Hubungan Beban Kerja Perawat Dengan Kualitas Pelayanan Keperawatan di Ruang Rawat Inap RSU Dr. G. L. Tobing Tanjung Morawa Tahun 2016

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Rumah sakit merupakan satu dari beberapa institusi atau organisasi pelayanan

kesehatan dengan fungsi yang luas dan menyeluruh, padat pakar dan padat modal.
Rumah Sakit melaksanakan fungsi yang luas sehingga harus memiliki sumber daya,
baik itu modal dan sumber daya manusia yang berpengalaman dan profesional.
Perawat adalah salah satu tenaga kesehatan di rumah sakit dengan pelayanan
keperawatannya. Pelayanan keperawatan meliputi pelayanan profesional dari jenis
layanan kesehatan yang tersedia selama 24 jam secara kontinyu selama masa
perawatan klien. Profesi perawat memiliki peranan penting dalam memberikan
kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit, karena jenis pelayanan yang
diberikannya dengan pendekatan biologis, psikologis, sosial, spiritual dan dilakukan
dengan berkelanjutan.
Pelayanan keperawatan adalah bagian dari sistem pelayanan kesehatan di
rumah sakit yang mempunyai fungsi menjaga mutu pelayanan, yang sering dijadikan
barometer oleh masyarakat, dalam menilai mutu rumah sakit, sehingga menuntut

adanya profesionalisme perawat dalam bekerja yang ditunjukkan oleh hasil kinerja
perawat, baik itu perawat pelaksana maupun pengelola dalam memberikan asuhan
keperawatan kepada klien. Pelaksanaan kerja perawat yang maksimal dalam
pelayanan kesehatan yang berkualitas terjadi bila sistem pelaksanaan asuhan

1

Universitas Sumatera Utara

2

keperawatan yang dilakukan mendukung praktik keperawatan profesional sesuai
standar (Wahyuni, 2007).
Sebagai pemberi jasa pelayanan kesehatan, rumah sakit beroperasi 24 jam
sehari. Rumah sakit membuat pemisahan terhadap pelayanan perawatan pasien yaitu
pelayanan pasien yang memerlukan penanganan emergency, tidak emergency dan
yang diopname. Penanganan pada pelayanan tersebut dilaksanakan oleh pekerja
kesehatan rumah sakit. Pekerja kesehatan rumah sakit yang terbanyak adalah perawat
yang berjumlah sekitar 60% dari tenaga kesehatan yang ada di rumah sakit. Perawat
merupakan salah satu pekerja kesehatan yang selalu ada di setiap rumah sakit dan

merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan rumah sakit. Perawat di rumah sakit
bertugas pada pelayanan rawat inap, rawat jalan atau poliklinik dan pelayanan gawat
darurat. Oleh karena itu kualitas pelayanan rumah sakit sangat ditentukan oleh kinerja
perawat (Hamid, 2001).
Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan formal dalam bidang
keperawatan yang program pendidikannya telah disahkan oleh pemerintah, sedangkan
perawat profesional adalah perawat yang mengikuti pendidikan sarjana keperawatan.
Keperawatan sebagai profesi terdiri atas komponen disiplin dan praktik
(Gartinah,1999).
Perawat merupakan mereka yang memiliki kemampuan dalam kewenangan
melakukan tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimilikinya yang diperoleh
melalui pendidikan keperawatan. Peran dan fungsi perawat sangat berpengaruh bagi
kelangsungan pasien dalam mempertahankan kondisi kesehatannya. Sesuai dengan

