Pengaruh Orientasi Kewirausahan,Lingkungan Bisnis Dan Kemampuan Manajemen Terhadap Kinerja Usaha Pada Umkm Kuliner Pagaruyung Medan

Sebagai sumber informasi tentang pengaruh orientasi kewirausahaan, lingkungan
bisnis ,dan kemampuan manajemen terhadap kinerja pada UKM kuliner
Pagaruyung.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Teoritis
2.1.1 Kewirausahaan
Wirausaha berasal dari kata wira yang berarti pahlawan (berani) dan usaha
berarti melakukan kegiatan usaha (bisnis).Dengan demikian wirausaha dapat
didefenisikan sebagai seseorang yang dengan gigih berusaha untuk menjalankan
sesuatu kegiatan bisnis dengan tujuan untuk mencapai hasil yang dapat
dibanggakan (Sukirno, 2004:367).
Kaodalam Lupiyoadi (2007:4) menyebut bahwa ”kewirausahaan sebagai
suatu proses, yakni proses penciptaan sesuatu yang baru (kreasi baru) dan
membuat sesuatu yang berbeda dari yang sudah ada (inovasi)”. Berdasarkan
pengertian yang telah dipaparkan di atas, dapat disimpulkan bahwa kewirausahaan
adalah suatu proses yang mengacu pada kreatifitas individu yang direalisasikan
dalam menciptakan usaha baru dengan tujuan kesejahteraan individu dan nilai
tambah bagi masyarakat.

Schumpeter dalam Alma, (2005:21) menyatakan bahwa wirausahawan
adalah individu yang mendobrak sistem ekonomi yang ada dan menggerakkan
perekonomian masyarakat untuk maju ke depan. Wirausahawan adalah individu-

Universitas Sumatera Utara

individu yang berani mengambil resiko, mengkoordinasi, mengelola penanaman
modal atau sarana produksi serta mengenalkan fungsi faktor produksi baru atau
yang mampu memberikan respon secara kreatif dan inovatif.
Menurut Kuratko (2009:21) kewirausahaan adalah proses dinamis dari
visi, perubahan dan penciptaan yang mensyaratkan aplikasi energi dan semangat
terhadap penciptaan dan implementasi dari ide baru dan solusi kreatif. Tidak
semua orang memiliki kapabilitas kewirausahaan.Hanya orang yang memiliki
jiwa kewirausahaan dapat mendirikan dan mengelola usaha secara profesional
(Echdar, 2013:19).
Kewirausahaan merupakan suatu proses melakukan sesuatu yang baru dan
berbeda dengan tujuan menciptakan kesejahteraan bagi individu dan memberi
nilai tambah pada masyarakat Kewirausahaan merujuk pada sifat, watak, dan
karakteristik yang melekat pada setiap indivu yang memilki kemauan keras untuk
mewujudkan dan mengembangkan gagasan kreatif dan inovatif dalam setiap

kegiatan yang produktif (Mulyasa, 2011: 189). Pengertian ini memberikan arti
bahwa setiap orang bisa memiliki karakter kewirausahaan asalkan ia mau bekerja
keras serta berpikir kreatif dan inovatif.
2.1.2 Kinerja Usaha
Kinerja merujuk pada tingkat pencapaian atau prestasi dari perusahaan
dalam periode waktu tertentu. Tujuan perusahaan yang terdiri dari: tetap berdiri
atau eksis (survive), untuk memperoleh laba (benefit) dan dapat berkembang
(growth), dapat tercapai apabila perusahaan tersebut mempunyai performa yang
baik (Suci, 2009). Kinerja (performa) perusahaan dapat dilihat dari tingkat

Universitas Sumatera Utara

penjualan, tingkat keuntungan, pengembalian modal, tingkat turn over serta
pangsa pasar yang diraihnya dan strategi perusahaan selalu diarahkan untuk
menghasilkan kinerja pemasaran (seperti volume penjualan dan tingkat
pertumbuhan penjualan) yang baik dan juga kinerja keuangan yang baik. Hal ini
menyebabkan beragam pengukuran kinerja dalam penelitian bidang bisnis terus
berkembang dengan dasar indikasi yang bervariasi. Setiap organisasi atau usaha
yang dibentuk mempunyai tujuan yang harus dicapai untuk keberlangsungan
hidup. Dalam mencapai tujuan tersebut maka usaha harus melalui proses yang

meliputi aktivitas-aktivitas positif demi tercapainya tujuan usaha yang diinginkan
dimana kinerja usaha dalam organisasi merupakan jawaban dari berhasil atau
tidaknya langkah-langkah yang digunakan untuk mencapai tujuan organisasi yang
telah ditetapkan.
Pengertian kinerja adalah sebagai ukuran kuantitatif dan kualitatif yang
menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah
ditetapkan oleh organisasi (Moeheriono, 2012:32).Gibson et al (dalam Julita,
2013:95) mengatakan bahwa kinerja merupakan serangkaian kegiatan manajemen
yang memberikan gambaran sejauh mana hasil yang sudah dicapai dalam
menjalankan tugas dan tanggung jawabnya dalam bentuk akuntabilitas publik baik
berupa

keberhasilan

maupun

kekurangan

yang


terjadi.Pencapaian

hasil

serangkaian kegiatan yang dimaksud meliputi standar hasil kerja, target atau
sasaran atau kriteria yang telah ditentukan sejak awal dimulainya usaha.
Rue dan Byars (dalam Riyanti, 2003:25) juga mengatakan bahwa kinerja
dapat diartikan sebagai tingkat pencapaian hasil ataupun tujuan organisasi.

