Analisis Faktor -Faktor yang Berhubungan Dengan Tindakan Ibu Dalam Pemberian Imunisasi Dasar pada Bayi (9 -12 Bulan) di Puskesmas Pangkalan Susu Kabupaten Langkat

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Angka Kematian Balita (AKBA) di Indonesia telah menurun, dimana rata-rata
penurunan AKBA pada dekade 1990-an adalah tujuh persen per tahun, lebih tinggi
dari dekade sebelumnya yaitu empat persen per tahun. Demikian juga data yang
diperoleh pada tahun 2000-2010 juga menunjukkan perbaikan kondisi kesehatan
namun masih ada bayi yang mengalami kesakitan ataupun kematian dari penyakit
yang seharusnya dapat dicegah dengan Imunisasi.Adapun penyebab utama kematian
bayi menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1995 adalah infeksi saluran
pernafasanan akut (ISPA), komplikasi perinatal dan diare (Lisnawati.L, 2011).
Tingginya kematian bayi ini disebabkan karena masih rendahnya status
kesehatan ibu dan Bayi Baru Lahir (BBL), rendahnya akses dan kualitas pelayanan
kesehatan ibu dan anak. Dengan demikian diperlukanlah upaya untuk dapat
menurunkan angka kematian bayi dan balita ini, antara lain adalah dengan
meningkatkan cakupan Imunisasi yang terdiri dari Imunisasi BCG, Polio, DPT, HB,
dan Campak.Imunisasi dapat meningkatkan kekebalan individu sehingga terhindar
dari

penyakit


tertentu.

Imunisasi

sangat

efektif

untuk

menekan

angka

morbiditas,kecacatan dan mortalitas (Lisnawati.L, 2011).
Imunisasi hanya akan memberikan kekebalan atau resistensi pada jenis
penyakit yang sesuai dengan jenis Imunisasi yang didapatkan, sehingga untuk
1


Universitas Sumatera Utara

terhindar dari penyakit lain diperlukan Imunisasi lainnya. Pemberian suntikan
Imunisasi pada bayi, tepat pada waktunya merupakan faktor yang sangat penting
untuk kesehatan bayi. Imunisasi diberikan mulai dari lahir sampai awal masa kanakkanak. Imunisasi dapat diberikan ketika ada kegiatan posyandu, pemeriksaan
kesehatan pada petugas kesehatan atau pekan imunisasi. Program Imunisasi di
Indonesia meliputi Imunisasi wajib dan Imunisasi anjuran (Proverawati dan
Andhini,2010).
Dengan mendapatkan Imunisasi, setiap tahunnya dapat menyelamatkan 3 juta
orang di seluruh dunia. Setiap tahun lebih dari 1,4 juta anak di dunia meninggal
karena berbagai penyakit yang sebenarnya dapat dicegah dengan Imunisasi
(Lisnawati.L, 2011). Adapun beberapa penyakit menular yang termasuk ke dalam
Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I) antara lain: Tuberculosis
(TBC), Difteri, Tetanus, Hepatitis B, Pertusis, Campak, Polio, Radang selaput otak,
dan radang paru-paru. Dengan mendapatkan Imunisasi, anak akan terlindungi dari
berbagai penyakit berbahaya tersebut yang dapat menimbulkan kecacatan atau
kematian (Sutarjo, 2015).
MenurutSuara Pembaruan memihak kebenaran tahun 2013, dari 26,4 juta bayi
yang ada di Indonesia ditemukan 3,9 juta atau sekitar 14% diantaranya belum
mendapatkan Imunisasi Dasar (www.beritasatu.com). Dan Menurut WHO ada 1,5

juta anak mengalami kematian tiap tahunnya oleh penyakit yang sebenarnya bisa
dicegah dengan Imunisasi. Pada tahun 2013, lebih dari dua juta balita melewatkan

