya lebih menekankan pada sifat-sifat strategis yang mampu menjawab tantangan yang muncul dalam perubahan sosial, dan mengenal rintangan yang sebenarnya.

2. Tindakan (acting)

Komponen selanjutnya yang perlu diperhatikan adalah tindakan yang terkontrol dan termonitor secara seksama. Tindakan dalam penelitian harus dilakukan dengan hati-hati, dan merupakan kegiatan praktis yang terencana. Ini dapat terjadi, jika tindakan tersebut dibantu dan megacu kepada rencana yang rasional dan terukur. Tindakan yang baik adalah tindakan yang mengandung


(41)

tiga unsur penting berikut, peningkatan praktik (the improvement of practice), peningkatan pemahaman individual dan kolaboratif (the improvementof understanding individually and collaboratively), dan peningktan di mana kegiatan berlangsung (improvement of the situation in which teh action takes place).4

3. Observasi (Observing)

Observasi pada penelitian tindakan kelas mempunyai arti pengamatan terhadap treatment yang diberikan pada kegiatan tindakan. Observasi mempunyai fungsi penting, yaitu melihat dan mendokumentasi implementasi tindakan yang diberikan kepada subjek yang diteliti. Oleh karena itu, observasi harus mempunyai beberapa syarat, seperti memiliki orientasi prospektif dan dasar-dasar reflektif masa sekarang dan yang akan datang. Observasi yang intensif dan hati-hati, sangat diperlukan untuk mengatasi keterbatasan tindakan yang diambil peneliti, karena keterbatasan menembus rintangan yang ada di lapangan. Seperti dalam perencanaan, observasi yang baik adalah observasi yang fleksibel dan terbuka untuk dapat mencatat gejala yang muncul, baik yang diharapkan atau yang tidak diharapkan.

4

Prof. H.M. Sukardi, M.Ed.,M.S., Ph.D., Metode PenelitianPendidikan Tindakan Kelas:Implementasi dan Pengembangannya, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013), 5.


(42)

4. Refleksi (reflecting)

Komponen reflektif merupakan langkah di mana tim peneliti menilai kembali situasi dan kondisi, setelah subjek atau objek yang diteliti memperoleh treatment secara sistematis. Komponen ini merupakan sarana untuk melakukan pengkajian kembali tindakan yang telah dilakukan terhadap subjek penelitian, dan telah dicatat dalam observasi. Pada kegiatan reflektif ini, peneliti berusaha mencari alur pemikiran yang logis dalam kerangka kerja, proses, problem, isu, dan hambatan yang muncul dalam perencanaan dan treatment yang diberikan kepada subjek. Langkah reflektif ini juga dapat digunakan untuk menjawab variasi situasi sosial dan isu-isu yang muncul, sebagai konsekuensi adanya tindakan terencana yang dilakukan dalam penelitian tindakan.5

Dari keterangan di atas, maka di sini peneliti memaparkan kegiatan pada siklus 1 yang akan dilakukan oleh peneliti dengan empat komponen penting, sebagai berikut:

1. Perencanaan

Dalam tahap perencanaan ini, peneliti mempersiapkan segala hal-hal atau persiapan peniliti untuk melakukan penelitian tindakan kelas, diantaranya adalah perangkat pembelajaran yang akan digunakan, lembar kerja siswa,

5


(43)

lembar observasi untuk guru, lembar observasi siswa, dan segala keperluan pembelajaran yang akan dipergunakan untuk pembelajaran.

Rencana kegiatan yang akan dilakukan oleh peneliti pada siklus 1 adalah dalan pendahuluan peneliti melakukan hal yang biasa dilakukan oleh kebanyakan pengajar pada umumnya. Memulai dengan mengucapkan salam, membaca doa, dan menyampaikan tujuan pembelajaran. Di kegiatan inti, menerangkan materi, membagi siswa menjadi beberapa kelompok, menerapkan langkah-langkah strategi Reading Aloud, memberi tugas kepada siswa sesuai dengan kegiatan yang telah dilakukan, dan pada kegiatan penutup, mengulas kembali materi yang didapat, dan mengabsensi kehadiran siswa.

2. Tindakan

Dalam tindakan ini peneliti melaksanakan penelitian dengan menerapkan strategi Reading Aluod sesuai dengan langkah-langkah strategi yang telah dijabarkan pada bab 2. 3. Observasi

Dalam ini peneliti melakukan observasi atau pengamatan selama pembelajaran dengan menggunakan strategi reading aloud untuk melakukan perbaikan di siklus


(44)

selanjutnya, diantaranya adalah mengamati siswa selama mengikuti pelajaran untuk mengetahui kekurangan siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan penerapan strategi

reading aloud ini. Peneliti juga mengamati dari data observasi guru, observasi siswa, dan lembar kerja siswa. Berikut adalah instrumen tabel pengamatan yang akan dilakukan pada guru dan siswa.

Tabel 3.1

Lembar Observasi Aktivitas Guru Siklus I

No. Aspek yang Diamati Nilai

I Persiapan 1 2 3 4

1 Persiapan fisik guru dalam mengajar 2

Persiapan perangkat perangkat pembelajaran yaitu silabus dan RPP 3 Persiapan media pembelajaran

II Pelaksanaan

Kegiatan Pendahuluan 1

Guru mengucapkan salam kepada seluruh siswa kemudian menyapa dan menanyakan kabar siswa.

2 Guru bersama siswa membaca do’a sebelum memulai pelajaran.

3

Guru memberikan motivasi kepada siswa dengan ice breaking untuk mengecek kesiapan siswa memulai belajar.

