Ahmad Fatih kelas 5 Umar

KOTA
YOGYAKARTA

1. SEJARAH SINGKAT
2. PEREKONOMIAN
3. PERTANIAN DAN PERKEBUNAN
4. PARIWISATA
5. MAKANAN KHAS
6. SENI DAN BUDAYA

SEJARAH SINGKAT
Dhaérah Istiméwa Ngayogyakarta adalah Daerah
Istimewa setingkat provinsi di Indonesia yang merupakan
peleburan Negara Kesultanan Yogyakarta dan Negara
Kadipaten Paku Alaman. Daerah Istimewa Yogyakarta
terletak di bagian selatan Pulau Jawa, dan berbatasan
dengan Provinsi Jawa Tengah dan Samudera Hindia.
Daerah Istimewa yang memiliki luas 3.185,80 km2 ini
terdiri atas satu kotamadya, dan empat kabupaten, yang
terbagi lagi menjadi 78 kecamatan, dan 438
desa/kelurahan.


PEREKONOMIAN
Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta antara lain
meliputi sektor Investasi, Perindustrian, Perdagangan,
Koperasi, dan UKM, Pertanian; Ketahanan Pangan,
Kehutanan, dan Perkebunan, Perikanan, dan Kelautan,
Energi, dan Sumber Daya Mineral, serta Pariwisata.

PERTANIAN DAN PERKEBUNAN
Tingkat kesejahteraan petani dalam bidang pertanian di DIY yang
diukur dengan Nilai Tukar Petani (NTP), NTP dapat menjadi salah satu
indikator yang menunjukkan tingkat kesejahteraan petani di suatu
wilayah.
Pada
2010
NTP
sebesar
112,74%. Ketahanan
pangan merupakan bagian terpenting dari pemenuhan hak atas
pangan sekaligus merupakan salah satu pilar utama hak asasi

manusia. Secara umum ketersediaan pangan di DIY cukup karena
berkaitan dengan musim panen sehingga diperlukan pengaturan
distribusi oleh pemerintah.
Sektor perkebunan, dari segi produksi tanaman perkebunan yang
potensial di DIY adalah kelapa, dan tebu. Kegiatan perkebunan
diprioritaskan dalam rangka pengutuhan tanaman memenuhi skala
ekonomi serta peningkatan produksi, produktivitas, dan mutu produk
tanaman untuk meningkatkan pendapatan petani.

PARIWISATA
Pariwisata merupakan sektor utama bagi DIY. Banyaknya
objek dan daya tarik wisata di DIY telah menyerap
kunjungan wisatawan, baik wisatawan mancanegara
maupun wisatawan nusantara. Pada 2010 tercatat kunjungan
wisatawan sebanyak 1.456.980 orang, dengan rincian
152.843 dari mancanegara, dan 1.304.137 orang dari
nusantara.
Bentuk wisata di DIY meliputi wisata MICE
(Meeting, Incentive, Convention and Exhibition), wisata
budaya, wisata alam, wisata minat khusus, dan berbagai

fasilitas wisata lainnya.

MAKANAN KHAS
1. Gudheg adalah makanan khas Yogyakarta dan Jawa Tengah yang terbuat
dari nangka muda yang dimasak dengan santan. Perlu waktu berjam-jam untuk
membuat masakan ini. Warna coklat biasanya dihasilkan oleh daun jati yang
dimasak bersamaan. Gudeg dimakan dengan nasi dan disajikan dengan kuah
santan kental (areh), ayam kampung, telur tahu dan sambal goreng krecek.
2. Camilan tradisional khas paling populer di Jogja adalah bakpia. Dulu, bakpia
hanya berisi kacang ijo yang dihaluskan. Sekarang, ada banyak varian rasa
bakpia, ada cokelat, keju, durian, stroberi dan sebagainya. Sentra pembuatan
bakpia ada di Pathuk, sebelah barat Malioboro (sekitar 10 menit naik becak). Tapi
penjualannya sih ada di banyak tempat. Bakpia juga awet, cocok kalau mau
dibawa sebagai oleh-oleh.
3. Ampyang merupakan camilan khas Jawa yang terdiri atas kacang yang dicampur
dengan gula jawa atau gula kelapa. Paling cocok nih dimakan di sore hari yang
gerimis, sambil menyeruput teh jahe panas.

SENI DAN BUDAYA
1. Wayang Kulit, wayang kulit biasanya dibuat dari kulit kerbau atau kulit lembu.

Wayang kulit saat ini telah menjadi warisan budaya nasional dan sudah sangat
terkenal di dunia sehingga banyak orang asing yang datang dan mempelajari
seni perwayangan. Sampai saat ini wayang kulit tetap digemari sebagai tontonan
yang menarik, biasanya disajikan semalam suntuk.
2. Kethoprak adalah kesenian tradisional di Yogyakarta yang dipentaskan dalam
bahasa Jawa. Bercerita tentang sejarah sampai cerita fantasi dan didahului
dengan tembang Jawa. Kostum dari pemain ketoprak menyesuaikan dengan
adegan dan jalan cerita serta selalu diiringi dengan irama gamelan dan keprak.
3. Karawitan, Karawitan merupakan musik gamelan tradisional Jawa yang
dimainkan oleh sekelompok Wiyaga dan diiringi oleh nyayian dari Waranggono
dan Wiraswara biasanya disebut dengan ‘Uyon-uyon’, sedangkan kalau tanpa
diiringi oleh nyayian dari Waranggono atau Wiraswara disebut dengan ‘Soran’.

TERIMA KASIH