Penggunaan Jejaring Sosial Facebook Pada Tunanetra Dalam Meningkatkan Interaksi (Studi Kasus pada Anggota Ikatan Tunanetra Muslim Indonesia)

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1. Interaksi Sosial
Salah satu sifat manusia adalah keinginan untuk hidup bersama dengan
manusia lainnya. Dalam hidup bersama antara manusia dan manusia atau manusia
dengan kelompok tersebut terjadi “hubungan” dalam rangka memenuhi kebutuhan
hidupnya. Melalui hubungan itu manusia ingin menyampaikan maksud, tujuan
dan keinginannya masing-masing. Sedangkan untuk mencapai keinginannya itu
harus di wujudkan dengan tindakan sehingga melalui hubungan tindakan melalui
hubungan timbal- balik. Hubungan inilah yang disebut interaksi.
Interaksi sosial adalah hubungan dinamis yang mempertemukan orang
dengan orang, kelompok dengan kelompok maupun orang dengan kelompok
manusia. Bentuknya tidak hanya bersifat kerjasama, tetapi bisa juga berbentuk
tindakan persaingan, pertikaian dan sejenisnya. Begitu juga masyarakat difabel
sendiri, merekapun juga memiliki keinginan untuk hidup bersama dengan manusia
lainnya. Baik itu masyarakat yang menderita difabel juga maupun masyarakat
yang normal.
1. Ciri-ciri Interaksi Sosial
Interaksi sosial mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
a. Ada pelaku dengan jumlah lebih dari satu orang

b. Ada komunikasi antar pelaku dengan menggunakan simbol-simbol
c. Ada dimensi waktu (masa lampau, masa kini dan masa mendatang
yang menentukan sifat aksi yang sedang berlangsung

Universitas Sumatera Utara

d. Ada tujuan-tujuan tertentu, terlepas dari sama atau tidaknya tujuan
tersebut dengan yang diperkirakan oleh pengamat.
2. Hubungan Antara Tindakan Sosial dan Interaksi Sosial
Pengertian tindakan sosial dan interaksi sosial diatas memperlihatkan
dengan jelas bahwa keduanya mempunyai hubungan yang tidak terpisahkan.
Tindakan sosial adalah perbuatan yang di pengaruhi oleh orang lain untuk
mencapai maksud dan tujuan tertentu, sedangkan interaksi sosial adalah hubungan
sosialyang terjadi sebagai akibat dari tindakan individu – individu. Terjadinya
hubungan timbal-balik ini disebabkan oleh adanya tindakan (aksi) dan tanggapan
(reaksi) antara dua pihak. Tindakan merupakan syarat mutlak terbentuknya
hubungan timbal-balik atau reaksi sosial. Di dalam dunia maya tepatnya di
jejaring sosial Facebook yang digunakan masyarakat difabel tunanetra juga
terdapat sosial dan interaksi sosial yang terjadi. Dimana pada saat mereka
melakukan obrolan (chating) dengan teman di media sosialnya.

3. Syarat-syarat Terjadinya Interaksi Sosial
Suatu interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi apabila tidak memenuhi
dua syarat yaitu, adanya kontak sosial (social contact) dan komunikasi
(communication). Terjadinya interaksi sosial sebagaimana dimaksud dan tujuan
masing-masing pihak dalam suatu hubungan sosial. Menurut Roucek dan Warren,
interaksi adalah satu masalah pokok karena ia merupakan dasar dari segala proses
sosial.
Begitu pula di dalam Facebook yang dimiliki para masyarakat difabel ini,
orang yang pertama dijadikan sebagai teman di Facebook adalah orang yang
menderita keterbatasan penglihatan juga. Karena kebanyakan dari mereka lebih

