Fenomena Itasha Dalam Kehidupan Masyarakat Jepang Dewasa Ini Genzai Nihonshakai No Seikatsu Ni Okeru Itasha No Gensou

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Jepang adalah negara maju yang terkenal dengan perkembangan teknologi yang sangat
cepat, namun tidak begitu saja meninggalkan budaya lama yang sudah lama melekat di kalangan
masyarakatnya.Meski masyarakat Jepang sangat menjaga budaya dan tradisi dari leluhurnya,
mereka tidak begitu saja menolak tren yang masuk dari luar atau bahkan diciptakan oleh
masyarakat muda Jepang sendiri.Dapat kita lihat dari banyaknya tren baru terutama di kalangan
remaja Jepang.Tren ini tidak hanya menyebar di kalangan masyarakat Jepang sendiri, bahkan
banyak negara-negara di dunia yang ikut-ikutan dan juga banyak masyarakat remaja di dunia
yang menjadikan Jepang sebagai kiblat dalam tren dunia modern. Sebagai contoh misalnya gaya
berpakaian ala Harajuku, seni musik visual kei, dan juga salah satunya adalah tren itasha yang
belum lama ini menjadi fenomena yang marak di Jepang.
Menurut

Ade

Sutriany

dalam


https://adesutriany.wordpress.com/2014/03/13/all-about-ita-

itashaitanshaitachari/, istilah itasha (イタ車) awalnya merupakan singkatan dari Itaria-sha (イタ

リア車) adalah mobil yang diimpor dari Italia yang digunakan dalam parade dan dihias dengan
stiker-stiker bergambar anime.Namun kemudian, oleh remaja Jepang istilah tersebut berubah
menjadi itasha (痛車). Istilah ini merupakan hasil penggabungan kata bahasa Jepang itai (痛い,
sakit) dan sha (車, kendaraan). Itai di sini dapat diartikan sebagai “tersakiti karena malu” atau
“menyakitkan dompet” akibat tingginya biaya yang diperlukan. Kini itasha dengan arti demikian
hanya digunakan sebagai permainan kata-kata saja.

1
Universitas Sumatera Utara

Pada umumnya, jika dulu itasha hanya ada khusus untuk parade atau acara-acara tertentu,
kini di Jepang itasha bisa kita lihat di beberapa jalanan besar, di tempat parkir umum dan pusatpusat hiburan di Tokyo dan kota-kota besar lainnya. Selain itu banyak juga remaja di Jepang
yang membuat komunitas itasha dan melakukan pertemuan mingguan untuk memajang mobil
mereka di tempat parkir umum, tempat hiburan atau hanya sekedar jalan-jalan keliling kota di
malam hari.

Salah satu tempat berkumpulnya itasha di Jepang adalah di Akihabara, Tokyo. Ada
sebuah gedung besar bernama Akihabara Urban Development X yang merupakan salah satu
gedung terbesar di Akihabara, memiliki lahan parkir yang cukup luas dan setiap minggunya
dijadikan tempat berkumpulnya itasha dari seluruh Tokyo atau bahkan dari luar kota. Di tempat
ini kita bisa melihat ratusan atau bahkan ribuan mobil itasha setiap minggunya yang mayoritas
dimiliki oleh para remaja otaku Jepang.Selain itu, sering juga terlihat para remaja ini bercosplay
dari sekedar hanya untuk mengambil foto sampai berperan menjadi tokoh pada mobil yang
dibuat menjadi itasha itu sendiri.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, penulis bermaksud meneliti mengenai
fenomena itasha yang populer di Jepang, terutama pada masyarakat Jepang dewasa ini melalui
skripsi yang berjudul “Fenomena Itasha dalam Kehidupan Masyarakat Jepang Dewasa ini”.

1.2

Perumusan Masalah
Fenomena itasha di Jepang yang semakin marak di masyarakat khususnya di kalangan

otaku dan remaja Jepang bahkan sampai ke luar negeri menjadi sebuah tren yang fenomenal di
masyarakat dewasa ini.Jika kita melihat perkembangannya, Itasha menjadi heboh seiring


2
Universitas Sumatera Utara

berkembangnya pop culture di Jepang, termasuk salah satu gaya hidup yang diikuti para otaku
sebagai bagian dari cara mereka mencintai idolanya. Para otaku yang mengidolakan karakter
game, anime, atau idol grup menghias mobil mereka sesuai dengan karakter idola mereka dan
memamerkannya di kota-kota besar. Tidak jarang pada akhir minggu melintas beberapa mobil
itasha di jalanan kota Tokyo dan di beberapa parkiran gedung-gedung besar tempat mobil itasha
berkumpul.
Fenomena itasha yang berkembang begitu cepat tentu saja memiliki dampak yang
signifikan terhadap gaya hidup masyarakat Jepang khususnya para otaku yang hidup di
perkotaan. Memiliki kendaraan yang bertema karakter anime, game atau idola yang mereka
cintai adalah salah satu kebanggaan tersendiri bagi mereka. Selain itu masih banyak juga dampak
lain yang ditimbulkan dari fenomena itasha yang terjadi di Jepang dewasa ini.
Berdasarkan penjelasan tersebut, penulis merumuskan beberapa masalah yang berdasar
dari latar belakang sebagai berikut:
1. Bagaimana perkembangan itasha di Jepang dewasa ini?
2. Bagaimana manfaat yang ditimbulkan oleh fenomena itashaterhadap
masyarakat Jepang dewasa ini?