Universitas Sumatera Utara

3

peran dan fungsi perawat, perawat memiliki kemampuan dan keterbatasan dalam
menjalankan beban kerjanya. Salah satu permasalahan yang sering muncul di rumah

sakit adalah beban kerja perawat yang tidak seimbang. Sebagaimana diketahui bahwa
beban kerja yang dijalankan perawat memiliki hubungan yang signifikan terhadap
keamanan pasien. Dan bila kebutuhan tenaga perawat tidak sesuai dengan kapasitas
kerjanya maka hal ini sangat beresiko bagi kualitas pelayanan yang diberikan. Semakin
tinggi beban kerja maka ketelitian dan keamanan kerja semakin menurun (Robot, F. J.
M, 2009).
Pekerjaan seorang perawat sangatlah berat. Dari satu sisi seorang perawat
harus menjalankan tugas yang menyangkut kelangsungan hidup pasien yang
dirawatnya. Di sisi lain, keadaan psikologis perawat sendiri juga harus tetap terjaga.
Kondisi seperti inilah yang dapat menimbulkan tambahan beban kerja dan rasa
tertekan pada perawat, akibatnya kinerja mereka menjadi buruk dan secara tidak
langsung berpengaruh terhadap organisasi dimana mereka bekerja (Nursalam, 2007).
Menurut Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), sebanyak 50,9 %
perawat Indonesia mengalami stress kerja, seperti sering merasa pusing, lelah, kurang
ramah, dan kurang istirahat akibat beban kerja terlalu tinggi serta penghasilan yang
tidak memadai.
Di rumah sakit, sumber daya manusia terbanyak yang berinteraksi secara
langsung dengan pasien adalah perawat, sehingga kualitas pelayanan yang
dilaksanakan oleh perawat dapat dinilai sebagai salah satu indikator baik buruknya
kualitas pelayanan di rumah sakit.


Universitas Sumatera Utara

4

Beban kerja adalah besaran pekerjaan yang harus dipikul oleh suatu
jabatan/unit organisasi dan merupakan hasil kali antara volume kerja dan norma
waktu, diartikan sebagai suatu tehnik untuk mendapatkan informasi tentang efisiensi
dan efektifitas kerja suatu unit organisasi, atau pemegang jabatan yang dilakukan
secara sistematis dengan menggunakan analisi jabatan, teknik analisis beban kerja
atau teknik manajemen lainnya (Utomo, 2008).
Menurut Nursalam (2011) yang mempengaruhi beban kerja perawat adalah
jumlah pasien yang dirawat setiap hari di unit rawat inap, kondisi atau tingkat
ketergantungan pasien, rata-rata hari perawatan, yang dibutuhkan untuk memberikan
pelayanan langsung maupun tidak langsung terhadap asuhan keperawatan. Akibat
negatif dari permasalahan ini kemungkinan akan memberi dampak negatif terhadap
kinerja perawat.
Hasil dari rumah sakit berupa jasa pelayanan kesehatan dan kualitas yang
dihasilkan bergantung dari kemampuan mengelola sumber daya yang dimiliki secara
optimal. Pelayanan keperawatan di rumah sakit merupakan satu faktor penentu bagi

mutu pelayanan dan citra rumah sakit di mata masyarakat, sebab pelayanan
keperawatan merupakan salah satu bagian dari pelayanan utama di rumah sakit yang
memiliki pengaruh signifikan terhadap kualitas layanan rumah sakit, sebanyak 4075% pelayanan di rumah sakit merupakan pelayanan keperawatan dan hampir semua
pelayanan promosi kesehatan dan pencegahan penyakit apakah dirumah sakit atau di
tatanan kesehatan lain yang memegang peranan penting adalah tenaga keperawatan
(Gillies, 1999).