Universitas Sumatera Utara

Imunisasi DPT3 dimana banyak dari mereka adalah masyarakat yang tidak mampu
(Sutarjo, 2015).
Tanpa Imunisasi kira-kira tiga dari seratus kelahiran anak akan meninggal
karena penyakit Campak. Sebanyak dua dari seratus kelahiran anak akan meninggal
karena Batuk Rejan. Satu dari seratus kelahiran anak akan meninggal karena penyakit
Tetanus. Dari setiap dua ratus ribu anak, satu akan menderita penyakit Polio
(Proverawati dan Andhini, 2010). Untuk mencegah hal di atas ini terjadi lagi,
diperlukanlah upaya untuk dapt mengatasinya yaitu dengan mendapatkan imunisasi.
Namun imunisasinya tidak cukup hanya dilakukan satu kali saja tetapi harus
dilakukan secara bertahap dan lengkap terhadap berbagai penyakit yang sangat
membahayakan kesehatan hidup anak (Lisnawati.L, 2011).
Imunisasi Dasar diberikan pada bayi sebelum berusia satu tahun (Pasal 5 ayat
2 Permenkes RI, 2013). Jenis Imunisasi Dasar terdiri atas Bacillus Calmette Guerin
(BCG), Dipththeria Pertusis Tetanus-Hepatitis B (DPT-HB) atau Diphtheria Pertusis
Tetanus-Hepatitis B-Hemophilus Influenza type B(DPT-HB-Hib), Hepatitis B pada

Bayi Baru Lahir, Polio, dan Campak (Pasal 1 Permenkes RI, 2013). Keberhasilan
seorang bayi dalam mendapatkan Imunisasi Dasar tersebut diukur melalui indikator
Imunisasi Dasar Lengkap (Sutarjo, 2015).
Menurut pedoman WHO, bayi dinyatakan telah diimunisasi lengkap bila telah
mendapatkan satu kali Imunisasi BCG, 3 kali Imunisasi Hepatitis B (HB), tiga kali
Imunisasi DPT, empat kali Imunisasi Polio, dan satu kali Imunisasi Campak.
Imunisasi BCG diberikan pada bayi umur kurang dari tiga bulan; Imunisasi Polio

Universitas Sumatera Utara

pada Bayi Baru Lahir, dan tiga dosis berikutnya diberikan dengan jarak paling cepat
empat minggu; Imunisasi DPT-HB pada bayi umur dua bulan, tiga bulan empat bulan
dengan interval minimal empat minggu; dan Imunisasi Campak paling dini umur
sembilan bulan (Riskesdas, 2012).
Menurut Nafsiah Mboi (Kemenkes RI, 2013) mengatakan pada tahun 2012
cakupan Imunisasi Dasar Lengkap pada bayi di Indonesia mencapai 86,8%. Angka ini
belum menggembirakan, sebab masih ada jutaan anak yang tidak mendapatkan
Imunisasi. Masih ada sekitar 14% atau sekitar tiga juta sembilan ratus yang belum
dapat Imunisasi Dasar. Masih ada daerah yang pencapaian cakupan Imunisasi Dasar
masih 60%-70%. Angka ini masih rendah sehingga hal ini perlu diperhatikan karena

ini bukanlah angka yang sedikit karena bayi ini tidak memiliki kekebalan tubuh yang
baik, sehingga akan rentan terserang penyakit dari berbagai penyakit yang seharusnya
dapat dicegah dengan Imunisasi maka oleh karena itu WHO menetapkan Indonesia
menjadi

akselerasi

pencapaian

(www.beritasatu.com). Bayi

Imunisasi

Dasar

hingga

mencapai

100%


yang mendapat vaksinasi (Imunisasi), 80-95%

diantaranya akan terhindar dari penyakit infeksi yang ganas, apalagi bayi tersebut
memperoleh Imunisasi Dasar Lengkap. Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap berguna
untuk

memberi

perlindungan menyeluruh

terhadap

penyakit-penyakit

yang

berbahaya. Keberhasilan seorang bayi dalam mendapatkan Imunisasi Dasar tersebut
diukur melalui indikator Imunisasi Dasar Lengkap (Sutarjo, 2015).
Cakupan Imunisasi Lengkap di Indonesia cenderung meningkat dari tahun