1.3 Ruang Lingkup Pembahasan
Masalah yang akan dibahas dalam itasha memiliki cakupan yang cukup luas apabila kita
melihat dari banyak aspek. Berdasarkan rumusan masalah, penulis telah merumuskan poin-poin
yang akan dibahas yaitu tentang perkembangan itasha di Jepang dewasa ini dan manfaatnya
terhadap kehidupan masyarakat Jepang.

3
Universitas Sumatera Utara

Agar masalah yang akan dibahas lebih terarah, penulis membatasi ruang lingkup
pembahasan, sehingga dapat memudahkan dalam menganalisa topik permasalahan. Untuk
mendukung pembahasan pada Bab II akan dikemukakan juga tentang pengertian itasha, sejarah
itasha, dan perkembangannya dalam masyarakat Jepang.

1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori
1.

Tinjauan Pustaka
Fenomena sebagai bagian hidup masyarakat telah menyebar luas seiring berjalannya


waktu.Fenomena sendiri dapat diartikan sebagai hal yang luar biasa dalam kehidupan di dunia,
dapat terjadi dengan tidak terduga dan tampak mustahil dalam pandangan manusia.Suatu
peristiwa yang tidak biasa tapi sering terjadi pada alam atau makhluk.Fenomena secara sosial
dapat diartikan sebagai kondisi dimana manusia menganggap segala hal yang dialaminya adalah
sebuah kebenaran absolut (http://ririputriramadani.blogspot.com/2013/10/lebih-dari-500-katauntuk-fenomena.html).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, fenomena diartikan sebagai hal-hal yang
dinikmati oleh panca indra dan dapat ditinjau secara ilmiah (Depdikbud, 1996: 227).
Dilihat dari banyaknya fenomena yang terjadi di Jepang, itasha sendiri merupakan
fenomena yang masih terbilang baru menjadi tren.Itasha, oleh masyarakat Jepang dewasa ini
memiliki perngertian sebagai mobil yang dihias dengan tema tokoh anime, game atau idola.
Meski sebenarnya budaya menghias mobil telah lama ada di Jepang, tapi itasha baru menjadi
fenomenal belum lama ini, dikarenakan karena dulu masyarakat Jepang tidak terlalu banyak
yang menggunakan kendaraan pribadi dan karena mahalnya biaya untuk membeli accessories
mobil, juga karena menurut masyarakat melakukan itu hanyalah sebuah pemborosan.

4
Universitas Sumatera Utara

Menurut


Bobby

Pradoto

dalam

http://obioto.blogspot.co.id/2011/06/pop-culture-

itasha.html,dekorasi mobil itasha dimulai tahun 1980-an dengan plushies karakter dan

stiker, tetapi kemudian menjadi fenomena di abad ke-21, ketika budaya otaku menjadi relatif
dikenal melalui Internet. Laporan awal dikenal kendaraan dekorasi dalam konvensi dimulai pada
2005-08, di Comic Market. Lalu mulai dari sanalah banyak bermunculan mobil-mobil itasha
yang pada umumnya hanya muncul pada acara-acara pameran.Dalam event internasional, pada
Super GTSeason 2008, Studio GLAD racing mengikutsertakan sebuah BMW Z4 dengan corak
bergambar Hatsune Miku.Semenjak saat itu pameran mobil di Jepang selalu diisi oleh beberapa
mobil itasha yang tidak pernah absen dari event nasional hingga internasional.
Itasha yang berkembang di Jepang didasari oleh pop culture yang berkembang di
masyarakat Jepang dewasa ini.Pop culture sendiri memiliki peran yang kuat terhadap
kebudayaan dan kehidupan sosial masyarakat Jepang. Menurut Storey (2006: 15),


pop

culturememiliki beberapa definisi. Definisi kuantitatif, yaitu budaya yang dibandingkan dengan
budaya luhur yang lebih disukai. Definisi lain menjelaskan pop culture sebagai budaya massa
atau budaya autentik masyarakat. Storey juga mengatakan bahwa pop culture adalah budaya baru
yang melewati batas-batas kebudayaan dan menekankan pada kekuatan dan relasi yang
menopang perbedaan-perbedaan tersebut seperti misalnya sistem pendidikan.Dari beberapa teori
yang dijelaskan oleh Storey penulis mengambil kesimpulan bahwa pop culture adalah budaya
baru yang lebih disukai masyarakat daripada budaya luhur atau budaya terdahulu yang telah
berkembang di masyarakat.

