Analisis Equity (Keadilan) Bantuan Alokasi Dana Desa (ADD) di kabupaten Labuhanbatu Selatan

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah
Pembangunan

pada

hakekatnya

merupakan

suatu

upaya

untuk

meningkatkan kesejahteraan rakyat. Tidaklah mudah untuk mewujudkan tujuan
pembangunan tersebut, melainkan memerlukan waktu dan proses yang panjang
dan bertahap. Hanya melalui proses perencanaan yang matang efektif dan terarah

tujuan pembangunan tersebut dapat dicapai dengan baik.
Pembangunan Daerah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional
dilaksanakan berdasarkan prinsip otonomi daerah dan pengaturan sumber daya
nasional yang memberikan kesempatan bagi peningkatan demokrasi dan kinerja
daerah untuk meningkatkan kesejahteraan mayarakat menuju masyarakat madani
yang bebas korupsi, kolusi dan nepotisme.
Pembangunan ini tidak hanya mencakup daerah yang besar namun
pembangunan ini mencakup daerah yang lebih kecil yakni desa. Pembangunan ini
telah diatur oleh pemerintah melalui sistem perimbangan keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Dalam sistem perimbangan keuangan
antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah terdapat penekanan atas
kebijakan otonomi daerah yang menetapkan Kabupaten dan kota sebagai titik
berat otonomi. Hal ini berusaha untuk memberikan kesempatan kepada daerah
untuk mengembangkan diri dan memberikan harapan kepada masyarakat untuk

Universitas Sumatera Utara

dapat menikmati pelayanan publik yang lebih baik melalui kebijakan-kebijakan
daerah yang lebih mementingkan nasib mereka. Hal ini sesuai dengan


Universitas Sumatera Utara

diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Adi
Wiratno, 2010).
Dari hasil penelitian Lin (1992) di China dengan data panel yang
kemudian dilanjutkan oleh Lin dan Liu di China (2000) ditemukan bukti bahwa
faktor kunci pertumbuhan ekonomi di China adalah reformasi fiskal seiring
dengan reformasi perdesaan. Selanjutnya berdasarkan penelitian Lai (1989)
ditemukan bukti bahwa keberhasilan strategi pembangunan di Taiwan
dikarenakan pembangunan sektor industry diletakkan di dekat daerah perdesaan
(Prasetyanto, 2012).
Pengalaman China dan Taiwan ini penting bagi Negara kita. Apalagi
menuju program pasar tunggal yang dilakukan pada tahun 2015 maka penting
bagi kkita melakukan pembangunan di desa. Selain itu pentingnya pembangunan
di desa karena hampir sebagian besar masyarakat Indonesia tinggal di daerah
perdesaan. Selain itu secara ekonomi, desa merupakan daerah produksi pangan
dan komoditas ekspor. Walaupun desentralisasi fiscal sudah dimulai sejak tahun
anggaran 2001, namun data menunjukkan hampir sebagian besar permasalahan

mendasar yang ada di negeri ini, seperti masalah kemiskinan, pendidikan yang
rendah, kesehatan yang buruk, sarana prasarana yang kurang memadai sebagian
besar adanya di desa. oleh karena itu sedari dini perlu dibangun suatu reformasi
pemahaman bahwa desa mempunyai posisi strategis di dalam wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia, bahkan dapat dikatakan apabila desa maju maka
daerah dan Negara pasti akan maju. Memperhatikan hal ini, tidaklah berlebihan

Universitas Sumatera Utara

apabila reformasi perdesaan diajadikan “ ujung tombak” pembangunan daerah
dan nasional (Prasetyanto, 2012).
Desa secara administratif merupakan bentuk pemerintahan terkecil yang
dipimpin oleh Kepala Desa dari sebuah pemilihan secara langsung. Secara formal
pemerintah telah menerbitkan PP Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa sebagai
dasar hukum yang mengatur segala sesuatu yang dianggap urgen bagi Desa.
Sebagai bentuk pemerintahan pada level terbawah, aparatur desa merupakan
ujung tombak dalam pengurusan segala sesuatu yang sifatnya keadministrasian
oleh masyarakat. Untuk melaksanakan tugas dan segala urusan di desa maka
diperlukan