4 Guru melakukan apersepsi

5 Guru meyampaikan materi yang akan dipelajari.

6 Guru menyampaikan tujuan


(45)

Kegiatan Inti 7

Guru membacakan contoh sebuah bacaan dengan menjelaskan pengertian kalimat utama.

8

Siswa mendengarkan penjelasan guru sepintas tentang pengertian kalimat utama.

9

Guru juga mengulas sedikit tentang ide pokok paragraf yang sudah dipelajari sebelumnya.

10

Siswa berkumpul menjadi beberapa kelompok sesuai dengan instruksi guru.

11 Setiap kelompok mendapatkan kertas potongan paragraf dari sebuah bacaan. 12

Secara bergiliran, ketua kelompok membacakan potongan paragraf bacaan yang telah didapatkan.

13

Seluruh anggota kelompok menyimk dan memahami dengan baik bacaaan yang sedang dibacakan oleh masing-masing kelompok.

14

Guru memberi pertanyaan terkait kalimat yang bergaris bawah dalam bacaan yang diperoleh di masing-masing kelompok.

15

Kelompok yang bersangkutan, menjawab pertanyaan dari guru terkait kelimat yang digaris bawah.

16

Kelompok lain menanggapi jawaban yang diutarakan oleh kelompok yang bersangkutan atau memberi jawaban lain atas pertanyaan guru.

17

Secara individu, seluruh siswa memberikan rangkuman dari beberapa potongan paragaraf bacan yang ada di tiap kelompok dengan panduan di lembar kerja individu (minimal menyimpulkan 3 paragraf).

18 Secara berkelompok, siswa menjawab pertanyaaan dari guru pada lembar


(46)

kerja kelompok yang diperoleh. Kegiatan Penutup

19

Guru memberikan penguatan dan kesimpulan dari pembelajaran yang telah dilakukan.

20 Guru melakukan presensi kehadiran siswa dan memberi penilaian.

21 Guru bersama siswa membaca doa selesai belajar.

III Pengelolaan Waktu

1 Ketepatan waktu dalam mengajar 2 Ketepatan memulai pembelajaran 3 Ketepatan menutup pembelajaran 4 Kesesuaian dengan RPP

5 Efektivitas waktu

IV Suasana Kelas

1 Kelas kondusif 2 Kelas hidup Jumlah

Keterangan dari tabel di atas adalah nilai 1, berarti sangat tidak sesuai (tidak dilakukan, tidak sesuai aspek, tidak efektif, tidak tepat waktu). Nilai 2, tidak sesuai (dilakukan, tidak sesuai aspek, tidak efektif, tidak tepat waktu). Nilai 3, sesuai (dilakukan, sesuai aspek, efektif, tidak tepat waktu), dan nilai 4 menunjukkan sangat sesuai (dilakukan, sesuai aspek, efektif, tepat waktu). Setelah kita mengetahui lembar observasi aktivitas guru diatas, maka kita akan mengetahui lembar observasi siswa pada tabel di bawah ini:


(47)

Tabel 3.2

Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I No

. Aspek yang Diamati Nilai

I Persiapan 1 2 3 4

1 Persiapan fisik siswa dalam mengikuti pembelajaran

2 Persiapan alat perlengkapan belajar 3 Persiapan performan siswa

II Pelaksanaan

Kegiatan Pendahuluan

1

Guru mengucapkan salam kepada seluruh siswa kemudian menyapa dan menanyakan kabar siswa.

2 Guru bersama siswa membaca do’a sebelum memulai pelajaran.

3

Guru memberikan motivasi kepada siswa dengan ice breaking untuk mengecek kesiapan siswa memulai belajar.

4 Guru melakukan apersepsi

5 Guru meyampaikan materi yang aakan dipelajari. 6 Guru pembelajaran kepada siswa. menyampaikan tujuan

Kegiatan Inti

7

Guru membacakan contoh sebuah bacaan dengan menjelaskan pengertian kalimat utama.

8

Siswa mendengarkan penjelasan guru sepintas tentang pengertian kalimat utama.

9

Guru juga mengulas sedikit tentang ide pokok paragraf yang sudah dipelajari sebelumnya.

10 Siswa berkumpul menjadi beberapa kelompok sesuai dengan instruksi guru.


(48)

11 Setiap kelompok mendapatkan kertas potongan paragraf dari sebuah bacaan. 12

Secara bergiliran, ketua kelompok membacakan potongan paragraf bacaan yang telah didapatkan.

13

Seluruh anggota kelompok menyimka dengan baik bacaaan yang sedang dibacakan oleh masing-masing kelompok.

14

Guru memberi pertanyaan terkait kalimat yang bergaris bawah dalam bacaan yang diperoleh di masing-masing kelompok.

15

Kelompok yang bersangkutan, menjawab pertanyaan dari guru terkait kelimat yang digaris bawah.

16

Kelompok lain menanggapi jawaban yang diutarakan oleh kelompok yang bersangkutan atau memberi jawaban lain atas pertanyaan guru.

17

Secara individu, seluruh siswa memberikan rangkuman dari beberapa potongan paragaraf bacan yang ada di tiap kelompok dengan panduan di lembar kerja individu (minimal menyimpulkan 3 paragraf).

18

Secara berkelompok, siswa menjawab pertanyaaan dari guru pada lembar kerja kelompok yang diperoleh.

Kegiatan Penutup

19

Guru memberikan penguatan dan kesimpulan dari pembelajaran yang telah dilakukan.

