ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP POSITA PUTUSAN PERCERAIAN NO. 0255/Pdt.G/2013/PA.PAS.

ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP POSITA PUTUSAN
PERCERAIAN NO. 0255/Pdt.G/2013/PA.PAS

SKRIPSI

Oleh
NURIL ISTIKMALIYA
NIM : C01211060

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Fakultas Syariah dan Hukum Islam
Jurusan Hukum Perdata Islam Prodi Hukum Keluarga Islam

Surabaya
2015

ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP POSITA PUTUSAN PERCERAIAN
NO. 0255/Pdt.G/2013/PA.PAS

SKRIPSI
Diajukan Kepada

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
dalam Menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu Ilmu Syariah

Oleh
Nuril Istikmaliya
NIM : C01211060

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Fakultas Syariah dan Hukum Islam
Jurusan Hukum Perdata Islam Prodi Hukum Keluarga Islam
Surabaya
2015

i

ABSTRAK
Penelitian skripsi ini adalah hasil studi kasus dengan judul “Analisis Hukum
Islam Terhadap Posita Putusan Perceraian No. 0255/Pdt.G/2013/Pa.Pas.” Penelitian ini
bertujuan untuk mengemukakan tentang rumusan masalah yang akan dibahas yakni

bagaimana pertimbangan hukum hakim dalam memutus perkara perceraian
No.0255/Pdt.G/2013/Pa.Pas di Pengadilan Agama Pasuruan, kemudian bagaimana analisis
Hukum Islam terhadap pertimbangan hukum hakim dalam putusan perceraian No
0255/Pdt.G/2013/Pa.Pas.
Guna menjawab permasalahan di atas maka data penelitian yang dikumpulkan
adalah dengan cara dokumentasi dan studi kepustakaan serta literatur yang terkait.
Sumber data yang diperoleh untuk melakukan penelitian dibagi menjadi dua yakni sumber
data primer yaitu berkas perkara perceraian sedangkan sumber data sekunder terdiri dari
buku, kitab fiqih serta undang-undang. Selanjutnya di analisis dengan metode deskriptif
analisis dengan pola pikir deduktif untuk memperjelas kesimpulannya.
Dari hasil analisis dapat disimpulkan, pertama tentang pertimbangan hukum
hakim dalam memutus perceraian adalah sudah sesuai dengan alasan yang diperbolehkan
dalam pasal 39 UU No.1 tahun 1974 yang dirinci lagi dalam pasal 19 Peraturan
Pemerintah dan dijelaskan juga dalam Kompilasi Hukum Islam pasal 116 sehingga dapat
dijadikan landasan sebagai landasan bahwa antara suami dan isteri sudah tidak ada
harapan lagi untuk hidup bersama sebagai suami isteri. Analisis yang dilakukan dengan
pertimbangan hukum hakim adalah analisis hukum islam yang menyatakan bahwa
perselisihan yang diakibatkan oleh perselingkuhan tergugat inilah yang menjadi dasar,
karena sudah dijelaskan sebelumnya bahwa shiqa>q telah terjadi pada kehidupan rumah
tangga penggugat dan tergugat oleh karena itulah Islam memperbolehkan seorang isteri

mengajukan gugatan terhadap suaminya. Islam juga telah menjelaskan bahwa alasan ini
diperbolehkan seorang pasangan mengajukan permohonan atau gugatan perceraian karena
penggugat sudah menasehati serta mengingatkan bahwa perbuatan yang dilakukan adalah
dilarang oleh agama Islam.
Sejalan dengan kesimpulan di atas penelitian ini mempunyai beberapa saran
yaitu, untuk mengurangi angka perceraian yang terjadi hendaklah kepada suami dan isteri
berusaha untuk tetap mempertahankan keutuhan rumah tangga yang disebabkan oleh
adanya pihak ketiga. Hubungan antara suami isteri haruslah dibangun dengan kepercayaan
dan rasa saling pengertian antara satu dengan yang lain sehingga apabila terjadi guncangan
dalam biduk rumah tangga, suami maupun isteri tidak gegabah dalam mengambil sebuah
keputusan. Kepercayaan juga harus dijunjung tinggi agar nantinya tidak ada kebohongan
antara suami dan isteri, saling menghargai pasangan dan saling terbuka dalam rumah
tangga tanpa ada rahasia yang menyebabkan suatu perselisihan. Hal tersebut merupakan
solusi terbaik untuk menghindari konflik dalam rumah tangga.

v

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM .........................................................................................


i

PERNYATAAN KEASLIAN ........................................................................

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................................

iii

PENGESAHAN ..............................................................................................

iv

ABSTRAK ......................................................................................................

v

KATA PENGANTAR ....................................................................................


vi

DAFTAR ISI ..................................................................................................

viii

DAFTAR TRANSLITERASI ........................................................................

x

BAB I

PENDAHULUAN .................................................................

1

A. Latar Belakang Masalah ...................................................

1


B. Identifikasi dan Batasan Masalah ....................................

8

C. Rumusan Masalah .............................................................

9

D. Kajian Pustaka ..................................................................

9

E. Tujuan Penelitian ..............................................................

12

F. Kegunaan Hasil Penelitian ................................................

13


G. Definisi Operasional .........................................................

13

H. Metode Penelitian .............................................................

15

I. Sistematika Pembahasan ..................................................

18

PERCERAIAN MENURUT HUKUM ISLAM .....................

20

A. Pengertian Perceraian .......................................................

20


B. Pengertian Fundamentum Petendi ....................................

24

C. Alasan-alasan Perceraian ...................................................

27

D. Pengertian Perselisihan ....................................................

28

BAB II

viii

BAB III

E.


Sebab-sebab Perselisihan ..................................................

29

F.

Akibat Perselisihan ..........................................................

29

G. Pembuktian ......................................................................

30

H.

32

Macam-macam Alat Bukti ...............................................


CERAI

GUGAT DALAM POSITA PUTUSAN PENGADILAN AGAMA

PASURUAN NO. 0255/Pdt.G/2013.PA.Pas...............................