Universitas Sumatera Utara

5

Pekerjaan perawat yang dilakukan secara rutin dalam memberikan asuhan
keperawatan selama 24 jam sehari, dituntut untuk selalu memberikan asuhan
keperawatan yang baik dan benar secara berkesinambungan baik kepada individu,
keluarga, maupun masyarakat. Beban kerja yang diberikan menentukan seorang perawat
mampu melaksanakan asuhan keperawatan dengan baik, namun demikian kenyataan di
lapangan masih banyak tenaga keperawatan memiliki beban kerja melebihi dari yang
seharusnya, dengan arti mengerjakan pekerjaan lain diluar keperawatan (Ilyas, 2004).
Berdasarkan standar tentang evaluasi dan pengendalian kualitas bahwa
pelayanan keperawatan menjamin adanya asuhan keperawatan yang berkualitas tinggi

dengan terus menerus melibatkan diri dalam program pengendalian kualitas di rumah
sakit. Lima dimensi kualitas pelayanan yaitu (1) Kehandalan (reliability), berkaitan
dengan kemampuan rumah sakit untuk memberikan pelayanan sesuai dengan yang
dijanjikan secara akurat dan terpercaya melalui sumber daya manusianya yang
termasuk adalah perawat. (2) Bukti langsung (tangibles), kemampuan rumah sakit
membuktikan eksistensinya kepada pihak eksternal berupa penampilan fisik,
peralatan, personil dan media komunikasi (3) Daya tanggap (responsiveness),
berkenaan dengan kesediaan dan kemampuan perawat untuk membantu pasien dan
merespon permintaan mereka serta menginformasikan kapan pelayanan akan
diberikan dan kemudian memberikan pelayanan secara cepat dan tepat serta informasi
yang jelas pada pasien. (4) Jaminan (assurance), perilaku perawat mampu
menumbuhkan kepercayaan pasien terhadap perawat dan perawat bisa menciptakan
rasa aman bagi pasien. (5) Empati (emphaty) perawat memahami masalah pasien dan

Universitas Sumatera Utara

6

bertindak demi kepentingan pasien, serta memberikan perhatian personal kepada
pasien (Lupiodo, 2006).

Berdasarkan Permenkes No 340 tahun 2010 pasal yang ke 15 tentang
klasifikasi rumah sakit, standart pelayanan minimum rumah sakit kelas C,
perbandingan tenaga keperawatan dan tempat tidur adalah 2:3 dengan kualifikasi
tenaga keperawatan sesuai dengan pelayanan di rumah sakit.
Berdasarkan hasil penelitian Senani (2015) di Rumah Sakit Polonnaruwa Sri
Langka ditemukan bahwa 66,67 % perawat mengalami beban kerja akibat lembur
dimana hal ini mempengaruhi kualitas pelayanan keperawatan dan menyebabkan
stress pada perawat.
Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Panjaitan (2013) di
Rumah Sakit Dr. F.L Tobing Sibolga masih ditemukan perawat yang mengerjakan
pekerjaannya tidak sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya diantaranya di instalasi
rawat inap perawat masih mengambil diet pasien ke dapur, menyapu dan mengepel
lantai ruangan rawatan dan membersihkan kamar mandi, serta mengerjakan
administrasi yang bukan tugas pokok dan fungsi perawat di rumah sakit tersebut, hal
itu berpengaruh buruk terhadap kualitas pelayanan keperawatan terutama rawat inap
di rumah sakit tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian oleh Kleden (2010) tentang hubungan beban kerja
perawat dengan mutu pelayanan keperawatan di ruang rawat inap interna blud RSUD
Prof dr. W.Z. Johannes Kupang menunjukkan bahwa beban kerja di ruang rawat inap
BLUD RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang, tinggi yaitu 59,9% dan menunjukkan