20 Guru melakukan presensi kehadiran siswa dan memberi penilaian.

21 Guru bersama siswa membaca doa selesai belajar.


(49)

Keterangan dari tabel di atas adalah nilai 1, berarti sangat tidak sesuai (tidak dilakukan, tidak sesuai aspek, tidak efektif, tidak tepat waktu). Nilai 2, tidak sesuai (dilakukan, tidak sesuai aspek, tidak efektif, tidak tepat waktu). Nilai 3, sesuai (dilakukan, sesuai aspek, efektif, tidak tepat waktu), dan nilai 4 menunjukkan sangat sesuai (dilakukan, sesuai aspek, efektif, tepat waktu).

4. Refleksi

Di tahap ini peneliti melakukan analisis terhadap hasil penelitian kepada siswa kelas IV C MI Maarif Pagerwojo dalam mengikuti pelajaran dengan penerapan strategi reading aloud. Apabila terdapat hal-hal yang perlu diperbaiki dalam siklus 1 ini, maka peneliti harus melakukan perbaikan dalam tahap selanjutnya, yakni pada siklus 2 dengan perlakuan atau

treatment yang dibedakan dari siklus 1 tanpa mengubah strategi yang dipakai sebelumnya.

Berikut adalah tahapan yang dilakukan peneliti dalam siklus 2 untuk perbaikan di siklus 1:

1. Perencanaan

Dalam tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang sudah di revisi sebelumnya dan


(50)

mengembangkan langkah-langkah pembelajaran dari siklus 1 untuk diimplementasikan pada siklus 2.

2. Pelaksanaan

Peneliti melaksanakan pembelajaran dengan menerapkan strategi reading aloud sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah di susun.

3. Pengamatan

Peneliti mengamati kembali kegiatan belajar siswa dan membandingkan respon siswa pada siklus 1 dan siklus 2 untuk mengetahui peningkatan pemahaman dan respon belajar siswa. 4. Refleksi

Peneliti melakukan refleksi dan analisis setelah melakukan serangkaian siklus dengan menerapkan strategi

reading aloud untuk meningkakatkan kemampuan memahami siswa pada isi cerita atau bacaan mata pelajaran bahasa Indonesia. Kemudian memberi kesimpulan hasil dari pelaksanaan dua siklus tersebut di atas.

E. Data dan Cara Pengumpulannya

1. Teknik dan Instrumen Pengumpulannya

a. Wawancara

Wawancara adalah proses memperoleh informasi oleh pewawancara atau dalam hal ini adalah peneliti kepada


(51)

narasumber atau dalam hal ini guru kelas dan siswa yang akan menjadi informan dalam penelitian dengan cara tanya jawab kepada narasumber seputar masalah yang akan dipecahkan oleh peneliti.

Berikut adalah hasil wawancara peneliti dengan guru dan siswa yang dilakukan saat pra siklus untuk memperoleh informasi seputar tentang masalah dalam pembelajaran Baahasa Indonesia di kelas IV C MI Maarif Pagerwojo Sidoarjo :

Tabel 3.3

Lembar Wawancara Guru Pra Siklus

Pertanyaan Jawaban

1. Berapa jumlah keseluruhan siswa dalam kelas?

1. Jumlah keseluruhannya 37 siswa, dengan komposisi 16 perempuan dan 21 siswa laki-laki

2. Apa masalah yang dialami siswa dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia?

2. Paling utama adalah memahami bacaan, kemudian disuruh merangkum itu sangat kesulitan. Selain itu menentukan kalimat utama dan menentukan ide pokok juga kesulitan.

3. Apakah siswa bisa menjawab pertanyaan yang biasanya terdapat tepat setelah bacaan?

3. Kalau hanya soal di bawah

bacaan, siswa bisa

menjawabnya dan kebanyakan benar.

4.Strategi apa yang biasanya

anda gunakan saat

pembelajaran Bahasa

Indonesia?

4. Kalau strategi saya hanya menggunakan ceramah dan penugasan saja.

5. Apa perbedaan karakteristik siswa kelas IV C dibandingkan dengan kelas IV lainnya?

5. Dalam hal pemahaman pelajaran, siswa kelas IV C masih jauh tertinggal dengan kelas yang lain, maka dari itu


(52)

kelas IV C memerlukan penanganan yang lebih dalam hal peemahaman terutama dalam Bahasa Indonesia.

Setelah melakukan wawancara kepada guru mata pelajaran, peneliti juga melakukan wawancara kepada beberapa siswa kelas IV C MI Pagerwojo Sidoarjo, berikut adalah hasil dari wawancara siswa:

Tabel 3.4

Lembar Wawancara Siswa Pra Siklus

Pertanyaan Jawaban

1. Apakah kalian senang belajar pelajaran Bahasa Indonesia?

1. Senang, tapi kadang-kadang juga bosan karena banyak bacaannya.

2. Kenapa bosan dengan membaca bacaan?

2. Karena sering tidak bisa

paham dengan maksud

bacaannya, bingung. 3. Apakah guru kalian

biasanya menggunakan

strategi atau ada permainan waktu belajar Bahasa Indonesia?