Universitas Sumatera Utara

Sehingga dapat dikatakan bahwa kinerja usaha merupakan serangkaian capaian
hasil kerja seorang pelaku usaha dalam melaksanakan kegiatan usahanya, baik
dalam pengembangan produktivitas dan dalam hal pemasaran, dalam konteks
wewenang dan tanggung jawabnya.
Gaskill dan Van Auken (1993) menyatakan kemudahan dalam berbisnis,
pembuat kebijakan dan keterkaitan lainstakeholders untuk melayani sektor usaha
kecil dan menengah mempengaruhi kinerja usaha. Kinerja adalah indikatoryang
paling utama untuk melihat kesuksesan dan ini terbukti secara nyata dan teoritis
(Man et al, 2002).Peningkatan pendapatan, penerimaan penjualan dan pekerja

juga adalah indikator dari kinerja.
Menurut Lumpkin dan Dess (1996) kinerja usaha dapat dikatakan sebagai
sebuah bentuk yang umum digunakan untuk mengukur dampak dari sebuah
orientasi strategi perusahaan. Penurunan kinerja usaha tentu menjadi masalah dan
merupakan tantangan bagi orientasi strategi usaha

untuk

dapat

terus

mempertahankan kinerja usaha dengan baik melalui satu orientasi strategi yang
dipilih berdasarkan keputusan agar dapat bertahan dalam industri. Terdapat dua
dimensi dalam kinerja, yaitu internal (kualitas produk, kepuasan pegawai), dan
eksternal (lingkungan dan masyarakat) oleh Venkatraman & Ramanujam (1986:
803-804).
2.1.3 Orientasi Kewirausahaan
Orientasi kewirausahaan mengacu pada proses, praktik, dan pengambilan
keputusan yang mendorong ke arah input baru dan mempunyai tiga aspek


Universitas Sumatera Utara

kewirausahaan, yaitu selalu inovatif, bertindak secara proaktif dan berani
mengambil risiko (Lumpkin dan Dess, 1996).
Inovatif mengacu pada suatu sikap wirausahawan untuk terlibat secara
kreatif dalam proses percobaan terhadap gagasan baru yang memungkinkan
menghasilkan metode produksi baru sehingga menghasilkan produk atau jasa
baru, baik untuk pasar sekarang maupun ke pasar baru.Kemampuan inovasi
berhubungan dengan persepsi dan aktivitas terhadap aktivitas-aktivitas bisnisyang
baru dan unik (Schumpeter dan Milton, dalam Suryanita 2006). Sedangkan
proaktif mencerminkan kesediaan wirausaha untuk mendominasi pesaing melalui
suatu kombinasi dan gerakagresif dan proaktif, seperti memperkenalkan produksi
baru atau jasa di atas kompetisi dan aktivitas untuk rnengantisipasi permintaan
mendatang untuk menciptakan perubahan dan membentuklingkungan. Sikap aktif
dan dinamis adalah kata kuncinya (Doukakis, 2002, dalam Suryanita
2006).Proaktif juga ditunjukkan dengan sikap agresif-kompetitif, yang mengacu
pada kecenderungan perusahaan untuk bersaing secara ketat dan langsung bagi
semua kompetitornya untuk menjadi yang terbaik dan meninggalkan para
pesaingnya (Covin dan Slevin, 1989; Lumpkin and Dess, 1996; Morris and Paul,

1987).
Miller (1983) menjelaskan orientasi kewirausahaan sebagai salah satuyang
terlibat dalam inovasi produk-pasar, melakukan sedikit usaha berisiko, dan
pertama kali datang dengan 'proaktif' inovasi, serta memberikan pukulan untuk
mengalahkan pesaing. Dalam pandangannya, Miller (1983) menyatakan bahwa

Universitas Sumatera Utara

orientasi kewirausahaan dapat ditentukan berdasarkan pada tiga dimensi, yaitu
proactive, innovative dan risk – Taking.

1.

Proaktif (Proactive)
Menurut Baker & Sinkula (2009: 447) proaktif mengacu pada kemampuan

perusahaan untuk mengambil inisiatif dalam. Mengejar peluang pasar Lumpkin
dan Dess (2001: 431) proaktif sebagai kesempatan melihat ke depan perspektif
yang melibatkan memperkenalkan produk atau jasa baru menjelang kompetisi dan
bertindak dalam mengantisipasi permintaan di masa mendatang untuk membuat

perubahan dan membentuk lingkungan. Orientasi Proaktif sebagai pemasar
mencoba

untuk

mendefinisikan

kondisi

eksternal

untuk

mengurangi

ketidakpastian dan mengurangi ketergantungan dan kerentanan (Morris, et.al.,
2002: 6).
Covey (1995:44) berpendapat definisi dan pengertian tentang sifat proaktif
setidaknya ada 5 (lima), yaitu :
1. Orang proaktif selalu bertanggung jawab. Mereka tidak menyalahkan

keadaan, kondisi, atau pengkondisian untuk perilaku mereka. Perilaku
adalah produk dari pilihan sadar, berdasarkan nilai, dan bukan produk dari
suasana hati, conditioning, atau tekanan sosial yang diterima.
2. Orang proaktif menfokuskan upaya mereka pada lingkaran pengaruh
(mencakup segala hal yang dapat dipengaruhi). Mereka mengerjakan halhal yang terhadapnya mereka dapat perbuat sesuatu. Sifat dari energi

