Pengaruh Sistem Uang Kuliah Tunggal Terhadap Partisipasi Berorganisasi Mahasiswa (Studi Kasus Mahasiswa Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara)

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, Stephen K. 2000. Makro Sosiologi: Sebuah Pendekatan Terhadap Realita Sosial. Jakarta. Rajawali Press.

Arikunto, Suharsimi, 1999. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta.

Batubara, Muhyi.2004. Sosiologi Pendidikan. Jakarta. Ciputat Press.

Bungin, Burhan. 2001. Metodologi Penelitian Sosial. Surabaya. Airlangga Universitas Press.

Faisal, Sanafiah. 2007. Format-format Penelitian Sosial. Jakarta. Raja Grafindo Persada.

Khozin. 2005. Menggugat Pendidikan Muhammadiyah. Malang. UMM Press. Meleong, Lexy. 2006. Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Muslich, Mansur. 2011. Pendidikan Karakter. Jakarta. Bumi Aksara.

Nawawi, Hadari. 1995. Instrumen Penelitian Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Ritzer, George, dkk. 2004. Teori Sosiologi Modern. Jakarta. Kencana.

Ritzer, George. 2004. Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada.

Soekanto, Soerjono.1985.Sosiologi: Ruang Lingkup dan Aplikasinya. Bandung. Remadja Karya CV Bandung.

Soekanto, Soerjono. 1984. Teori Sosiologi: Tentang Pribadi Dalam Masyarakat. Jakarta Timur. Ghalia Indonesia.

Suryanegara, Ahmad Mansur. 2009. Api Sejarah. Yogyakarta. Salamadani.

Susilo, Rachmad K. 2008. 20 Tokoh Sosiologi Modern. Yogyakarta. AR-RUZZ Media.

Zamroni. 1992. Pengantar Pengembangan Teori Sosial. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Penelian Terdahulu

Shobroh, Amanatus. 2013. PENGARUH PENDIDIKAN KARAKTER TERHADAP PEMBENTUKAN KEJUJURAN SISWA MTs NEGERI GALUR KULON PROGO YOGYAKARTA. Yogyakarta. UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta


(2)

Sumber Lain:

Dewifitriatulchairiyah.blogspot.com/2013/11/pendekatan-sosiologi-tentang-pendidikan.html. Diakses, Rabu 7 Januari 2015

mustafatope.wordpress.com/2011/01/09/jumlah-sekolah-di-indonesia. Diakses, Rabu 7 Januari 2015

kuliahmurahjakarta.blogspot.com/2014/01/jumlah-perguruan-tinggi swasta-dan.html. Diakses, Kamis 8 januari 2015

www.muhammadiyah.or.id/ content-8-det-amal-usaha.html. Diakses Jumat 9 Januari 2015

www.unicef.org/indonesia/id/UNICEF_Annual_Report_(Ind)130731.pdf. Diakses Jumat 9 Januari 2015.


(3)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan melakukan pendekatan kualitatif yang menggunakan metode wawancara mendalam (indepth interview). Pendekatan kualitatif dapat diartikan sebagai pendekatan yang menghasilkan data, tulisan, dan tingkah laku yang di dapat dari apa yang diamati. Pendekatan kualitatif juga dimaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian secara holistik (utuh) misalnya tentang perilaku, tindakan motivasi dan lain-lain (Moleong, 2006:6).

Menurut (Nawawi, 1995:2), ciri-ciri penelitian kualitatif adalah sebagai berikut:

1. Sumber data dalam kondisi sewajarnya

2. Data yang dikumpulkan bersifat deskriptif berupa uraian-uraian atau kalimat-kalimat yang menginformasikan mengenai keadaan sebagaimana adanya sumber data dalam hubungannya dengan masalah yang diteliti.

3. Dalam penelitian kualitatif baik proses maupun hasil sama pentingnya.

4. Analisis data dilakukan terus menerus sejak awal dan selama proses penelitian berlangsung


(4)

3.2. Lokasi Penelitian

Adapun yang menjadi lokasi lokasi penelitian adalah sekolah SMA Muhammadiyah 2 Medan yang berada di Jl. Abdul Hakim No. 2 Tanjung Sari. Alasan peneliti memilih lokasi tersebut karena SMA Muhammadiyah 2 memenuhi kriteria yang diinginkan peneliti untuk melakukan penelitian seperti karakter khusus yang diterapkan dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah. Sesuai dengan pasal 33 ayat 2 Qa’idah Pendidikan Dasar dan Menengah Muhammadiyah, yaitu pada pendidikan Dasar dan Menengah, Pendidikan Khusus diberikan pendidikan Al-Islam dan Kemuhammadiyahan dan Bahasa Arab yang kurikulumnya ditetapkan oleh Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah Pimpinan Pusat Muhammadiyah.

3.3. Pemilihan Informan

Informan dalam penelitian ini berjumlah 6 (enam) orang diantaranya adalah siswa yang aktif mengikuti kegiatan organisasi di sekolah, staf pengajar yang mengajarkan mata pelajaran Kemuhammadiyahan atau elemen pihak sekolah yang memahami tentang program yang dijalankan sekolah, serta Alumni SMA Muhammadiyah, kemudian disebut menjadi key informan. Wawancara dilaksanakan dengan mendatangi sekolah Muhammadiyah dan menyelesaikan izin penelitian disekolah tersebut. Peneliti mendapat informan lain dari staf administrasi sekolah yang sesuai dengan kriteria informan yang dimaksudkan dalam penelitian ini.


(5)

3.4. Tekhnik pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini dapat di bedakan atas dua bagian yaitu data primer dan data sekunder :

1. Data primer

Teknik pengumpulan data primer adalah teknik pengumpulan data yang diperoleh melalui kegiatan penelitian langsung ke lokasi penelitian untuk mencari data-data yang lengkap dan berkaitan dengan masalah yang diteliti teknik pengumpulan data ini dilakukan dengan cara :

a) Observasi, yaitu pengamatan langsung ke lapangan untuk mendapatkan hasil wawancara. Observasi dalam penelitian peneliti hanya melihat setiap tindakan atau kegiatan dari setiap para infoman ketika melakukan wawancara di lokasi penelitian tanpa ikut terlibat langsung didalam pekerjaan yang mereka laksanakan setiap harinya.

b) Wawancara mendalam, yaitu peneliti melakukan Tanya jawab secara langsung dengan para informan. Agar wawancara terarah maka digunakan instrument guide atau pedoman wawancara yang berupa urutan-urutan daftar pertanyaan sebagai acuan bagi peneliti untuk memperoleh data yang diperlukan.

c) Dokumentasi, dilakukan dengan menggunakan kamera foto dan alat perekam suara untuk mengabadikan hal-hal yang tidak terobservasi serta aktivitas masyarakat atau perilaku para petani ketika beraktivitas.

2. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek penelitian. Pengumpulan data sekunder dalam penelitian ini dilakukan dengan


(6)

cara studi kepustakaan, pencatatan dokumen yaitu dengan cara mengumpulkan data mengambil referensi, dokumen, majalah, jurnal dan bahan dari situs internet yang dianggap relevan dengan masalah yang diteliti.

3.5. Interpretasi Data

Setelah data selesai dikumpulkan dengan lengkap dari lapangan tahap berikutnya yang harus dilakukan adalah interpretasi data. Ini adalah tahap yang penting dan menentukan. Pada tahap inilah data dikerjakan dan dimanfaatkan dengan sedemikian rupa sampai berhasil menyimpulkan kebenaran yang berguna untuk menjawab persoalan yang diajukan dalam penelitian.

Analisa data ini menggunakan analisis domain, pengoalahan dan penafsiran data yang diperoleh dari setiap informasi baik secara pengamatan, wawancara ataupun catatan-catatan lapangan, dipelajari dan ditelaah kemudian tahap selanjutnya data dianilisi disajikan dengan matriks.

3.6. Keterbatasan Penelitian

Adapun kendala-kendala yang dihadapi dalam proses pelaksaan penelitian ini adalah :

1. Faktor internal, merupakan kendala-kendala yang berasal dari dalam peneliti yang meliputi keterbatasan waktu peneliti dan sedikitnya literatur. Dalam hal ini peneliti belum dapat mendeskripsikan penelitian ini secara komprehensif dan mendalam sehingga penyajian data dan analisis masih belum maksimal. 2. Faktor eksternal, merupakan kendala yang berasal dari luar selama proses

penelitian, seperti kurangnya pemaksimalan dalam memawancarai informan dan susahnya utuk mencari waktu yang pas bagi para informan untuk bersedia diwawancarai.


(7)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI DAN INTERPRETASI DATA

4.1 Gambaran Umum Sekolah Muhammadiyah 2 Medan

Sekololah Muhammadiyah mempunyai nama SMA Swasta Muhammadiyah 2 Medan, akreditasi sekolah Muhammadiyah A. Sekolah SMA Swasta Muhammadiyah berdiri tahun 1981 sudah sekitar 34 tahun berdiri, yayasan yang memiliki adalah Majeis Dikdasmen PCM Tanjung Sari.

Sekolah SMA Swasta Muhammadiyah 2 Medan memiliki luas wilayah 14.200 dan luas bangunan 954 , sekolah Muhammadiyah 2 Medan ini beralamat di jl, Abdul Hakim No. 2 Medan. Ruang kelas di sekolah Muhammadiyah yang digunakan untuk proses belajar mengajar ada 15 ruang kelas, selain dari ruang kelas ada juga ruangan perpustakaan, laboraturium IPA, laboraturium kaomputer, laboraturium bahasa, laboraturium multi media, ruang kesenian, ruang kepala sekolah dan ruang guru.

Data siswa pada 3 tahun terakhir adalah tahun ajaran 2013/2014 ada 368 siswa, ini tersebar pada kelas X sebanyak 124 siswa, siswa kelas XI sebanyak 115 siswa, kelas XII sebanyak 134 siswa. Pada tahun 2014/2015 jumlah total siswa ada 427 siswa keseluruhan siswa tersebar pada kelas X ada sebanyak 176 siswa, kelas XI ada sebanyak 128 siswa, pada kelas XII ada sebanyak 123 siswa. Pada tahun ajaran 2015/2016 jumlah total siswa ada 477 siswa dimana masing-masing siswa tersebar pada kelas X ada sebanyak 174 siswa, kelas XI ada sebanyak 176 siswa, kelasa XII ada sebanyak 127 siswa.


(8)

Tenaga pendidik yang ada pada sekolah Muhammadiyah 2 Medan ada sebanyak 34 guru, masing-masing guru tetap yayasan ada 28 guru, guru PNS ada 2 guru, dan pegawai tetap yayasan ada 4 orang. Sekolah muhammadiyah 2 Medan sekarang dipimpin oleh Kepala Sekolah Taupik Pasaribu, S.Ag.

4.2 Gambaran Informan

1. Nama : Budi Wira Wijaya

Umur : 30 Tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Pendidikan terakhir : Sarjana

Lama berkerja : 1 Tahun

Pak Budi adalah salah satu petugas kesiswaan di sekolah Muhammadiyah 2 Medan, Pak Budi lahir tahun 1985 sekarang usiaa pak budi 30 tahun,pak budi sendiri baru 1tahun bekerja di sekolah muhammadiyah dibidang kesiswaan,dimana bidang kesiswaan yang pak Budi tangganin adalah mengakomodir kegiatan siswa diluar sekolah atau pun di dalam sekolah. Pak budi sendiri lulusan sarjana Universitas Muhammadiyah dan sekarang menjadi pengurus organisasiotonom di Muhammadiyah selain itu pak budi juga menjadi warga Muhammadiyah aktif dalam menjalankan perannya sebagai warga Muhammadiyah.

Pak budi juga bagian administrasi di sekolah untuk mengurusi administrasi sekolah untuk bagian kemahasiswaan. Saat sedang wawancara Pak Budi sedang


(9)

membantu membuatkan surat siswa untuk kegiatan 1 muharam yang akan dilakukan seklah, kegiatan tersebut menjadi aktifitas sekolah untuk melakukan perayaan besar,kegiatan tersebut biasanya ada kegiatan pembacan al-quranan dan lebih kepada aktifitas islam.