Universitas Sumatera Utara

mengerti karena saling merasakan hal yang sama. Jadi diantara sesama mereka
lebih mengerti maksud dan tujuannya mereka berkomunikasi di media sosial
Fcebook ini.
Interaksi sosial terdiri dari dua unsur , yaitu tindakan sosial dan keterikatan
antar tindakan sosial. Tindakan sosial merupakan (sosial action) merupakan unsur
pembentuk interaksi sosial. Menurut pandangan Max Weber tindakan sosial
merupakan rindakan yang bermakna, yakni tindakan yang dilakukan seseorang

dengan memperhitungkan keberadaan orang lain (Badrujaman,2008:36).
Tindakan sosial apapun dilakukan seseorang cenderung berhubungan
dengan tindakan individu lainnya. Hubungan antar tindakan sosial tidak terjadi
secara otomatis, karena kekuatan alam atau kekuatan supra alami. Keterkaitan
antar tindakan sosial terjadi karena manusia, manusialah yang melakukan
tindakandan menjalinnya dengan tindakan yang lain (Badrujaman,2008:40).
Untuk mempelajari interaksi sosial digunakan pendekatan yang dikenal
dengan nama Symbolic Interactionism ( interaksionisme simbolis). Pendekatan ini
bersumber pada pemikiran Geirge Herbert Mead. Dari kata interaksionisme sudah
terlihat bahwa sasaran pendekatan ini adalah interaksi sosial, kata simbolis
mengacu pada simbol-simbol dalam interaksi.
Herbert Blumer, salah satu penganut pemikiran Mead, menjabarkan
pemikiran Mead mengenai interaksionisme simbolis. Menurut Blumer pokok
pikiran interaksionisme simbolis ada tiga yakni : (Kamanto Sunarto, 1993:43-44)
1. Manusia bertindak (act) terhadap sesuatu (thing) atas dasar makna
(meaning) yang dipunyai sesuatu tersebut baginya.

Universitas Sumatera Utara

2. Makna yang dipunyai sesuatu tersebut barasal atau muncul dari

interaksi sosial antara seseorang dengan sesamanya.
3. Makna diperlakukan atau di ubah melalui suatu proses penafsiran
(interpretative proces), yangdigunakan orang dalam menghadapi
sesuatu yang dijumpainya.
Interaksionisme simbolis yang diketengahkan Blumer mengandung
sejumlah root images atau ide-ide dasar, yang dapat diringkas sebagai berikut:
(Margaret M.Poloma,2000:264-265)
1. Masyarakat terdiri dari masyarakat yang berinteraksi.
2. Interaksi terdiri dari berbagai kegiatan manusia yang berhubungan
dengan kegiatan manusia lain.
3. Obyek-obyek, tidak mempunyai makna intrinsik, makna lebih
merupakan

produk

interaksi-simbolis.

Obyek-obyek

dapat


di

klasifikasikan kedalam tiga kategori yang luas seperti ; obyek fisik,
obyek sosial dan obyek abstrak.
4. Manusia tidak mengenal obyek eksternal, mereka dapat melihat dirinya
sebagai obyek.
5. Tindakan manusia adalah tindakan interpretatif yang dibuat oleh
manusia itu sendiri.
6. Tindakan tersebut saling dikaitkan dan di sesuaikan oleh anggotaanggota kelompok.
2.2Masyarakat Jaringan
Konsep tentang masyarakatinformasi, pada awalnya dikembangkan oleh
Danil Bell pada awal tahun 1970-an melalui prediksinya ketika itu tentang

Universitas Sumatera Utara

masyarakat pasca industri(post-industrial society). Daniell Bell (1977), disebutsebut sebagai ahli sosiologi pertama yang mengkaji dampak sosial dari
perkembangan media komunikasi digital. Menurut Bell, ada dua indikasi utama
dari


perkembangan

masyarakat

industri,

yakni

penemuan

miniatursirkuitelektronik dan optikal yang mampu mempercepat arus informasi
melalui jaringan, serta integrasi dari proses komputer dan telekomunikasi ke
dalam teknologi terpadu yang disebut dengan istilah “komunikasi”. (Cabin &
Dortier (eds), 2004: 149-158). Sementara itu, generasi kedua Mazhab Frankfrut,
yang dipelopori Jurgen Habermas juga telahjauh-jauh hari mempersoalkan
dampak dari perubahan TI pada bidang politik dan integritas masyarakat madani.
(lihat:McCarthy,2006).
Castells (1996), menyatakan bahwa di era revolusi informasi, selain
ditandai dengan perkembangan TI yang luar biasa canggih, juga muncul apa yang
ia sebut sebagai kebudayaan virtual riil, yaitu suatu sistem sosial-budaya baru

