Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Polio Dengan Perilaku Ibu Pasca Pemberian Imunisasi Polio Pada Bayi Di Desa Mancang Wilayah Kerja Puskesmas Selesai, Kab. Langkat Tahun 2014

(1)

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI POLIO DENGAN PERILAKU IBU PASCA PEMBERIAN IMUNISASI

POLIO PADA BAYI DI DESA MANCANG WILAYAH KERJA PUSKESMAS SELESAI, KAB.

LANGKAT TAHUN 2014

NIM : 135102122 HERA DANIATI BR PINEM

KARYA TULIS ILMIAH

PROGRAM STUDI D IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2014


(2)

(3)

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI POLIO DENGAN PERILAKU IBU PASCA PEMBERIAN IMUNISASI

POLIO PADA BAYI DI DESA MANCANG WILAYAH KERJA PUSKESMAS SELESAI KAB. LANGKAT

TAHUN 2014

ABSTRAK Hera Daniati Br Pinem

Latar belakang : ASI yang keluar pada saat bayi usia 0 – 3 bulan mengandung kadar zat antipoliomilities yang dapat menetralisir virus vaksin polio di dalam usus anak sehingga menghambat pembentukan zat anti bodi. Banyak ibu tidak mengetahui bahwa pemberian ASI segera setelah pemberian imunisasi polio dapat mempengaruhi efektifitas imunisasi polio yang diberikan lewat mulut.

Tujuan penelitian : untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu tentang imunisasi polio dengan perilaku ibu pasca pemberian imunisasi polio pada bayi di Desa Mancang Wilayah Kerja Puskesmas Selesai Kabupaten Langkat.

Metodologi penelitian : desain penelitian ini adalah bersifat deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah ibu yang datang untuk mengimunisasikan bayi yang berusia 0-3 bulan 54 orang dengan menggunakan purposive sampling. Analisa data menggunakan Fisher’s Exact. Hasil : penelitian yang telah dilakukan diperoleh mayoritas ibu yang berpengetahuan baik dan berperilaku baik pasca pemberian imunisasi polio pada bayi 13 orang (24,07%), dan ibu yang berpengetahuan kurang dan berperilaku kurang 38 orang (70,38). Terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan perilaku ibu pasca pemberian imunisasi polio, dibuktikan dengan nilai p = 0,000.

Kesimpulan : penelitian ini dibuktikan terdapat hubungan antara pengetahuan dengan perilaku ibu pasca pemberian imunisasi polio karena semakin rendah pengetahuan ibu maka perilaku ibu juga semakin kurang. Maka diharapkan kepada tenaga kesehatan agar dapat memberikan informasi tentang imunisasi polio sehingga pengetahuan dan

perilaku ibu menjadi lebih baik.


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, atas Rahmad-Nya yang telah dilimpahkan-Rahmad-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Polio Dengan Perilaku Ibu Pasca Pemberian Imunisasi Polio Pada Bayi Di Desa Mancang Wilayah Kerja Puskesmas Selesai, Kab. Langkat Tahun 2014”.

Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini bertujuan untuk memenuhi tugas akhir, sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Saint Terapan di Program Studi DIV Kebidanan Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan KTI ini penulis tidak luput dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak baik secara moril maupun materil. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada :

1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.

2. Ibu Nur Asnah Sitohang, S.Kep, Ns, M.Kep, selaku Ketua Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan. 3. Ibu Betty Mangkuji, SST, M.Keb, selaku Dosen Pembimbing yang senantiasa

telah memberi bimbingan dan arahan kepada penulis dalam penyusunan hingga terselesaikan nya Karya Tulis Ilmiah ini.

4. Ibu Nur Afi Darti, S.Kp, M.Kep, selaku Dosen Penguji I yang telah memberi bimbingan dan arahan kepada penulis.

5. Bapak Dr. dr. M Fidel Ganis Siregar, M.Ked (OG), SpOG (K) selaku Dosen Penguji II yang telah memberi bimbingan dan arahan kepada penulis.


(5)

6. Kepala Puskesmas Selesai, Kab. Langkat, yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.

7. Seluruh dosen dan staf Program Studi D-IV Bidan Pendidik di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan yang telah banyak memberikan ilmunya serta tidak pernah bosan mendidik dan mengarahkan penulis.

8. Sembah Sujud dan ucapan terima kasih Ananda yang tak terhingga kepada Ayahanda (Normal Pinem) dan Ibunda (Basati Br Karo, S.Sos) yang telah sabar dan penuh kasih sayang membesarkan, mendidik, serta membimbing penulis dan juga memberikan bantuan dan dorongan moril maupun material yang tiada terbatas sampai akhir hayat.

9. Adik – adik saya (M. Amry Prananta Pinem dan M. Yusri Pinem) yang telah banyak memberi dukungan dan semangat dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.

10.Teman-teman mahasiswa Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara 2013 yang telah banyak memberikan dukungan terhadap penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

11.Sahabat saya Nova Tantya yang selalu memberi dukungan dan semangat sampai Karya Tulis Ilmiah ini selesai.

12. Seluruh pihak yang telah membantu yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menerima segala kritik dan saran yang sifatnya membangun dari para pembaca sekalian, demi kebaikan dan kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.


(6)

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi kita semua.

Amin ya rabbal alamin…

Medan, 02 juli 2014 Hormat Saya


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK……….. i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR SKEMA ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang . ... 1

B. Perumusan Masalah. ... 1

C. Tujuan Penelitian. ... 5

1. Tujuan Umum. ... 5

2. Tujuan Khusus. ... 6

D. Manfaat Penelitian. ... 6

1. Manfaat Teoritis. ... 6

2. Manfaat Apikatif. ... 6

a. Bagi Peneliti. ... 6

b. Bagi Responden. ... 6

c. Bagi Institusi Pendidikan. ... 7

d. Bagi Peneliti Selanjutnya. ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

A. Pengetahuan……….8

1. Pengertian Pengetahuan………8

2. Tingkat Pengetahuan……….8

3. Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan……….10

4. Cara Mengukur Pengetahuan………..12

B. Imunisasi………13

1. Pengertian Imunisasi………..13


(8)

3. Manfaat Imunisasi……….14

4. Jenis Imunisasi………...………14

C. Imunisasi Polio……….……….………....15

1. Pengertian Imunisasi Polio………...…………...15

2. Jumlah Pemberian Imunisasi………...…17

3. Usia Pemberian Imunisasi……….………..……17

4. Cara Pemberian Imunisasi………18

5. Cara Pemberian Dosis……….….18

6. Efek Samping………...18

7. Kontra Indikasi……….…19

8. Tingkat Kekebalan……….…..19

9. Pencegahan Polio……….19

10. Diagnosis Laboratorium……….20

D. Poliomelities………..20

E. Antipoliomelitik dalam ASI……….21

F. Keuntungan ASI……….…..21

G. Perilaku. ... 22

1. Pengertian Perilaku. ... 22

2. Prosedur Pembentukan Perilaku. ... 22

3. Bentuk Perilaku. ... 23

4. Proses Adopsi Perilaku. ... 23

5. Perilaku Yang Berhubungan Dengan Kesehatan... 25

H. Hubungan Pengetahuan Dengan Perilaku. ... 25

BAB III KERANGKA KONSEP ... 28

A. Kerangka Konsep. ... 28

B. Hipoteis. ... 28

C. Defenisi Operasional. ... 30

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ... 31

A. Desain Penelitian. ... 31

B. Populasi Dan Sampel. ... 31

1. Populasi. ... 31


(9)

3. Teknik Sampel. ... 32

4. Kriteria Retriksi. ... 32

a. Kriteria Inklusi. ... 32

b. Kriteria Eksklusi... 32

C. Lokasi Penelitian. ... 33

D. Waktu Penelitian. ... 33

E. Etika Penelitian. ... 33

F. Alat Pengumpulan Data. ... 34

G. Uji Validitas Dan Reliabilitas. ... 34

H. Prosedur Pengumpulan Data. ... 34

I. Analisa Data. ... 35

BAB V HASIL PENELITIAN.. ... 36

A.Hasil Penelitian. ... 36

1.Analisis Univariat... 36

a. Karakteristik DemografiIbu. ... 36

b. Pengetahuan ibu tentang imunisasi polio. ... 38

c. Perilaku ibu pasca imunisasi polio.. ... 38

.2. Analisis Bivariat. ... 39

a. Hubungan pengetahuan dan perilaku ibu. ... 39

B. Pembahasan. ... 40

1. Pengetahuan ibu tentang imunisasi polio. ... 40

a. Pengetahuan ibu berdasarkan umur. ... 40

b. Pengetahuan ibu berdasarkan pendidikan. ... 41

c. Pengetahuan ibu berdasarkan pekerjaan. ... 42

d. Pengetahuan ibu berdasarkan sumber informasi. ... 43

2. Perilaku ibu pasca imunisasi polio. ... 44

3. Hubungan pengetahuan dengan perilaku. ... 44

C. Keterbatasan Penelitian. ... 46

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 47

A. Kesimpulan. ... 47


(10)

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(11)

DAFTAR TABEL

Keterangan Halaman

1. Tabel 3.2 Definisi Operasional ... 30

2. Tabel 5.1 Distribusi Karakteristik Responden………..………... 36

3. Tabel 5.2 Distribusi frekuensi Pengetahuan………..…. 38

4. Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Perilaku……… 38


(12)

DAFTAR SKEMA

Keterangan Halaman


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Keterangan:

Lampiran 1 : Surat izin permohonan penelitian Puskesmas Selesai

Lampiran 2 : Surat Balasan Izin Penelitian Puskesmas Selesai

Lampiran 3 : Lembar Uji validitas

Lampiran 4 : Lembar Informed Consent

Lampiran 5 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 6 : Lembar Kuesioner

Lampiran 7 : Master Tabel Distribusi

Lampiran 8 : Master Tabel Pengetahuan

Lampiran 9 : Hasil Output Data

Lampiran 10 : Daftar Riwayat Hidup


(14)

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI POLIO DENGAN PERILAKU IBU PASCA PEMBERIAN IMUNISASI

POLIO PADA BAYI DI DESA MANCANG WILAYAH KERJA PUSKESMAS SELESAI KAB. LANGKAT

TAHUN 2014

ABSTRAK Hera Daniati Br Pinem

Latar belakang : ASI yang keluar pada saat bayi usia 0 – 3 bulan mengandung kadar zat antipoliomilities yang dapat menetralisir virus vaksin polio di dalam usus anak sehingga menghambat pembentukan zat anti bodi. Banyak ibu tidak mengetahui bahwa pemberian ASI segera setelah pemberian imunisasi polio dapat mempengaruhi efektifitas imunisasi polio yang diberikan lewat mulut.

Tujuan penelitian : untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu tentang imunisasi polio dengan perilaku ibu pasca pemberian imunisasi polio pada bayi di Desa Mancang Wilayah Kerja Puskesmas Selesai Kabupaten Langkat.