Universitas Sumatera Utara

7

ada hubungan antara beban kerja perawat dengan mutu pelayanan keperawatan di ruang
rawat inap interna BLUD RSUD Prof Dr.W.Z.Johannes Kupang.
Penelitian Jandes (2004) mengatakan bahwa kecenderungan kebutuhan perawat di
RSUP. H. Adam Malik, RSU Pematang Siantar, RSU Tebing Tinggi, cenderung terjadi
penurunan kebutuhan perawat yang dihitung dengan formula lokakarya nasional
keperawatan 1983, hal ini ditandai dengan kecenderungan penurunan BOR (rata-rata
pemakaian tempat tidur) yang akan mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas
pelayanan, perubahan pola penyakit, pembiayaan dan lain-lain. Akan tetapi dalam
pelayanan keperawatan, malah ada kecenderungan penurunan kualitas oleh karena
penurunan motivasi kerja, oleh karena itu kelebihan tenaga keperawatan akan
menimbulkan kerugian ganda, yaitu tidak efisien dan kecenderungan penurunan kinerja
yang berdampak pada penurunan kualitas pelayanan (Saragih, 2004).
Pelayanan instalasi rawat inap Rumah Sakit Umum Dr. G.L. Tobing Tanjung
Morawa merupakan salah satu jenis pelayanan yang memberikan kontribusi yang
paling besar dari pelayanan lain serta tidak lepas dari potensi sumber daya

keperawatan yang sangat menentukan kualitas pelayanan yang dihasilkan. Pelayanan
keperawatan berupa bantuan yang diberikan kepada pasien karena adanya kelemahan
fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan serta kurangnya kemauan menuju kepada
kemampuan melaksanakan kegiatan hidup sehari-hari secara mandiri.
Dari sumber profil Rumah Sakit Umum Dr. G.L. Tobing Tanjung Morawa
Tahun 2015 diperoleh bahwa rumah sakit bertujuan sebagai pelayanan kesehatan
tingkat lanjutan bagi masyarakat sekitarnya. Jumlah tempat tidur sebanyak 105

Universitas Sumatera Utara

8

tempat tidur, Sumber daya manusia perawat sebanyak 89 orang yang memiliki latar
belakang pendidikan Sarjana Keperawatan sebanyak 3 orang, DIII Keperawatan
sebanyak 52 orang dan SPK sebanyak 34 orang. Jumlah perawat khusus pelayanan
rawat inap sebanyak 55 orang. Nama ruangan rawat inap dan jumlah perawat rawat inap
berdasarkan kualifikasi pendidikan dapat dilihat dalam tabel dibawah ini :
Tabel 1.1 Nama, Jumlah Tempat Tidur dan Jumlah Perawat Ruang Rawat Inap
RSU. Dr. G. L. Tobing Tanjung Morawa
Ruang Rawat Inap


RUANG ANGGREK
Super VIP
VIP
Kelas I Utama
RUANG MAWAR
Kelas I
RUANG ASOKA
Kelas II
RUANG ASTER
Kelas III Perempuan
RUANG DAHLIA
Kelas III laki-laki
RUANG ANYELIR
Kelas III Kebidanan
RUANG MELATI
Kelas II Anak
Kelas III Anak
RUANG ICU
JUMLAH


Jumlah
Tempat
Tidur

Jumlah
Kamar

S1

DIII

SPK

2
4
5

2
2
5

2

5

4

18

9

1

1

5

17

9

6

18

Bangsal

1

7

18

Bangsal

1

6

8

Bangsal

1

3

5
6
4
105

1 Kamar
1 Kamar
1 Kamar

2

7

3
20

32

3

Berdasarkan data yang diperoleh, rata-rata pemakaian tempat tidur (BOR) pada
tahun 2015 adalah sebanyak 48,47% dimana hal itu belum mencapai standart yang

