Dampak Alokasi Dana Desa (ADD) terhadap Pengembangan Ekonomi di Kecamatan Kota Pinang Kabupaten Labuhanbatu Selatan
DAMPAK ALOKASI DANA DESA (ADD) TERHADAP
PENGEMBANGAN EKONOMI DI KECAMATAN
KOTA PINANG KABUPATEN
LABUHANBATU SELATAN
TESIS
Oleh
HARIMAN PAMUJI
097003017/PWD
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2011
SE K
O L
A H P
A S
C
A S A R JA
N
(2)
DAMPAK ALOKASI DANA DESA (ADD) TERHADAP
PENGEMBANGAN EKONOMI DI KECAMATAN
KOTA PINANG KABUPATEN
LABUHANBATU SELATAN
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan
pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh
HARIMAN PAMUJI
097003017/PWD
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2011
(3)
Judul Tesis : DAMPAK ALOKASI DANA DESA (ADD) TERHADAP PENGEMBANGAN EKONOMI DI KECAMATAN KOTA PINANG KABUPATEN LABUHANBATU SELATAN Nama Mahasiswa : Hariman Pamuji
Nomor Pokok : 097003017
Program Studi : Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan (PWD)
Menyetujui, Komisi Pembimbing
(Prof. Dr.lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE) (Dr. Ir. Tavi Supriana, MS) Ketua Anggota
Ketua Program Studi, Direktur,
(Prof.Dr.lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE)(Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang , MSIE)
(4)
Telah diuji pada
Tanggal : 18 Agustus 2011
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Dr. lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE Anggota :1. Dr. Ir. Tavi Supriana, MS
2. Prof. Aldwin Surya, SE, M.Pd, Ph.D 3. Agus Suriadi, S.Sos, M.Si
(5)
DAMPAK ALOKASI DANA DESA (ADD) TERHADAP PENGEMBANGAN EKONOMI DI KECAMATAN KOTA PINANG KABUPATEN
LABUHANBATU SELATAN
ABSTRAK
Kabupaten Labuhanbatu Selatan merupakan salah satu kabupaten yang dimekarkan di Provinsi Sumatera Utara. Kabupaten Labuhanbatu Selatan terdiri dari 5 kecamatan, 52 desa dan 2 kelurahan, yang responsif terhadap tuntutan desa. Kabupaten Labuhanbatu Selatan telah mengalokasikan dana untuk desa sejak tahun 2009 dengan harapan pembangunan semakin merata sampai ke tingkat desa. Salah satu wilayah Kabupaten Labuhanbatu Selatan yang memperoleh alokasi dana desa adalah Kecamatan Kota Pinang yang merupakan ibukota Kabupaten Labuhanbatu Selatan
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan pertanggungjawaban ADD, serta dampak Alokasi Dana Desa terhadap pengembangan ekonomi di Kecamatan Kota Pinang Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Metode penelitian menggunakan analisa deskriptif dan uji beda rata-rata.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kebijakan Program Alokasi Dana Desa (ADD) di Kecamatan Kota Pinang Kabupaten Labuhanbatu Selatan berjalan cukup lancar. Hal ini dapat terlihat dari tahap persiapan berupa penyusunan Daftar Usulan Rencana kegiatan (DURK), pelaksanaan setiap kegiatan, evaluasi kegiatan sampai dengan tahap penyusunan pertanggungjawaban. Pendapatan masayarakat Kecamatan Kota Pinang meningkat setelah adanya program ADD
Kata Kunci : Alokasi Dana Desa, Perencanaan, Pelaksanaan, Evaluasi, Pertanggungjawaban, dan Peningkatan Pendapatan.
(6)
THE IMPACT OF VILLAGE ALLOCATION FUNDS ON ECONOMY DEVELOPMENT IN KECAMATAN KOTA PINANG TABULATE
LABUHANBATU SELATAN
ABSTRACT
Kabupaten Labuhan Batu Selatan is one of the new Kabupatens in Sumatera Utara Province. Governments in Kabupaten Labuhan Batu Selatan are divided into 5 Kecamatan, 52 Desa, and 2 Kelurahan, and all of them are very responsive to the village demand. Kabupaten Labuhan Batu Selatan has allocated funds for the villages since 2009, in order to make the development spread more evenly among the villages. One of areas in Kabupaten Labuhan Batu Selatan that had got the fund is kecamatan Kota Pinang as the capital of Kabupaten Labuhan Batu Selatan.
This research is aimed to analyze the planning, implementation, evaluation, reporting the fund, and the impact of the fund on the economy development in Kecamatan Kota Pinang Kabupaten Labuhan Batu Selatan. The method used in this research is descriptive and mean test analysis.
The result showed that village allocation funds program (ADD) in Kecamatan Kota Pinang Kabupaten Labuhan Batu Selatan had been run as it had planned before; it is showed from the preparation of Daftar Usulan Rencana Kegiatan (DURK), implementation, evaluation, and the report. The community income in Kecamatan Kota Pinang had increased after the ADD program.
(7)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan hidayah-Nya Tesis yang berjudul "Dampak Alokasi Dana Desa (ADD) terhadap Pengembangan Ekonomi di Kecamatan Kota Pinang Kabupaten Labuhanbatu Selatan" dapat diselesaikan.
Tulisan ini dibuat guna melengkapi salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan Program S2 pada Program Pascasarjana USU Program Studi PWD.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE, selaku Ketua Program Studi PWD sekaligus Ketua Komisi Pembimbing yang telah memberikan masukan dan arahan dalam penyelesaian Tesis ini.
2. Ibu Dr. Ir. Tavi Supriana, MS., sebagai Anggota Komisi Pembimbing yang senantiasa dengan sabar meluangkan waktu untuk memberikan arahan dan bimbingan tentang materi Tesis ini.
3. Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana USU Medan.
4. Bapak Dosen Penguji yang telah banyak memberikan masukan yang berharga tentang materi tesis ini.
5. Segenap Bapak/Ibu Dosen Program Pascasarjana USU Program Studi PWD. 6. Staf Perpustakaan serta seluruh karyawan Pascasarjana USU, yang telah
memberikan pelayanan baik dalam peminjaman buku, maupun bantuan lainnya yang berhubungan dengan kelancaran studi.
7. Semua Pihak dan Rekan-rekan yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
8. Ayahanda dan Ibunda yang telah membesarkan, mendidik dan membimbing penulis hingga dewasa.
(8)
Dengan rasa hormat penulis mengharapkan masukan dan koreksi dari segala pihak, agar penulisan ini dapat memberikan hasil yang bermanfaat bagi Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu Selatan dan juga kita semua.
Akhirnya kepada Allah SWT jualah penulis berserah diri karena Dia-lah Yang Maha Sempurna dan Maha Mengetahui, Amin.
Medan, Agustus 2011 Penulis
(9)
RIWAYAT HIDUP
Hariman, dilahirkan di Medan Sumatera Utara pada tanggal 10 Oktober 1985. Menamatkan Sekolah Dasar 1997 di SD Negeri Nomor 112143 Rantau parapat, SLTP tahun 2000 di SLTP Negeri Rantau Parapat, SMU tahun 2003 di SMU Kemala Bhayangkari II Rantau Parapat, Tamat Universitas Brawijaya 2009 di Malang Jawa Timur.
Tahun 2009 bekerja sebagai staff Kantor Pemberdayaan Masyarakat Desa/Kelurahan Kabupaten Labuhanbatu Selatan Propinsi Sumatera Utara tahun 2009 sebagai Kasubbag Umum di Kecamatan Kampung Rakyat Kabupaten Labuhanbatu Selatan Sumatera Utara. Bulan September 2009 mengikuti pendidikan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara dalam bidang studi Perencanaan Pembangunan Wilayah Pedesaan (PWD).
(10)
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... ABSTRACT ... KATA PENGANTAR ... RIWAYAT HIDUP ... DAFTAR ISI ... DAFTAR TABEL ... DAFTAR GAMBAR ... DAFTAR LAMPIRAN ... BAB I PENDAHULUAN ...
1.1. Latar Belakang ………. 1.2. Perumusan Masalah ………. 1.3. Tujuan Penelitian ……… 1.4. Manfaat Penelitian ………
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………
2.1. Pembangunan Ekonomi Wilayah ……… 2.2. Alokasi Dana Desa ……….
2.3. Pengelolaan Alokasi Dana Desa ………. 2.4. Pengembangan Ekonomi Desa ……… 2.5. Pengembangan Wilayah ………. 2.6. Penelitian Sebelumnya ……… 2.7. Kerangka Pemikiran ………..
BAB III METODE PENELITIAN ………
3.1. Ruang Lingkup Penelitian ……….. 3.2. Lokasi dan Waktu ……….. 3.3. Jenis dan Sumber Data ………...
i ii iii v vi viii x xi 1 1 5 5 5 7 7 12 14 14 19 21 23 25 25 25 26 26
(11)
3.4. Populasi dan Sampel Penelitian ………. 3.5. Pengumpulan Data ……….. 3.6. Teknik Analisis Data ……….. 3.7. Definisi dan Batasan Operasional ………... BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ……… 4.1 Gambaran Umum Kecamatan Kota Pinang ………. 4.2. Gambaran Umum Kebijakan Alokasi Dana Desa ...
4.3. Perencanaan, Pelaksanaan, Evaluasi dan Pertanggungjawaban ADD ... 4.3.1. Perencanaan ADD ... 4.3.2. Pelaksanaan ADD ... 4.3.2.1. Pengendalian ... 4.3.2.2. Pembinaan ... 4.3.2.3. Kegiatan pasca pelaksanaan program ... 4.3.3 Evaluasi ADD ... 4.3.4. Pertanggungjawaban ADD ... 4.4. Dampak Program ADD terhadap Pengembangan Ekonomi ... 4.4.1 Pendapatan Masyarakat ... 4.4.2. Jumlah Tenaga Kerja yang Terserap ... BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ………..
