DRAFT RUU PILKADA melalui DPRD

DRAFT RUUPILKADA
PER 24 FEBRUARI 2014
PUKUL 21.14 WIB

DRAFT
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
PEMILIHAN KEPALA DAERAH

DENGAN ALTERNATIF :
MEKANISME PEMILIHAN KEPALA DAERAH
OLEHDPRD

DRAFT 24 FEB 2014. DPRD
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR ... TAHUN ...
TENTANG
PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI DAN WALIKOTA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang: a. bahwa dalam rangka mewujudkan Pemilihan gubernur, bupati dan walikota
yang demokratis sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 18 ayat (4)

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, perlu
diatur penyelenggaraan pemilihan kepala daerah;
b. bahwa penyelenggaraan Pemilihan gubernur, bupati dan
walikota sebagaimana diatur dalam Undang-Undang tentang
Pemerintahan Daerah sudah tidak sesuai dengan
perkembangan keadaan sehingga perlu diatur dalam UndangUndang tersendiri;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a dan huruf b perlu membentuk UndangUndang tentang Pemilihan Kepala Daerah;
Mengingat : Pasal 5 ayat (1), Pasal 18 ayat (4), Pasal 20, dan Pasal 22 E ayat (1)
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

Dengan Persetujuan Bersama DEWAJJ
PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
DAN
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
MEMUTUSKAN:
Menetapkan

:


UNDANG-UNDANG

TENTANG

PEMILIHAN

GUBERNUR, BUPATI DAN WALIKOTA.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:
1. Pemerintah

pusat,

selanjutnya

disebuL

Pemerintah,


adalah

Presiden

Republik

Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia

1

sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republxk Indonesia Tahun
1945.
2. Pemerintahan daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah
daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip
otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.
3. Pemerintah daerah adalah gubernur, bupati atau walikota, dan perangkat daerah
sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.

4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi yang selanjutnya disebut DPRD Provinsi atau
sebutan lainnya adalah lembaga perwakilan rakyat daerah di Provinsi dan berkedudukan
sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah,
5. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota yang selanjutnya disebut DPRD
Kabupaten/Kota atau sebutan lainnya adalah lembaga perwakilan rakyat daerah di
Kabupaten/Kota sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
6. Kepala Daerah adalah gubernur untuk provinsi dan bupati/walikota untuk kabupaten/kota.
7. Pemilihan Kepala Daerah yang selanjutnya disebut/disingkat Pilkada adalah Pemilihan
gubernur dan pemilihan bupati/walikota yang merupakan sarana pelaksanaan kedaulatan
rakyat di provinsi dan kabupaten/kota untuk memilih gubernur dan bupati/walikota
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
8. Partai Politik adalah partai politik peserta pemilihan umum sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang Partai Politik dan termasuk partai politik lokal di Aceh.
9. Fraksi adalah kepanjangan dari partai politik peserta pemilihan umum yang memiliki kursi
di DPRD atau sebutan lainnya dan sebagai wahana berhimpunnya anggota DPRD atau
sebutan lainnya.
10. Calon Gubernur adalah peserta pemilihan yang diusulkan oleh Fraksi atau gabungan Fraksi
DPRD Provinsi atau sebutan lainnya yang didaftarkan di KPU Provinsi.
11. Calon bupati/walikota adalah peserta pemilihan yang diusulkan oleh partai politik atau
gabungan partai politik atau perseorangan yang mendaftar atau didaftarkan di KPU

Kabupaten/Kota.
12. Komisi Pemilihan Umum Provinsi dan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten/Kota,
selanjutnya disebut KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota, adalah Penyelenggara
Pemilihan Kepala Daerah di provinsi dan kabupaten/kota.
13. Panitia Pemilihan di DPRD Provinsi atau sebutan lainnya yang selanjutnya disebut Panlih
adalah panitia yang dibentuk dengan keputusan Pimpinan DPRD Provinsi atau

2

sebutan lainnya dan bertugas untuk menyusun peraturan
Gubernur serta mehyelenggarakan pemilihan.

tata tertib pemilihan

14. Badan Pengawas Pemilu gubernur, selanjutnya disebut Bawaslu Provinsi, adalah lembaga
yang mengawasi penyelenggaraan Pemilihan gubernur
15. Panitia

Pengawas


Pemilihan

bupati

dan

walikota,

selanjutnya

disebut

Panwas

Kabupaten/Kota, adalah panitia yang dibentuk oleh Bawaslu untuk mengawasi
penyelenggaraan Pemilihan bupati/walikota.
16. Pemilih untuk Pemilihan Gubernur adalah Anggota DPRD Provinsi atau sebutan lainnya.
17. Pemilih untuk Pemilihan bupati /walikota adalah Anggota DPRD kabupaten/kota.
BAB II ASAS DAN PRINSIP
PBLAKSANAAN Bagian Kesatu Asas

Pasal 2
Pemilihan gubernur, bupati, dan wnlikotn dilaksanaknn .secara demokrntis bordasnrkan
asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil. ____
Bagian Kedua Prinsip
Pelaksanaan
Pasal 3
(1) Pemilihan gubernur, bupati, dan walikota dilaksanakan setiap 5 (lima) tahun sekali serentak
secara nasional.
(2) Calon gubernur, bupati, dan walikota berasal dari proses uji publik.
Pasal 4
(1) DPRD provinsi memberitahukan secara tertulis kepada Gubernur dan KPU provinsi
mengenai berakhirnya masa jabatan gubernur selambat-lambatnya 6 (enam) bulan sebelum
berakhir masa jabatan gubernur;
(2) DPRD kabupaten/kota memberitahukan secara tertulis kepada bupati/walikota dan KPU
kabupaten/kota mengenai berakhirnya masa jabatan bupati/walikota selambat-lambatnya 6
(enam) bulan sebelum berakhir masa jabatan bupati/walikota

3

Pasal 5

(1) Pemilihan gubemur, bupati dan walikota diawali dengan pendaftaran bakal calon dan uji publik;
(2) Pemilihan gubemur, bupati dan walikota diselenggarakan melalui 2 (dua) tahapan yaitu tahapan
pertama dan tahapan kedua.
(3) Tahapan pertama sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi :
a. Pengumuman pendaftaran calon gubernur, bupati dan walikota;
b. Pendaftaran calon gubernur, bupati dan walikota;
c. Penelitian persyaratan administrasi calon gubernur, bupati dan walikota; dan
d. Penetapan calon gubernur, bupati dan walikota;
(4) Tahapan pertama sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dimulai paling lambat 4 (empat) bulan
sebelum berakhir masa jabatan gubernur, bupati dan walikota.
(5) Tahapan pertama sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus diselesaikan paling lama 90
(sembilan puluh) hari.
(6) Tahapan kedua sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi: a.
Penyampaian visi dan misi;
b.Pemungutan dan penghitungan suara;
c. Penetapan hasil pemilihan; dan
d. Penyampaian keberatan.
(7) Tahapan kedua sebagaimana dimaksud pada ayat (7) dimulai 7 (tujuh) hari setelah
tahapan pertama pemilihan selesai.
BAB III PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI DAN

WALIKOTA
Pasal 6
(1)

Gubernur dipilih oleh Anggota DPRD Provinsi secara demokratis berdasar asas
langsung, bebas, rahasia, jujur, dan adil.

