Pengaruh Sistem Uang Kuliah Tunggal Terhadap Partisipasi Berorganisasi Mahasiswa (Studi Kasus Mahasiswa Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara)

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Teori Interaksionisme Simbolik
Menurut Blumer dalam Ritzer (2004:52) istilah interaksionisme simbolik
menunjuk kepada sifat khas dari interaksi antar manusia. Kekhasannya adalah
bahwa manusia saling menerjemahkan dan saling mendefenisikan tindakannya.
Bukan hanya sekedar reaksi belaka daritindakan seseorang terhadap orang lain.
Tanggapan seseorang tidak dibuat secara langsung terhadap tindakan orang lain,
tetapi didasarkan atas makna yang diberikan terhadap tindakan orang lain itu.
Interaksi antar individu, diantarai oleh penggunaan simbol-simbol, interpretasi
atau dengan saling berusaha untuk saling memahami maksud dari tindakan
masing-masing. Jadi dalam proses interaksi manusia itu bukan suatu proses
diamana adanya stimulus secara otomatis dan langsung menimbulkan tanggapan
atau respon. Tetapi antara stimulus yang diterima dan respon yang terjadi
sesudahnya, diantarai oleh proses interpretasi oleh siaktor. Jelas proses interpretasi
ini adalah proses berpikir yang merupakan kemempuan yang khas dimiliki
manusia.
Proses interpretasi yang menjadi penengah antara stimulus dan respon
menempati posisi kunci dalam Teori Interaksionisme Simbolik. Benar penganut
teori ini mempunyai perhatian juga terhadap stimulus dan respon. Tetapi perhatian

mereka lebih ditekankan pada proses interpretasi yang diberikan individu terhadap
stimulus yang datang itu (Ritzer, 2004:52).

Universitas Sumatera Utara

Peneliti sendiri ingin menganalisis bagai mana bentuk-bentuk stimulus
yang diberikan oleh Yayasan Pendidikan Muhammadiyah pada para siswanya
sebagai implementasi dari peran dalam membentuk karakter siswa dari SMA
Muhammadiyah tersebut. Maka peneliti juga ingin melihat bagai mana bentuk
interpretasi dari para siswa, dan bagai mana bentuk respon yang dihasilkan dari
proses pembentukan karakter tersebut.
Seperti yang diterangkan di atas bahwa dalam teori Interaksionisme
Simbolik, interpretasi adalah kunci dari teori ini. Maka peneliti sendiri ingin
melihat bagai mana proses interpretasi ini berjalan secara alamiah atau justru
terdapat pembentukan konsep kesadaran yang dirancang secara khusus dan
terkonsep oleh sekolah dan para pendidik terhadap siswa dalam melalui proses
interpretasi tersebut.

2.2. Pendidikan
Menurut Ahmad D. Marimba dalam Shobroh (2013:15), pendidikan

adalah bimbingan atau pimpinan yang dilakukan secara sadar oleh si pendidik
terhadap perkembangan jasmani dan rohani peserta didik menuju terbentuknya
kepribadian yang utama. Selain itu, pendidikan menurut Ki Hajar Dewantoro
dalam Shobroh (2013:15) pendidikan adalah tuntunan didalam hidup tumbuhnya
anak-anak. Adapun maksudnya pendidikan yaitu menuntun kekuatan kodrat yang
ada pada anak-anak agar mereka sebagai manusia dan anggota masyarakat dapat
mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Lalu Pendidikan
menurut Doni Kusuma dalam Shobroh (2013:15-16) merupakan sebuah proses
pembelajaran terus menerus tentang banyak hal dan juga sebagai sebuah usaha

Universitas Sumatera Utara

sadar yang ditunjukkan bagi pengembangan diri manusia secara utuh, melalui
berbagai macam dimensi yang dimilikinya (religious, moral, personal, sosial,
cultural, temporal,

institusional, relasional,

dan lain-lain) demi proses


penyempurnaan dirinya secara terus menerus dalam memaknai hidup dan
sejarahnya di dunia ini dalam kebersamaan dengan orang lain.
Maka dalam hal ini pendidikan merupakan sebuah proses transformasi dari
kondisi tidak mengetahui atau memahami, menilai, dan menginterpretasikan suatu
tindakan tertentu dalam masyarakat menjadi suatu pemahaman yang dapat
mengetahui, atau memahami, menilai dan menginterpretasikan hal tersebut, yang
brlangsung dari pendidik kepada orang yang mendapatkan pengajaran atau
pendidikan.

2.3. Karakter
Menurut Thomas Lickona dalam Shobroh (2013:16) karakter merupakan
sifat alami seseorang dalam merespon situasi secara bermoral. Sifat alami tersebut
diimplementasikan dalam tindakan nyata melalui tingkah laku yang baik, jujur,
bertanggung jawab, adil, menghormati orang lain, disiplin, dan karakter luhur
lainnya.
Sedangkan menurut Suyanto dalam Shobroh (2013:17) karakter adalah
cara berpikir dan berprilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan
kerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan Negara. Dari
sudut pandang behavioral yang menekankan unsur somatopsikis yang dimiliki
sejak lahir, Sehingga Doni Kusuma dalam Shobroh (2013:17) mengatakan bahwa

istilah karakter dianggap sebagai ciri atau karakteristik atau gaya atau sifat dari

Universitas Sumatera Utara

diri seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari
lingkungan.