5.1. Kesimpulan ……….
5.2. Saran ……… DAFTAR PUSTAKA ………
27 28 29 31 31 37 47 47 53 54 54 55 58 59 62 62 63 71 71 71 73
(12)
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
3.1. Variabel, Jenis dan Sumber Data Penelitian………... 26 3.2. Populasi dan Sampel Desa Penelitian ... 27 3.3. Operasional Variabel Penelitian ... 30 4.1. Luas Wilayah Kecamatan Kota Pinang dirinci Berdasarkan Kelurahan
Tahun 2009 ... 32 4.2. Jumlah Penduduk, Luas Kelurahan, Kepadatan Penduduk per Km2
Dirinci menurut Kelurahan di Kecamatan Kota Pinang Tahun 2009.... 33 4.3. Banyaknya Penduduk, Rumah Tangga dan Rata-rata Anggota Rumah
Tangga Dirinci menurut Kelurahan di Kecamatan Kota Pinang
Tahun 2009 ... 34 4.4. Jumlah Penduduk menurut Jenis Kelamin dan Sex Ratio dirinci
Menurut Kelurahan di Kecamatan Kota Pinang Tahun 2009 ... 35 4.5. Jumlah dan Persentase Penduduk Menurut Kelompok Umur di
Kecamatan Kota Pinang Tahun 2009 ... 35 4.6. Persentase Penduduk Menurut Sumber Mata Pencaharian di
Kecamatan Kota Pinang Tahun 2009 ... 36 4.7. Aktivitas Sebelum Menerima ADD Kecamatan Kota Pinang
Kabupaten Labuhanbatu Selatan ……….. 42 4.8 Aktivitas Sesudah Menerima ADD Kecamatan Kota Pinang
Kabupaten Labuhanbatu Selatan ……….. 43 4.9. Pendapat Responden atas Pertanggungjawaban Pemerintah Desa
dalam Penggunaan ADD... 60 4.10. Pendapat Responden atas Memperoleh Informasi Sosialisasi atas
(13)
4.11. Hasil Analisis Perbedaan Pendapatan Masyarakat Sebelum dan
Sesudah Adanya Program ADD ... 62 4.12. Jumlah Penyerapan Tenaga Kerja di Kecamatan Kota Pinang ... 63 4.13. Perincian Dana dan Penyerapan Tenaga Kerja di Kecamatan
(14)
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
2.1. Kerangka Pemikiran Penelitian ……….. 24 4.1. Struktur Organisasi Tim Pelaksana ADD ... 47
(15)
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1. Pendapatan Masyarakat ……… 75 2. T-test Perbedaan Pendapatan Masyarakat ... 80
(16)
DAMPAK ALOKASI DANA DESA (ADD) TERHADAP PENGEMBANGAN EKONOMI DI KECAMATAN KOTA PINANG KABUPATEN
LABUHANBATU SELATAN
ABSTRAK
Kabupaten Labuhanbatu Selatan merupakan salah satu kabupaten yang dimekarkan di Provinsi Sumatera Utara. Kabupaten Labuhanbatu Selatan terdiri dari 5 kecamatan, 52 desa dan 2 kelurahan, yang responsif terhadap tuntutan desa. Kabupaten Labuhanbatu Selatan telah mengalokasikan dana untuk desa sejak tahun 2009 dengan harapan pembangunan semakin merata sampai ke tingkat desa. Salah satu wilayah Kabupaten Labuhanbatu Selatan yang memperoleh alokasi dana desa adalah Kecamatan Kota Pinang yang merupakan ibukota Kabupaten Labuhanbatu Selatan
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan pertanggungjawaban ADD, serta dampak Alokasi Dana Desa terhadap pengembangan ekonomi di Kecamatan Kota Pinang Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Metode penelitian menggunakan analisa deskriptif dan uji beda rata-rata.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kebijakan Program Alokasi Dana Desa (ADD) di Kecamatan Kota Pinang Kabupaten Labuhanbatu Selatan berjalan cukup lancar. Hal ini dapat terlihat dari tahap persiapan berupa penyusunan Daftar Usulan Rencana kegiatan (DURK), pelaksanaan setiap kegiatan, evaluasi kegiatan sampai dengan tahap penyusunan pertanggungjawaban. Pendapatan masayarakat Kecamatan Kota Pinang meningkat setelah adanya program ADD
Kata Kunci : Alokasi Dana Desa, Perencanaan, Pelaksanaan, Evaluasi, Pertanggungjawaban, dan Peningkatan Pendapatan.
(17)
THE IMPACT OF VILLAGE ALLOCATION FUNDS ON ECONOMY DEVELOPMENT IN KECAMATAN KOTA PINANG TABULATE
LABUHANBATU SELATAN
ABSTRACT
Kabupaten Labuhan Batu Selatan is one of the new Kabupatens in Sumatera Utara Province. Governments in Kabupaten Labuhan Batu Selatan are divided into 5 Kecamatan, 52 Desa, and 2 Kelurahan, and all of them are very responsive to the village demand. Kabupaten Labuhan Batu Selatan has allocated funds for the villages since 2009, in order to make the development spread more evenly among the villages. One of areas in Kabupaten Labuhan Batu Selatan that had got the fund is kecamatan Kota Pinang as the capital of Kabupaten Labuhan Batu Selatan.
This research is aimed to analyze the planning, implementation, evaluation, reporting the fund, and the impact of the fund on the economy development in Kecamatan Kota Pinang Kabupaten Labuhan Batu Selatan. The method used in this research is descriptive and mean test analysis.
The result showed that village allocation funds program (ADD) in Kecamatan Kota Pinang Kabupaten Labuhan Batu Selatan had been run as it had planned before; it is showed from the preparation of Daftar Usulan Rencana Kegiatan (DURK), implementation, evaluation, and the report. The community income in Kecamatan Kota Pinang had increased after the ADD program.
(18)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembangunan nasional dan daerah merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan pembangunan desa. Desa merupakan basis kekuatan sosial ekonomi dan politik yang perlu mendapat perhatian serius dari pemerintah. Perencanaan pembangunan selama ini menjadikan masyarakat desa sebagai objek pembangunan bukan sebagai subjek pembangunan.
Lahirnya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah membuat kebijakan tentang desa dalam memberi pelayanan, peningkatan peran serta dan pemberdayaan masyarakat desa yang ditujukan bagi kesejahteraan masyarakat. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintahan Pusat dan Pemerintahan Daerah merupakan keseluruhan belanja daerah diprioritaskan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah.
Dalam implementasi Otonomi Daerah salah satu aspeknya adalah pengelolaan keuangan daerah. Pengelolaan keuangan daerah merupakan suatu program daerah bidang keuangan untuk mencapai tujuan dan sasaran tertentu serta mengemban misi mewujudkan suatu strategi melalui berbagai kegiatan. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa dimana penyelenggaraan urusan pemerintah desa yang menjadi kewenangan desa didanai dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
(19)
Desa dan Bantuan Pemerintah Desa sesuai dengan surat Menteri Dalam Negeri Nomor: 140/640SJ tanggal 22 Maret 2005 tentang Pedoman Alokasi Dana Desa (ADD) dari pemerintah Kabupaten kepada Pemerintah Desa.
Melalui Alokasi Dana Desa, desa berpeluang untuk mengelola pembangunan, pemerintahan dan sosial kemasyarakatan desa secara otonom. Alokasi Dana Desa adalah dana yang diberikan kepada desa yang berasal dari dana perimbangan keuangan pemerintah pusat dan daerah yang diterima oleh Kabupaten/Kota.
Konsep alokasi dana desa sebenarnya bermula dari sebuah kritik dan refleksi terhadap model bantuan desa yang diberikan oleh pemerintah pusat bersamaan dengan agenda pembangunan desa sejak tahun 1969. Dalam mendesain transfer keuangan pusat dengan daerah, Orde Baru ternyata masih melanjutkan pola yang dipakai Orde Lama. Beragam jenis transfer keuangan kepada desa tersebut diantaranya adalah Bantuan Desa (Bandes), dana pembangunan desa (Bangdes), serta Inpres Desa Tertinggal/IDT (Sidik, 2002).
Pemberian alokasi dana desa merupakan wujud dari pemenuhan hak desa untuk menyelenggarakan otonominya agar tumbuh dan berkembang. Pertumbuhan desa yang berdasarkan keanekaragaman, partisipasi, demokratisasi, pemberdayaan masyarakat. Peran pemerintah desa ditingkatkan dalam memberikan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat serta mempercepat pembangunan dan pertumbuhan wilayah-wilayah strategis, sehingga dapat mengembangkan wilayah-wilayah tertinggal dalam suatu sistem wilayah pengembangan.
(20)
Niat dan keinginan pemerintah (negara/daerah) untuk membangun dan mengembangkan sebuah wilayah sangatlah mendapat dukungan dari masyarakat, realisasi dari niat dan keinginan ini haruslah berbentuk kesejahteraan dan kebanggan sebagai anggota masyarakat (negara/daerah) (Miraza, 2005).
Adapun tujuan pelaksanaan alokasi dana desa adalah: 1) meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan desa dalam melaksanakan pelayanan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan sesuai kewenangannya; 2) meningkatkan kemampuan lembaga kemasyarakatan di desa dalam perencanaan, pelaksanaan dan
pengendalian pembangunan secara partisipatif sesuai dengan potensi desa; 3) meningkatkan pemerataan pendapatan, kesempatan bekerja dan kesempatan
berusaha bagi masyarakat desa; serta 4) mendorong peningkatan swadaya gotong royong masyarakat.
Kabupaten Labuhanbatu Selatan merupakan salah satu kabupaten pemekaran di Provinsi Sumatera Utara, terdiri dari 5 kecamatan, 52 desa dan 2 kelurahan, yang responsif terhadap tuntutan desa. Kabupaten Labuhanbatu Selatan telah mengalokasikan dana untuk desa sejak tahun 2009 dengan harapan pembangunan semakin merata sampai ke tingkat desa. Salah satu wilayah Kabupaten Labuhanbatu Selatan yang memperoleh alokasi dana desa adalah Kecamatan Kota Pinang yang merupakan ibukota Kabupaten Labuhanbatu Selatan, memiliki luas wilayah 482,40 km2 dengan jumlah penduduk 53.100 jiwa dan 12.689 kepala keluarga (KK) yang tersebar di 9 (sembilan) desa dan 1 (satu) kelurahan, dimana sebagian besar penduduknya bekerja sebagai petani dan karyawan perkebunan.
(21)
Adapun program alokasi dana desa (ADD) yang dilaksanakan di Kecamatan Kota Pinang Kabupaten Labuhanbatu Selatan adalah: 1) Biaya operasional penyelenggaraan pemerintah desa; 2) Biaya operasional BPD; 3) Tambahan
penghasilan kepala desa dan perangkat desa; 4) Bantuan modal usaha POKMAS; 5) Bantuan biaya operasional LKMD; 6) Bantuan operasional PKK; 7) Bantuan
operasional Posyandu; 8) Bantuan pengembangan sosial budaya, keagamaan,dan pembinaan generasi muda; dan 9) Bantuan penyaluran raskin Desa.
Pelaksanaan Alokasi Dana Desa ini dilaksanakan dengan pembangunan fisik dan non fisik yang berhubungan dengan Indikator Perkembangan Desa. Indikator Perkembangan Desa meliputi tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, tingkat kesehatan.. Walaupun masih ada desa-desa yang belum berhasil dalam pembangunan fisik, naumn pemberian Alokasi Dana Desa dengan pembangunan fisik dianggap relatif cukup memenuhi prasarana dan sarana desa
Usaha penerapan program ADD yang dicanangkan oleh Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu Selatan ini menjadi tantangan tersendiri bagi pemerintah Kecamatan Kota Pinang dalam memaksimalkan alokasi dana desa. Penggunaan ADD di Kecamatan Kota Pinang telah berjalan sesuai dengan program yang dilaksanakan. Pengetahuan dan kesadaran masyarakat cukup berkembang dalam penggunaan ADD sehingga ekonomi masyarakat menunjukkan adanya peningkatan dengan terlibatnya masyarakat dalam usaha ternak dan anyaman. Hal ini menjadi perhatian pemerintah kecamatan dan pemerintah desa sebagai pengambil kebijakan adalah bagaimana menerapkan agar program alokasi dana desa ini sebagai langkah strategis dalam
(22)
usaha pemberdayaan masyarakat dalam pengembangan ekonomi Kecamatan Kota Pinang Kabupaten Labuhanbatu Selatan.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah tersebut, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan pertanggungjawaban ADD di Kecamatan Kota Pinang Kabupaten Labuhanbatu Selatan.
2. Bagaimana dampak ADD terhadap pengembangan ekonomi di Kecamatan Kota Pinang Kabupaten Labuhanbatu Selatan.
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini untuk:
1. Menganalisis perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan pertanggungjawaban ADD di Kecamatan Kota Pinang Kabupaten Labuhanbatu Selatan.
2. Menganalisis dampak ADD terhadap pengembangan ekonomi di Kecamatan Kota Pinang Kabupaten Labuhanbatu Selatan.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Hasil identifikasi dari perencanaan pelaksanaan, evaluasi dan pertanggungjawaban ADD serta pengaruhnya terhadap pengembangan ekonomi desa akan dapat dijadikan sebagai acuan bagi Pemerintah Kecamatan Kota Pinang
(23)
Kabupaten Labuhanbatu Selatan dalam meningkatkan program ADD pada masa yang akan datang.
2. Sebagai sarana pengembangan ilmu dan pengetahuan yang secara teori telah dipelajari di Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan.
3. Sebagai bahan pengembangan penelitian lebih lanjut yang sejenis dengan metode penelitian yang berbeda.
(24)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pembangunan Ekonomi Wilayah
Sasaran utama dari pembangunan nasional adalah meningkatkan pertumbuhan ekonomi serta pemerataan hasil-hasilnya demikian juga ditujukan bagi pemantapan stabilitas nasional. Hal tersebut sangat ditentukan keadaan pembangunan secara kedaerahan. Dengan demikian para perencana pembangunan nasional harus mempertimbangkan aktifitas pembangunan dalam konteks kedaerahan tersebut sebab masyarakat secara keseluruhan adalah bisnis dan bahkan merupakan faktor yang sangat menentukan bagi keberhasilan pembangunan nasional.