(2)

Eupati/walikota dipilih oleh Anggota DPRD kabupaten/kota secara demokratis
berdasar asas langsung, bebas, rahasia, jujur, dan adil.
Pasal 7

(1) Penyelenggara Pemilihan Gubemur adalah:
a. KPU Provinsi; dan
b. DPRD Provinsi.
(2) KPU Provinsi menyelenggarakan tahapan pertama sebagaimana dimaksud pada pasal
5 ayat (3).
4


(3) DPRD Provinsi menyelenggarakan tahapan kedua sebagaimana dimaksud pada pasal 5 ay at (6).
Pasal 8
(1) Penyelenggara Pemilihan bupati/walikota adalah:
a. KPU kabupaten/kota; dan
b.DPRD kabupaten/kota.
(2) KPU kabupaten/kota menyelenggarakan tahapan pertama sebagaimana dimaksud pada pasal 5
ayat (3).
(3) DPRD kabupaten/kota menyelenggarakan tahapan kedua sebagaimana dimaksud pada pasal 5 ayat
(6).
Pasal 9
Dalam melaksanakan tahapan pertama pemilihan gubernur, bupati dan walikota, KPU Provinsi dan
KPU kabupaten/kota mempunyai kewajiban ;
a. mengumumkan pendaftaran bakal calon;
b. melaksanakan menyelenggarkan uji publik yang meliputi kompetensi dan integritas;
c. mengumumkan pendaftaran calon;
d. melaksanakan kegiatan pendaftaran;
e. melaksanakan kegiatan seleksi persyaratan calon;
f. melaksanakan kegiatan penetapan calon; dan
g.. menyampaikan nama-nama calon beserta dokumen kelengkapan calon kepada DPRD Provinsi
dan/atau DPRD kabupaten/kota;

Pasal 10
DPRD Provinsi, kabupaten dan kota dalam melaksanakan tahapan kedua sebagaimana dimaksud pada
pasal 5 ayat (7) membentuk Panlih.
Pasal 11 (1) Panlih sebagaimana dimaksud dalam Pasal
10 dibentuk paling lambat 4 (empat)
bulan sebelum berakhirnya masa jabatan gubernur. (2)Anggota Panlih terdiri dari unsur-unsur fraksi
dan masing-masing fraksi dapat
diwakili 3 (tiga) orang, yang ditentukan sccara proporsional.
(3) Ketua dan para Wakil Ketua DPRD Provinsi, kabupaten dan kota karena jabatannya adalah Ketua
dan Wakil Ketua Panlih meranglcap anggota.
(4) Sekretaris DPRD Provinsi, kabupaten dan kota karena jabatannya adalah Sekretaris Panlih, bukan
anggota.

5

(5) Apabila sescorang anggota Panlih dicalonkan atau mencalonkan diri menjadi calon
gubemur, yang bersangkutan harus mengundurkan diri dari keanggotaan Panlih, dan
keanggotaannya dalam Panlih digantikan oleh anggota DPRD Provinsi, kabupaten dan kota
dari fraksi yang sama.
(6) Tugas Panlih berakhir setelah penetapan calon gubemur, bupati dan walikota terpilih.
(7) Dalam hal terjadi sengketa pemilihan .gubemur, bupati dan walikota, tugas Panlih
sebagaimana dimaksud ayat (6) berakhir setelah Panlih melaksanakan putusan Mahkaxnah
Agung.
(8) Guna menjamin txansparansi dan efisiensi, Komisi Pemberantasan Korupsi mengawasi
Panlih dalam pelaksanaan tugasnya.
Pasall2
(1) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10, Panlih menyiapkan tata
tertib pemilihan yang dimulai paling lambat 7 (tujuh) hari setelah terbentuknya Panlih.
(2) Peraturan tata tertib sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan dengan Peraturan
DPRD Provinsi, kabupaten dan kota yang mempedomani Peraturan Menteri Dalam Negeri.
(3) Penyusunan tata tertib pemilihan diselesaikan paling lama 14 (empat belas) hari.
Pasal 13
Dalam melaksanakan tahapan kedua pemilihan, panlih mempunyai kewajiban :
a. menyelenggarakan penyampaian visi dan misi calon gubernur, bupati dan walikota;
b. melaksanakan pemungutan dan penghitungan suara;
c. menetapkan hasil pemilihan;
d. menetapkan calon gubernur, bupati dan walikota terpilih; dan
e. menindaklanjuti Putusan Pengadilan, bilamana terjadi sengketa.
Pencalonan
Paragraf Kesatu
Peserta Pemilihan dan Persyaratan Calon
Pasal 14
Peserta pemilihan gubernur, bupati dan walikota adalah calon gubernur, bupati dan walikota
yang diusulkan oleh fraksi atau gabungan fraksi di DPRD Provinsi, kabupaten dan kota.

o

Pasal 15
Warga negara Republik Indonesia yang dapat ditetapkan menjadi calon gubernur, bupati dan
walikota adalah yang memenuhi syarat- syarat:
a. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
b. setia kepada Pancasila sebagai Dasar Negara, Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia. Tahun 1945, cita-cita Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus
1945, dan kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia serta Pemerintah Pusat;
c. berpendidikan sekurang-kurangnya sekolah lanjutan tingkat atas atau
sederajat;
d. memiliki kompetensi;
e. memiliki integritas;
f. berusia sekurang-kurangnya 30 (tiga puluh) tahun;
g. mampu secara jasmani dan rohani berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatan
menyeluruh dari tim dokter;
h. Tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam
dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih kecuali yang bersangkutan telah selesai
menjalani pidana lebih dari 5 (lima) tahun dan mengumumkan secara terbuka dan jujur
kepada publik bahwa dirinya pernah menjadi terpidana serta tidak akan mengulang
tindak pidananya.
i. tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap;
j.