39

A. Kompetensi Pengadilan Agama Pasuruan .......................

39

1. Tugas Pokok dan Fungsi Pengadilan Agama Pasuruan

42

B. Kronologi Perkawinan …………………………………..

43


C. Kronologi Perselisihan ……….………………………….

44

D. Kronologi Gugat Cerai ………………………………….

46

1. Identitas para pihak ....................................................

47

2. Kasus Posisi Perceraian di Pengadilan Agama Pasuruan 47
E. Penyelesaian

Putusan

Pengadilan

Agama

Pasuruan

No.0255/Pdt.G/2013/PA.Pas ……………………………
BAB IV

49

ANALISIS TENTANG POSITA DALAM MEMUTUS PERKARA
PERCERAIAN NO.0255/Pdt.G/2013/PA.Pas. MENURUT
PERSPEKTIF HUKUM ISLAM ...............................................

57

A. Pertimbangan Hukum Hakim dalam Perkara Perceraian
No.0255/Pdt.G/2013/PA.Pas ……………………………

57

B. Analisis Hukum Islam terhadap Pertimbangan Hukum
Hakim

dalam

dalam

putusan

perkara

perceraian

No.0255/Pdt.G/2013/PA.Pas ............................................

64

PENUTUP ............................................................................

70

A. Kesimpulan ......................................................................

70

B. Saran ................................................................................

71

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................

72

LAMPIRAN ....................................................................................................

73

BAB V

1. Biodata Penulis
2. Putusan Pengadilan Agama Pasuruan No.0255/Pdt.G/2013/PA.Pas.
ix

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Alam semesta diciptakan oleh Allah SWT secara berpasang-pasangan
dan saling membutuhkan antara satu dengan yang lain baik pada manusia, hewan
maupun tumbuh-tumbuhan. Karena manusia disini merupakan makhluk sosial
yang sangat membutuhkan bantuan dari orang lain. Oleh karena itu Allah
menyediakan “transportasi” yang sah guna mengikat dua jenis makhlukNya
yakni laki-laki dan perempuan yaitu perkawinan.
Perkawinan merupakan satu sarana yang ditempuh oleh manusia dalam
rangka berkembang biak dan melestarikan keturunannya. Perkawinan adalah
ikatan lahir batin antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan sebagai
suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga), yang bahagia
dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.1
Sebagaimana dalam firman Allah dalam QS Al Nuur ayat 32
           ...
        
Artinya: ...Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian diantara kamu
dan orang orang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang
lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka
miskin Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan
Allah Mahaluas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.2

1
2

Soemiyati, Undang-undang Nomor 1 tahun 1974, Tentang Perkawinan, (Surabaya;Winpress, 2007), 5.
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung;Diponegoro, 2005), 61.

1

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

2

Pada prinsipnya, suatu perkawinan itu ditujukan untuk selama hidup
dan kebahagiaan yang kekal (abadi) bagi pasangan suami isteri yang
bersangkutan. Keluarga bahagia yang kekal itulah yang dituju. Banyak perintah
Allah dan Rasul yang bermaksud untuk ketenteraman keluarga selama hidup
tersebut. Namun, pada kenyataannya bahwa dalam membangun dan membina
sebuah hubungan keluarga tidaklah selamanya berjalan sesuai yang diharapkan.
Karena dalam keluarga adalah menyatukan dua orang yang berbeda kepribadian,
karakter serta pemikiran yang mengakibatkan perbedaan pendapat, kesalahpahaman dan pertengkaran terus menerus dalam skala yang terus bertambah
rumit sehingga dapat menyebabkan perceraian antara kedua belah pihak yang
berseteru yakni suami dan isteri tersebut.
Islam memperbolehkan suami dan isteri untuk bercerai, akan tetapi
disebutkan dalam firman Allah bahwa tidak ada sesuatu yang halal yang paling
dimurkai oleh Allah selain dari perceraian.3 Banyak firman Allah dan sabda Rasul
yang membahas mengenai perceraian antara suami dan isteri.
Dalam hadits Nabi disebutkan:

Artinya: Bahwa sesungguhnya perceraian itu adalah boleh atau halal
tapi sangat dibenci oleh Allah.4
Perceraian dapat dilakukan apabila memenuhi berbagai persyaratan
yang sudah ditetapkan baik dalam ketentuan Undang-undang maupun ketentuan
3
4

Mohd. Idris Ramulyo, Hukum Perkawinan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara.1999), 98.
Al-Hafizh Ibn Hajar Al-asqalani, Bulughul Maram, Moh. Machfuddin Aladip, (Bandung: Toha Putra.
1990), 565.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

3

agama. Ketentuan perundangan yang membolehkan terjadinya perceraian dapat
ditemukan dalam Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 menyebutkan alasanalasan perceraian sebagai berikut.5
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk, pemadat, penjudi dan
lain sebagainya yang sukar disembuhkan.
Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama 2 tahun berturut-turut
tanpa izin pihak lain tanpa alasan yang sah atau hal lain di luar kemampuan.
Salah satu pihak mendapat hukuman 5 tahun atau hukuman yang lebih berat
setelah perkawinan berlangsung.
Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang
membahayakan pihak lain.
Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit yang mengakibatkan
tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai suami isteri
Antara suami isteri terus menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran dan
tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga.
Suami melanggar taklik talak.
Peralihan agama/murtad yang menyebabkan terjadinya ketidak rukunan
dalam rumah tangga.

Ketentuan lain ditemukan dalam Kompilasi Hukum Islam pasal 116 yaitu sebagai
berikut.6
1.

Kematian salah seorang di antara suami isteri

2.

Khulu‘ (semacam tebus talak) disertai tebus iwadh dari isteri kepada suami
atas persetujuan bersama.

3.

Fasakh karena suami atau isteri tidak dapat berfungsi sebagai suami isteri
yang baik.

4.

Shiqa>q karenan pecekcokan terus menerus tidak berkesudahan dapat
disesuaikan melalui dua orang hakam (arbiter/juru damai) dari pihak masingmasing, atau melalui proses Pengadilan Agama.

Kompilasi Hukum Islam, (Bandung;Nuansa Aulia, 2008), 5.
Mardani, Hukum Perkawinan Islam Di dunia Islam Modern, (Yogyakarta;Graha Ilmu, 2011), 29.

5

6

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

4

5.

Li‘an karena tuduhan berzina dari suami (yang tidak dapat mengajukan
empat orang saksi) sehubungan dengan status hukum yang diragukan
terhadap anak atau kandungan isteri melalui proses Pengadilan Agama.

6.