Sehubungan dengan keterangan di atas maka perlu diuraikan pengertian pembangunan daerah seperti dikemukakan oleh Sukirno (2000) yaitu:
1. Sebagai pembangunan negara ditinjau dari sudut ruang atau wilayahnya dan dalam konteks ini istilah yang paling tepat digunakan adalah pembangunan wilayah.
2. Strategi pembangunan daerah dimaksudkan sebagai suatu langkah untuk melengkapi strategi makro dan sektoral dari pembangunan nasional.
Dengan dilaksanakannya pembangunan wilayah bukanlah semata-mata terdorong oleh rendahnya tingkat hidup masyarakat melainkan merupakan keharusan dalam meletakkan dasar-dasar pertumbuhan ekonomi nasional yang sehat, untuk masa yang akan datang. Dengan dilaksanakannya pembangunan daerah diharapkan
(25)
dapat menaikkan taraf hidup masyarakat sekaligus merupakan landasan pembangunan nasional akan berhasil apabila pembangunan masyarakat berhasil dengan baik.
Pada dasarnya pembangunan daerah adalah berkenaan dengan tingkat dan perubahan selama kurun waktu tertentu suatu set variabel-variabel, seperti produksi, penduduk, angkatan kerja, rasio modal tenaga, dan imbalan bagi faktor (faktor returns) dalam daerah di batasi secara jelas (Sirojuzilam dan Mahalli, 2010).
Dalam upaya pembangunan regional, masalah yang terpenting yang menjadi perhatian para ahli ekonomi dan perencanaan wilayah adalah menyangkut proses pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pembangunan. Perbedaan teori pertumbuhan ekonomi wilayah dan teori pertumbuhan ekonomi nasional terletak pada sifat keterbukaannya. Dalam sistem wilayah mobilitas barang maupun orang atau jasa relatif lebih terbuka, sedangkan pada skala nasional bersifat lebih tertutup (Sirojuzilam, 2005).
Pembangunan daerah merupakan pembangungan yang segala sesuatunya dipersiapkan dan dilaksanakan oleh darerah, mulai dari perencanaan, pembiayaan, pelaksanaan sampai dengan pertanggungjawabannya. Dalam kaitan ini daerah memiliki hak otonom. Sedangkan pembangunan wilayah merupakan kegiatan pembangunan yang perencanaan, pembiayaan, dan pertanggungjawabannya dilakukan oleh pusat, sedangkan pelaksanaannya bisa melibatkan daerah di mana tempat kegiatan tersebut berlangsung (Munir. 2002).
(26)
Perbedaan kondisi daerah membawa implikasi bahwa corak pembangunan yang diterapkan di setiap daerah akan berbeda pula. Peniruan mentah-mentah terhadap pola kebijaksanaan yang pernah diterapkan dan berhasil pada suatu daerah, belum tentu memberi manfaat yang sama bagi daerah yang lain (Munir, 2002).
Pada dasarnya pembangunan daerah dilakukan dengan usaha-usaha sendiri dan bantuan teknis serta bantuan lain-lain dari pemerintah. Dalam arti ekonomi pembangunan daerah adalah memajukan produksi pertanian dan usaha-usaha pertanian serta industri dan lain-lain yang sesuai dengan daerah tersebut dan berarti pula merupakan sumber penghasilan dan lapangan kerja bagi penduduk.
Dalam strategi pembangunan wilayah aspek-aspek pokok yang penting dipecahkan adalah: di daerah-daerah mana serangkaian pembangunan selayaknya dijalankan. Untuk beberapa proyek letak daerahnya sudah khusus dan tidak dapat lagi dipindahkan, seperti proyek bendungan untuk tenaga listrik dan irigasi, proyek pertambangan dan sebagainya.
Dalam rangka pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan seluruhnya masayarakat Indonesia, pembangunan daerah perlu dipacu secara bertahap. Untuk menjamin agar pembangunan daerah dapat memberikan sumbangan yang maksimal dalam keseluruhan usaha pembangunan nasional haruslah dilakukan kordinasi yang baik antara keduanya. Hal ini berarti bahwa pemerintah daerah harus mempertimbangkan berbagai rencana pemerintah pusat maupun di daerah lain.
Sebelum suatu daerah menyusun berbagai langkah-langkah dalam pembangunan daerahnya dengan demikian suatu daerah mempunyai kekuasaan yang
(27)
lebih terbatas dalam usaha mencapai tujuan pembangunannya sebab program pembangunan daerah yang akan dilaksanakan suatu daerah tidak dapat bertentangan dengan program pembangunan yang telah ditetapkan oleh pemerintah pusat.
Jadi pada hakekatnya perencanaan pembangunan yang dilaksanakan oleh sesuatu daerah merupakan pelengkap perencanaan pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah pusat yaitu membuat suatu program untuk menyebarkan proyek-proyek ke berbagai daerah dengan tujuan agar penyebaran tersebut akan memberikan sumbangan yang optimal kepada usaha pemerintah untuk membangun.
Namun dalam prakteknya tujuan tersebut tidak selalau tercapai karena perencanaan yang jauh dari sempurna oleh sesuatu daerah, organisasi tidak efisien, kurangnya informasi mengenai potensi daerah dan berbagai faktor lain. Sebagai akibat banyaknya kekurangan dalam merumuskan dan melaksanakan penyebaran proyek-proyek ke berbagai daerah, pemerintah daerah dengan bantuan badan perencana daerah yang bersangkutan haruslah secara aktif membantu perumusan rencana pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah pusat.
Dalam mewujudkan sasaran jangka panjang pembangunan, yakni menuju masyarakat yang adil dan makmur telah dilakukan berbagai upaya yang mengarah pada tercapainya cita-cita tersebut. Pembangunan daerah yang merupakan rangkaian yang utuh dari pembangunan nasional pada beberapa tahun terakhir telah mulai menunjukkan kemajuan yang berarti dalam meningkatkan kinerja dari daerah tersebut.
(28)
Sukirno (2000), mengemukakan pendapatnya tentang konsep pembangunan, mempunyai 3 sifat penting, yaitu: proses terjadinya perubahan secara terus menerus, adanya usaha untuk menaikkan pendapatan perkapita masyarakat dan kenaikan pendapatan masyarakat yang terjadi dalam jangka waktu yang panjang.
Menurut Todaro (2000), pembangunan bukan hanya fenomena semata, namun pada akhirnya pembangunan tersebut harus melampaui sisi materi dan keuangan dari kehidupan manusia. Dengan demikian pembangunan idealnya dipahami sebagai suatu proses yang berdimensi jamak, yang melibatkan masalah pengorganisasian dan peninjauan kembali keseluruhan sistem ekonomi dan sosial. Berdimensi jamak dalam hal ini artinya membahas komponen-komponen ekonomi maupun non ekonomi.
Todaro (2000), menambahkan bahwa pembangunan ekonomi telah digariskan kembali dengan dasar mengurangi atau menghapuskan kemiskinan, ketimpangan dan pengangguran dalam kontenks pertumbuhan ekonomi atau ekonomi negara yang sedang berkembang.
Pembangunan tidak hanya pada lebih banyak output yang dihasilkan tetapi juga lebih banyak output daripada yang diproduksi sebelumnya. Dalam perkembangannya, pembangunan melalui tahapan-tahapan: masyaralat tradisional, pra kondisi lepas landas, lepas landas, gerakan menuju kematangan dan masa konsumsi besar-besaran. Kunci diantara tahapan ini adalah tahap lepas landas yang didorong oleh satu atau lebih sektor. Pesatnya pertumbuhan sektor utama ini telah menarik bersamanya bagian ekonomi yang kurang dinamis.
(29)
Pembangunan mengalami perubahan karena pengalaman pada tahun 1950-an sampai tahun 1960-an menunjukkan bahwa pembangunan yang berorientasi pada kenaikan pendapatan nasional tidak bisa memecahkan masalah pembangunan. Hal ini terlihat dari taraf hidup sebagian besar masyarakat tidak mengalami perbaikan kendatipun target kenaikan pendapatan nasional per tahun meningkat. Dengan kata lain, ada tanda-tanda kesalahan besar dalam mengartikan istilah pembangunan secara sempit.
Akhirnya disadari bahwa pengertian pembangunan itu sangat luas bukan hanya sekedar bagaimana menaikkan pendapatan nasional saja. Pembangunan ekonomi itu tidak bisa diartikan sebagai kegiatan-kegiatan yang dilakukan Negara untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan taraf hidup masyarakatnya. Pembangunan ekonomi pada umumnya didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu negara meningkat dalam jangka panjang.
Proses pembangunan bukan hanya ditentukan oleh aspek ekonomi semata, namun demikian pertumbuhan ekonomi merupakan unsur yang penting dalam proses pembangunan daerah. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi masih merupakan target utama dalam rencana pembangunan daerah disamping pembangunan sosial. Pertumbuhan ekonomi setiap daerah akan sangat bervariasi sesuai dengan potensi ekonomi yang dimiliki oleh daerah tersebut. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi diharapkan akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat (Simanjuntak, 2003).
(30)
2.2. Alokasi Dana Desa
Alokasi Dana Desa (ADD) adalah bagian keuangan Desa yang diperoleh dari Bagi Hasil Pajak Daerah dan Bagian dari Dana Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah yang diterima oleh Kabupaten. Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa pada Pasal 18 bahwa Alokasi Dana Desa berasal dari APBD Kabupaten/Kota yang bersumber dari bagian Dana Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah yang diterima oleh Kabupaten/Kota untuk Desa paling sedikit 10% (sepuluh persen).
Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Labuhan Selatan Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Alokasi Dana Desa Kabupaten Labuhanbatu Selatan Tahun Anggaran 2011, dijelaskan bahwa sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, daerah memiliki kewenangan membuat kebijakan-kebijakan tentang Desa, terutama dalam memberi pelayanan, peningkatan peran serta, peningkatan prakarsa dan pemberdayaan masyarakat desa yang ditujukan bagi kesejahteraan masyarakat.
ADD yang merupakan bantuan keuangan dari Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu Selatan kepada Pemerintah Desa yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Labuhanbatu Selatan, dimaksudkan untuk membiayai program Pemerintahan Desa dalam melaksanakan kegiatan penyelenggaraan pemerintahan dan pemberdayaan masyarakat.
Tujuan ADD adalah: a) Meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan desa dalam melaksanakan pelayanan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan
(31)
sesuai kewenangannya; b) Meningkatkan kemampuan lembaga kemasyarakatan di desa dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian pembangunan secara partisipatif sesuai dengan potensi desa; c) Meningkatkan pemerataan pendapatan,
kesempatan bekerja dan kesempatan berusaha bagi masyarakat desa; dan d) Mendorong peningkatan swadaya gotong royong masyarakat.
2.3. Pengelolaan Alokasi Dana Desa
Pengelolaan Keuangan Alokasi Dana Desa (ADD) merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Pengelolaan Keuangan Desa dalam APBDesa oleh karena itu dalam Pengelolaan Keuangan Alokasi Dana Desa (ADD) harus memenuhi Prinsip Pengelolaan Alokasi Dana Desa sebagai berikut:
1. Seluruh kegiatan yang didanai oleh Alokasi Dana Desa (ADD) direncanakan, dilaksanakan dan dievaluasi secara terbuka dengan prinsip dari, oleh dan untuk masyarakat.
2. Seluruh kegiatan harus dapat dipertanggungjawabkan secara administratif, teknis dan hukum.
3. Alokasi Dana Desa (ADD) dilaksanakan dengan menggunakan prinsip hemat, terarah dan terkendali.
4. Jenis kegiatan yang akan dibiayai melalui Alokasi Dana Desa (ADD) sangat terbuka untuk meningkatkan sarana pelayanan masyarakat berupa pemenuhan kebutuhan dasar, penguatan kelembagaan desa dan kegiatan lainnya yang dibutuhkan masyarakat desa yang diputuskan melalui musyawarah desa.