2. Nama : Junaidi

Umur : 25 Tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Pendidikan terakhir : Sarjana

Lama berkerja : 5 Tahun

Pak Junaidi adalah salah seorang pengajar di sekolah Muhammadiyah, Pak Junaidi lahir tahun 1990 umurnya sekarang 25 tahun, Pak Junaidi tamatan dari Universitas Muhammadiyah dan pak junaidi dari Sekolah dasar sampai Sekolah menengah atas pak junaidi sekolah di Muhammadiyah, selain itu pak junaidi juga ketua Ikatan Pelajar Muhammadiyah se-kota Medan. Pak Juanidi berjenis kelamin laki-laki, Pak Juanidi di sekolah Muhammadiyah 2 Medan ini sudah 5 tahun mengajar dan Pak Junaidi adalah guru muatan lokal Kemuhammadiyahan.

Selain itu Pak Junaidi juga menjadi guru mengaji anak-anak untuk kegiatan ekstrakulikuler mengaji, bukan sekedar mengaji tetapi diajarkan tajwid dan makna dari Al-qutan sendiri. Selain itu pak junaidi juga memegang buku pencacatan pelanggaran anak-anak di sekolah muhammadiyah, sewaktu kami datang ke sekolah pak junaidi sedang memberikan hukuman nasehatdan


(10)

menyuruh anak-anak untuk membuat surat perjanjian dan tidak akan melakukan kesalahan tersebut lagi.

Pelajaran kemuhammadiyahan merupakan muatan lokak yang wajib yang ada di setiap sekolah Muhammadiyah maupun universitas, selain itu pak junaidi punya pengalaman yang banyak diorganisasi Muhammadiyah selain Ikatanmpelajar Muhammadiyah dia juga aktif megikuti sewaktu kuliah di unversitas yaitu organisasi Muhammadiyah.

3. Nama : Ridia Wati

Umur : 40 Tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Pendidikan terakhir : Pasca Sarjana

Lama berkerja : 14 Tahun

Ibu Ridia Wati adalah seorang pengajar sekaligus bagian Kesiswaan di sekolah Muhammadiyah 2 Medan , Ibu Ridia wati lahir tahun 1975 sekarang usianya 40 tahun. Ibu Ridia wati pendidikan terakhir adalah pasca sarjana, dia juga menjadi warga Muhammadiyah.

Ibu Ridia wati sudah mengajar selama 14 tahun dimana sudah banyak pengalaman tentang kesiswaan yanga dihadapi ibu Ridia wati di sekolah muhammadiyah 2 Medan, ibu Ridia wati juga bisa menjadi tempat konselingnya siswa. Selama ini banyak siswa yang berkonsultasi ke ibu Ridia wati. Selain itu Ibu Ridia wati juga menjadi pembimbing bagi organisasi IPM ( Ikatan pelajar


(11)

Muhammadiyah ), dimana setiap kegiatan IPM selalu berkonsultasi kepada Ibu Ridia wati.

4. Nama : Annisa

Umur : 16 Tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Pendidikan terakhir : SMP

Siswa kelas : XI SMA muhammadiyah 2 Medan

Annisa adalah salah satu siswa sekolah muhammadiyah 2 medan, Annisa lahir tahun 1999 usia Annisa sekarang 16 tahun. Annisa merupakan siswa kelas XI SMA muhammadiyah, dimana Annisa inijuga aktif dalam mengikuti organisasi di sekolah Muhammadiyah 2 Medan.

Selain aktif dalam mengikuti organisasi, Annisa juga aktif mengikuti olimpiade yang diadakan dinas pendidikan. Dia menjadi utusan dari sekolah Muhammadiyah 2 Medan, dan sekolah Muhammadiyah 2 Medan selalu mensuport aktifitas yang dilakukan siswa dan siswi yang aktif dalam kegiatan intra sekolah maupun ekstra sekolah.

Organisasi yang diikuti oleh Annisa adalah IPM, dimana IPM ini menjadi tempat Annisa belajar berorganisasi dan memanjemen suatau kegiatan. Annisa dahulu adalah siswa Muhammadiyah jenjang pendidikan mulai dari SD sampai SMA di sekolah Muhammadiyah, sehingga banyak yang dia pahami tentang Muhammadiyah.


(12)

5. Nama : Fitri

Umur : 16 Tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Pendidikan terakhir : SMP

Siswa kelas : XI SMA muhammadiyah 2 Medan

Fitri adalah salah satu siswa sekolah Muhammadiyah, fitri lahir tahun 1999 dan sekarang dia berumur 16 tahun. Fitri adalah siswa berprestasi di sekolah Muhammadiyah, tetapi tidak mengikuti organisasi IPM. Fitri sekarang kelas XI SMA Muhammadiyah 2 Medan, fitri bukan warga Muhammadiyah karena dulu waktu SMP dia tidak di Muhammadiyah.

6. Nama : Anshari

Umur : 24 Tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Pendidikan terakhir : SMA Muhammadiyah 2 Medan

Anshari adalah salah satu alumni SMA Muhammadiyah 2 Medan, Anshari lahir tahun 1991 sekarang usia Anshari 24 tahun. Anshari juga aktif di salah satu organisasi IPM ketika bersekolah di Muhammadiyah 2 Medan, setelah tamat Anshari melanjutkan ke Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.

Namun Anshari setelah bersekolah Muhammadiyah 2 Medan tetap mengikuti organisasi IPM sampai Propinsi, selain itu dia juga aktif mengikuti


(13)

IMM di kampusnya, Anshari merupakan kader Muhammadiyah yang mengikuti tahap perekrutan melalui sekolah Muhammadiyah 2 Medan.

4.3 Interpretasi Data

Pada bab ini penulis akan menyajikan data dan menganalisisnya. Analisis yang digunakan dilakukan guna memperoleh jawaban permasalahn berdasarkan data dan fakta yang terdapat di lapangan.

4.3.1 Penerapan Model Pendidikan SMA Muhammadiyah dalam Pembentukan Karakter Siswa.

Penerapan model pendidikan yang dilakukan sekolah berbeda- beda antara satu sekolah dengan sekolah lain, Model pendidikan ini disesuaikan dengan karakter yang ingin dicapai oleh sekolah. Penerapan model pendidikan SMA Muhammadiyah dalam pembentukan karakter di jelaskan oleh Pak Junaidi tentang bagaimana model pendidikan SMA Muhammadiyah 2 Medan yaitu :

kalau di sini ya, kita menerapkan nilai-nilai agama yang kuat, misalnya selalu melakukan pembinaan terhadap siswa yang belum bisa membaca Al Quran, mengontrol sholat para siswa dan kedisiplinan para siswa di sekolah. Yang paling penting itu kita tetap menjalankan apa yang udah ditetapkan oleh Muhammadiyah”.

(wawancara tanggal : 21 Desember 2015)

Hasil wawancara dengan Pak Junaidi bahwa model pendidikan SMA Muhammadiyah menerapkan nilai-nilai keagaman dan melakukan pembinaan- pembinaan terhadap nilai-nilai kegamaan. Selain penerapan agama yang kuat juga menerapkan apa yang sudah di tetapkan oleh Muhammadiyah itu sendiri,


(14)

pembinaan dilakukan melalui kegiatan-kegiatan keagamaan yang rutin dilakukan seperti sholat dan membaca AL-quran dan ini membuat siswa-siswa terbiasa untuk menerapkannya di lingkungan sosialnya. Selain itu menurut Bu Ridia Wati mengenai penerapan model pendidikan Muhammadiyah yakni :

“ iya kita tetap berpedoman pada apa yang sudah menjadi ketentuan organisasi Muhammadiyah di pusat sana, jadi ketentuannyakan kita harus menerapkan nilai-nilai keislaman. Di Muhammadiyah sendiri kita memiliki 10 jam per hari mata pelajaran keagamaan yang sudah ditetapkan dari pusat mata pelajaran agama ini dibagi dalam pelajaran fiqih, akhlak, dan kemuhammadiyahan. Model ini yang kami tetapkan di sekolah Muhammadiyah dari model ini kami juga menambah kegiatan keagamaan selain dari mata pelajaran yaitu kegiatan tadarus setip pagi, ekskul membaca Al-quran serta kegiatan malam bina iman yang rutin kami jalankan selama ini. Dari model ini kami membentuk karakter yang diinginkan Muhammadiyah yaitu amar ma’ruf nahi mungkar, bahwa kita sebagai warga Muhammadiyah harus melakukan kebaikan-kebaikan yang diperintahkan agama.”

(wawancara tanggal : 21 Desember 2015)

Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Ridia Wati bahwa penerapan model pendidikan sekolah Muhammadiyah dalam pemebentukan karakter adalah penerapan mata pelajaran agama 10 jam perhari, dimana mata pelajaran itu dibagi kepada pelajaran agama islam, fiqih, akhlak dan kemuhammadiyahan. Selain dari mata pelajaran ada juga kegiatan yang berhubungan dengan aktifitas keislaman sperti ekskul membaca al-quran, tadarusan sebelum masuk mata pelajaran. Sehingga terbentuklah karakter amar ma’ruf nahi mungkar yang dijalankan sebagai warga Muhammadiyah. Bahwa hidup harus selalu melakukan kebaikan-kebaikan yang diajarkan oleh agama.


(15)

Beradasarkan wawancara diatas dapat dismpulkan, bahwa model pendidikan yang diajarkan oleh sekolah Muhammadiyah 2 Medan adalah dengan pendidikan keagamaan dibentuklah karakter yang diinginkan oleh Muhammadiyah yaitu amar ma’ruf nahi mungkar dimana kegiatan yang dilakukan dan ditanmakan disekolah dapat menjadi bekal siswa-siswi Muhammadiyah melakukan kebaikan di lingkungan dan dirinya sendiri.

Hal ini dijelaskan dalam Pendidikan karakter menurut Ratna Megawati dalam Shobroh (2013: 17-18) adalah sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif pada lingkungannya. Hal ini yang ditanmkan sekolah Muhammadiyah bahwa dengan mendidik kegamaan yang mendalam sehingga siswa-siswi dapat mengambil keputusan dngan bijak dan melakukan kebikan-kebaikan dilingkungannya.

4.3.2 Pentingnya Pembentukan Karakter Pada Siswa Sekolah Muhammadiyah 2 Medan

Pada sekolah-sekolah hal yang harus ditanamkan pertama kali adalah pembentukan karakter yang akan menjadi perilaku siswa-siswa baik disekolah maupun diluar sekolah. Bahwa pentingnya penanaman karakter menjadi sangat urgen karena ketika karakter yang dihasilkan disekolah akan mempengaruhi aktifitas siswa diluar sekolah, berhasil atau tidak daripembentukan karakter tersebut dapat dilihat bagaimana hasil aktifitas siswa/i. Hal ini juga begitu penting bagi sekolah Muhammadiyah 2 Medan yang menjadi tempat penelitian peneliti.


(16)

Seperti yang dikatakan Budi Wira Wijaya sebagai staf kesiswan di sekolah Muhammadiyah 2 Medan melalui wawancara yang dilakukan peneliti :

“Penting kali, sebenarnya karakter itulah kunci sukses sebuah lembaga karena lembaga yang tidak memiliki karakter pasti hancur. apapun ceritanya kalau tidak punya karakter pasti hancur karena karakter itu paling utama. karakterlah diatas skill dan knowled.” ( Sumber : wawancara tanggal, 12 Oktober 2015).

Dari wawancara diatas menurut pak budi bahwa penanaman karakter itu penting untuk menjadi sukses, bahwa siswa-siswi yang ingin menjadi sukses harus punya karakter, sama halnya dengan lembaga,lembaga apapun harus punya karakter karena kalau mempunyai karakter dapat meningkatkan lembaga itu menjadi sukses kalau tidak pasti lembaga itu juga akan hancur sebentar saja, karena karakter yang paling utama dari pada skill dan knowled. Seperti yang dikatakan Ibu Ridia Wati :

“Sangat penting. Karena pembentukan karakter sejak di usia sekolah dapat membantu siswa kita beradaptasi dengan dunia luar, terutama ketika dia masuk ke perguruan tinggi. Dia udah mendapatkan karakter yang ditanamkan di sekolah, yaitu karakter masyarakat Muhammadiyah.” (Sumber : wawancara tanggal, 12 Oktober 2015).

