Analisis Semiotik Parjambaran Pada Upacara Adat Saurmatua Di Kecamatan Doloksanggul, Kabupaten Humbang Hasundutan Chapter III V

BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian adalah suatu proses mencari sesuatu secara sistimatis
dalam beberap waktu yang relatif lama dengan menggunakan metode ilmiah serta
aturan berlaku. Metode untuk merumuskan ide dan pikiran secara ilmiah
didasarkan pada pendekatan secara ilmiah,hal ini berarti bahwa metode penelitian
diperlukan dalam mencapai sebuah sasaran penelitian, seperti Sudaryanto (1993 :
25) yang mengatakan bahwa metode penelitian sangat dibutuhkan untuk
menuntun seorang peneliti menuju sebuah kebenaran dan juga menuntun pada
kajian penelitian.
3.1 Metode Dasar
Metode dasar yang digunakan penulis dalam penyusunan skripsi ini adalah
metode deskriptif.
Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecah masalah yang
diselidiki dengan menggambarkan/melukiskan keadaan objek/subyek penelitian
(seseorang, lembaga, masyarakat, dan lain-lain), pada saat sekarang berdasarkan
fakta-fakta yang tampak sebagaimana adanya. (Nanawi 1991 :63). dalam metode
deskriptif, penulis akan berusaha mengungkapkan dan memaparkan hasil yang
sebenarnya sesuai dengan keadaannya sekarang.
Penelitian deskriptif ini lebih bersifat penemuan fakta-fakta seadanya,
penelitian yang tidak sekedar menunjukkan distribusinya, akan tetapi termasuk

dalam usaha mengemukakan satu dengan yang lainnya di dalam aspek-aspek yang
diselidiki.

Universitas Sumatera Utara

Peranan narasumber sangat menentukan keakuratan data yang diperoleh
peneliti. Untuk mendapat hasil yang baik, narasumber tersebut harus benar-benar
mengetahui kebudayaannya. Pemilihan narasumber didasarkan pada persyaratanpersyaratan berikut:
1. Berjenis kelamin pria dan wanita
2. Lahir dan besar di daerah penelitian.
3. Berusia antara 30-70
4. Memiliki kebanggaan terhadap kebudayaannya.
5. Masyarakat yang mengetaui dengan jelas tentang seluk-beluk adatistiadat.
6. Mempunyai ketertarikan didalam penelitian mengenai kebudayaan
dan,
7. Sehat jasmani (tidak cacat berbahasa dan memiliki pendengaran yang
baik) dan rohani( tidak gila atau pikun) (Mahsun, 1995: 25)

3.2 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian penulis berada di Kecamatan Doloksanggul, Kabupaten

Humbang Hasundutan. Alasan penulis memilih lokasi penelitian ini adalah karena
mayoritas penduduknya adalah Masyrakat suku Batak Toba dan juga dikarenakan
masyarakatnya masih melaksanakan upacara tersebut.

Universitas Sumatera Utara

3.3 Sumber Data Penelitian
Adapun sumber data penulisan ini adalah :
a.

Pengetua adat dan masyarakat setempat yang dijadikan penulis sebagai
informan dalam melakukan penelitian langsung kelapangan dan bertanya
langsung kepada pengetua adat dan masyarakat setempat agar penelitian yang
didapat lebih konkret dan bisa dipertanggung jawabkan agar tidak terjadi
kesalahan pemahaman masyarakat Toba yang ada di lokasi tersebut.

b. Penelitian kepustakaan dengan cara mencari sumber data dari buku-buku
yang sesuai dengan judul skripsi ini. Penelitian ini menggunakan referensi
yang berhubungan dengan buku-buku yang digunakan penulis dalam
penyelesaian skripsi ini.

3.4 Instrumen Penelitian
Sumber data penelitian ini adalah data lapangan yang melalui wawancara
dengan beberapa informan yang tinggal di desa tersebut. Dalam melakukan
wawancara dengan informan, penulis menggunakan instrument penelitian berupa
daftar yang diajukan penulis dalam melakukan wawancara dengan informan.
Alat bantu yang digunakan yaitu:
1. Alat rekam (tape recorder)
2. Kamera digital
3. Pulpen
4. Buku tulis.