(32)
5. Alokasi Dana Desa (ADD) harus dicatat dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa dan proses penganggarannya mengikuti mekanisme yang berlaku.
2.4. Pengembangan Ekonomi Desa
Suatu hal yang cukup penting dan sering menimbulkan masalah di dalam penanganan desa adalah adanya keragaman pengertian tentang desa. Menurut Ma’rif (Suprapta, 2006), secara morfologis desa merupakan wilayah yang diperuntukkan bagi kegiatan agraris dan sisanya untuk bangunan-bangunan yang terpencar dalam jumlah penduduk kecil dan kepadatan rendah.
Secara ekonomi merupakan wilayah dengan ciri kegiatan agraris yang mendominasi kehidupan masyarakatnya, secara sosial desa merupakan wilayah dengan ciri kehidupan sosial dan hubungan kekeluargaann yang erat dan masih terpaku pada adat istiadat dan secara demografis desa adalah wilayah dengan penduduk sekitar 2.500 jiwa (Ma‘rif dalam Suprapta, 2006).
Menurut Bintarto (Koestoer, 1997), desa merupakan hasil perpaduan antara kegiatan sekelompok manusia dengan lingkungannya, yang ditandai oleh permukiman yang tidak padat, sarana transportasi yang langka serta penggunaan tanah persawahan. Ciri-ciri lainnya yaitu berupa unsur-unsur sosial pembentuk desa yaitu penduduk dan tata kehidupan di mana ikatan tali kekeluargaan di desa sangat erat yang ditandai dengan dominannya perilaku gotong royong masyarakat. Sedangkan menurut Dirjen Bangdes (Daljoeni, 1994), ciri-ciri wilayah desa antara lain: (1) perbandingan lahan dengan manusia (man-land ratio) cukup besar lahan di
(33)
pedesaan relatif lebih luas daripada jumlah penduduk sehingga kepadatan penduduk masih rendah (2) lapangan kerja yang dominan agraris (3) hubungan antar warga desa sangat akrab (4) tradisi lama masih berlaku.
Menurut Landis dalam Rahardjo (1999), definisi desa dipilah menjadi 3 (tiga) yakni: (1) Desa merupakan suatu lingkungan yang penduduknya < 2.500 orang. (2) Desa merupakan suatu lingkungan yang penduduknya mempunyai hubungan yanga akrab dan serba informal diantara sesama warganya. (3) Desa merupakan lingkungan yang penduduknya tergantung pada sektor pertanian.
Kawasan pedesaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk pengelolaan sumber daya alam, dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi. Menurut ESCAP dalam Suprapta (2006), pusat pedesaan merupakan pusat pelayanan yang secara langsung dapat meningkatkan produksi pertanian, pelayanan sosial maupun ekonomi desa. Pelayanan dan penyediaan dapat berupa:
a. Tempat pelayanan dan pengumpulan serta pemasaran hasil-hasil pertanian b. Distribusi input pertanian berupa: pupuk, perlatan, kredit dan perbaikan fasilitas c. Tempat fasilitas pengelolaan hasil untuk konsumsi maupun untuk dipasarkan.
Dari segi fungsinya desa merupakan ”hinterland” atau daerah belakang yang berperan dalam produksi pertanian (tanaman pangan, peternakan, perikanan dan perkebunan) untuk memenuhi kebutuhan warga desa dan kota. Desa berfungsi sebagai penyedia bahan mentah (raw material) dan tenaga kerja.
(34)
Pembangunan adalah suatu proses dinamis untuk mencapai kesejahteraan masyarakat pada tingkat yang lebih tinggi dan serba sejahtera. Suatu kinerja pembangunan yang sangat baik pun, mungkin saja menciptakan berbagai masalah sosial ekonomi baru yang tidak diharapkan. Kompleksitas permasalahannya bertambah besar karena ruang lingkup permasalahannya telah bertambah luas. Pendekatan terhadap permasalahan pembangunan dan cara pemecahannya telah mengalami perkembangan pula (Adisasmita, 2005).
Batten dalam Sinaga (2004) mengemukakan bahwa pembangunan itu suatu proses di mana orang atau masyarakat desa, mulai mendiskusikan dan menemukakan keinginan mereka, kemudian merencanakan dan mengerjakan bersama-sama untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Adapun tujuan pembangunan menurut Giant (1971 dalam Sirojuzilam dan Mahalli, 2010) ada dua tahap. Tahap pertama, pada hakikatnya pembangunan bertujuan untuk menghapuskan kemiskinan. Apabila tujuan ini sudah mulai dirasakan hasilnya maka tahap kedua adalah menciptakan kesempatan-kesempatan bagi warganya untuk dapat hidup bahagia dan terpenuhi segala kebutuhannya.
Di sisi lain pembangunan yang berkesinambungan harus dapat memberi tekanan pada mekanisme ekonomi sosial, politik dan kelembagaan, baik dari sektor swasta maupun pemerintah, demi terciptanya suatu perbaikan standar hidup masyarakat secara cepat (Mahalli, 2005).
Pembangunan dan pengembangan harus berjalan sesuai dengan kebijakan publik yang telah disusun sebelumnya. Kebijakan publik yang disusun harus
(35)
mencakup kepentingan dari seluruh masyarakat. Oleh sebab itu, niat dan keinginan itu harus diawali dengan penciptaan kebijakan publik sehingga pelaksanaan pembangunan dan pengembangan wilayah dapat dinikmati secara optimal oleh masyarakat (Miraza, 2005).
Pembangunan pedesaan mempunyai peranan pentingan dalam konteks pembangunan nasional karena mencakup bagian terbesar wilayah nasional. Sekitar 65% penduduk Indonesia bertempat tinggal di daerah pedesaan. Oleh karena itu pembangunan masyarakat pedesaan harus terus ditingkatkan melalui pengembangan kemamapuan sumberdaya manusia yang ada di pedesaan sehingga kreativitas dan aktivitasnya dapat semakin berkembang serta kesadaran lingkungannya semakin tinggi (Adisasmita, 2006).
Pembangunan daerah pedesaan diarahkan (1) untuk pembangunan desa yang bersangkutan dengan memanfaatkan sumberdaya pembangunan yang dimiliki (SDA dan SDM), (2) untuk meningkatkan keterkaitan pembangunan antar sektor (perdagangan, pertanian dan industri) antar desa, antar pedesaan dan perkotaan, dan (3) untuk memperkuat pembangunan nasional secara menyeluruh.
Pembangunan masyarakat pedesaan diartikan sebagai aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat di mana mereka mengidentifikasikan kebutuhan dan masalahnya secara bersama. Ada yang mengartikan pula bahwa pembangunan masyarakat desa adalah kegiatan yang terencana untuk menciptakan kondisi-kondisi bagi kemajuan sosial-ekonomi masyarakat dengan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
(36)
Wujud dari pembangunan desa adalah mengadakan berbagai program dan proyek pembangunan yang bertujuan menciptakan kemajuan desa (Purba, 2006). Pembangunan desa sebagai bagian integral dari pembangunan nasional memiliki tujuan untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang maju, mandiri, sejahtera dan adil. Untuk mewujudkan kondisi masyarakat yang dicita-citakan itu, pembangunan desa akan difokuskan pada penanggulangan kemiskinan, khususnya kemiskinan pedesaan (Adisasmita, 2006).
Chambers dalam Sitanggang (2007), pembangunan perdesaan adalah suatu strategi yang memungkinkan kelompok masyarakat tertentu, laki-laki dan wanita miskin di desa, memperoleh yang mereka inginkan dan perlukan bagi dirinya maupun anak-anaknya
Ndraha dalam Sinaga (2004), keberhasilan suatu desa dapat dilihat dari:
a. Kondisi kehidupan yang dapat diperbaiki dan ditingkatkan yang berarti: a) Pemerintah berhasil membangun berbagai fasilitas kehidupan masyarakat di
pedesaan sebagai modal dan sarana penggerak desa, meliputi prasarana produksi, prasarana sosial dan b) Pemerintah berhasil menggerakkan masyarakat dengan berbagai cara dan sarana sehingga mampu berswadaya dalam pembangunan desa. b. Masyarakat telah mampu berkembang sendiri dan hidup dalam suasana sejahtera
dengan lingkungannnya berkat pemanfaatan sumber daya secara lokal dan optimal.
2.5. Pengembangan Wilayah
Menurut Undang-undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Tata Ruang, wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait yang
(37)
batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan/atau aspek fungsional. Sirojuzilam dan Mahalli (2010) wilayah adalah sekelompok daerah yang letaknya berdekatan dan didiami sejumlah penduduk di atas territorial atau ruang tertentu. Secara ringkas konsep mengenai ruang/wilayah ditandai dengan lokasi absolut dan distribusi areal dari gambaran tertentu di permukaan bumi.
Secara umum wilayah dibedakan menjadi 3 bagian, yaitu:
a. Wilayah homogen, merupakan wilayah di mana kegiatan ekonomi berlaku dipelbagai pelosok ruang mempunyai sifat yang sama antara lain ditinjau dari segi pendapatan perkapita penduduk dan dari segi struktur ekonominya.
b. Wilayah nodal, merupakan wilayah sebagai suatu ruang ekonomi yang dikuasai oleh beberapa pelaku ekonomi.
c. Wilayah administrasi, merupakan wilayah yang didasarkan atas pembagian administrasi pemerintahan (Sirojuzilam dan Mahalli, 2010).
Dengan memahami konsep wilayah diharapkan para perencana dalam melakukan pendekatan lebih memperhatikan komponen-komponen penyusunan wilayah tersebut yang saling berinteraksi dan mengkombinasikan potensi dari masing-masing komponen sehingga tercipta suatu strategi pembangunan dan pengembangan wilayah yang baik dan terarah.
Pengembangan dapat diartikan sebagai suatu kegiatan menambah, meningkatkan, memperbaiki atau memperluas. Konsep pengembangan wilayah di Indonesia lahir dari suatu proses interatif yang menggabungkan dasar-dasar
(38)
pemahaman teoritis dengan pengalaman-pengalaman praktis sebagai bentuk penerapannya yang bersifat dinamis (Sirojuzilam dan Mahalli, 2010).
Nasution (2009) pengembangan wilayah merupakan proses pemberdayaan masyarakat dengan segala potensinya dan meliputi seluruh aktivitas masyarakat di dalam suatu wilayah, baik aspek ekonomi, sosial dan budaya, maupun aspek-aspek lainnya. Sedangkan Sirojuzilam (2005) pengembangan wilayah pada dasarnya mempunyai arti peningkatan nilai manfaat wilayah bagi masyarakat suatu wilayah tertentu mampu menampung lebih banyak penghuni, dengan tingkat kesejahteraan masyarakat yang rata-rata banyak sarana/prasarana, barang atau jasa yang tersedia dan kegiatan usaha-usaha masyarakat yang meningkat, baik dalam arti jenis, intensitas, pelayanan maupun kualitasnya.
Dalam pengembangan wilayah sering menghadapi kenyataan bahwa dana yang tersedia adalah terbatas sedangkan usulan dari masing-masing sektor cukup banyak (Tarigan, 2006).
2.6. Penelitian Sebelumnya
Wisakti (2008), melakukan studi dengan judul “Implementasi Kebijakan Alokasi Dana Desa di Wilayah Kecamatan Geyer Kabupaten Grobogan”. Variabel dalam penelitian ini adalah pelaksanaan Alokasi Dana Desa, faktor-faktor penunjang dan penghambat yang mempengaruhi implementasi dan strategi yang harus dilakukan dalam rangka keberhasilan implementasi kebijakan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif.