Akibat pelanggaran ta‘lik talaq.
Beragam ketentuan di atas sudah tentu menarik jika dihubungkan

dengan posita hakim yang terdapat dalam putusan No.0255/Pdt.G/2013/PA.PAS.
Dalam putusan tersebut dijelaskan bahwa bahwa kasus yang terjadi adalah
seorang pasangan suami isteri yang bertempat tinggal di kota Pasuruan. Mereka
mengadakan perkawinan pada tanggal 27 November 1995 dan mulai terjadi
goncangan pada rumah tangga mereka pada tahun 1998 yang disebabkan oleh
perselingkuhan sang suami bahkan seringkali berganti-ganti pasangan yang
mengalami perseteruan sehingga isteri sudah merasa tidak ada lagi kecocokan
antara keduanya,akan tetapi isteri masih berusaha mempertahankan keutuhan
rumah tangganya mengingat sudah dikaruniai anak.
Diktum dalam putusan tersebut adalah:
1.

Mengabulkan gugatan Penggugat;

2.

Menjatuhkan talak satu ba’in sughra Tergugat terhadap Penggugat;

3.

Memerintahkan kepada Panitera Pengadilan Agama Pasuruan untuk
mengirimkan salinan putusan ini yang telah mempunyai kekuatan hukum
tetap kepada Pegawai Pencatat Nikah (PPN) yang wilayahnya meliputi
tempat kediaman Penggugat dan Tergugat dan kepada Pegawai Pencatat

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

5

Nikah (PPN) di tempat perkawinan Penggugat dan Tergugat dilangsungkan,
guna didaftarkan dalam daftar yang disediakan untuk itu;
4.

Membebankan kepada Penggugat untuk membayar biaya perkara ini sebesar
Rp. 336.000,- (Tiga ratus tiga puluh enam ribu rupiah);

Sedangkan posita dalam putusan tersebut dijelaskan bahwa doktrin dalam hukum
Islam yang dijadikan sebagai salah satu rujukan dalam meutuskan suatu masalah
dikemukakan oleh Ulama dalam Kitab Ghayah al-Maram disebutkan: “Jika istri
sudah sangat tidak senang kepada suaminya, maka Hakim boleh menjatuhkan
talak suami tersebut”.
Kontradiksi yang terjadi disebabkan oleh posita hakim yang terdapat
dalam putusan perkara perceraian No.0255/Pdt.G/2013/PA.Pas. yaitu disebutkan
bahwa alasan tidak senang yang terdapat pada sebuah kitab dapat dijadikan
sebagai rujukan untuk memutuskan perkara, padahal pada teori umum perceraian
sudah dipaparkan secara rinci tentang alasan-alasan perceraian yang dibolehkan
dan sah untuk dilakukan. Dan alasan tidak senang tersebut jelas tidak ada, tetapi
mengapa hakim mencantumkan alasan tersebut di dalam posita.
Kontradiksi selanjutnya terjadi karena pihak suami/tergugat tidak
mengajukan bukti-bukti yang menguatkan dirinya meskipun sudah diberi
kesempatan oleh majelis hakim dan tergugat juga tidak membantah dalil-dalil
gugatan penggugat yang menyatakan bahwa dia berselingkuh. Hal ini membuat
keraguan bahwa yang terjadi adalah antara tergugat benar-benar melakukan
perselingkuhan atau tergugat sudah bosan dengan penggugat atau bisa jadi

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

6

tergugat hanya ingin menuruti penggugat untuk bercerai dikarenakan sering
terjadinya perselisihan yang semakin parah.
Penelitian ini ditulis berdasarkan paparan di atas karena tidak adanya
kesinambungan antara posita putusan perkara perceraian dengan alasan-alasan
perecraian yang ada di dalam Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 dan
Kompilasi

Hukum

Islam,

padahal

perceraian

terjadi

disebabkan

oleh

perselingkuhan seorang suami dengan perempuan lain yang bahkan seringkali
berganti-ganti pasangan. Menurut ketentuan yang ada dalam hukum Islam
perbuatan tersebut sudah termasuk perbuatan zina meskipun zina di sini bukan
tergolong zina kelamin tetapi jenis perselingkuhan ini sudah termasuk zina dan
alasan zina tersebut sudah dapat dijadikan sebagai alasan perceraian. Kemudian
sudah dijelaskan pula bahwa di dalam KHI pasal 116 bahwa jika sudah terjadi
shiqa>q/percekcokan secara terus menerus yang tidak berkesudahan dan sudah
tidak dapat disatukan kembali maka alasan tersebut dapat dibenarkan apabila
dijadikan sebagai alasan seorang isteri mengajukan gugatan perceraian kepada
suaminya.
Selingkuh/perselingkuhan disini menurut Kamus Lengkap Bahasa
Indonesia adalah suka menyembunyikan sesuatu untuk kepentingan sendiri,
curang, tidak jujur, serong, suka menyeleweng.7 Namun yang dimaksud selingkuh
dalam kasus di sini adalah perbuatan serong yang sudah jelas dilakukan oleh
seorang suami terhadap isteri dengan perempuan lain.
7

Budiono, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya;Karya Agung, 2005), 454.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

7

Seiring berjalannya waktu, perilaku sang suami tidak berubah sampai
si isteri menyelidiki sendiri tentang perselingkuhan yang dilakukan oleh
suaminya dan akhirnya si suamipun mengakui semuanya. Perselisihan antara
suami isteri ini semakin hebat sehingga menyebabkan suami mengusir isteri
untuk pulang ke rumah orang tuanya dan saat itupun sang isteri memutuskan
untuk menggugat sang suami.
Gugatan perceraian adalah gugatan tentang pemutusan ikatan
perkawinan oleh pihak perempuan/isteri. Menurut tinjauan hukum perdata, pada
prinsipnya gugatan perceraian ini bisa dikategorikan gugatan tentang ingkar janji
atas perjanjian untuk mengikatkan diri secara lahir batin (vide Pasal 1 UndangUndang Nomor 1 tahun 1974).8 Sejak sang suami mengusir isterinya, secara
otomatis mereka berpisah tempat tinggal selama 4 bulan yaitu sejak bulan
Oktober 2012 sampai isteri mengajukan surat gugatan yaitu pada tanggal 04
Februari 2013 yang di daftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Agama Pasuruan
Nomor 0255/Pdt.G/2013/PA.Pas.
Alasan-alasan perceraian yang telah disebutkan di atas tidak dijelaskan
bahwa seorang wanita dapat melakukan gugatan perceraian terhadap suaminya
yang disebabkan oleh adanya orang ketiga atau si suami melakukan
perselingkuhan.