Dari hasil wawancara dengan ibu Ridia wati sebagai staf pengajar di bagian kesiswaan yang merencanakan tentang program yang akan dilakukan oleh sekolah menurutnya sangat penting untuk pembentukan karakter di sekolah karena mempengaruhi aktifitas siswa diluar sekolah baik sebelum tamat dari sekolah maupun setelah tamat sampai kepada perguruan tinggi,karakter yang ditanmkan adalah karakter masyarakat muhammadiyah dan ketika keluar dari sekolah masuk


(17)

keperguruan tinggi sudah bisa beradaptasi pada masyarakat dan menyampaikan karakter masyarakat muhammadiyah. Sama halnya dengan Pak Junaidi mengenai pentingnya sekolah dalam pembentukan karakter yaitu :

“Yang pasti sangat penting lah. Karena kalau tak ada pembentukan karakter pasti siswa kita tidak memiliki nilai lebih dari sekolah-sekolah lain.” ( Sumber: wawancara tanggal, 12 Oktober 2015).

Menurut pak Junaidi pentinggya dalam pembentukan karakter pada siswa sangatlah penting karena jika sekolah tidak ada pembentukan karakter sekolah tersebut tidak akan dinali sekolah lebih dibandingkan sekolah-sekolah lain sehingga membuat sekolah tidak memliki kelebihan yang baik.

Menurut pendapat peneliti SMA Muhammadiyah 2 Medan sudah

menyadari pentingnya pembentukan karakter terhadap siswa. Oleh sebab itu SMA Muhammadiyah 2 melakukan pembinaan karakter dalam bentuk yang sudah sistematis dengan beberapa program dan disiplin yang diterapkan di sekolah.

Seperti yang disampaikan oleh Ericson (dalam Muslich, 2011:35) bahwa karakter bangsa merupakan aspek penting dari kualitas SDM karena kualitas karakter bangsa menentukan kemajuan suatu bangsa. Karakter yang berkualitas perlu dibentuk dan dibina sejak usia dini. Usia dini merupakan masa kritis bagi pembentukan karakter seseorang. Freud (dalam Muslich, 2011:35) juga berpendapat bahwa kegagalan penanaman kepribadian yang baik di usia dini ini akan membentuk pribadi yang bermasalah di masa dewasanya kelak. Kesuksesan orang tua membimbing anaknya dalam mengatasi konflik kepribadian di usia dini sangat menentukan kesuksesan anak dalam kehidupan sosial di masa dewasanya kelak.


(18)

Maka sudah sangat tepat bahwa menyadari pentingnya pembentukan karakter sejak dini terhadap siswa merupakan hal yang sangat penting. Dan SMA Muhammadiyah 2 Medan telah menerapkan penanaman karakter yang sistematis guna membentuk kepribadian siswa yang matang.

4.3.3 Peran Sekolah Muhammadiyah dalam Pembentukan Karakter

Dalam pembentukan karakter di dunia pendidikan sekolah sangat berperan dalam pembentukan karakter, dimana karakter yang dibangun mencirikan sekolah tersebut, untuk sekolah muhammadiyah ini peran sekolah dalam pembentukan karakter sangat penting sebagai pengantar langsung dalam pembentuksn karakter. Seperti yang dikatakan Ibu Ridia Wati tentang peran sekolah muhammadiyah dalam pembentukan karakter:

“ Pada awalnya kita tanamkan nilai-nilai yang harus mereka biasakan di sekolah pada awal masuk sekolah itu di kegiatan fortasi. Lalu mereka kita tekankan nilai-nilai agama yang kuat seperti, mereka kita haruskan untuk bisa mengaji, terbiasa mendengarkan ceramah singkat sebelum mulainya jam pelajaran, lalu menanamkan nilai-nilai Kemuahmmadiyahan pada diri siswa , dan menanamkan disiplin yang sesuai dengan aturan sekolah. Karena pembentukan karakter menurut saya sangat erat kaitannya dengan nilai-nilai moral yang diajarkan dalam agama islam.” (Sumber : wawancara tanggal, 12 Oktober 2015).

Hasil wawancara dengan ibu ridia wati bahwa peran sekolah muhammadiyah 2 medan dalam pembentukan karakter, beliau mengatakan bahwa sekolah awalnya menanamkan nila-nilai diawal masuknya sekolah ketika menjadi siswa baru di sekolah muhammadiyah yaitu kegiatan fortasi dikegiatan fortasi itu dilakukan poenanaman nilai-nilai agama seperti kegiatan mengaji, ceramah.


(19)

Selain itu bukan hanya pada saat fortasi saja tapi di setiap hari sekolah dilakukan kegiatan rutin seperti mengaji, dan ada kegiatan ceramah yang dilakukan guru setiap masuk ke dalam kelas yang berkaitan dengan pembentukan karakter melalui penanaman keislaman, selain itu juga ada mata pelajaran kemuhammadiyahan dimana siswa tersebut diajarkan nilai-nilai kemuhammadiyahan pada diri siswa sesuai dengan ajaran islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad.

Menurut Ibu Ridia Wati juga bahwa pemebntukan karakter juga harus erat kaitannya dengan moral, dan nilai-nilai moral yang diajarkan adalah nilai-nilai moral islam, dimana nilai moral tersebut sesuai dengan al-quran dan hadis. Seperti yang dikatakan Annisa salah satu siswa sekolah Muhammadiyah 2 Medan :

”sekolah ada kegiatan fortasi pertama kali masuk ke sekolah muhammadiyah, terus ada kegiatan mengaji setiap hari di sekolah dan kegiatan mengajinya itu setiap pulang sekolah kami disuruh mengaji, belajarnya sama guru yang mengajar mata pelajaran kemuhammadiyahan, terus kami juga ditanya sholat 5 waktunya, sholat 5 waktu atau enggak, dan itu terus-terusan ditanya sama guru” (Sumber: wawancara tanggal, 12 Oktober 2015).

Dari wawancara dengan Annisa salah satu siswa sekolah muhammadiyah, sejalan dengan yang dikatakan oleh ibu guru ridia wati bahwa kegiatan yang difasilitasi sekolah dalam pembentukan karakter yaitu dengan kegiatan fortasi diawal masuk sekolah untuk memberikan pemahaman kepada siswa tentang nila-nilai kemuhammadiyahan yang menjadi ciri karakter dari sekolah muhammadiyah 2 medan. Menurut wawancara dari kegiatannya biasa dilakukan selain dari fortasi yaitu kegiatan mengaji yang diajarkan oleh guru muhammadiyah dan dengan wali


(20)

kelas yang lain ditanyakan sholat 5 waktu setiap hari sehingga menjadi kebiasaan mereka. Hal ini juga yang dikatakan oleh Fitri salah satu siswa tetapi tidak aktif di organisasi intra sekolah, peran sekolah Muhammadiyah

“ kalau disekolah pertama kali masuk ada kayak MOS tapi bukan Mos namanya kalau di Muhammadiyah namanya fortasi disitu kita dikenalkan dengan sekolah Muhammadiyah. Selain itu yang saya juga rutin kegiatan malam bina iman itu nanti kami ganti-gantian disitu menginap dan diajarkan sholat malam, puasa dan yang lainnya” (Sumber: wawancara tanggal, 12 Oktober 2015 ).

Menurut Fitri salah satu siswa Muhammadiyah yang tidak aktif dalam mengikuti organisasi ada kegiatan yang memang siswa selalu ikut didalamnya yaitu fortasi untuk mengorientasi pembentukan karakter dan malam bina iman dimana dimasukan muatan-muatan agama didalamnya.

Menurut analisis peneliti peran yang dilakukan oleh sekolah sudah sistematis dengan menanamkan kemauan untuk berprestasi di sekolah baik dalam bidang mata pelajaran maupun dalam kegiatan ekstra kurikuler. Dengan tetap menanamkan nilai-nilai Islam, seperti melakukan kegiatan pencarian bakat terhadap siswa dan mendatangkan motifator-motifator Islam yang akan merangsang semangat siswa dalam menjalankan kegiatan yang bermanfaat di sekolah.

4.3.4 Sistem Sosialisasi yang Dilakukan Sekolah dalam Pembentukan Karakter

Sekolah sangat berperan dalam pembentukan karakter dan untuk dapat dengan mudah siswa memahami karakter yang diinginkan banyak cara sosialisasi


(21)

yang dilakukan sekolah agar siswanya dapat menanamkan karakter yang diinginkan sekolah. Sistem sosialisasi yang dilakukan sekolah muhammadiyah 2 seperti yang dikatakan oleh Pak Budi Wira wijaya :

“Nah gini kita pendidikan agama ada 3, pendidikan aqidah, fiqih dan akhlak, dan al-quran jadi kita lebih banyak ke islamnya. Di sini semua siswa kita coba untuk ngaji dan ternyata banyak anak SMA masih iqra 1, lalu kita suruh setelah pulang sekolah tidak boleh pulang, kita sediakan disini guru ngaji gratis sampai dia tamat al-quran. Karena, kita disini sistemnya kalau bisa baca al-quran baru bisa lulus. kalau belum bisa baca al-quran belum bisa lulus. Jadi rata-rata mereka bawa iqra sendiri, ada yang mereka udah iqra 3 malahmasih ada yang iqra 1. jadi kita buat ngaji, itu tambahan cuman itu, yang masih iqra aja sih.” (Sumber: wawancara tanggal, 12 Oktober 2015).

Sistem sosialisasi karakter sekolah muhammadiyah menurut hasil wawancara dengan pak Budi Wira Wijaya, sistem sosialisasi karakter di sekolah muhammadiyah melalui pendidikan agama, adapun pendidikan agama yang menjadi dasar dalam pembentukan karakter siswa muhammadiyah adalah pendidikan aqidah dimana pendidikan aqidah diajarkan tentang islam sesuai dengan al-quran dan hadis serta kebiasaan yang dilakukan nabi.

Pendidikan fiqih dan akhlak yang paling utama, bagaimana harusnya siswa/i bersikap terhadap lingkungan didalam dan luar sekolah, untuk pelajaran agama kita selain di mata pelajaran juga ada ekstrakulikulernya, anak-anaknya


(22)

diajarkan mengaji bagi yang belum bisa mengaji dan diajarkan tajwid bagi yang sudah bisa mengaji sampai bisa.

“biasanya kita ada juga mengaji setelah jam sekolah umum selesai, itu kegiatan ekstrakulikuler disekolah,setelah itu ada nanti setiap hari besar islam kita ada buat lomba mengaji dan tilawah al-quran. Selain ekstrakulikuler setiap masuk ada pembacaan ayat pendek” (Sumber: wawancara tanggal, 12 Oktober 2015).

Hasil wawancara dengan Fitri salah satu siswa tentang sistem sosialisasi pembentukan karakter sesuai dengan yang dikatakan pak Budi Wira Wijaya bahwa penekanan karakter yang dibentuk sekolah muhammadiyah lebih kepada agama, setiap hari ada pelajaran agama dan yang berpotensi untuk mengaji lebih baik diikutsertakan dalam lomba-lomba yang ada, sehingga potensi anak tersebut berkembang dengan baik.

Sistem sosialisasi dalam pembentukan karakter yang dilakukan SMA Muhammadiyah 2 Medan secara keseluruhan mengarah pada nilai-nilai keislaman. Hal ini sesuai dengan apa yang menjadi pedoman Perserikatan Muhammadiyah yang mengedepankan Al Qur’an dan Sunnah sebagai pedoman hidup dan organisasi mereka. Walaupun SMA Muhammadiyah berbentuk sekolah umum tapi tetap menekankan nilai-nilai Islam sebagai karakter yang harus terbentuk dalam diri siswa mereka. Hal ini terlihat sangat jelas dari aktifitas belajar mengajar dan di luar kegiatan belajar mengajar sekolah. Seperti halnya yang disampaikan oleh salah satu informan bahwa setiap mata pelajaran pertama selalu didahlui oleh wali kelasyang mengontrol nilai keagamaan para siswa dengan menanyakan sholat mereka dan mambaca Al Qur’an sebelum pelajaran dimulai.


