Wacana Pemilihan Kepala Daerah Pada Pemberitaan RUU Pilkada Di Merdeka.Com

(1)

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

Untuk Memenuhi Persyaratan Mmeperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Farhan Kamal

1110051100047

KONSENTRASI JURNALISTIK

JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

SKRIPSI

Diajukan kepadaFakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Farhan Kapal NIM: 1110051100047

Di Bawah Bimbingan

W"*l

srTr NIJRBAYA. M.Si I[IP: 197908?32A09Il.2002

KONSENTRASI JT]RNALISTIK

JI.]RUSAN KOMI'MKASI DA}[ PENITIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAII DAN ILMU KOMT,INIKASI

TIAIIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAIT JAKARTA


(3)

(4)

FARHAN KAMAL NIM:1110051100047

Wacana Pemilihan Kepala Daerah Pada Pemberitaan RUU Pilkada Di Merdeka.com

Politik dan media merupakan dua hal yang selalu menarik untuk diperbincangkan. Di Indonesia sendiri keberadaan media sangat erat kaitannya dengan aroma kepentingan untuk golongan tertentu ataupun kelompok politik tertentu yang mengatasnamakan akan rakyat dan independen. . Dalam kaitannya dengan RUU Pilkada, merupakan upaya dari Koalisi Merah Putih untuk pengesahan RUU Pilkada. Banyak terjadi perdebatan akan pengesahan RUU Pilkada, dikarenakan pemilihan kepala daerah kembali dipilih oleh DPRD, bukan secara langsung oleh rakyat.

Berdasarkan apa yang telah dijelaskan diatas, maka peneliti ingin mengetahui bagaimana level teks pemberitaan RUU Pilkada terkait Pemilihan Kepala Daerah Langsung di Merdeka.com pada? Bagaimana level kognisi sosial dalam penyajian berita RUU Pilkada terkait Pemilihan Kepala Daerah Langsung di Merdeka.com? Bagaimana level konteks sosial dalam penyajian berita RUU Pilkada terkait Pemilihan Kepala Daerah Langsung di Merdeka.com?

Dalam menjawab rumusan masalah ini, peneliti menggunakan teknik analisis wacana Teun A. Van Dijk yang mengutamakan pada segi teks, kognisi sosial penulis dan konteks sosial yang berkembang di masyarakat. Dalam hal ini Merdeka.com melihat bagaimana suatu teks diproduksi dan bagaimana cara ia memandang suatu realitas sosial sehingga dituangkan kedalam sebuah berita tertentu dalam dimensi kognisi sosial yang memiliki hubungan erat dengan proses pembuatan teks dimana peristiwa atau informasi yang hendak ditonjolkan, ditutup-tutupi, waktu, kejadian, dan lokasi, keadaan yang relevan atau perangkat dibentuk dalam struktur teks.

Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah kualitatif dengan desain penelitian deskriptif. Informan dalam penelitian ini terdiri dari satu orang reporter, dan juga redaktur bidang politik yang merangkap editor. Informan merupakan penulis dari berita tersebut dan editor dari berita tersebut.

Hasil perolehan data dilapangan menunjukkaan bahwa kecenderungan yang berada di lingkup Merdeka.com terjadi pada proses produksi serta pengolahan data dan juga peran redaksi dan wartawannya yang secara jelas menolak akan disahkannya RUU Pilkada terkait Pemilihan Kepala Daerah. Wacana dalam pemberitaan tersebut dibangun untuk meyakinkan masyarakat bahwa RUU Pilkada tidak layak untuk disahkan. Kepentingan memang tidak dapat dipungkiri terjadi dikarenakan banyak faktor, dalam Hierarki Pengaruh level individu dan level ideologi yang menjadi faktor paling berpengaruh dapat terlihat dari berita yang peneliti kaji dalam penelitian ini.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan nikmat iman, nikmat islam, serta nikmat sehat sehingga penulis dapat menyusun skripsi ini. Shalawat serta salam marilah kita panjatkan kepada nabi besar junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, juga bagi keluarga, sahabat, serta para umatnya hingga akhir zaman.

Syukur Alhamdulillah akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul

Wacana Pemilihan Kepala Daerah Pada Pemberitaan RUU Pilkada Di

Merdeka.com

. Skripsi ini diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar S1 di lingkungan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Setelah melalui proses penelitian yang cukup lama selama sembilan bulan terakhir, akhirnya rampung juga. Meskipun merasakan betapa sulitnya dalam mengumpulkan data. Bersyukur hal tersebut bisa diatasi dengan cara bertukarpikiran bersama keluarga, teman seangkatan, dosen, pembimbing, orang-orang yang berkontribusi dalam skripsi ini yang mungkin jika tanpa mereka tidak akan menjadi seperti ini.

Penulis secara khusus ingin mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua penulis, yaitu ibunda Dedeh Zahidah dan ayahanda Ayub Syukur yang telah memberikan

support dan kasih sayang yang tak kunjung henti. Semoga mereka selalu dilindungi dan diberkahi Allah SWT.

Selama masa penelitian, penyusunan, dan penulisan skripsi ini penulis mendapat banyak bantuan dan dukungan dari segala pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:


(6)

M.A. Wakil Dekan I Bidang Akademik, Bapak Dr. Suparto, M.Ed, Ph.D. Wakil Dekan II Bidang Administrasi Umum, Bapak Drs. Jumroni, M.Si, serta Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan, Bapak H. Sunandar, M.A.

2. Ketua Konsentrasi Jurnalistik, Bapak Kholis Ridho, M.Si. serta Sekretaris Konsentrasi Jurnalistik Ibu Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, M.A. yang telah banyak meluangkan waktunya untuk sekedar berkonsultasi dan meminta bantuan dalam hal perkuliahan.

3. Siti Nurbaya, M.Siselaku dosen pembimbing yang telah membimbing, mengarahkan, dan menyemangati penulis dengan sabar untuk dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Terima kasih banyak atas semuanya.

4. Seluruh dosen pengajar dan staf akademik Fakultas Ilmu dakwah dan Ilmu Komunikasi. Terima kasih atas ilmu-ilmu yang telah diberikan.

5. Pimpinan dan karyawan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah menyediakan buku dan fasilitas lainnya untuk mendapatkan referensi dan memperkaya isi skripsi ini.

6. Pihak Media Online Merdeka.com, Bapak Muhammad Hasits, Bapak Laurel Benny Siron Silalahi. Terima kasih atas bantuannya sehingga penulis dapat melakukan penelitian ini dengan baik.

7. Adik tercinta saya Zufar Fawwaz dan Nasywa Khalida.

8. Keluarga besar KH. Rochimuddin Nawawi. Yang telah memberikan semangat, doa, serta kasih sayang yang luar biasa.


(7)

Choiriyah, Rahmaidah, Naisila, Permatasari, Hidayati,dan Bayani. Terima kasih sudah menjadi sahabat yang selalu ada di kala susah dan senang. Semoga kebahagiaan dan kesuksesan selalu bersama kalian.

11.Teman-teman yang selalu memberi semangat saat kuliah dan berbagi cerita Fauzi, Aditya, Kenwal, Damar, Tyo, Dwiyan, Rizki, Fauziah, Stiffani, Diyah. Terima kasih sudah menemani penulis selama 4 tahun menjalani kuliah.

12.Teman-teman Jurnalistik 2010, Algiffari, Imam,Anisa, Lala, Fika serta seluruh teman Jurnalistik B yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih untuk setiap keceriaan yang pernah terjadi. Semoga tali silahturahmi akan selalu terjalin antara kita.

13.Serta semua pihak yang telah membantu dan mendukung penulis baik secara langsung maupun tidak langsung. Mereka yang telah menjadi sumber inspirasi dan semangat bagi Peneliti yang tidak bisa disebutkan namanya satu persatu, tanpa mengurangi rasa hormat saya pada mereka semua.

Akhirnya hanya rasa syukur, ucapan terima kasih, dan permohonan maaf yang dapat penulis sampaikan jika selama ini banyak kesalahan serta kekhilafan yang pernah penulis perbuat. Semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi semua pihak tanpa terkecuali. Amin Ya Rabbal’alamin.

Jakarta, 6 Januari 2015


(8)

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

D. Kerangka Teori ... 6

E. Metodologi Penilitian ... 8

F. Sistematika Penulisan ... 11

BAB II LANDASAN TEORI A. Analisis Wacana Teun A. Van Dijk ... 13

1. Level Teks ... 16

2. Level Kognisi Sosial ... 29

3. Level Konteks Sosial ... 30

BAB III MERDEKA.COM SEBAGAI MEDIA ONLINE 1. Merdeka.com Dalam Tinjauan Sejarah Media Online ... 33

2. Pemberitaan RUU Pilkada di Merdeka.com ... 38

BAB IV TEMUAN TEKS DAN ANALISIS WACANA PEMBERITAAN A. Analisis Wacana Level Teks ... 41

B. Analisis Wacana Level Kognisi Sosial ... 55

C. Analisis Wacana Level Konteks Sosial ... 59

BAB V PENUTUP A.. Kesimpulan ... 67

B. Saran ... 69

DAFTAR PUSTAKA ... 71 LAMPIRAN-LAMPIRAN

1. Hasil Wawancara 2. Surat Izin Penulisan 3. Surat Merdeka.com 4. Berita Terkait 5. Draf RUU Pilkada


(9)

Tabel 1 Struktur Teks... 31

Tabel 2 Elemen Wacana Van Dijk ... 32

Tabel 3 Tim Redaksi Merdeka.com ... 50

Tabel 4 Analisis Teks Berita ... 66


(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Hadirnya media massa menjadi salah satu cara memenuhi rasa keingintahuan kita terhadap suatu informasi. Saat ini kehadiran Cyber Media

menjadi tren tersendiri dalam proses penyebaran informasi. Namun sejarah media massa memperlihatkan bahwa sebuah teknologi baru tidak pernah menghilangkan teknologi lama. Jurnalisme online mungkin tidak akan sepenuhnya menggantikan bentuk-bentuk media lama. Melainkan, tampaknya menciptakan suatu cara yang unik untuk memproduksi berita dan mendapatkan konsumen berita.1

Analisis wacana di dalam sebuah media sekarang yang notabene berlimpah informasi, tentu terkait dengan semakin banyak, beragam dan canggihnya industri media informasi dan komunikasi. Mulai dari cetak hingga elektronik. Dengan hanya terpancang pada materi berita-berita yang ditawarkan, kita jelas bisa pusing tujuh keliling. Tetapi dengan mencoba menelisik lebih jauh

„bagaimana‟ dan „mengapa‟ berita itu dihadirkan, kita akan segera tahu bahwa

terdapat motif-motif politik-ideologis tertentu yang ber(ter)sembunyi di balik

1


(11)

teks-teks berita tersebut. Secara sederhana, cara membaca yang lebih mendalam dan jauh ini disebut sebagai analisis wacana. 2

RUU Pilkada atau Rancangan Undang Undang Pemilihan Kepala Daerah menjadi isu hangat yang menarik untuk dikaji, apalagi tahun 2014 merupakan tahun diselenggarakannya pesta demokrasi yang rutin dilaksanakan tiap lima tahun sekali. Rancangan Undang-undang tentang Pemilihan Kepala Daerah (RUU Pilkada) sudah sejak 2010 disiapkan oleh Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri). Sesuai kesepakatan antara Komisi II DPR dengan Kemendagari, RUU Pilkada akan diselesaikan sebelum penyelenggaraan Pemilu 2014.