2007 (41,6%), 2010 (53,8%), dan 2013 (59,2%). Papua mempunyai cakupan

Universitas Sumatera Utara

Imunisasi terendah untuk semua jenis Imunisasi dan yang tertinggi diperoleh oleh
provinsi DI Yogyakarta. Berdasarkan jenis Imunisasi persentase tertinggi adalah
BCG (87,6%) dan terendah adalah DPT-HB3 (75,6%) (Riskesdas, 2013). Menurut
Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2014, capaian indikator Imunisasi Lengkap di
Indonesia sebesar 86,9%. Angka ini belum mencapai target Renstra Indonesia pada
tahun 2014 yang sebesar 90%.Menurut Kemenkes RI (2015), cakupan Imunisasi di
Indonesia masih belum merata ditemukan. Dari sepuluh provinsi di Indonesia dengan
populasi termiskin terdapat sekitar 70% anak-anak yang tidak diberi Imunisasi.
Menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)
2012, cakupan Imunisasi Dasar di Sumatera Utara tahun 2012 adalah BCG (80,4%),
DPT (68,7%), Polio (77,9%), HB0 (67%), HB (40,8%), dan Campak (64,2%).
Adapun capaian Imunisasi Dasar di Sumatera Utara sebesar 50,8% (BKKBN, 2012).
Berdasarkan persentase Imunisasi Dasar Lengkap pada anak umur 12-23 Bulan
menurut provinsi, Indonesia tahun 2013 yaitu di provinsi Sumatera Utara
memilikiImunisasi Lengkap (39,1%), Imunisasi Tidak Lengkap (44,5%) dan tidak
Imunisasi (16,4%) (Riskesdas, 2013). Berdasarkan data dari Ditjen PPPL, Kemenkes

RI, 2015 yang dikutip Profil Kesehatan Indonesia tahun 2014 menyatakan bahwa
cakupan Imunisasi Lengkap di provinsi Sumatera Utara sebesar 79,9%. Menurut
Ditjen PPPL, Kemenkes RI (2014), cakupan Imunisasi Dasar Lengkap pada bayi
provinsi Sumatera Utara per September 2014 sebesar 36,5% dengan kabupaten/ kota
tertinggi yaitu Samosir (57,3%) dan terendah Nias Utara (8,7%). Menurut Ditjen
PPPL, Kemenkes RI (2014), cakupan Imunisasi Dasar Lengkap pada bayi provinsi

Universitas Sumatera Utara

Sumatera Utara per September 2014 sebesar 36,5% dengan kabupaten/ kota tertinggi
yaitu Samosir (57,3%) dan terendah Nias Utara (8,7%). Angka ini masih belum
mencapai target dari Renstra Indonesia pada tahun 2014 (90%).
Selain Imunisasi Dasar Lengkap sebagai indikator keberhasilan dalam
Imunisasi ada lagi yang menjadi indikator untuk mengukur keberhasilan pelaksanaan
Imunisasi ini yaitu adalah Universal Child Immunization (UCI) desa/ kelurahan. UCI
desa/kelurahan adalah gambaran suatu desa/kelurahan dimana
≥ 80% dari jumlah
bayi (0-11 bulan) yang ada di desa/kelurahan tersebut sudah mendapat Imunisasi
Dasar Lengkap.Target Renstra Kementerian Kesehatanuntuk cakupan desa/ kelurahan
UCI pada tahun 2014 sebesar 100% di tahun berikutnya (Sutarjo, 2015).

Cakupan desa/kelurahan UCIpada tahun 2014 masih sebesar 81,82% yang
berarti belum mencapai target yang telah ditetapkan. Pada tahun 2014 terdapat lima
provinsi di Indonesia yang telah mencapai cakupan UCI desa/ kelurahan sebesar
100%, yang berarti sudah mencapai target Renstra Indonesia tahun 2014, yaitu
Lampung, Jambi, Kepulauan Bangka Belitung, DI Yogyakarta, dan DKI Jakarta
(Ditjen PPPL, Kemenkes RI(2015) dikutip Sutarjo, 2015).
Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat,
Puskesmas Pangkalan Susu merupakan salah satu Puskesmas yang cakupan Imunisasi
Dasarnya masih rendah. Puskesmas Pangkalan Susu Kabupaten Langkat tahun 2015
memiliki jumlah bayi sebanyak 1.372 orang. Persentase cakupan Imunisasi Dasar
Lengkap di Puskesmas Pangkalan Susu Kabupaten Langkat adalah HB0 (48,7%),
BCG (48,7%), Polio (47,4%), DPT-HB (47,4%) dan Campak (48,5%) dengan

Universitas Sumatera Utara

capaian Imunisasi Dasar Lengkapnya sebesar 48,14%. Angka ini masih tergolong
rendah dan belum mencapai target Renstra Kemenkes RI,2015 (93%).
Berdasarkan survei drop outdi Jawa pada 2011-2012 yang dilakukan
UNICEF,