Sehingga

hakim

dalam

memutuskan

perceraian

akibat

perselingkuhan perlu mencari alasan yang lain sesuai dengan undang-undang dan

8

Sophar Maru Hutagalung, Praktik Peradilan Perdata, (Jakarta;Sinar Grafika, 2011), 53.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

8

hakim harus mempertimbangkan dahulu apakah gugatan isteri tersebut benar atau
tidak.
B.

Identifikasi dan Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, maka dapat di
identifikasi beberapa masalah yang bisa dibahas dalam penyusunan skripsi ini
adalah:
1.

Pertimbangan

hukum

hakim

dalam

putusan

perceraian

Nomor

0255/Pdt.G/2013/PA.Pas di Pengadilan Agama Pasuruan.
2.

Analisis Hukum Islam terhadap pertimbangan hukum hakim dalam putusan
perceraian Nomor 0255/Pdt.G/2013/PA.Pas di Pengadilan Agama Pasuruan.

3.

Ketentuan perceraian dalam Undang-undang Nomor 1 tahun 1974.

4.

Alasan-alasan perceraian dalam Hukum Islam

5.

Hukum perceraian dalam Agama Islam.

6.

Alasan perceraian yang ada dalam putusan Pengadilan Agama Pasuruan.
Sesuai dengan identifikasi masalah di atas, untuk membatasi

pembatasan masalah, maka batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1.

Pertimbangan hukum hakim perceraian Nomor 0255/Pdt.G/2013/PA.Pas di
Pengadilan Agama Pasuruan.

2.

Analisis Hukum Islam terhadap pertimbangan hukum hakim dalam putusan
perceraian Nomor 0255/Pdt.G/2013/PA.Pas di Pengadilan Agama Pasuruan.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

9

C.

Rumusan Masalah
Untuk lebih jelas dan sistematis maka permasalahan tersebut di atas
dirumuskan dalam pertanyaan sebagai berikut:
1.

Bagaimana pertimbangan hukum hakim dalam memutus perkara perceraian
No 0255/Pdt.G/2013/Pa.Pas di Pengadilan Agama Pasuruan?

2.

Bagaimana analisis Hukum Islam terhadap pertimbangan hukum hakim
dalam putusan perceraian No 0255/Pdt.G/2013/Pa.Pas?

D.

Kajian Pustaka
Secara umum kajian ini adalah deskripsi ringkas tentang penelitian
yang pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya sehingga tidak ada pengulangan
atau duplikasi.Pada penelitian sebelumya sudah pernah dibahas tentang cerai
gugat tetapi dengan alasan yang berbeda dan dengan putusan serta dalil yang
berbeda, sebagaimana yang saat ini penulis tulis dengan judul “Analisis Hukum
Islam Terhadap Posita Putusan Perceraian Nomor 0255/Pdt.G/2013/PA.Pas”
tentang cerai gugat dengan alasan perselingkuhan yang dilakukan oleh suami
terhadap isteri.
Alasan

perceraian

yang

peneliti

lakukan

pada

kasus

No.

0255/Pdt.G/2013/PA.Pas belum pernah di angkat menjadi skripsi. Akan tetapi
peneliti menemukan skripsi yang memiliki judul skripsi yang memiliki kaitan
dengan masalah perceraian (perselisihan atau pertengkaran yang dijadikan
sebagai alasan perceraian) yaitu:

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

10

Skripsi karya Karimatun Nisa’ yang memfokuskan penelitian pada
tahun 2004 terhadap cerai gugat terhadap suami di Pengadilan Agama Pasuruan
dengan judul “Studi Terhadap Keputusan Pengadilan Agama Pasuruan Nomor
760/Pdt.G/1999/PA.Pas Tentang Kasus Perselisihan Sebagai Alasan Perceraian”.
Karimatun Nisa’ dalam skripsinya menjelaskan tentang cerai gugat yang ada di
Pengadilan Agama Pasuruan dengan berbagai alasan yang digunakan oleh
penggunggat dalam mengajukan gugatan terhadap suami, kemudian meneliti
alasan dan dasar hukum pertimbangan hakim dalam memutus perkara di
Pengadilan Agama Pasuruan. Dalam penelitian ini peneliti mengemukakan
tentang faktor perceraian yang ada dalam Kompilasi Hukum Islam dan disangkut
pautkan dengan apa yang sedang diteliti sehingga ditemukan titik temu antar
keduanya serta mengetahui dasar yang menjadi landasan diputuskan perceraian
antara suami isteri tersebut. Maka alasan yang ada dalam undang-undang serta
KHI telah terpenuhi dalam melakukan perceraian serta tidak merugikan antara
pihak satu dengan pihak yang lain. Kesimpulan dari penelitian sebelumnya adalah
Majelis Hakim memutuskan perceraian antara keduanya dikarenakan sudah tidak
bisa hidup dan tinggal bersama karena sebuah alasan yakni perselisihan secara
terus menerus sehingga gugatan yang diajukan oleh isteri dikabulkan oleh Hakim
dengan berbagai pertimbangan yang ada dalam Undang-undang perkawinan.
Jurnal hukum yang ditulis oleh Nur Khamidiyah dengan judul
Pertimbangan Hakim Terhadap Putusan Cerai gugat karena isteri selingkuh (studi
perkara Nomor: 603/Pdt.G/2009/PA.Mlg) juga menjelaskan tentang perceraian

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

11

yang disebabkan oleh perselingkuhan isteri dan sekaligus mengajukan gugatan
cerai kepada suaminya sendiri. Jurnal ini meneliti tentang dasar hukum
diputuskannya kasus cerai gugat karena isteri selingkuh sehingga dikabulkannya
cerai gugat tersebut. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan desain
penelitian deskriptif dengan menggunakan penelitian lapangan. Pendekatan yang
digunakan adalah pendekatan kualitatif yang menitikberatkan pada hasil
pengumpulan data dari informan yang ditentukan yaitu Hakim Pengadilan Agama
Malang yang berperan dalam memutuskan perkara cerai gugat karena isteri
selingkuh. Sumber data yang diperoleh dikumpulkan dengan menggunakan
metode wawancara kemudian data-data tersebut diolah melalui tahapan editing,
classifying, verifying, analizing dan concluding sehingga menjadi sebuah hasil
penelitian yang dapat dipertanggungjawabkan.9
Berdasarkan kajian pustaka yang telah digambarkan di atas
menunjukkan bahwa penelitian ini berbeda dalam hal
a. Objek Kajian
Berdasarkan paparan di atas penelitian yang akan dibahas sudah tentu
berbeda jika dilihat secara objektf yaitu pada putusan di atas menjelaskan
bahwa cerai gugat yang dilakukan oleh isteri dikarenakan dia sendiri
melakukan perselingkuhan dengan laki-laki lain sedangkan pada penelitian ini
cerai gugat dilakukan karena suami berselingkuh bahkan dengan beberapa