daftar kekayaan pribadi dan bersedia untuk diumumkan;

k. tidak sedang memiliki tanggungan utang secara perseorangan dan/atau secara badan
hukum yang menjadi tanggung jawabnya yang merugikan keuangan negara;
1. tidak sedang dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap;
m. memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan laporan pajak pribadi;
n. belum pernah menjabat sebagai gubernur selama 2 (dua) kali masa jabatan;
o. Tidak berstatus sebagai Bupati/Wakil Bupati atau. Walikota/ Wakil Walikota;
p. Tidak berstatus sebagai Penjabat Gubernur/Penjabat Bupati/Penjabat Walikota;
q. memiliki visi, misi dan program strategis mengacu pada RPJPD;
r. tidak memiliki konflik kepentingan baik secara langsung maupun tidak langsung dengan
petahana;
s. berhenti sementara dari jabatannya bagi gubernur/wakil gubernur, bupati/wakil bupati
dan walikota/wakil walikota Petahana;
t.

non aktif bagi Pimpinan DPR, DPD, dan DPRD;
7

u. pemberitahuan kepada pimpinan
mencalonkan diri;

bagi anggota DPR,

DPD,

dan DPRD yang

v. berhenti dari jabatan organik bagi anggota TNI/Polri, dan PNS;
w. berhenti dari jabatannya bagi gubernur/wakil gubernur, bupati/wakil bupati dan
walikota/ wakil walikota yang mencalonkan diri di daerah lain;
x. Daftar riwayat hidup setiap calon gubernur, bupati dan walikota;
y. Bagi pejabat BUMN dan BUMD mengikuti Peraturan Perundang-undangan;
z. Tidak berstatus sebagai anggota Panlih gubernur, bupati dan walikota.
BAB IV PBNDAFTARAN BAKAL
CALON
Pasal 16
(1) KPU provinsi mengumumkan masa pendaftaran bakal calon gubernur bagi warga negara yang
berminat menjadi bakal calon gubernur baik yang diusulkan partai politik/gabungan partai politik.
(2) KPU kabupaten/kota mengumumkan masa pendaftaran bakal calon bupati/walikota bagi warga
negara yang berminat menjadi bakal calon bupati/walikota baik yang diusulkan partai
politik/gabungan partai politik.
(3) Pendaftaran bakal calon gubernur, bupati, dan walikota dilaksanakan 6 (enam) bulan sebelum
pendaftaran calon gubernur, bupati, dan walikota.
(4) KPU provinsi dan KPU kabupaten/kota mengumumkan para bakal calon gubernur, bupati, dan
walikota kepada masyarakat untuk memperoleh masukan dan tanggapan.
BABV UJI
PUBLIK
Pasal 17
(1) Warga negara yang mendaftar sebagai bakal calon gubernur, bupati, dan walikota baik yang
diusulkan oleh partai politik/gabungan partai politik wajib mengikuti uji publik yang meliputi
kompetensi dan integritas.
(2) Partai politik/gabungan partai politik dapat mengusulkan 1 (satu) atau lebih bakal calon
gubernur, bupati, dan walikota untuk mengikuti uji publik.
(3) Uji publik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diselenggarakan oleh panel yang bersifat
mandiri yang dibentuk oleh DPRD provinsi, kabupaten dan kota.
(4) Panel sebagaimana dimaksud pada ayat (2) beranggotakan 5 (lima) orang yang berasal dari unsur
akademisi.
8

(5) Uji publik dilaksanakan secara terbuka selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sebelum pendaftaran
calon gubernur, bupati, dan walikota.
(6) Pcscrta uji publik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) akan memperoleh surat keterangan dari
panel sebagaimana dimaksud pada ayat (3).
BAB VI PENYBLENGGARAAN PEMILIHAN
GUBERNUR, BUPATI DAN WALIKOTA
Bagian Kesatu Pendaftaran Calon Gubernur, Bupati
dan Walikota
Pasal 18
(1) Fraksi atau gabungan fraksi DPRD Provinsi, kabupaten dan kota pada saat mendaftarkan calon
gubernur, bupati dan walikota kepada KPU Provinsi dan KPU kabupaten/kota, wajib
menyerahkan;
a. surat pencalonan yang ditandatangani

oleh

pimpinan

fraksi

atau

pimpinan

gabungan fraksi;
b. surat pernyataan kesediaan yang bersangkutan sebagai calon gubernur, bupati
dan walikota;
c. surat pernyataan tidak akan mengundurkan diri sebagai calon gubernur, bupati
dan walikota; dan
d. kelengkapan persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17.
(2) Fraksi atau gabungan fraksi hanya dapat mengusulkan satu calon gubernur, bupati dan walikota.
(3) Pengumuman pendaftaran calon gubernur, bupati dan walikota dilaksanakan paling lambat 4
(empat) bulan sebelum berakhirnya masa jabatan gubernur, bupati dan walikota
(4) Pengumuman pendaftaran calon gubernur, bupati dan walikota dilaksanakan selama 3 (tiga) hari.
(5) Pendaftaran calon gubernur sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling lama 14 (empat belas)
hari setelah 1 (satu) hari pengumuman pendaftaran calon gubernur, bupati dan walikota berakhir.
Bagian Kedua Penelitian Persyaratan Calon Gubernur, Bupati dan
Walikota
Pasal 19
(1) KPU

Provinsi

dan

KPU

kabupaten/kota

meneliti

kelengkapan

persyaratan

administrasi calon gubernur, bupati dan walikota serta melakukan klarifikasi kepada
9

instansi terkait yang berwenang dan menerima masukan dari masyarakat terhadap
persyaratan calon gubernur, bupati dan walikota.
(2) Penelitian persyaratan administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan sehari setelah penutupan pendaftaran calon gubernur, bupati dan
walikota.
(3) Penelitian persyaratan administrasi sebagaimana dimaksud ayat (2) dilakukan
selama 10 (sepuluh) hari.
(4) Hasil penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diberitahukan secara tertulis kepada
fraksi dan calon 3 (tiga) hari setelah penelitian selesai.
(5) Apabila calon gubernur, bupati dan walikota dari fraksi belum memenuhi syarat, fra'ksi
diberi kesempatan untuk melengkapi dan/atau memperbaiki surat pencalonan beserta
persyaratan calon gubernur, bupati dan walikota paling lama 7 (tujuh) hari sejak saat
pemberitahuan hasil penelitian persyaratan oleh KPU Provinsi dan KPU kabupaten/kota.
(6) Dalam hal calon gubernur, bupati dan walikota yang diajukan fraksi berhalangan tetap pada
saat pendaftaran sampai dengan penelitian kelengkapan persyaratan, fraksi diberi
kesempatan untuk mengajukan calon gubernur, bupati dan walikota baru paling lama 7
(tujuh) hari sejak saat pemberitahuan hasil penelitian persyaratan oleh KPU Provinsi dan
KPU kabupaten/kota.
(7) KPU Provinsi dan KPU kabupaten/kota melakukan penelitian ulang ten tang kelengkapan
dan/atau perbaikan persyaratan calon gubernur, bupati dan walikota sebagaimana
dimaksud pada ayat. (4), ayat (5) dan ayat (6), sekaligus memberitahukan hasil penelitian
tersebut paling lama 14 (empat belas) hari sejak kelengkapan persyaratan diterima
sebagaimana dimaksud ayat (6) kepada pimpinan fraksi yang mengusulkan calon gubernur,
bupati dan walikota.
(8) Apabila hasil penelitian berkas calon gubernur, bupati dan walikota sebagaimana
dimaksu'd pada ayat (7) tidak memenuhi syarat dan ditolak oleh KPU Provinsi dan KPU
kabupaten/kota, fraksi tidak dapat lagi mengajukan calon gubernur, bupati dan walikota.
(9) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penelitian persyaratan calon gubernur, bupati
dan walikotasebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan KPU.