Dengan demikian pilkada pasca-Pemilu 2014 sudah menggunakan undang-undang baru. Naskah akademik RUU Pilkada menyebutkan tiga tujuan: pertama, memberikan arahan dalam penyusunan norma-norma pengaturan dalam undang-undang tentang pemerintahan daerah; kedua, menyelaraskan pengaturan norma dalam undang-undang sesuai dengan norma akademis, teoritis dan yuridis; ketiga, memberikan penjelasan mengenai kerangka pikir dan tujuan norma-norma pengaturan dalam undang-undang tentang pemilihan gubernur dan bupati/walikota.

RUU Pilkada terdiri atas 7 bab dan 181. Dalam RUU ini terdapat dua ketentuan baru yang berbeda secara signfikan dari ketentuan UU No. 32/2004: pertama, pilkada hanya memiilih gubernur dan bupati/walikota, sementara wakil gubernur dan wakil bupati/wakil walikota ditunjuk dari lingkungan PNS; kedua,

2


(12)

gubernur dipilih tidak lagi dipilih langsung oleh rakyat, meliankan oleh DPRD provinsi.3

Dalam analisis wacana bahasa dipandang memiliki fungsi tertentu. Dalam hal ini, bahasa didayagunakan untuk kepentingan tertentu, baik itu motif ideologis dan politis. Sejalan dengan itu, Tebba menyatakan bahwa berita yang dilaporkan oleh media ada yang bersifat ideologis, politis dan bisnis. Ideologi suatu media massa biasanya ditentukan oleh latar belakang agama maupun nilai-nilai yang dihayatinya.4

Politik berkaitan dengan disiarkan atau tidak disiarkan suatu berita. Pers tidak pernah lepas dari masalah politik, sebab kehidupan pers merupakan indikator demokrasi. Demokratis tidaknya suatu negara antara lain ditentukan oleh kehidupan persnya, yaitu bebas atau tidak. Selanjutnya berita yang didasarkan oleh pertimbangan bisnis, misalnya ada surat kabar didirikan oleh umat Islam menyampaikan peristiwa-peristiwa yang menjadi kepentingan umat agama lain karena sebagian besar belanja iklan dikuasai oleh kalangan nonmuslim.

Pertimbangannya surat kabar tidak ada yang dapat hidup dan berkembang tanpa memuat iklan. Sebaliknya ada surat kabar yang didirikan golongan Kristen menyampaikan peristiwa yang menjadi kepentingan Islam dan kaum muslimin karena menyadari bahwa sebagian besar khalayak adalah muslim.

3

http://www.rumahpemilu.org/in/read/148/Rancangan-Undang-Undang-tentang-Pemilihan-Kepala-Daerah , diakses pada Tanggal 23/09/2014 Pukul 10.01

4

Aris Badara, Analisis Wacana: Teori, Metode, dan Penerapannya Pada Wacana Media, (Jakarta:


(13)

Pertimbangannya, tidak ada surat kabar yang berkembang tanpa dibaca oleh khalayak yang besar pula.5

Dalam pemberitaan Merdeka.com yang berjudul,” LSI: RUU Pilkada

Penuh Aroma Balas Dendam Koalisi Merah Putih”, dapat dilihat seperti apa kecenderungan media tersebut. Karena tidak dapat dipungkiri bahwa tiap-tiap media memiliki kepentingan, dan tidak menutup kemungkinan dapat terlihat dari berita-berita mereka seperti yang akan penulis angkat.

Berdasarkan uraian yang dipaparkan di atas, maka penelitian ini diberi judul, “Wacana Pemilihan Kepala Daerah Pada Pemberitaan RUU Pilkada di

Merdeka.com”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka penulis membatasi masalah penelitian ini pada berita mengenai RUU Pilkada di Merdeka.com edisi 9september yang berjudul, ” LSI: RUU Pilkada Penuh Aroma

Balas Dendam Koalisi Merah Putih”. Karena pada edisi tersebut terdapat indikasi bahwa Merdeka.com cenderung menolak disahkannya RUU Pilkada yang tengah gencar diusahakan oleh pihak-pihak tertentu dengan menggunakan data survey dari organisasi survey yang terkemuka sehingga masyarakat diharapkan satu pemikiran dengan berita tersebut.

5

Aris Badara, Analisis Wacana: Teori, Metode, dan Penerapannya Pada Wacana Media, (Jakarta:


(14)

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah tersebut, maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana wacana terkait isu Pemilihan Kepala Daerah Langsung pada pemberitaan “LSI: RUU Pilkada Penuh Aroma Balas Dendam Koalisi Merah Putih” di Merdeka.com pada level teks?

2. Bagaimana wacana terkait isu Pemilihan Kepala Daerah Langsung

pada pemberitaan “LSI: RUU Pilkada Penuh Aroma Balas Dendam Koalisi Merah Putih” di Merdeka.com pada level kognisi sosial? 3. Bagaimana wacana terkait isu Pemilihan Kepala Daerah Langsung

pada pemberitaan “LSI: RUU Pilkada Penuh Aroma Balas Dendam Koalisi Merah Putih” di Merdeka.com Pada level konteks sosial?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan bagaimana wacana terkait isu Pemilihan Kepala Daerah Langsung dibalik isi pemberitaan RUU Pilkada pada Media Online Merdeka.com edisi 9 September pukul 15.24 2014.

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Akademis

1. Menambah khasanah akademik terutama mengenai kajian media terkait dengan berita yang bermuatan politik.


(15)

2. Memperdalam kajian dalam konteks analisis wacana terkait berita yang bermuatan politik.

b. Manfaat Praktis

Mampu menjelaskan pengetahuan dasar mengenai berita di media cetak dan menjadi bahan evaluasi akan permasalahan-permasalahan yang terkait dengan berita RUU Pilkada pada Media Online Merdeka.com bagi masyarakat dan para pekerja industri media.

B. KerangkaTeori

A. Analisis Wacana

Dalam penelitian ini anilisis yang digunakan adalah analisis wacana Teun A. Van Dijk, yang sering disebut ”kognisi sosial” nama pendekatan semacam ini tidak dapat dilepaskan dari karakteristik analisis wacana model van Dijk. Menurut van Dijk penelitian wacana tidak cukup hanya didasarkan pada analisis teks semata, karena teks hanya hasil dari praktik produksi yang harus diamati.

Dikutip dari buku Teknik Praktis Riset Komunikasi ditulis oleh

Rachmat Kriyantono, Foucault mengatakan bahwa “ Wacana sebagai bidang dari semua pernyataan (statement)”, kadang sebagai sebuah


(16)

individualisasi kelompok pernyataan, dan kadang sebagai praktik regulatif yang dilihat dari sejumlah pernyataan. 6

C. Metodologi Penelitian

1. ParadigmaPenelitian

Dalam penelitian tentang wacana pemberitaan ini, peneliti menggunakan paradigma konstruktivisme. Paradigma konstruktivisme memperhatikan interaksi kedua belah pihak, komunikator dan komunikan untuk menciptakan pemaknaan atau tafsiran dari suatu pesan. Paradigma konstruktivis menekankan pada politik pemaknaan dan proses bagaimana seseorang membuat gambaran tentang realitas. Paradigma ini memandang kegiatan komunikasi proses yang dinamis.

Titik perhatian tidak terletak pada bagaimana seseorang mengirimkan pesan, melainkan bagaimana masing-masing pihak yang terlibat dalam lalu lintas komunikasi produksi pesan tersebut dan mempertukarkan maknanya. Dalam paradigma konstruktivisme ini adalah cara berfikir bagi peneliti dalam penelitiannya, bahwa segala peristiwa maupun berita yang ada tidak lahir sebagai realitas murni saja namun di balik realitas peristiwa yang dibangun terdapat orang-orang tertentu yang turut mengkonstruksi berita.

Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dimana penelitian tidak menggunakan data statistik, umumnya

6

Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi : Disertai Contoh Praktis Riset Media,

Public Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007), h. 258


(17)

berbentuk narasi atau gambar-gambar.7

Penelitian dengan menggunakan pendekatan kualitatif ini bertujuan untuk menjelaskan sebuah fenomena melalui pengumpulan data yang mendalam.

2. Subjek, Objek dan Tempat Penelitian

Dalam penelitian ini, yang menjadi subjeknya adalah media online Merdeka.com, sedangkan objeknya adalah pemberitaan tentang Pemilihan Kepala Daerah Langsung Pada RUU Pilkada edisi 9 september 2014. Tempat penelitian dilakukan di kantor redaksi Merdeka.com Jalan Tebet Barat IV No.3 Jakarta Selatan pada tanggal 13 November 2014.

3. MetodePenelitian

Metode yang digunakan adalah pendekatan kualitatif. Data-data berbentuk kata-kata, kalimat-kalimat, narasi-narasi. Data ini berhubungan dengan kategorisasi, karakteristik berwujud pernyataan atau kata. Dari data lapangan mengenai pokok-pokok permasalahan yang akan dikaji.

Data-data dikumpulkan dengan cara melakukan wawancara pada penulis berita dan redaktur dari media yang akan diteliti. Analisis data kualitatif digunakan jika data yang terkumpul dalam riset adalah kualitatif.

7

Ronny Kontur, Metode Penelitian untuk Penulisan Skripsi dan Tesis, (Jakarta: CV. Teruna


(18)

4. Teknik Pengumpulan Data

a. WawancaraMendalam ( Depth Interview )

Wawancara mendalam adalah suatu cara mengumpulkan data atau informasi dengan cara langsung bertatap muka dengan informan agar mendapatkan data yang lengkap dan mendalam. Peneliti melakukan tanya jawab kepada Redaktur Politik merangkap Editor Merdeka.com Muhammad Hasits, juga dengan Reporter yaitu Laurel Benny Siron Silalahi secara detail terkait atas terbitnya berita tersebut, sebagai cara untuk mengumpulkan data dan fakta untuk memecahkan masalah yang diteliti.

b. Dokumentasi

Pengumpulan dokumentasi diperuntukkan studi terhadap media online, dan sebagai suatu cara pengumpulan data yang bertujuan untuk dijadikan bukti dari data yang telah diambil dan berguna untuk mengumpulkan data secara tersistem dan objektif. Dokumentasi berupa print screen berita, e-mail dari Redaktur Politik Merdeka.com Muhammad Hasits, dan Reporter Laurel Benny Siron Silalahi.

5. TeknikAnalisisData

Analisis wacana lebih melihat kepada isi pesan yang akan diteliti, data-data akan disesuaikan dengan metode yang digunakan Teun A. Van Dijk, yaitu meneliti dari analisis teks bagaimana struktur teks dan strategi wacana yang dipakai untuk menegaskan suatu tema tertentu. Kognisi sosial, dipelajari proses produksi teks berita yang melibatkan kognisi individu dari wartawan.