3. Tidak ada, gurunya hanya menerangkan saja terus diberi soal.

4. Pembelajaran seperti apa yang kalian inginkan?

4. Yang tidak bosan, ada permainannya biar tidak ngantuk.

b. Observasi

Observasi atau pengamatan yang dilakukan seorang peneliti untuk mengetahui keadaan subjek dan objek yang akan atau sedang diteliti dengan atau tidak menggunakan sebuah pedoman pengamatan. Dalam penelitian ini peneliti tidak menggunakan sebuah instrumen


(53)

pengamatan saat melakukan pada pra siklus, akan tetapi pada siklus I dan siklus II nantinya, peneliti akan menggunakan instrumen seperti yang telah peneliti tuliskan pada tabel 3.1 dan 3.2.

c. Tes

Tes adalah himpunan pertanyaan yang harus dijawab dan atau pertanyaan yang harus dipilih atau tugas-tugas yang harus dilakukan oleh orang yang dites dengan tujuan untuk mengukur suatu kemampuan dari orang tersebut.6

Sedangkan dalam penelitian ini peneliti menggunakan dua macam tes yang akan dan sudah diterapkan pada subjek yang diteliti, yakni pretes dan post tes. Pretes sendiri adalah sebuah tes yang dilakukan sebelum kegiatan mengajar untuk mengetahui sejauhmana kemampuan siswa dalam satu materi.7 Post tes adalah tes yang dilakukan setelah pengajaran dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui sampai dimana pengetahuan siswa tentang materi yang telah diajarkan.8

6

Junaedi Baihaqi, Evaluasi Pembelajaran MI, (Surabaya: PT. Revka Petra Media, 2009), 97. 7

Junaedi, Evaluasi, 13. 8

Drs. Ngalim Purwanto, M.P, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), 28.


(54)

Tabel 3.5

Instrumen Tes dan Non Tes Siswa

Indika tor Teknik Penilai An Bentuk Instru Men Instrumen Soal Jawab An Sk or 1. Sisw a dapa t men en tuka n kali mat utam a pada sebu ah baca an. Tes Tulis

Tes tulis uraian 1.Tuliskan kalimat utama pada paragraf ke 5! 1. Angga dan Anggi mengu langi pelajar an yang didapat kannya hari itu. 20 2. Sisw a dapa t men en tuka n ide poko k para graf dala m sebu ah baca an. 2. Berikan alasan dari jawaban no. 1! 2. Karena terleta k di awal paragr af dan setelah nya adalah kalima t penjela s. 20 3. Terletak dibagian manakah kalimat utama 3. Pada bagian pertam a 20


(55)

paragraf 1 dan 6? 4. Pada

paragraf ke berapaka h yang menunjuk kan bahwa Angga sebagai murid yang bertanggu ngjawab? 4. Paragr af ke-5 20

5.Hal baik apakah yang perlu kita teladani dari bacaan di atas? 5. Di rumah kita harus berbak ti kepad a orang tua, dan sebaga i seoran g siswa kita harus bertan ggung jawab serta menja di siswa yang patuh pada guru. 20


(56)

wa dap at mer ang ku m seb uah bac aan den gan bah asa nya sen diri . Rangkum an Kembali dengan Bahasa Kalian Sendiri dalam bentuk rangkuman ! rangku man sesuai dengan paragraf yang dipilih oleh siswa. suai kan aspe k peni laia n a. Dokumentasi

Dokumentasi adalah rekaman atau data berupa gambar, video, atau rekaman suara yang diperoleh selama penelitian dilakukan. Dalam penelitian kali ini peneliti mendokumentasikan dengan gambar atau foto-foto selama proses penelitian berlangsung.

2. Analisis Data

Pada penelitian kali ini peneliti menerapkan penelitian dengan menganalisis data secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif sendiri adalah suatu metode penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui peningkatan


(57)

pemahaman siswa terhadap isi sebuah bacaan dengan menggunakan strategi Reading Aloud dan juga untuk mengetahui respon siswa terhadap kegiatan serta aktifitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung.9

Sedangkan Analisis data kuantitatif yang akan menjadi pokok rujukan keberhasilan dalam mehamami isi bacan yang diukur dari hasil tes atau non tes yang diberikan oleh peneliti.

a. Analisis Data Kualitatif

Analisis data kualitatif adalah data yang diperoleh berupa sebuah deskripsi yang menggambarkan tentang aktifitas guru dan siswa di dalam kelas, juga masalah pembelajaran yang ada di dalam kelas tersebut. Dalam penelitian kali ini, peneliti mendapatkan data kualitatif dari lembar observasi dan hasil wawancara guru dan siswa. Sedangkan untuk menguji kebenaran penelitian dalam menganalisis data kualitatif ini peneliti melakukan validasi dengan triangulasi, yaitu analisis dari peneliti dengan membandingkan hasil dari mitra peneliti.10 Triangulasi ini

9

Zainal Aqib, dkk, Penelitian Tindakan Kelas Untuk Guru SD, SLB, TK, (Bandung : CV. Yrama Widya, 2009, 40

10

Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2008), 108


(58)

dilakukan berdasarkan tiga sudut pandang yaitu sudut pandang guru, siswa dan peneliti sendiri.

b. Analisis Data Kuantitatif

Sedangkan analisis data kuantitatif diperoleh dari nilai-nilai siswa mengerjakan tes dan non tes dari peneliti. Dalam data ini, peneliti juga menghitung hasil skor dari lembar observasi guru dan siswa saat penelitian dilaksanakan. Tes sendiri dilakukan dengan cara memberikan soal pada siswa secara berkelompok, dan non tes dengan merangkum isi sebuah bacaan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa yang dikerjakan secara individu, yang nantinya akan menjadi tolak ukur untuk mengetahui peningkatan pemahaman siswa terhadap isi bacaan itu sendiri. Berikut cara penghitungan analisis data kuantitatif secara sederhana:

1) Data Observasi Guru dan Siswa

Dari data observasi guru dan siswa terdapat skor-skor mentah yang diperoleh, dan berikut adalah rumus analisis untuk mengubah skor asli yang diperoleh:

NP =


(59)

Keterangan rumus di atas adalah NP untuk nilai yang dicari, R untuk skor asli yang telah diperoleh, dan SM adalah skor maksimum dari penilaian.