Metodologi penelitian : desain penelitian ini adalah bersifat deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah ibu yang datang untuk mengimunisasikan bayi yang berusia 0-3 bulan 54 orang dengan menggunakan purposive sampling. Analisa data menggunakan Fisher’s Exact. Hasil : penelitian yang telah dilakukan diperoleh mayoritas ibu yang berpengetahuan baik dan berperilaku baik pasca pemberian imunisasi polio pada bayi 13 orang (24,07%), dan ibu yang berpengetahuan kurang dan berperilaku kurang 38 orang (70,38). Terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan perilaku ibu pasca pemberian imunisasi polio, dibuktikan dengan nilai p = 0,000.

Kesimpulan : penelitian ini dibuktikan terdapat hubungan antara pengetahuan dengan perilaku ibu pasca pemberian imunisasi polio karena semakin rendah pengetahuan ibu maka perilaku ibu juga semakin kurang. Maka diharapkan kepada tenaga kesehatan agar dapat memberikan informasi tentang imunisasi polio sehingga pengetahuan dan

perilaku ibu menjadi lebih baik.


(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut Markum (2002 dalam Widayati, 2009 1) Fakta dunia saat ini khususnya di negara sedang berkembang setiap 14,5 juta anak balita meninggal karena berbagai penyakit yang dapat dicegah, kurang gizi, dehidrasi karena muntaber dan setiap tahunnya 3,5 juta anak balita meninggal karena penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.

Hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 menunjukkan Angka Kematian Bayi (AKB) 34 per 1.000 Kelahiran Hidup dan Angka Kematian Balita (AKBA) 44 per 1.000 Kelahiran Hidup. Target pencapaian sasaran di tahun 2015 yaitu Angka Kematian Bayi (AKB) 23 per 1.000 Kelahiran Hidup dan Angka Kematian Balita (AKBA) 32 per 1.000 Kelahiran Hidup. Penyelenggaraan pembangunan kesehatan meliputi upaya kesehatan dan sumber dayanya harus dilakukan secara terpadu guna mencapai hasil yang optimal. Pada tahun 2014 bangsa Indonesia diharapkan mencapai tingkat kesehatan tertentu yang ditandai penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, mampu memperoleh pelayanan kesehatan yang memadai secara adil dan bermutu, merata serta memiliki derajat kesehatan yang optimal.

Berdasarkan data subdit Imunisasi Ditjen PPM dan PLP Depkes tahun 2004 cakupan imunisasi di Indonesia adalah cakupan perantigen yaitu untuk 4 dosis polio mencapai target 85%.


(16)

Menurut Achmadi (2006 dalam Widayati, 2009 ¶ 2), Dalam 20 tahun lalu, polio telah melumpuhkan sekitar seribu anak setiap harinya dihampir tiap negara di dunia, namun pada tahun 1988 gerakan anti polio dunia dicanangkan. Wabah besar Pertama di Amerika serikat terjadi pada tahun 1916, ketika lebih dari 27.000 orang terkena penyakit ini dan sekitar 6000 orang meninggal dan sebagian besar adalah anak. Hingga memasuki tahun 2004, hanya ditemukan 1.266 kasus polio di seluruh dunia, sebagian besar ditemukan di negara endemik polio, yakni Yaman, Nigeria, India, Pakistan, Mesir, Afghanistan, yang ada di dunia, sekitar 25% berada di Indonesia dan menempati peringkat tiga di dunia.

Expended Programe Imunnization (EPI) atau program pengembangan Imunisasi (PPI) didunia dimulai pada tahun 1974. Sejak itu penyakit poliomyelitis yang dilaporkan dari setiap Negara semakin menurun. Pada siding WHA ke 41 tahun 1988, diputuskan melakukan eradikasi polio global yang selesai tahun 2000 lewat Global Polio Eradication Initative (Indonesia dikenal dengan ERAPO) (Hadinegoro, 2011 hal 267).

Jumlah kasus polio di Indonesia sampai dengan tanggal 21 maret 2006 ditemukan pada 305 anak yang tersebar 10 provinsi di Indonesia, yaitu Jawa barat (59 kasus), Banten (160 kasus), Jawa tengah (20 kasus), Lampung (26 kaus), Jakarta (4 kaus), Sumatera Utara (10 kasus), Riau (3 kaus), Jawa Timur (10 kasus), Sumatera selatan (5 kasus) dan Nangroe Aceh Darussalam (5 kasus).

Menurut Dinkes Sumatera Utara (2009) Pencapaian program imunisasi di Sumatera Utara sudah cukup tinggi bila dilihat dari cakupan imunisasi dimana 306.221 bayi yang menjadi sasaran, diketahui bahwa yang mendapat imunisasi Polio 3 sebesar 286.359 bayi (93,51%).


(17)

Polio dapat menyebabkan gejala yang ringan atau penyakit yang sangat parah. Penyakit ini dapat menyerang sistem pencernaan dan sistem saraf. Polio menyebabkan demam, muntah – muntah dan kekakuan otot dan dapat menyerang saraf – saraf mengakibatkan kelumpuhan permanen. Penyakit ini dapat melumpuhkan otot pernapasan dan otot yang mendukung proses penelanan, menyebabkan kematian. Di antara dua sampai lima persen penderita polio akan meninggal akibat penyakit ini dan sekitar 50% pasien yang masih bertahan hidup menderita kelumpuhan seumur hidup. Polio dapat ditularkan jika tinja penderita mencemari makanan, air atau tangan (Proverawati dan Andhini, 2010 hal. 56).

Poliomielitis adalah suatu penyakit demam akut yang disebabkan oleh virus polio. Terdapat sekitar 95% dari semua infeksi polio. Menurut estimasi rasio penyakit yang tanpa gejala terhadap penyakit paralatik bervariasi dari 50:1 sampai 1000:1 (rata- rata 200:1). Pasien yang terkena infeksi tanpa gejala mengeluarkan virus bersama tinja dan dapat menularkan virus ke orang lain. Sekitar 4% - 8% dari infeksi polio tanpa gejala klinis. Terjadi pada 1% - 2% dari infeksi polio yang didahului oleh gejala prodromal penyakit ringan yang berlangsung beberapa hari. Terjadi dengan gejala kelayuhan kurang dari 2% semua infeksi polio. Gejala kelayuhan umumnya mulai 2 – 3 hari (Hadinegoro, 2011 hal. 267).

Menurut Zulkifli (2007 dalam jurnal ¶ 4) Kelumpuhan terjadi dalam seminggu dari permulaan sakit. Kelumpuhan ini terjadi sebagai akibat dari kerusakan sel-sel motor neuron di Medula spinalis tulang belakang) yang disebabkan karena invasi virus. Kelumpuhan ini bersifat asimetris sehingga cenderung menirnbulkan deformitas (gangguan bentuk tubuh) yang cenderung menetap atau bahkan menjadi lebih berat. Sebagian terbesar kelumpuhan akan


(18)

mengenai tungkai (78,6 persen), sedangkan 47,4 persen akan mengenai lengan. Kelumpuhan ini akan berjalan bertahap dan memakan waktu 2 hari s/d 2 bulan).

Menurut Nelson (2006 dalam Widayati 2009, ¶ 5), Penting bagi orang tua untuk mengetahui mengapa, kapan, dimana, dan berapa kali anak harus diimunisasi. Kendala utama untuk keberhasilan imunisasi bayi dan anak dalam sistem perawatan kesehatan yaitu rendahnya kesadaran dan tidak adanya kebutuhan masyarakat pada imunisasi. Jalan masuk ke pelayanan imunisasi tidak akurat, melalaikan peluang untuk pemberian vaksin dan sumber yang akurat untuk kesehatan masyarakat dan program pencegahan. Pemberian imunisasi pada bayi dan anak tidak hanya memberi pencegahan penyakit pada anak tersebut tetapi juga memberikan dampak yang lebih luas karena dapat mencegah penularan penyakit untuk anak lain, oleh karena itu pengetahuan dan sikap orang tua terutama ibu sangat penting untuk memahami tentang manfaat imunisasi bagi anak Indonesia.

Menurut Ranuh (2006 dalam Widayati, 2009 ¶ 6) Pengetahuan ibu tentang imunisasi mempengaruhi terhadap pelaksanaan imunisasi, bila pengetahuan ibu tentang imunisasi kurang, tidak merasa butuh atau sekedar ikut-ikutan tentunya pemberian imunisasi pada anaknya tidak sesuai dengan jadwal baik waktu maupun jaraknya, apabila pengetahuan ibu tentang pemberian imunisasi baik diharapkan pemberian imunisasi biasanya sesuai jadwal, sehingga program imunisasi memenuhi kuantitas dan kualitas kesehatan bayi, akhirnya berdampak pada peningkatan status kesehatan dan sumber daya masyarakat di masa depan.

Menurut Wahyuhono (2002, dalam Widayati 2009 ¶ 8), Selain itu, perilaku pasca pemberian imunisasi juga mempengaruhi keberhasilan imunisasi, dimana pemberian Air Susu Ibu (ASI) setelah imunisasi polio pada bayi umur 0 – 3 bulan


(19)

dapat melemahkan vaksin polio yang diteteskan ke mulut bayi, sehingga imunisasi polio tidak efektif. ASI yang keluar pada saat bayi umur 0 – 3 bulan banyak mengandung kadar zat antipoliomelitik yang dapat menetralisir virus vaksin polio di dalam usus anak sehingga menghambat pembentukan zat antibodinya.

Berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan peneliti di Puskesmas Selesai, terhadap 10 ibu yang datang untuk mengimunisasikan bayinya, terdapat 6 ibu yang langsung memberikan ASI kepada bayinya sesaat setelah bayi diberi imunisasi polio.

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Polio Dengan Perilaku Pasca Imunisasi Polio Pada Bayi Di Desa Mancang Wilayah Kerja Puskesmas Selesai, Kab. Langkat Tahun 2014.

B. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan diteliti adalah “Apakah Ada Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Polio Dengan Perilaku Pasca Pemberian Imunisasi Polio Pada Bayi Di Desa Mancang Wilayah Kerja Puskesmas Selesai, Kab. Langkat Tahun 2014?”

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Polio Dengan Perilaku Pasca Pemberian Imunisasi Polio Pada Bayi Di Desa Mancang Wilayah Kerja Puskesmas Selesai, Kab. Langkat Tahun 2014.


(20)

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi polio di Desa Mancang Wilayah Kerja Puskesmas Selesai.

b. Untuk mengetahui perilaku Ibu, apakah ibu langsung memberikan ASI atau tidak segera setelah bayi diberi imunisasi di Desa Mancang Wilayah Kerja Puskesmas Selesai.

c. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan perilaku ibu pasca imunisasi polio di Desa Mancang Wilayah Kerja Puskesmas Selesai.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Diharapkan hasil penelitian ini menjadi sumber informasi serta bahan masukan bagi dunia kesehatan mengenai Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Polio Dengan Perilaku Pasca Pemberian Imunisasi Polio Pada Bayi Di Desa Mancang Wilayah Kerja Puskesmas Selesai, Kab. Langkat Tahun 2014. 2. Manfaat Apikatif

a. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman dalam menerapkan ilmu pengetahuan yang diterima di bangku perkuliahan.

b. Bagi Responden

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan Ibu tentang Imunisasi Polio.


(21)

c. Bagi Institusi Pendidikan

Penelitian ini diharapkan dapat menambah dan melengkapi khasanah bacaan kepustakaan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

d. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan masukan atau sumber data untuk peneliti selanjutnya yang berminat membahas masalah yang berkaitan Imunisasi Polio.