Universitas Sumatera Utara

mereka adalah positif, memperluas dan memperbesar, yang menyebabkan
lingkaran pengaruh mereka meningkat.
3. Berfokus pada lingkaran pengaruh, orang proaktif bekerja dari dalam ke
luar (in side – out), yaitu berusaha memulai perubahan dengan mengubah
dirinya lebih dahulu, bahkan dari yang paling dalam dari dirinya, yaitu
dengan memeriksa kebenaran paradigma dan persepsi-persepsinya.
4. Orang proaktif hidup berpusat pada prinsip (principle centered) kemudian
ia menerjemahkan prinsip-prinsip itu kedalam seperangkat nilai-nilai
(values) yang telah dipilihnya dengan sadar. Berdasarkan nilai-nilai itulah
ia mengarahkan pilihan sikap dan perilakunya.
5. Orang proaktif mengembangkan dan menggunakan empat anugrah unik
manusianya secara optimal. Empat anugrah itu adalah seperti yang

diyakini oleh pengikut madzhab psikologi humanistik sebagai sifat-sifat
unik manusia yang membuatnya berbeda dengan makhluk hidup lainnya.
Covey menyebutkan four unique himant gifts itu adalah Self Awareness
(kesadaran diri), Conscience (hati nurani), Creative Imagination (imajinasi
kreatif) dan Independent Will (kebebasan kehendak).
2.Inovasi (Innovative)
Inovasi adalah membangun perilaku, ukuran kinerja perusahaan (Baker &
Sinkula, 2009: 447 - 448). Inovasi mencerminkan keinginan dasar untuk
menyimpang dari status quo dan merangkul ide-ide baru (Baker& Sinkula, 2009:
447). Inovasi mengacu pada kesediaan untuk mendukung kreativitas dan
eksperimentasi di memperkenalkan produk baru / jasa, dan kebaruan,

Universitas Sumatera Utara

kepemimpinan teknologi dan R & D dalam mengembangkan ide baru proses
(Lumpkin dan Dess, 2001: 431).
Inovasi ialah suatu ide, barang, kejadian, metode yang dirasakan atau
diamati sebagai suatu hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang
(masyarakat), baik itu berupa hasil invensi maupun diskoveri.Inovasi diadakan
untuk mencapai tujuan tertentu atau untuk memcahkan suatu masalah tertentu

(Sa’ud, Udin S, 2008).
Larsen, P dan Lewis A, (2007:11) menyatakan bahwa salah satu karakter
yang sangat penting dari wirausahawan adalah kemampuannya berinovasi. Tanpa
adanya inovasi perusahaan tidak akan dapat bertahan lama. Hal ini disebabkan
kebutuhan, keinginan, dan permintaan pelanggan berubah-ubah, sedangkan Hills
(2008) mendefinisikan inovasi sebagai ide, praktek atau obyek yang dianggap
baru oleh seorang individu atau unit pengguna lainnya.
Inovasi merupakan kemampuan untuk melakukan sesuatu yang baru dan
berbeda. Sesuatu yang baru dan berbeda tersebut dapat dalam bentuk hasil seperti
barang dan jasa, dan bisa dalam bentuk proses seperti ide, metode, dan cara.
Sesuatu yang baru dan berbeda yang diciptakan melalui proses berpikir kreatif dan
bertindak inovatif merupakan nilai tambah (value added) dan merupakan
keunggulan yang berharga. Nilai tambah yang berharga adalah sumber peluang
bagi wirausaha.
3.

Pengambilan Resiko (Risk Taking)
Menurut Lumpkin dan Dess (2001:431) risiko pengambilan berarti

kecenderungan untuk mengambil tindakan tegas seperti bertualang ke pasar baru

Universitas Sumatera Utara

yang tidak diketahui, melakukan sebagian besar sumber daya untuk usaha dengan
hasil yang tidak pasti, atau meminjam berat. Ini adalah kemampuan untuk
mengurangi risiko yang melekat pada kesempatan mengejar dengan tindakan
dihitung digunakan (Becherer et al, 2012: 8). Ini berarti upaya terang-terangan
untuk faktor risiko identitas, dan kemudian untuk mengurangi atau berbagi faktorfaktor tersebut (Morris et al, 2002:7).
Pengambilan risiko mengarah pada perilaku yang menyatu dan dapat
menghasilkan keputusan yang merugikan atau berbahaya, pada saat yang sama
dapat menghasilkan kesempatan yang positif. Kuncinya adalah seberapa sempurna
mendapatkan inormasi.Semakin sempurna informasi yang dikumpul dan semakin
akurat pula besar resiko yang diperoleh (Hendro, 2011:258).
Menurut Ali (2004) resiko berupa potensi terjadinya suatu peristiwa yang
memberikan pengaruh negatif, dapat menimpa siapa saja, apa saja, dimana saja,
kapan saja, tak terkecuali terhadap UMKM. Risk Taking digambarkan seperti
seseorang yang mengemudi dalam kecepatan tinggi, mengemudi dengan
kecepatan tinggi dapat memberikan waktu tempuh yang lebih singkat sehingga
seseorang dapat mencapai tujuan lebih cepat, namun potensi kecelakaan yang
terjadi sangat tinggi ketika seseorang mengemudi dengan kecepatan tinggi.
2.1.4 Lingkungan Bisnis
Lingkungan eksternal merujuk pada faktor-faktor dan kekuatan yang
berada di luar organisasi namun mempengaruhi kinerja organisasi. Dalam konsep
ini bisnis sebagai suatu sistem organisasi yang menjadi satu kesatuan dengan
sistem lain yaitu lingkungan yang melingkupinya. Lingkungan eksternal adalah