2) Nilai Non Tes Siswa

Penilaian non tes ini adalah nilai siswa secara individu yang diperoleh siswa dengan skor asli. Agar menjadi sebuah nilai yang utuh, maka dapat dirumuskan sebagai berikut:

NP =

× 100 ...Rumus 3.2

Keterangan rumus di atas adalah NP untuk nilai yang dicari, R untuk skor asli yang telah diperoleh, dan SM adalah skor maksimum dari penilaian yang bersangkutan.11

3) Rata-rata Kelas

Langkah selanjutnya adalah menghitung nilai rata-rata siswa setelah mengetahui nilai asli siswa. Rata-rata dapat diperoleh dengan rumus sebagai berikut:

X =

∑ ...Rumus 3.3

11


(60)

Keterangan rumus di atas adalah X untuk nilai rata-rata yang dicari, ∑X untuk umlah semua nilai yang diperoleh siswa, dan ∑N adalah untuk jumlah keseluruhan siswa.

4) Ketuntasan Pemahaman Siswa

Dari sini kita akan mengetahui peningkatan siswa secaraa personal dalam memahami isi bacaan sesuai dengan hasil dari tugas yang telah diberikan oleh guru. Berikut adalah rumusnya:

T = ∑

∑ × 100%...Rumus 3.4

Keterangan rumus di atas adalah T untuk nilai persen yang dicari, ∑ST untuk Jumlah siswa yang tuntas pemahamannya, dan ∑S adalah untuk Jumlah keseluruhan siswa.

F. Indikator Kinerja

Indikator kinerja adalah suatu kriteria yang digunakan untuk melihat tingkat keberhasilan dari kegiatan penelitian tindakan kelas dalam meningkatkan atau memperbaiki kegiatan belajar mengajar di kelas. Indikator kinerja harus realistik dan data dapat diukur (jelas cara


(61)

pengukurannya). 12 Sedangkan indikator kinerja yang digunakan peneliti, adalah:

1. Meningkatnya jumlah siswa yang berhasil mencapai nilai sesuai dengan KKM yang ditentukan, yakni 90% siswa setelah diterapkan strategi Readig Aloud.

2. Meningkatnya pemahaman siswa terhadap isi cerita, yang ditunjukkan dengan keberhasilan siswa dalam membuat rangkuman cerita sehingga mencapai nilai KKM 80 yang ditentukan atau lebih di atasanya.

G. Tim Peneliti dan Tugasnya

Identitas Peneliti:

Nama : Luluk Maisyaroh

Semester/Prodi : VIII (Delapan) / PGMI Jurusan : Pendidikan Islam

Universitas : UIN Sunan Ampel Surabaya Tugas Peneliti :

1. Melakukan pengamatan pembelajaran di kelas. 2. Melakukan wawancara dengan pengajar dan siswa.

3. Menemukan masalah dalam kelas dari hasil observasi dan wawancara.

12

Dr. Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembangan Profesi Guru, (Depok: PT Rajagrafindo Persada, 2013), 127.


(62)

4. Melakukan pembuktian masalah dengan melaksanakan pre tes pada kegiatan pra siklus.

5. Mencari solusi dari masalah yang ada.

6. Membuat judul penelitian dengan solusi yang ditawarkan. 7. Membuat rencana tindakan untuk siklus 1.

8. Melakukan tindakan atau treatmen pada subyek yang diteliti pada siklus 1.

9. Mengolah data hasil pelaksanaan pada siklus 1. 10.Membuat kesimpulan data siklus 1.

11.Membuat rencana tindakan pada siklus 2.

12.Melakukan tindakan atau treatmen pada subyek yang diteliti pada siklus 2.

13.Mengumpulkan data hasil pelaksaaan pada siklus 2 14.Mengolah data hasil pelaksanaan siklus 2.

15.Membuat kesimpulan data siklus 2. Identitas Pengamat atau Observer:

Nama : Khurin in Sulistyawati

Jabatan : Guru Bahasa Indonesia Kelas IV C Madrasah : MI Maarif Pagerwojo Sidoarjo Tugas Pengamat atau Observer:


(63)

2. Memberikan skor atau nilai pada lembar pengamatan guru dan siswa pada lembar pengamatan siklus 1.

3. Melakukan pengamatan pembelajaran di kelas pada siklus 2.

4. Memberikan skor atau nilai pada lembar pengamatan guru dan siswa pada lembar pengamatan siklus 2.


(64)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN

Penelitian ini diawali dengan kegiatan prasiklus. Pada kegiatan ini peneliti melakukan pengumpulan data tentang masalah pemahaman siswa terhadap isi cerita dengan membuat rangkuman, di kelas IV MI Maarif Pagerwojo. Dalam mata pelajaran bahasa Indonesia, memang sering kita temui bacaan atau cerita yang mana siswa akan sulit memahami jika tidak dibaca berulang-ulang, maka dari itu agar siswa dapat cepat memahami, perlu adanya treatment khusus dari guru untuk siswa. Akan tetapi, di dalam kelas ini nyatanya guru masih menggunakan cara belajar lama atau tidak ada inovasi pembelajaran di dalamnya. Guru menggunakan metode ceramah dan penugasan saja, dari situlah pada materi tertentu siswa kurang bisa memahami betul maksud dari isi materi.

Gambar 4.1


(65)

Metode pembelajaran yang seperti ini yang membuat siswa kurang aktif dalam belajar, terutama siswa akan cepat bosan, sehingga materi yang disampaikan susah dipahami oleh siswa. Kejadian seperti ini yang membuat siswa mudah mendapatkan nilai di bawah KKM, maka dari itu perlu adanya perubahan cara belajar dalam hal ini.