(19)

Tapi ia juga melihat bagaimana struktur sosial, dominasi, kelompok kekuasaan yang ada dalam masyarakat dan berpengaruh pada teks. Wacana oleh van Dijk digambarkan mempuyai tiga dimensi, diantaranya : teks, kognisi sosial, dan konteks sosial (analisis sosial). Dalam dimensi teks yang dianalisis bagaimana struktur teks dan strategi wacana yang dipakai untuk menegaskan suatu tema tertentu.

Pada level kognisi sosial dipelajari bagaimana proses produksi teks berita yang melibatkan kognisi individu dari komunikator. Sedangkan, aspek analisis sosial mempelajari bagunan wacana yang berkembang dalam masyarakat akan suatu masalah. Namun dalam penelitian ini hanya memfokuskan pada dimensi teks dan analisis sosial.8

Dan konteks sosial, mempelajari bangunan wacana yang berkembang dalam masyarakat akan suatu masalah.Data-data tersebut merupakan data yang terdapat dalam berita di Merdeka.com, kemudian akan ditafsirkan oleh peneliti dengan disesuaikan pada kerangka dalam analisis wacana.9 Sedangkan teknik penulisan skripsi ini, penulis berpedoman pada buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Desertasi) terbitan Ceqda.

D. Sistematika Penulisan

8

Eriyanto, Analisis Wacana : Pengantar Analisis Teks Media (Yogyakarta: LKIS, 2012), h. 221

9


(20)

BAB I : Menguraikan tentang latar belakang masalah penelitian, pembatasan, dan perumusan maslah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metodologi penelitian dan sistematika penulisan

BAB II : Bab ini akan menguraikan kajian teoritis mengenai Analisis Wacana Model Teun A. Van Dijk dalam Paradigma Konstruktivis, dengan Level Teks, Level Kognisi Sosial, dan Level Konteks Sosial.

BAB III : Bab ini memaparkan mengenai Sejarah Singkat, Visi, dan Misi dari Media Online Merdeka.com. Selain itu pemberitaan Merdeka.com tentang RUU Pilkada pun jadi pembahasan pada bab ini.

BAB IV : Membahas mengenai temuan teks dan wacana Pemilihan Kepala Daerah Langsung Pada Pemberitaan RUU Pilkada, meliputi analisis wacana model Teun A. Van Dijk.

BAB V : Berisi kesimpulan dan saran. Bab ini merupakan bab penutup dari berbagai sub bab yang memuat kesimpulan penulisan, sekaligus jawaban pertanyaan yang diajukan dalam perumusan permasalahan.


(21)

(22)

KAJIAN TEORITIS

A. Analisis Wacana Teun A. Van Dijk

Dalam buku “Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media” karangan

Eriyanto, di dalamnya terdapat tokoh-tokoh yang mengembangkan analisis wacana. Tokoh-tokoh yang terkenal dan dikemukakan oleh Eriyanto diantaranya Roger Fowler (1979), Norman Fairclough (1998) yaitu mengenai wacana tentang ideologi, Sara Mills (1992) yang menitikberatkan perhatian kepada wacana mengenai feminisme, Theo van Leeuwen (1986) adalah analisis yang diperuntukkan untuk mendeteksi dan meneliti bagaimana suatu kelompok atau seseorang dimarjinalkan posisinya dalam suatu wacana.

Dari banyaknya tokoh yang mengembangkan analisis wacana, model van Dijk-lah yang paling sering dipakai dalam berbagai penelitian teks media. Meski penelitian-penelitian wacana yang sering diteliti oleh van Dijk adalah mengenai rasialisme namun tidak menutup kemungkinan terhadap objek penelitian atau teks berita lainnya untuk diteliti. Sama halnya, seperti objek penelitian terhadap teks

berita “LSI: RUU Pilkada Penuh Aroma Balas Dendam Koalisi Merah Putih” ini.

Jika penelitian dalam skripsi ini menggunakan analisis Teun A. Van Dijk, maka harus diketahui terminologi analisis wacana dari van Dijk itu sendiri, yang

dikutip dari buku “Aims of Critical Discourse Analysis.”

Critical Discourse Analysis (CDA) has become the general laber for a study of text and talk, emerging from critical linguistics, critical


(23)

semiotics and in general from socio-politically conscious and oppositional way of investigating language, discourse and communication. As is the case many fields, approaches, and subdisciplines in language and discourse studies, however, it is not easy precisely delimit the special principles, practices, aims, theories or methods of CDA. 10

Analisis wacana ini berasal dari analisis linguistik kritis. Merambah kepada ilmu sosial lainnya. Meski awalnya berasal dari bahsan wacana linguistik, tapi tidak menutup kesempatan kepada ilmu sosial lainnya untuk diteliti. Van dijk lebih menyukai untuk berbicara mengenai Critical Discorse Studies (CDS) karena batasannya lebih umum, tidak hanya meliputi analisis kritis tapi juga teori kritis seperti penerapan kritis. Namun dalam penelitian ini lebih tertuju kepada paradigma konstruktivis, bukan paradigma kritis.

Van dijk juga memfokuskan kajiannya pada peranan strategis wacana dalam proses distribusi dan reproduksi pengaruh hegemoni atau kekuasaan tertentu. Salah satu elemen penting dalam proses analisa terhadap wacana publik yang tertuju pada kelompok-kelompok masyarakat. Secara teoritis bisa dikatakan, supaya relasi antara suatu hegemoni dengan wacana bisa terlihat dengan jelas, maka kita membutuhkan hubungan kognitif dari bentuk-bentuk massyarakat, ilmu pengetahuan, ideologi dan beragam representasi sosial lain yang terkait dengan pola pikir sosial, hal ini juga mengaitkan individu dengan masyarakat, serta struktur sosial mikro dan makro.11

10

Teun van Dijk, Aims of Critical Discourse Analysis, (Japan Discourse,1995) Vol.1 h,17

11

Teun van Dijk, Discourse and Society: Vol 4 (2). (London: Newbury Park and New Delhi:


(24)

Dalam penelitian ini analisis yang digunakan adalah analisis wacana Teun A. Van Dijk, yang sering disebut ”kognisi sosial” nama pendekatan semacam ini tidak dapat dilepaskan dari karakteristik analisis wacana model van Dijk. Menurut van Dijk penelitian wacana tidak cukup hanya didasarkan pada analisis teks semata, karena teks hanya hasil dari praktik produksi yang harus diamati.

Dalam hal ini Merdeka.com melihat bagaimana suatu teks diproduksi dan bagaimana cara ia memandang suatu realitas sosial sehingga dituangkan kedalam sebuah berita tertentu dalam dimensi kognisi sosial yang memiliki hubungan erat dengan proses pembuatan teks dimana peristiwa atau informasi yang hendak ditonjolkan, ditutup-tutupi, waktu, kejadian, dan lokasi, keadaan yang relevan atau perangkat dibentuk dalam struktur teks.

Dikutip dari buku Teknik Praktis Riset Komunikasi ditulis oleh Rachmat

Kriyantono, Foucault mengatakan bahwa “ Wacana sebagai bidang dari semua

pernyataan (statement)”, kadang sebagai sebuah individualisasi kelompok

pernyataan, dan kadang sebagai praktik regulatif yang dilihat dari sejumlah pernyataan. 12

Pada level kognisi sosial dipelajari bagaimana proses produksi teks berita yang melibatkan kognisi individu dari komunikator. Sedangkan, aspek analisis sosial mempelajari bagunan wacana yang berkembang dalam masyarakat akan

12

Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi : Disertai Contoh Praktis Riset Media,

Public Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007), h. 258


(25)

suatu masalah. Namun dalam penelitian ini hanya memfokuskan pada dimensi teks dan analisis sosial.13

Dalam dimensi teks, yang diteliti adalah struktur dari teks. Van Dijk memanfaatkan dan mengambil analisis linguistik tentang kosakata, kalimat, proposisi, dan paragraf untuk menjelaskan dan memaknai suatu teks. Kognisi sosial merupakan dimensi untuk menjelaskan dan memaknai suatu teks. Cara memandang atau melihat suatu realitas sosial itu yang melahirkan teks tertentu.

Misalnya timbul akibat struktur pikiran tertentu yang membentuk suatu cara melihat persoalan sehingga mempengaruhi bagaimana suatu teks diproduksi. Sedangkan analisis sosial melihat bagaimana teks itu dihubungkan lebih jauh dengan struktur sosial dan pengetahuan yang berkembang dalam masyarakat atas suatu wacana. Ketiga dimensi ini merupakan bagian yang integral dan dilakukan secara bersama-sama dalam analisis Van Dijk.

1. Teks

Van Dijk melihat suatu teks terdiri atas beberapa struktur / tingkatan yang masing-masing bagian saling mendukung. Ia membaginya ke dalam tiga

tingkatan. „Pertama‟, struktur makro. Ini merupakan makna global / umum dari

suatu teks yang dapat diamati dengan melihat topik atau tema yang dikedepankan dalam suatu berita. Kedua, superstruktur. Ini merupakan struktur wacana yang berhubungan dengan kerangka suatu teks, bagaimana bagian-bagian teks tersusun

13


(26)

kedalam berita secara utuh. Ketiga bagian kecil dari suatu teks yakni kata, kalimat, proposisi, anak kalimat, parafrase, dan gambar.

Makna global dari suatu teks didukung oleh kata, kalimat, dan proposisi yang dipakai. Pernyataan tema pada level umum didukung oleh pilihan kata, kalimat, atau retorika tertentu. Prinsip ini membantu peneliti untuk mengamati bagaimana suatu teks terbangun lewat elemen-elemen yang lebih kecil. Skema ini juga memberikan peta untuk mempelajari suatu teks.

Kita tidak hanya mengerti dari suatu teks berita, tetapi juga elemen yang membentuk teks berita, kata, kalimat, paragraf dan proposisi. Kita tidak hanya mengetahui apa yang diliput oleh media, tetapi juga bagaimana media mengungkapkan peristiwa ke dalam pilihan bahasa tertentu dan bagaimana itu diungkapkan lewat retorika tertentu.

Hubungan antara teks dan praktik sosial diperantarai oleh praktik kewacanaan. Oleh sebab itu hanya melalui praktik kewacaan sajalah tempat orang menggunakan bahasa untuk menghasilkan dan mengkonsumsi teks-teks bisa membentuk dan dibentuk oleh praktik sosial. Pada saat yang sama, teks (ciri-ciri linguistik formal) memengaruhi proses pemroduksian dan pengkonstruksian (Fairclough 1992b: 71ff; 1995b:60).14 Kalau digambarkan maka struktur teks adalah sebagai berikut:

14

Marianne W. Jorgensen & Louise J. Phillips, Analisis Wacana Teori & Metode,


(27)

Tabel 1

Struktur Makro

Makna global dari suatu teks yang dapat diamati dari topik/tema yang diangkat oleh suatu teks.

Superstruktur

Kerangka suatu teks, seperti bagian pendahuluan, isi, penutup, dan kesimpulan.