Universitas Sumatera Utara

segala sesuatu yang berasal dari luar organisasi itu sendiri yang mempunyai
pengaruh

terhadap

organisasi

(Supriyono,2000).

Lingkungan

eksternal

didefenisikan oleh Duncan dalam Ronie Ferdianto (2000) sebagai keterkaitan
faktor fisik dan sosial di luar organisasi yang menjadi pertimbangan sebuah
organisasi dalam mengambil keputusan.Lingkungan eksternal meliputi variabelvariabel di luar organisasi yang dapat berupa tekanan umum di dalam lingkungan
sosial ataupun faktor-faktor spesifik yang beroperasi di dalam lingkungan kerja
(industri)

organisasi.

Lingkungan eksternal mempunyai dua komponen:

lingkungan spesifik dan lingkungan generik.
A. Lingkungan Spesifik
Lingkungan spesifik meliputi kekuatan eksternal secara langsung
mempengaruhi keputusan dan tindakan para manajer, dan secara langsung relevan
dengan pencapaian sasaran organisasi.Lingkungan spesifik sebuah organisasi
bersifat khas bagi organisasi itu sendiri. Kekuatan utama yang membentuk
lingkungan spesifik adalah pelanggan, pemasok, pesaing, dan kelompok
kepentingan dalam masyarakat (Supriyono,2000).
a.

Pelanggan (costumer)
Pelanggan adalah masyarakat yang secara langsung memanfaatkan,
menggunakan, dan mengajukan permintaan atas barang atau jasa yang
ditawarkan oleh organisasi. Sebuah organisasi ada untuk melayani
kebutuhan para pelanggan yang menggunakan output organisasi tersebut.
Para pelanggan merupakan salah satu sumber ketidakpastiaan bagi

Universitas Sumatera Utara

organisasi, karena selera mereka dapat berubah atau dapat merasa tidak
puas dengan produk atau jasa yang dihasilkan oleh organisasi.
b.

Pemasok (supplier)
Pemasok adalah pihak yang terkait langsung dalam kegiatan bisnis dari
sebuah organisasi, khususnya organisasi bisnis yang melakukan kegiatan
produksi barang jadi dari berbagai jenis bahan baku. Pemasok dalam hal
ini akan menyiapkan bahan mentah maupun bahan baku yang akan
diolah oleh perusahaan menjadi barang-barang ekonomi. Karenanya
perlu diperhatikan kualitas dan ketersediaan bahan mentah maupun
bahan baku agar produk yang dihasilkan juga berkualitas dan berdaya
saing tinggi.

c.

Pesaing (competitor)
Pesaing adalah organisasi bisnis lain yang menjalankan bisnis yang sama
dengan organisasi yang kita jalankan. Karena bisnis yang dijalankan
sama, maka pesaing merupakan tantangan sekaligus ancaman yang
dihadapi organisasi dalam meraih pelanggan.

B. Lingkungan Umum atau Lingkungan Generik
Lingkungan generik adalah kondisi eksternal yang lebih luas yang dapat
mempengaruhi kinerja sebuah organisasi.Lingkungan generik meliputi kondisi
ekonomi, politik/hukum, sosial-budaya, demografis, teknologi, dan global secara
luas. Lingkungan umum tidak hanya mempengaruhi kinerja perusahaan saja,
tetapi juga akan mempengaruhi berbagai unsur yang termasuk dalam lingkungan
khusus.

Universitas Sumatera Utara

C. Dimensi Lingkungan
Dalam lingkungan eksternal banyak dipengaruhi oleh beberapa dimensidimensi yang mempengaruhinya. Menurut Ferdianto dan Zulaikha (2000)
memberikan dimensi lingkungan eksternal ke dalam tiga bagian :
a.

Kompleksitas lingkungan bisnis
Dimensi ini mengacu pada banyaknya jumlah dan heterogenitas dari
elemen-elemen lingkungan yang harus dihadapi dan dipertimbangkan
dalam proses pembuatan keputusan.

b.

Dinamika lingkungan bisnis
Dimensi ini mengacu pada instabilitas dan volatilitas lingkungan dan
menunjukkan perubahan lingkungan yang sulit diprediksi atau tidak
terduga. Menurut Clark, et al (2002) dinamika lingkungan eksternal dapat
diartikan sebagai tingkatan perubahan sektor-sektor lingkungan eksternal
yang dapat mempengaruhi kinerja usaha sehingga harus dikenali oleh
para pembuat keputusan.

c.