(39)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi kebijakan Alokasi Dana Desa (ADD) di Kecamatan Geyer Kabupaten Grobogan berjalan cukup lancar. Namun demikian apabila dikaitkan dengan pencapaian tujuan, pelaksanaan Alokasi Dana Desa (ADD) di Kecamatan Geyer Kabupaten Grobogan belum optimal. Meskipun tujuan peningkatan penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan, telah terlaksana secara optimal, namun tujuan adanya peningkatan kemampuan lembaga kemasyarakatan di desa dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian pembangunan belum berjalan secara optimal. Demikian juga tujuan peningkatan partisipasi swadaya gotong royong masyarakat belum optimal.
Beberapa faktor yang mempengaruhi pelaksanaan Alokasi Dana Desa (ADD) di Kecamatan Geyer Kabupaten Grobogan adalah komunikasi, kemampuan sumber daya, sikap pelaksana, struktur birokrasi, lingkungan serta ukuran dan tujuan kebijakan. Faktor yang menjadi penunjang dari komunikasi, kemampuan sumber daya, sikap pelaksana, struktur birokrasi, lingkungan serta ukuran dan tujuan kebijakan adalah: adanya sosialisasi, adanya kelancaran informasi . adanya konsistensi kebijakan, kemampuan pelaksana, dukungan sarana dan prasarana, persepsi pelaksana yang baik, tim pelaksana, kewenangan BPD dan LPMD dan adanya kesesuaian pelaksanaan dengan kebijakan.
Sedangkan yang menjadi faktor penghambatnya adalah: Belum adanya sosialisasi ADD kepada masyarakat, rendahnya SDM, kurangnya dukungan pendapatan desa lain, kurangnya respon pelaksana, tidak adanya pembagian tugas tim, kurang berjalannya peran LPMD dan ketidaktepatan sasaran. Dari faktor
(40)
penunjang dan penghambat tersebut maka strategi yang harus dilakukan adalah 1) sosialisasi kepada masyarakat luas, (2) meningkatkan pengetahuan pelaksana dengan diklat dan dibangunnya sistem aplikasi komputer (3) pelaksanaan ADD oleh kelompok masyarakat, (4) kejelasan kedudukan, tugas dan fungsi LPMD, (5) perencanaan pembangunan desa yang terpadu dengan sistem perencanaan Kabupaten.
Dini (2010), melakukan studi dengan judul “Hubungan Alokasi Dana Desa Dengan Pembangunan Desa di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat”. Variabel dalam penelitian ini adalah Alokasi Dana Desa, Pembangunan desa dan persepsi masyarakat dengan metode penelitian analisis regresi berganda dan korelasi product moment parson. Hasil penelitian menunjukkan alokasi dana desa memiliki hubungan yang positif dengan pembangunan desa di Kecamatan Stabat dan persepsi masyarakat terhadap dana alokasi desa memiliki pengaruh yang signifikan dengan pembangunan desa di Kecamatan Stabat.
2.7. Kerangka Pemikiran
Objek dari penelitian ini adalah alokasi dana desa (ADD) di Kecamatan Kota Pinang Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Spesifikasi dalam studi ini adalah menganalisis efektifitas alokasi dana desa dan pengaruhnya terhadap pengembangan ekonomi Kecamatan Kota Pinang Kabupaten Labuhanbatu Selatan.
Berdasarkan pemikiran tersebut perlu diteliti efektifitas dari alokasi dana desa yang telah diberikan di Kecamatan Kota Pinang Kabupaten Labuhanbatu Selatan dengan menganalisis secara deskripsi perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan
(41)
pertanggungjawaban alokasi dana desa. Keberhasilan pelaksanaan ADD di Kecamatan Kota Pinang dapat dilihat dari pemenuhan kebutuhan dasar, penguatan kelembagaan desa, dan kegiatan ekonomi.
Tujuan akhir penelitian ini adalah untuk meningkatkan pengembangan ekonomi masyarakat Kecamatan Kota Pinang dengan menganalisis pendapatan masyarakat dan penyerapan tenaga kerja masyarakat desa setelah adanya alokasi dana desa, sehingga pengembangan wilayah Kecamatan Kota Pinang Kabupaten Labuhanbatu Selatan dapat tercapai dengan adanya peningkatan ekonomi masyarakat Kecamatan Kota Pinang Kabupaten Labuhanbatu Selatan, hal ini dapat dilihat pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Alokasi Dana Desa
(ADD)
Perencanaan
Pemenuhan Kebutuhan Dasar
Pengembangan Wilayah Kecamatan Kota Pinang Kabupaten Labuhanbatu Selatan
Pelaksanaan Evaluasi Pertanggungjawaban
Penguatan Kelembagaan Desa
Kegiatan Ekonomi
(42)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini menitikberatkan kajian pada pengaruh alokasi dana desa (ADD) terhadap pengembangan ekonomi Kecamatan Kota Pinang Kabupaten Labuhanbatu Selatan.
3.2. Lokasi dan Waktu
Lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Kota Pinang Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Alasan pemilihan Kabupaten Labuhanbatu Selatan sebagai lokasi penelitian karena merupakan daerah pemekaran kabupaten di Provinsi Sumatera Utara, dan Kecamatan Kota Pinang merupakan salah satu daerah penerima ADD serta telah telah terjadi pengembangan ekonomi masyarakat di Kecamatan Kota Pinang dengan adanya program alokasi dana desa. Penelitian ini berlangsung selama 3 (tiga) bulan dari bulan Mei sampai dengan Juli 2011.
(43)
3.3. Jenis dan Sumber Data
Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini meliputi:
Tabel 3.1. Variabel, Jenis dan Sumber Data Penelitian
Variabel Data Penelitian Jenis Data Sumber Data
Alokasi Dana Desa Perencanaan
Penggunaan
• Pemenuhan Kebutuhan Desa
• Penguatan Kelembagaan Desa
• Kegiatan Ekonomi Evaluasi Pertanggungjawaban Primer Sekunder Sekunder Sekunder Sekunder
1. Pengamatan langsung di lapangan dan wawancara dengan pihak aparatur desa dan masyarakat 2. Studi dokumentasi di
Kantor Kepala Desa, Kecamatan Kota Pinang dan Kabupaten Labuhanbatu Selatan, dan BPS
Pengembangan ekonomi Pendapatan Masyarakat Penyerapan Tenaga kerja
Primer
Sekunder
1. Pengamatan langsung di lapangan,
wawancara dan penyebaran kuisioner kepada masyarakat 2. Studi dokumentasi di
Kantor Kepala Desa, Kecamatan Kota Pinang dan Kabupaten Labuhanbatu Selatan, BPS
3.4. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat desa Kecamatan Kota Pinang Kabupaten Labuhanbatu Selatan yang menerima program ADD, berjumlah 34754 jiwa dengan 8.609 Kepala Keluarga (KK) yang tersebar di 9 (sembilan) desa, yaitu Simatahari, Mampang, Pasir Tuntung, Sisumut, Hadundung, Sosopan, Perkebunan Nagolang, Perkebunan Sei. Rumbia dan Perkebunan Nomark.
(44)
Sampel responden ditetapkan mengikuti pendapat Roscoe (Sugiyono, 2003), yang menyatakan berapapun jumlah populasinya, dalam penelitian sosial ukuran sampel yang layak digunakan adalah antara 30 sampai 500 orang. Berdasarkan pendapat di atas, peneliti menetapkan anggota sampel penelitian sebanyak 180 Kepala Keluarga (KK), dengan alasan telah melebihi ambang batas kriteria Roscoe, yakni batasan minimal 30 orang.
Tabel 3.2. Populasi dan Sampel Desa Penelitian
No Desa Populasi (KK) Sampel (KK)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 Simatahari Pasir Tuntung Mampang Hadundung Perkebunan Nomark Sosopan Perkebunan Nagodang Perkebunan Sei. Rumbia Sisumut 796 1.184 632 324 271 569 409 664 3.359
796/8.202 x 180 = 17 1.184/8.2029 x 180 = 26 632/8.202 x 180 = 14 324/8.202 x 180 = 7 271/8.202 x 180 = 6 569/8.202 x 180 = 12 409/8.202 x 180 = 9 664/8.202 x 180 = 15 3.359/8.202 x 180 = 74
Jumlah 8.202 180
Sumber: Kecamatan Kota Pinang Dalam Angka, 2010
Sampel responden diambil secara proporsional berdasarkan Tabel 3.2 pada masing-masing desa yang menjadi sampel penelitian dan pengambilan sampel responden dilakukan secara purposive sampling (secara sengaja).
3.5. Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data primer, digunakan teknik kuisioner yang disebarkan secara langsung kepada responden penelitian. Dalam hal ini masyarakat responden penelitian dapat memilih jawaban sesuai dengan kondisi objektif apa adanya dari
(45)
pengamatan mereka terhadap objek yang diteliti. Selain menggunakan kuisioner, pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara terhadap pihak-pihak yang berkompeten, seperti Aparatur Desa dan Kecamatan Kota Pinang untuk mendapatkan informasi tentang program dan rencana serta pelaksanaan program ADD di lokasi penelitian.
Data sekunder diperoleh melalui studi pustaka dengan mempelajari buku-buku literatur maupun dokumen-dokumen resmi lain yang telah dipublikasikan pemerintah Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Studi dokumentasi ini dilakukan untuk mendapatkan data sekunder dari variabel yang diteliti yang bersumber dari Badan Pusat Statistik, Kantor Kecamatan dan Kantor Kepala Desa di Kabupaten Labuhanbatu Selatan.
3.6. Teknik Analisis Data
1. Untuk menjawab perumusan masalah pertama, digunakan analisis deskriptif, yaitu dilakukan dengan cara menganalisis efektifitas perencanaan, pelaksanaan (penggunaan), evaluasi dan pertanggungjawaban ADD di Kecamatan Kota Pinang Kabupaten LabuhanbatuSelatan.
2. Untuk menguji perumusan masalah kedua, dampak ADD terhadap pengembangan ekonomi di Kecamatan Kota Pinang Kabupaten Labuhanbatubatu Selatan digunakan uji analisis beda rata-rata untuk sampel berpasangan (paired samples test t test), dengan rumus yang digunakan adalah:
(46)
+ − = 2 1 2 2 , 1 1 1 n n p S x x t i i
Di mana:
t = uji beda
1
x ,1 = Rata-rata pendapatan masyarakat sebelum program ADD (Tahun
2010)
2
x ,1 = Rata-rata pendapatan masyarakat sesudah program ADD (Tahun 2008)
n1 = Jumlah responden masyarakat sebelum program ADD
n2 = Jumlah responden masyarakat sesudah program ADD
s2
Kriteria pengambilan keputusan dalam uji beda rata-rata untuk sampel berpasangan (paired samples test t test), yaitu membandingkan nilai thitung dengan
nilai ttabel: Ho diterima jika thitung < ttabel pada α = 5%
p = Simpangan Baku berpasangan
Ho ditolak (Ha diterima) jika thitung > ttabel pada α = 5%
Sedangkan dampak program ADD terhadap penyerapan tenaga kerja menggunakan analisis deskriptif dengan melihat perkembangan jumlah tenaga kerja dalam proyek yang dibiayai ADD.
(47)
3.7. Definisi dan Batasan Operasional
1. Alokasi Dana Desa adalah bagian keuangan desa yang diperoleh dari bagi hasil pajak daerah dan bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang ditujukan untuk program pembangunan desa (rupiah).
2. Pengembangan ekonomi adalah kemampuan desa dalam meningkatkan pendapatan masyarakat..
3. Pendapatan masyarakat responden adalah penghasilan kepala rumah tangga ditambah penghasilan anggota rumah tangga yang sudah bekerja (rupiah).
4. Penyerapan tenaga kerja adalah kemampuan bidang usaha program alokasi dana desa dalam menciptakan lapangan kerja bagi anggota masyarakat (orang).