Struktur Mikro

Makna lokal dari suatu teks yang dapat diamati dari pilihan kata, kalimat dan gaya yang dipakai oleh suatu teks

Dengan kata lain analisis wacana lebih bisa melihat makna yang tersembunyi dalam suatu teks.15 Menurut Van Dijk, penelitian atas wacana tidak cukip hanya didasarkan pada analisis atas teks semata, karena teks hanya hasil dari suatu praktik produksi yang harus juga diamati. Wacana Van Dijk digambarkan mempunyai tiga dimensi/bangunan: teks, kognisi sosial, dan konteks sosial. Inti analisis Van Dijk adalah menggabungkan ketiga dimensi wacana tersebut kedalam satu kesatuan analisis.16 Berikut berbagai elemen yang merupakan satu kesatuan untuk memperoleh gambaran dari elemen-elemen yang akan diamati:

15

Eriyanto, Analisis Wacana : Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LKIS,2001),h. 270

16


(28)

Tabel 2

Tabel Elemen Wacana Van Dijk 17

Struktur Wacana Hal yang diamati Elemen

Struktur makro Makna global dari suatu teks yang dapat diamati dari

topik/tema yang diangkat oleh suatu

teks

TEMATIK Tema/topik yang dikedepankan

dalam suatu berita

Topik

Superstruktur

Kerangka suatu teks, seperti bagian pendahuluan, isi,

penutup, dan kesimpulan

SKEMATIK

Bagaimana bagian dan urutan berita diskemakan dalam teks

berita utuh

Skema

Struktur mikro

Makna lokal dari suatu teks yang dapat diamati

dari pilihan kata, kalimat, dan gaya yang

dipakai suatu teks

SEMANTIK

Makna yang ingin ditekankan dalam teks

berita. Misal dengan memberi detail pada satu sisi atau membuat

eksplisit satu sisi dan mengurangi detail sisi

lain

Latar, detail, maksud, praanggapan,

nominalisasi

Struktur mikro

Makna lokal dari suatu teks yang dapat diamati

dari pilihan kata, kalimat, dan gaya yang

dipakai suatu teks

SINTAKSIS

Bagaimana kalimat (bentuk, susunan) yang

dipilih.

Bentuk kalimat, koherensi, kata ganti

17


(29)

Struktur mikro

Makna lokal dari suatu teks yang dapat diamati

dari pilihan kata, kalimat, dan gaya yang

dipakai suatu teks

STILISTIK Bagaimana pilihan kata yang dipakai dalam teks

berita

Leksikon

Struktur mikro

Makna lokal dari suatu teks yang dapat diamati

dari pilihan kata, kalimat, dan gaya yang

dipakai suatu teks

RETORIS Bagaimana dan dengan cara penekanan dilakukan

Grafis, metefora, ekspresi

a. Tematik

Elemen tematik menunjuk pada gambaran umum dari suatu teks. Bisa juga disebut sebagai gagasan inti, ringkasan, atau yang utama dari suatu teks. Topik menggambarkan apa yang ingin diungkapkan oleh wartawan dalam pemberitaannya. Topik menunjukkan konsep dominan, sentral, dan paling penting dari isi suatu berita. Oleh karena itu, ia sering disebut sebagai tema atau topik. Dalam analisis, topik suatu berita ini memang baru bisa disimpulkan, seperti halnya kalau kita menggambarkan gagasan apa yang dikedepankan atau gagasan inti dari wartawan ketika melihat atau memandang suatu peristiwa.

Gagasan penting Van Dijk, wacana umumnya dibentuk dalama tata aturan umum (macrorule). Teks tidak hanya didefinisikan mencerminkan suatu pandangan tertentu atau topik tertentu, tetapi suatu pandangan umum yang koheren. Van Dijk menyebut hal ini sebagai koherensi global (global


(30)

coherence), yakni bagian-bagian dalam teks kalau dirunut menunjuk pada suatu titik gagasan umum, dan bagian-bagian itu saling mendukung satu sama lain untuk menggambarkan topik umum tersebut.

Topik menggambarkan tema umum dari suatu teks berita, topik ini akan didukung oleh subtopik satu dan subtopik lain yang saling mendukung terbentuknya topik umum. Subtopik ini juga didukung oleh serangkaian fakta yang ditampilkan yang menunjuk dan menggambarkan subtopik, sehingga dengan subbagian yang saling mendukung antara satu bagian dengan bagian yang lain, teks secara keseluruhan membentuk teks koheren yang utuh.

Gagasan Van Dijk berdasarkan pada pandangan ketika wartawan meliput suatu peristiwa dan memandang suatu masalah didasarkan pada suatu mental/pikiran tertentu. Kognisi atau mental ini secara jelas dapat dilihat dari topik yang dimunculkan dalam berita. Karena topik disini dipahami sebagai mental atau kognisi wartawan, tidak mengherankan jika semua elemen dalam berita mengacu dan mendukung topik dalam berita.

Elemen lain dipandang sebagai bagian dari strategi yang dipakai oleh wartawan untuk mendukung topik yang ingin dia tekankan dalam pemberitaan. Peristiwa yang sama dapat dipahami berbeda oleh wartawan yang berbeda, dan ini dapat diamati dari topik pemberitaan. 18

18


(31)

b. Skematik

Teks atau wacana umumnya mempunyai skema atau alur dari pendahuluan sampai akhir. Alur tersebut menunjukkan bagaimana bagian-bagian dalam teks disusun dan diurutkan sehingga membentuk kesatuan arti. Wacana percakapan sehari-hari misalnya, mempumyai skema salam perkenalan, isi pembicaraan, dan salam penutup/perpisahan.

Meskipun mempunyai bentuk dan skema yang beragam, berita umumnya secara hipotetik mempunyai dua kategori skema besar. Pertama,

summary yang umumnya ditandai dengan dua elemen yakni judul dan

lead. Elemen skema ini merupakan elemen yang dipandang paling penting. Kedua, story yakni isi berita secara keseluruhan. Isi berita ini secara hipotetik juga mempunya dua subkategori. Yang pertama berupa situasi yakni proses atau jalannya peristiwa, sedang yang kedua komentar yang ditampilkan dalam teks.

Arti penting dari skematik adalah strategi wartawan untuk mendukung topik tertentu yang ingin disampaikan dengan menyusun bagian-bagian dengan urutan tertentu. Skematik memberikan tekanan mana yang didahulukan, dan bagian mana yang bisa kemudian sebagai strategi untuk menyembunyikan informasi penting. Upaya penyembunyian itu dilakukan dengan menempatkan di bagian akhir agar terkesan kurang menonjol. Proses penyusunan ini bukan semata melibatkan unsur teknis


(32)

jurnalistik (mana yang dianggap penting dan layak diberitakan) tetapi menimbulkan efek tertentu. 19

c. Latar

Latar merupakan bagian berita yang dapat mempengaruhi semantik (arti) yang ingin ditampilkan. Seorang wartawan ketika menulis berita biasanya mengemukakan latar belakang atas peristiwa yang ditulis. Latar yang dipilih menentukan ke arah mana pandangan khalayak hendak dibawa. Latar dapat menjadi alasan pembenar gagasan yang diajukan dalam suatu teks. Oleh karena itu, latar teks merupakan elemen yang berguna karena dapat membongkar apa maksud yang ingin disampaikan oleh wartawan.20

d. Detil

Elemen wacana detil berhubungan dengan kontrol informasi yang ditampilkan seseorang. Komunikator akan menampilkan secara berlebihan informasi yang menguntungkan dirinya atau citra yang baik. Elemen detil merupakan strategi bagaimana wartawan mengekpresikan sikapnya dengan cara yang implisit. Sikap atau wacana yang dikembangkan oleh wartawan kadangkala tidak perlu disampaikan secara terbuka, tetapi dari detil bagian mana yang dikembangkan dan mana yang diberitakan dengan detil yang besar, akan menggambarkan bagaimana wacana yang dikembangkan oleh media.21

e. Maksud

19

Eriyanto, Analisis Wacana : Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LKIS,2001),h. 231

20

Eriyanto, Analisis Wacana,h.235

21


(33)

Elemen wacana maksud, melihat informasi yang menguntungkan komunikator akan diuraikan secara eksplisit dan jelas. Tujuan akhirnya adalah publik hanya disajikan informasi yang menguntungkan komunikator. Menunjukkan bagaimana secara implisit dan tersembunyi wartawan menggunakan praktik bahasa tertentu dan menonjolkan basis kebenarannya dan secara implisit pula menyingkirkan versi kebenaran lain.22

f . Koherensi

Koherensi adalah pertalian atau jalinan antarkata, atau kalimat dalam teks. Dua buah kalimat yang menggambarkan fakta yang berbeda dapat dihubungkan sehingga tampak koheren. Sehingga fakta yang tidak berhubungan sekalipun dapat menjadi berhubungan ketika seseorang menghubungkannya. Koherensi ini secara mudah dapat diamati di antaranya dari kata hubung (konjungsi) yang diapakai untuk menghubungkan fakta. Apakah dua kalimat dipandang sebagai hubungan kausal (sebab akibat), hubungan keadaan, waktu, kondisi dan sebagainya. 23

g. Koherensi kondisional

Koherensi komdisinal di antaranya ditandai dengan pemakaian anak kalimat penjelas. Di sini ada dua kalimat, di mana kalimat kedua adalah penjelas atau keterangan dari proposisi pertama yang dihubungkan dengan kata hubung (konjungsi) seperti “yang”, atau “dimana”. Kalimat kedua fungsinya dalam

22

Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LKIS,2001), h. 240

23


(34)

kalimat hanya penjelas (anak kalimat), sehingga ada atau tidak ada anak kalimat itu tidak akan mengurangi arti kalimat. 24

h. Koherensi pembeda

Koherensi pembeda berhubungan dengan pertanyaan bagaimana peristiwa atau fakta itu hendak dibedakan. Dua buah peristiwa dapat dibuat seolah-olah saling bertentangan dan berseberangan (contrast) dengan menggunakan koherensi ini. Efek pemakain koherensi pembeda yang paling nyata adalah bagaimana pemaknaan yang diterima oleh khalayak berbeda. Karean satu fakta atau realitas dibandingkan dengan realitas yang lain. Disini yang harus dikritisi adalah bagian mana yang diperbandingkan dan dengan cara apa perbandingan itu dilakukan. Apa efek dari perbandingan tersebut, apakah membuat satu fakta menjadi lebih baik atau bertambah buruk.25

i. Pengingkaran

Adalah bentuk praktik wacana yang menggambarkan bagaiaman wartawan menyembunyikan apa yang ingin diekspresikan secara implisit. Dalam arti yang umum, pengingkaran menunjukkan seolah wartawan menyetujui sesuatu, padahal ia tidak setuju dengan memberikan argumentasi atau fakta yang menyangkal persetujuannya tersebut.