(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengetahuan

1. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang mengadakan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terhadap obyek terjadi melalui panca indra manusia yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba dengan tersendiri. Pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian presepsi terhadap obyek. Sebagian besar pengetahuan manusia di peroleh melalui mata dan telinga. (Notoatmodjo, 2007 hal 143).

2. Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2007, hal. 144), pengetahuan mempunyai 6 tingkatan yaitu :

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali sesuatu yang spesifik dari keseluruhan bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain: menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan dan sebagainya. b. Memahami (Comprehension)


(23)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan, contoh menyimpulkan dan meramalkan terhadap objek yang dipelajari.

c. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari kepada situasi atau kondisi real sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau pengguna hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dalam konteks atau situasi yang lain.

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam suatu struktur organisasi dan masih ada kaitannya dengan satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dari pengguna kata kerja, seperti dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

e. Sintesis (Synthesis)

Sintesis yaitu menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru, misalnya dapat menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria-kriteria yang telah ada.


(24)

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan a. Umur

Umur sangat erat hubungannya dengan tingkat pengetahuan seseorang karena semakin bertambahnya umur manusia semakin banyak pula pengalaman atau pengetahuan yang didapat (Notoatmojo, 2007).

Menurut Manuaba (2012), Kelompok umur adalah sebagai berikut : 1. Usia < 20 tahun

2. Usia 20 – 35 tahun 3. Usia > 35 tahun b. Pendidikan

Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok dan masyarakat. Sehingga mereka mau melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan dalam mencari pengetahuannya dan aspek kehidupannya. Tingkat pendidikan mempunyai hubungan erat dengan sosial budaya, politik, ekonomi, dan sebagainya. Pendidikan juga merupakan salah satu factor yang mempengaruhi persepsi seseorang lebih mudah menerima ide/teknologi baru (Notoatmojo, 2007).

Menurut Salim (2012), jenjang pendidikan dikelompokan menjadi : a) Pendidikan Rendah : SD

b) Pendidikan Menengah : SMP sederajat c) Pendidikan Atas : SMA sederajat c) Pendidikan Tinggi : Perguruan Tinggi c. Pekerjaan

Pekerjaan adalah aktivitas yang dilakukan sehari-hari, jenis pekerjaan yang dilakukan dapat dikategorikan adalah tidak bekerja, wiraswata, pegawai negeri,


(25)

dan pegawai swasta dalam semua bidang pekerjaan pada umumnya diperlukan adanya hubungan sosial yang baik dengan baik. Pekerjaan dimiliki peranan penting dalam menentukan kwalitas manusia, pekerjaan membatasi kesenjangan antara informasi kesehatan dan praktek yang memotifasi seseorang untuk memperoleh informasi dan berbuat sesuatu untuk menghindari masalah kesehatan (Notoatmojo, 2007).

d. Sumber informasi

Sumber informasi adalah segala sesuatu yang menjadi perantara dalam menyampaikan informasi, merangsang pikiran dan kemampuan seseorang. Orang lain disekitar kita merupakan salah satu diantara komponen sosial yang ikut mempengaruhi sikap kita (Notoatmodjo, 2007).

Sumber informasi yang diperoleh seseorang dapat berasal dari : 1. Media massa

Media massa merupakan yang paling banyak memberikan informasi kepada masyarakat. Informasi yang memerlukan dukungan data perlu dibantu dengan alat bantu media massa seperti : (a) Media cetak; (b) Media elektronik; (c) Media papan / bill board (Notoatmodjo, 2007).

2. Keluarga / Kerabat

Keluarga atau kerabat mempunyai peran yang sangat penting yang dapat dijadikan contoh. Karena pada umumnya ibu lebih percaya kepada keluarga atau kerabat untuk meningkatkan pengetahuan (Notoatmodjo, 2007).

3. Tenaga Kesehatan

Banyak informasi yang dapat disalurkan dari tenaga kesehatan, khususnya informasi kesehatan, oleh sebab itu komunikasi interpersonal akan membantu ibu


(26)

berhubungan baik. komunikasi interpersonal akan lebih efektif bila ibu dekat dengan petugas kesehatan (Notoatmodjo, 2011).

4. Cara Mengukur Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden (Notoatmodjo, 2007 hal. 146).

a. Wawancara

Wawancara adalah suatu metode yang digunakan untuk mengumpulkan data, dimana peneliti mendapatkan keterangan atau pendirian secara lisan dari seseorang sasaran penelitian (responden),atau bercakap-cakap, berhadap muka dengan orang tersebut (face to face). Jenis wawancara yang digunakan peneliti adalah wawancara terpimpin. Interview jenis ini dilakukan berdasarkan pedoman-pedomanberupa kuesioner yang telah disiapkan sebelumnya (Notoatmodjo, 2005). b. Kuesioner

Menurut (Notoatmodjo, 2005) kuesioner disini diartikan sebagai daftar pertanyaan yang sudah tersusun dengan baik, sudah matang, dimana responden (dalam hal angket) dan interview (dalam hal wawancara)tinggal memberikan jawaban atau dengan memberikan dengan tanda-tanda tertentu.dengan demikian kuesioner sering juga disebut “daftar pertanyaan” (formulir).

B. IMUNISASI 1. Pengertian Imunisasi

Imunisasi merupakan upaya pencegahan yang telah berhasil menurunkan morbiditas (angka kesakitan) dan mortalitas (angka kematian) penyakit infeksi pada bayi dan anak. Agar bidan dapat memberikan asuhan yang bermutu tinggi


(27)

dan komprehensif pada bayi dan balita, salah satunya adalah memahami hal – hal yang berkaitan dengan imunisasi, termasuk pengertian – pengertian imunisasi berikut ini (Maryunani, 2010 hal. 208) :

a. Imunisasi berasal dari kata “imun” yang berarti kebal. Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya akan memberikan kekebalan pada penyakit itu saja. b. Imunisasi adalah pemberian imunitas (kekebalan) tubuh terhadap suatu

penyakit dengan memasukkan sesuatu kedalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya bagi manusia. c. Imunisasi adalah usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan

memasukkan vaksin kedalam tubuh agar tubuh membuat anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu.

Imunisasi Dasar adalah pemberian imunisasi awal untuk mencapai kadar kekebalan diatas ambang perlindungan. Imunisasi diberikan pada bayi antara umur 0 – 12 bulan, yang terdiri dari BCG, DPT (1,2,3), Polio (1,2,3,4), Hepatitis B (1,2,3), dan Campak (Pedoman penyelenggaraan Imunisasi, 2005 dalam Marimbi, 2010 hal. 109).

2. Tujuan Imunisasi

Tujuan dalam pemberian imunisasi (Maryunani, 2010 hal. 209) antara lain : a. Untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang dan

menghilangkan penyakit tertentu di dunia.

b. Untuk melindungi dan mencegah penyakit – penyakit menular yang sangat berbahaya bagi bayi dan anak.

c. Diharapkan anak menjadi kebal terhadap penyakit sehingga dapat menurunkan morbiditas, mortalitas, dan cacat.


(28)

d. Untuk mengurangi angka penderita suatu penyakit yang sangat membahayakan kesehatan bahkan biasa menyebabkan kematian pada penderitanya. Beberapa penyakit yang dapat dihindari dengan imunisasi yaitu seperti campak, polio, difteri, tetatnus, batuk rejan, hepatitis B, gondongan, cacar air, TBC dan lain sebagainya.

3. Manfaat Imunisasi

Menurut Marimbi (2010, hal. 112), manfaat imunisasi sebagai berikut : a. Untuk Anak : mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit, dan

kemungkinan cacat atau kematian.

b. Untuk Keluarga : menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan bila anak sakit. Mendorong pembentukan keluarga apabila orang tua yakin bahwa anaknya akan menjalani masa kanak – kanak yang nyaman.

c. Untuk Negara : memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat dan berakal untuk melanjutkan pembangunan Negara.

4. Jenis – jenis Imunisasi Yang Diwajibkan

Lima jenis imunisasi dasar yang wajib diperoleh bayi sebelum usia 1 tahun (Maryunani, 2010 hal. 215) adalah sebagai berikut :

a. Imunisasi BCG yaitu imunisasi yang diberikan untuk mencegah penyakit TBC yang dilakukan sekali pada bayi usia 0 – 11 bulan.

b. Imunisasi DPT yaitu imunisasi yang diberikan untuk mencegah penyakit Difteri, Pertusis dan Tetanus yang diberikan 3 kali pada bayi usia 2 – 11 bulan dengan interval minimal 4 minggu.


(29)

c. Imunisasi Polio yaitu imunisasi yang diberikan untuk mencegah penyakit polio yang diberikan 4 kali pada bayi 0 – 11 bulan dengan interval minimal 4 minggu.

d. Imunisasi Campak yaitu imunisasi yang diberikan untuk mencegah penyakit campak yang diberikan 1 kali pada bayi usia 9 – 11 bulan.

e. Imunisasi Hepatitis B yaitu imunisasi yang diberikan untuk mencegah penyakit hepatitis B yang diberikan 3 kali pada bayi usia 1 – 11 bulan, dengan interval minimal 4 minggu.

C. Imunisasi Polio

1. Pengertian Imunisasi Polio

Imunisasi polio adalah imunisasi yang diberikan untuk menimbulkan kekebalan terhadap penyakit poliomielitis, yaitu penyakit radang yang menyerang saraf dan dapat mengakibatkan lumpuh kaki (Maryunani, 2010 hal. 218).

Poliomielitis adalah penyakit pada susunan saraf pusat yang disebabkan oleh satu dari tiga virus yang berhubungan, yaitu virus polio type 1, 2, atau 3. Struktur virus ini sangat sederhana, hanya terdiri dari RNA genom dalam sebuah capsid tanpa pembungkus. Ada 3 macam serotype pada virus ini, type 1 (pv1), type 2 (pv2), dan type 3 (pv3), ketiganya sama-sama biasa menginfeksi tubuh dengan gejala yang sama. Penyakit ini ditularkan orang ke orang melalui fekal – oral – route. Ketika virus masuk kedalam tubuh, partikel virus akan dikeluarkan dalam feses selama beberapa minggu. Gaya hidup dengan sanitasi yang kurang akan meningkatkan kemungkinan terserang poliomiletis. Kebanyakan poliomiletis tidak menunjukkan gejala apapun. Infeksi semakin parah jika virus masuk kedalam system aliran darah. Kurang dari 1 % virus masuk pada system saraf


(30)

pusat, akan tetapi virus lebih menyerang dan menghancurkan sistem saraf motoric, hal ini menimbulkan kelemahan otot dan kelumpuhan (lumpuh layu akut = acute flaccid paralysis/AFP). Kelumpuhan dimulai dengan gejala demam, nyeri otot dan kelumpuhan terjadi pada minggu pertama sakit. Kematian biasa terjadi jika otot – otot pernapasan terinfeksi dan tidak segera ditangani (Proverawati dan Andhini, 2010 hal 55).