9

Nur Khamidiyah, “Putusan Cerai gugat isteri karena selingkuh”, dalam http://lib.uin.malang.ac.id.html,
diakses pada 2 Juli 2015.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

12

wanita sehingga ini juga menjadi dasar pertimbangan hakim untuk memutus
suatu putusan dan mengabulkan gugatan yang diajukan penggugat.
b. Metode Penelitian
Metode penelitian yang dilakukan juga sangat berbeda yakni metode dengan
menggunakan

penelitian

hukum

normatif

hanya

meneliti

peraturan

perundang-undangan tetapi pada penelitian yang terdapat dalam jurnal di atas
menggunakan metode penelitian lapangan sehingga mengharuskan untuk
melakukan kegiatan lapangan atau terjun langsung dalam penelitian tersebut.
c. Sumber Kajian
Teknik wawancara hakim dilakukan pada penelitian atas cerai gugat yang
disebabkan oleh perselingkuhan isteri terhadap suami sedangakan studi
kepustakaan dan literature digunakan dalam penelitian cerai gugat karena
suami berselingkuh dan bergabti-ganti pasangan.
E.

Tujuan Penelitian
Meninjau dari tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah:
1.

Mendeskripsikan apa saja pertimbangan hukum hakim dalam memutus
perkara perceraian Nomor 0255/Pdt.G/2013/PA.Pas di Pengadilan Agama
Pasuruan.

2.

Menganalisis terhadap pertimbangan hukum hakim menurut hukum islam
dalam putusan perceraian Nomor 0255/Pdt.G/2013/PA.Pas di Pengadilan
Agama Pasuruan.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

13

F.

Kegunaan Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat dan berguna dalam hal-hal
sebagai berikut:
1.

Secara Teoritis dapat dijadikan bahan acuan untuk menyusun hipotesis bagi
peneliti berikutnya tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perceraian
dengan alasan perselingkuhan yang dilakukan oleh salah satu pihak (suami,
isteri).

2.

Secara Praktis sebagai referensi bagi seorang hakim agama dalam
memutuskan suatu perkara yang berkenaan dengan perceraian.

G.

Definisi Operasional
Untuk lebih jelas dan mudah dalam memahami skripsi ini sehingga
tidak terjadi kesalahpahaman pembaca dalam mengartikan judul skripsi ini yaitu
“Analisis

Hukum

Islam

Terhadap

Posita

Putusan

Perceraian

Nomor

0255/Pdt.G/2013/PA.Pas” maka penulis mengemukakan secara tegas dan
terperinci maksud judul tersebut:
1.

Analisis hukum Islam yang terdapat pada KHI (Kompilasi Hukum Islam)
pasal 116 adalah sekumpulan materi hukum Islam yang merupakan
rangkuman dari berbagai kitab yang ditulis oleh ulama fikih yang biasa
dipergunakan sebagai refrensi pada Pengadilan Agama untuk diolah dan
dikembangkan serta dihimpun ke dalam satu himpunan yang di dalamnya
berisi alasan-alasan perceraian yang diperbolehkan oleh agama.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

14

2.

Posita adalah pertimbangan hukum seorang aparat penegak hukum (Hakim)
yang ada dalam putusan No.0255/Pdt.G/2013/PA.Pas. dalam menjatuhkan
putusan yang didasarkan kepada teori, undang-undang dan hasil penelitian
yang saling berkaitan sehingga didapatkan hasil penelitian yang maksimal
dan seimbang dalam tataran teori dan praktek yang melalui putusannya
dapat menjadi tolak ukur tercapainya suatu kepastian hukum.

3.

Putusan perceraian adalah suatu putusan/ketetapan yang dilakukan oleh
Pengadilan Agama Pasuruan yang terkait oleh Majelis Hakim yang
berwenang dalam bidang perceraian.

4.

Pengadilan Agama Pasuruan adalah Pengadilan yang bertugas dan
berwenang memeriksa, memutus dan menyelesaikan perkara-perkara di
tingkat pertama antara orang-orang yang beragama islam di bidang
perkawinan, kewarisan, wasiat dan hibah yang dilakukan berdasarkan hukum
islam.10

5.

Cerai gugat adalah perceraian antara suami dan isteri yang disebabkan oleh
adanya suatu gugatan yang lebih dahulu dari pihak isteri kepada pengadilan
dan perceraian itu terjadi dengan suatu putusan Pengadilan Agama Pasuruan.
Berdasarkan definisi operasional di atas maka penelitian ini membahas
tentang ”Analisis Hukum Islam Terhadap Posita Putusan Perceraian
No.0255/Pdt.G/2013/PA.Pas” yang isinya mengupas secara mendalam latar

10

UU RI Nomor 7 tahun 1989 Tentang Pengadilan Agama, pasal 49, 21.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

15

belakang hakim dalam memutus suatu perkara perceraian dari sudut pandang
hukum islam.
H.

Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum normatif bisa
juga disebut penelitian hukum doktrinal. Pada penelitian ini, seringkali hukum
dikonsepsikan sebagai apa yang tertulis dalam peraturan perundang-undangan
(Law in book) atau hukum yang dikonsepsikan sebagai kaidah atau norma yang
merupakan patokan berperilaku.
Penelitian hukum normatif hanya meneliti peraturan perundangundangan dan mempunyai beberapa konsekuensi dan sumber data yang
digunakan berasal dari data sekunder.11
1.

Data yang dikumpulkan.
a. Data tentang cerai gugat dengan alasan suami selingkuh dan sering
berganti-ganti pasangan di Pengadilan Agama Pasuruan.
b. Data tentang alasan dan pertimbangan hukum hakim dalam memutus
perkara perceraian.
c. Data tentang putusan perceraian di Pengadilan Agama Pasuruan.

2.