Indonesia yang melihat dari sisi pengetahuan, perilaku dan praktek

komunikasi mengenai imunisasi

ditemukan beberapa tantangan dan isu utama

rendahnya cakupan imunisasi yaitu sebagai berikut: orang tua yang kurang
pengetahuan imunisasi, kurangnya kesadaran terhadap layanan imunisasi di
lingkungan, kepercayaan orang tua pada informasi yang salah karena kepercayaan
tradisional mereka, buruknya cara pemberian informasi oleh petugas kesehatan dan
kurangnya dukungan dari tokoh budaya dan tokoh agama di masyarakat (Kemenkes
RI, 2015).
Untuk dapat mencapai keberhasilan pelaksanaan Imunisasi Dasar Lengkap,
salah satunya adalah dengan mengubah perilaku orang tua atau ibu di dalam keluarga.
Adapun faktor-faktor yang memengaruhi perilaku adalah yang terdapat di dalam
Teori Lawrence Green (1980), Teori WHO (1988)dan adanya Dukungan Keluarga
menurut Caplan (1976). Menurut Green (1980), salah satu faktor yang memengaruhi
perilaku seseorang atau ibu antara lain adalah faktor predisposisi (Maulana,H.,2014).
Faktor predisposisi (predisposing factors)merupakan faktor yang memberi
efek keluarga atau seseorang sebelum perilaku terjadi, dengan meningkatkan atau

menurunkan seseorang atau motivasi penduduk untuk melakukan perilaku tertentu.
Karakteristik predisposisi terlihat untuk memasukkan faktor-faktor demografi (umur
dan jenis kelamin), struktur sosial (pendidikan, pekerjaan, etnik dan faktor lainnya)

Universitas Sumatera Utara

dan kepercayaan kesehatan (sikap, nilai, dan pengetahuan yang mungkin
memengaruhi persepsi kebutuhan dan penggunaan layanan kesehatan). Adapun faktor
predisposisi yang penting untuk pendidikan kesehatan beroperasi terutama di ranah
psikologis, yaitu termasuk pengetahuan, sikap, keyakinan, nilai, self-efficacy, niat
perilaku, dan keterampilan yang ada (Kholid, 2012).
Hal ini didukung oleh Worang Rianti,dkk.(2014), dalam penelitiannya di Desa
Taraitak Kecamatan Langowan Utara Puskesmas Walantakan yang menyatakan
adanya hubungan antara pengetahuan ibu, pendidikan ibu, sikap dan perilaku ibu
terhadap pemberian Imunisasi Dasar pada bayi dengan nilai p=0,001 (p

Dokumen yang terkait

Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Polio Dengan Perilaku Ibu Pasca Pemberian Imunisasi Polio Pada Bayi Di Desa Mancang Wilayah Kerja Puskesmas Selesai, Kab. Langkat Tahun 2014

2 46 87

Motivasi Ibu dalam Pemberian Imunisasi Dasar di Klinik Nirmala Jl. Pasar 3 Krakatau Medan Tahun 2014

13 76 89

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DASAR DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI DASAR BAYI Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar Dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar Bayi Di Wilayah Kerja Puskesmas Bendo Kabupaten Magetan.

0 1 15

Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar Dengan Pemberian Imunisasi di Wilayah Kerja Puskesmas Selesai Kabupaten Langkat

0 0 9

Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar Dengan Pemberian Imunisasi di Wilayah Kerja Puskesmas Selesai Kabupaten Langkat

0 0 2

Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar Dengan Pemberian Imunisasi di Wilayah Kerja Puskesmas Selesai Kabupaten Langkat

0 0 9

Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar Dengan Pemberian Imunisasi di Wilayah Kerja Puskesmas Selesai Kabupaten Langkat

0 0 20

Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar Dengan Pemberian Imunisasi di Wilayah Kerja Puskesmas Selesai Kabupaten Langkat Chapter III VI

0 1 38

Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar Dengan Pemberian Imunisasi di Wilayah Kerja Puskesmas Selesai Kabupaten Langkat

0 2 3

Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar Dengan Pemberian Imunisasi di Wilayah Kerja Puskesmas Selesai Kabupaten Langkat

0 0 22