Tabel 3.3. Operasional Variabel Penelitian
Variabel Indikator Pengukuran
Program Alokasi Dana Desa Perencanaan Pelaksanaan Evaluasi
Pertanggungjawaban
Deskriptif Deskriptif Deskriptif Deskriptif
Pelaksanaan Alokasi Dana Desa
Pemenuhan Kebutuhan Dasar Penguatan Kelembagaan Desa Kegiatan Ekonomi
Deskriptif Deskriptif Deskriptif
Pengembangan Ekonomi Pendapatan Masyarakat Penyerapatan Tenaga Kerja
Rasio Rasio
(48)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Kecamatan Kota Pinang
Kecamatan Kota Pinang dengan luas wilayah 482,40 Km2
Sebelah Utara : Kecamatan Kampung Rakyat dan Kabupaten
merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di Kabupaten Labuhanbatu Selatan, dengan rasio luas wilayah adalah 15,48% terhadap luas wilayah Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Kecamatan Kota Pinang berbatasan dengan:
Labuhanbatu
Sebelah Selatan : Kecamatan Sungai Kanan dan Torgamba Sebelah Barat : Kecamatan Silangkitang
Sebelah Timur : Kecamatan Torgamba
Secara geografis wilayah Kecamatan Kota Pinang terletak antara 01o26’-02o12’ Lintang Utara dan 99o40’-100o26’ Bujur Timur. Daerah ini terletak pada ketinggian 105 m di atas permukaan laut, dengan keadaan iklim dipengaruhi oleh dua arah angin yaitu angin laut dan angin gunung dengan kelembaban dan curah hujan yang relatif tinggi. Suhu rata-rata 21o C–32o
Wilayah pemerintahan Kecamatan Kota Pinang meliputi 10 desa/kelurahan dengan luas wilayah setiap Kelurahan di Kecamatan Kota Pinang dapat dilihat pada Tabel 4.1.
(49)
Tabel 4.1. Luas Wilayah Kecamatan Kota Pinang Dirinci Berdasarkan Kelurahan Tahun 2009
No. Desa/Kelurahan Luas (Km2) Rasio terhadap Total (%)
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Simatahari Pasir Tuntung Mampang Hadundung Perk. Nomark Sosopan Perk. Nagodang Kota Pinang Perk. Sei Rumbia Sisumut 46,70 55,30 35,80 32,20 30,70 30,50 30,80 40,80 46,30 133,30 9,68 11,46 7,42 6,67 6,36 6,32 6,38 8,47 9,60 27,64
Kota Pinang 482,40 100,00
(50)
Pada Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa Desa Sisumut memiliki luas
wilayah terbesar di Kecamatan Kota Pinang yaitu 133,30 Km
2(27,64%),
kemudian diikuti Desa Pasir Tuntung yaitu seluas 55,30 Km
2(11,46%).
Sedangkan desa yang memiliki luas wilayah terkecil terdapat di Desa
Sosopan yaitu 30,50 Km
2(6,32%), kemudian diikuti Desa Perkebunan
Nomark yaitu seluas 30,70 Km
2(6,36%), dan Desa Perkebunan
Nagodang yaitu seluas 30,80 Km
2(6,38%).
Jumlah penduduk Kecamatan Kota Pinang hingga akhir tahun 2009 sebesar 54.063 orang. Dilihat dari kepadatan penduduk, maka Kecamatan Kota Pinang memiliki kepadatan penduduk rata-rata 104,66 orang/Km2, hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2. Jumlah Penduduk, Luas Kelurahan, Kepadatan Penduduk per Km2
Dirinci Menurut Kelurahan di Kecamatan Kota Pinang Tahun 2009
No. Kelurahan Jumlah Penduduk
(Orang)
Luas (Km2)
Kepadatan Penduduk/Km2 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Simatahari Pasir Tuntung Mampang Hadundung Perk. Nomark Sosopan Perk. Nagodang Kota Pinang Perk. Sei Rumbia Sisumut 3.499 5.047 2.691 1.399 1.110 2.469 1.674 19.512 2.761 13.951 46,70 55,30 35,80 32,20 30,70 30,50 30,80 40,80 46,30 133,30 73,85 91,27 75,8 43,45 36,16 80,95 54,35 478,24 59,63 73,85
Jumlah 54.063 482.40 104,66
(51)
Pada Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa Kelurahan Kota Pinang memiliki kepadatan penduduk yang paling tinggi yaitu 478,24 orang/Km2, diikuti dengan Desa Pasir Tuntung 91,27 orang/Km2 dan Desa Sosopan 80,95 orang/Km2. Sedangkan kepadatan penduduk yang paling rendah adalah Desa Perebunan Nomark 36,16 orang/Km2, Desa Hadundung 43,45 orang/ Km2, dan Desa Perkebunan Nagodang 54,35 orang/ Km2. Berdasarkan angka tersebut, kepadatan penduduk Kecamatan Kota Pinang sudah cukup tinggi karena rata-rata di atas 100 orang/Km2.
Sedangkan banyaknya rumah tangga yang terdapat di Kecamatan Kota Pinang terdiri dari 12.320 rumah tangga dengan rata-rata 4,33 anggota rumah tangga. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3. Banyaknya Penduduk, Rumah Tangga dan Rata-rata Anggota Rumah Tangga Dirinci Menurut Kelurahan di Kecamatan Kota Pinang Tahun 2009
No. Kelurahan Jumlah enduduk
(Orang) Rumah Tangga Rata-rata/RT 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Simatahari Pasir Tuntung Mampang Hadundung Perk. Nomark Sosopan Perk. Nagodang Kota Pinang Perk. Sei Rumbia Sisumut 3.499 5.047 2.691 1.399 1.110 2.469 1.674 19.512 2.761 13.951 796 1.184 632 324 271 569 409 4.122 664 3.359 4,33 4,26 4,26 4,32 4,10 4,34 4,09 4,75 4,16 4,33
Jumlah 54.063 12.320 4,33
Sumber: Kantor Kecamatan Kota Pinang, 2010
Pada Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa jumlah penduduk dirinci menurut Kelurahan berbanding lurus dengan jumlah rumah tangga, di mana Desa/Kelurahan
(52)
yang memiliki jumlah penduduk yang tinggi maka jumlah rumah tangga juga juga tinggi.
Bila dilihat komposisi jumlah penduduk antara penduduk laki-laki dengan penduduk wanita terlihat bahwa jumlah penduduk laki-laki lebih besardibandingkan jumlah penduduk wanita. Di mana jumlah penduduk laki-laki di Kecamatan Kota Pinang adalah 27.479 orang dan penduduk wanita adalah sebanyak 26.584 orang, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4. Jumlah Penduduk menurut Jenis Kelamin dan Sex Ratio Dirinci Menurut Kelurahan di Kecamatan Kota Pinang Tahun 2009
Jenis Kelamin Jumlah
(Orang)
Sex Rasio
No. Kelurahan Laki-laki
(Orang) Wanita (Orang) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Simatahari Pasir Tuntung Mampang Hadundung Perk. Nomark Sosopan Perk. Nagodang Kota Pinang Perk. Sei Rumbia Sisumut 1.701 2.551 1.335 693 576 1.267 878 9.865 1.411 7.202 1.748 2.496 1.356 706 534 1.202 796 9.674 1.350 6.749 3.449 5.047 2.691 1.399 1.110 2.469 1.674 19.512 2.761 13.95 0,973 1,022 0,984 0,981 1,078 1,054 1,103 1,019 1,045 1,067
Jumlah 27.479 26.584 54.063
Sumber: Kecamatan Kota Pinang Dalam Angka, Tahun 2010
Struktur umur penduduk akan menentukan angkatan kerja dan tingkat ketergantungan penduduk. Banyaknya penduduk pada usia anak-anak (di bawah usia 10 tahun) dan penduduk usia tua (di atas 65 tahun) akan menambah beban atau
(53)
tingkat ketergantungan penduduk, karena secara ekonomi dianggap tidak produktif. Struktur umur penduduk di Kecamatan Kota Pinang dapat dilihat pada Tabel 4.5. Tabel 4.5. Jumlah dan Persentase Penduduk Menurut Kelompok Umur di Kecamatan Kota Pinang Tahun 2009
Kelompok Umur Jumlah (Orang) %
0 – 4 5 – 9 10 – 44 45 – 64
≥ 65
6.913 8.187 33.464 4.433 1.066
12,78 15,14 61,90 8,20 1,98
Jumlah 54.063 100
Sumber: Kecamatan Kota Pinang Dalam Angka, Tahun 2010
Dari Tabel 4.5 diketahui bahwa 37.897 orang (70,10%) penduduk di Kecamatan Kota Pinang masih produktif yaitu umur antara 10 tahun sampai 64 tahun dan 20.599 orang (29,90%) tidak produktif yaitu umur dibawah 10 tahun dan 65 tahun ke atas.
Mata pencaharian penduduk di Kecamatan Kota Pinang yang paling dominan adalah bekerja di sektor pertanian, yaitu mencapai 78,21%, diikuti mata pencaharian lainnya (selain pertanian, industri, PNS/ABRI) 8,72%, industri 2,68%, dan PNS/ABRI 1,4. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.6.
(54)
Tabel 4.6. Persentase Penduduk Menurut Sumber Mata Pencaharian di Kecamatan Kota Pinang Tahun 2009
No. Mata Pencaharian Jumlah (Orang) %
1. 2. 3. 4.
Pertanian Industri PNS/ABRI Lainnya
26.379 904 472 5.977
78,21 2,68 1,40 8,72
Jumlah 33.731 100
Sumber: Kecamatan Kota Pinang Dalam Angka, Tahun 2010
Keadaan angkatan kerja dapat diperhitungkan berdasarkan konsep yang digunakan oleh Badan Pusat Statistik Indonesia, yaitu penduduk berusia 10 tahun hingga 64 tahun merupakan tenaga kerja. Konsep ini berasumsi bahwa penduduk Indonesia pada usia ini sudah dapat menghasilkan barang dan jasa. Dengan demikian jumlah penduduk yang bekerja di Kecamatan Kota Pinang sebanyak 33731 dari
± 37.897 orang angkatan kerja di daerah penelitian. Dengan demikian terdapat ± 4.166 orang (10,97%) penduduk usia kerja yang tidak bekerja, yaitu masih sekolah, mengurus rumah tangga dan lain-lain.
4.2. Gambaran Umum Kebijakan Alokasi Dana Desa
Program pemerintah dalam mempercepat pembangunan khususnya di perdesaan adalah program Alokasi Dana Desa. Melalui Alokasi Dana Desa, desa berpeluang untuk mengelola pembangunan, pemerintahan dan sosial kemasyarakatan desa secara otonom. Alokasi Dana Desa adalah dana yang diberikan kepada desa yang berasal dari dana perimbangan keuangan pemerintah pusat dan daerah yang
(55)
diterima oleh Kabupaten/Kota, hal ini diatur berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa di mana Penyelenggaraan Urusan Pemerintah Desa yang menjadi Kewenangan Desa didanai dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa dan Bantuan Pemerintah Desa sesuai dengan surat Menteri Dalam Negeri Nomor: 140/640SJ tanggal 22 Maret 2005 tentang Pedoman Alokasi Dana Desa dari pemerintah Kabupaten kepada Pemerintah Desa, serta Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa.
Adanya program Alokasi Dana Desa memberi masyarakat untuk terlibat dalam pembangunan. Ruang partisipasi yang lebih terbuka mendorong masyarakat untuk bergerak bersama dalam menyampaikan aspirasinya. Pendekatan top-down dan bottom up yang didasari partisipasi aktif masyarakat sesuai UU Nomor 25 Tahun 2004 terwujud dalam bentuk rangkaian Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang) yang dilakukan secara berjenjang dari mulai tingkat desa yaitu Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa (Musrenbangdes), sedangkan untuk tingkat kecamatan Musyawarah Rencana Pembangunan Kecamatan (Musrenbang Kecamatan) dan Musyawarah Rencana Pembangunan Kabupaten (Musrenbang Kabupaten). Rangkaian forum ini menjadi bagian dalam menyusun sistem perencanaan dan anggaran untuk pelaksanaan kegiatan pembangunan setiap tahun. Melalui Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang), masyarakat berpeluang menyampaikan aspirasi mereka dan berparatisipasi dalam menghasilkan dokumen perencanaan pembangunan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
(56)
Hasil Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa (Musrenbangdes) kemudian ditindaklanjuti bersama antara Pemerintah dan Badan Permusyawaratan Desa dalam menyusun Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa dengan membuat Peraturan Desa.