Sumber Data.
Sumber data primer adalah sumber yang diambil secara langsung yang paling
utama yaitu berupa:

11

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, (Jakarta;PT Raja Grafindo Persada,
2009), 13.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

16

a. Sumber Data Primer.
Penelitian yang terjadi sudah tentu membutuhan sumber data untuk
melengkapi data-data yang diperlukan yakni sumber data primer. Sumber
data primer adalah data yang diperoleh dan dikumpulkan secara langsung
dari sumber datanya atau juga bisa disebut sebagai data asli atau data
baru yang bersifat up to date. Yaitu berupa:
1. Berkas perkara perceraian No.0255/Pdt.G/2013/PA.Pas.
b. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder adalah data yang diambil secara tidak langsung
atau melalui pihak kedua sebagai penunjang penelitian.
1. Kitab-kitab fiqih yang membahas tentang masalah perceraian, bukubuku yang terdiri dari bahan pustaka yang berkaitan dengan kasus
tersebut seperti buku-buku tentang hukum meliputi:
a) Soemiyati, Undang-undang Nomor 1 tahun 1974, Tentang
Perkawinan, Surabaya;Winpress, 2007.
b) Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya,
Bandung;Diponegoro, 2005.
c) Mohd. Idris Ramulyo, Hukum Perkawinan Islam, Jakarta: Bumi
Aksara.1999.
d) Abi Dawud Sulaiman bin as-Sijtani, Fiqih Wanita, Abu Husen
Nurhadi, Bandung: Al-Maarif. 1980.
e) Kompilasi Hukum Islam, Bandung;Nuansa Aulia, 2008.
f) Mardani, Hukum Perkawinan Islam Di dunia Islam Modern,
Yogyakarta;Graha Ilmu, 2011.
g) Budiono, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Surabaya;Karya
Agung, 2005.
h) Sophar Maru Hutagalung, Praktik Peradilan Perdata, Jakarta;Sinar
Grafika, 2011.
i) Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif,
Jakarta;PT Raja Grafindo Persada, 2009.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

17

2. Undang-undang yang ada kaitannya dengan masalah yang diteliti.
3.

Teknik Pengumpulan Data.
Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini digunakan
teknik pengumpulan data sebagai berikut:
a. Teknik dokumen yaitu merupakan teknik pengumpulan data dengan
sumber bukan manusia, non human resources diantaranya dokumen dan
bahan statistik.
b. Studi kepustakaan dengan literatur yang terkait adalah teknik
pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap bukubuku, literatur-literatur, catatan-catatan, dan laporan-laporan yang ada
hubungannya dengan masalah yang dipecahkan.12

4.

Teknik Pengolahan Data.
Data yang diperoleh dari hasil penggalian terhadap sumber-sumber data akan
di olah melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:
a. Organizing, (menyusun data). Teknik ini menyusun dan mensistemasikan
data

yang

terkait

dengan

konsep

cerai

gugat

dengan

alasan

perselingkuhan seorang suami.
b. Editing, yaitu memeriksa kembali semua data-data yang diperoleh.Proses
editing ini sangat memperhatikan aspek kesesuaian, kelengkapan,
kejelasan relevansi dan keseragaman.13

12

Muhammad Subhan, “Teknik Penulisan Karya Ilmiah” dalam http://muhammadsubhan.
blogspot.com/p/teknik-penulisan-karya-ilmiah-resume.html, diakses pada 17 Maret 2014.
13
Bambang Waluyo, Penelitian hukum dalam praktek, (Jakarta;Sinar Grafika. 1996), 50.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

18

5.

Teknik Analisis Data.
Analisis data merupakan kegiatan mencatat hasil setelah dilakukannya
penelitian secara mendalam untuk meningkatkan pemahaman terhadap kasus
yang akan diteliti, setelah data berhasil dikumpulkan maka dilakukan
analisis dengan menggunakan metode deskriptif yaitu menceritakan secara
jelas dan terperinci kasus cerai gugat kepada seorang suami dengan alasan
perselingkuhan dan sering berganti-ganti pasangan di Pengadilan Agama
Pasuruan serta pertimbangan hukum yang dilakukan oleh Hakim.
Secara sistematis menggunakan teori-teori yang bersifat umum tentang
perceraian, kemudian dilakukan analisis terhadap data dan pertimbangan
hukum hakim tentang cerai gugat terhadap suami yang berselingkuh dan
berganti-ganti pasangan untuk memperoleh sebuah kesimpulan.

I.

Sistematika Pembahasan
Untuk mempermudah dalam memahami pembahasan yang ada dalam
skripsi ini sehingga mempunyai alur yang jelas, maka sistematika pembahasan
sebagai berikut:
Bab pertama pendahuluan, bab ini merupakan gambaran tentang latar
belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah,
kajian pustaka, tujuan penelitian, kegunaan hasil penelitian, definisi operasional,
metode penelitian dan sistematika pembahasan.
Bab kedua berisi landasan teori yang terdiri dari pengertian perceraian,

Fundamentum petendi/posita gugatan, alasan-alasan perceraian, pengertian

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

19

perselisihan antara suami isteri, sebab-sebab perselisihan, akibat perselisihan,
pembuktian.
Bab ketiga uraian data tentang laporan hasil penelitian, dalam bab ini
menguraikan laporan hasil penelitian putusan Pengadilan Agama Pasuruan
tentang cerai gugat dengan alasan perselingkuhan dan seringnya suami bergantiganti pasangan. Bab ini menguraikan kompetensi Pengadilan Agama Pasuruan,
kronologi perkawinan, kronologi perselisihan, kronologi gugat cerai serta
penyelesaian putusan Pengadilan Agama Pasuruan.
Bab keempat Analisis tentang pertimbangan hukum hakim dalam
memutus perkara perceraian No. 0255/Pdt.G/2013/PA.Pas di Pengadilan Agama
Pasuruan.
Bab kelima penutup, memuat akhir dari bahasan dalam bentuk
kesimpulan dan saran yang meliputi kesimpulan sebagai jawaban pokok dari
keseluruhan materi skripsi, dan saran yang dimaksudkan untuk menjadi bahan
pertimbangan hakim dalam memutus suatu perkara bagi instansi Pengadilan
Agama khususnya di bidang perceraian.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB II
PERCERAIAN MENURUT HUKUM ISLAM
A.