10

Bagian Ketiga Penetapan Calon Gubernur,
Bupati dan Walikota
Pasal 20
(1) Berdasarkan hasil penelitian sebagaimana dimaksud dalain Pasal 19, KPU provinsi dan
KPU kabupaten/kota menetapkan calon gubernur, bupati dan walikota sekurangkurangnya 2 (dua) orang dalam rapat pleno yang dituangkan dalam Keputusan KPU
Provinsi dan KPU kabupaten/kota disertai Berita Acara Penetapan calon gubernur,
bupati dan walikota.
(2)Calon yang telah ditetapkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diumumkan secara
luas selama 3 (tiga) hari oleh KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/kota dan disampaikan
kepada DPRD Provinsi, Kabupaten dan kota.
(3) Terhadap penetapan calon gubernur, bupati dan walikota sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), calon gubernur, bupati dan walikota yang merasa dirugikan dapat mengajukan
keberatan hasil penetapan calon gubernur kepada Mahkamah Agung dan calon
bupati/walikota kepada pengadilan tinggi paling lambat 3 (tiga) hari setelah pengumuman
sebagaimana dimaksud pada ayat (2).
(4) Pengajuan keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) hanya dapat diajukan oleh
calon gubernur, bupati dan walikota yang tidak ditetapkan sebagai calon gubernur, bupati
dan walikota.
(5) Mahkamah Agung memutus keberatan hasil penetapan calon gubernur paling lambat 14
(empat belas) hari kerja sejak diterimanya permohonan keberatan dari calon gubernur
dan pengadilan tinggi memutus keberatan hasil penetapan calon bupati/walikota paling
lambat 14 (empat belas) hari kerja sejak diterimanya permohonan keberatan dari calon
bupati dan walikota.
(6) Putusan Mahkamah Agung dan pengadilan tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
bersifat final dan imengikat serta tidak dapat dilakukan upaya hukum lain.
(7) Apabila Putusan Mahkamah Agung dan pengadilan tinggi mengabulkan keberatan
terhadap keputusan KPU Provinsi dan KPU kabupaten/kota tentang penetapan calon
gubernur, bupati dan walikota, maka KPU Provinsi dan KPU kabupaten/kota wajib
menindaklanjuti putusan Mahkamah Agung dan pengadilan tinggi dengan memasukkan
dan menetapkan nama-nama calon gubernur, bupati dan walikota yang sebelumnya
belum ditetapkan dalam daftar nama calon gubernur, bupati dan walikota dalam
Keputusan KPU Provinsi dan KPU kabupaten/kota paling lambat 3 (tiga) hari setelah
menerima Putusan Mahkamah Agung dan pengadilan tinggi.
(8) KPU Provinsi dan KPU kabupaten/kota mengumumkan kembali nama-nama calon
gubernur, bupati dan walikota yang memenuhi syarat setelah putusan Mahkamah
11

Agung dan pengadilan tinggi sebflM.
-e'ah ditetapkan.
• •*-"— *—ud pada ayat (6) selama 3 (tiga) hari
W Calon-calon

*»"- 21

gubeniUr>

-bagaimana dimaksud dajam
memenuhi

**£.^

tel

persyarataji

kabupaten/kota dilakukan penLdian

?

^ ^^ dan *™

(2) Pengundian nomor urut calon m,K

Pasal 22

pengganti.

Bagian Keempat
Menyampaikan Nama-Nama Calon Gubernur, Bupati dan Walikota beserta
kelengkapan dokumen kepada DPRD Provinsi
Pasal 23
(1) Nama-nama calon gubernur, bupati dan walikota yang telah ditetapkan KPU Provinsi dan
KPU kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 dan Pasal 21, diserahkan
kepada DPRD provinsi, kabupaten dan kota untuk dilakukan pemilihan.
(2) Penyerahan nama-nama calon gubernur, bupati dan walikota sebagaimana dimaksud
ayat (1) disampaikan secara langsung dengan surat Ketua KPU Provinsi dan KPU
kabupaten/kota disertai kelengkapan dokumen pencalonan dan dibuat berita acara
penyerahan.
(3) Penyerahan nama-nama dan dokumen sebagaimana dimaksud ayat (1) dan ayat (2)
dilaksanakan paling lama 3 (tiga) hari setelah penetapan calon gubernur, bupati dan
walikota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 dan Pasal 21.

12

Pasal 24
(1) Berdasarkan nama-nama calon gubemur, bupati dan walikota yang disampaikan KPU
provinsi dan KPU Kabupaten/Kota kepada DPRD provinsi, Kabupaten/kota sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 20 ayat (2), selanjutnya Pimpinan DPRD paling lama 3 (tiga) hari
sejak menerima nama-nama calon gubemur, bupati dan walikota dari KPU Provinsi dan
KPU Kabupaten/Kota menyerahkan kepada panlih untuk dilakukan proses pemilihan.
(2) Setelah menerima nama-nama dan dokumen calon gubemur, bupati dan walikota,
Panlih menyusun program, kegiatan dan jadwal pemilihan paling lama 7 (tujuh) hari.
Bagian Kelima Perlengkapan
Pemungutan Suara
Pasal 25
Panlih menyusun kebutuhan perlengkapan pemungutan suara.
Sekretaris DPRD Provinsi, kabupaten/kota bertanggung jawab dalam pelaksanaan
pengadaan perlengkapan pemungutan suara sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
Pasal 26
(1) Jenis perlengkapan pemungutan suara sekurang-kurangnya :
a.kotak suara;
b.surat suara;
c. tinta;
d.bilik pemungutan suara;
e.alat untuk memberi tanda pilihan; dan
f. papan tulis dan alat tulis untuk penghitungan suara.
(2) Surat suara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b memuat foto, nama dan nomor
urut calon gubernur, bupati dan walikota.
(3) Bentuk, ukuran dan spesifikasi teknis perlengkapan pemungutan suara ditetapkan
dengan peraturan Tata Tertib Pemilihan.
Pasal 27
(1) Dalam hal salah satu calon gubemur, bupati dan walikota berhalangan tetap sejak
penetapan nama-nama calon gubernur, bupati dan walikota sampai pada saat
dimulainya penyampaian visi dan misi calon gubernur, bupati dan walikota , fraksi yang
calonnya berhalangan tetap dapat mengusulkan calon gubemur, bupati dan