dimana realitas itu sendiri sepenuhnya tercakup , spenuhnya masuk dalam setting
citra maya, di dunia fantasi, yang di dalamnya tampilan tidak hanya ada di layar
tempat di komunikasikannya pengalaman, namun mereka menjadi pengalaman itu
sendiri. (Ritzer&Goodman, 2008:632). Masyarakat yang semula berinteraksi
dalam ruang yang nyata dan bertatap muka, dengan kehadiran internet mereka
kini dapat berinteraksi dengan sipapun tanpa dibatasi nilai dan norma, sehingga
dikalangan warga masyarakat yang mengembangkan hubungan dalam jejaring
komputer, tak merekapun tumbuh dengan subkulturnya yang khas – yang berbeda
dengan masyarakat konvensional.

Universitas Sumatera Utara

Di era masyarakat pasca-industri, realitas sosial bahkan boleh di katakan
telah mati, untuk kemudian diambil alih oleh realitas-realitas yang bersifat virtual,
realitas cyberspace. Dunia baru yang di mediasi oleh hadirnya teknologi informasi
yang semakin maju dan super canggih telah melahirkan hal – hal yang serba
virtual : kebudayaan virtual dan komunitas virtual (virtualcommunity). Seperti
dikatakan Yasraf Amir Piliang (2004), bahwa di era revolusi informasi,
masyarakat memang masih berinteraksi satu dengan lain, tetapi kini tidak lagi
dalam komunitas yang nyata, melainkan di dalam komunitas virtual ( Piliang,

2004:64). Internet satu bentuk jaringan komunikasi dan informasi global telah
menawarkan bentuk – bentuk komunitas sendiri (virtual community), bentuk
realitas sendiri (virtual reality) dan bentuk ruangan sendiri ( cyberspace).
Dalam analisisnya, Castels (200:28-76) mengembangkan pemikirannya
tentang masyarakat informasi dengan mengacu pada lima karakteristik dasar
teknologi informasi, yaitu: (J.Dwi Narwoko &Bagong Suyanto, 2004:399-400)
1. Teknologi informasi senantiasa bereaksi terhadap informasi
2. Karena informasi merupakan bagian dari aktivitas manusia, maka
teknologi ini mempunyai efek pervannsi.
3. Semua sistem yang menggunakan teknologi informasi di defenisikan
oleh “ logika jaringan “
4. Teknologi baru sangatlah fleksibel, dalam arti dapat dengan mudah
beradaptasi
5. Teknologi informasi sangatlah spesifik, dengan adanya informasi,
maka bisa terpadu dengan suatu sistem.

Universitas Sumatera Utara

2.3 Media Sosial Sebagai Teknologi Komunikasi
Internet dapat dikatakan sebagai media baru yang mempunyai banyak

keunggulan dibanding media lama, seperti : telegraf, faksimili dan lainnya. Media
baru mudah di manipulasi. Hal ini seringkali mendapat tanggapan negatif dan
menjadi perdebatan, karena media baru memungkinkan setiap orang untuk
memanipulasi dan merubah berbagai data dan informasi dengan bebas. Media
baru bersifat networkable, artinya konten-konten yang terdapat dalam media baru
dapat dengan mudah dibagi dan di pertukarkan antar pengguna lewat jejaring
internet yang tersedia. Karakteristik ini dapat disebut sebagai kelebihan, karena
media baru membuat setiap orang dapat terkoneksi dengan cepat dan memberi
solusi terhadap kendala jarak dan waktu antar pengguna.
Kemajuan teknologi mempengaruhi banyak perubahan yang terjadi di
masyarakat saat ini. Setiap perkembangan teknologi selalu menjanjikan
kemudahan, efisiensi, serta peningkatan produktifitas. Pada awalnya teknologi
diciptakan untuk mempermudah pekerjaan manusia dan mempermudah manusia
untuk memenuhi segala kebutuhsn hidupnya (Martono, 2011:289-290). Dilihat
dari perkembangannya, siapa saja yang mampu mengakses teknologi, maka ia
akan

mengalami

kemajuan


dalam

bentuk

apapun,

misalnya seseorang

menggenggam sebuah teknologi dia tidak akan ketinggalan informasi yang di
dapatkan. Teknologi tercipta untuk memberikan kemudahan bagi individu.
Seseorang tidak perlu bersusah-susah untuk menghubungi keluarga dan
sahabatnya diluar kota maupun di luar negeri. Mereka cukup mengakses media
atau alat yang dapat mempermudah hal tersebut. Dengan adanya kemajuan
teknologi, tentu akan memberikan dampak positif dan negatif bagi kehidupan