Daya dukung lingkungan bisnis
Dimensi ini mengacu pada jumlah sumber daya yang disediakan oleh
lingkungan eksternal dalam mendukung pertumbuhan eksternal dalam
mendukung pertumbuhan organisai dan memberikan “organizational
slack”.Setiap organisasi, baik itu besar maupun kecil, senantiasa mencari
lingkungan yang mencari dukungan dan pertumbuhan dan stabilitas,
karena

pertumbuhan

dan

stabilitas

memungkinkan

organisasi

Universitas Sumatera Utara

menciptakan sumber daya yang berlebih menurut Dess dan Origer dalam
Dicky (2002).
2.1.5 Kemampuan Manajemen
Menurut Suci (2009), kemampuan manajemenmerupakan sekumpulan
keahlian dankompetensi baik secara administrative maupun operasional dalam
periode

waktu

tertentu.

MenurutTangkilisan

(2005:10),

kemampuan

manajemenyaitu kemampuan untuk memanfaatkan dan menggerakkansumber
daya agar dapat digerakkan dan diarahkan bagi tercapainya tujuan melalui
kegiatan orang lain.
Menurut Siagian dalam Mulyanto (2007), kemampuan manajemen adalah
kemampuan untuk mengelola usahaseperti perencanaan , pengorganisasian,
pemberian motivasi, pengawasan dan penilaian. Berdasarkanbeberapa pengertian
di atas, dapat disimpulkan bahwa Kemampuan Manajemen adalah suatu
keterampilandalam memanfaatkan sumber daya yang dimiliki untuk memperoleh
efektivitas. Para peneliti memiliki pemikiran yang berbeda di dalam menetapkan
berbagai atribut dari efektivitas managerial, tetapi pada dasarnya terdapat 4
komponen penting, yaitu membuat perencanaan, mengorganisasi, mengarahkan
dan pengawasan (Latif, 2002).
Perusahan kecil atau berskala besar dalam pengelolaannya untuk mencapai
hasil yang efektif dan efisien penerapan prinsip prinsip manajemen sangat
diperlukan, peranan pimpinan atau pemilik usaha untuk memahami dan mampu
menjalankan fungsi-fungsi utama manajemen menjadi hal yang utama bagi
keberhasilan usaha dimasa mendatang.

Universitas Sumatera Utara

1.

Membuat Perencanaan
Perencanaan dalam sebuah perusahaan dan organisasi merupakan hal penting

yang harus dilakukan agar program-program tersebut dapat menunjang
terlaksananya tujuan dari perusahaan atau organisasi yang tentunya ditentukan
bagaimana caraseorang manager menyusun sebuah perencanaan tersebut. Menurut
Stephen Robins dan Mary Coulter (2012 :36) perencanaan adalah sebuah proses
yang dimulai dari penetapan tujuan organisasi, menentukan strategi untuk
pencapaian tujuan organisasi tersebut secara menyeluruh untuk mengintegrasikan
dan mengoordinasikan seluruh pekerjaan organisasi hingga tercapainya tujuan
organisasi.
Menurut Robbins dan Coulter(2007:7)perencanaan tersebut ada dua
macam bentuknya yaitu:
a. Rencana formal adalah rencana tertulis yang telah ditetapkan dan harus
dilaksanakan suatu perusahaan atau organisasi dalam jangka waktu
tertentu dan merupakan rencana bersama anggota korporasi. Maksudnya
setiap anggota harus mengetahui dan menjalankan rencana itu agar tujuan
dapat diwujudkan. Rencana formal ini dibentuk untuk mengurangi
ambiguitas dan menciptakan kesepahaman tentang apa yang harus
dilakukan untuk tujuan bersama sebuah organisasi atau perusahaan.
b. Rencana informal adalah rencana yang tidak tertulis dan bukan
merupakan tujuan bersama anggota suatu organisasi. Rencana informal ini
biasanya mencakup pada kemampuan anggota dalam hubungannya
dengan seorang manager.

Universitas Sumatera Utara

2.

Mengorganisasi
Menurut Terry (2008:178) oganisasi adalah teori yang mempelajari kinerja

dalam sebuah organisasi, salah satu kajian teori organisasi, diantaranya membahas
tentang bagaimana sebuah organisasi menjalankan fungsi dan mengaktualisasikan
visi dan misi organisasi tersebut. Selain itu, dipelajari bagaimana sebuah
organisasi mempengaruhi dan dipengaruhi oleh orang didalamnya maupun
lingkungan kerja organisasi tersebut.
Menurut Lubis dah Husein (1987) bahwa teori organisasi itu adalah
sekumpulan ilmu pengetahuan yang membecarakan mekanisme kerjasama dua
orang atau lebih secara sistematis untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Teori organisasi merupakan sebuah teori untuk mempelajari kerjasama pada setiap
individu. Adapun ciri-ciri organisasi yaitu:
1.Mempunyai tujuan dan sasaran
2. Mempunyai keterikatan format dan tata tertib yang harus ditaati
3.Adanya kerja sama dari sekelompok orang
4.Mempunyai koordinasi tugas dan wewenang
3. Mengarahkan
Menurut Terry (2008:181) pengarahan adalah mengintegrasikan usaha–usaha
anggota suatu kelompok sedemikian rupa, sehingga dengan selesainya tugas–
tugas yang diserahkan kepada mereka, mereka memenuhi tujuan–tujuan
individual dan kelompok. Cara mengarahkan bawahan / staf yang tepat dilakukan
oleh manajer sebab :
1. Mengenal bawahannya