13

walikota
pengganti paling lama 3 (tiga) hari sejak calon gubernur, bupati
dan walikota berhalangan tetap.
(2) KPU provinsi dan KPU Kabupaten/kota melakukan penelitian persyaratan
administrasi calon gubernur, bupati dan walikota pengganti sebagaimana
dimaksud
pada ayat (1) dan menetapkannya paling lama 7 (tujuh) hari terhitung sejak tanggal
pendaftaran.
(3) Dalam hal salah seorang dari calon gubernur, bupati dan walikota berhalangan
tetap sejak penetapan calon gubernur, bupati dan walikota sampai pada saat
dimulainya penyampaian /isi dan misi calon gubernur, bupati dan walikota
sehingga
jumlah calon gubernur, bupati dan walikota kurang dari 2 (dua), KPU provinsi dan
KPU kabupaten/kota membuka kembali pendaftaran calon gubernur, bupati dan
walikota paling lambat 10 (sepuluh) hari sejak calon gubernur, bupati dan walikota
dinyatakan berhalangan tetap untuk waktu selama 3 (tiga) hari.
(4) Pendaftaran calon gubernur, bupati dan walikota sebagaimana dimaksud pada
ayat (3), tidak menghilangkan hak satu calon gubernur, bupati dan walikota yang
sudah memenuhi syarat.
(5) Dalam hal terjadi salah satu calon gubernur, bupati dan walikota berhalangan tetap
pada saat dimulainya penyampaian visi dan misi calon gubernur, bupati dan
walikota sampai hari pemungutan suara dan masih terdapat 2 (dua) calon atau
lebih, tahapan pelaksanaan pcmilihan gubernur, bupati dan walikota dilanjutkan
dan calon gubernur, bupati dan walikota yang berhalangan tetap tidak dapat
diganti serta dinyatakan gugur.
(6) Dalam hal calon gubernur, bupati dan walikota berhalangan tetap pada saat
dimulainya penyampaian visi dan misi calon gubernur, bupati dan walikota sampai
hari pemungutan suara, calon gubernur, bupati dan walikota kurang dari 2 (dua)
tahapan pelaksanaan pemilihan gubernur, bupati dan walikota ditunda paling
lambat 30 (tiga puluh) hari.
(7) KPU provinsi dan KPU kabupaten/kota membuka kembali pendaftaran calon
gubernur, bupati dan walikota paling lama 7 (tujuh) hari setelah penundaan
tahapan sebagaimana dimaksud pada ayat (6).
(8) Fraksi yang calonnya berhalangan tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (6)
mengusulkan calon gubernur, bupati dan walikota pengganti.
(9) KPU provinsi dan KPU kabupaten/kota melakukan penelitian persyaratan
administrasi usulan calon gubernur, bupati dan walikota pengganti sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dan menetapkannya paling lama 14 (empat belas) hari
terhitung sejak pendaftaran calon gubernur, bupati dan walikota pengganti.

14

Bagian Keenam
Penyampaian Visi, Misi Dan Program
Pasal 28
(1) Penyampaian
visi,
misi
dan
program
dilaksanakan
bagian
dari penyelenggaraan Pemilihan gubernur, bupati dan walikota.

sebagai

(2) Penyelenggara dan penanggung jawab penyampaian visi dan misi adalah Panlih.
(3) Penyampaian visi, misi dan program masing-masing calon gubernur, bupati dan walikota
dilakukan dalam Rapat Paripurna Istimewa DPRD Provinsi, kabupaten dan kota yang
bersifat terbuka untuk umum, dengan acara penyampaian visi, misi, program
masing-masing calon gubernur, bupati dan walikota, dan dilakukan tanya jawab/dialog
dengan anggota DPRD Provinsi, kabupaten dan kota.
(4) Dalam tanya jawab/dialog sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Panlih dapat menunjuk
panelis/pakar untuk mendampingi anggota DPRD.
(5) Bentuk serta format visi, misi, dan program sebagaimana dimaksud pada ayat (3),
mempedomani Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi, Kabupaten
dan kota.
(6) Jadwal pelaksanaan penyampaian visi, misi dan program ditetapkan oleh Panlih.
(7) Penyampaian visi, misi dan program dilakukan dengan cara yang sopan, tertib, dan
bersifat edukatif.
(8) Penyampaian visi, misi dan program dapat disiarkan melalui Lembaga Penyiaran Publik.
(9) Lembaga Penyiaran Publik sebagaimana dimaksud pada ayat (8), wajib memberikan
perlakuan yang sama kepada setiap calon gubernur, bupati dan walikota.
(10) Penyampaian visi, misi dan program sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilaksanakan
selama 1 (satu) hari, paling lambat 14 (empat belas) hari setelah DPRD Provinsi,
kabupaten dan kota menerima nama-nama calon gubernur, bupati dan walikota dari KPU
Provinsi dan KPU Kabupaten/kota.
Bagian Ketujuh Pemungutan Suara,
Penghitungan Suara dan Penetapan Hasil Pemilihan
Paragraf Pertama
Pemungutan
Suara
Pasal 29
(1) Pemungutan suara, penghitungan suara dan penetapan hasil pemilihan, dalam pemilihan
gubernur, bupati dan walikota dilaksanakan dalam rapat paripurna DPRD
15