Virus umumnya ditemukan di daerah tenggorokan dan tinja sebelum timbulnya gejala. Satu minggu setelah timbulnya penyakit, virus terdapat dalam jumlah kecil di tenggorok, tetapi virus berbiak terus menerus dan dikeluarkan bersama tinja selama beberapa minggu. Virus menembus jaringan limfoid setempat, masuk kedalam pembuluh darah kemudian masuk ke system saraf pusat (Hadinegoro, 2011 hal 265).

Penyakit yang dapat menyebabkan kelumpuhan ini ditularkan melalui makanan dan minuman yang tercemar virus polio. Bisa juga lewat percikan air liur penderita polio yang masuk kemulut orang sehat. Masa inkubasi virus antara 6 – 10 hari. Setelah demam 2 – 5 hari, umumnya akan mengalami kelumpuhan mendadak pada salah satu anggota gerak. Namun tidak semua orang yang terkena virus polio akan mengalami kelumpuhan, tergantung keganasan virus polio yang menyerang dan daya tahan tubuh si anak. Nah imunisasi polio akan memberikan kekebalan terhadap serangan virus polio (Marimbi, 2010 hal 154).

Menurut Erinakia (2005 dalam Widayati 2009 ¶ 8), Ikatan Dokter Anak Indonesia dan Departemen Kesehatan mengeluarkan rekomendasi pemberian imunisasi polio termasuk imunisasi yang diwajibkan atau masuk Pengembangan Program Imunisasi (PPI). Imunisasi polio yang harus diberikan sesuai dengan


(31)

rekomendasi WHO adalah diberikan sejak lahir sebanyak empat kali dengan interval 6-8 minggu. Kemudian diulang usia 1 tahun, 5 tahun dan usia 15 tahun atau sebelum meninggalkan sekolah.

2. Pemberian Imunisasi

Bisa lebih dari jadwal yang telah ditentukan, mengingat adanya imunisasi polio masal dan Pekan Imunisasi Nasional. Tetapi jumlah dosis yang berlebihan tidak akan berdampak buruk, karena tidak ada istilah overdosis dalam imunisasi (Maryunani, 2010 hal. 218).

3. Usia Pemberian Imunisasi Polio

Waktu pemberian polio adalah pada umur 0 – 11 bulan atau saat lahir (0 bulan), dan berikutnya pada usia bayi 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan. Kecuali saat lahir, pemberian vaksin polio selalu dibarengi dengan DPT (Maryunani, 2010 hal. 219).

Vaksin polio oral diberikan kepada semua bayi baru lahir sebagai dosis awal, satu dosis sebanyak 2 tetes (0,1 mL). Kemudian dilanjutkan dengan imunisasi dasar OPV/IPV mulai umur 2 – 3 bulan yang diberikan tiga dosis berturut – turut dengan interval waktu 6 – 8 minggu. Imunisasi dapat diberikan bersama – sama waktunya dengan DPT (Hadinegoro, 2011 hal. 277).

4. Cara Pemberian Imunisasi Polio

Cara pemberian imunisasi polio melalui oral/mulut (Oral Poliomyelitis Vaccine/ OPV). Diluar negri cara pemberian imunisasi polio ada yang melalui suntikan (Inactivated Poliomyelitis Vaccine/IPV) (Maryunani, 2010 hal. 219). 5. Cara Pemberian dan Dosis

Imunisasi dasar polio diberikan 4 kali (polio I, II, III, IV) dengan interval tidak kurang dari 4 minggu. Imunisasi polio ulangan diberikan 1 tahun imunisasi


(32)

setelah imunisasi polio IV, kemudian pada saat masuk SD (5-6 tahun) dan pada saat meninggalkan SD (12 tahun). Di Indonesia umumnya diberikan sebanyak 2 tetes (0,1 ml) langsung ke mulut anak atau dengan menggunakan sendok yang berisi air gula. Setiap membuka vial baru harus menggunakan penetes (dropper) yang baru. Adapun cara pemberian imunisasi polio menurut Proverawati dan Andhini (2010, hal. 57) :

a. Orang tua memegang bayi dengan kepala disangga dan dimiringkan ke belakang.

b. Mulut bayi dibuka hati – hati menggunakan ibu jari atau dengan menekan pipi bayi dengan jari – jari.

c. Teteskan 2 tetes vaksin dari alat tetes ke dalam lidah. Jangan biarkan alat tetes menyentuh bayi.

6. Efek Samping

Hampir tidak ada efek samping. Hanya sebagian kecil saja yang mengalami pusing, diare ringan, dan sakit otot. Kasusnya pun sangat jarang (Maryunani, 2010 hal. 219).

7. Kontra Indikasi

Sebaiknya pada anak dengan diare berat atau yang sedang sakit parah, seperti demam tinggi (diatas 38˚ C) ditangguhkan. Pada anak yang menderita penyakit gangguan kekebalan tidak diberikan imunisasi polio. Demikian juga anak dengan penyakit HIV/AIDS, penyakit kanker, sedang menjalani pengobatan steroid dan pengobatan radiasi umum untuk tidak diberikan imunisasi polio (Maryunani, 2010 hal. 219).


(33)

8. Tingkat Kekebalan

Tingkat kekebalan hingga 90 %. 9. Pencegahan Polio

Beberapa cara pencegahan penyakit polio yang harus dilakukan (Hadinegoro, 2011 hal. 271) adalah sebagai berikut :

a. Peningkatan Hygine

Karena penyakit polio ditularkan per oral melalui makanan dan minuman yang tercemar oleh kotoran manusia yang mengandung virus, maka hygine makanan dan minuman sangat penting.

b. Imunisasi Polio

Imunisasi polio yaitu proses pembentukan kekebalan terhadap penyakit polio dengan menggunakan Vaksin Polio Oral (OPV). OPV sangat bermanfaat pada saat KLB, karena selain menimbulkan kekebalan humoral dan local pada usus resipien juga mempunyai “community effect” yaitu virus vaksin yang berbiak di usus akan ikut menyebar ke anak sekitarnya, sehingga jangkauan imunisasi makin meluas. Selain itu virus vaksin yang berbiak akan menutup PVR (Polio Virus Receptor) di usus selama 100 hari, sehingga virus polio liar tidak dapat menempel dan menimbulkan infeksi.

10. Diagnosis Laboratorium

Diagnosis laboratorium menurut Notoatmodjo (2007, hal. 266) sebagai berikut :

a. Diambil dari daerah faring atau tinja pada orang yang dicurigai terkena poliomyelitis selama rentang waktu 2 minggu setelah gejala


(34)

kelumpuhan. Isolasi virus dari cairan sebrospinal sangat diagnostik, tetapi hal itu jarang digunakan.

b. Bila virus polio dapat disolasi dari tinja seorang dengan paralisis flaksid akut harus dilanjutkan dengan pemeriksaan menggunakan cara oligonucleotide mapping (finger printing) atau genomic sequencing untuk menentukan apakah virus tersebut termasuk virus liar atau virus vaksin serta serotipnya.

c. Pengukuran neutralizing antibody jarang dilakukan kecuali pada kasus yang sulit.

D. Poliomelitis

Adalah penyakit pada susunan saraf pusat yang disebabkan oleh satu dari tiga virus yang berhubungan, yaitu virus polio tipe 1, 2, atau 3.Penyakit polio adalah lumpuh layu akut (acute flaccid paralysis) yang ditemukan pada anak yang berusia di bawah 15 tahun.Penyebaran penyakit adalah melalui kotoran manusia (tinja) yang terkontaminasi. Kelumpuhan dimulai dengan gejala demam, nyeri otot dan kelumpuhan terjadi pada minggu pertama sakit. Kematian bisa terjadikarena kelumpuhan otot-otot pernafasan dan tidak segera ditangani (Depkes RI, 2006).

E. Antipoliomelitik dalam ASI

ASI mengandung zat antipoliomelitik yang dapat mempengaruhi efektifitas vaksinasi polio dengan OPV (Oral Polio Vaksin). Hasil pemeriksaan ASI menunjukkan pada masa laktasi minggu I (kolostrum) semua ibu mempunyai ASI yang mengandung zat antipoliomelitik dan menurun dengan bertambahnya masa laktasi bulan IV. Anak yang berumur lebih dari 3 bulan dapat diberikan ASI


(35)

sesaat sebelum dan sesudah divaksinasi dengan OPV, karena pada saat tersebut zat antipoliomelitik sudah tidak ada dalam ASI (atau kalaupun ada sangat rendah, sehingga tidak mampu untuk menetralisir virus vaksin dalam usus anak)

(Gondrowahyuhono, et all, 2002 dalam Widayati, 2009). F. Keuntungan ASI

Menurut Bahiyatun (2009), adapun keuntungan dari ASI adalah sebagai berikut :

1. Mengandung zat antivirus polio. Kandungan zat antipoliomyelitis yang dapat mempengaruhi vaksinasi polio yang diberikan secara oral (Oral Polio Vaksin)

a. Masa laktasi 2 – 6 hari (kolostrum)

1) Kandungan zat antipoliomilitis paling tinggi

2) Kandungan zat antipoliomilitis tipe 1, 2, sebesar 92,1 % 3) Kandungan zat antipoliomilitis tipe 3 sebesar 15,8 % b. Masa laktasi pada bulan ke 4

1) Kandungan zat antipoliomilitis tipe 3 mengalami penurunan 2) Kandungan zat antipoliomilitis tipe 1 sebesar 7,8 %

3) Kandungan zat antipoliomilitis 1 dan 3 sebesar 15,8 % c. Masa laktasi bulan ke 5

Kandungan zat sudah tidak ada lagi dalam ASI. Beberapa pendapat dari penyelidikan terdahulu mengemukakan bahwa anak yang akan mendapat imunisasi polio dianjurkan untuk tidak diberi ASI 2 jam sebelum dan sesudah mendapat vaksin.


(36)

1) Dalam ASI terdapat zat penghambat yang dapat menetralisir virus polio didalam traktus intestinalis bayi yang berumur 6 minggu.

2) Kadar zat antibody dalam ASI dan sisa cairan amnion yang ditelan bayi akan mempengaruhi pemberian OPV.

G. Perilaku

1. Pengertian Perilaku

Menurut Skinner dalam Notoatmodjo (2007, hal. 132) seorang ahli dalam perilaku mengemukakan bahwa perilaku merupakan hasil hubungan antara perangsangan (stimulus) tanggapan dan respon.

Menurut Kwick dalam Notoatmodjo (2007, hal. 138) menyatakan bahwa perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan dipelajari.

2. Prosedur Pembentukan Perilaku

a. Melakukan identifikasi tentang hal – hal yang merupakan penguat atau reinforce berupa hadiah – hadiah atau rewards bagi perilaku yang akan dibentuk.

b. Melakukan analisis untuk mengidentifikasi komponen – komponen kecil yang membentuk perilaku yang dikehendaki.

c. Dengan menggunakan secara urut komponen – komponen itu sebagai tujuan – tujuan sementara, mengidentifikasi reinforce atau hadiah untuk masing – masing komponen tersebut.

d. Melakukan pembentukan perilaku, dengan menggunakan urutan komponen yang telah tersusun itu.