Dengan kata lain, pengingkaran merupakan bentuk strategi wacana di mana wartawan tidak secara tegas dan eksplisit menyampaikan pendapat dan

24

Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LKIS , 2001), h. 244

25


(35)

gagasannya kepada khalayak. Pengingkaran adalah sebuah elemen di mana kita bisa membongkar sikap atau ekspresi wartwan yang disampaikan secara tersembunyi. Hal yang tersembunyi itu dilakukan oleh wartawan seolah ia menyetujui suatu pendapat, padahal yang dia inginkan adalah sebaliknya. 26

j. Bentuk Kalimat

Bentuk kalimat adalah segi sintaksis yang berhubungan dengan cara berpikir logis,yaitu prinsip kausalitas. Dimana ia menanyakan apakah A yang menjelaskan B, ataukah B yang menjelaskan A. Logika kausalitas ini kalau diterjemahkan ke dalam bahasa menjadi susunan subjek (yang menerangkan) dan predikat (yang diterangkan). Dalam kalimat berstruktur aktif, seseorang menjadi subjek dari pernyataannya, sedangkan dalam kalimat pasif seseorang menjadi objek dari pernyataannya.

Bentuk lain adalah dengan pemakain urutan kata-kata yang mempunyai dua fungsi sekaligus. Yang pertama, menekan atau menghilangkan dengan penempatan dan pemakaian kata atau frase yang mencolok dengan menggunakan permainan semantik. Bentuk kalimat dapat dilihat dari posisi proposisi dalam kalimat.

Penempatan dapat mempengaruhi makna yang timbul karena akan menunjukkan bagian mana yang lebih ditonjolkan kepada khalayak.27 Menurut Van Dijk kesatuan dari beberapa kalimat yang satu dengan yang lain terikat

26

Eriyanto, Analisis Wacana : Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LKIS,2001), h. 249

27


(36)

dengan erat. Pengertian satu kalimat harus dihubungkan dengan kalimat yang lain dan tidak dapat ditafsirkan satu-satu kalimat melulu. 28

k. Kata Ganti

Untuk memanipulasi bahasa dengan menciptakan suatu komunitas imajinatif. Kata ganti merupakan alat yang dipakai oleh komunikator untuk menunjukkan di mana posisi seseorang dalam wacana. Dalam mengungkapkan sikapnya,

seseorang dapat menggunakan kata ganti “saya” atau “kami” yang

menggambaarkan bahwa sikap tersebut merupakan sikap resmi komunikator semata-mata.

Akan tetapi ketika memakai kata ganti “kita” menjadikan sikap tersebut sebagai representasi dari sikap bersama dalam suatu komunitas tertentu. Batas antara komunikator dengan khalayak dengan sengaja dihilangkan untuk menunjukkan apa yang menjadi sikap komunikator juga menjadi sikap komunitas secara keseluruhan.29

l. Leksikon

Menandakan bagaimana seseorang melakukan pemilihan kata atas berbagai kemungkinan kata yang tersedia. Suatu fakta umumnya terdiri atas beberapa kata yang merujuk pada fakta. Pilihan kata-kata yang dipakai menunjukkan sikap dan

28

Lubis, Analisis Wacana Pragmatik ( Bandung: Angkasa, 2011), h. 23

29


(37)

ideologi tertentu. Peristiwa sama dapat digambarkan dengan pilihan kata berbeda-beda.30

m. Praanggapan

Elemen wacana praanggapan (presupposition) merupakan pernyataan yang digunakan untuk mendukung makna suatu teks. Praanggapan adalah upaya untuk mendukung pendapat dengan jalan memberi latar belakang, maka praanggapan adalah supaya mendukung pendapat dengan memberikan premis yang dipercaya kebenarannya. Praanggapan hadir dengan pernyataan yang dipandang terpercaya sehingga tidak perlu dipertanyaka.31

n. Grafis

Elemen ini merupakan bagian untuk memeriksa apa yang ditekankan atau ditonjolkan (yang berarti dianggap penting) oleh seseorang yang dapat diamati dari teks. Dalam wacana berita, grafis ini biasanya muncul lewat bagian tulisan yang dibuat lain dibandingkan tulisan lain. Pemakaian huruf tebal, huruf miring, pemakaian garis bawah, huruf yang dibuat dengan ukuran lebih besar.

Termasuk didalamnya adalah pemakaian caption, raste, grafik, gambar, atau tabel untuk mendukung arti penting suatu pesan. Bagian-nagian yang ditonjolkan ini menekankan kepada khalayak pentingnya bagian tersebut. Pemakaian angka-angka dalam berita di antaranya digunakan untuk mensugestikan kebenaran,

30

Eriyanto, Analisis Wacana, h. 255

31


(38)

ketelitian, dan posisi dari suatu laporan. Angka dapat mensugestikan presisi dari apa yang hendak dikatakan dalam teks. 32

o. Metafora

Dalam suatu wacana, seorang wartawan tidak hanya menyampaikan pesan pokok lewat teks, melainkan juga kiasan, ungkapan, metafora yang dimaksudkan sebagai ornamen atau bumbu dari suatu berita. Akan tetapi, pemakaian metafora tertentu bisa menjadi petunjuk utama untuk mengerti makna suatu teks. Wartawan menggunakan kepercayaan masyarakat, ungkapan sehari-hari, peribahasa, pepatah, petuah leluhur, kata-kata kuno, bahkan mungkin ungkapan yang diambil dari ayat-ayat suci yang semuanya dipakai untuk memperkuat pesan utama. 33

2. Kognisi Sosial

Pendekatan kognitif didasarkan pada asumsi bahwa teks tidak mempunyai makna, tetapi makna itu diberikan oleh pemakai bahasa, atau lebih tepatnya proses kesadaran mental dari pemakai bahasa. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu penelitian atas representasi kognisi dan strategi wartawan dalam memproduksi suatu berita.

Bagaimana peristiwa dipahami dan dimengerti didasarkan pada skema. Van Dijk menyebut skema ini sebagai model. Skema di dalamnya bagaimana kita memandang manusia,peranan sosial dan peristiwa. Skema menunjukkan bahwa kita menggunakan struktur mental untuk menyeleksi dan memperoses informasi

32

Eriyanto, Analisis Wacana, h. 257

33


(39)

yang datang dari lingkungan. Skema sangat ditentukan oleh pengalaman dan sosialisasi.

Skema bekerja secara aktif untuk mengkonstruksi realitas membantu kita memandu apakah yang harus kita pahami, maknai, dan ingat tentang sesuatu. Skema menggambarkan bagaimana seseorang menggunakan informasi yang tersimpan dalam memorinya dan bagaimana itu diintegrasikan dengan informasi baru yang menggambarkan bagaimana peristiwa dipahami, ditafsirkan dan dimasukkan sebagai bagian dari pengetahuan kita tentang suatu realitas.

Teks diproduksi dalam suatu proses mental yang melibatkan strategi tertentu. Banyak proses dan strategi yang terjadi seperti seleksi, reproduksi, penyimpulan, dan transformasi. Di sini keputusan dan strategi tersebut terjadi dan berlangsung dalam mental dan kognisi seseorang. Keputusan untuk menghilangkan informasi didasarkan pada evaluasi wartawan bahwa informasi itu tidak relevan dalam membentuk pengertian pada suatu teks, dan konstruksi dari suatu peristiwa.

3. Analisis Sosial (SocietalAnalysis)

Wacana adalah bagian dari wacana yang berkembang dalam masyarakat, sehingga untuk meneliti teks perlu dilakukan analisis intertekstual dengan meneliti bagaimana wacana tentang suatu hal diproduksi dan dikonstruksi dalam masyarakat. Titik penting dari analisis ini adalah untuk menunjukkan bagaimana makna yang dihayati bersama, kekuasaan sosial diproduksi lewat praktik diskursus dan legitimasi. Menurut Van Dijk, dalam analisis mengenai masyarakat ini, ada dua poin yang penting yaitu kekuasaan (power), dan akses (access).


(40)

a. Praktik kekuasaan (power)

Van Dijk mendefinisikan kekuasaan tersebut sebagai kepemilikan yang dimiliki oleh suatu kelompok (atau anggotanya), satu kelompok untuk mengontrol kelompok (atau anggota) dari kelompok lain. Kekuasaan ini umumnya didasarkan pada kepemilikan atas sumber-sumber yang bernilai, seperti uang, status, dan pengetahuan. Selain berupa kontrol yang bersifat langsung dan fisik, kekuasaan itu dipahami juga berbentuk persuasif : tindakan seorang untuk secara tidak langsung mengontrol dengan jalan mempengaruhi kondisi mental, seperti kepercayaan, sikap, dan pengetahuan. Analisis wacana memberikan perhatian yang besar pada apa yang disebut sebagai dominasi.

b. Akses memengaruhi wacana (access)

Bagaiman akses di antara masing-masing kelompok dalam masyarakat seperti kelompok elit yang mempunyai akses lebih dibandingkan dengan kelompok yang tidak berkuasa. Oleh karena itu, mereka yang lebih berkuasa mempunyai kesempatan lebih besar untuk mempengaruhi akses pada media, dan kesempatan lebih besar untuk mempengaruhi kesadaran khalayak. 34

34


(41)

(42)

BAB III

MERDEKA.COM SEBAGAI MEDIA ONLINE

1. Merdeka.com Dalam Tinjauan Sejarah Media Online

Perekrutan tenaga-tenaga muda dan memberi pelatihan mengenai liputan, proses laporan dan penulisan, etika jurnalistik, investigative reporting, hingga relasi antara media online dengan teknologi dan media sosial merupakan langkah awal Merdeka.com untuk membangun sebuah industri media online. Dengan melibatkan praktisi dan wartawan berpengalaman dari berbagai media, mereka menyepi di kawasan Sentul, Bogor, Jabar, untuk membangun tim. Mereka sebagian besar tenaga muda di bawah 30 tahun. Tujuan pelatihan membentuk wartawan berkarakter dan berkualitas.

Merdeka.com siap hadir menemui pembaca. Memberikan racikan yang berwarna dan khas. Karakter khas itu kami ungkapkan dalam falsafah logo merdeka.com yang memakai huruf kecil, sebagai refleksi kerendahan hati (humble) dan progresif, jauh dari monoton. Warna-warni pelangi memberikan makna mengungkapkan kata merdeka tanpa terbelenggu oleh satu warna tertentu. Dalam tim merdeka.com juga bhinneka tanpa sekat SARA yang bisa


(43)

membelenggu. Siapapun mereka, dari kelompok manapun, bersatu, bahu membahu untuk memberikan informasi yang khas.

Dengan latar belakang yang berwarna itu justru modal i mewujudkan media yang berintegritas dan independen. Dengan dua hal itu, mereka yakini, fungsi kontrol media bisa berjalan baik. Menjadi bacaan terbaik yang dikunjungi mayoritas masyarakat Indonesia di mana pun berada. Kita mungkin sepakat bahwa kemerdekaan adalah keniscayaan bagi setiap insan. Maka, mari kita lepaskan segala belenggu yang ada untuk mulai jujur pada diri sendiri dengan berpikir, bertindak, dan memilih merdeka.35

Merdeka.com adalah hasil dari kolaborasi antara media dan teknologi. Kebanyakan media online dibangun sebagai bagian dari pengembangan perusahaan media, atau dibangun oleh orang-orang media. Tetapi merdeka.com justru dibangun oleh perusahaan teknologi yang terdiri dari orang-orang yang mengerti PHP dan Apache/FreeBSD lebih dulu daripada ilmu jurnalistik (dulunya).