dukungan

sumber

daya

baik

personil,

dana,

maupun

peralatan/perangkat penunjang lainnya. Untuk itulah dalam PP 72/2005 tersebut
juga telah mengatur sumber pembiayaan bagi Desa dalam rangka memberikan
pelayanan pada masyarakat antara lain dari sumber – sumber Pendapatan Asli
Desa,

adanya


kewajiban

bagi

Pemerintah

dari

pusat

sampai

dengan

Kabupaten/Kota untuk memberikan transfer dana bagi Desa, hibah ataupun
donasi. Salah satu bentuk transfer dana dari pemerintah adalah Alokasi Dana Desa
(ADD). Alokasi Dana Desa (ADD) pada dasarnya adalah bantuan keuangan dari
Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota kepada
Pemerintah Desa yang bersumber dari APBN, APBD Provinsi, APBD

Kabupaten/Kota yang disalurkan melalui kas desa dalam rangka penyelenggaraan
pemerintahan desa.

ADD yang telah ditetapkan sebesar 10% dari dana

perimbangan pemerintahan pusat dan daerah yang diterima masing – masing
Pemerintah Kabupaten/Kota.

Universitas Sumatera Utara

Melalui Alokasi Dana Desa, desa berpeluang untuk mengelola
pembangunan, pemerintahan dan sosial kemasyarakatan desa secara otonom.
Konsep alokasi dana desa sebenarnya bermula dari sebuah kritik dan refleksi
terhadap model bantuan desa yang diberikan oleh pemerintah pusat bersamaan
dengan agenda pembangunan desa sejak tahun 1969. Dalam mendesain transfer
keuangan pusat dengan daerah, Orde Baru ternyata masih melanjutkan pola yang
dipakai Orde Lama. Beragam jenis transfer keuangan kepada desa tersebut
diantaranya adalah Bantuan Desa (Bandes), dana pembangunan desa (Bangdes),
serta Inpres Desa Tertinggal/IDT (Sidik, 2002).
Pemberian Alokasi Dana Desa merupakan wujud dari pemenuhan hak

Desa untuk menyelenggarakan otonominya untuk tumbuh dan berkembang.
Pertumbuhan desa yang berdasarkan keanekaragaman, partisipasi, demokratisasi
dan pemberdayaan masyarakat. Peran Pemerintah Desa ditingkatkan dalam
pemberian

pelayanan

dan

kesejahteraan

masyarakat

serta

mempercepat

pembangunan dan pertumbuhan wilayah-wilayah strategis, sehingga dapat
mengembangkan wilayah-wilayah dalam suatu sistem wilayah pengembangan.
Dalam peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2007 tentang

Pengelolaan Keuangan Desa maka tujuan Alokasi Dana Desa (ADD) adalah :
a. Menanggulangi kemiskinan dan mengurangi kesenjangan;
b. Meningkatkan perencanaan dan penganggaran pembangunan di tingkat desa
dan pemberdayaan masyarakat;
c. Meningkatkan pembangunan infrastruktur perdesaan;
d. Meningkatkan pengamalan nilai-nilai keagamaan, sosial budaya dalam rangka
mewujudkan peningkatan sosial;

Universitas Sumatera Utara

e. Meningkatkan ketentaman dan ketertiban masyarakat;
f. Meningkatkan pelayanan pada masyarakat desa dalam rangka pengembangan
kegiatan sosial dan ekonomi masyarakat;
g. Mendorong peningkatan keswadayaan dan gotong royong masyarakat;
h. Meningkatkan pendapatan desa dan masyarakat desa melalui Badan Usaha
Milik Desa (BUMDesa).
Atas dasar tersebut besaran Alokasi Dana Desa (ADD) untuk desa
sebagaimana pendapat Hudayana dkk. dalam Andesdi (2008) sejalan dengan
agenda otonomi daerah. Hal ini karena Alokasi Dana Desa (ADD) merupakan
sebagian dari kebijakan yang menempatkan desa sebagai basis desentralisasi.