Dilihat dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa siswa masih kurang bisa memahami isi sebuah cerita dengan pembelajaran yang monoton hanya ceramah dan penugasan saja. Berikut adalah nilai siswa tentang pemahaman isi bacaan dengan metode pembelajaran ceramah dan penugasan:

Tabel 4.1

Data nilai siswa pra siklus

No Nama

Siswa L/P

KKM Pemaha man Aspek Penilaian Pemahaman Nilai Pemahaman Ketera ngan

1 2 3 T TT

1. AYF L 80 2 1 2 42 √

2. AHH L 80 2 2 2 50 √

3. AN P 80 1 2 2 42 √

4. AZA L 80 2 2 2 50 √

5. AN L 80 1 1 1 25 √

6. ARA P 80 3 3 3 75 √

7. ANUR P 80 2 2 2 50 √

8. BACH P 80 4 2 3 75 √

9. BRIDA L 80 1 1 1 25 √

10. CHAPA P 80 2 2 2 50 √

11. DISA P 80 3 2 2 58 √

12. FASA P 80 1 1 1 25 √

13. IRES P 80 2 2 2 50 √

14. MAZAF L 80 2 2 3 58 √

15. MFAL L 80 2 2 2 50 √

16. MFAD L 80 1 1 1 25 √


(66)

18. MIAF L 80 1 1 2 33 √

19. MRIAL L 80 2 1 1 33 √

20. MCHE L 80 2 2 2 50 √

21. MFAQA L 80 3 3 3 75 √

22. MAMP L 80 1 1 1 25 √

23. NANAA P 80 2 2 2 50 √

24. NAAF P 80 2 1 2 42 √

25. NUKHU P 80 1 2 2 42 √

26. RAIN L 80 2 2 2 50 √

27. RIAI P 80 3 4 3 83 √

28. SALH P 80 2 1 2 42 √

29. SURA L 80 2 1 1 33 √

30. ZAJAT L 80 2 1 1 33 √

31. ZAAB L 80 3 3 4 83 √

32. MNUA L 80 1 1 1 25 √

33. AMUF P 80 3 3 4 83 √

34. DIAD P 80 1 1 1 25 √

35. MWIAL L 80 3 3 4 83 √

36. SW P 80 1 1 1 25 √

37. DEPU L 80 1 1 0 25 √

Jumlah Nilai 1784

Keterangan dari tabel di atas adalah T untuk siswa yang tuntas dan TT untuk siswa yang tidak tuntas, dengan format rumus

T = ∑

∑ × 100

Keterangan rumus di atas adalah T untuk nilai persen yang dicari, ∑ST untuk Jumlah siswa yang tuntas pemahamannya, dan ∑S adalah untuk Jumlah keseluruhan siswa.

T =

× 100 = 10,81%

Nilai yang diperoleh adalah 10,81% yang menunjukkan bahwa memang hampir seluruh siswa yakni 33 siswa tidak tuntas dan siswa yang tuntas adalah 4 siswa dari 37 siswa belum bisa memahami isi cerita dengan


(67)

baik. Selain nilai ketuntasan pemahaman, kita juga dapat mengetahui nilai rata-rata siswa dengan rumus:

X =

Keterangan rumus di atas adalah X untuk nilai rata-rata yang dicari, ∑X untuk jumlah semua nilai yang diperoleh siswa, dan ∑N adalah untuk jumlah keseluruhan siswa.

X =

= 47,24

Nilai 47,24 untuk rata-rata siswa juga menunjukkan nilai masih belum mencapai KKM yang ditentukan oleh sekolah. Nilai rata-rata harus mencapai 75 dapat dikatakan berhasil. Dari hasil data diatas perlu adanya tindakan pelaksanaan dalam pembelajaran melalui strategi yang akan dilakukan oleh peneliti, yakni strategi Reading Aloud untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang isi cerita pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.

Selanjutnya adalah tentang hasil penerapan strategi yang digunakan peneliti dalam hal ini strategi Reading Aloud. Hasil dari penerapan strategi

Reading Aloud dapat dilihat pada lembar pengamatan guru dan siswa selama pembelajaran dilakukan. Pada kegiatan siklus 1 siswa masih kurang bisa dikondisikan dengan baik untuk penerapan strategi Reading aloud ini, karena siswa baru saja mengenal pembelajaran seperti ini. Terbiasa dengan ceramah guru saat pelajaran, siswa kurang bisa aktif dalam penerapan strategi ini. Guru dalam hal ini peneliti, sudah melakukan


(68)

yang terbaik akan tetapi masih ada hal-hal yang belum dilaksanakan atau kurang dalam pembelajaran.

Sedangkan pada kegiatan siklus 2, siswa mulai mengenal strategi yang diberikan oleh peneliti, maka dari itu kegiatan siswa lebih membaik dari pada di siklus yang sebelumnya. Siswa juga aktif didalam kelompok maupun secara individu dan siswa juga mengerjakan soal sesuai intruksi guru dengan benar. Kegiaatan guru juga lebih baik lagi dari siklus sebelumnya, kegiatan runtut dan sangat sedikit hal yang perlu diperbaiki.

1. Siklus 1

Pada tahap perencanaan, peneliti membuat atau merancang rencana pembelajaran yang akan digunakan pada saat pelaksanaan siklus 1, yakni telah membuat RPP yang kemudian divalidasikan kepada dosen ahli. Peneliti juga menyiapkan lembar kerja siswa yang akan dikerjakan oleh siswa baik individu atau kelompok, tak lupa pula peneliti juga menyiapkan papan tempel untuk memajang hasil rangkuman siswa di depan kelas.