Berangkat dari pengalaman KapanLagi.com yang berusaha menjadi a pure internet player , yaitu organisasi yang fokus pada penyediaan layanan di internet yang bisa dinikmati oleh jutaan orang dan kemudian bermetafor menjadi perusahaan teknologi dan media dengan fokus di entertainment, kini kami bergabung dengan orang-orang jurnalistik. Sinergi orang teknologi dan jurnalis itulah maka lahirlah merdeka.com.

35

http://www.merdeka.com/company/workstation-merdeka.html diakses pada tanggal 25/9/14 pukul 09.50


(44)

Merdeka.com memang bukan yang pertama tapi punya mimpi baru yakni merdeka berkreasi: Bagaimana menyajikan informasi yang sebenarnya dan enak dinikmati. Di world wide web (www) yang sangat luas, perlu ada informasi yang harus benar, cepat disajikan, cepat dapat diakses, akurat, dan bisa dipertanggungjawabkan.36

Situs merdeka.com adalah www organization, yaitu organisasi yang hidup di internet orang-orangnya hidup, berkarya, bisa di googling, dan diajak

ngobrol di internet bahkan menghidupi keluarganya dari internet. Internet hidup, berkembang, dan memberi inspirasi, di mana merdeka.com menjadi bagiannya dan memberi kontribusi, terutama untuk internet Indonesia.

Warna warni di logo merdeka.com adalah warna kebebasan dalam menyampaikan informasi, tidak terikat oleh paham tertentu atau kepentingan tertentu. Tetapi dasar yang putih (atau hitam, di saat tertentu) mendasari itikad untuk selalu ada di jalur yang benar, bukan seenaknya sendiri. Tujuannya adalah menjadi sebuah media yang bisa diakses jutaan orang melalui teknologi, tanpa batasan atau dibatasi, karena: tidak ada yang lebih berharga dari pada menjadi merdeka (tanpa dot com).

36

http://www.merdeka.com/company/tentang-kami.html ,diakses pada tanggal 25/9/14 pukul


(45)

TABEL 3

a. Tim Redaksi Merdeka.com 37

Pemimpin Redaksi: Didik Supriyanto

Redaktur Eksekutif: Titis Widyatmoko

Koordinator Liputan: Anwar Khumaini

Tim Redaksi: Ahmad Baiquni, Al Amin, Ardyan

M.Erlangga, Arbi Sumandoyo, Aryo Putranto Saptohutomo, Alwan Ridha Ramdhani, Achmad, Dedi Rahmadi, Ahmad Ragridio Saptama Tanjung, Didi Syafirdi, Eko Prasetya, Faisal Assegaf, Harwanto Bimo Pratomo, Hery Winarno, Henny Rachma Sari, Idris Rusadi Putra, Lia Harahap, Iqbal

37

http://www.merdeka.com/company/redaksi-merdeka.html, diakses pada tanggal 25/9/14 pukul 09.45


(46)

Fadil, Islahudin, Laurencius Simanjuntak, Laurel Benny Saron Silalahi, Muhammad Taufik, M. Mirza Harera, M. Hasits, Mustiana Lestari, Muhammad Sholeh, NurulJulaikah, Novita Intan Sari, Pramirvan Datu Aprillatu, Putri Artika R, Pandasurya Wijaya, Ramadhian Fadhilah, Randy Ferdy Firdaus, Siwi Sri Wiyanti, Saugi Riyandi, Vincent Asido Panggabean, Yulistyo Pratomo, Ya'cob Billiocta, Dewi Pratiwi (Sekred)

Daerah: M. Andriansyah Syafi'ie (Surabaya),

Parwito (Yogyakarta), Andrian Salam Wiyono (Bandung), Yan

Muhardiansyah (Medan), Rita

Sugihardiyah, Ivan Valentino, Jeffrie, Fatchur Rochim H.P., Destriyana, Dwi Andi Susanto, Dwi Zain Musofa, Kun Sila Andanda, Hikmah Wilda Amalia, Nova Andriani ,Rizqi Adnamazida,


(47)

Agus Salim, Alvin Nouval, Mohammad Shoifudin, Muhammad Faizin,

Vizcardine Audinovic, Wanda Praditya Ramadhan, Yoga Tri Priyanto (Malang)

Foto: Arie Basuki, Dwi Narwoko, Debby

Restu Utomo, Imam Buchori, Iqbal Septian Nugroho, Mudasir, Muhammad Luthfi Rahman.

2. Pemberitaan RUU Pilkada di Merdeka.com

Berikut biografi singkat dari penulis dan redaktur serta editor dalam pemberitaan ini, yaitu Muhammad Hasits yang merupakan lulusan fakultas syariah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2005 dan sudah selama 7 tahun bekerja di merdeka.com. Memulai karier didunia jurnalistik sebagai reporter, hingga saat ini menjadi redaktur bidang politik serta merangkap sebagai editor.

Laurel Benny Siron Silalahi sudah bergabung di Merdeka.com selama tiga tahun dan sering meliput mengenai rubrik politik dan juga kriminal. Benny


(48)

merupakan sarjana komunikasi dan program studi yang diambil ketika berkuliah adalah broadcasting. Tentunya mereka menjadi jalan peneliti untuk mencari data mengenai pemberitaan Merdeka.com edisi 9 september 2014 pukul 15:26 yang

berjudul “ LSI : RUU Pilkada penuh aroma balas dendam Koalisi Merah Putih”,

Peneliti melihat adanya indikasi kecenderungan dari media ini dalam melihat permasalahan RUU Pilkada. Kecenderungan ini yang menjadi alasan penulis mengangkat judul ini. RUU Pilkada yang digadang-gadang dapat memberangus hak-hak demokrasi rakyat ini dilihat sebagai senjata

Koalisi Merah Putih untuk menggoyang pemerintahan baru Jokowi, Jusuf Kalla. Melalui kata-kata yang dikutip dari Lingkaran Survey Indomesia (LSI), pihak Merdeka.com cenderung menilai bahwa RUU Pilkada hanya sebagai alat balas dendam Koalisi Merah Putih dikarenakan kalah dalam pemilu presiden lalu.

Dalam berita tersebut salah satu kata-katanya yang patut digaris bawahi

adalah,” Meski menimbulkan pro dan kontra, partai politik yang tergabung dalam Koalisi Merah Putih tetap bersikeras agar kepala daerah dipilih oleh DPRD.

Padahal pasca Reformasi bergulir, kepala daerah disepakati dipilih langsung oleh rakyat. Peneliti Lingkaran Survei Indonesia (LSI), Adjie Alfaraby menilai ada aroma balas dendam dari Koalisi Merah Putih dalam pembahasan RUU Pilkada tersebut. "Ini interpretasi yang tidak bisa ditolak. Wajar saja ini politik balas dendam. Sebelumnya semua (parpol di Koalisi Merah Putih) menolak RUU Pilkada ini. Namun dalam satu minggu terakhir terjadi perubahan opini yang


(49)

mendukung," kata Adjie di kantor LSI, Rawamangun, Jakarta Timur, Selasa


(50)

BAB IV

TEMUAN TEKS DAN ANALISA WACANA PEMBERITAAN

A. Analisis Wacana Level Teks

Keberimbangan yang dipandang sebagai suatu syarat untuk kemunculan berita menjadi sangat krusial ketika hal tersebut diabaikan. Dengan berita yang tidak berimbang maka besar kemungkinan akan terjadi manipulasi realitas dan dapat terlihat seperti apa suatu media memiliki kecenderungan terhadap permasalahan yang muncul. Hal ini rentan terjadi didalam berita politik, karena tidak dapat dipungkiri hadirnya media erat kaitannya dengan kepentingan. Entah itu kepentingan golongan untuk menguntungkan golongan lain atau kepentingan politik yang dijadikan tunggangan dari para tokoh

politik. Kehadiran berita “LSI: RUU Pilkada Penuh Aroma Balas Dendam Koalisi Merah Putih” yang diangkat oleh Merdeka.com menjadi salah satu

berita bergenre politik yang memiliki indikasi kecenderungan terhadap beberapa pihak.

Dengan menggunakan kerangka konsep Analisis Wacana Teun A. Van Dijk, penulis tidak hanya meneliti teks saja tetapi juga meneliti kognisi sosial


(51)

serta konteks sosial. Namun sebelum menganalisis data, penulis menjelaskan temuan data yang diperoleh dengan cara mengambil data-data terkait dengan

kasus yang akan di teliti pada berita “LSI: RUU Pilkada Penuh Aroma Balas Dendam Koalisi Merah Putih” edisi 9 september pukul 15.24 2014 di Media Online Merdeka.com.

1. Kerangka Data Analisis Teks dalam Struktur Makro

Dalam analisis teks lebih terfokus kepada strategi wacana serta teknik penulisan yang digunakan, dengan cara menguraikan struktur makro, superstruktur, dan struktur mikro yang terdiri dari elemen tematik, skematik, semantik, sintaksis, stilistik, dan retoris.

a. Tematik

Elemen tematik menunjuk pada gambaran umum dari suatu teks. Bisa juga disebut sebagai gagasan inti, ringkasan, atau yang utama dari suatu teks. Topik menggambarkan apa yang ingin diungkapkan oleh wartawan dalam pemberitaannya38. Hal yang diamati dalam elemen ini adalah seperti apa gambaran yang ingin diungkapkan oleh wartawan Merdeka.com dalam berita

LSI: RUU Pilkada Penuh Aroma Balas Dendam Koalisi Merah Putih”. Pada paragraf ke 2, “Peneliti Lingkaran Survei Indonesia (LSI), Adjie Alfaraby menilai ada aroma balas dendam dari Koalisi Merah Putih dalam pembahasan RUU Pilkada tersebut. "Ini interpretasi yang tidak bisa ditolak. Wajar saja ini politik balas dendam. Sebelumnya semua (parpol di Koalisi Merah Putih) menolak RUU Pilkada ini. Namun dalam satu minggu terakhir

38


(52)

terjadi perubahan opini yang mendukung," kata Adjie di kantor LSI,

Rawamangun, Jakarta Timur, Selasa (9/9).”

b. Skematik

Teks atau wacana umumnya mempunyai skema atau alur dari pendahuluan sampai akhir. Alur tersebut menunjukkan bagaimana bagian-bagian dalam teks disusun dan diurutkan sehingga membentuk kesatuan arti. Meskipun mempunyai bentuk dan skema yang beragam, berita umumnya secara hipotetik mempunyai dua kategori skema besar. Pertama, summary yang umumnya ditandai dengan dua elemen yakni judul dan lead. Elemen skema ini merupakan elemen yang dipandang paling penting. Kedua, story yakni isi berita secara keseluruhan. Isi berita ini secara hipotetik juga mempunya dua subkategori. Yang pertama berupa situasi yakni proses atau jalannya peristiwa, sedang yang kedua komentar yang ditampilkan dalam teks. 39

Judul berita yang akan diteliti adalah ” LSI: RUU Pilkada Penuh Aroma

Balas Dendam Koalisi Merah Putih”. Berita ini diawali dengan penjelasan akan keinginan dari Koalisi Merah Putih untuk mengesahkan RUU Pilkada. Kemudian pada bagian tengah berisi soal tanggapan dari Adjie Al-Faraby yang merupakan seorang peneliti Lingkaran Survei Indonesia (LSI). Dalam pernyataannya dikatakan bahwa Koalisi Merah Putih kental dengan aroma politik balas dendam, dan merupakan ancaman bagi pemerintahan Jokowi-JK.