Selanjutnya Hudayana dkk dalam Andesdi (2008) menambahkan bahwa kebijakan
ini penting karena tiga alasan yaitu : (1) sebagian besar masyarakat Indonesia
hidup di dalam komunitas pedesaan, (2) Komunitas pedesaan itu terkelompok ke
dalam satuan masyarakat hukum yang memiliki pemerintahan yang otonom, dan
(3) desentralisasi di tingkat desa akan meningkatkan fungsi pemerintahan sesuai
dengan kebutuhan.
Sesuai dengan Pasal 68 huruf c Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun
2005 tentang Desa telah diatur bahwa bagi dari dana perimbangan keuangan
antara pemerintah pusat dan daerah yang diterima Kabupaten untuk desa paling
sedikit 10% (sepuluh per seratus) yang pembagiannya untuk setiap desa secara
proporsional yang merupakan alokasi dana desa. Yang dimaksud bagi dari dana
perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah adalah terdiri atas
dana bagi hasil pajak dan sumberdaya alam ditambah Dana Alokasi Umum
setelah dikurangi belanja pegawai.

Universitas Sumatera Utara

Mengingat pentingnya melakukan pembangunan di desa, maka reformasi
di desa yang dilakukan menurut PP 72 Tahun 2005 antara lain adalah tentang
penyaluran Alokasi Dana Desa. menurut PP tersebut Alokasi Dana Desa dibagi ke

Desaa adalah 10 % dari DAU dikurang belanja pegawai. Namun walaupun ADD
pengaturannya telah tegas dan jelas dalam PP 72 Tahun 2005 namun tidak semua
Pemerintah Daerah memberikan ADD ke Desa. Dan tidak sedikit pemerintah
Daerah melakukan pembagian ADD tidak sesuai dengan PP 72 tentang Desa yaitu
menganggarkan Alokasi Dana Desa kurang dari 10% dan pelaksnaannya dibagi
secara merata oleh Pemerintah Daerah.
Di Kabupaten Labuhanbatu Selatan Alokasi Dana Desa pembagiannya
terdiri dari 3 jenis yaitu : desa daratan biasa, desa perkebunan, desa tertinggal.
Pada tahun 2009 untuk desa dataran biasa memperoleh Rp. 141.896.362,36, untuk
desa Perkebunan memperoleh Rp. 87.036.802, untuk desa tertinggal memperoleh
Rp. 242.472.223,02. Pada tahun 2010 jumlah masing-masing desa tidak berubah.
Namun pada tahun 2011 jumlah yang diterima masing-masing desa berubah.
Untuk desa dataran biasa memperoleh Rp. 78.153.846,15, untuk desa perkebunan
memperoleh Rp. 46.153.846,15, untuk desa tertinggal memperoleh Rp.
158.153.846,15. Dimana pada tahun 2009 kebijakan pembagian ADD didasarkan
atas 40% adil (ADDP) dan 60% merata, kemudian 60% dari ADDP untuk desa
dataran biasa dan desa tertinggal, 40% selebihnya untuk desa Tertinggal.
Sedangkan untuk tahun 2010 kebijakan pembagian ADD adalah 40% adil
(ADDP) dan 60% merata, kemudian 80% ADDP untuk Desa tertinggal dan
dataran biasa serta 20 % lebihnya untuk desa tertinggal. Dan kebijakan ini

berubah setiap tahunnya.

Universitas Sumatera Utara

Dalam pelaksanaannya sering kali anggaran Alokasi Dana Desa dirasakan
oleh Desa masih kurang adil, karena pembagiannya tidak berdasarkan kebutuhan,
karakteristik serta social budaya desa. Desa yang memiliki jumlah penduduk
miskin yang lebih sedikit terkadang memperoleh Alokasi Dana Desa yang sama
dengan desa yang penduduk miskinnya besar. Atau bahkan Desa yang memiliki
jumlah penduduk yang lebih besar memperoleh bagian Alokasi Dana Desa yang
lebih sedikit bila dibandingkan dengan desa yang memiliki jumlah penduduk lebih
sedikit.