Universitas Sumatera Utara

2. Terbiasa dengan kecakapan dan kemampuan mereka
3. Mengerti akan kapasitas dan perhatian mereka
4. Mengetahui apa yang dapat mereka hasilkan
Teknik atau strategi pengarahan yang efektif sebagai berikut :
1. Memberikan informasi yang diperlukan untuk mengambil tindakan
yang efektif
2. Memberikan informasi mengenai lingkungan fisik dan manusia di
tempat bekerja ( untuk pegawai baru)
3. Informasi cara bekerja yang baik
4.

Melakukan Pengawasan
Pengawasan merupakan bagian dari fungsi manajemen yang berupaya agar

rencana yang sudah ditetapkan dapat tercapai dengan efektif dan efisien.Fungsi
manajemen lainnya seperti perencanaan,pengorganisasian, pelaksanakan tidak
akan dapat berjalan dengan baik apabila fungsi pengawasan ini tidak dilakukan
dengan baik.Demikian pula halnya dengan fungsi evaluasi terhadap pencapaian
tujuan manajemen akan berhasil baik apabila fungsi pengawasan telah di lakukan
dengan baik.
Schermerhorn dalam Ernie dan Saefullah (2005: 317), mendifinisikan
pengawasan merupakan sebagai proses dalam menetapkan ukuran kinerja dalam
pengambilan tindakan yang dapat mendukung pencapaian hasil yang diharapkan
sesuai dengan ukuran yang telah ditetapkan tersebut. Sedangkan menurut Mathis dan
Jackson (2006: 303), menyatakan bahwa pengawasan merupakan sebagai proses
pemantauan kinerja karyawan berdasarkan standar untuk mengukur kinerja,
memastikan kualitas atas penilaian kinerja dan pengambilan informasi yang dapat

Universitas Sumatera Utara

dijadikan

umpan

balik

pencapaian

hasil

yang

dikomunikasikan

ke

para

karyawan.Defenisi ini tidak hanya terpaku pada apa yang direncanakan, tetapi

mencakup dan melingkupi tujuan organisasi. Hal tersebut akan mempengaruhi
sikap, cara, sistem, dan ruang lingkup pengawasan yang akan dilakukan oleh
seorang manajer. Pengawasan sangat penting dilakukan oleh perusahaan dalam
kegiatan

operasionalnya

untuk

mencegah

kemungkinan

terjadinya

penyimpangan–penyimpangan dengan melakukan tindakan koreksi terhadap
penyimpangan tersebut untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh
perusahaan sebelumnya.
Harahap (2001:14) menyatakan pengawasan adalah keseluruhan sistem,
teknik, cara yang mungkin dapat digunakan oleh seorang atasan untuk menjamin
agar segala aktivitas yang dilakukan oleh dan dalam organisasi benar-benar
menerapkan prinsip efisiensi dan mengarah pada upaya mencapai keseluruhan
tujuan

organisasi.Sedangkan

menurut

Simbolon,

Maringan

(2004:

61),

pengawasan adalah proses dimana pimpinan ingin mengetahui hasil pelaksanaan
pekerjaan yang dilakukan bawahan sesuai dengan rencana, perintah, tujuan,
kebijakan yang telah ditentukan.
Berdasarkan penjelasan para ahli diatas, maka dapat diambil kesimpulan
bahwa pengawasan merupakan suatu tindakan pemantauan atau pemeriksaan
kegiatan perusahaan untuk menjamin pencapaian tujuan sesuai dengan rencana
yang ditetapkan sebelumnya dan melakukan tindakan korektif yang diperlukan
untukmemperbaiki kesalahan-kesalahan yang ada sebelumnya.Pengawasan yang
efektif membantu usaha dalam mengatur pekerjaan agar dapat terlaksana dengan

Universitas Sumatera Utara

baik. Fungsi pengawasan merupakan fungsi terakhir dari proses manajemen.
Fungsi ini terdiri dari tugas-tugas memonitor dan mengevaluasi aktivitas
perusahaan agar target perusahaan tercapai. Dengan kata lain fungsi pengawasan
menilai apakah rencana yang ditetapkan pada fungsi perencanaan telah tercapai.
2.1.6 Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)
Menurut Kementrian Negara Koperasi dan UMKM, kelompok usaha kecil
termasuk kelompok usaha mikro.Usaha mikro adalah kegiatan ekonomi rakyat
yang bersekala kecil dan bersifat tradisonal dan informal dalam arti belum
terdaftar, belum tercatat dan berbadan hukum, dan hasil penjualan tahunan paling
banyak Rp 100 juta. Sedangkan menurut (Biro Pusat Statistis ) BPS (2005), usaha
kecil adalah unit usaha dengan jumlah pekerja paling sedikit 5 orang dan paling
banyak 19 orang termasuk pengusaha.
Dalam perekonomian Indonesia Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah
(UMKM) merupakan kelompok usaha yang memiliki jumlah paling besar. Selain
itu Kelompok ini terbukti tahan terhadap berbagai macam goncangan krisi
ekonomi. Maka sudah menjadi keharusan penguatan kelompok usaha mikro, kecil
dan menengah yang melibatkan banyak kelompok. Kriteria usaha yang termasuk
dalam Usaha Mikro Kecil dan Menengah telah diatur dalam payung hukum
berdasarkan undang-undang.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro,
Kecil dan Menengah (UMKM) ada beberapa kriteria yang dipergunakan untuk
mendefinisikan Pengertian dan kriteria Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.
Pengertian-pengertian UMKM tersebut adalah :