(23)

Para siswa juga diwajibkan untuk dapat membaca Al Qur’an sebagai syarat kelulusan. Hal ini mempertegas bahwa nilai-nilai keislaman seperti akidah, fikih, dan akhlaq memang sangat menjadi perioritas bagi penanaman karakter siswa SMA Muhammadiyah 2 Medan.

Menurut Blumer (dalam Ritzer, 2004:52) istilah interaksionisme simbolik menunjuk kepada sifat khas dari interaksi antar manusia. Kekhasannya adalah bahwa manusia saling menerjemahkan dan saling mendefenisikan tindakannya. Bukan hanya sekedar reaksi belaka daritindakan seseorang terhadap orang lain. Tanggapan seseorang tidak dibuat secara langsung terhadap tindakan orang lain, tetapi didasarkan atas makna yang diberikan terhadap tindakan orang lain itu.

Berdasarkan teori diatas dengan sistem sosialisasi dalam pembentukan karakter di sekolah Muhammadiyah 2 Medan adalah bahwa interaksi interaksi yang dilakukan sekolah lebih kepada nilai-nilai kebaikan pada agama bahwa simbol-simbol agama dijadikan nilai terbaik yang harus dimiliki karakter siswa disekolah Muhammadiyah, hal itu yang menyebabkan kegiatan keagaman di sekolah Muhammadiyah 2 medan menjadi titik tekan dalam pembentukan karakter.

4.3.5 Program Yang dilaksanakan Sekolah dalam Pembentukan Karakter Siswa

Hal yang paling penting dalam pembentukan karakter adalah program yang dibuat sekolah untuk pembentukan karakter siswanya, agar pembentukan karakter lebih strategis dan tepat sasaran sehingga mempermudah sekolah dalam pembentukan karakter. Program yang dilakukan sekolah muhammadiyah 2 dalam


(24)

pembentukan karakter biasanya sudah ada program yang dibuat setiap ajaran baru. Seperti yang dikatakan ibu Ridia wati:

“Pelajaran agama kita 10 jam/ hari, sedangkan sekolah umum yang lain hanya 2 jam, kalau sekolah lain tidak menggunakan k13, kalau k 13 berarti tiga les pelajaran kalau kita memakai k13 sebelum k13 dia kita sudah memang dari pusat tambahan 10 jam pelajaran itu sudah termasuk al-qurannya, fiqihnya, akidahnya, bahasa arabnya, di tambah dengan kemuhammadiyahan tadi. maka beda dengan sekolah-sekolah yang lain.kita sekolah seperti madrasha tapi madrasha yang umum tapi ditambah mata pelajaran agama 10 jam tadi itu bedanya.” (Sumber: wawancara tanggal, 12 Oktober 2015).

Berdasarkan hasil dari wawancara dengan ibu Ridia wati bahwa program yang dilakukan dalam pembentukan karakter lebih banyak pada mata pelajaran agama dimana mata pelajaran agama yang diajarkan SMA Muhammadiyah 10 jam perhari berebda dengan sekolah umum agamnya hanya 2 jam. Pelajaran agama itu sendrir sudah dari pusat Muhammadiyah bahwa sekolah- sekolah Muhammadiyah 10 jam untuk pelajaran agamanya.

Selain itu sekolah Muhammadiyah menurut ibu Ridia wati juga menggunakan kurikulum K13, kalau k13 itu menggunakan 3 jam pelajaran agama, selain dari itu di sekolah muhammadiyah ini juga punya program mata pelajaran kemuhammadiyahan dimana juga disitu ditanam karakter sebagai warga muhammadiyah. Sama halnya dengan Fitri yang dikatakan salah satu siswa sekolah Muhammadiyah 2 medan :

“sekolah muhammadiyah ini jam agama disini lebih banyak dari pada sekolah umum, disini setiap hari pasti ada pelajaran bahasa arab, pelajaran agama, kemuhammadiyahan, akhlak juga ada untuk mengatur akhlak-akhlak kita yang


(25)

salah, ada tadarus juga, dan itu kami lakukan rutin disekolah. Kalau sekolah

umumkan mereka cuman mata pelajaran agama baru nanti ada agamanya.”

(Sumber: wawancara tanggal, 12 Oktober 2015).

Berdasarkan hasil wawancara dengan Fitri siswa sekolah muhammadiyah, bahwa jam sekolah agama disini lebih banyak dibandingkan sekolah umum. Dimana mata pelajaran itu bukan hanya satu khusu agama tapi bermacam-macam seperti akhlak dan kemuhammadiyahan yang memang sudah ada sebagai mata pelajaran tetap sekolah muhammadiyah.

Selain itu juga salah satu alumni sekolah muhammadiyah yaitu Anshari mengatakan :

“ kalau sekolah muhammadiyah itu bagusnya di mata pelajaran agama, mata pelajaran agama kita itu banyak. Jadi siswa itu ditekankan bahwa jadi manusia yang baik itu tidak berbuat kesalahan dan mengerjakan yang baik-baik. Makanya agama disitu banyak setiap mau masuk di kenalkan dengan nilai-nilai agama” (Sumber: wawancara tanggal, 27 Oktober 2015).

Menurut Anshari sebagai salah satu alumni sekolah muhammadiyah mengatakan bahwa sekolah muhmmadiyah lebih menitikberatkan apada mata pelajaran agama, nilai-nilai kebikan yang diajarkan juga berlandaskan pada nilai-nilai-nilai-nilai kebaikan pada agama, mulai dari awal sekolah sudah diajarkan kebaikan menurut nilai-nilai agama.

Menurut pandangan peneliti program yang dilaksanakan oleh sekolah dalam melakukan pembentukan karakter terhadap siswanya sangat berfariasi. Mulai dari program yang mengarahkan siswa pada pengembangan bakat dan potensi hingga penenaman nilai-nilai agama yang kuat. Hal yang paling mencolok di sini adalah seperti yang di kemukakan oleh salah satu informan, bahwa SMA Muhammadiyah 2 Medan masih menggunakan kurikulum K13 yang menekankan pada mata pelajaran agama yang lebih panjang. Hal ini terlihat jelas bahwa SMA


(26)

Muhammadiyah 2 sangat mengedepankan nilai-nila agama dalam penanaman karakter terhadap siswanya.

4.3.6 Karakter Yang Ingin Dibentuk Sekolah Muhammadiyah

Setiap sekolah pasti punya karakter yang diinginkan pada siswanya pada saat sekolah dan setelah tamat dari sekolah tersebut. Karakter yang diinginkan tersebut haruslah jelas agar mempermudah kegiatan apa yang ingin dilakukan dalam pembentukan karakter tersebut. Sekolah muhammadiyah sudah melakukan kegiatan itu seperti yang dikatakan Pak Budi Wira Wijaya pada wawancara :

“ Kita bertujuan ke visi dan misi kita tadi. Visi kita itu “menjadi lembaga pendidikan yang berkualitas untuk mewujudkan generasi unggul mandiri dan berakhlak karimah”. Kalau Misi kita ini ada lima poin, yaitu:

1. mendekatkan siswa/i pada al-quran dan sunnah

2. memepersiapkan siswa/i yang memiliki keseimbangan ilmu, iman dan amal.

3.melaksanakan kegiatan belajar mengajar (KBM) yang dapat mengembangkan bakat pribadi untuk mewujudkan produktifitas, kreatifitas dan kemandirian.

4. mempersiapkan siswa/i yang siap untuk menjadi pelopor, pelangsung dan penyempurna dalam masyarakat.

5. mempersiapkan siswa/i yang memiliki ilmu pengetahuan dan mampu beadaptasi dengan perkembangan teknologi.

Artinya apa? setelah mereka tamat disini mereka bisa membaca al-qurannya bagus mempunyai ilmu punya iman, seandainya mereka jadi pempin sudah lengkaplah, menjadi pemimpin yang berakhalkul karimah. Iya itu setelah tamat dari sini ilmu pengetahunnya ada , teknologinya


(27)

mampu, minimal akhlaknya betul-betul ada, yang memang betul-betul tamatan dari sini akhlaknya bagus, menjalankan semua perintah al-quran dan hadis dijalankan, kan kita ada program sebelum masuk mata pelajaran ada tadarus sama-sama dulu, dibacain artinya jadikan mereka tahu pemahaman al-quran tadi” (Sumber: wawancara tanggal, 12 Oktober 201512 Oktober 2015).

Karakter yang ingi dibentuk sekolah muhammadiyah sudah tertuang pada visi dan misi sekolah muhammadiyah yang menginginkan siswa-siswanya mempunyai akhlak yang baik di lingkungan masyarakatnya dan mempunyai keterampilan yang bisa membuat mereka lebih produktif di dalama masyarakat sosial mereka. Selain itu ibu ridia wati juga mengatakan bahwa tetap akhlak yang mereka punya sesuai denga al-quran dan hadis.

Ketika keluar dari sekolah muhammadiyah bisa menjadi pemimpin masyarakat, pemimpin yang mempunyai ilmu, iman dan berakhlakul karimah sehingga sudah lengkaplah dia menjadi pemimpin. Setidaknya kita mengharapkan setelah tamat disni akhlak mereka manjadi baik dan menjalankan semua perintah agama,karena sebelum masuk mata pelajaran kita ada tadarus bersama dan dibaca maknanya serta dipahami sehingga mereka paham tentang al-quran tadi. Seperti yang dikatakan Anshari salah satu alumni sekolah muhammadiyah 2 medan:

“ Bahwa mereka diharapkan menjadi pemimpin dimasyarakat karenakan kami diajarkan banyak di sekolah, misalnya kegiatan-kegiatan di IPM, disitu diajrkan jadi pemimpin,iya setidaknya kalau tidak memimpin masyarakat iya kami mempin keluarga dan menjalankannya sesuai dengan al-quran dan hadist” (Sumber: wawancara tanggal, 27 Oktober 2015).


(28)

Berdasarkan wawancara dengan salah satu alumni sekolah Muhammadiyah 2 Medan, bahwa karakter yang ingin dibentuk adalah menjadi pemimpin yang baik sesuai dengan al-quran dan hadis serta hal paling kecil yaitu menjadi pemimpin di keluarga, selain itu mereka juga sudah diajrkan menjadi pemimpin dari sekolah dengan mengikuti IPM. Selain itu menurut Pak Junaidi sebagai salah atu guru kemuhammadiyahan tentang karakter yang ingin dibentuk sekolah Muhammadiyah yaitu :

“Sebenarnya karakter yang ingin dibentuk adalah kesopanan dan kepedulian, serta rasa memilikinya tinggi maka dia akan menjalankan kebaikan-kbaikan yang menurut agama sehingga siswa-siswi ini menjadi kader yang terbaik dikalangan masyarakat.” ( Sumber: wawancara tanggal, 12 Oktober 2015).

Berdasarkan hasil wawancara bahwa karakter yang diinginkan adalah siswa-siswi ini dapat berubat baik dikalangan masyarakat, memiliki kesopan santuan didalama masyrakat dan kepedulian yang tinggi terhadap masalah sosial yang terkdi pada masayarakat sehingga siswa-siswi muhammadiyah menjadi bermanfaat bagi masyarakat.

4.3.7 Pengontrolan Perilaku Siswa Diluar Sekolah

Dalam pembentukan karakter untuk mengiringi karakter itu tertanam dalam perilaku siswa harus ada pengontrolan untuk menjamin bahwa karakter yang ditanamkan sekolah pada perilaku siswa tetap terjaga. Pengontrolan siswa sekolah muhammadiyah menurut wawancra dengan pak Budi wira wijaya :

“Kalau diluar sekolah kita ada kontrol tapi enggak full, Kemenangan kita disini kita muhammadiyah jadi kalau siswa muhammadiyah jumpa dengan warga muhammadiyah tapi dia bukan orang sini pasti ditegurnya. Kalau misalnya ada pimpinan atau dia warga muhammadiyah, nanti nampak


(29)

simbol baju sekolah muhammadiyah nanti ditegurnya walupun itu bukan siswa dia.” (Sumber: wawancara tanggal, 12 Oktober 2015).