Universitas Sumatera Utara

masyarakat.hampir keseluruhan mayarakat di dunia menggunakan internet dalam
kehidupan sehari-harinya.

Beberapa fasilitas yang kini telah dinikmati oleh pengguna internet saat ini
adalah dengan memanfaatkan media jejaring sosial yang ada. Media jejaring
sosial ini di antara lain : Facebook, Twitter, Friendster, Yahoo Messenger dan
masih banyak lagi. Dari sekian banyak media ini, Facebook dapat dikatakan
sebagai media yang paling banyak dimiliki oleh masyarakat. Dengan adanya
fasilitas media jejaring sosial Facebook, dengan mudah kita dapat saling bertemu
dengan teman, saudara ataupun kerabat lainnya di dunia maya. Facebook sebagai
media jejaring sosial terlengkap dimana para penggunanya dapat memasang foto,
berinteraksi langsung sesama user, dan terlebih lagi kecepatan dan fleksibilitasnya
yang menjadi keunggulan untuk memudahkan dalam hal berkomunikasi.
Kehidupan manusia tidak pernah lepas dari apa yang dinamakan dengan
komunikasi. Dengan melakukan komunikasi, manusia bisa saling bertukar
informasi, gagasan, ide dan pengalaman. Adanya komunikasi akan membentuk
suatu jaringan interaksi yang kompleks bagi manusia. Secara umum Gabner
mendefenisikan komunikasi sebgai suatu interaksi sosial melalui pesan – pesan
yang dapat diberi sandi (kode) secara formal, simbolis atau penggambaran
peristiwa tentag beberapa aspek budaya yang sama-sama dimiliki. Komunikasi
sebagai penyampaian informasi, ide, emosi, keterampilan dan seterusnya melalui
penggunaan simnol – kata, gambar, angka, grafik dan lain-lain.
Pada abad sekarang ini, komuniksi telah mencapai pada satu titik dimana
orang mampu berbicara dengan jutaan manusia secara serentak dan serempak. Hal
ini berarti tidak ada lagi batasan-batasan yang menghambat berlangsungnya

Universitas Sumatera Utara

komunikasi antar persona. Ruang dan waktu telah berhasil ditembus dengan
adanya komunikasi massa, yaitu komunikasi yang hanya berlangsung dengan
menggunakan media massa. Media massa dalam cakupan pengertian komunikasi
massa itu meliputi media cetak (majalah, tabloid, surat kabar), dan media
elektronik (radio dan televisi).
1.5.4 Jaringan Sosial dalam Sebuah Kelompok
Hubungan manusia sangat berarti baginya sebagai individu. Dapat
dikatakan bahwa kita, setidaknya sebagian, diartikan melalui siapa yang kita
kenal. Secara lebih luas ikatan-ikatan diantara manusia juga berperan sebagai
dinding pembatas bagi struktur-struktur sosial yang lebih luas. Ide sentral dari
modal sosial adalah bahwa jaringan-jaringan sosial satu set yang bernilai (Field,
2005;16) jaringan-jaringan menyediakan suatu basis bagi kohesi sosial karena
menyanggupkan orang untuk bekerjasama satu sama lain dan bukan hanya dengan
orang mereka kenal secara langsung agar saling menguntungkan. Jaringan lebih
mobel daripada hirarki.
Dalam alokasi sumber daya jaringan, transaksi terjadi tidak melalui
pertukaran yang terpisah atau restu administratif, tetapi melalui jaringan-jaringan
individu yang terlibat dalam aksi-aksi timbal balik, saling mengutamakan, dan
saling mendukung. Jaringan dapat bersifat kompleks; mereka tidak menerapkan
kriteria pasar eksplisit, juga tidak memakai paternalisme yang biasanya terdapat
dalam hirarki. Sebuah asumsi dasar adari hubungan jaringan adalah satu pihak
tergantung pada sumber-sumber yang dikontrol oleh pihak lain, dan bahwa ada
keuntungan yang bisa diperoleh dari penggabungan sumber daya. Intinya pihak-