Universitas Sumatera Utara

1. Usaha Mikro
Kriteria kelompok Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan
dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.
2. Usaha Kecil
Kriteria Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi
bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha
besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam UndangUndang ini.
3. Usaha Menengah
Kriteria Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,
yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai dengan Usaha
Kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan
tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang.
2.2 Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu

Nama
Peneliti dan
Tahun
Penelitian

Judul Penelitian

Variabel
Penelitian

Teknik
Analisis

Hasil
Penelitian

Universitas Sumatera Utara

Bojic
Milovanovic
dan Zoran
Wittnie (2014)

Analysis of External
Environment’s
Moderating Role on
Entrepreneurial
Orientation and
Business
Performance
Relationship among
Italian’s SME

1. Stretegic
Networking
2. External
Environmental
3. Business
Performance

Multiple
linear
regression
analysis
Hierarchic
al linear
regression
analysis

Lingkungan bisnis
eksternal
berpengaruh
secara terbatas
pada hubungan
antara strategic
networking dan
kinerja usaha

Rita Indah
Mustikowati
(2014)

Orientasi
Kewirausahaan ,
Inovasi, dan Strategi
Bisnis untuk
meningkatkan
Kinerja Perusahaan

1.Orientasi
Kewirausahaan
2.Inovasi
3.Strategi Bisnis
4.Kinerja
perusahaan

Analisis
Regresi
Berganda

Mahmud,
Ariati
Anomsari
(2011)

Analisis Pengaruh
Orientasi
Kewirausahaan,
Kemampuan
Manajemen dan
Strategi Bisnis dalam
peningkatan Kinerja
Perusahaan

1.Orientasi
Kewirausahaan
2.Kemampuan
Manajemen
3.Strategi Bisnis
4.Peningkatan
Kinerja
Perusahaan

Model
Persamaan
Struktural
(SEM)

Ana Wulandari
(2009)

Pengaruh
Lingkungan
Eksternal dan
Lingkungan Internal
Terhadap Orientasi
Wirausaha Dalam
Meningkatkan
Kinerja Usah

1. Lingkungan
Eksternal
2. Lingkungan
Internal
3. Orientasi
Kewirausahaa n 4.
Kinerja Usaha

Analisis
regresi dan
analisis
korelasi

Orientasi
Kewirausahaan,
Inovasi, dan
Strategi Binis
berpengaruh
secara langsung
dan positif
terhadap Kinerja
Perusahaan
Orientasi
Kewirausahaan ,
Kemampuan
Manajemen dan
Strategi bisnis
berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap Kinerja
Perusahaan
Penelitian
membuktikan
bahwa lingkungan
eksternal dan
lingkungan
internal memiliki
pengaruh positif
terhadap orientasi
wirausaha

Andreas
Rauch, Johan
Wiklund, G. T.
Lumpkin, and
Michael Frese
(2004)

Entrepreneurial
Orientation and
Bussiness
Performance: AN
Assesmentof Past
Resarch and
Suggestions for the
Future

1. Entrepreneurial
orientation
2. Business
performance

multiple
linear
regression
analysis

skala dari EO atau
dengan
memeriksa
moderator yang
relevan yang
dapat
mempengaruhi
hubungan kinerja
EO-. variabel
moderator
potensial
termasuk umur
perusahaan (yang
lebih tua dengan
kebiasaan yang
lebih mapan yang
kurang

Universitas Sumatera Utara

terpengaruh
positif oleh EO),
dinamisme
lingkungan
(menghadiahi
sebuah EO yang
lebih tinggi),
budaya nasional
(kinerja-dan
budaya
berorientasi masa
depan positif
moderat EO),
strategi yang
ditempuh (biaya
rendah
perusahaan
strategi yang
kurang positif
terkena EO dari
perusahaan
strategi
diferensiasi), dan
struktur organisasi
(formalisasi).