Provinsi, kabupaten dan kota. (2) Pemungutan
ayat (1)

suara sebagaimana dimaksud pada

dilaksanakan setelah penyampaian visi, misi dan program dalam hari yang

sama.
Pasal 30
(1) Pemungutan suara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (1) dihadiri oleh
sekurang-kurangnya 2/3 (dua pertiga) dari jumlah anggota DPRD Provinsi,
kabupaten dan kota .
(2) Apabila pada pembukaan Rapat Paripuma sebagaimana dimaksud pada ayat (1) jumlah
anggota DPRD belum mencapai kuorum, rapat ditunda paling lama 1 (satu) jam.
(3) Apabila setelah ditunda sebagaimana dimaksud pada ayat (2), kuorum tetap belum
terpenuhi, Rapat Paripuma ditunda lagi untuk paling lama 1 (satu) jam.
(4) Apabila pada akhir waktu penundaan rapat sebagaimana dimaksud pada ayat (3) kuorum
belum juga terpenuhi, pimpinan dapat menunda rapat paling lama 3 (tiga) hari.
(5) Setelah penundaan paling lama 3 (tiga) hari sebagaimana dimaksud pada ayat (4), rapat
dilaksanakan kembali sesuai dengan ketentuan ayat (1), ayat (2), dan ayat (3).
(6) Apabila kuorum sebagaimana dimaksud pada ayat (5) belum terpenuhi, Rapat Paripuma
tetap dilaksanakan.
(7) Rapat Paripuma sebagaimana dimaksud pada ayat (6) dapat dilaksanakan apabila
dihadiri oleh anggota yang berasal lebih dari 1 (satu) fraksi.
(8) Apabila Rapat Paripuma sebagaimana dimaksud pada ayat (7) tidak dapat dilaksanakan,
keputusan dan penyelesaiannya difasilitasi oleh Menteri Dalam Negeri.
Pasal 31
(1) Sebelum pemungutan suara dilaksanakan masing-masing fraksi atau gabungan fraksi
menunjuk 1 (satu) orang anggota fraksi untuk bertindak sebagai saksi.
(2) Saksi sebagaimana dimaksud ayat (1) ditetapkan dengan keputusan pimpinan fraksi
atau gabungan fraksi.
(3) Saksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertugas untuk mengawasi jalannya
pemungutan suara dan penghitungan suara.
(4) Dalam hal saksi yang telah ditunjuk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berhalangan,
fraksi atau gabungan fraksi menunjuk saksi pengganti.
Pasal 32
(1) Setiap anggota DPRD memberikan suaranya hanya kepada 1 (satu) calon gubernur,
bupati dan walikota.
16

(2) Pemberian suara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan membcrikan tanda
khusus pada surat suara yang telah disediakan oleh Panlih.
(3) Surat Suara untuk pemilihan gubernur, bupati dan walikota dinyatakan sah apabila:
a. Surat suara ditandatangani oleh Panlih; dan
b. Pemberian tanda khusus satu kali dalam bentuk tanda silang (x) atau tanda
contreng (V) pada kolom surat suara'yang disediakan.
Paragraf Kedua
Penghitungan
Suara
Pasal 33
(1) Penghitungan suara dilakukan oleh Panlih setelah pemungutan suara dinyatakan selesai.
(2) Penghitungan suara sebagaimana dimaksud ayat (1) dilakukan dengan cara yang
memungkinkan saksi masing-masing calon gubernur, bupati dan walikota dan
masyarakat yang hadir dapat menyaksikan secara jelas proses penghitungan suara baik
secara langsung maupun melalui layar monitor.
(3) Calon gubernur, bupati dan walikota melalui saksi dapat mengajukan keberatan terhadap
jalannya penghitungan suara, apabila terdapat hal-hal yang tidak sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
(4) Dalam hal keberatan yang diajukan oleh saksi sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dapat diterima, Panlih yang bertugas untuk itu, seketika itu juga mengadakan
pembetulan penghitungan suara.
Paragraf Ketiga Penetapan
Hasil Pemilihan
Pasal 34
(1) Apabila hasil perhitungan suara 1 (satu) calon gubernur, bupati dan walikota telah
mendapat perolehan suara sekurang-kurangnya setengah ditambah satu dari jumlah
anggota DPRD yang hadir, pemilihan dinyatakan selesai.
(2) Apabila hasil perolehan suara belum mencapai ketentuan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), diambil 2 (dua) calon gubernur, bupati dan walikota yang memperoleh suara
urutan terbesar pertama dan kedua.
(3) Apabila hasil perolehan suara calon gubernur, bupati dan walikota urutan terbesar
pertama terdapat 2 (dua) calon gubernur, bupati dan walikota atau lebih yang
memperoleh jumlah suara yang sama, maka dilakukan pemilihan di antara calon

17

gubernur, bupati dan walikota dimaksud untuk menentukan calon gubernur,
bupati dan walikota hingga memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1).
(4) Apabila hasil perolehan suara calon gubernur, bupati dan walikota pada
pemungutan suara sebagaimana dimaksud pada ayat (3) belum memenuhi
ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), maka dilakukan pemungutan
suara lanjutan dari 2 (dua) calon gubernur, bupati dan walikota yang memperoleh
suara terbesar pertama dan kedua, sampai mendapatkan calon gubernur, bupati
dan walikota yang mendapatkan dukungan suara terbanyak.
(5) Apabila hasil perolehan suara calon urutan terbesar kedua terdapat 2 (dua) calon
gubernur, bupati dan walikota atau lebih yang memperoleh jumlah suara yang
sama, dilakukan pemilihan di antara calon gubernur, bupati dan walikota dimaksud
untuk menentukan calon gubernur, bupati dan walikota yang berhak dipilih
bersama-sama dengan calon gubernur, bupati dan walikota urutan pertama,
(6) Apabila hasil perolehan suara calon gubernur, bupati dan walikota pada
pemungutan suara sebagaimana dimaksud pada ayat (5) belum memenuhi
ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), maka dilakukan pemungutan
suara lanjutan dari 2 (dua) calon gubernur, bupati dan walikota yang memperoleh
suara terbesar pertama dan kedua, sampai mendapatkan calon gubernur, bupati
dan walikota yang mendapatkan dukungan suara terbanyak untuk dipilih
bersama-sama dengan calon gubernur, bupati dan walikota urutan pertama.
(7) Terhadap calon gubernur, bupati dan walikota yang memperoleh urutan terbesar
pertama dan kedua, sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (6), dilakukan
pemilihan untuk memperoleh calon gubernur, bupati dan walikota yang
mendapatkan suara terbanyak.
(8) Hasil perolehan suara sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (4), dan ayat (7),
dituangkan

dalam

berita

acara

pemilihan

yang

ditandatangani

oleh

sekurang-kurangnya 2/3 (dua pertiga) anggota Panlih dan saksi.
(9) Apabila berita acara pemilihan tidak ditandatangani sebagaimana ketentuan pada
ayat (8), tanpa adanya alasan dan tidak adanya pengajuan keberatan secara jelas,
tidak mengurangi keabsahan berita acara pemilihan.
(10) Berdasarkan berita acara pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (9),
penetapan calon gubernur, bupati dan walikota terpilih dituangkan dalam
Keputusan DPRD Provinsi, kabupaten dan kota.