Universitas Sumatera Utara

3.5 Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data lapangan antara lain :
1. Metode observasi yaitu penulis langsung kelapangan melakukan pengamatan
terhadap objek penelitian.
2. Metode wawancara (Depth interview) digunakan untuk memperoleh
informasi tentang upacara kepada tokoh-tokoh adat yang ada di Kecamatan
Doloksanggul. Wawancara ini juga akan menggunakan pedoman wawancara

yang telah dipersiapkan dan disusun terlebih dahulu.
3. Metode Kepustakaan (library research) yaitu pengumpulan data melalui
buku-buku yang berhubungan dan berkaitan dengan penelitian tersebut.
Metode ini dilakukan untuk mendapatkan sumber acuan penelitian, agar data
yang didapatkan dari lapangan dapat diolah semaksimal mungkin sesuai
dengan tujuan yang digariskan. Dalam metode ini penulis mencari buku-buku
pendukung yang berkaitan dengan masalah penelitian.

3.6 Metode Analisis Data
Analisis data merupakan proses pengaturan data, mengorganisasikannya
ke dalam suatu pola, kategori dari suatu uraian dasar. Dalam penelitian ini data
yang diperoleh akan diolah dan dianalisis secara kualitatif. Metode atau cara
mengelola data mentah sehingga menjadi data yang akurat dan ilmiah dipakai
dengan metode struktural.
Adapun langkah-langkah metode analisis data ini adalah sebagai berikut :
a. Menerjemahkan data yang di peroleh dari bahasa daerah ke bahasa Indonesia.

Universitas Sumatera Utara

b. Data diklasifikasikan sesuai dengan objek pengkajian.

c. Menganalisis fungsi simbol-simbol parjambaran pada upacara adat
saurmatua pada etnik Batak Toba.
d. Menganalisis makna simbol-simbol parjambaran pada upacara adat
saurmatua pada etnik Batak Toba.

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1

Tahapan-Tahapan Parjambaran dalam Upacara Adat Saurmatua di
Kecamatan Doloksanggul, Kabupaten Humbang Hasundutan.
Masyarakat Batak khususnya masyarakat Batak Toba mengenal

parjambaran sebagai bagian dari beberapa upacara adat yang masih dilaksanakan
sampai saat ini, dan Parjambaran ini dilaksanakan sebagai bentuk penghormatan
pada semua kerabat keluarga, baik dari pihak laki-laki maupun pihak perempuan
atau dari keluarga ayah maupun keluarga ibu, yang di bentuk dalam struktur

dalihan na tolu sebagai falsafah masyarakat Batak Toba.
Upacara adat saurmatua merupakan upacara adat yang masih
menggunakan parjambaran sebagai bagian dari upacara adat tersebut. Kata
saurmatua adalah sebuah rujukan status orang tua yang sudah mempunyai anak
laki-laki dan anak perempuan di mana semua anaknya sudah menikah dan orang
tua tersebut sudah mendapat cucu dari anak-anaknya yang telah menikah.
Setiap individu pada masyarakat Batak, khususnya masyarakat
Batak Toba, memiliki keinginan dan menjadi falsafah secara individual yaitu
hasangapon (harga diri), hamoraon (kekayaan) dan hagabeon (beranak cucu),
dan hal itu sangat terlihat jelas pada pengertian saurmatua yang diaplikasikan
pada upacara adat saurmatua melalui pembagian jambar juhut atau parjambaran
kepada setiap elemen dalihan na tolu.

Universitas Sumatera Utara

Penulis menemukan beberapa tahapan dalam sebuah upacara adat
saurmatua sebelum masuknya ke tahapan parjambaran yaitu dimulai dari :
4.1.1 Manghatahatai
Tahap awal adalah tahapan manhatahatai, yaitu tahapan yang pertama sekali
dilaksanakan oleh sanak-saudara dan keluarga dekat almarhum ketika baru

mengetahui saudara mereka telah meninggal dunia. Mereka akan berkumpul dan
membuat rapat kecil untuk berbagi tugas untuk memberitahukan kabar duka cita
kepada pihak hulahula (saudara semarga dari pihak perempuan) , hasuhuton
(saudara semarga dari pihak laki-laki), dan boru (saudara perempuan dari pihak
laki-laki).