2.3 Kerangka Konseptual
Berdasarkan studi empiris yang telah dilakukan, hubungan antara orientasi
kewirausahaan serta kemampuan manajemen dengan kinerja usaha telah teruji
signifikansinya. Studi awal yang menjelaskan tentang konsepsi orientasi
kewirausahaan dikemukakan oleh Covin dan Slevin (1991) meliputi perilaku
inovatif (innovativeness), pengambilan resiko (risk taking) dan tindakan proaktif
(proactiveness).
Orientasi kewirausahaan memberikan kontribusi terhadap kinerja dan
didefinisikan sebagai sebuah ukuran majemuk yang mencakup kinerja keuangan
(Wiklund, 1999). Dalam studinya, Wiklund menjelaskan bahwa terdapat
hubungan positif antara orientasi kewirausahaan dengan kinerja. Kinerja diukur

Universitas Sumatera Utara

dari kinerja keuangan, yaitu tingkat pertumbuhan secara relatif dibandingkan
dengan pesaing, melalui indikator pertumbuhan penjualan, pertumbuhan
karyawan,

pertumbuhan

penjualan

dibandingkan

dengan

pesaing

dan

pertumbuhan pangsa pasar dibandingkan pesaing. Studi lain yang dilakukan oleh
Hui Li, et al. (2009) menghasilkan temuan bahwa orientasi kewirausahaan
berhubungan secara positif dengan kinerja usaha.
Sebuah perusahaan yang berdiri pada era globalisasi seperti sekarang ini
tidak dapat terlepas dari pengaruh yang ada di lingkungan industri, salah satunya
adalah kompetitor, konsumen dan juga lingkungan bisnis. Sebuah perusahaan
yang memiliki lingkungan bisnis yang baik dengan strategi operasi yang sudah
diarahkan secara tepat dan efektif pada perusahaan akan menghasilkan kinerja
yang baik bagi perusahaan itu sendiri. Dengan adanya lingkungan bisnis yang
baik dari para pelaku bisnis, maka perusahaan tersebut dianggap mampu
berkembang dibanding kompetitor. Lingkungan bisnis yang baik terhadap
perusahaan akan menunjukkan bagaimana kinerja dalam perusahaan itu sendiri,
karena dengan lingkungan bisnis yang baik, maka kinerja perusahaan akan
terorganisir dan akan membawa berimbas pada kemajuan usaha.
Menurut Erliah (2007:49) mengatakan bahwa “Suatu usaha dikatakan
berhasil di dalam usahanya apabila setelah jangka waktu tertentu usaha tersebut
mengalami peningkatan baik dalam permodalan, skala usaha, hasil atau laba, jenis
usaha atau pengelolaan”. Jadi dapat dikatakan bahwa kemampuan manajemen
berkaitan terhadap kinerja suatu usaha.Dan usaha itu dapat dikatakan berhasil jika

Universitas Sumatera Utara

mengalami peningkatan yang baik dalam permodalan, skala usah, hasil atau laba
maupun jenis usaha atau pengelolaan nya.
Studi lanjutan yang mendukung penerapan lingkungan bisnis dalam
hubungannya dengan kinerja usaha telah dilakukan oleh Dedi Kusmayadi (2008).
Dalam studinya, peneliti menggunakan variabel lingkungan bisnis untuk
mempengaruhi didalam proses pengambilan keputusan untuk suatu rencana
tindakan ataupun kebijakan dalam mengelola perusahaan adalah suatu bentuk
manajemen strategis. Hasil studi menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
positif antara lingkungan bisnis terhadap kinerja usaha. Dimana Perusahaan yang
berhasil menyelaraskan atau yang menunjukan tingkat adaptif dan fleksibilitas
tinggi dengan

lingkungan

memperlihatkan

kinerjanya

yang

lebih

baik

dibandingkan perusahaan yang kurang berhasil menyelaraskan strategi atau
menunjukkan tingkat adaptif dan fleksibilitas yang rendah.
Studi lanjutan berikutnya yaitu penerapan kemampuan manajemen dalam
hubungannya dengan kinerja usaha telah dilakukan oleh Windi Astuti
(2016).Dalam studinya, penelitian menggunakan variabel kemampuan manajemen
untuk mempengaruhi kinerja usaha di UKM olahan Produk Salak di Kabupaten
Banjarnega.Hasil studi menunjukkan bahwa terdapat

hubungan yang positif

antara kemampuan manajemen terhadap kinerja usaha. Hal ini membuktikan
bahwa ukuran usaha yang besar memiliki pengaruh yang lebih tinggi
dibandingkan dengan kemampuan manajemen terhadap usaha tersebut. Ukuran
usaha yang besar serta dana yang diperoleh secara pribadi menunjukan kontribusi
yang kuat terhadap kinerja usaha UKM olahan salak di Banjarnega.

Universitas Sumatera Utara

Seorang
kewirausahaan,

wirausahawan
lingkungan

pada

bisnis

intinya
dan

apabila

kemampuan

menerapkanorientasi
manajemen

maka

wirausahawan tersebut mempunyai tujuan yaitu untuk meningkatkan kinerja
usaha.
Berdasarkan teori yang telah diuraikan sebelumnya, penelitian ini akan
membahas mengenai pengaruh orientasi kewirausahaan dan kemampuan
manajemen terhadap kinerja usaha pada UKM kuliner Pagaruyung. Melihat teori
dan penjelasan tersebut, maka dibentuklah kerangka konseptual yang digunakan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Orientasi
Kewirausahaan (X1)
Lingkungan Bisnis
(X2)

Kinerja Usaha
(Y)

Kemampuan
Manajemen(X3)
Gambar2.1 Kerangka Konseptual

2.4 Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka konseptual yang telah
diuraikan sebelumnya, maka hipotesis yang di kemukakan oleh peneliti adalah
“Orientasi kewirausahaan, kemampuan manajemen, dan lingkungan bisnis
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja usaha pada UKM kuliner
Pagaruyung”.

Universitas Sumatera Utara