Universitas Sumatera Utara

9

diharapkan, yaitu 60-85%. Hal ini memberikan gambaran bahwa kualitas pelayanan yang
diterima pasien di RSU G. L. Tobing belum sesuai dengan yang diharapkan.
Dari hasil pemantauan dan wawancara yang peneliti lakukan dengan perawat
bagian rawat inap dan Kepala Keperawatan mengatakan bahwa di ruang rawat inap
Rumah Sakit Umum Dr. G.L. Tanjung Morawa masih banyak perawat yang
mengerjakan pekerjaan tidak lagi menjadi tugas pokok fungsinya sebagai perawat seperti
perawat yang masih mengambil diet kedapur dan membagikan diet ke pasien, perawat
bekerja tidak berdasarkan uraian tugas yang telah dibuat tetapi perawat harus bekerja
sesuai dengan perintah atasannya yaitu kepala ruangan, seperti meminta segala
persetujuan tindakan medis ke distrik yang mana hal itu seharusnya dikerjakan oleh
bagian administrasi sehingga jam kerja perawat menjadi terganggu akibat menunggu
terlalu lama, perawat masih mengambil foto dari ruang rontgen.
Dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan di Rumah Sakit di dapatkan
bahwa kualitas pelayanan keperawatan rawat inap di RSU Dr. G. L. Tobing masih buruk.
Metode kerja yang dipakai adalah metode tim. dimana setiap ruangan rawat inap terdiri
dari kepala ruangan, ketua tim dan perawat pelaksana. Ketua tim membuat rencana kerja
untuk setiap perawat pelaksana yang dicatat di dalam catatan terintegrasi. Selama 24 jam
perawat pelaksana yang mengerjakan rencana kerja tersebut dan setiap tindakan yang
sudah dilakukan terhadap pasien di paraf oleh perawat pelaksana dan dilaporkan. Tetapi
dalam pelaksanaannya hanya 50 % yang dapat diselesaikan sesuai dengan rencana kerja.
Selain itu, Rumah Sakit juga melakukan survey terhadap pasien, yaitu survey kepuasan
pasien dan survey pelayanan pasien. Di survey kepuasan pasien didapatkan bahwa masih

Universitas Sumatera Utara

10

banyak keluhan yang dirasakan pasien di pelayanan keperawatan seperti air yang kotor,
kamar mandi yang bau dan tidak bersih, penerangan ruangan yang kurang, tempat tidur
yang tidak kurang bagus, TV yang tidak ada, nyamuk yang banyak dimalam hari, kipas
angin yang rusak bahkan tidak ada, menu yang belum sesuai dengan selera dan porsi
pasien. Dan menurut data survey pelayanan bahwa masih banyak perawat yang tidak
memperkenalkan diri saat melakukan pelayanan keperawatan, perawat yang kurang
senyum, sentuh dan sapa,

perawat yang kurang berkomunikasi dengan pasien,

kurangnya Informed Consent (IC) perawat dalam melakukan setiap tindakan.
Berdasarkan uraian permasalahan di atas, maka peneliti ingin meneliti lebih
lanjut tentang pengaruh beban kerja perawat terhadap kualitas pelayanan keperawatan
rawat inap di Rumah Sakit Dr. G.L.Tobing Tanjung Morawa.
1.2

Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian dan hasil wawancara diatas maka peneliti menetapkan

rumusan masalah sebagai berikut “ Bagaimana hubungan beban kerja perawat dengan
kualitas pelayanan keperawatan di Ruang Rawat Inap RSU. Dr. G.L. Tobing Tanjung
Morawa?”.
1.3

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan beban kerja perawat

dengan kualitas pelayanan keperawatan di Ruang rawat inap RSU. Dr. G.L. Tobing
Tanjung Morawa.

Universitas Sumatera Utara

11

1.4

Hipotesis
Ada hubungan beban kerja perawat dengan kualitas pelayanan keperawatan di

Ruang Rawat Inap RSU. Dr. G. L. Tobing Tanjung Morawa.

1.5

Manfaat Penelitian

1. Bagi Institusi Rumah Sakit
Sebagai masukan dalam membuat strategi untuk meningkatkan kualitas pelayanan
keperawatan di rumah sakit G.L.Tobing Tanjung morawa
2. Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan dalam bidang penelitian khususnya tentang beban kerja
perawat terhadap kualitas pelayanan keperawatan di ruang rawat inap rumah sakit.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Untuk bahan informasi bagi peneliti selanjutnya yang berminat untuk menindak
lanjuti hasil penelitian ini, yaitu mengenai beban kerja perawat terhadap kualitas
pelayanan keperawatan.

Universitas Sumatera Utara