(37)

Secara lebih operasional perilaku dapat diartikan suatu respons organisme atau seseorang terhadap rangsangan dari luar objek tersebut. Menurut Notoatmodjo (2007, hal. 135) Respons ini berbentuk dua macam, yakni :

a. Bentuk Pasif adalah respons internal yaitu yang terjadi didalam diri manusia dan tidak secara langsung dapat terlihat oleh orang lain, misalnya berfikir, tanggapan atau sikap batin, dan pengetahuan. Perilaku ini disebut covert behavior karena perilakunya masih terselubung.

b. Bentuk Aktif adalah apabila perilaku itu jelas dapat diobservasi secara langsung. Perilaku ini disebut overt behavior karena perilakunya sudah tampak dalam bentuk nyata.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan dan sikap merupakan respons seseorang terhadap stimulus atau rangsangan yang masih bersifat terselubung dan disebut covert behavior. Sedangkan tindakan nyata seseorang sebagai respons seseorang terhadap stimulus (practice) adalah overt behavior.

4. Proses Adopsi Prilaku

Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian Rogers (1974, dalam Notoatmodjo 2007 hal 144) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru, dalam diri orang tersebut terjadi proses berurutan yakni:

a. Awareness (kesadaran) dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengerti lebih dahulu terhadap objek.


(38)

c. Evaluation (menimbang-nimbang), terhadap tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini terjadi sikap responden sudah lebih baik.

d. Trial (mencoba), dimana subjek telah mencoba perilaku baru.

e. Adoption (adopsi), dimana subjek telah mencoba perilaku baru sesuai dengan pengetahuan.

Namun demikian dari penelitian selanjutnya rogers menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap tersebut. Apabila penerima perilaku baru atau adopsi prilaku melalui proses ini, dimana didasari oleh pengetahuan kesadaran dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya apabila perilaku ini tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka akan tidak berlangsung lama (Notoatmodjo, 2007 hal. 144).

Hubungan yang dipengaruhi pengetahuan terhadap perilaku menurut Green dalam Notoatmodjo (2003) perilaku ditentukan atau terbentuk dari tiga faktor: 1. Faktor predisposisi (predisposing factor) yaitu terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan,nilai-nilai dan sebagainya.

2. Faktor pendukung (enabling factor) yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedianya fasilitas atau sarana kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan, jamban dan sebagainya.

3. Faktor pendorong (reinforcing factor) yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas yang lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.

Disimpulkan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi dan sebagainya dari


(39)

orang atau masyarakat yang bersangkutan. Disamping itu ketersediaan fasilitas, sikap dan perilaku petugas kesehatan terhadap kesehatan juga mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku (Notoatmodjo, 2003 hal. 164).

5. Perilaku Yang Berhubungan Dengan Kesehatan

Menurut Becker (1979 dalam Notoatmodjo, 2007 hal. 139) mengajukan klasifikasi perilaku yang berhubungan dengan kesehatan (health related behavior) sebagai berikut:

a. Perilaku kesehatan yaitu hal – hal yang berkaitan dengan tindakan atau kegiatan seseorang dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Termasuk juga tindakan untuk mencegah penyakit, kebersihan perorangan, memilih makanan, sanitasi, dan sebagainya.

b. Perilaku sakit (the sick role behavior), yakni segala tindakan atau kegiatan yang dilakukan oleh individu yang merasa sakit, untuk merasakan dan mengenal keadaan kesehatannya atau rasa sakit. Termasuk disini juga kemampuan atau pengetahuan individu untuk mengidentifikasi penyakit, penyebab penyakit serta usaha – usaha mencegah penyakit tersebut. c. Perilaku peran sakit (the sidk role behavior), yakni segala tindakan atau

kegiatan yang dilakukan oleh individu yang sedang sakit untuk memperoleh kesembuhan.

G. Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior) karena dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng


(40)

daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2003 hal. 128).

Menurut Herawati (2007, dalam Widayati 2009 ¶ 23), Pengetahuan ibu tentang imunisasi akan membentuk sikap positif terhadap kegiatan imunisasi. Imunisasi tanpa didukung dengan kesadaran masyarakat tidaklah akan berarti, tentunya akan banyak kendala untuk mencapai target 100%.

Menurut Sunaryo (2004, dalam Widayati 2009 ¶ 24), sikap individu akan memberi warna atau corak tingkah laku ataupun perbuatan individu yang bersangkutan sehingga jika ibu mengerti perilaku pasca pemberian imunisasi polio maka setelah diberi imunisasi polio bayi tidak akan langsung diberi ASI.

Menurut Rahayu (2006, dalam Widayati 2009 ¶ 26) umur merupakan ciri dari kedewasaan fisik dan kematangan kepribadian yang erat hubungannya dengan pengambilan keputusan,mulai umur 21 tahun secara hukum dikatakan mulai masa dewasa dan pada umur tiga puluh tahunan telah mampu menyelesaikan masalah dengan cukup baik, jadi stabil dan tenang secara emosional. Jadi ibu yang lebih muda kemampuannya lebih baik daripada yang lebih tua tentang perilaku pasca pemberian imunisasi polio.

Menurut Kasnodihardjo (2006, dalam Widayati 2009 ¶ 27) pendidikan seseorang berbeda-beda akan mempengaruhi seseorang dalam pengambilan keputusan, pada ibu yang berpendidikan tinggi lebih mudah menerima suatu ide baru dibandingkan ibu yang berpendidikan rendah sehingga informasi lebih mudah dapat diterima dan dilaksanakan. Tingkat pendidikan yang diperoleh seseorang dari bangku sekolah formal dapat mempengaruhi pengetahuan


(41)

seseorang. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, makin tinggi pengetahuannya tentang kesehatan.


(42)

BAB III

KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DAN DEFENISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Adapun yang menjadi kerangka konsep dalam penelitian ini berjudul : “Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Polio Dengan Perilaku Ibu Pasca Pemberian Imunisasi Polio Pada Bayi Di Desa Mancang Wilayah Kerja Puskesmas Selesai, Kab. Langkat Tahun 2014” adalah sebagai berikut :

Bagan : 3.1 Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Keterangan :

Yyy : Yang diteliti : Yang tidak diteliti

B. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut : Pengetahuan Ibu

Tentang Imunisasi Polio

Perilaku Pasca Pemberian Imunisasi

Polio

Pada bayi umur 0 – 3 bulan

Pada bayi umur > 3 bulan


(43)

Ha : Ada hubungan antara pengetahuan ibu tentang imunisasi polio dengan perilaku ibu pasca pemberian imunisasi polio pada bayi di Desa Mancang Wilayah Kerja Puskesmas Selesai, Kab. Langkat Tahun 2014.


(44)

C. Defenisi Operasional No Variabel

Penelitian

Defenisi Operasional Alat Ukur Skala Ukur

Hasil Ukur

1 Independen: Pengetahuan ibu tentang imunisasi polio

Informasi yang didapat oleh ibu yang ber hubungan dengan pengertian imunisasi polio, indikasi, kontra indikasi, cara

pemberian dan efek samping dari imunisasi polio.

Kuesioner Ordinal Dikategorikan:

Baik: Bila jawaban benar antara (76%-100%)

Cukup: Bila jawaban benar antara (56% -75%)

Kurang: Bila jawaban benar (<55%)

2 Dependen: Perilaku pasca pemberian Imunisasi Polio

Tindakan ibu dalam pemberian ASI, apakah ibu langsung memberikan ASI atau tidak pada bayi umur 0 - 3 bulan sesaat setelah bayi di imunisasi polio.

Kuesioner Nominal Jawaban Ya dan Jawaban Tidak Dikategorikan: Baik: Bila jawaban Tidak.

Kurang: Bila jawaban Ya.


(45)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian ini adalah bersifat deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional yaitu rancangan penelitian yang pengukuran atau pengamatan dilakukan pada suatu saat atau sekali waktu. Pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu tentang imunisasi polio dengan perilaku ibu pasca pemberian imunisasi polio pada bayi di Desa Mancang wilayah kerja puskesmas Selesai, Kab. Langkat Tahun 2014.

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi menurut Sugiono adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya (Hidayat, 2011).

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang datang mengimunisasikan polio bayinya di Wilayah Kerja Puskesmas Selesai selama bulan maret sampai juni tahun 2014 sebanyak 115 orang.

2. Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian ibu yang mengimunisasikan polio pada bayinya di Puskesmas Selesai Kab. Langkat pada bulan maret – juni tahun 2014.

Rumus menentukan sampel :

n = ___ 1 + N (d²)


(46)

Keterangan : N : Besar Populasi n : Besar Sampel

d : Tingkat kepercayaan dan ketetapan yang diinginkan (0,1) n = __

1 + 115 (0,01) 115_____

n = __115 2,15

___

n = 53, 48 = 54 Sampel. 3. Teknik Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling (sampling bertujuan) yaitu teknik sampling yang digunakan oleh peneliti jika peneliti mempunyai pertimbangan – pertimbangan tertentu didalam pengambilan sampelnya (Arikunto, 2007 hal. 97).

4. Kriteria Retriksi 1. Kriteria inklusi

a. ibu - ibu yang datang untuk mengimunisasikan polio bayinya umur 0 - 3 bulan. b. bayi yang berumur 0 – 3 bulan yang dinyatakan sehat untuk mendapatkan imunisasi polio.

c. ibu - ibu bersedia menjadi responden atau subjek penelitian. 2. Kriteria eksklusi

Ibu - ibu yang tidak menyusui bayinya dengan ASI dan ibu - ibu yang menolak untuk menjadi subjek penelitian.


(47)

C. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Desa Mancang. Wilayah kerja Puskesmas Selesai, Kab. Langkat .

D. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Selesai, Kab. Langkat pada bulan Maret sampai bulan Juni tahun 2014.

E. Etika Penelitian

Penelitian ini dilakukan setelah peneliti mendapat persetujuan dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Dalam penelitian ini terdapat beberapa hal yang berkaitan dengan permasalahan etik, yaitu memberikan penjelasan kepada calon responden penelitian tentang tujuan, manfaat, dan prosedur pelaksanaan penelitian.

Pengumpulan data dalam penelitian ini tidak merugikan responden. Apabila calon responden bersedia, maka calon responden dipersilahkan untuk menandatangani informed consent. Tetapi jika calon responden tidak bersedia, maka calon responden berhak untuk menolak dan mengundurkan diri. Responden juga berhak mengundurkan diri selama proses pengumpulan data berlangsung. Kerahasiaan catatan mengenai data responden dijaga dengan cara tidak menuliskan nama responden pada instrument tetapi menggunakan inisial. Data yang diperoleh dari responden hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. Pembenaran informasi oleh responden dan semua data yang terkumpul menjadi bukti pengumpulan data yang tidak akan disebar luaskan kepada orang lain tanpa seizin responden.


(48)

F. Alat Pengumpulan Data

Dengan menggunakan kuesioner sebagai instrument penelitian dengan terlebih dahulu memberi penjelasan pada responden tentang tujuan penelitian dan penjelasan singkat tentang kuesioner – kuesioner yang diberikan berbentuk pilihan dimana jawaban benar atau salah telah disediakan dan responden hanya memilih satu diantaranya yaitu sesuai dengan pengetahuannya dan pada lembaran kuesioner akan ada terlampir surat persetujuan sebagai responden formulir karakterisitk responden.