Sehingga pihak desa sering mempertanyakan bagaimana Pemerintah

Daerah menghitung besaran anggaran ADD.
Selain itu alokasi dana untuk desa dirasa masih terlalu kecil dan
pendistribusiannya masih bias sehingga kurang memberikan rasa keadilan. Selama
ini alokasi dana untuk desa dibagi berdasarkan anggaran yang ada di Kabupaten.
Permasalahannya, walaupun Peraturan Pemerintah telah menetapkan ADD 10%
dari DAU dikurang belanja pegawai, namun hanya sekitar 60% Pemerintah
Daerah menganggarkan ADD 10% dari DAU.
Berdasarkan Surat Menteri Dalam Negeri Nomor : 140/640/SJ tanggal 22
Maret 2005 perihal Pedoman Alokasi Dana Desa dan Kabupaten/Kota dari
Pemerintah Kabupaten/Kota Kepada Pemerintah Desa, diatur bahwa agar
Bupati/Walikota menetapkan Alokasi Dana Desa kepada pemerintahan Desa,
berupa bantuan keuangan kepada desa yang merupakan bagian dari dana
perimbangan keunangan pusat dan daerah yang diterima oleh Kabupaten/Kota
antara 5% (lima per seratus) sampai dengan 10% (sepuluh per seratus)
sebagaimana yang pernah dilakukan di beberapa daerah. Kemudian berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa, diatur Alokasi Dana

Universitas Sumatera Utara

Desa diberikan paling sedikit 10% dari Dana Perimbangan yang diterima
Kabupaten setelah dikurangi belanja pegawai.
Pemerintah Desa sebagai unit pemerintahan terdepan yang berhubungan
langsung dengan masyarakat perlu mendapatkan dukungan dana dalam
melaksanakan tugas-tugas pemerintahan maupun pembangunan, terutama sekali
dalam rangka upaya peningkatan pelayanan masyarakat dan pemberdayaan
masyarakat. Seiring dengan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor
140/640/SJ Tahun 2005, tentang Pedoman ADD dan Nomor 140/286/SJ Tahun
2006, tentang Pelaksanaan ADD. Pemerintah Kabupaten perlu menyusun strategi
dan kebijakan terkait pembagian ADD yang berdasarkan azas merata dan adil
yang diharapkan berdampak terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat dan
membantu percepatan pembangunan desa yang kurang mampu.
Berdasarkan penjelasan di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang "Analisis Equity (Keadilan) Bantuan Alokasi Dana Desa
(ADD) di Kabupaten Labuhanbatu Selatan".

1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang permasalah yang dikemukakan diatas,
maka dapat diidentifikasi suatu rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana Alokasi Dana Desa Simulasi di setiap Desa di Kabupaten
Labuhanbatu Selatan.
2. Apakah ada perbedaan Alokasi Dana Desa sebelum dan sesudah simulasi.
3. Bagaimana penyebaran Alokasi Dana Desa di Kabupaten Labuhanbatu
Selatan sebelum dan sesudah simulasi.

Universitas Sumatera Utara

1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang dipaparkan di atas, tujuan penelitian
ini adalah:
1. Untuk menganalisis bagaimana besaran Alokasi Dana Desa Realitas dan
Simulasi di setiap Desa di Kabupaten Labuhanbatu Selatan
2. Untuk

menganalisis

perbedaan

Alokasi

Dana

Desa

di

Kabupaten

Labuhanbatu Selatan sebelum dan sesudah simulasi.
3. Untuk menganalisis bagaimana penyebaran Alokasi Dana Desa di Kabupaten
Labuhanbatu Selatan sebelum dan sesudah simulasi.

1.4. Manfaat Penelitian
Beberapa manfaat dalam penelitian ini berupa kontribusi empiris, teori dan
kebijakan, yaitu
1.

Penelitian ini sebagai pembelajaran yang bermanfaat untuk pengembangan
ilmu pengetahuan terutama untuk peneliti.

2.

Menambah wawasan kontribusi empiris pada Penetapan Besaran Alokasi
Dana Desa adil dan merata di Setiap Desa di Labuhanbatu Selatan;

3.

Konstribusi kebijakan, untuk memberikan masukan bagi Pemerintah
khususnya

Pemerintah

Kabupaten

Labuhanbatu

Selatan

dalam

hal

penyusunan kebijakan tentang Alokasi Dana Desa di masa yang akan dating.
4.

Konstribusi teori, sebagai bahan referensi dan data tambahan bagi penelitipeneliti lainnya yang tertarik pada bidang kajian ini.

Universitas Sumatera Utara