39


(53)

Pada bagian akhir berisi tentang pernyataan Adjie Al-Faraby bahwa dengan disahkannya RUU Pilkada akan terjadi money politics dan kekuatan uang yang akan menjadi pemenang. Diperkuat dengan hasil survei yang dilakukan LSI terhadap 81,25 persen masyarakat Indonesia yang setuju untuk menolak jika kepala daerah kembali dipilih oleh DPRD.

c. Semantik

Dalam elemen ini hal yang dianalisis adalah struktur mikro, yaitu bagian dimana pada suatu wacana atau teks tertera makna, maksud, atau arti yang ingin ditekankan serta dapat dikategorikan menjadi latar, detil dan maksud. Latar yang dipilih menentukan ke arah mana pandangan khalayak hendak dibawa. Di samping itu, latar dapat menjadi alasan pembenar gagasan yang diajukan dalam suatu teks.40

Kemudian detil adalah elemen wacana yang berhubungan dengan kontrol informasi yang ditampilkan seseorang. Elemen detil merupakan strategi bagaimana wartawan mengekspresikan sikapnya dengan cara yang implisit.41 Pada elemen ini biasanya terdapat pro dan kontra serta bagian fakta dan informasi yang ditampilkan atau tidak ditampilkan oleh wartawan.

Sedangkan maksud adalah melihat informasi yang menguntungkan komunikator akan diuraikan secara eksplisit dan jelas. Elemen wacana maksud, hampir sama dengan elemen detil. Dalam detil, informasi yang menguntungkan komunikator akan diuraikan dengan detil yang panjang.

40

Eriyanto, Analisis Wacana; Pengantar Analisis Teks Media (Yogyakarta: LKiS, 2001), h.235.

41


(54)

Elemen maksud melihat informasi yang menguntungkan komunikator dan akan diuraikan secara eksplisit dan jelas. Sebaliknya, informasi yang merugikan akan diuraikan secara tersamar, implisit, dan tersembunyi.42

1). Latar

Latar dalam pemberitaan ini terdapat pada paragraf pertama baris terakhir ,”Padahal pasca Reformasi bergulir, kepala daerah disepakati dipilih langsung oleh rakyat”. Pada kalimat ini latar yang ingin dimunculkan oleh wartawan adalah seperti apa pasca reformasi demokrasi berlangsung dengan melibatkan partisipasi masyarakat. Hal ini dilakukan untuk mengajak pembaca melihat seperti apa berjalannya demokrasi pada masa ketika hak konstitusional tidak sepenuhnya berada ditangan rakyat.

2). Detil

Dalam berita tersebut detil yang ingin ditonjolkan adalah berupa hasil survei yang telah dilakukan LSI, “Dalam hasil survei yang dilakukan LSI, 81,25

persen masyarakat Indonesia menolak jika kepala daerah kembali dipilih anggota DPRD. Sementara, 10,71 persen setuju dan 4,91 persen menyatakan kepala daerah sebaiknya ditunjuk oleh presiden”. Pada paragraf ke delapan itu dijelaskan siapa yang melakukan survei dan berapa persentasi masyarakat yang menolak dam hanya sebagian kecil yang menyetujui. Wartawan ingin menunjukkan bahwa lebih banyak penolakan ketimbang persetujuan dan cenderung implisit.

42


(55)

3). Maksud

Elemen wacana maksud, melihat informasi yang menguntungkan komunikator akan diuraikan secara eksplisit dan jelas. Tujuan akhirnya adalah publik hanya disajikan informasi yang menguntungkan komunikator. Menunjukkan bagaimana secara implisit dan tersembunyi wartawan menggunakan praktik bahasa tertentu dan menonjolkan basis kebenarannya dan secara implisit pula menyingkirkan versi kebenaran lain.43 Dalam berita ini dapat dilihat pada paragraf 4, 5, dan 6 yaitu, “Menurutnya, jika RUU Pilkada lolos maka akan menjadi ancaman buat pemerintahan Jokowi-JK ke depan karena tidak mampu menjadi mayoritas di parlemen. Dia menilai sikap Koalisi Merah Putih memunculkan antipati terhadap masyarakat”.

"Pilkada oleh DPRD dinilai publik sebagai pengkhianatan partai. PKS yang awalnya menolak RUU ini kemudian mendukung, termasuk PAN yang awalnya mengklaim sebagai partai demokratis juga mendukung RUU ini,"

jelasnya”.

“Adjie mengatakan, mayoritas publik menilai bahwa usulan perubahan mekanisme pemilihan kepala daerah dari pemilihan langsung ke pemilihan tak langsung melalui DPRD hanyalah akal bulus parpol untuk memonopoli

kekuasaan”.

Dalam tiga paragraf diatas yang berturut-turut menjelaskan secara gamblang seperti apa RUU Pilkada yang diusahakan oleh pihak Koalisi Merah

43


(56)

Putih, dan dijelaskan juga partai-partai yang berada didalamnya pernah menolak RUU Pilkada yaitu partai PKS dan PAN, bahkan dikatakan sebagai pengkhianatan partai.

d. Sintaksis

Koherensi adalah pertalian atau jalinan antarkata, atau kalimat dalam teks. Dua buah kalimat yang menggambarkan fakta yang berbeda dapat dihubungkan sehingga tampak koheren. Sehingga fakta yang tidak berhubungan sekalipun dapat menjadi berhubungan ketika seseorang menghubungkannya. Koherensi ini secara mudah dapat diamati di antaranya dari kata hubung (konjungsi) yang diapakai untuk menghubungkan fakta. Apakah dua kalimat dipandang sebagai hubungan kausal (sebab akibat), hubungan keadaan, waktu, kondisi dan sebagainya. 44

1) Koherensi

Bentuk koherensi yang terkandung dalam berita tersebut ada pada paragraf

pertama baris terakhir, yakni: “Meski menimbulkan pro dan kontra, partai politik yang tergabung dalam Koalisi Merah Putih tetap bersikeras agar kepala daerah dipilih oleh DPRD. Padahal pasca Reformasi bergulir, kepala

daerah disepakati dipilih langsung oleh rakyat.”

Kalimat tersebut menggunakan kata hubung yang menyatakan

pertentangan yakni „padahal‟. Proposisi “Meski menimbulkan pro dan kontra, partai politik yang tergabung dalam Koalisi Merah Putih tetap bersikeras

44


(57)

agar kepala daerah dipilih oleh DPRD”, dengan “.pasca Reformasi bergulir,

kepala daerah disepakati dipilih langsung oleh rakyat”, adalah sesuatu hal

yang berlainan. Tetapi, dengan menggunakan kata penghubung „padahal‟ dua

hal tersebut nampak berhubungan (koheren).

2) Bentuk Kalimat

Bentuk kalimat adalah segi sintaksis yang berhubungan dengan cara berpikir logis,yaitu prinsip kausalitas. Penempatan dapat mempengaruhi makna yang timbul karena akan menunjukkan bagian mana yang lebih ditonjolkan kepada khalayak.45 Menurut Van Dijk kesatuan dari beberapa kalimat yang satu dengan yang lain terikat dengan erat. Pengertian satu kalimat harus dihubungkan dengan kalimat yang lain dan tidak dapat ditafsirkan satu-satu kalimat melulu. 46

Dalam berita ini bentuk kalimat yang disajikan adalah dalam bentuk kalimat aktif. Disini, aktor pelaku (Koalisi Merah Putih) disajikan dalam teks terlihat Koalisi Merah Putih sebagai peran antagonis sementara Jokowi-JK sebagai peran protagonis.

e. Stilistik

Suatu fakta umumnya terdiri atas beberapa kata yang merujuk pada fakta. Pilihan kata-kata yang dipakai menunjukkan sikap dan ideologi tertentu.

45

Eriyanto, Analisis Wacana : Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LKIS,2001),h. 251

46


(58)

Peristiwa sama dapat digambarkan dengan pilihan kata berbeda-beda.47 Pilihan kata yang digunakan pada mayoritas kalimat dalam bagian berita ini adalah kata-kata denotatif, yaitu kata yang mudah dimengerti. Tetapi ada beberapa kata yang tidak mudah dimengerti digunakan dalam berita ini.

1) Leksikon

Pada elemen ini pemilihan leksikal atau kata-kata kiasan dapat dilihat dalam berita ini, antara lain:

- Pada paragraf pertama baris ketiga terdapat kata Reformasi, yang

berkalimat: “Padahal pasca Reformasi bergulir, kepala daerah disepakati dipilih langsung oleh rakyat...”

- Pada paragraf ketiga baris pertama terdapat kata politik balas dendam ,

yang berkalimat:“Ini interpretasi yang tidak bisa ditolak. Wajar saja ini politik balas dendam...”

- Pada paragraf keenam baris ketiga terdapat kata akal bulus dan

memonopoli, yang berkalimat:” ...pemilihan tak langsung melalui DPRD hanyalah akal bulus parpol untuk memonopoli kekuasaan.”

- Pada paragraf kesembilan terdapat kata kata bahasa asing di tiap barisnya yang sulit dimengerti antara lain quick pool, multistage random sampling, margin of error, yang berkalimat:” Survei dilakukan melalui quick pool pada tanggal 5-7 September 2014, dengan menggunakan metode multistage random sampling. Survei dilakukan kepada 1.200 responden

47


(59)

dari 33 provinsi. Survei dilengkapi dengan penelitian kualitatif dengan metode analisis media. Margin of error sebesar 2,9 persen.”

Pilihan kata yang digunakan pada seluruh kalimat dalam bagian-bagian berita ini adalah kata-kata denotatif, yakni arti kata yang sebenarnya atau bisa dikatakan kata-kata yang mudah dimengerti. Tetapi ada beberapa kata-kata kiasan, dan bahasa serapan ilmiah yang digunakan dalam berita ini, seperti Reformasi, politik balas dendam, akal bulus, memonopoli. Dan penggunaan bahasa asing untuk ilmiah yang biasa digunakan dalam pengambilan survei seperti quick pool, multistage random sampling, margin of error.

f. Retoris

Elemen ini merupakan bagian untuk memeriksa apa yang ditekankan atau ditonjolkan (yang berarti dianggap penting) oleh seseorang yang dapat diamati dari teks. Pemakaian angka-angka dalam berita di antaranya digunakan untuk mensugestikan kebenaran, ketelitian, dan posisi dari suatu laporan. Angka dapat mensugestikan presisi dari apa yang hendak dikatakan dalam teks. 48

1) Grafis

Dalam berita ini terdapat angka-angka yang bertujuan untuk meyakinkan pembaca bahwa informasi yang diberikan valid dan penting untuk diperhatikan,

48


(60)

kalimat tersebut terdapat di paragraf kedelapan dan paragraf kesembilan yaitu: “Dalam hasil survei yang dilakukan LSI, 81,25 persen masyarakat Indonesia menolak jika kepala daerah kembali dipilih anggota DPRD. Sementara, 10,71 persen setuju dan 4,91 persen menyatakan kepala daerah sebaiknya ditunjuk oleh

presiden.” Dan pada paragraf selanjutnya ,“Survei dilakukan melalui quick pool

pada tanggal 5-7 September 2014, dengan menggunakan metode multistage random sampling. Survei dilakukan kepada 1.200 responden dari 33 provinsi. Survei dilengkapi dengan penelitian kualitatif dengan metode analisis media. Margin of error sebesar 2,9 persen.