Bantuan langsung Alokasi Dana Desa yang selanjutnya disebut ADD adalah dana bantuan langsung yang dialokasikan kepada Pemerintah Desa digunakan untuk meningkatkan sarana pelayanan masyarakat, kelembagaan dan prasarana desa yang diperlukan serta diprioritaskan oleh masyarakat, yang pemanfaatan dan administrasi pengelolaannya dilakukan dan dipertanggung jawabkan oleh Kepala Desa.
Bantuan Langsung Alokasi Dana Desa (ADD) dimaksudkan sebagai bantuan stimulant atau dana perangsang untuk mendorong dalam membiayai program pemerintah desa yang ditunjang dengan partisipasi swadaya gotong royong masyarakat dalam melaksanakan kegiatan pemerintahan dan pemberdayaan.
Tujuan diberikannya Bantuan Langsung Alokasi Dana Desa (ADD) antara lain meliputi:
a. Meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan desa dalam melaksanakan pelayanan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakat sesuai dengan kewenangannya.
b. Meningkatkan kemampuan lembaga kemasyarakatan di desa dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian pembangunan serta partisipatif sesuai dengan potensi yang dimiliki.
(57)
c. Meningkatkan pemerataan pendapatan, kesempatan kerja dan kesempatan berusaha bagi masyarakat desa dalam rangka pengembangan social ekonomi masyarakat.
d. Mendorong peningkatan partisipasi swadaya gotong royong masyarakat.
Penggunaan Bantuan Langsung Alokasi Dana Desa (ADD) dibagi menjadi 2 (dua) komponen, dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Sebesar 30% dari besarnya ADD yang diterima oleh masing-masing desa, digunakan untuk Biaya Operasional Pemerintah Desa, Badan Permusyawaratan Desa, dan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa.
b. Sebesar 70% dari besarnya ADD yang diterima oleh masing-masing desa, digunakan untuk membiayai kegiatan pemberdayaan masyarakat.
Biaya Operasional Pemerintah Desa di antaranya dipergunakan untuk: 1. Tunjangan Penghasilan Aparat Desa, meliputi:
a) Kades b) Sekdes
c) Kepala Urusan d) Kepala Dusun
2 Biaya Operasional Pemerintah Desa, meliputi: a) Biaya Alat Tulis Kantor
b) Pos Lainnya
3. Biaya Akomodasi dan Transportasi meliputi: a) Jamuan Rapat
(58)
b) Perjalanan Dinas
4. Operasional BPD, meliputi: a) Honor BPD
b) Biaya ATK BPD c) Perjalanan Dinas BPD d) Pembelian Kursi Plastik e) Rapat BPD
Biaya kegiatan dalam rangka pemberdayaan masyarakat, di antaranya digunakan untuk:
1. Bantuan Opersional Tim PKK a) Biaya Rapat PKK
b) Biaya Transportasi
2. Bantuan Opersional LKMD (LPM) a) Honor LKMD (LPM)
b) ATK KLMD
c) Pembelian Kursi Plastik d) Rapar bulanan LKMD 3. Bantuan Pengembangan Sosial
a) Kebudayaan Keagamaam (Safari Ramadhan)
b) Pembinaan Generasi Muda ( Pembelian bola volly dan net bola volly) c) Sosial Kebudayaan (Bantuan PHBI)
(59)
4. Bantuan Peningkatan Ekonomi Masyarakat
a) Bantuan Modal Usaha Kelompok Masyarakat Penerima BLT
b) Bantuan Kegiatan Posyandu (pembelian bahan makanan tambahan gizi Balita) c) Bantuan Penyaluran Raskin (biaya bantuan transportasi raskin)
Biaya kegiatan pembangunan infrastruktur pedesaan, di antaranya digunakan untuk:
1. Biaya Umum (biaya administrasi dan dokumentasi) 2. Bahan Material
Program ADD di Kecamatan Kota Pinang berlangsung pada tahun 2009 dengan program anggaran keluar tahun 2010, di mana kegiatan sebelum adanya ADD disebut dengan Bantuan Anggaran Desa. Adapun kegiatan sebelum adanya Program ADD dapat dilihat pada Tabel 4.7.
Berdasarkan Tabel 4.7 terlihat bahwa program Bantuan Anggaran Desa belum mampu memberikan manfaat bagi masyarakat. Hal ini disebabkan anggaran dana yang diterima masing-masing desa belum bisa memberikan manfaat bagi masyarakat Kecamatan Kota Pinang Kecamatan Kabupaten Labuhanbatu Selatan.
Sedangkan kegiatan setelah adanya Program ADD dapat dilihat pada Tabel 4.8. Pada Tabel 4.8 dapat dijelaskan bahwa pemenuhan kebutuhan dasar dalam progam ADD adalah prasarana pemerintahan pedesaan dengan kegiatan: tunjangan penghasilan aparat desa, biaya opersional pemerintah desa, biaya akomodasi dan transportasi dan opersional BPD yang manfaatnya untuk meningkatkan
(60)
penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan sesuai dengan kewenangannya.
Tabel 4.7. Aktivitas Sebelum Menerima ADD Kecamatan Kota Pinang
Kabupaten Labuhanbatu Selatan
No Nama Program Dana
(Rp)
Bentuk Kegiatan Lokasi Capaian (%)
Manfaat
Pemenuhan Kebutuhan Dasar
1 Prasarana Pemerintahan
1.000.000 Tunjangan Penghasilan Aparat Desa Biaya Operasional Pemerintah Desa Biaya Akomodasi & Transportasi Operasional BPD Desa di Kecamatan Kota Pinang
65 Penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan sesuai dengan kewenangannya belum tercapai
Penguatan Kelembagaan Desa
2 Pemberdayaan Masyarakat
1.000.000 Bantuan
Oprasional Tim PKK Bantuan Operasional LKMD (LPM) Bantuan Pengembangan Sosial Bantuan Modal Usaha Kelompok Masyarakat Miskin Desa di Kecamatan Kota Pinang
60 Kemampuan
lembaga kemasyarakatan di desa dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian pembangunan serta partsipatif sesuai dengan potensi yang dimiliki belum tercapai Belum terciptanya pemerataan pendapatan, kesempatan kerja dan kesempatan berusaha bagi masyarakat desa Kegiatan Ekonomi
3 Sarana dan
Prasarana Pedesaan
1.000.000 Rehabilitasi Jalan setapak
Desa di Kecamatan Kota Pinang
40 Berlum
memperlancar kegiatan perekonomain masyarakat
(61)
Tabel 4.8. Aktivitas Setelah Menerima ADD Kecamatan Kota Pinang Kabupaten Labuhanbatu Selatan
No Nama Program Dana (Rp)
Bentuk Kegiatan Lokasi Capaian
(%)
Manfaat
Pemenuhan Kebutuhan Dasar
1 Prasarana Pemerintahan
42.568.500 Tunjangan Penghasilan Aparat Desa
Biaya Operasional Pemerintah Desa
Biaya Akomodasi & Transportasi
Operasional BPD
Desa di Kecamatan Kota Pinang
95 Penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan sesuai dengan kewenangannya semakin meningkat
Penguatan Kelembagaan Desa
2 Pemberdayaan Masyarakat
29.797.900 Bantuan Oprasional Tim PKK
Bantuan Operasional LKMD (LPM)
Bantuan Pengembangan Sosial
Bantuan Modal Usaha Kelompok Masyarakat Miskin
Desa di Kecamatan Kota Pinang
90 Kemampuan lembaga kemasyarakatan di desa dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian pembangunan serta partsipatif sesuai dengan potensi yang dimiliki semakin meningkat Terciptanya pemerataan pendapatan, kesempatan kerja dan kesempatan berusaha bagi masyarakat desa Kegiatan Ekonomi
3 Sarana dan
Prasarana Pedesaan
63.529.200 Pembangunan/perbaikan jalan setapak
Pembangunan/perbaikan drainase
Pembangunan/pengadaan tiang besi listrik Pembangunan /perbaikan kantor desa
Pemberian modal usaha
Desa di Kecamatan Kota Pinang
90 Memperlancar kegiatan perekonomain masyarakat Terciptanya pemerataan pendapatan, kesempatan kerja dan kesempatan berusaha bagi masyarakat desa dalam rangka pengembangan sosial ekonomi masayarakat
(62)
Penguatan kelembagaan desa dalam program ADD adalah pemberdayaan masyarakat pedesaan dengan kegiatan: bantuan operasional Tim PKK, bantuan operasional LKMD (LPM), bantuan pengembangan sosial, dan bantuan peningkatan ekonomi masyarakat yang manfaatnya meningkatkan kemampuan lembaga kemasyarakatan di desa dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian pembangunan serta partsipatif sesuai dengan potensi yang dimiliki dan meningkatkan pemerataan pendapatan, kesempatan kerja dan berusaha bagi masyarakat desa.
Kegiatan ekonomi dalam program ADD adalah sarana dan prasarana pedesaan dengan kegiatan pembangunan infrastruktur pedesaan yang manfaatnya memperlancar perekonomian masyarakat dan terciptanya pemerataan pendapatan, kesempatan kerja dan berusaha bagi masyarakat desa dalam rangka pengembangan sosial ekonomi masyarakat desa.
Pengelolaan Bantuan Langsung Alokasi Dana Desa (ADD) harus berpedoman pada prinsip-prinsip pengelolaan, yang meliputi:
a. Penyaluran dana harus langsung ditujukan kepada pengelola/penerima.
b. Rencana kegiatan dilakukan dengan tertib dan harus dapat diketahui oleh seluruh lapisan masyarakat dengan mudah dan terbuka.
c. Seluruh kegiatan harus dapat dipertanggungjawabkan baik secara teknis maupun administrasi.
d. Pelaksanaan ADD harus sudah selesai pada akhir bulan Desember tahun anggaran yang sedang berjalan.
(63)
e. Apabila sampai akhir bulan Desember belum dapat selesai atau belum mencapai 100% dan terdapat sisa dana, maka sisa dana tersebut dikembalikanke Kas Daerah.
f. Hasil kegiatan/proyek yang dibangun menjadi milik desa dan dapat dilestarikan serta dikembangkan oleh pemerintah desa dan masyarakat.
Pengelola Bantuan Langsung Alokasi Dana Desa (ADD) adalah dilaksanakan oleh Tim Pelaksana Bantuan Langsung ADD, terdiri dari:
a. Penanggung Jawab Operasional Kegiatan adalah Kepala Desa. b. Penanggung Jawab Administrasi Kegiatan adalah Sekretaris Desa.
c. Bendahara/Pemegang Kas adalah Kepala Urusan Keuangan atau Bendahara Desa. Apabila Kepala Desa dijabat oleh Sekretaris Desa, maka Sekretaris Desa yang bersangkutan menjadi Penanggung Jawab Operasional Kegiatan, sedangkan Penanggung Jawab Administrasi Kegiatan dijabat oleh Kepala Urusan Pembangunan Desa yang bersangkutan. Personalia Tim Pelaksana Bantuan Langsung ADD tersebut, secara teknis dalampelaksanaankegiatan fisik proyek ADD dibantu oleh Lembaga Kemasyarakatan Desa (LKMD, BPD, PKK, Lembaga lain yang dibutuhkan) yang ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa.
Dalam rangka menunjang keberhasilan pelaksanaan pengelolaan ADD dibentuk Tim Pembina Tingkat Kabupaten dan Tim Pengendali Tingkat Kecamatan. Tim Pembina Tingkat Kabupaten terdiri dari:
a. Sekretaris Daerah Kabupaten Labuhanbatu Selatan sebagai Ketua Tim. b. Kepala Bappeda Kabupaten Labuhanbatu Selatan sebagai Wakil Ketua.