Berdasarkan wawancara dengan salah satu sataf pengajar di sekolah muhammadiyah Pak Budi Wira Wijaya untuk pengontrolan perilaku siswa diluar sekolah melalui warga muhammadiyah sendiri, seperti jika ada siswa sekolah muhammadiyah atau anak sekolah yang memakai lambang sekolah muhammadiyah maka jika dia membuat kesalahan bisa ditegur sendiri oleh muhammadiyah. Kalau sekolah sendiri tidak full untuk mengawasi siswa-siswi di luar sekolah karena kami terbatas untuk kegiatan diluar sekolah. Seperti yang dikatakan Fitri salah satu siswa sekolah muhammadiyah 2 medan :

“kalau diluar sekolah kami enggak ada diawasi, cuman kalau ada warga muhammadiyah terus kami ada buat salah warga muhammadiyah langsung tegur kami.” (Sumber: wawancara tanggal, 12 Oktober 2015).

Berdasarkan wawancara dengan salah satu siswa muhammadiyah 2 medan untuk pengontrolan perilaku siswa diluar sekolah diawasi dengan warga muhammadiyah yang ada wilayah tersebut karena muhammadiyah ini organisasi besar dan saling mempunyai kekuatan organisasi. Selain itu menurut Ibu Ridia Wati tentang pengontrolan siswa diluar dari sekolah adalah :

“Sebenarnya kalau sudah di luar sekolah sudah kita kembalikan tanggung jawab pada orang tua. Dan itu tidak lagi menjadi tanggung jawab sekolah.tapi, di situlah kelebihan kita yang memiliki organisasi Muhammadiyah ini. Kalau ada warga muhammadiyah yang melihat siswa dari SMA Muhammadiyah, mau itu Muhammadiyah yang manapun, kalau


(30)

mereka mengenali siswa tersebut, apa lagi kalau dia lihat atribut SMA Muhammadiyah, kalau mereka melihat siswa itu berkelakuan tidak baik, mereka akan menegurnya, gitu.” (Sumber: wawancara tanggal, 12 Oktober 2015).

Proses interpretasi yang menjadi penengah antara stimulus dan respon menempati posisi kunci dalam Teori Interaksionisme Simbolik. Benar penganut teori ini mempunyai perhatian juga terhadap stimulus dan respon. Tetapi perhatian mereka lebih ditekankan pada proses interpretasi yang diberikan individu terhadap stimulus yang datang itu (Ritzer, 2004:52).

Bahwa dari teori diatas yang menjadi kunci adalah proses interpretasi dimana proses itu telah dibuat dan dilakukan pengontrolan terhadap proses, pengontrolan merupakan proses interpretasi dari pembentukan karakter artinya mengawal apakah pembentukan karakter yang dibuat dilakukan dengan baik oleh siswa, selain itu juga bisa menjadi bahan evaluasi terhadap proses interpretasi karakter disekolah.

4.3.8 Nilai-nilai Kemuhammadiyahan Dalam Pembentukan Karakter

Di sekolah muhammadiyah mempunyai suatu muatan lokal yang wajib ada yaitu mata pelajaran kemuhammadiyahan dimana mata pelajaran ini mengajarkan nilai-nilai kemuhammadiyahan yang setiap warga muhammadiyah harus memilikinya. Nilai-nilai kemuhammadiyahan dalam pembentukan karakter disekolah muhammadiyah sangat berperan penting untuk penanaman nilai-nilai muhammadiyah. Mata pelajaran kemuhammadiyahan ini ada di sekolah dasar sampai universitas di muhammadiyah, berdasarkan wawancara dengan Ibu Ridia Wati :


(31)

“Kita kan SMA muhammadiyah enggak semuanya dulu tamatan SMP Muhammadiyah, kitakan dari bermacam sikap murid yang masuk ke sini itulah yang mau kita satukan disni dengan program-program yang sudah ada terutama pada mata pelajaran kemuhammadiyahan, dengan pembentukan karakter dari mulai hatinya dulu kita sentuh dulu, itulah program tadi tadarusan pagi-pagi sebelum masuk pelajaran pertama lalu dibidang studi mungkin pelajaran PPKN dimasukin juga untuk pembinaan karakter siswa, akhlak terhadap orang tua,lingkungan dengan sesama atasan atau yang lain, dalam pembelajaran itulah kita tanamkan,karena mulai dari pembelajaran itu kitra masukin sikap satu persatu. Kita nilai siswa terebut setia mata pelajaran, karena kitakan keurikulum k13, untuk kurikulum k13 dimedan ini hanya beberapa sekolah termasuk muhammadiyah 2 ini yang ditunjuk dan terus, kemarinkan pemerintah menyarankan ke KTSP tapi Muhammadiyah 2 tetap menggunakan kurikukulum K13 untuk karakter siswanya, sikapnya. Ya walaupun dia ilmunya lebih pintar, keterampilannya banyak tapi akhlaknya tidak bagus kan tidak bisa mewujudkan kesuksesan orang tersebut. Artinya kesuksesan orang itu dilihat dari ilmunya, paling berapa persen kalau dilihat dari ilmunya dari keterampilannya, tapiitu dilihat dari akhlaknya. Mungkin kalau negara maju itu sudah 80% untuk karakter siswanya ditanamkan, nilai-nilai kebangsaan itu ditanamkan, sehingga cinta dia terhadap bangsanya, tanah airnya, agamanya sudah mendalam sehingga yang dibuat mereka tidak menyeleweng dari ajaran yang diajarkan dari agama tadi nah ini kita masukan di mata pelajaran kemuhammadiyahan.” (Sumber: wawancara tanggal, 12 Oktober 2015)

Berdasarkan wawancara dengan salah satu staf guru Ibu Ridia Wati bahwa nilai-nilai kemuhammadiyahan dalam pembentukan karakter di sekolah Muhammadiyah 2 Medan bahwa sekolah muhammadiyah mempunyai mata pelajaran muhammadiyah dari sekolah dasar sampai tingkat universitas, dan pembentukan karakter yang dibuat juga melalui mata pelajaran


(32)

kemuhammadiyahan dimana diajarkan nila-nilai agama yang sesuai dengan akidah serta akhlanya.

Selain dari mata pelajaran itu, ada juga mata pelajaran PPKN dalam pembentukan karakter, dan itu sudah dimasukan dalam kurikulum K13 dimana kurikulum ini lebih banyak membahas tentang sikap siswa/i. Dimana pembahasanyya lebih pada pembentukan karakter, dan penyamaan karakter dalam mata pelajaran muhammadiyah karena banyak siswa/i bukan dari sekolah muhammadiyah dulunya. Selain itu juga disebutkan oleh salah satu siswa sekolah muhammadiyah:

“ kami dipelajaran kemuhammadiyahan dibahas tentang agamalah bg, misalnya bagaimana cara sholat yang benar, sejarahnya muhammadiyah, terus sebagaia warga muhammadiyah itu bagaimana bersikap,akhlaknya susai dengan al-quran dan dicontohkan nabi muhammad, bang.” (Sumber: wawancara tanggal, 12 Oktober 2015 ).

Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu siswa sekolah muhammadiyah, bahwa mata pelajaran muhammadiyah menitik beratkan pada kegiatan keagamaan, dan pembentukan karakter siswa melalui pesan-pesan yang disampaikan atau sesuai dengan agama islam, sehingga mata pelajaran kemuhammadiyahan berperan dalam pembentukan karakter yang ingin dibentuk oleh sekolah muhammadiyah.

4.3.9 Cara Sekolah Memperkenalkan Nilai-Nilai Kemuhammadiyahan

Disekolah muhammadiyah wajib mengikuti pelajaran muatan lokal yaitu kemuhammadiyahan, namun bukan hanya dalam mata pelajaran muatan lokal tersebut nilai-nilai kemuhammadiyahan di terapkan tetapi sekolah mempunyai


(33)

banyak cara yang dilakukan sekolah untuk memperkenalkan nilai-nilai kemuhammadiyahan. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu guru, Pak Junaidi tentang cara sekolah memperkenalkan nilai-nilai kemuhammadiyahan :

“Cara sekolah memperkenalkannya iya dimata pelajaran muhammadiyahnya sendiri, di situ kita mengajarkan amar ma’ruf nahi mungkar. Sebenarnya sama cuman agak berbeda aja, kalau SMA agak berkembang aja, kalau SMA dia lebih kepada struktur organisasinya, kalau struktur organisasinya kan ada pimpinan, lembaga ada majelis ada ortom (organisasi otonom). SD SMP tidak dikenalkan SMA dikenalkan ada organisasi ortom. Ada organisasi majelis dan ortom beda dia dengan pimpinan karena cuman 13 orang ortonomnya banyak, ortonomnya ada 7, kalau nilai yang paling diperkuat itu iya nial-nilai keislaman yang sesuai dengan yang diajarkan nabi muhammad, terutamauntuk beramar ma’ruf nahi mungkar.” (Sumber: wawancara tanggal, 12 Oktober 2015).

Berdasarkan hasil wawancara dengan pak Junaidi bagaimana cara sekolah memperkenalkan nilai-nilai kemuhammadiyahan itu memalului mata pelajaran kemuhammadiyahn sendiri diajarkan amar ma’ruf nahi mumgkar, walaupun setiap tingkatan sekolah di sekolah muhammadiyah diajarkan mata pelajaran kemuhammadiyahan tetapi kalau di SMA lebih kepada memahami organisasi muhammadiyah sendiri secara struktur dan organisasi.

Hal-hal yang paling ditekankan adalah beramar ma’ruf nahi mungkar, niali yang dijaga sekolah muhammadiyah lebih kepada perilaku islam yang diajarkan oleh muhammad sehingga berperilaku juga harus mirip dengan nabi muhammad. Sesuai dengan yang dikatakan salah satu siswa Muhammadiyah tentang nilai-nilai yang diajarkan pada mata pelajaran kemuhammadiyahan :


(34)

“kalau di mata pelajaran kemuhammadiyahan kami belajar sejarah muhammadiyah, belajar perilaku nabi muhammad dan kita harus mencontoh nabi muhammad mulai dari perilaku dia mulai dari tidur sampai bangun dan perilaku pada masyarakat. Belajar organisasi muhammadiyah juag kayak struktur untuk pengurus besar, pengurus cabang. Intinya harus berbuat baik abang.” (Sumber: wawancara tanggal, 12 Oktober 2015).

Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu siswa sekolah muhammadiyah 2 medan bahwa nilai-nilai yang dijarkan lebih kepada perilaku yang sesuai dengan diajarkan Nabi Muhammad, segala yang diajarkan nabi muhammad untuk berbuat baik pada diri sendiri ataupun masyarakat.