18

Bagian Kedelapan
Pengajuan Keberatan
Pasal 35
(1) Terhadap hasil pemilihan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (10), calon yang
merasa dirugikan atau mempunyai bukti awal adanya dugaan politik uang yang terjadi
sebelum, selama dan setelah pemilihan calon gubernur dapat mengajukan keberatan ke
Mahkamah Agung dan calon bupati dan walikota ke Pengadilan tinggi.
(2) Keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya berkenaan dengan hasil
penghitungan suara yang mempengaruhi terpilihnya calon gubernur, bupati dan walikota.
(3) Keberatan oleh calon gubernur, bupati dan walikota sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diajukan paling lambat 3 (tiga) hari kerja setelah penetapan hasil pemilihan dalam
pemilihan Gubernur, bupati dan walikota dengan tembusan kepada Panlih.
(4) Apabila dalam waktu 3 (tiga) hari kerja setelah penetapan hasil pemilihan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 34 ayat (10) tidak ada yang mengajukan keberatan, DPRD
Provinsi, kabupaten dan kota dapat mengusulkan pengesahan calon gubernur, bupati
dan walikota terpilih kepada Presiden melalui Menteri Dalam Negeri.
(5) Mahkamah Agung dan pengadilan tinggi memutus keberatan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) paling lambat 14 (empat belas) hari kerja sejak diterimanya permohonan
keberatan calon gubernur, bupati dan walikota oleh Mahkamah Agung dan pengadilan
tinggi.
(6) Apabila putusan terhadap keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terbukti
adanya politik uang dalam pemilihan, Mahkamah Agung dan pengadilan tinggi dapat
membatalkan hasil pemilihan.
(7) Terhadap anggota DPRD Provinsi, kabupaten dan kota yang terbukti melakukan atau
turut serta melakukan politik uang sebagaimana dimaksud pada ayat (6), dapat dijatuhi
sanksi pemberhentian sebagai anggota DPRD Provinsi, kabupaten dan kota dengan
tidak menghilangkan perbuatan pidananya.
(8) Perbuatan pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (6), ditindaklanjuti dan diselesaikan
melalui Peradilan umum atau Peradilan Tipikor.
(9) Putusan Mahkamah Agung dan pengadilan tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
bersifat final dan mengikat serta tidak dapat dilakukan upaya hukum lain.
(10) Putusan Mahkamah Agung dan pengadilan tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (9)
sudah diterima oleh pemohon dan DPRD provinsi, kabupaten dan kota dalam waktu
paling lama 3 (tiga) hari kerja sejak selesai dibacakan.

19

' (11) DPRD Provinsi, kabupaten dan kota wajib menindaklanjuti Putusan Mahkamah Agung dan
pengadilan tinggi paling lambat 3 (tiga) hari keija setelah menerima Putusan Mahkamah
Agung dan pengadilan tinggi.
Pasal 36
(1) Apabila Putusan Mahkamah Agung dan pengadilan tinggi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 35 ayat (5) menyatakan gugatan pemohon ditolak atau tidak diterima, DPRD
Provinsi, kabupaten dan kota menyampaikan usul pengesahan calon gubernur, bupati
dan walikota terpilih kepada Presiden melalui Menteri Dalam Negeri, paling lambat 3
(tiga) hari setelah Putusan Mahkamah Agung dan pengadilan tinggi diterima oleh DPRD
!

Provinsi, kabupaten dan kota.

(2) Apabila Putusan Mahkamah Agung dan pengadilan tinggi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 35 ayat (5) menyatakan gugatan pemohon diterima, DPRD Provinsi, kabupaten
dan kota menindaklanjuti Putusan Mahkamah Agung dan pengadilan •tinggi sesuai Amar
Putusan, dan menyampaikan usul pengesahan calon gubernur, bupati dan walikota
terpilih sebagai tindak lanjut Putusan Mahkamah Agung dan pengadilan tinggi kepada
Presiden melalui Menteri Dalam Negeri, paling lambat 3 (tiga) hari setelah Keputusan
DPRD Provinsi, kabupaten dan kota tentang penetapan calon gubernur, bupati dan
walikota terpilih.
Bagian Kesembilan
Paragraf Kesatu
Pemilihan Ulang
Pasal 37
(1) Apabila berdasarkan putusan Mahkamah Agung dan pengadilan tinggi menyatakan
pemilihan diulang, maka DPRD Provinsi, kabupaten dan kota paling lambat 60 (enam
puluh) hari setelah putusan Mahkamah Agung dan pengadilan tinggi dibacakan,
melaksanakan pemilihan ulang.
(2) Pemilihan ulang diikuti oleh calon gubernur, bupati dan walikota yang ditetapkan KPU
Provinsi, kabupaten dan kota sesuai Putusan Mahkamah Agung dan pengadilan tinggi.
Paragraf Kedua Pencalonan,
Pemungutan Suara dan Penghitungan Suara Ulang
Pasal 38
(1) Dalam
dan

ha!

untuk

melaksanakan

pemilihan

ulang,

KPU

Provinsi

KPU

kabupaten/kota

membuka pendaftaran calon gubernur, bupati dan walikota yang

mekanismenya sesuai ketentuan dalam Pasal 21 ayat (1).
20

(2) Terhadap calon gubernur, bupati dan walikota yang mendaftar sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan .penelitian persyaratan administrasi dan ditetapkan calon
gubernur, bupati dan walikota yang memenuhi syarat dengan keputusan KPU Provinsi
dan KPU Kabupaten/kota.
(3) KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/kota menyerahkan nama-nama calon gubernur,
bupati dan walikota yang ditetapkan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) beserta
dokumen administrasi persyaratan kepada DPRD Provinsi, kabupaten dan kota, untuk
dilanjutkan pelaksanaan tahapan kedua pemilihan.
Pasal 39
DPRD Provinsi, kabupaten dan kota setelah menerima nama-nama calon gubernur, bupati
dan walikota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 ayat (3), menugaskan panlih untuk
melaksanakan tahapan kedua pemilihan.
Pasal 40
Pelaksanaan tahapan kedua pemilihan mulai dari penyampaian visi, misi, dan program
masing-masing calon gubernur, bupati dan walikota sampai penetapan hasil pemilihan yang
mekanismenya sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 28 sampai dengan Pasal 36.
Bagian Kesepuluh Usui Pengesahan
Pengangkatan dan Pelantikan
Paragraf Kesatu
Usui
Pengesahan
Pasal 41
(1) Calon gubernur terpilih sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 atau Pasal 36 atau Pasal
38 diusulkan dengan surat Pimpinan DPRD Provinsi kepada Presiden melalui Menteri
Dalam Negeri, paling lama 3 (tiga) hari setelah diterbitkan surat keterangan Panitera
Mahkamah Agung katau setelah Putusan Mahkamah Agung ditindaklanjuti.
(2) Calon bupati dan walikota terpilih sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 atau Pasal 36
atau Pasal 38 diusulkan dengan surat Pimpinan DPRD kabupaten/kota kepada Menteri
melalui gubernur, paling lama 3 (tiga) hari setelah diterbitkan surat keterangan Panitera
pengadilan tinggi atau setelah Putusan pengadilan tinggi ditindaklanjuti
(3) Usulan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilengkapi dengan dokumen
administrasi seluruh tahapan dalam proses pemilihan.
21