Pengertian Perceraian
Talak (perceraian) ‫ التخلية‬secara bahasa berarti melepaskan. Secara
syar’i

‫ حل قيد النكاح أو بعضه‬adalah melepaskan ikatan pernikahan secara

menyeluruh atau sebagiannya. (Al-mulakhos} Al-Fiqhiy : 410).1 Sebuah hadith
yang diriwayatkan dari Ibnu Umar ra. bahwasanya dia menalak istrinya yang
sedang haid. Umar menanyakan hal itu kepada Rasulullah saw, Rasulullah saw
bersabda:

Artinya: “...Perintahkan kepadanya agar dia merujuk istrinya,
kemudian membiarkan bersamanya sampai suci, kemudian suci lagi.
Lantas setelah itu terserah kepadanya, dia bisa mempertahankannya
jika mau dan dia bisa menalaknya (menceraikannya) sebelum
menyentuhnya (jima’). Itulah iddah seperti yang diperintahkan oleh
Allah agar para isteri yang ditalak dapat langsung menghadapinya
(iddah)”.2
Allah juga berfirman dalam QS Al-Baqarah ayat 229-230
              …
            

Artinya: …kecuali kalau keduanya khawatir tidak akan dapat
menjalankan hukum-hukum Allah. jika kamu khawatir bahwa
keduanya (suami isteri) tidak dapat menjalankan hukum-hukum Allah,
Maka tidak ada dosa atas keduanya tentang bayaran yang diberikan

Ahmad Suwandi, “Penjelasan Tentang Talak (perceraian), Rujuk dan Iddah”
http//hukum.perkawinan.islam_SPICA.html, diakses pada 29 mei 2015.
2
Bukhari dan Muslim dalam kitab ‫ تحريم طلق الحائض بغير رضاها وأنه‬juz 4 halaman 179 nomor 3725.

1

20

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

21

oleh isteri untuk menebus dirinya. Itulah hukum-hukum Allah, Maka
janganlah kamu melanggarnya. Barangsiapa yang melanggar hukumhukum Allah mereka Itulah orang-orang yang zalim.
Perceraian yang dimaksud dalam undang-undang adalah putusnya
ikatan perkawinan antara suami dan isteri dengan keputusan pengadilan dan ada
cukup alasan bahwa antara suami dan isteri tidak akan dapat hidup rukun lagi
sebagai suami isteri. Perceraian yang terjadi karena keputusan Pengadilan Agama
dapat terjadi karena talak atau gugatan perceraian serta telah cukup adanya
alasan yang ditentukan oleh undang-undang setelah tidak berhasil didamaikan
antara suami isteri tersebut (Pasal 114, Pasal 115 dan Pasal 116 KHI).
Pasal 114 KHI menjelaskan bahwa perceraian bagi umat islam dapat
terjadi karena adanya permohonan talak dari pihak suami atau yang biasa disebut
cerai talak ataupun berdasarkan gugatan dari pihak istri atau yang biasa disebut
dengan cerai gugat.3
Definisi dari gugat cerai atau khulu‘ menurut madhab Syafi‘i adalah
sebagai berikut

Artinya: Khulu‘ secara shari‘ah adalah kata menunjukkan atas
putusnya hubungan perkawinan antara suami isteri dengan tebusan
(dari isteri) yang memenuhi syarat-syarat tertentu. Setiap kata yang

3

Soemiyati, Hukum Perkawinan Islam, (Yogyakarta;Liberty, 1982), 32.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

22

menunjukkan pada talak, baik s}arih atau kinayah, maka sah khulu‘ nya
dan terjadi ba‘in).4
Asal hukum dari perceraian itu sendiri adalah makruh karena hal itu
menghilangkan

kemaslahatan

perkawinan

dan

mengakibatkan

keretakan

keluarga.
Suatu gugatan perceraian akan diakui oleh negara akan memiliki
kekuatan hukum formal apabila dilakukan di Pengadilan Agama dan diputuskan
oleh seorang Hakim yang berwenang. Gugatan perceraian/khulu‘ seorang isteri
dapat diajukan sendiri atau wakilnya di Pengadilan Agama (PA) di wilayah
tempat tinggalnya. Bagi seseorang yang tinggal di luar negeri, gugatan diajukan
kepada Pengadilan Agama di wilayah tempat keduanya menikah dulu, atau
kepada Pengadilan Agama Jakarta Pusat.
Perceraian yang dilakukan tanpa alasan yang benar atau tanpa ada
kebutuhan untuk melakukannya maka hukumnya adalah makruh. Hal itu
berdasarkan hadith yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam kitabnya bab
“S}ifat al-Munafiqin wa ahkamuhum” dari Jabir bin ‘Abdillah ra. Ia berkata,
Rasulullah bersabda,

4

Ali Mahfud, “Hukum Perceraian Dalam Islam”, dalam http//PdfInspirasi.Serba Islami.Untuk
Keluarga.Indonesia_ SerbaIslami.Com.html. diakses pada 29 Juni 2015.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

23

Artinya: Sesungguhnya iblis meletakkan singgasananya di atas air,
kemudian ia mengutus bala tentaranya, dan mereka yang paling dekat
kedudukannya darinya adalah yang paling besar kerusakan dan waswas
yang disebarkannya. Iblis mendatangi salah satu dari mereka, yakni
dari tentaranya. Tentara yang didatanginya berkata, “Aku telah
melakukan ini dan itu”. Iblis berkata padanya “Kamu tidak melakukan
sesuatau apapun”. Iblis pun mendatangi salah satu dari mereka.
Tentara yang didatanginya berkata, “Aku tidak meninggalkan
seseorang sampai aku memisahkannya terlebih dahulu dari istrinya
(membuatnya bercerai dengan istrinya). Iblis menghampirinya seraya
berkata, “Engkau adalah tentaraku yang paling hebat”. Dalam suatu
riwayat dikatakan: Iblis menghampirinya dan memeluknya.5
Dijelaskan pula dalam suatu hadith s}ahih yang diriwayatkan para
penulis kitab as-Sunan, Imam Ahmad dan perawi lainnya dari Tsauban ra. Bahwa
Nabi SAW bersabda,

Artinya: Istri manapun yang menggugat cerai atau meminta cerai
kepada suaminya tanpa ada sebab yang mengkhawatirkan, niscaya
diharamkan atasnya (mencium) bau wewangian surga.6
Sebagian orang mengira bahwa seorang suami dapat menceraikan
istrinya setiap waktu tanpa mempedulikan kondisi waktu atau iddah. Itu
merupakan suatu hal yang fatal bahkan tidak diperbolehkan bagi seorang
Mukmin yang beriman kepada Allah dan firman-Nya dan beriman kepada sabda
Rasul-Nya. Dalam hal tersebut Allah berfirman,