2.4. Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter menurut Ratna Megawati dalam Shobroh (2013: 1718) adalah sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil
keputusan

dengan bijak dan mempraktikannya dalam kehidupan sehari-hari,

sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif pada lingkungannya.
Menurut

kemendiknas,

pendidikan


karakter

adalah

pendidikan

yang

mengembangkan nilai-nilai karakter bangsa pada diri peserta didik, sehingga
mereka memiliki nilai dan karakter sebagai karakter dirinya, menerapkan nilainilai tersebut dalam kehidupan dirinya, sebagai anggota masyarakat, dan warga
negara yang religius, nasionalis, produktif, dan kreatif.
Sehingga bisa disimpulkan bahwa pendidikan karakter adalah usaha dan
proses untuk membentuk manusia yang memiliki karakter atau nilai sebagai ciri
atau karakteristik individu masing-masing. Dengan adanya pendidikan karakter
yang diterapkan di Negara ini, maka akan mencetak individu yang bermoral,
berkepribadian, dan bermartabat melalui pendekatan yang biologis – psikologis
dan sosiologis (Shobroh, 2013: 17-18).

2.5. Sosialisasi
Sosialisasi dapat diartikan sebagai sebagai suatu proses, dimana warga

masyarakat dididik untuk mengenal, memahami, menaati, dan menghargai normanorma dan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. Secara khusus sosialisasi

Universitas Sumatera Utara

mencakup suatau proses dimana warga masyarakat mepelajari kebudayaannya,
belajar mengendalikan diri serta mempelajari peranan-peranan dalam masyarakat
(Soekanto, 1984: 140).
Sosialisasi merupakan suatu contoh gejala yang memerlukan analisis
sosiologis maupun psikologis. Sosialisasi mencakup proses yang berkaitan dengan
kegiatan individu-individu untuk mempelajari tertib sosial lingkungannya, dan
menyerasikan pola interaksi yang terwujud dalam konformitas, nonkonformitas,
penghindaran diri, dan konflik. Perumusan itu mencakup tertib sosial maupun
individu. Oleh karena itu para para sosiolog maupun psikolog seyogyanya
menyesuaikan diri untuk meneliti masing-masing aspek sosialisasi (Soekanto,
1985: 140).
Dalam hal ini lembaga pendidikan Muhammadiyah menjalankan proses
sosialisasi sesuai dengan kultur dan budaya yang sesuai dengan nilai-nilai
kemuhammadiyahan. Peneliti sendiri ingin menggali nilai apa, bagai mana dan
langkah-langkah seperi apa yang dilakukan Lembaga Pendidikan Muhammadiyah
dalam melakukan proses sosiallisasi nilai dan budaya kemuhammadiyahan

tersebut kepada para siswanya.

2.6. Pendidikan Muhammmadiyah
Pendidikan Muhammadiyah secara khusus adalah implementasi dari
penerapan sistem pendidikan yang diterapkan oleh organisasi Muhammadiyah
yang secara khusus ditetapkan dalam pasal 33 ayat 2 Qa’idah Pendidikan Dasar
dan Menengah Muhammadiyah, diantaranya Kemuhammadiyahan. Pendidikan
kemuhammadiyahan adalah sebuah sistem sebagai salah satu upaya untuk

Universitas Sumatera Utara

memberikan pengertian dan pemahaman tentang persayrikatan Muhammadiyah,
tujuan dan cita-citanya kepada kader, anggota dan simpatisan Muhammadiyah.
Pendidikan kemuhammadiyahan merupakan mata pelajaran wajib di
Perguruan Muhammadiyah. Maksudnya adalah memberikan pengetahuan kepada
siswa sekolah tentang organisasi Muhammadiyah tentang gerakan Amar Ma’ruf
Nahi Munkar sesuai Al-quran dan Sunnah. Tujuannya adalah membentuk manusia
muslim berakhlaq mulia, cakap, percaya diri, berguna bagi masyarakat dan
bangsa. Juga untuk menumbuhkan semangat menjadi kader dan berjuang di
Muhammadiyah.


Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pengaruh Sistem Uang Kuliah Tunggal Terhadap Partisipasi Berorganisasi Mahasiswa (Studi Kasus Mahasiswa Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara)

1 20 74

Pengaruh Sistem Uang Kuliah Tunggal Terhadap Partisipasi Berorganisasi (Studi Kasus Mahasiswa Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara)

0 17 77

Pengaruh Sistem Uang Kuliah Tunggal Terhadap Partisipasi Berorganisasi Mahasiswa (Studi Kasus Mahasiswa Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara)

0 0 8

Pengaruh Sistem Uang Kuliah Tunggal Terhadap Partisipasi Berorganisasi Mahasiswa (Studi Kasus Mahasiswa Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara)

0 0 2

Pengaruh Sistem Uang Kuliah Tunggal Terhadap Partisipasi Berorganisasi Mahasiswa (Studi Kasus Mahasiswa Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara)

0 0 13

Pengaruh Sistem Uang Kuliah Tunggal Terhadap Partisipasi Berorganisasi Mahasiswa (Studi Kasus Mahasiswa Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara)

0 0 2

Pengaruh Sistem Uang Kuliah Tunggal Terhadap Partisipasi Berorganisasi (Studi Kasus Mahasiswa Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara)

0 0 10

Pengaruh Sistem Uang Kuliah Tunggal Terhadap Partisipasi Berorganisasi (Studi Kasus Mahasiswa Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara)

0 0 2

Pengaruh Sistem Uang Kuliah Tunggal Terhadap Partisipasi Berorganisasi (Studi Kasus Mahasiswa Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara)

0 0 6

Pengaruh Sistem Uang Kuliah Tunggal Terhadap Partisipasi Berorganisasi (Studi Kasus Mahasiswa Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara)

0 0 13