Gambar 4.2


(69)

Gambar 4.3

Siswa mengerjakan tugas kelompok

Di tahap pelaksanaan ini peneliti melakukan pembelajaran dengan menerapkan strategi Reading Aloud dan dalam hal ini peneliti bertindak sebagai pengajar dan guru mata pelajaran sebagai pengamat. Di tahap inilah peneliti memperoleh data nilai siswa pada siklus 1. Berikut adalah tabel nilai siswa pada siklus 1:

Tabel 4.2

Data nilai siswa pada siklus 1

No Nama

Siswa L/

P

KKM Pemaha

man

Aspek Penilaian Pemahaman

Nilai Pemaha

man

Ketera ngan

1 2 3 T TT

1. AYF L 80 2 3 3 67 √

2. AHH L 80 3 3 4 83 √

3. AN P 80 0 0 0 0 √

4. AZA L 80 3 3 4 83 √

5. AN L 80 2 2 1 42 √

6. ARA P 80 4 3 4 83 √

7. ANUR P 80 2 3 3 67 √

8. BACH P 80 3 4 3 83 √

9. BRIDA L 80 3 3 2 67 √

10. CHAPA P 80 3 3 3 75 √

11. DISA P 80 2 3 3 67 √

12. FASA P 80 2 2 1 42 √


(1)

Diagram 4.4

Prosentase nilai semua siklus

Dari diagram 4.4 yakni prosentase nilai semua kegiatan siklus, bahwa pada prasiklus diperoleh 10,81% siswa yang belum memahami isi cerita, pada kegiatan siklus 1 yakni setelah diterapkan strategi Reading

Aloud diperoleh 43,24% siswa yang tuntas pemahamannya, dan pada

kegiatan siklus 2 yakni perbaikan dari siklus 1 diperoleh 91,98%. Dalam hal ini pada kegiatan ini penggunaan strategi Reading Aloud pada

pemahaman isi cerita ini dapat dikatakan berhasil tanpa harus ada perbaikan lagi pada kesempatan mendatang.

Pra Siklus Siklus I Siklus II

10,81%

43,24%

91,89%


(2)

87

BAB V PENUTUP A.Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dari dua siklus yang telah dideskripsikan sesuai dengan observasi, pembahasan, dan analisis yang telah dilakukan oleh peneliti, dengan menerapkan strategi pembelajaran Reading Aloud untuk

meningkatkan pemahaman isi cerita dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas IV C MI Maarif Pagerwojo Sidoarjo dapat ditarik kesimpulan bahwa:

1. Penerapan strategi pembelajaran Reading Aloud dalam mata pelajaran

bahasa Indonesia telah mencapai angka yang diinginkan oleh peneliti yakni 90% siswa tuntas pemahamannya, artinya strategi Reading Aloud

ini dapat meningkatkan pemahaman isi cerita pada siswa kelas IV C MI

Maarif Pagerwojo Sidoarjo, dengan dilaksanakan dalam kegiatan prasiklus dan 2 siklus pembelajaran. Pada kegiatan prasiklus peneliti melakukan pretes yang memperoleh nilai ketuntasan pemahaman 10,81% dengan jumlah 4 siswa yang tuntas dan 33 siswa yang tidak tuntas dari 37 siswa di dalam kelas, dan nilai rata-rata kelas 47,24. Pada siklus I pembelajaran belum mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan yakni 90%, dengan nilai ketuntasan pemahaman siswa yakni 43,24% dan rata-rata kelas 66,05. Dengan diperoleh jumlah siswa yang tuntas 16 siswa dan siswa yang tidak tuntas 21 siswa dari 37 siswa. Pada


(3)

pelaksanaan siklus II, peneliti mengacu pada kekurangan yang ada pada siklus I dan memperbaikinya dengan sedikit mengubah kegiatan pembelajaran yang awalnya perwakilan siswa di masing-masing kelompok membacakan potongan paragraf sesuai yang diapatkan di kelompoknya, menjadi tiap kelompok mendelegasikan salah satu anggotanya untuk maju ke depan dan membacakan potongan yang didapat pada tiap kelompok.

Pada siklus II diperoleh nilai ketuntasan pemahaman siswa 91,89% dengan jumlah 34 siswa yang tuntas dan 3 siswa tidak tuntas dari 37 siswa dalam kelas dan nilai rata-rata kelas 83,05. Dengan hasil akhir ini maka penerapan strategi Reading Aloud untuk meningkatkan

pemahaman isi cerita mata pelajaran bahasa Indonesia siswa kelas IV C MI Maarif Pagerwojo Sidoarjo dapat dikatakan berhasil karena sudah dibuktikan melalui hasil penelitian diatas dapat meningkatkan pemahaman isi cerita.

2. Peningkatan pemahaman siswa terhadap isi cerita dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia setelah menggunakan strategi Reading Aloud, dapat

dilihat dari hasil data observasi guru dan siswa pada siklus 1 yang memperoleh nilai 78,67 untuk guru dan 71,29 untuk siswa, yang menunjukkan bahwa dari kegiatan siklus 1 ini masih belum mencapai nilai yang baik, maka dari itu dilakukan kegiatan siklus 2 yang memperoleh nilai 96,09 untuk guru dan 93 untuk siswa, artinya setelah


(4)

89

dilakukan kegiatan siklus 2 ini tidak perlu diadakan siklus untuk selanjutnya karena telah mencapai indikator yang diinginkan.