5

Butsainah as-Sayyid al-Iraqi, S}ifat al-Munafiqin wa ahkamuhum, Abu Hilmi Kamaluddin,
(Jakarta;Pustaka Al-Sofwa, 2005), 202.
6
Ibid., 204.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

24

           
             
               

    

Artinya: Hai Nabi, apabila kamu menceraikan isteri-isterimu maka
hendaklah kamu menceraikan mereka pada waktu mereka dapat
(menghadapi) iddahnya (yang wajar) dan hitunglah waktu iddah itu serta
bertakwalah kepada Allah Tuhanmu. Janganlah kamu keluarkan mereka
dari rumah mereka dan janganlah mereka (diizinkan) ke luar kecuali
mereka mengerjakan perbuatan keji yang terang. Itulah hukum-hukum
Allah, maka sesungguhnya dia telah berbuat dzalim terhadap dirinya
sendiri. Kamu tidak mengetahui barangkali Allah mengadakan sesudah
itu sesuatu hal yang baru. (at-Talaq:1).
Allah berfirman dalam ayat lain,
       …
Artinya: “... Barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Allah mereka
itulah orang-orang dzalim” (al-Baqarah:229)
B.

Fundamentum petendi/posita gugatan
Fundamentum petendi/posita gugatan adalah dasar gugatan atau dasar
tuntutan yang menguraikan tentang hal-hal yang menjadi dasar atau alasan
hukum diajukannya gugatan. Oleh karena itu, uraian dalam posita harus memuat
fakta hukum dan bukan fakta riil (apa adanya/kenyataan). Untuk itu dibutuhkan
pengetahuan hukum yang memadai, khususnya yang ada kaitannya dengan
materi gugatan, agar dapat mealakukan seleksi dan atau analisis terhadap fakta

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

25

riil yang ada. Fakta mana yang harus dikesampingkan atau cukup disampaikan
melalui keterangan saksi di depan persidangan.7
Posita atau dalil gugatan merupakan landasan pemeriksaan dan
penyelesaian perkara. Pemeriksaan dan penyelesaian tidak boleh menyimpang
dari dalil gugatan. Juga sekaligus memikulkan beban wajib bukti kepada
penggugat untuk membuktikan dalil gugatan sesuai yang dijelaskan pada pasal
1865 KUH Perdata dan Pasal 163 HIR yang menegaskan bahwa setiap orang
yang mendalilkan sesuatu hak, atau guna meneguhkan haknya maupun
membantah hak orang lain, diwajibkan membuktikan hak atau peristiwa tersebut.
Supaya gugatan sah dalam arti tidak mengandung cacat formil, haruslah
mencantumkan petitum gugatan yang berisi pokok tuntutan penggugat, berupa
deskripsi yang jelas menyebut satu per satu dalam akhir gugatan tentang hal-hal
pokok tuntutan atau permintaan kepada pengadilan untuk dinyatakan dan
ditetapkan dalam persidangan sebagai hak penggugat atau sebagai hukuman
kepada tergugat. Petitum dalam gugatan adalah suatu tuntutan atau permintaan
yang dikehendaki dan diharapkan oleh penggugat untuk dapat dikabulkan dan
diputuskan oleh pengadilan yang mengadili terkait suatu perkara. Petitum
didasarkan oleh pertimbangan hukum dan hal-hal yang telah diuraikan dalam

posita. Oleh karena itu, penggugat harus merumuskan petitum dengan jelas dan
tegas. Dalam membuat petitum harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut.8

Sophar Maru Hutagalung, Praktik Peradilan Perdata ..., 20.
Ibid., 22.

7
8

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

26

1.

Antara posita dengan petitum harus sinkron, karena apa-apa yang menjadi
alasan yang telah diuraikan dalam posita adalah dasar untuk mengajukan
permintaan agar pengadilan mengabulkan.

2.

Antara petitum dan bagian petitum lainnya tidak boleh saling bertentangan
atau kontradiktif dengan posita.

3.

Orang yang ditetapkan dalam petitum harus sebagai pihak dalam perkara.

4.

Petitum tidak membingungkan hakim harus jelas dan tegas artinya apa yang
diminta harus jelas dan tegas.

5.

Petitum tidak boleh berisi perintah untuk tidak berbuat.

6.

Petitum harus runtut dan disusun sesuai dengan poin-poin posita, serta diberi
nomor urut.
Data tentang posita hakim Nomor 0255/Pdt.G/2013/PA.PAS dirujuk

dalam hukum Islam yang dikemukakan Ulama dalam Kitab Ghayatul Maram
disebutkan yang artinya “Jika istri sudah sangat tidak senang kepada suaminya,
maka Hakim boleh menjatuhkan talak suami tersebut”. Ini sungguh tidak sejalan
dengan apa yang sudah dibahas dan dijelaskan secara rinci tentang alasan-alasan
perceraian yang ada dalam Kompilasi Hukum Islam dan Undang-undang Nomor
1 tahun 1974. Di dalam KHI maupun Undang-undang alasan “tidak senang” tidak
ada dan tidak bisa dijadikan alasan untuk memutuskan perkara perceraian, akan
tetapi hakim pasti memiliki pertimbangan-pertimbangan hukum yang lain dalam
memutuskan kasus perkara perceraian yang terjadi dan yang sudah diajukan
kepada pihak Pengadilan Agama Pasuruan.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

27

C.

Alasan-alasan Perceraian
Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa terdapat beberapa alasanalasan perceraian yang dipe

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

KEPEKAAN ESCHERICHIA COLI UROPATOGENIK TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG (PERIODE JANUARI-DESEMBER 2008)

2 106 1

EFEKTIFITAS BERBAGAI KONSENTRASI DEKOK DAUN KEMANGI (Ocimum basilicum L) TERHADAP PERTUMBUHAN JAMUR Colletotrichum capsici SECARA IN-VITRO

4 157 1

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

ANALISIS ISI LIRIK LAGU-LAGU BIP DALAM ALBUM TURUN DARI LANGIT

22 212 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

FENOMENA INDUSTRI JASA (JASA SEKS) TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU SOSIAL ( Study Pada Masyarakat Gang Dolly Surabaya)

63 375 2

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26