Tabel 4

Analisis Teks Berita

LSI: RUU Pilkada Penuh Aroma Balas Dendam Koalisi Merah Putih

Struktur Wacana Elemen Keterangan

Struktur Makro Tematik Pada paragraf ke 2, dijelaskan inti atau pokok yang menjadi tema dari berita tersebut yaitu pernyataan mengenai politik balas dendam yang dilakukan oleh pihak koalisis merah putih

Superstruktur Skematik - Diawali dengan penjelasan akan keinginan dari Koalisi Merah Putih untuk mengesahkan RUU Pilkada. - Pada pertengahan tulisan diceritakan

tanggapan dari Adjie Al-Faraby yang merupakan seorang peneliti Lingkaran Survei Indonesia (LSI). Dalam pernyataannya dikatakan bahwa Koalisi Merah Putih kental dengan aroma politik balas dendam, dan merupakan ancaman bagi pemerintahan Jokowi-JK.

- Pada bagian akhir berisi tentang pernyataan Adjie Al-Faraby bahwa dengan disahkannya RUU Pilkada akan terjadi money politics dan


(61)

kekuatan uang yang akan menjadi pemenang. Diperkuat dengan hasil survei yang dilakukan LSI terhadap 81,25 persen masyarakat Indonesia yang setuju untuk menolak jika kepala daerah kembali dipilih oleh DPRD.

Struktur Mikro Latar - Latar yang ingin dimunculkan oleh wartawan adalah seperti apa pasca reformasi demokrasi berlangsung dengan melibatkan partisipasi masyarakat. Hal ini dilakukan untuk mengajak pembaca melihat seperti apa berjalannya demokrasi pada masa ketika hak konstitusional tidak sepenuhnya berada ditangan rakyat. Detil - Pada paragraf ke delapan itu

dijelaskan siapa yang melakukan survei dan berapa persentasi masyarakat yang menolak dam hanya

sebagian kecil yang

menyetujui.“Dalam hasil survei yang

dilakukan LSI, 81,25 persen masyarakat Indonesia menolak jika kepala daerah kembali dipilih anggota DPRD. Sementara, 10,71 persen setuju dan 4,91 persen menyatakan kepala daerah sebaiknya

ditunjuk oleh presiden”.

Maksud - Maksud yang terkandung dalam berita ini Dalam tiga paragraf diatas yang berturut-turut menjelaskan secara gamblang seperti apa RUU Pilkada yang diusahakan oleh pihak Koalisi Merah Putih, dan dijelaskan juga partai-partai yang berada didalamnya pernah menolak RUU Pilkada yaitu partai PKS dan PAN, bahkan dikatakan sebagai pengkhianatan partai.

- Pada paragraf keempat:

“Menurutnya, jika RUU Pilkada lolos


(62)

pemerintahan Jokowi-JK ke depan karena tidak mampu menjadi mayoritas di parlemen. Dia menilai sikap Koalisi Merah Putih memunculkan antipati terhadap

masyarakat”.

- Pada paragraf kelima:

"Pilkada oleh DPRD dinilai publik sebagai pengkhianatan partai. PKS yang awalnya menolak RUU ini kemudian mendukung, termasuk PAN yang awalnya mengklaim sebagai partai demokratis juga mendukung

RUU ini," jelasnya”. - Pada paragraf keenam:

“Adjie mengatakan, mayoritas publik

menilai bahwa usulan perubahan mekanisme pemilihan kepala daerah dari pemilihan langsung ke pemilihan tak langsung melalui DPRD hanyalah akal bulus parpol untuk memonopoli

kekuasaan”.

Koherensi - Bentuk koherensi yang terkandung dalam berita ini terdapat pada paragraf pertama baris terakhir,

yakni: “Meski menimbulkan pro dan kontra, partai politik yang tergabung dalam Koalisi Merah Putih tetap bersikeras agar kepala daerah dipilih oleh DPRD. Padahal pasca Reformasi bergulir, kepala daerah disepakati dipilih langsung oleh

rakyat.” Bentuk

Kalimat

- Bentuk Kalimat dalam berita ini ialah bentuk kalimat aktif. Bentuk kalimat yang mendahulukan pelaku sebelum penderita atau bisa dikatakan korban dan biasanya diawali dengan awalan


(63)

Leksikon - Kata “Reformasi” pada paragraf 1 baris ke 3.

- Kata “politik balas dendam” pada paragraf 3 baris 1.

- Kata “akal bulus” pada paragraf 6 baris 3.

- Kata “memonopoli” pada paragraf 6 baris 3.

- Kata “quick pool” pada paragraf 9 baris 1

- Kata “multistage random sampling”

pada paragraf 9 baris 2

- Kata “Margin of error” pada paragraf 9 baris 4

Grafis - Dalam berita ini terdapat angka-angka yang bertujuan untuk meyakinkan pembaca bahwa informasi yang diberikan valid dan penting untuk diperhatikan, kalimat tersebut terdapat di paragraf kedelapan dan paragraf kesembilan yaitu: “Dalam hasil survei yang dilakukan LSI, 81,25 persen masyarakat Indonesia menolak jika kepala daerah kembali dipilih anggota DPRD. Sementara, 10,71 persen setuju dan 4,91 persen menyatakan kepala daerah sebaiknya

ditunjuk oleh presiden.” Dan pada paragraf selanjutnya ,“Survei

dilakukan melalui quick pool pada tanggal 5-7 September 2014, dengan menggunakan metode multistage random sampling. Survei dilakukan kepada 1.200 responden dari 33 provinsi. Survei dilengkapi dengan penelitian kualitatif dengan metode analisis media. Margin of error sebesar 2,9 persen.

B. Analisis Wacana Level Kognisi Sosial

Pendekatan kognitif didasarkan pada asumsi bahwa teks tidak mempunyai makna, tetapi makna itu diberikan oleh pemakai bahasa, atau lebih tepatnya


(1)

Dalam hasil survei yang dilakukan LSI, 81,25 persen masyarakat Indonesia menolak jika kepala daerah kembali dipilih anggota DPRD. Sementara, 10,71 persen setuju dan 4,91 persen menyatakan kepala daerah sebaiknya ditunjuk oleh presiden.

Survei dilakukan melalui quick pool pada tanggal 5-7 September 2014, dengan menggunakan metode multistage random sampling. Survei dilakukan kepada 1.200 responden dari 33 provinsi. Survei dilengkapi dengan penelitian kualitatif dengan metode analisis media. Margin of error sebesar 2,9 persen.


(2)

Lampiran Draf RUU Pilkada

BAB II

PEMILIHAN GUBERNUR

Bagian Kesatu

Asas dan Pelaksanaan

Pasal 1

Gubernur dipilih oleh DPRD Provinsi secara demokratis berdasar asas bebas, rahasia, jujur, dan adil.

Pasal 2

Pemilihan Gubernur dilaksanakan setiap 5 (lima) tahun sekali.

Bagian Kedua


(3)

Pasal 3

Penyelenggara Pemilihan Gubernur adalah:

a. KPU Provinsi; dan b. DPRD Provinsi.

Pasal 4

(1) KPU Provinsi melaksanakan kegiatan pencalonan.

(2) DPRD Provinsi melaksanakan kegiatan pemungutan suara dan penetapan pemenang pemilihan.

Pasal 5

(1) KPU Provinsi dalam melaksanakan kegiatan pencalonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1), dibantu oleh KPU Kabupaten/Kota untuk

membentuk PPK dan PPS.

(2) DPRD Provinsi dalam melaksanakan kegiatan pemungutan suara dan penetapan pemenang pemilihan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat

(2) membentuk Panlih.

Pasal 6

(1) Panlih sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) dibentuk paling lambat 4 (empat) bulan sebelum berakhirnya masa jabatan gubernur.


(4)

(2) Anggota Panlih terdiri dari unsur-unsur Fraksi dan masing-masing fraksi dapat diwakili 3 (tiga) orang.

(3) Ketua dan para Wakil Ketua DPRD karena jabatannya adalah Ketua dan Wakil Ketua Panlih merangkap anggota.

(4) Sekretaris DPRD karena jabatannya adalah Sekretaris Panlih, bukan anggota. (5) Apabila seseorang anggota Panlih dicalonkan atau mencalonkan diri menjadi calon, yang bersangkutan harus mengundurkan diri dari keanggotaan Panlih. (6) Penyusunan tata tertib pemilihan dimulai paling lambat 7 (tujuh) hari setelah

pembentukan panlih.

(7) Penyusunan tata tertib pemilihan diselesaikan paling lama 14 (empat belas) hari.

(8) Tugas panlih berakhir setelah penetapan pemenang pemilihan Gubernur.

Pasal 7

(1) Pemilihan gubernur dilaksanakan melalui 2 (dua) tahapan yaitu tahapan pertama dan tahapan kedua.

(2) Tahapan pertama sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi : a. Pengumuman pendaftaran calon;

b. Verifikasi jumlah dukungan calon perseorangan; c. pendaftaran calon;


(5)

d. seleksi persyaratan calon; dan e. penetapan calon;

(3) Tahapan kedua sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi : a. penyampaian visi dan misi;

b. pemungutan dan penghitungan suara; c. penetapan hasil pemilihan; dan d. uji publik terhadap hasil pemilihan;

(4) Tahapan pertama sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan oleh KPU Provinsi

(5) Tahapan kedua sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilaksanakan oleh DPRD Provinsi.

Pasal 8

(1) Dalam melaksanakan tahapan pertama pemilihan, KPU Provinsi mempunyai tugas, wewenang dan kewajiban :

a. mengumumkan pendaftaran calon; b. melaksanakan kegiatan pendaftaran; c. melaksanakan kegiatan penyaringan; d. melaksanakan kegiatan penetapan calon; dan

e. menyampaikan nama-nama calon beserta dokumen kepada DPRD Provinsi.

(2) Dalam melaksanakan tahapan kedua pemilihan, panlih mempunyai tugas, wewenang dan kewajiban :


(6)

a. menyelenggarakan penyampaian visi dan misi calon (termasuk penyampaian visi dan misi calon yang akan dimasukkan dalam rincian

kegiatan penyampaian visi dan misi);

b. melaksanakan pemungutan suara dalam rapat paripurna tingkat I; c. menetapkan hasil pemilihan;

d. melaksanakan uji publik;

e. membahas keberatan (apabila ada) dalam rapat paripurna tingkat II; dan f. menetapkan pemenang pemilihan; 1

1

http://www.rumahpemilu.org/in/read/148/Rancangan-Undang-Undang-tentang-Pemilihan-Kepala-Daerah , diakses pada tanggal 28/9/14, pukul 9,45.