Data karakteristik responden yang harus dilengkapi oleh responden meliputi umur responden, pendidikan, dan pekerjaan, dan surat persetujuan yang ditanda tangani oleh responden.

G. Uji Validitas Dan Reliabilitas 1. Uji Validitas

Instrument ini telah teruji validitasnya. Uji validitas telah dilakukan dengan cara content validity yang diuji oleh Master Kebidanan.

2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas telah diujikan kepada 10 responden yang diteliti dan data dianalisa dengan uji Cronbach's Alpha. Dengan hasil nilai r hitung > r tabel yaitu 787.

H. Prosedur Pengumpulan Data

Data Primer yaitu dengan menggunakan kuesioner sebagai instrument penelitian dengan terlebih dahulu memberi penjelasan pada responden tentang tujuan penelitian dan penjelasan singkat tentang kuesioner-kuesioner yang diberikan berbentuk pilihan dimana jawaban benar atau salah telah disediakan dan responden hanya memilih satu diantaranya yaitu sesuai dengan pengetahuannya.


(49)

I. Analisa Data

Analisa data bertujuan untuk membuktikan apakah ada hubungan antara variabel independent dengan variabel dependent dilakukan analisa uji statistik square yang di olah menggunakan komputerisasi, sebelum dilakukan uji chi-square analisa terlebih dahulu secara bertahap yaitu :

1. Analisis Univariat

Analisis ini yaitu analisis satu variabel yang digunakan untuk memperoleh gambaran karakteristik responden, pengetahuan ibu tentang imunisasi polio dan perilaku ibu pasca imunisasi polio dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan dinarasikan.

2. Analisis Bivariat

Analisis ini dilakukan untuk menguji hubungan antara dua variabel penelitian yaitu variabel bebas dengan variabel terikat. Uji statistik yang digunakan adalah uji Chi-square karena skala datanya ordinal dan nominal, tingkat kepercayaan yang dipakai adalah 95% atau α = 0,05, dengan ketentuan :

- ρ value > nilai α = 5%, maka Ho diterima. - ρ value < nilai α = 5%, maka Ho ditolak.

Statistik Chi Square secara komputerisasi (SPSS) ver-16,00 dengan kemaknaan signifikan p 0,05. Hasil analisa dikatakan bermakna bila p < 0,05, artinya terdapat hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat yang diteliti. Sebaliknya hasil analisa dikatakan tidak bermakna apabila p > 0,05, artinya tidak ada hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat yang diteliti.


(50)

BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Hasil Penelitian

Pada bab ini diuraikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai terdapat hubungan pengetahuan ibu tentang imunisasi polio dengan perilaku ibu pasca pemberian imunisasi polio pada bayi di Desa Mancang Wilayah Kerja Puskesmas Selesai, Kab. Langkat Tahun 2014.

Selama penelitian telah dihimpun 54 ibu yang datang untuk mengimunisasikan polio pada bayi nya berumur 0 – 3 bulan, yang menjadi subjek penelitian yang dipilih dan sesuai berdasarkan kriteria dari peneliti.

1. Analisis Univariat

a) Karakteristik Demografi Ibu

Karateristik responden ibu yang datang untuk mengimunisasikan polio pada bayi nya di Desa Mancang Wilayah Kerja Puskesmas Selesai, Kab. Langkat Tahun 2014 adalah sebagai berikut :


(51)

Tabel 5.1.

Distribusi Karakteristik RespondenIbu Yang Datang Untuk Imunisasi Polio Pada Bayi di Desa Mancang Wilayah Kerja

Puskesmas Selesai, Kab. Langkat Tahun 2014

Karakteristik Demografi Ibu f %

1. Usia <20 tahun 20 – 35 > 35 tahun

13 35 6 24,08 64,81 11,11

Total 54 100

2. Pendidikan SD SMP SMA PT 9 18 23 4 16,67 33,33 42,60 7,40

Total 54 100

3. Pekerjaan Tidak Bekerja Bekerja 29 25 53,70 46,30

Total 54 100

4. Sumber Informasi Media Massa Keluarga Petugas Kesehatan 14 8 32 25,93 14,81 59,26

Total 54 100

Berdasarkan tabel 5.1 dapat diketahui bahwa karakteristik demografi ibuyang datang untuk mengimunisasikan polio pada bayi nya berumur 0 – 3


(52)

bulan,yaitu usia ibu mayoritas berusia 20-35 tahun yaitu 35 orang(64,81%). Pendidikan ibu mayoritas SMA yaitu 23 orang (42,60%).Pekerjaan ibu mayoritas tidak bekerja yaitu sebanyak 29 orang (53,70%).Sumber informasi mayoritas di dapat dari petugaskesehatan yaitu sebanyak 32 orang (59,25%).

b) Pengetahuan Ibu tentang Imunisasi Polio

Pengetahuan ibu tentang imunisasi polio di desa Mancang Wilayah Kerja Puskesmas Selesai, Kab. Langkat dapat dilihat dalam tabel berikut :

Tabel 5.2.

Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ada Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Polio Di Desa Mancang Wilayah Kerja

Puskesmas Selesai, Kab. Langkat Tahun 2014

No Pengetahuan Ibu F %

1

2 Kurang Baik 38 16

70,38 29,62

Total 54 100

Berdasarkan tabel 5.2 diperoleh data mengenai pengetahuan ibu tentang imunisasi polioadalah mayoritas memiliki pengetahuan yang kurang sebanyak 38 orang (70,38%)

c) Perilaku Ibu Pasca Pemberian Imunisasi Polio Pada Bayi

Perilaku ibu pasca pemberian imunisasi polio pada bayi nya di Desa Mancang Wilayah Kerja Puskesmas Selesai Kab, Langkat Tahun 2014 dapat dilihat dalam tabel berikut


(53)

Tabel 5.3.

Distribusi Frekuensi Perilaku Ibu Pasca Pemberian Imunisasi Polio Pada Bayi di Desa Mancang Wilayah Kerja

Puskesmas Selesai, Kab. Langkat Tahun 2014

No Perilaku Ibu Pasca Imunisasi Polio F % 1

2

Kurang Baik

41 13

75,93 24,07

Total 54 100

Berdasarkan tabel 5.3 diperoleh data mengenai perilaku ibu pasca pemberian imunisasi polio pada bayi adalahdari 54 responden mayoritasberperilaku kurang sebanyak 42 orang (77,78%).

2. Analisis Bivariat

a) Hubungan pengetahuan dan perilaku ibu pasca pemberian imunisasi polio

Hubungan pengetahuan ibu tentang imunisasi polio dengan perilaku ibu pasca pemberian imunisasi polio pada bayi di Desa Mancang Wilayah Kerja Puskesmas Selesai Kab, Langkat tahun 2014 adalah sebagai berikut :


(54)

Tabel 5.4.

Hubunganpengetahuan ibutentang imunisasi polio dengan perilaku ibu pasca pemberian imunisasi polio pada bayi di Desa Mancang Wilayah

Kerja Puskesmas Selesai Kab, Langkat tahun 2014

Pengetahuan ibu tentang imunisasi polio

Perilaku Ibu Pasca

Pemberian Imunisasi Polio

Total value hitung

value tabel

Baik Kurang

F % f % f % 0,000 0,05

Kurang

Baik 13 24,07

38 3 70,38 5,55 38 16 70,38 29,62 Total 13 24,07 41 75,93 54 100,0

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh mayoritas ibu yang datang ke puskesmas untuk mengimunisasikan polio pada bayi nya berpengetahuan kurang yaitu sebanyak 38 orang (70,38%), yang berperilaku kurang di desa mancang wilayah kerja puskesmas selesai sebanyak 41 orang (75,93%).

Dari hasil uji statistik dengan menggunakan uji Fisher’s Exact dengan taraf signifikan 5% (0,05)diperoleh nilai p = 0,000. Sehingga hasil yang didapat adalah p<0,05 maka ha diterima. Artinya terdapat hubungan yang signifikan antara hubungan pengetahuan ibu tentang imunisasi poliodengan perilaku ibu pasca pemberian imunisasi polio pada bayidi desa mancang wilayah kerja puskesmas selesai, Kab, Langkat tahun 2014.

B. Pembahasan

1. Pengetahuan ibu tentang imunisasi polio di desa Mancang Wilayah Kerja Puskesmas Selesai Kab, Langkat Tahun 2014

Hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh data yang dapat dilihat bahwa dari 54 responden mayoritas berpengetahuan kurang sebanyak 38 responden (70,38%).


(55)

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indera manusia, yakni : indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Menurut asumsi peneliti dari penelitian ini pengetahuan ibu yang mengimunisasikan polio pada bayinya mayoritas berpengetahuan kurang dikarenakan kurangnya rasa keingin tahuan dan kepedulian ibu tersebut terhadap informasi tentang imunisasi polio.Maka dianjurkan kepada seluruh ibu agar selalu aktif dalam mencari informasi tentang imunisasi polio.

a. Pengetahuan Ibu Berdasarkan Umur

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh data dari 54 responden dapat dilihat bahwa 13 responden yang berumur < 20 tahun mayoritas berpengetahuan kurang sebanyak 12 responden (22,22%), dari 34 responden berumur 20-35 tahun mayoritas berpengetahuan kurang sebanyak 22 responden (40,74%), dan dari 6 responden berumur > 35 tahun mayoritas berpengetahuan kurang yaitu sebanyak 4 responden (7,41%).

Menurut Notoatmodjo (2007) menyatakan bahwa umur sangat erat hubungannya dengan tingkat pengetahuan seseorang karena semakin bertambahnya umur manusia semakin banyak pula pengalaman atau pengetahuan yang didapat.

Menurut asumsi peneliti ada kesenjangan dengan pendapat Notoatmodjo bahwa usia sangat berpengaruh terhadap pengetahuan seseorang. Karena pada


(56)

penelitian ini terdapat 6 ibu pada umur > 35 tahun mayoritas berpengetahuan kurang yaitu sebanyak 4 responden (7,41%) hal ini disebabkan karena pada umur ini ibu terkesan lebih tidak peduli dalam mencari informasi karena ibu lebih berfokus dalam mengurusi tentang keadaan keluarganya.

b. Pengetahuan Ibu Berdasarkan Pendidikan

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data dari 54responden. Dapat dilihat bahwa 9 responden yang berpendidikan SD mayoritas berpengetahuan kurang sebanyak 9 responden (16,67%), dari 18 responden berpendidikan SMP mayoritas berpengetahuan kurang yaitu sebanyak 14 responden (25,92%),dari 23 responden yang berpendidikan SMA mayoritas berpengetahuan kurang yaitu sebanyak 14 responden (25,92%), dan dari 4 responden yang berpendidikan PT mayoritas berpengetahuan baik yaitu sebanyak 4 responden (7,41%).

Menurut Notoatmojo (2007) Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok dan masyarakat. Sehingga mereka mau melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan dalam mencari pengetahuannya dan aspek kehidupannya. Tingkat pendidikan mempunyai hubungan erat dengan sosial budaya, politik, ekonomi, dan sebagainya.Pendidikan juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang lebih mudah menerima ide/teknologi baru.