Universitas Sumatera Utara

pihak dalam jaringan setuju untuk tidak mengejar kepentingan diri sendiri dengan
jalan merugikan yang lainnya. Powell (dalam Hamilton, 1996:270)
Keterkaitan jaringan dan kelompok merupakan aspek vital dari modal
sosial. Jaringan sosial terjadi berkat adanya keterkaitan antara individu dalam
komunitas. Keterkaitan terwujud did alam beragam tipe kelompok pada tingkat
lokal maupun tingkat lebih tinggi. Jaringan hubungan sosial biasanya akan di
warnai oleh suatu tipologi khas sejalan sengan karakteristik dan orientasi
kelompok. Pada kelompok sosial yang biasanya terbentuk secara tradisional atas
dasar kesamaan garis keturunan (liniage), pengalaman-pengalaman sosial turun
menurun (repeated social experiences), dan kesamaan kepercayaan pada dimensi
Ketuhanan (religious believe) cenderung memliki kohesifitas yang tinggi, tetapi
rentang jaringan maupun trust yang terbangun sangat sempit. Sebaliknya, pada
kelompo yang dibangun atas dasar kesamaan orientasi dan tujuan dengan ciri
pengelolaan organisasi yang lebih modern akan memiliki tingkat partisipasi
anggota yanglebih baik dan memiliki rentang jaringan yang lebih luas.
Pada dasarnya modal sosial merupakan kerjasama yang dibangun dengan
untuk mencapai tujuan. Kerjasama yang terjalin tercipta ketika telah terjadinya
hubungan interaksi sosial sehingga menghaslkan jaringan kerjasama, pertukaran
sosial, salin percaya dan terbentuknya nilai dan norma dalam hubungan interaksi
tersebut.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Rakhmania (2002:58), pada etnis
Cina di Jakarta maka didapati insyistusi keluarga dan ikatan kekerabatan adalah
modal sosial yang menopang bisnis etnis Cina. Ikatan kekeluargaan menyediakan
jaringan sosial dikalangan etnis Cina, dimana jaringan sosial ini berdasarkan

Universitas Sumatera Utara

kepercayaan. Melalui jaringan sosial tersebut bisnis meraka semakin meningkat.
Dengan adanya modal sosial pada etnis Cina terjadilah perkembangan bisnisbisnis etnis Cina bila mereka mampu mempergunakan modal sosial sebaikbaiknya.

2.5 Defenisi Konsep
Dalam penelitian ilmiah, disamping berfungsi untuk memfokuskan dan
mempermudah suatu penelitian, konsep juga berfungsi sebagai panduan yang
nantinya digunakan peneliti untuk menindak lanjuti sebuah kasus yang di teliti
dan menghindari terjadinya kekacauan akibat kesalahan penafsiran dalam sebuah
penelitian. Adapun konsep yang digunakan sesuai dengan konteks penelitian ini,
antara lainadalah :
1. Tunanetra (Difabel)
Anak berkebutuhan khusus (ABK) adalah anak dengan karakteristik
khusus yang bebeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada
ketidak mampuan mental, emosi atau fisik. Termasuk keadaan ABK, yaitu :
teunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, kesulitan belajar,
gangguan perilaku, anak berbakat, anak dengan gangguan kesehatan. Istilah lain
bagi anak berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa dan anak cacat (Somantri,
2006).
Tunanetra adalah individu yang memiliki hambatan dalam penglihatan.
Tunanetra dapat di klasifikasikan kedalam dua golongan, yaitu : Buta total (Blind)
dan low vision. Definisi tunanetra menurut Somantri (2006) adalah individu yang
memiliki lemah penglihatan atau akurasi penglihatan kurang dari 6/60 setelah