4.3.10. Poin-Poin yang Diajarkan dalam Kemuhammadiyahan

Dalam mata pelajaran kemuhammadiyahan ada poin-poin penting yang diajarkan sekolah muhammadiyah untuk pembentukan karakter siswa, poin-poin tersebut menjadi bentuk karakter yang akan dibangun sekolah muhammadiyah 2 medan. Berikut hasil wawancara dengan pak junaidi :

“Baik, jadi pada garis besarnya sebenarnya muatan lokal kemuhammadiyahan itu sudah ditetapkan kurikulumnya. Jadi yang kita ajarkan pada siswa mengenai kemuhammadiyahan itu seperti misalnya tentang keorganisasian, bagai mana masyarakat muhammadiyah saling berhubungan dalam masyarakat, Iya tentu dari sholat anak-anak mulai dari cara wudunya yang salah kita benarkan, biasanya lebih kesholatnya. Terus kita ajarkan tentang struktur organisasi, tentang kepribadian muhammadiyah, gitu.” (Sumber: wawancara tanggal, 12 Oktober 2015)


(35)

Berdasarkan hasil wawancara dengan pak junaidi salah satu guru mata pelajaran muhammadiyah bahwa poin-poin penting yang diajarkan dalam kemuhammadiyahan, bagaimana masyarakat muhammadiyah berhubungan dengan masyarakat yang baik dan memperhatikan cara sholat dan wudunya, selain itu juga diperkenalkan dengan organisasi muhammadiyah bagaimana struktur dan kepribadian masyarakat muhammadiyah. Selain itu ada juga hasil wawancara dengan Ibu Ridia Wati salah satu bagian program di sekolah :

“Poin-poin yang diajarkan anak-anak itu gini kita tes anak-anak itu bisa membaca al-quran bacaannya atau tajwid. Itu poin-poin yang kita buat, kalau mereka sudah memahami itu semuanya bisa berarti mereka akan tuntas baca al-qurannya dibarengi dengan nantinya kita ada program namanya malam ibadah ini untuk memotivasi anak- anak dalam menjalankan perilaku yang baik antar sesama masyrakat, semua bergilir itu ada SD,SMP dan SMA itu ada program kita dari majelis .” (Sumber: wawancara tanggal, 12 Oktober 2015).

Berdasarkan hasil wawancara denga ibu Ridia wati bahwa poin-poin yang diajarkan pada mata pelajaran kemuhammadiyahan yaitu tentang bagaimana membaca quran dengan baik serta dengan tajdidnya dimana ketika membaca al-quran diharapkan mereka mampu menerapkannya, selain itu juga ada kegiatan malam ibadah untuk semua tingkatan dimana malam ibadah bagian dari kegiatan untuk memotivasi berprilaku baik kepada sesama.

4.3.11 Siswa Muhammadiyah Menjadi Kader Muhammadiyah

Setiap organisasi pasti mempunyai cara masing-masing untuk perekrutan kader, hal yang sama dengan organisasi muhammadiyah banyak cara yang


(36)

dilakukan dalam perekrutan baik dengan cara amal usaha, atau pun pembuatan wadah perekruan seperti sekolah. Berikut hasil wawancara denga salah satu staf guru Pak Budi Wira Wijaya :

“Muhammadiyah berdiri awalnya adalah sebagai organisasi pendidikan dan kesehatan , nah kalau untuk disekolah umum ada namanya janji siswa kalau dikita ada namanya janji pelajar muhammadiyah , janji pelajar muhammadiyah itu ada 6 poin, dan poin terakhir siap menjadi kader muhammadiyah dan bangsa. ya artinya kita udah menanamkan bagimana siswa-siswa itu menjadi kader-kader muhammadiyah. Disekolah itu tidak ada osis kita adanya IPM (Ikatan Pelajar Muhammadiyah) dari situlah kita buat pembentukan karakter. kalau disekolah-sekolah umum, osis kalau kita tidak ada osis. Kita juga ada Hizbul wathan disitulah kita mencari kader-kader dari muhammadiyah ini. Kita enggak ada pramuka, sama-sama kepanduan.”

( Sumber: wawancara tanggal, 12 Oktober 2015)

Menurut Pak Budi Wira Wijaya tentang siswa Muhammadiyah menjadi kader adalah bahwa siswa Muhammadiyah ini akan menjadi kader Muhammadiyah dimana ada kegiatan untuk perekrutan. Salah satunya dari sekolah dan kegiatan sekolah seperti IPM ( Ikatan Pelajar Muhammadiyah) dan kegiatan hizbul wathan (kepanduan) dimana anak-anak direkrut menjadi kader-kader Muhammadiyah dan di kegiatan organisasilah dibentuk pola-pola pembentukan karakter Muhammadiyah.

Selain itu diskolah juga mempunyai janji pelajar Muhammadiyah yang menerangkan bahwa siswa/i Muhammadiyah ini adalah menjadi kader Muhammadiyah dan Bangsa sehingga pola perekrutan untuk menjadi kader bukan hanya di kegiatan ekstrakulikuler sekolah tetapi juga dari sekolah melalui janji


(37)

pelajar Muhammadiyah. Sama halnya dengan Ibu Ridia Wati selaku staf program disekolah menjelaskan :

“Iya, membuat anak-anak ini menjadi kader muhammadiyah, artinya muhammadiyah yang mau menjadi pengikut muhammad, karenakan yang kita pelajari di Al-quran tadi yang kita kasih kemereka tidak ada yang menyimpang dari yang lain, cumankan pelajarannya mungkin bacaan sholat muhammadiyah seperti ini karenakan bacaan sholat muhammad kayak gini ada dicontohkan dan ada hadisnya yang kuat yang mendukung untuk itu, kalau kitakan membina untuk kader tapikan tidak bisa semua kita dari 470 anak kan tidak semua tercover untuk jadi kader pastikan ada juga orangtuanya yang anggota muhammadiyah ikut organisasi itu dan ikut kegiatan dari muhammadiyah, sebenaranya kita tidak memaksaan ikut tapi mereka harus mengikuti apa yang kita pelajari, kita enggak bilang salah tapi kita ajarkan atau kita giring.”

( Sumber: wawancara tanggal, 12 Oktober 2015)

Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Ridia Wati bahwa siswa-siswi ini dibentuk menjadi kader Muhammadiyah maksudnya bahwa siswa-siswi ini mengikuti apa yang diajarkan sekolah Muhammadiyah mulai dari cara sholat dan hal-hal yang lain, walaupun ada siswa yang bukan warga Muhammadiyah tetapi tetap diajarkan apa-apa yang dipahami oleh sekolah Muhammadiyah, sehingga siswa-siswi menjadi kader Muhammadiyah walupun diawal mereka bukan kader atau sekolah di Muhammadiyah.

Hal yang sama juga diungkapkan oleh alumni SMA Muhammadiyah, Anshari yang menjelaskan sebagai berikut:


(38)

“Iya, jadi kami dulu di sekolah di ajarkan kalau kami itu dipersiapkan untuk jadi kader Muhammadiyah. Kami lebih sering menyebutnya warga Muhammadiyah. Karena waktu kami diajarkan dulu, warga Muhammadiyah ini seperti punya dua status kewarganegaraan, Muhammadiyah sama kewarganegaraan Indonesia. Dan kalau ditarik dari sejarahnya kan, Muhammadiyah udah ada sebelum Indonesia merdeka, hahaha...” (Sumber: wawancara tanggal, 27 Oktober 2015).

Berdasarkan hasil wawancara dengan alumni SMA Muhammadiyah, peneliti menyimpulkan bahwa setiap siswa Muhammadiyah diarahkan untuk menjadi warga (kader) Muhammadiyah. Bahkan Anshari mengungkapkan bahwa para warga Muhammadiyah seperti memiliki dua status kewarganegaraan, yakni warga negara Indonesia dan warga Muhammadiyah. Hal ini menggambarkan bahwa setiap warga (kader) Muhammadiyah tertanam rasa memiliki (sense of belonging) terhadap Muhammadiyah.

4.3.12. Wadah Siswa dalam Pengembangan Kreatifitas untuk Menunjang Pembentukan Karakter

Dalam pengembangan kreatifitas sekolah-sekolah membentuk wadah yang dapat dijadikan tempat siswa dalam mengembangan kreatifitas untuk meningkatan keahlian dari para siswa tersebut. Berikut hasil wawancara dengan salah satu staf program diskolah bu ridia wati:

“Sekolah yang buat tapi yang menggerakan IPM, kita yang buat IPM yang menggerakan mengajak kawan-kawannya anak-anak IPM daerah sampai nanti IPM wilayah. Kegiatannya untuk pembentukan karakter, misalnya kayak kita shlat berjammah terus ada kegiatan motivasi dari


(39)

luar untuk membina karakter siswanya. Kitakan menggunakan K13 itu sikapnya yang perlu kali bukan pengetahuan, pertama sikap,keterampilan barulah pengetahuannya nah dari situlah.” (Sumber: wawancara tanggal, 12 Oktober 2015 )

Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Ridia Wati bahwa skolah mempunyai wadah tempat siswa-sisiwi beraktifitas yaitu IPM ( Ikatan pelajar muhammadiyah) dimana wadah IPM ini tempat siswa-siswi melakukan aktifitas diluar jam pelajaran, dan di IPM ini juga dilakukan pembentukan karakter melalui kegiatan-kegiatan yang dilaukan seperti kegiatan motivasi. Dan ini sesuai dengan prgram K13 yang menjadi program pemerintah bahwa sikapnya dahulu dibentuk lalu keterampilan dan ilmu mereka. Selain itu juga ada menurut pak junaidi sebagai guru kemuhammadiyahan tentang wadah tempat siswa-siswi neraktifitas diluar jam sekolah yaitu :

“Ada Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) namanya. Beda kalau visi misi IPM dan sekolah. IPM itu organisasi otonom kalau untuk menjadi kader IPM itu ada batas usia kalau yang disekolah dari kelas X sampai XII, Kalau ditingkat cabang usianya 12-18 kalau di daerah usianya maksimal 20. Kalau pusat 24.” (Sumber: wawancara tanggal 12 Oktober 2015)

Berdasarkan hasil wawancara bahwa wadah siswa dalam berkreatifitas menurut Pak Junaidi itu ada IPM ( Ikatan Pelajar Muhammadiyah) dimana secara struktur IPM ini berjenjang ada yang IPM di sekolah maupun diluar sekolah seperti mahasiswa, dimana wadah ini menurut pak junaidi sebagai organisasi otonom yang bisa berada diluar dari sekolah. Selain itu juga ada menurut Pak Budi Wira wijaya mengenai wadah tempat siswa-siswi berkreatifitas :


(40)

“Itulah juga yang menjadi pembeda antara sekolah Muhammadiyah dengan sekolah lainnya. Kalau sekolah SMA yang umum ada yang namanya OSIS, nah kalau sekolah Muhammadiyah di mana-mana ada IPM namanya atau Ikatan Pelajar Muhammadiyah. Jadi kita enggak ada OSIS. Nah di IPM itu lah tempat wadah para siswa untuk belajar berorganisasi dan berkreatifitas. Nah, selain itu yang menjadi pembeda SMA Muhammadiyah dengan sekolah lain yaitu dalam kepanduannya, kalau sekolah biasa namanya Pramuka, kalau kita namanya Hisbul Wathan, walaupun pada dasarnya sama.” (Sumber wawancara tanggal, 12 Oktober 2015)

Menurut hasil wawancara dengan Pak Budi Wira Wijaya bahwa wadah siswa-siswi berkeratifitas adalah IPM (Ikatan Pelajar Muhammadiyah) dimana sekolah muhammadiyah berbeda dengan sekolah lainnya yang mempunyai OSIS, IPM lah tempat siswa-siswi belajar berorganisasi dan berkeratifitas dalam bentuk kegiatan. Dan ditambahkan juga oleh Pak Budi Wira Wijaya bahwa SMA Muhammadiyah juga memiliki kepanduan yang berbeda dengan sekolah imum lainnya, yaitu Hisbul Wathan yang menjadi kepanduan pengganti Pramuka pada sekolah umum yang lainnya. Selain itu juga ada hasil wawancara dari salah satu siswa bernama Annisa tentang wadah berkreatifitas mereka yaitu :

“disini organisasinya ada namanya IPM bang, iya kalau kami mau nuat kegiatan dari IPM lah, misalnya kayak lomba futsal antar kelas, terus lomba busana muslim, biasanya kami buat kegiatan untuk hari-hari besar bang, iya IPM itu pengganti OSIS kalau sekolah muhammadiyah enggak ada OSIS yang ada IPM abnag tapi fungsinya sama bg, cuman IPM ini dari sekolah lain mau ikut juga boleh bang. Karena dia juga ada organisasi IPM di luar sekolah jadi kalu udah siap di sekolah kita berorganisasi bisa juga masuk ke IPM cabang bang.” (Sumber: wawancara tanggal, 12 Oktober 2015)


(41)

Berdasarkan hasil wawancar dengan salah satu murid sekolah bahwa di sekolah muhammadiyah mempunyai wadah tempat berkretifitas siswa yaitu IPM, IPM ini dapat mengembangkan kreatifitas siswa disekolah semua kegiatan direncabakan oleh IPM. IPM ini juga bukan hanya ada di sekolah muhammadiyah tetapi mempunyai tingkatan sampai ke cabang dan bukan hanya siswa-siswi yang sekolah muhammadiyah yang bisa masuk tetapi diluar dari itu juga bisa masuk pada tingkatan cabang. Selain itumenurut wawancara dengan alumni sekolah Muhammadiyah:

“Kalau dulu di sekolah saya ikut IPM, sekarang saya sudah pada tahapan pengurus propinsi IPM karena kalau IPM itu bukan hanya sampai di sekolah di kecamatan dia juga ada, dia berjenjang, untuk akifitas kalau yang di IPM sekolah kita biasa sebut rating wilayah kegiatan mereka hanya pada sekolah kalau propinsi lebih besar dulu saya juga IPM di sekolah muhammadiyah 2 kemudian saya lanjutkan sampai tingkat propinsi” (Sumber: wawancara tanggal, 27 Oktober 2015)

Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu alumni sekolah Muhammadiyah 2 medan mengatakan bahwa wadah tempat siswa beraktifitas ada IPM ini sejalan yang disebutkan oleh para pengajar di sekolah Muhammadiyah, namun bukan hanya sampai pada tingkatan di sekolah saja IPM juga punya tingkat sampai propinsi utuk meneruskan aktifitas sisa-siswi setelah tamat dari sekolah Muhammadiyah 2 Medan dan aktifitas yang dilakukan sudah lebih besar dibandingkan dengan disekolah yang ruang lingkup aktifitas hanya sekolah.