2.

Kerangka Teori
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan fenomenologi. Fenomena berasal

dari bahasa Yunani: Phainomenon yang berarti “apa yang terlihat”. Fenomenologi berarti ilmu
5
Universitas Sumatera Utara


pengetahuan (logos) tentang apa yang terlihat (phainomenon). Jadi, fenomenologi itu
mempelajari tentang apa yang tampak atau menampakkan diri (Endraswara 2006: 65).
Menurut Endraswara (2006: 65) pendekatan fenomenologi lebih menekankan pada
rasionalisme dan realitas budaya yang ada.Fenomenologi berusaha memahami budaya lewat
pandangan pemilik budaya atau pelakunya.
Menurut teori fenomenologi tersebut, penulis bependapat bahwa dengan pendekatan
fenomenologi, penulis dapat lebih mudah meneliti bagaimana pandangan dan pengalaman
masyarakat Jepang terhadap fenomena itasha yang terjadi khususnya di Jepang.
Selain fenomenologi, penulis juga menggunakan pendekatan sosiologi. Pendekatan
merupakan landasan kajian studi atau penelitian, sedangkan pengertian sosiologi menurut Allan
Johnson adalah ilmu yang mempelajari kehidupan dan perilaku terutama dalam kaitannya
dengan suatu sistem sosial dan bagaimana sistem tersebut mempengaruhi orang dan bagaimana
pula

orang

yang

terlibat


didalamnya

mempengaruhi

sistem

tersebut

(http://www.abimuda.com/2015/03/20-pengertian-sosiologi-menurut-para-ahli.html).Sedangkan
pendekatan sosiologi menurut Soekanto (2009: 39) menyatakan bahwa sosiologi adalah ilmu
yang mempelajari struktur sosial, proses sosial, termasuk perubahan sosial dan masalah sosial.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pendekatan sosiologi adalah landasan kajian sebuah studi
atau penelitian untuk mempelajari kehidupan dan perilaku terutama kaitannya dengan suatu
sistem sosial dan bagaimana sistem tersebut mempengaruhi orang dan bagaimana pula orang
yang terlibat di dalamnya mempengaruhi sistem tersebut.
Dengan pendekatan ini, maka dapat ditinjau interaksi kehidupan bermasyarakat Jepang,
reaksi masyarakat terhadap sebuah tren, budaya atau fenomena baru yang muncul dalam

6

Universitas Sumatera Utara

masyarakat, bagaimana peran interaksi antar masyarakat atau kelompok dalam menyebarluaskan
sebuah tren serta bagaimana pengaruhnya dalam kehidupan sosial masyarakat Jepang.

1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.

Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui perkembangan itasha di Jepang dewasa ini.
2. Untuk mengetahui manfaat yang ditimbulkan oleh fenomena itashaterhadap
masyarakat Jepang dewasa ini.

2.

Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Menambah wawasan tentang itasha, khususnya di negara asalnya, Jepang.
2. Menambah pengetahuan tentang bagaimana munculnya itasha sehingga bisa

menjadi sebuah tren.
3. Menambah pengetahuan tentang salah satu budaya pop Jepang yang belum lama
juga menjadi gaya hidup masyarakat khususnya para otaku.
4. Menambah pengetahuan tentang tren yang berkembang di kalangan masyarakat
Jepang dewasa ini.

1.6

Metode Penelitian

7
Universitas Sumatera Utara

Metode penelitian adalah cara untuk menemukan, mengembangkan dan menguji masalah
yang dihadapi (Hamdi, 2005: 4).
Penulis menggunakan metode deskriptif sebagai metode dasar dalam penelitian
ini.Menurut Hamdi (2005: 5) metode deskriptif merupakan metode penelitian yang ditujukan
untuk menggambarkan fenomena-fenomena yang ada dan berlangsung pada saat ini atau saat
yang lampau. Menurut Koentjaraningrat (1976: 30), penelitian yang bersifat deskriptif
memberikan gambaran yang secermat mungkin mengenai suatu individu, keadaan, gejala, atau
kelompok tertentu.
Selain metode deskriptif, penulis juga menggunakan metode kepustakaan.Metode
kepustakaan adalah mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan penelitian yaitu dengan
membaca literature atau buku yang ada di perpustakaan (Hamdi, 2005: 50).
Penulis dalam pengumpulan data memanfaatkan fasilitas yang ada di perpustakaan
Universitas Sumatera Utara dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera
Utara.Penulis juga mengumpulkan data dari koleksi pribadi. Di samping itu, penulis juga
memperoleh data-data dari media online yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti.
Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pemilihan topik dan judul penelitian.
2. Merumuskan masalah yang ingin diteliti.
3. Menyusun kerangka teori.
4. Melakukan studi pustaka.
5. Mengumpulkan data
6. Menganalisis data
7. Menggunakan referensi.

8
Universitas Sumatera Utara