Universitas Sumatera Utara

dikoreksi atau tidak lagi memiliki penglihatan. Penyandang cacat netra merupakan
individu yang indera penglihatannya (kedua-duanya) tidak berfungsi sebagai
saluran penerimaan informasi dalam kegiatan harian seperti halnya orang awas
(Somantri, 2006).
Karena tunanetra memiliki keterbataan dalam indera penglihatan maka
proses pembelajaran menekankan pada alat indera yang lain yaitu indera peraba
dan indera pendengaran. Oleh karena itu prinsip yang diperhatikan dalam
memberikan pengajaran kepada individu tunanetra adalah media yang digunakan
harus bersifat taktual dan bersuara, contohnya adalah penggunaan tulisan braille,
gambar timbul, benda model dan benda nyata. Sedangkan media yang bersuara
adalah tape recorder dan peranti lunak JAWS. Untuk membantu tunanetra
beraktivitas di sekolah luar biasa mereka belajar mengenai Orientasi dan
Mobilitas. Orientasi dan Mobilitas diantaranya mempelajari tentang bagaimana
tunanetra mengetahui tempat dan arah serta bagaimana menggunakan tongkat
putih (tongkat khusus untuk tunanetra).
Tunanetra memeiliki beberapa keterbatasan, yaitu :
1. Tidak dapat melihat gerakan tangan pada jarak kurang dari 1 (satu)
meter.
2. Ketajaman penglihatan 20/200 kaki yaitu ketajaman yang mampu
melihat suatu benda pada jarak 20 kaki.
3. Bidang penglihatan tidak lebih luas dari 200 (Heward & Orlansky,
1988).
Klasifikasi tunanetra menurut Direktorat Pendidikan Luar Biasa secara
garis besar dibagi empat, yaitu :

Universitas Sumatera Utara

a. Berdasarkan waktu terjadinya ketunanetraan
1. Tunanetra sebelum dan sejak lahir, yakni mereka yang sama sekali
tidak memiliki pengalaman penglihatan.
2. Tunanetra setelah lahir atau pada usia kecil, mereka telah memiliki
kesan serta pengalaman visual tetapi belum kuat dan mudah
terlupakan.
3. Tunanetra pada usia sekolah atau pada masa remaja, mereka telah
memiliki kesan visual dan meninggalkan pengaruh yang mendalam
terhadap proses perkembangan pribadi.
4. Tunanetra pada usia dewasa, pada umumnya mereka yang dengan
segala kesadaran mampu me;akukan pelatihan penyesuaian diri.
5. Tunanetra dalam usia lanjut, sebagian besar sudah sulit mengikuti
latihan penyesuaian diri.
b. Berdasarkan kemampuan daya penglihatan
1. Tunanetra ringan (defective vision / low vision), yakni mereka
yang memliki hambatan dalam penglihatan tetapi meraka masih
dapat mengikuti program pendidikan dan mampu melakukan
pekerjaan atau kegiatan yang menggunakan fungsi penglihatan.
2. Tunanetra setengah berat ( partially sighted ), yakni mereka yang
kehilangan sebagian daya penglihatan, hanya dengan menggunakan
kaca pembesar mampu mengikuti pendidikan biasa atau mampu
membaca tulisan yang bercetak tebal.

Universitas Sumatera Utara

3. Tunanetra berat ( totally blind ), yakni mereka yang sama sekali
tidak dapat melihat.
c. Berdasarkan pemerikasaan klinis.
1. Tunanetra yang memiliki ketajaman penglihatan kurang dari
20/200 dan atau memiliki bidang penglihatan kurang dari 20 drajat.
2. Tunanetra yang masih memiliki ketajaman penglihatan antara
20/70
sampai dengan 20/200 yang dapat lebih baik melalui perbaikan.
d. Berdasarkan kelainan-kelainan pada mata
1. Myopia, merupakan gangguan penglihatan jarak dekat, bayangan
tidak terfokus dan jatuh dibelakang retina. Penglihatan akan
menjadi jelas kalau objek di dekatkan. Membantu proses
penglihatan pada penderita Myopia digunakan kacamata koreksi
dengan lensa negatif.
2. Hyperopia, merupakan penglihatan jarak jauh, bayangan tidak
terfokus dan jatuh di depan retina. Penglihatan akan menjadi jelas
jika objek dijaukan. Membantu proses penglihatan pada penderita
Hyperopia digunakan kacamata koreksi dengan lensa positif.
3. Astigmatisme, merupak
4. penyimapangan atau penglihatan kabur yang disebabkan karena
ketidak beresan pada kornea mata pada permukaan lain pada bola
mata sehingga bayangan benda baik pada jarak dekat maupun jauh
tidak terfokus jatuh pada retina. Membantu proses penglihatan