(64)
c. Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat, Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat Kabupaten Labuhanbatu Selatan sebagai Sekretaris Tim.
d. Kepala Bagian Tata Pemerintahan Setda Kabupaten Labuhanbatu Selatan sebagai Anggota Tim.
e. Kepala Bagian Keuangan Setda Kabupaten Labuhanbatu Selatan sebagai Anggota Tim.
f. Kepala Bagian Pembangunan Setda Kabupaten Labuhanbatu Selatan sebagai Anggota Tim.
g. Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Labuhanbatu Selatan sebagai Anggota Tim.
Tim Pengendali Tingkat Kecamatan terdiri dari Camat, Sekretaris Kecamatan, Kepala Seksi Ekonomi dan Pembangunan, Kepala Seksi Pemerintahan, UPTD Terkait, Tooh Masyarakat, Ketua Tim Penggerak PKK Kecamatan dan Staf Kecamatan yang terkait, ditetapkan oleh Bupati atas usul Camat.
Struktur Organisasi Personalia Pengelola/Tim Pelaksana ADD dapat dilihat dalam Gambar 4.1 berikut:
(65)
Gambar 4.1 Struktur Organisasi Tim Pelaksana ADD
4.3. Perencanaan, Pelaksanaan, Evaluasi dan Pertanggungjawaban ADD
Secara umum perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan pertanggungjawaban Alokasi Dana Desa (ADD) di Kecamatan Kota Pinang Kabupaten Labuhanbatu Selatan telah berjalan dengan baik. Adapun hasil penelitian dapat diuraikan sebagai berikut:
4.3.1. Perencanaan ADD
a. Kepala Desa, Perangkat Desa, Badan Permusyawaratan Desa (BPD), Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD), Tim Penggerak PKK Desa, tokoh-tokoh masyarakat bermusyawarah dan mufakat menjelang Tahun Anggaran Baru menyusun Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa) dengan melihat hasil Musbangdes dengan memperhatikan aspirasi masyarakat
Kepala Desa (PJOK)
Sekretaris Desa (PJAK)
Bendahara ADD
Lembaga Kemasyarakatan Desa
(66)
yang mengacu Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDesa) dan Rencana Kerja Pembangunan Desa (RKPDesa) yang dibiayai oleh Pendapatan Asli Desa (PAD) dan penggunaan Alokasi Dana Desa (ADD). Dituangkan dalam Berita Acara hasil musyawarah Desa yang dihadiri sekurang-kurang 2/3 dari undangan yang hadir. Sesuai dengan Permendagri Nomor: 66 Tahun 2007 tentang Perencanaan Pembangunan Desa.
Musrembang Desa dihadirir oleh wakil-wakil dari kelompok Dusun dan Tokoh-Tokoh Masyarakat serta unsur lain yang terkait di desa.
Susunan Tim Pelaksanaan ADD
Penanggung jawab : Kepala Desa. Ketua : Sekretaris Desa.
Sekretaris : Kepala Urusan Pembangunan. Bendahara : Bendahara Desa.
Anggota : 1. Kepala Urusan Pemerintah Desa. 2. Kepala Urusan Kesejahteraan Rakyat. 3. Kepala Urusan Umum.
4. Ketua Tim Penggerak PKK Desa. 5. Ketua LKMD.
6. Kepala Dusun. 7. Tokoh Masyarakat.
(67)
Rencana Kegiatan ADD:
1. Biaya Operasional Penyelenggaraan Pemerintah Desa a. Biaya ATK
b. Belanja Perangko c. Foto copy
d. Belanja modul 2. Biaya Operasional BPD
a. Biaya ATK b. Honor BPD c. Perjalanan Dinas d. Biaya Rapat BPD e. Dan Pembahasan Perdes
3. Tambahan Penghasilan Kepala Desa dan Perangkat Desa a. Kepala Desa 1 Orang
b. Sekretaris Desa 1 Orang c. Para Kaur
d. dan Para Kepala Dusun
4. Pembangunan Infrastruktur terdiri dari:
a. Pembuatan Kantor Kepala Desa, Balai Pertemuan b. Pengerasan Jalan
(68)
5. Bantuan Usaha Pokmas:
Bantuan Modal Usaha Kelompok Masyarakat Miskin Penerima BLT 6. Bantuan Biaya Operasional LKMD:
a. Honor LKMD b. Biaya ATK LKMD c. Pembelian Kursi Plastik d. Biaya Rapat Bulanan LKMD
e. Biaya Gotong Royong Bulan Bhakti f. Biaya Transpot LKMD
7. Bantuan Biaya Opersional PKK: a. Biaya Rapat PKK
b. Biaya ATK PKK
c. Biaya Transpot TIM PKK
d. Biaya Dinas PKK 8. Bantuan Biaya Operasional Posyandu:
a. Pemberian Bahan Makanan Gizi Balita b. Biaya ATK Posyandu
c. Biaya Transpot Kader Posyandu
(1)
Lampiran 1. Pendapatan Masyarakat
No Responden Sebelum ada Program ADD (Rp) Sesudah ada Program ADD (Rp)
1 1.500.000 1.800.000
2 1.500.000 1.950.000
3 1.600.000 2.200.000
4 1.650.000 2.150.000
5 1.800.000 2.200.000
6 2.000.000 2.400.000
7 2.400.000 2.800.000
8 2.200.000 2.900.000
9 2.000.000 2.200.000
10 2.000.000 2.250.000
11 2.000.000 2.300.000
12 1.700.000 2.200.000
13 1.500.000 1.850.000
14 1.400.000 1.850.000
15 2.200.000 2.500.000
16 1.700.000 2.000.000
17 2.300.000 2.500.000
18 2.100.000 2.500.000
19 2.200.000 2.600.000
20 2.000.000 2.300.000
21 2.000.000 2.200.000
22 1.700.000 2.000.000
23 1.500.000 1.900.000
24 1.800.000 2.200.000
25 2.200.000 2.600.000
26 1.600.000 2.000.000
27 1.800.000 2.000.000
28 2.300.000 2.500.000
29 2.200.000 2.600.000
30 2.400.000 2.700.000
31 1.600.000 2.000.000
32 2.300.000 2.700.000
33 1.200.000 1.600.000
34 1.500.000 1.800.000
(2)
36 1.500.000 1.800.000
37 1.500.000 1.900.000
38 1.400.000 1.700.000
39 1.600.000 1.800.000
40 1.400.000 1.700.000
41 1.500.000 1.800.000
42 1.400.000 1.600.000
43 1.500.000 1.900.000
44 1.400.000 1.800.000
45 1.600.000 1.900.000
46 1.200.000 1.500.000
47 1.600.000 1.900.000
48 1.500.000 1.900.000
49 1.450.000 1.750.000
50 2.000.000 2.350.000
51 1.500.000 1.800.000
52 1.600.000 1.900.000
53 1.600.000 1.900.000
54 1.800.000 2.100.000
55 1.700.000 2.000.000
56 1.500.000 1.850.000
57 1.800.000 2.000.000
58 1.600.000 1.900.000
59 1.500.000 1.800.000
60 1.700.000 2.000.000
61 1.200.000 1.500.000
62 1.600.000 1.900.000
63 2.100.000 2.500.000
64 1.500.000 1.800.000
65 1.200.000 1.500.000
66 1.400.000 1.800.000
67 2.000.000 2.300.000
68 1.800.000 2.100.000
69 1.200.000 1.500.000
70 1.700.000 2.000.000
71 1.300.000 1.600.000
(3)
No Sebelum Ada Program ADD (Rp) Sesudah ada Program ADD (Rp)
73 1.300.000 1.500.000
74 1.500.000 1.850.000
75 1.300.000 1.600.000
76 1.200.000 1.500.000
77 1.600.000 1.800.000
78 2.100.000 2.500.000
79 1.600.000 1.800.000
80 2.000.000 2.300.000
81 1.500.000 1.800.000
82 1.500.000 1.950.000
83 1.600.000 2.200.000
84 1.650.000 2.150.000
85 1.800.000 2.200.000
86 2.000.000 2.400.000
87 2.400.000 2.800.000
88 2.200.000 2.900.000
89 2.000.000 2.200.000
90 2.000.000 2.250.000
91 2.000.000 2.300.000
92 1.700.000 2.200.000
93 1.500.000 1.850.000
94 1.400.000 1.850.000
95 2.200.000 2.500.000
96 1.700.000 2.000.000
97 2.300.000 2.500.000
98 2.100.000 2.500.000
99 2.200.000 2.600.000
100 2.000.000 2.300.000
101 2.000.000 2.200.000
102 1.700.000 2.000.000
103 1.500.000 1.900.000
104 1.800.000 2.200.000
105 2.200.000 2.600.000
106 1.600.000 2.000.000
(4)
No Sebelum ada Program ADD (Rp) Sesudah ada Program ADD (Rp)
108 2.300.000 2.500.000
109 2.200.000 2.600.000
110 2.400.000 2.700.000
111 1.600.000 2.000.000
112 2.300.000 2.700.000
113 1.200.000 1.600.000
114 1.500.000 1.800.000
115 1.450.000 1.750.000
116 1.500.000 1.800.000
117 1.500.000 1.900.000
118 1.400.000 1.700.000
119 1.600.000 1.800.000
120 1.400.000 1.700.000
121 1.500.000 1.800.000
122 1.400.000 1.600.000
123 1.500.000 1.900.000
124 1.400.000 1.800.000
125 1.600.000 1.900.000
126 1.200.000 1.500.000
127 1.600.000 1.900.000
128 1.500.000 1.900.000
129 1.450.000 1.750.000
130 2.000.000 2.350.000
131 1.500.000 1.800.000
132 1.600.000 1.900.000
133 1.600.000 1.900.000
134 1.800.000 2.100.000
135 1.700.000 2.000.000
136 1.500.000 1.850.000
137 1.800.000 2.000.000
138 1.600.000 1.900.000
139 1.500.000 1.800.000
140 1.700.000 2.000.000
141 1.200.000 1.500.000
142 1.600.000 1.900.000
(5)
No Sebelum ada Program ADD (Rp) Sesudah ada Program ADD (Rp)
144 1.500.000 1.800.000
145 1.200.000 1.500.000
146 1.400.000 1.800.000
147 2.000.000 2.300.000
148 1.800.000 2.100.000
149 1.200.000 1.500.000
150 1.700.000 2.000.000
151 1.300.000 1.600.000
152 1.400.000 1.600.000
153 1.300.000 1.500.000
154 1.500.000 1.850.000
155 1.300.000 1.600.000
156 1.200.000 1.500.000
157 1.600.000 1.800.000
158 2.100.000 2.500.000
159 1.600.000 1.800.000
160 2.000.000 2.300.000
161 1.200.000 1.500.000
162 1.600.000 1.900.000
163 2.100.000 2.500.000
164 1.500.000 1.800.000
165 1.200.000 1.500.000
166 1.400.000 1.800.000
167 2.000.000 2.300.000
168 1.800.000 2.100.000
169 1.200.000 1.500.000
170 1.700.000 2.000.000
171 1.300.000 1.600.000
172 1.400.000 1.600.000
173 1.300.000 1.500.000
174 2.100.000 2.500.000
175 1.300.000 1.800.000
176 1.200.000 1.700.000
177 1.600.000 1.900.000
178 2.100.000 2.400.000
179 1.600.000 1.800.000
(6)
Lampiran 2. T-
test
Perbedaan Pendapatan Masyarakat
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 Sesudah ada
ADD 1242812.5000 180 372516.96398 41648.66271
Sebelum ada
ADD 1035000.0000 180 241913.52153 27046.75394
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Pair 1 Sesudah ada ADD &
Sebelum ada ADD 180 .604 .000
Paired Samples Test
Paired Differences t df
Sig. (2-tailed)
Mean Std. Deviation
Std. Error Mean
95% Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair 1 Sesudah ada ADD –