Menurut asumsi peneliti tidak ada kesenjangan dengan Notoatmodjo yaitu dengan adanya pendidikan seseorang semakin tumbuh dan berkembang melalui proses belajar yang dilalui dalam pendidikan karena dalam proses belajar seseorang itu diberi pelajaran agar seseorang yang tidak tahu menjadi tahu.


(57)

Sehingga rendahnya pendidikan seseorang maka tingkat pengetahuannya pun semakin rendah, karena yang berpendidikan rendah cenderung lebih sulit untuk memahami sesuatu hal atau menerima informasi begitu juga sebaliknya semakin tinggi pendidikan seseorang cenderung lebih mudah menerima informasi dan lebih mudah memahami sesuatu hal ini mempengaruhi wawasan mereka, pendidikan juga akan mempengaruhi pola pikir serta sikap dan tindakan ibu.

c. Pengetahun Ibu Berdasarkan Pekerjaan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat diketahui bahwa dari 54 responden, 25 responden yang bekerja mayoritas berpengetahuan baik sebanyak 13 responden (24,07%), dan dari 29 responden yang tidak bekerja mayoritas berpengetahuan kurang sebanyak 26 responden (48,14%).

Menurut Notoatmojo (2007) Pekerjaan adalah aktivitas yang dilakukan sehari-hari, jenis pekerjaan yang dilakukan dapat dikategorikan adalah tidak bekerja, wiraswata, pegawai negeri, dan pegawai swasta dalam semua bidang pekerjaan pada umumnya diperlukan adanya hubungan sosial yang baik dengan baik.Pekerjaan dimiliki peranan penting dalam menentukan kwalitas manusia, pekerjaan membatasi kesenjangan antara informasi kesehatan dan praktek yang memotifasi seseorang untuk memperoleh informasi dan berbuat sesuatu untuk menghindari masalah kesehatan.

Menurut asumsi peneliti dari hasil penelitian tidak ada kesenjangan dengan Notoatmojo yakni dimana dari hasil penelitian diperoleh responden berpengaruh cukup karena sebagian responden bekerja. Hal ini dikarenakan ibu telah melakukan interaksi dengan orang lain sehingga informasi tentang polio sudah


(58)

didapat dan diperoleh ibu. Dapat dilihat dari hasil penelitian ibu yang bekerja sebanyak 25 responden dan mayoritas berpengetahuan baik sebanyak 13 responden (24,07%) hal ini disebabkan ibu yang bekerja banyak berinteraksi dengan orang sekitar tempat bekerja karena mereka akan saling bertukar informasi dan pengetahuan yang mereka peroleh. Sehingga tingkat pengetahuan ibu pun semakin tinggi. Sedangkan ibu yang tidak bekerja mayoritas berpengetahuan kurang sebanyak 26 responden (48,14%) hal ini terjadi karena ibu yang tidak bekerja tidak banyak memperoleh informasi karena ibu tidak banyak berinteraksi dengan orang – orang diluar lingkungan rumahnya sehingga pengetahuan ibu tidak banyak berkembang karena ini ibu yang tidak bekerja pengetahuannya kurang baik dibandingkan ibu yang bekerja.

d. Pengetahuan Ibu Berdasarkan Sumber Informasi

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh data dari 54 reponden ibu hamil, dapat dilihat bahwa 18 responden yang memperoleh informasi dari media massa mayoritas berpengetahuan kurang sebanyak 11 responden (20,37%), dari 10 responden yang mendapat informasi dari keluarga berpengetahuan kurang sebanyak 6 responden (11,11%), dan dari 32 responden yang mendapat informasi dari petugas kesehatan berpengetahuan kurang sebanyak 21 responden (38,89%).

Menurut Notoatmojo (2007) Sumber informasi adalah segala sesuatu yang menjadi perantara dalam menyampaikan informasi, merangsang pikiran dan kemampuan seseorang. Orang lain disekitar kita merupakan salah satu diantara komponen sosial yang ikut mempengaruhi sikap kita.


(59)

Menurut asumsi peneliti hal ini ada kesenjangan dengan Notoatmojo (2007) yakni sumber informasi yang diperoleh responden tidak mempengaruhi pengetahuannya. Teori mengatakan semakin baik sumber informasinya akan semakin baik pula pengetahuan seseorang. Contohnya sumber informasi dari tenaga kesehatan akan sangat baik dalam memberikan informasi tentang imunisasi polio karena petugas kesehatan merupakan orang yang telah terlatih dan orang yang dipercaya oleh masyarakat dalam bidang kesehatan sehingga masyarakat akan mengikuti anjuran – anjuran yang disarankan tenaga kesehatan.

Tetapi hasil yang didapat peneliti responden yang mendapat informasi dari tenaga kesehatan mayoritas berpengetahuan kurang sebanyak 21 responden (38,89%). Hal ini mungkin disebabkan karena ibu mengabaikan informasi yang disampaikan tenaga kesehatan.

2. Perilaku Ibu Pasca Pemberian Imunisasi Polio Pada Bayi Di Desa Mancang Wilayah Kerja Puskesmas Selesai Kab, Langkat Tahun 2014. Berdasarkan penelitian diperoleh data bahwa mayotitas ibu yang mengimunisasikan polio pada bayinya di Puskesmas Selesai tahun 2014 berperilaku kurangpasca pemberian imunisasi polio pada bayinya yaitu sebanyak 41 orang (75,93%). Salah satu faktor yang mempengaruhi perilakuadalahpengetahuan. Berdasarkan hasil penelitian, mayoritas ibu yang memiliki pengetahuan kurang yaitu sebanyak 38 orang (70,38%), 13 orang (24,07%) berperilaku baik pasca pemberian imunisasi polio pada bayi.Jadi pengetahuan merupakan domain penting terhadap pembentukan perilaku seseorang (Notoadmodjo, 2012 hal. 138).


(60)

Menurut asumsi peneliti responden mayoritas berperilaku kurang disebabkan karena pengetahuan nya yang kurang juga atau ibu yang mengabaikan pengetahuan yang ia dapat dari tenaga kesehatan. Contohnya tenaga kesehatan yang memberikan informasi mengenai imunisasi polio dengan pemberian ASI tetapi ibu tidak memperdulikan informasi yang didapatnya, kemungkinan karena ibu sibuk mengurusi keluarga dan rumah tangganya.

3. HubunganPengetahuan Ibu tentang Imunisasi Polio Dengan Perilaku Ibu Pasca Pemberian Imunisasi Polio Pada Bayi Di Desa Mancang Wilayah Kerja Puskesmas Selesai, Kab, Langkat Tahun 2014.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa nilai p < 0,05 maka terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan perilaku dimana didapati mayoritas ibu yaitu ibu yang berpengetahuan baik dan berperilaku baikpasca pemberian imunisasi polio pada bayinya sebanyak 13 orang (24,07%), dan mayoritas ibu yang berpengetahuan kurang dan berperilaku kurang sebanyak 38 orang (70,38%).

Hal ini sesuai dengan penelitian Widayati (2009) terkait dengan hubungan pengetahuan ibu tentang imunisasi polio dengan perilaku pasca imunisasi polio pada bayi di RB An-Nissa Surakarta yang didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu dengan perilaku ibu pasca imunisasi polio dibuktikan dengan p value 0,0001.Maka hasil penelitian ini yang dijadikan tolak ukur dalam menyelesaikan pembahasan sebagai hasil akhir bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan perilaku ibu pasca imunisasi polio pada bayi di Desa Mancang Wilayah Kerja Puskesmas Selesai Kab. Langkat.


(61)

Menurut asumsi peneliti tidak ada kesenjangan antara penelitian yang dilakukan peneliti dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya terkait dengan hubungan pengetahuan ibu tentang imunisasi polio dengan perilaku ibu pasca pemberian imunisasi polio pada bayi. Hal ini dibuktikan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa nilai p < 0,05 maka terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan perilaku.

C. Keterbatasan Penelitian

Adapun keterbatasan penelitian ini adalah keterbatasan waktu penelitian dan aspek lain yang menghambatn penelitian. Jumlah sampel yang kecil telah dipertimbangkan sebelumnya oleh peneliti.Waktu penelitiaan yang terbatas menjadi alasan peneliti mengambil jumlah sampel yang kecil.


(62)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang hubungan antara pengetahuan ibu tentang imunisasi polio dengan perilaku ibu pasca pemberian imunisasi polio pada bayi di Desa Mancang Wilayah Kerja Puskesmas Selesai Kab. Langkat tahun 2014 maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Tingkat pengetahuan responden mayoritas berpengetahuan kurang sebanyak 38responden (70,38%)

2. Responden di Desa Mancang mayoritas berperilaku kurang sebanyak 41 responden (75,93%)

3. Dalam penelitian ini terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu dengan perilaku ibu pasca pemberian imunisasi polio. Hal ini berarti semakin rendah pengetahuan seseorang maka perilakunya juga semakin kurang dibuktikan dengan nilai p value 0,000.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan, maka saran yang diberikan sehubungan dengan penelitian adalah :

1. Diharapkan kepada institusi pendidikan DIV bidan pendidik fakultas keperawatan USU agar lebih banyak menambah referensi tentang imunisasi untuk memperluas pengetahuan dalam penelitian.


(63)

2. Diharapkan kepada Puskesmas Selesai agar lebih banyak memberikan informasi mengenai imunisasi polio agar pengetahuan danperilaku ibu yang berada diwilayah puskesmas baik.

3. Diharapkan kepada peneliti selanjutnya agar lebih mengembangkan penelitian yang lebih lanjut tentang perilaku ibu pasca imunisasi polio dan dapat meneliti tentang variabel yang lain selain pengetahuan serta dapat melakukan uji reliabilitas kepada responden yang berbeda dengan subjek penelitian.


(64)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2007). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Azwar. (2004). Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya. Jakarta: Pustaka Belajar.

Bahiyatun. (2009). Buku Ajar Askeb Nifas Normal. Jakarta: EGC

Cornelia, A. (2013). Gambaran Karakteristik Ibu Mengenai Pengetahuan Imunisasi Dasar di Desa Karangsari Kec.Binong Kab. Subang. Jurnal Pendidikan Bidan, 82.

Depkes RI. (2006). Modul Pelatihan Tenaga Pelaksana Imunisasi Puskesmas. Jakarta : Dirjend PP dan PL dan Pusdiklat SDM Kesehatan.

Hadinegoro, S. R. (2011). Pedoman Imunisasi Di Indonesia. Edisi ke-4. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia.

Hidayat, A. A. (2011). Metode Penelitian Kebidanan Teknik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika.

Manuaba, Ida Bagus. (2012). Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan, dan KB untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC

Marimbi, H. (2010). Tumbuh Kembang Status Gizi, dan Imunisasi Dasar Pada Balita. Yogyakarta: Nuha Medika.

Maryunani, A. (2010). Ilmu Kesehatan Anak Dalam Kebidanan. Jakarta: CV. Trans Info Media.

Notoatmodjo, S. (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.


(65)

_____________ (2007). Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta.

_____________ (2007). Metodologi Penelitian. PT ASdi Mahatsaya. Nursalam. (2008). Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis, Dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Proverawati dan Andhini. (2010). Imunisasi dan Vaksinasi. Yogyakarta: Nuha Medika.