4.3.13. Faktor Penghambat Dalam Pembentukan karakter

Dalam membentuk karakter para siswa semua sekolah mempunyai hambatan dan pendukung yang dapat membentuk karakter siswa bisa dari siswa


(42)

sendiri atau pun lingkungan di luar dari sekolah maupun lingkungan dalam sekolah sendiri. Faktor penghambat ini bisa membuat karakter yang ingin ditanamkan menjadi tidak terealisasi dengan baik, menurut pak Budi wira Wijaya faktor penghambat dalam pembentukan karakter di sekolah yaitu :

“Faktor penghambat yang pertama Lingkuang keluarga siswa, jadi seperti tadikan ada kalau yang belum pandai baca al-quran pulangnya lama karena ada les anaknya tidak diizinkan pulang lama. Yang ke dua diri sendiri, seperti kenakalan anak SMA agak-agak suka bolos, kita tidak bisa samakan semua anak, terlebih lagi jumlah siswanya banyak, hampir 500 siswa. untuk mengontrol seluruhnya itu sulit, tapi apa pun itu kita tetap berusaha.” (Sumber: wawancara tanggal, 12 Oktober 2015).

Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu guru, Pak Budi Wira Wijaya bahwa faktor penghambat dalam pembentukan karakter siswa ada dua, yaitu yang pertama dari lingkungan keluarga siswa. Jika siswa tersebut bukan berlatar belakang Muhammadiyah dan tidak pandai baca Al-quran, diajarkan disekolah karena pulang telat orang tua dari siswa tersebut marah sehingga siswa tersebut tidak diizinkan pulang lama. Yang ke dua, karena kepribadian siswa tersebut yang sedang mengalami masa pubertas sehingga ingin mencoba hal-hal yang bertentangan dengan aturan sekolah. Dan untuk pengontrolan sulit namun tetap dijalankan oleh staf guru. Selain itu ada juga menurut Pak Junaidi faktor penghambat dalam pembentukan karakter yaitu :

“Kalau dari siswa sifat mencoba-coba itu yang banyak, misalnya gimana kalau peraturan dilanggar, dimana-mana peraturan dibuat pasti ada yang melanggar,kalau dilanggar apa yang dibuat.” (Sumber: wawancara tanggal, 12 Oktober 2015).


(43)

Berdasarkan hasil wawancara dengan pak junaidi mengatakan faktor penghambat dalam pembentukan karakter yaitu dari siswa sendiri yang sedang ingin mencoba banyak hal sehingga banyak peraturan yang dilanggar sehingga membuat karakter yang diinginkan seperti amar ma’ruf nahi mungkar tidak berjalan. Selain itu menurut Ibu Ridia Wati faktor penghambat dalam pembentukan karakter yaitu :

“1. kejujuran siswa, pagi itu ditanyakan kejujuran sholat siswanya, sholat subuh nak? Manusia kan enggak terus berbohong tanamkan disitu nasehat, kalau berbohong bagaimana setelah itu kan lama –lama sama kayak batu terus-terus ditetesin air pasti lama-lama terkikis juga.”Setiap pagi wali kelas wajib memasuki jam pertama untuk pembinaan karakter tadi.ditanamkan karakter dengan tadarusan, ditanya sholatnya , insya Allah lama-lama tersentuh hatinya ,disini selama saya 18 tahun mengajar belum ada anak-anak melakukan hal yang aneh, kalau nakal yang wajar ada kalau sudah kelewat kali tidak bisa di nasehati kita panggil orang tuanya, kita lihat juga si anak pasti punya masalah masing-masing , ada yang mungkin broken home itulah saya harus memahami satu persatu anak saya, kita tetap kasih hukuman dan nasehat biar dia sadar bahwa hukuman itu pembinaan dari karakter dia.” (Sumber: wawancara tanggal, 12 Oktober 2015).

Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Ridia Wati bahwa faktor penghambat dalam pembentukan karakter, yaitu kejujran dalam melakukan aktifitas sehari-hari melalui sholat, karena dari situ juga bisa membentuk karakter anak-anak jujur atau tidak. Selain itu guru juga ada memberikan bimbingan untuk karakter setiap pagi tapi tidak semua bisaterima itu namun kita tetap berusaha membuat mereka menerima.


(44)

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap SMA Muhammadiyah 2 Medan dalam model pendidikan Muhammadiyah dalam pembentukan karakter, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. SMA Muhammadiyah memiliki poin khusus dalam melaksanakan pendidikan karakter. Nilai-nilai agama islam yang kuat menjadi poin utama dalam melakukan pembentukan karakter.

2. SMA Muhammdaiyah 2 Medan membentuk karakter terhadap siswanya sesuai dengan nilai-nilai kemuhammadiyahan dengan program yang dijalankan oleh sekolah.

3. Perserikatan Muhammadiyah melalui pendidikan tingkat SMA, dalam hal ini SMA Muhammadiyah 2 Medan, melakukan proses pengaderan dan perekrutan dengan wadah kegiatan siswa yang terdapat dalam SMA Muhammadiyah 2 Medan seperti IPM, Hisbul Wathan, dan lain sebagainya.

4. SMA Muhammadiyah 2 Medan melakukan sistem pengajaran dan pembentukan karakter sesuai dengan ketentuan perserikatan Muhammadiyah.


(45)

5.2 SARAN

Adapun saran yang ingin peneliti sampaikan berdasarkan hasil penelitian terhadap SMA Muhammadiyah 2 Medan dalam model pendidikan Muhammadiyah dalam pembentukan karakter siswa adalah sebagai berikut:

1. Dalam melakukan pembentukan karakter hendaknya pihak sekolah menentukan indikator keberhasilan dan pencapaian yang lebih tersistematis. Agar dalam melakukan pembentukan karakter dapat dilakukan penargetan konsep yang lebih matang dalam pencapaiannya. 2. Dalam pembentukan karakter hendaknya adanya peningkatan wadah

kreatifitas siswa untuk peningkatan intlektual siswa agar siswa lebih peka terhadap kondisi sosial masyarakat, seperti forum diskusi sosial dan sebagainya.


(46)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Teori Interaksionisme Simbolik

Menurut Blumer dalam Ritzer (2004:52) istilah interaksionisme simbolik menunjuk kepada sifat khas dari interaksi antar manusia. Kekhasannya adalah bahwa manusia saling menerjemahkan dan saling mendefenisikan tindakannya. Bukan hanya sekedar reaksi belaka daritindakan seseorang terhadap orang lain. Tanggapan seseorang tidak dibuat secara langsung terhadap tindakan orang lain, tetapi didasarkan atas makna yang diberikan terhadap tindakan orang lain itu. Interaksi antar individu, diantarai oleh penggunaan simbol-simbol, interpretasi atau dengan saling berusaha untuk saling memahami maksud dari tindakan masing-masing. Jadi dalam proses interaksi manusia itu bukan suatu proses diamana adanya stimulus secara otomatis dan langsung menimbulkan tanggapan atau respon. Tetapi antara stimulus yang diterima dan respon yang terjadi sesudahnya, diantarai oleh proses interpretasi oleh siaktor. Jelas proses interpretasi ini adalah proses berpikir yang merupakan kemempuan yang khas dimiliki manusia.

Proses interpretasi yang menjadi penengah antara stimulus dan respon menempati posisi kunci dalam Teori Interaksionisme Simbolik. Benar penganut teori ini mempunyai perhatian juga terhadap stimulus dan respon. Tetapi perhatian mereka lebih ditekankan pada proses interpretasi yang diberikan individu terhadap stimulus yang datang itu (Ritzer, 2004:52).


(47)

Peneliti sendiri ingin menganalisis bagai mana bentuk-bentuk stimulus yang diberikan oleh Yayasan Pendidikan Muhammadiyah pada para siswanya sebagai implementasi dari peran dalam membentuk karakter siswa dari SMA Muhammadiyah tersebut. Maka peneliti juga ingin melihat bagai mana bentuk interpretasi dari para siswa, dan bagai mana bentuk respon yang dihasilkan dari proses pembentukan karakter tersebut.

Seperti yang diterangkan di atas bahwa dalam teori Interaksionisme Simbolik, interpretasi adalah kunci dari teori ini. Maka peneliti sendiri ingin melihat bagai mana proses interpretasi ini berjalan secara alamiah atau justru terdapat pembentukan konsep kesadaran yang dirancang secara khusus dan terkonsep oleh sekolah dan para pendidik terhadap siswa dalam melalui proses interpretasi tersebut.

2.2. Pendidikan

Menurut Ahmad D. Marimba dalam Shobroh (2013:15), pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan yang dilakukan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani peserta didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama. Selain itu, pendidikan menurut Ki Hajar Dewantoro dalam Shobroh (2013:15) pendidikan adalah tuntunan didalam hidup tumbuhnya anak-anak. Adapun maksudnya pendidikan yaitu menuntun kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka sebagai manusia dan anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Lalu Pendidikan menurut Doni Kusuma dalam Shobroh (2013:15-16) merupakan sebuah proses pembelajaran terus menerus tentang banyak hal dan juga sebagai sebuah usaha


(48)

sadar yang ditunjukkan bagi pengembangan diri manusia secara utuh, melalui berbagai macam dimensi yang dimilikinya (religious, moral, personal, sosial, cultural, temporal, institusional, relasional, dan lain-lain) demi proses penyempurnaan dirinya secara terus menerus dalam memaknai hidup dan sejarahnya di dunia ini dalam kebersamaan dengan orang lain.

Maka dalam hal ini pendidikan merupakan sebuah proses transformasi dari kondisi tidak mengetahui atau memahami, menilai, dan menginterpretasikan suatu tindakan tertentu dalam masyarakat menjadi suatu pemahaman yang dapat mengetahui, atau memahami, menilai dan menginterpretasikan hal tersebut, yang brlangsung dari pendidik kepada orang yang mendapatkan pengajaran atau pendidikan.

2.3. Karakter

Menurut Thomas Lickona dalam Shobroh (2013:16) karakter merupakan sifat alami seseorang dalam merespon situasi secara bermoral. Sifat alami tersebut diimplementasikan dalam tindakan nyata melalui tingkah laku yang baik, jujur, bertanggung jawab, adil, menghormati orang lain, disiplin, dan karakter luhur lainnya.