Universitas Sumatera Utara

pada penderita astigmatisme digunakan kacamata koreksi dengan
lensa silindris.
3. Jejaring Sosial Facebook
Jejaring sosial adalah suatu struktur sosial yang dibentuk
dari simpul-simpul (yang umumnya adalah individu atau
organisasi) yang dijalin dengan sutu atau lebih tipe relasi spesifik
seperti nilai, isi, ide, teman serta keturunan. Facebook adalah
sebuah layanan jejaring sosial. Facebook sendiri memiliki lebih
dari satu miliar penggunaan aktif dan lebih dari separuhnya
menggunakan telpon genggam.
4. Interaksi Sosial
Interaksi

sosial

adalah

hubungan

dinamis

yang

mempertemukan orang dengan orang, kelompok dengan kelompok
maupun orang dengan kelompok manusi. Bentuknya tidak hanya
kerjasama, tetapi juga berbentuk tindakan persaingan, pertikaian,
dan sejenisnya.Interaksi sosial merupakan hubungan yang tertata
dalam brntuk tindakan-tindakan yang berdasarkan nilai-nilai dan
norma-norma sosial yang berlaku dalam masyarakat.
5. Ikatan Tunanetra Muslim Indonesia (ITMI) Medan
Adalah sebuah organisasi yang beranggotakan orang-orang
yang mempunyai keterbatasan pada penglihatan atau yang biasa
kita sebut sebagai tunanetra. Diamana ikatan ini memiliki visi
umtuk mengembalikan manusia pada fitrohnya sebagai hamba
Allah dan Khalifah fil Ardhi dengan mengamalkan ajaran Islam

Universitas Sumatera Utara

secara khafah dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Serta misi dari ikatan ini adalah
meningkatkan

kiprah

Tunanetra

Muslim

Indonesia

dalam

mengamalkan ajaran Islam pada seluruh aspek kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
6. Jaringan Sosial
Jaringan sosial adalah suatu struktur sosial yang dibentuk
dari simpil- simpul (yang umumnya adalah individu atau
organisasi) yang dijalin dengan satu atau lebih tipe relasi spesifik
seperti nilai, visi, ide, teman dan keturunan. Analisi jaringan sosial
memandang hubungan sosial sebagai simpul dan ikatan. Simpul
adalah aktor individu didalam jaringan, sdangkan ikatan adalah
hubungan antar aktor tersebut.
Bida terdapat banyak jenis ikatan antar simpul. Penelitian
dalam berbagai bidang akademik telah menunjukkan bahwa
jarngan jejaring sosial beroperasi pada banyak tingkatan, mulai dari
keluarga hingga negara, dan memegang peranan penting dalam
menentukan cara memcahkan masalah, menjalankan organisasi,
serta derajat keberhasilan seseorang individu dalam mencapai
tujuannya.
Dalam bentuk yang paling sederhana, suatu jaingan jejaring
sosial adalah peta semua ikatan yang relevan antar simpul yang
dikaji.jaringan tersebut dapat pula digunakan untuk menentukan
modal sosial aktor individu. Konsep ini sering digambarkan dalam

Universitas Sumatera Utara

diagram jaringan sosial yang mewujudkan simpul sebagai titik dan
ikatan sebagai garis penghubungnya.

7. Kelompok Sosial
Kelompok merupakan konsep yang sangat umum dipakai dalam
sosiologi dan antropologi. Sebenarnya kelompok merupakan
kumpulan manusia yang memiliki syarat-syarat tertentu, dengan
kata lain tidak semua pengumpulan manusia dapat disebut sebagai
kelompok.

Universitas Sumatera Utara