Widayati, Sri. (2011). Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Imunisasi Polio dengan Perilaku Pasca Pemberian Imunisasi Polio pada Bayi di RB An-Nissa Surakarta. STIKES Aisyiyah Surakarta: Surakarta, 7.

Widayati, Siti Nur. (2012). Hubungan Antara Pengetahuan Imunisasi Ibu Dengan Status Kelengkapan Imunisasi Polio Di Puskesmas I Polokerto Sukoharjo. STIKES Aisyiyah Surakarta : Surakarta, 33.


(66)

(67)

(68)

(69)

(70)

(71)

(72)

Lampiran

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON RESPONDEN

Assalamualaikum Wr. Wb

Dengan Hormat,

Nama saya Hera Daniati Br Pinem, sedang menjalani pendidikan di program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan USU. Saya sedang melakukan penelitian yang berjudul “Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Imunisasi Polio dengan Perilaku Ibu Pasca PemberianImunisasi Polio Pada Bayi di Desa Mancang Wilayah Kerja Puskesmas Selesai, Kab. Langkat Tahun 2014”.

Polio dapat menyebabkan gejala yang ringan atau penyakit yang sangat parah. Penyakit ini dapat menyerang sistem pencernaan dan sistem saraf. Polio menyebabkan demam, muntah – muntah dan kekakuan otot dan dapat menyerang saraf – saraf mengakibatkan kelumpuhan permanen. Penyakit ini dapat melumpuhkan otot pernapasan dan otot yang mendukung proses penelanan, menyebabkan kematian. Di antara dua sampai lima persen penderita polio akan meninggal akibat penyakit ini dan sekitar 50% pasien yang masih bertahan hidup menderita kelumpuhan seumur hidup. Polio dapat ditularkan jika tinja penderita mencemari makanan, air atau tangan (Proverawati dan Andhini, 2010 hal. 56).

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antarapengetahuan ibu tentang imunisasi polio denganperilakuibupascapemberianimunisasi polio padabayi.

Saya akan memberikan kuesioner kepada ibu yang merupakan alat saya untuk mendapatkan data yang berguna untuk kepentingan penelitian saya.


(73)

Kuesioner yang saya berikan kepada ibu berjumlah 16 soal dan ibu dapat mengisi kuesioner berdasarkan kemampuan ibu.

Patisipasi ibu bersifat sukarela dan tanpa paksaan. Setiap data yang ada dalam penelitian ini akan dirahasiakan dan digunakan untuk kepentingan peneliti. Untuk penelitian ini ibu tidak dikenakan biaya apapun. Bila Ibu membutuhkan penjelasan, maka dapat menghubungi saya :

Nama : HERA DANIATI BR PINEM

Alamat : Jln.Jendral Sudirman, Sei Dendang, Stabat.

No. HP : 082367556339

Setelah memahami berbagai hal yang menyangkut penelitian ini diharapkan ibu bersedia mengisi lembar persetujuan yang telah kami siapkan.

Terimakasih saya ucapkan kepada ibu yang telah ikut berpartisipasi pada penelitian ini. Keikutsertaan ibu dalam penelitian ini akan menyumbangkan sesuatu yang berguna bagi ilmu pengetahuan.

Medan, 2014

Peneliti


(74)

Lampiran

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP) (INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini : No Responden :

Umur :

Alamat :

Telp/HP :

Setelah mendapat penjelasan dari penelitian tentang “Hubungan

Pengetahuan Ibu tentang Imunisasi Polio DenganPerilakuIbuPascaPemberianImunisasi Polio PadaBayi”, maka dengan ini

saya secara sukarela dan tanpa paksaan menyatakan bersedia ikut serta dalam penelitian tersebut.

Demikianlah surat pernyataan ini untuk dapat dipergunakan seperlunya.

Medan, 2014


(75)

Lampiran

KUESIONER PENELITIAN

Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Polio DenganPerilakuIbuPascaPemberianImunisasi Polio PadaBayi Di

DesaMancang Wilayah KerjaPuskesmas Selesai, Kab. Langkat Tahun 2014

A. Identitas Responden 1. Isilah data dengan benar

a. No. responden :

b. Usia: > 20 tahun

20 – 35 tahun < 35 tahun

c. Pendidikan terakhir : SD SMP SMA

Perguruan Tinggi

d. Pekerjaan : Bekerja TidakBekerja

e. Sumber Informasi : Media massa (TV, Radio, Internet, Koran, Majalah)

Tenaga non medis (Keluarga, Teman) Tenaga Kesehatan (Bidan, Perawat, Dokter)


(76)

KUESIONER PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI POLIO

KUESIONER PERILAKU PASCA PEMBERIAN IMUNISASI POLIO

No Pertanyaan Ya Tidak

1 Apakah ibu langsung memberikan ASI sesaat setelah

bayi di imunisasi polio.

No Pertanyaan Benar Salah

1 Imunisasi polio adalah imunisasi untuk mendapatkan kekebalan terhadap penyakit polio.

2 Pemberian imunisasi polio bisa diberikan pada anak yang

baru lahir.

3 Cara pemberian imunisasi polio adalah lewat mulut. 4 Di Indonesia imunisasi polio rutin diberikan lewat

suntikan.

5 Setelah diimunisasi polio anak akan menjadi lumpuh. 6 Imunisasi polio yang lengkap diberikan sebanyak 4x. 7 Imunisasi polio tidak boleh diberikan pada anak yang

sedang diare.

8 Efek samping imunisasi polio adalah diare ringan. 9 Imunisasi polio diberikan pada anak untuk melindungi

anak dari penyakit polio/lumpuh.

10 ASI mengandung zat antipoliomylitis yang dapat menurunkan efektifitas imunisasi polio

11 ASI harus langsung diberikan segera setelah imunisasi polio pada bayi usia 0 – 3 bulan

12 ASI tidak boleh diberikan langsung segera setelah imunisasi pada bayi usia 0 – 3 bulan

13 ASI boleh diberikan langsung apabila anak berusia diatas 3 bulan

14 Jarak antara pemberian imunisasi polio dengan pemberian ASI adalah 2 jam

15 Menurunnya efektifitas imunisasi polio tidak dipengaruhi oleh ASI yang langsung diberikan pada bayi pasca imunisasi polio

16 Apabila ASI langsung diberikan pada bayi segera setelah imunisasi polio bayi menjadi lebih sehat


(1)

Frequencies

[DataSet0]

Statistics

Umur Pendidikan Pekerjaan SumberInformasi

N Valid 54 54 54 54

Missing 0 0 0 0

Frequency Table

Umur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid < 20 13 24.1 24.1 24.1

20-35 35 64.8 64.8 88.9

> 35 6 11.1 11.1 100.0

Total 54 100.0 100.0

Pendidikan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid SD 9 16.7 16.7 16.7

SMP 18 33.3 33.3 50.0

SMA 23 42.6 42.6 92.6

PT 4 7.4 7.4 100.0


(2)

Pekerjaan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidakbekerja 28 51.9 51.9 51.9

Bekerja 26 48.1 48.1 100.0

Total 54 100.0 100.0

SumberInformasi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Media Massa 14 25.9 25.9 25.9

Keluarga 8 14.8 14.8 40.7

TenagaKesehatan 32 59.3 59.3 100.0

Total 54 100.0 100.0

Crosstabs

[DataSet0]

Case Processing Summary Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent


(3)

pengetahuan * perilakuCrosstabulation perilaku

Total kurang baik

pengetahuan kurang Count 27 0 27

Expected Count 21.0 6.0 27.0

% within pengetahuan 100.0% .0% 100.0%

% within perilaku 64.3% .0% 50.0%

cukup Count 14 4 18

Expected Count 14.0 4.0 18.0

% within pengetahuan 77.8% 22.2% 100.0%

% within perilaku 33.3% 33.3% 33.3%

baik Count 1 8 9

Expected Count 7.0 2.0 9.0

% within pengetahuan 11.1% 88.9% 100.0%

% within perilaku 2.4% 66.7% 16.7%

Total Count 42 12 54

Expected Count 42.0 12.0 54.0

% within pengetahuan 77.8% 22.2% 100.0%

% within perilaku 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 30.857a 2 .000

Likelihood Ratio 31.860 2 .000

Linear-by-Linear Association 27.257 1 .000

N of Valid Cases 54

a. 2 cells (33,3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,00.


(4)

Risk Estimate

Value

Odds Ratio for pengetahuan (kurang / cukup)

a

a. Risk Estimate statistics cannot be computed. They are only computed for a 2*2 table without empty cells.


(5)

(6)

RIWAYAT HIDUP

BIODATA

Nama

: Hera Daniati Br Pinem

Tempat, Tanggal Lahir

: Stabat, 13 September 1992

Agama

: Islam

Alamat : Jln. Jendral Sudirman, Sei Dendang, Kecamatan

Stabat, Kabupaten Langkat.

Nama Orang Tua :

Ayah

: Normal Pinem

Ibu

: Basati Br Karo S.Sos

Alamat : Jln. Jendral Sudirman, Sei Dendang, Kecamatan

Stabat, Kabupaten Langkat.

RIWAYAT PENDIDIKAN

1.

SD Negeri 050660 Sei Bingai Kab. Langkat Tahun 1998

2.

SMP Negeri 5 Stabat Tahun 2004

3.

SMA Negeri 1 Stabat Tahun 2007

4.

D-III Kebidanan Bakti Inang Persada Medan Tahun 2010

5.

Mahasiswi Program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas

Sumatera Utara Tahun 2013 - 2014


Dokumen yang terkait

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI POLIO DENGAN PERILAKU PASCA IMUNISASI POLIO PADA BAYI DI PUSKESMAS SUKOHARJO

0 5 48

Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar Dengan Pemberian Imunisasi di Wilayah Kerja Puskesmas Selesai Kabupaten Langkat

0 0 9

Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar Dengan Pemberian Imunisasi di Wilayah Kerja Puskesmas Selesai Kabupaten Langkat

0 0 2

Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar Dengan Pemberian Imunisasi di Wilayah Kerja Puskesmas Selesai Kabupaten Langkat

0 0 9

Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar Dengan Pemberian Imunisasi di Wilayah Kerja Puskesmas Selesai Kabupaten Langkat

0 0 20

Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar Dengan Pemberian Imunisasi di Wilayah Kerja Puskesmas Selesai Kabupaten Langkat

0 2 3

Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar Dengan Pemberian Imunisasi di Wilayah Kerja Puskesmas Selesai Kabupaten Langkat

0 0 22

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI POLIO DENGAN KEPATUHAN IBU MELAKSANAKAN IMUNISASI POLIO PADA BAYI DI DESA KRAGAN GONDANGREJO KARANGANNYAR.

0 0 10

Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Polio Dengan Perilaku Ibu Pasca Pemberian Imunisasi Polio Pada Bayi Di Desa Mancang Wilayah Kerja Puskesmas Selesai, Kab. Langkat Tahun 2014

0 1 7

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI POLIO DENGAN WAKTU PEMBERIAN IMUNISASI POLIO DI PUSKESMAS JETIS YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI - HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI POLIO DENGAN WAKTU PEMBERIAN IMUNISASI POLIO DI PUSKESMAS J

0 1 12