B.Saran

Berdasarkan penelitian yang dilakukan dengan penerapan strategi pembelajaran Reading Aloud untuk meningkatkan pemahaman isi cerita siswa

kelas IV C MI Maarif Pagerwojo Sidoarjo, adalah strategi Reading Aloud dapat

dijadikan referensi strategi pembelajaran pada materi-materi selanjutnya agar pembelajaran di dalam kelas tidak membosankan dan tidak monoton dengan metode ceramah saja, dengan strategi Reading Aloud ini guru menjadi lebih

inovatif dalam mengajar untuk meningkatkan kualitas pengajaran pada materi tertentu dan menigkatkan semangat belajar siswa yang nantinya akan berdampak pada nilai siswa menjadi meningkat dari sebelumnya, Strategi

Reading Aloud ini juga dapat digunakan sebagai contoh untuk penggunaan

strategi-strategi pembelajaran selanjutnya sehingga guru tidak hanya menggunakan satu strategi pembelajaran.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Tarigan, Henry Guntur. 2008. Membaca sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.

(Bandung: Angkasa).

Yamin , Martinis. 2013. Strategi dan Metode dalam model pembelajaran (Jakarta: GP Press Group).

Ghofur , Abdul. 2012. Desain pembelajaran konsep, model, dan aplikasinya dalam perencanaan pelaksanaan pembelajaran . (Yogyakarta: Penerbit Ombak).

Iskandarwassid. 2012. Strategi Pembelajaran Bahasa. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya).

Aqib, Zainal. 2013. Model-model, Media, dan Strategi Pembelajaran Kontekstual (inovatif), (Bandung: CV Yrama Widya).

Rahim, Farida. 2009. Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar, (Jakarta: PT Bumi Aksara).

Aqib, Zainal. 2009. Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: CV Yrama Studio). Sukardi. 2013. Metode PenelitianPendidikan Tindakan Kelas:Implementasi dan

Pengembangannya, (Jakarta: PT Bumi Aksara).

Kunandar. 2013. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembangan Profesi Guru, (Depok: PT Rajagrafindo Persada).

Sanjaya, Wina. 2012. Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group).

Santosa, Puji. 2009. Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia SD, (Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka).

Zulela. 2012. Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya).

Ngalimun. 2014. Pembelajaran Berbahasa Indonesia, (Yogyakarta: Aswaja Presindo).

Sunaryo, Wowo Kuswana. 2012. Taksonomi Kognitif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya).


(6)

93

Baihaqi, Junaedi. 2009. Evaluasi Pembelajaran MI, (Surabaya: PT Revka Petra Madia).

Purwanto, Ngalimun. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya).

Subhan, Fauti. 2013. Penelitian Tindakan Kelas, (Sidoarjo: Qisthos Didital Press) Dr. Suwarto. 2013. Pengembangan Tes Diagnostik Dalam Pembelajaran,

(Yogyakarta: Pustaka Pelajar)

Ampuni, Sutarimah. 1998. “Proses Kognitif dalam Pemahaman Bacaan”, Bulletin

Psikologi, 02 (Desember)

Sihabuddin, Strategi pembelajaran SAP, 13. SK KD MI/SD Bahasa Indonesia


Dokumen yang terkait

DENGAN MENGGUNAKAN STRATEGI ROLE PLAYING PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA SISWA KELAS V Meningkatkan Kemampuan Memahami Isi Teks Dialog Dengan Menggunakan Strategi Role Playing Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas V SD Muhammadiyah 03 Nu

0 3 17

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMAHAMI ISI TEKS DIALOG DENGAN MENGGUNAKAN STRATEGI ROLE PLAYING PADA Meningkatkan Kemampuan Memahami Isi Teks Dialog Dengan Menggunakan Strategi Role Playing Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas V SD Muhammadiyah 03 N

0 2 13

PENGGUNAAN TEKNIK DICTOGLOSS UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMAK CERITA PADA MATA Penggunaan Teknik Dictogloss Untuk Meningkatkan Keterampilan Menyimak Cerita Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas IV SD N 2 Karangtalun Tahun 2013

0 2 18

PENGGUNAAN TEKNIK DICTOGLOSS UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMAK CERITA PADA MATA Penggunaan Teknik Dictogloss Untuk Meningkatkan Keterampilan Menyimak Cerita Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas IV SD N 2 Karangtalun Tahun 2013

0 1 13

UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR BAHASA INDONESIA MELALUI STRATEGI READING ALOUD Upaya Meningkatkan Keaktifan Belajar Bahasa Indonesia Melalui Strategi Reading Aloud (Membaca Keras) Pada Siswa Kelas IV SDN Sumbersari 01 Ta

0 1 16

UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR BAHASA INDONESIA MELALUI STRATEGI READING ALOUD Upaya Meningkatkan Keaktifan Belajar Bahasa Indonesia Melalui Strategi Reading Aloud (Membaca Keras) Pada Siswa Kelas IV SDN Sumbersari 01 Tahun Pelajaran 2012/2013.

0 1 14

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI ISI BACAAN DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA TEKS CERITA Peningkatan Kemampuan Memahami Isi Bacaan Dengan Menggunakan Media Teks Cerita Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas V SD Negeri 1 Kendel, Boyolali Tahun Pelajaran 2012

0 0 16

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMAHAMI CERITA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI PENERAPAN Meningkatkan Kemampuan Memahami Cerita Pada Pembelajaran Bahasa Indonesia Melalui Penerapan Metode CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition) Siswa Ke

0 0 15

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMAHAMI ISI BACAAN : Studi pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas XI di SMAN Kota Serang.

2 9 29

Penerapan strategi DRTA (Directed Reading Thinking Activity) untuk meningkatkan kemampuan memahami isi cerita anak pada mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa Kelas III MINU Wedoro Waru Sidoarjo.

6 11 119