Sedangkan menurut Suyanto dalam Shobroh (2013:17) karakter adalah cara berpikir dan berprilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan kerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan Negara. Dari sudut pandang behavioral yang menekankan unsur somatopsikis yang dimiliki sejak lahir, Sehingga Doni Kusuma dalam Shobroh (2013:17) mengatakan bahwa istilah karakter dianggap sebagai ciri atau karakteristik atau gaya atau sifat dari


(49)

diri seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan.

2.4. Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter menurut Ratna Megawati dalam Shobroh (2013: 17-18) adalah sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif pada lingkungannya. Menurut kemendiknas, pendidikan karakter adalah pendidikan yang mengembangkan nilai-nilai karakter bangsa pada diri peserta didik, sehingga mereka memiliki nilai dan karakter sebagai karakter dirinya, menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan dirinya, sebagai anggota masyarakat, dan warga negara yang religius, nasionalis, produktif, dan kreatif.

Sehingga bisa disimpulkan bahwa pendidikan karakter adalah usaha dan proses untuk membentuk manusia yang memiliki karakter atau nilai sebagai ciri atau karakteristik individu masing-masing. Dengan adanya pendidikan karakter yang diterapkan di Negara ini, maka akan mencetak individu yang bermoral, berkepribadian, dan bermartabat melalui pendekatan yang biologis – psikologis dan sosiologis (Shobroh, 2013: 17-18).

2.5. Sosialisasi

Sosialisasi dapat diartikan sebagai sebagai suatu proses, dimana warga masyarakat dididik untuk mengenal, memahami, menaati, dan menghargai norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. Secara khusus sosialisasi


(1)

ABSTRACT

True education is character formation, properties and maximizing the human intellectual capacity. Bowls and Gintis in Sanderson (2000:493)

reveals the exact purpose of education is to improve the open intellectual inquiry, creativity , and positive human growth . In Indonesia itself is very much a model that characterizes the world of education. Starting from the shape of public education to a faith-based education model. This diversity also makes the character of students in various schools become diverse. Researchers themselves were interested in doing research on one of the educational model . Researchers chose educational institutions Muhammadiyah as an object of research. Muhammadiyah education institutions themselves have a special character that is applied in the curriculum of primary and secondary level education.

The research objective was to determine how where the model application of educational Institutions of Muhammadiyah on character formation of students of SMA Muhammadiyah 2 Medan . This type of research used in this study was a descriptive study with qualitative approach using in-depth interviews (indepth interview).

The results of interviews with Ms. ridia Wati that the application of the model of school education in the Establishment character Muhammadiyah is the application of religious subjects 10 hours a day , where the subjects were divided into subjects Islamic religion , jurisprudence , morality and Kemuhammadiyahan . Apart from the subjects there are also activities related to the activities of Islam just as extracurricular reading al -Quran , tadarusan before entering subjects. Thus forming the character of commanding the good and forbidding unjust run as Muhammadiyah members. That life should always do the virtues taught by religion.

Keywords: Formation of character and education model in school muhammadiyah


(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menylesaikan Skripsi ini dengan judul : “Pengaruh Sistem Uang Kuliah Tunggal Terhadap Partisipasi Berorganisasi Mahasiswa (Studi Kasus Mahasiswa Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara)” guna memenuhi syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana dari Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

Dalam penyusunan Skripsi ini Penulis banyak menghadapi hambatan, hal ini disebabkan oleh keterbatasan wawasan penulis, kurangnya pengalaman

serta sedikitnya wacana yang menyangkut bahan penelitian yang ditemukan oleh peneliti. Akan tetapi, atas berkah-Nya semua hambatan tersebut dapat dilalui sehingga penulisan Skripsi ini selesai. Hal ini tak luput dari keluarga dan teman-teman yang selalu memberikan motivasi dan dorongan serta doa. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang turut serta dalam membantu penulisan Skripsi ini. Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besar nya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara dan sebagai dosen penasehat akademik penulis

2. Ibu Dra. Lina Sudarwati,M.Si, selaku Ketua Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara dan juga selaku Dosen Pembimbing yang telah bersedia menyediakan waktu dan tenaga untuk membimbing dan memberikan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.


(3)

3. Seluruh Dosen Sosiologi yang telah memberikan ilmu yang sangat berharga bagi penulis selama masa perkuliahan.

4. Seluruh Staf Pendidikan dan Staf Administrasi Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara yang membantu segala hal yang dibutuhkan penulis dalam hal administrasi

5. Terima kasih kepada pihak sekolah Muhammadiyah 2 Medan dan narasumber yang banyak membantu membrikan informasi kepada peneliti sehingga dapat menyelesaikan penelitian ini.

6. Teristimewa buat kedua orang tua saya , Ayahanda Zainul Asri Purba dan Ibunda Nadrah, Nenek saya Mysarah Tanjung yan telah membesarkan saya hingga saat ini.

7. Teristimewa juga buat Kakak saya, Sri Muliani Purba dan Adik saya Isra Wahyuni yang selalu memberikan doa, semangat dan motifasi untuk dapat menyelesaikan kuliah saya di Departemen Sosiologi.

8. Terima kasih juga untuk keluarka Pak Ali Faida dan Mak Farida Susanti dan saudara-saudara saya, Kak Weni, Ridho dan Dhita, Nurul, Dafa, dan Adik Khaya yang juga selalu memberikan doa, motifasi dan dukungan kepada saya. 9. Terima kasih yang sebesar-besarnya juga saya ucapkan kepada Adinda Adelia

Bastian yang telah banyak memberikan doa, motifasi dan dukungan serta sangat banyak membantu saya dalam penyelesaian skripsi ini.

10.Terima kasih buat kawan-kawan seperjuangan (gamakosmik): Frengki, Hamzah, Toguh, Poso, Farid, Eka,Asrul, Mita, Yudith, Sadam, Heri, Madan, Andi, Vero, dan lain-lain yang tidak bisa disebutkan satu persatu, untuk semua doa, dukungan, semangat dan motifasi yang kalian berikan selama ini. Dan maaf kalau aku banyak kesalahan dan kekhilafan.


(4)

11.Terima kasih juga untuk senior-senior saya, Abangda (Ashari Amanda Pandapotan Lbs, Ryan Parlindungan Nst, Ahmad Effendi Sir, Edo, Ferdi, Fauzan, Ragil, Alfath Andre, Doni, Amin, dll) dan Kakanda (alm. Siti Maryam Hutabarat, kak Ais, kak kocik kak andin, kak bejo dll) yang selalu memberikan bimbingan kepada saya.

12.Terima kasih buat kawan-kawan palu hijau, riki, cafri, habib, ivan, yuva, amal, devi, ismail, muchlis, yugo dan ari , terima kasih atas warna dan hari-hari yang luar biasa, melelahkan tapi menyenangkan.

13.Terima kasih buat kawan-kawan genosida, tio, riza, duwik , risky tembung, dadan, mujahid, iil monza, umi, tyas , kibo, ciyona, rian, fikri, erlia, fajar, amar , doni, cori, rio, arif, ojan, rusmi, sayed, ucup dan yang belum disebutkan, telah memberi warna, canda dan tawa dalam hari-hari penulis. 14.Terima kasih buat kawan-kawan serdadu, feri cempes, titi, deby, caca, anas,

cia, sahrul, dina, sera dan yang belum disebutkan, terima kasih atas motivasi dan dukungan yang diberikan.

15.Terima kasih juga untuk kawan-kawan saya yang lainnya: Fajar, Topan, Borbor, bayu Hafiz, dan lain-lain.

Akhir kata penulis menyadari akan sejumlah kekurangan dan kelemahan sehingga mengurangi nilai kesempurnaannya. Hal ini dikarenakan keterbatasan pengetahuan, kemampuan, dan pengalaman penulis. Maka dengan segala kerendahan hati penulis membuka diri untuk saran dan kritik yang dapat membangun guna perbaikan di masa yang akan datang.

Medan, Desember 2015 Penulis,


(5)

DAFTAR ISI

ABSTRAK... i

ABSTRACK... ii

KATA PENGANTAR... iii

DAFTAR ISI... vi

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar belakang... 1

1.2 Rumusan Masalah... 10

1.3 Tujuan Penelitian... 11

1.4 Manfaat Penelitian... 11

1.4 Defenisi Konsep... 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 14

2.1Teori Interaksionisme Simbolik... 14

2.2 Pendidikan... 15

2.3 karakter... 16

2.4 Pendidikan Karakter... 17

2.5 Sosiolisasi... 17

2.6 Pendidikan Muhammadiyah... 18

BAB III METODE PENELITIAN... 20

3.1 Jenis Penelitian... 20

3.2 Lokasi Penelitian... 21

3.3 Pemilihan Informan... 21

3.4 Teknik Pengumpulan Data... 22

3.5 Intrepertasi Data... 23


(6)

BAB IV HASIL DAN ANALISIS DATA PENELITIUAN... 24

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian... 24

4.2 Gambaran Informan... 25

4.3 Intrepretasi Data... 30

4.3.1 Penerapan Model Pendidikan SMA Muhammadiyah dalam Pembentukan Karakter Siswa... 30

4.3.2 Pentingnya Pembentukan Karakter Pada Siswa Sekolah Muhammadiyah 2 Medan... 32

4.3.3 Peran Sekolah Muhammadiyah dalam Pembentukan Karakter... 35

4.3.4 Sistem Sosialisasi yang Dilakukan Sekolah dalam Pembentukan Karakter... 37

4.3.5 Program Yang dilaksanakan Sekolah dalam Pembentukan Karakter Siswa... 40

4.3.6 Karakter Yang Ingin Dibentuk Sekolah Muhammadiyah... 43

4.3.7 Pengontrolan Perilaku Siswa Diluar Sekolah... 45

4.3.8 Nilai-nilai Kemuhammadiyahan Dalam Pembentukan Karakter... 47

4.3.9 Cara Sekolah Memperkenalkan Nilai-Nilai Kemuhammadiyahan... 49

4.3.10 Poin-Poin yang Diajarkan dalam Kemuhammadiyahan... 51

4.3.11 Siswa Muhammadiyah Menjadi Kader Muhammadiyah... 52

4.3.12 Wadah Siswa dalam Pengembangan Kreatifitas untuk Menunjang Pembentukan Karakter... 55

4.3.13 Faktor Penghambat Dalam Pembentukan karakter... 58

BAB V PENUTUP... 61

5.1 Kesimpulan... 61

5.2 Saran... 62 DAFTAR PUSTAKA


Dokumen yang terkait

Pengaruh Sistem Uang Kuliah Tunggal Terhadap Partisipasi Berorganisasi (Studi Kasus Mahasiswa Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara)

0 17 77

Pengaruh Sistem Uang Kuliah Tunggal Terhadap Partisipasi Berorganisasi Mahasiswa (Studi Kasus Mahasiswa Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara)

0 0 8

Pengaruh Sistem Uang Kuliah Tunggal Terhadap Partisipasi Berorganisasi Mahasiswa (Studi Kasus Mahasiswa Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara)

0 0 2

Pengaruh Sistem Uang Kuliah Tunggal Terhadap Partisipasi Berorganisasi Mahasiswa (Studi Kasus Mahasiswa Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara)

0 0 13

Pengaruh Sistem Uang Kuliah Tunggal Terhadap Partisipasi Berorganisasi Mahasiswa (Studi Kasus Mahasiswa Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara)

0 0 6

Pengaruh Sistem Uang Kuliah Tunggal Terhadap Partisipasi Berorganisasi Mahasiswa (Studi Kasus Mahasiswa Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara)

0 0 2

Pengaruh Sistem Uang Kuliah Tunggal Terhadap Partisipasi Berorganisasi (Studi Kasus Mahasiswa Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara)

0 0 10

Pengaruh Sistem Uang Kuliah Tunggal Terhadap Partisipasi Berorganisasi (Studi Kasus Mahasiswa Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara)

0 0 2

Pengaruh Sistem Uang Kuliah Tunggal Terhadap Partisipasi Berorganisasi (Studi Kasus Mahasiswa Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara)

0 0 6

Pengaruh Sistem Uang Kuliah Tunggal Terhadap Partisipasi Berorganisasi (Studi Kasus Mahasiswa Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara)

0 0 13