(4) .Menteri meneruskan kepada Presiden, paling lama 3 (tiga) hari setclah menerima usulan
DPRD Provinsi untuk calon gubernur dan gubernur meneruskan kepada menteri, paling
lama 3 (tiga) hari setelah menerima usulan DPRD kabupaten/kota sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2).
Paragraf
Kedua
Pengesahan
Pasal 42
(1)

Presiden menetapkan pengesahan dengan Keputusan Presiden paling lambat 14
(empat belas) hari setelah menerima usulan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41
ayat (1),

(2)

Menteri menetapkan pengesahan dengan Keputusan menteri paling lambat 14 (empat
belas) hari setelah menerima usulan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 ayat (2).
Paragraf
Ketiga
Pelantikan
Pasal 43

(1) Gubernur

sebelum

memangku

jabatannya

dilantik

dengan

mengucapkan sumpah/janji yang dipandu oleh pejabat yang melantik.
(2) Sumpah/janji gubernur sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagai berikut:
"Demi Allah (Tuhan), saya bersumpah/berjanji akan memenuhi kewajiban saya sebagai
gubernur dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya, memegang teguh Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan menjalankan segala undang-undang
dan peraturannya dengan selurus-lurusnya serta berbakti kepada masyarakat, nusa dan
bangsa."
(3) Bupati/walikota sebelum memangku jabatannya dilantik dengan mengucapkan
sumpah/janji yang dipandu oleh pejabat yang melantik.
(4) Sumpah/janji

bupati/walikota

sebagaimana

dimaksud

pada

ayat

(3)

adalah sebagai berikut:
"Demi Allah (Tuhan), saya bersumpah/berjanji akan memenuhi kewajiban saya sebagai
bupati/walikota

dengan

sebaik-baiknya

dan

seadil-adilnya,

memegang

teguh

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan menjalankan segala
undang-undang dan peraturannya dengan selurus-lurusnya serta berbakti kepada
masyarakat, nusa dan bangsa."

22

Pasal 44
(1) Gubernur sebagaimana dimaksud dalam pasal 43 ayat (1),; memegang jabatan
selama 5 (lima) tahun terhitung sejak pelantikan dan sesudahnya dapat dipilih
kembali dalam jabatan yang sama hanya untuk satu kali masa jabatan.
(2) Bupati/walikota sebagaimana dimaksud dalam pasal 43 ayat (3), memegang
jabatan selama 5 (lima) tahun terhitung sejak pelantikan dan sesudahnya dapat
dipilih kembali dalam jabatan yang sama hanya untuk satu kali masa jabatan
Pasal 45
(1) Gubernur dilantik oleh Presiden di ibu kota negara.
(2) Dalam hal Presiden berhalangan pelantikan gubernur dilakukan oleh Wakil
Presiden.
(3) Dalam hal Wakil Presiden berhalangan pelantikan gubernur dilakukan oleh
menteri.
Pasal 46
(1)

Bupati/walikota dilantik oleh Menteri di ibu kota provinsi yang bersangkutan.

(2)

Dalam
dilakukan

hal

Menteri

berhalangan

pelantikan

bupati/walikota

oleh gubernur
Pasal 47

Ketentuan mengenai tata cara pelantikan gubernur, Bupati dan walikota diatur dalam
Peraturan Presiden.

BAB vn
PEMANTAU
Pasal 48
(1) Pemantauan pemilihan dapat dilakukan oleh pemantau pemilihan yang meliputi
lembaga swadaya masyarakat dan badan hukum dalam negeri.
(2) Pemantau

pemilihan

sebagaimana

dimaksud

pada

ayat

(1),

harus

memenuhi persyaratan yang meliputi:
a. bersifat independen; dan
b.mempunyai sumber dana yang jelas.
(3) Pemantau pemilihan wajib mematuhi segala peraturan perundang-undangan.

23

BAB VIII
PENDANAAN
Pasal 49
Pendanaan kegiatan pemilihan gubernur, bupati dan walikota dibebankan pada
APBN, dan dapat didukung melalui APBD sesuai dengan peraturan
perundang-undangan
BAB IX KETENTUAN
PIDANA
Pasal 50
sengaja memberikan keterangan yang

(1) Setiap orang yang dengan
tidak benar
mengenai dlri sendiri atau diri orang lain tentang suatu hal yang diPerlukan
untuk
pengisian data calon gubemur, bupati dan walikota, diancam dengan pidana
penjara
"paling singkat 3 (tiga, bulan dan paling !ama XQ ^J—^££^
sedikit Rp. 3.000.000,00 (tiga juta rupiah) dan paling banyak Rp. 12.000.000,00
(dua
h

:l^Z, dengan sengaja memaisukan surat yang menurut
^ Tar UnZg-Undang^ni diperlukan untuk menjalankan sua. ~j££ maksud untuk
digunakan sendiri atau orang lain sebagai seolah-olah surat sah a*u tidak

(2)

dipalsukan, diancam dengan pidana penjara paling singkat 36 (Uga puluh
enam) bulan dan paling lama 72 (tujuh puluh dua) bulan dan denda paling
se^kit Rp. 36.000.000,00 (tiga puluh enam juta rupiah) dan paling banyak Rp.
72.000.000,00 (tujuh puluh dua juta rupiah).
(3) Setiap orang yang dengan sengaja secara melawan hukum menghilangkan
hak
seseorang menjadi calon gubernur, bupati dan walikota dan orang yang
kehilangan
hak menjadi calon tersebut mengadukan diancam dengan pidana penjara
paling
singkat 36 (tiga puluh enam) bulan dan paling lama 72 (tujuh puluh dua)
bulan dan
denda paling sedikit Rp. 36.000.000,00 (tiga puluh enam juta rupiah) dan
paling
^ banyak Rp. 72.000.000,00 (tujuh puluh dua juta rupiah).

dengan sengaja

nZzziz
secara mei h izrrT
^ ^-

r*» ~, kehilangan

P'dana penjara pali
(-mbiian puJuh

J

*

' *""** -»» se ngaj,

dt 48

"^

rnur bupati d

j^str: r '

Won tersebut mengadukan diancam „
( «»«* puluh delapan) bu]an .
^ *»*»
00 00

' «*■*«■" PUiuh

dan

men

*

^ahui bahwa
*"•"«»«
.
""•••*