4.1.2 Mandungoi
Tahapan berikutnya adalah tahapan mandungoi, yaitu tahapan masyarakat
setempat dan sanak saudara beserta keluarga datangan melayat/bermelek-melekan
dengan keluarga almarhum. Keluarga/kerabat yang datang, biasanya pada malam
hari. Hal ini dikarenakan salah satu faktor pekerjaan, karena di daerah Kecamatan
Doloksanggul, masyarakat disanalebih memilih berkerja pada siang hari, dan pada
malam hari mereka memilih istirahat. Akan tetapi jika ada salah seorang yang
meninggal di masyarakat itu maka orang-orang lebih banyak berdatangan pada
malam hari, dan tahap ini disebut dengan mandungoi, dikatakan mandungoi
memiliki arti membangunkan orang yang sedang tidur. Namun pada hakikatnya
kata tidur mengartikan kata mati atau meninggal dunia.

Universitas Sumatera Utara


4.1.3 Marriaraja
Tahapan selanjutnya adalah marriaraja, yang artinya berkumpulnya raja-raja dari
setiap elemen struktur dari dalihan na tolu melakukan musywarah bersama untuk
kelanjutan pelaksanaan upacara adat kepada almarhum. Marriaraja akan
dilakukan setelah raja-raja dari setiap elemen dari daliha na tolu almarhum datang
melayat dan menghadiri undangan dari hasuhuton untuk acara pelaksanaan
marriaraja. Pelaksanaan marriaraja dilaksanakan mulai dari jam 19.00 WIB dan
dihadiri oleh semua elemen dalihan na tolu beserta dongan sahuta, marriaraja
terdiri atas :

4.1.3.1 Hulahula Pangalapan Boru
Hulahula pangalapan boru adalah saudara kandung/semarga dari istri
alamarhum jika baoa ‘laki-laki’ yang meninggal. atau saudara kandung/semarga
almarhum borua ‘wanita’. Saudara semarga istri almarhum menjadi pihak
hulahula yang paling dekat kepada almarhum. Karena pihak keluarga dari istri si
suami adalah pihak pemberi dara/gadis. Ada anggapan dalam masyarakat Batak
Toba, bahwa “sambola langit do pasupasu ni tulang” terjemahannya sebesar
langit yang mengitari bumilah berkat yang dari paman. Jadi hulahula pangalapan
boru adalah ‘tulang’paman’ anaknya almarhum.


4.1.3.2 Hulahula na Mamupus
Hulahula na mamupus adalah saudara kandung/semarga dari istri ayah
almarhum jika yang meninggal adalah baoa’lakilaki’ atau saudara semarga dari
ayah suami almarhum jika yang meninggal adalah borua’wanita’. Mereka menjadi

Universitas Sumatera Utara

pihak pemberi dara/gadis kepada ayah almarhum laki-laki. Almarhum atau suami
almarhum (jika istrinya yang meninggal) adalah bere ‘keponakan’ dari hulahula
mamupus. Almarhum akan memanggil tulang kepada hulahula mamupus.

4.1.3.3 Tulang Rorobot
Tulang rorobot adalah saudara laki-laki kandung/saudara semarga dari
ibunya istri almarhum jika yang meninggal adalah baoa’laki-laki’ atau saudara
laki-laki kandung/saudara semarga dari ibunya almarhum jika yang meninggal
adalah borua’wanita’. Tulang rorobot menjadi pemberi berkat kepada istri
almarhum jika yang meninggal adalah baoa’lakilaki’ atau kepada almarhum jika
yang meninggal adalag borua’wanita’. Suami dari almarhum borua’wanita’ yang
meninggal memanggil tulang rorobot kepada saudara semarga pamanya istri.


4.1.3.4 Bona Tulang
Bona tulang adalah pamanya ayah almarhum laki-laki, bona tulang
menjadi pihak hulahula yang sudah ada sebelum almarhum lahir. Pihak hulahula
ini dipanggil dengan sebutan kakek oleh almarhum kepada bona tulang. Bona
Tulang memiliki posisi sebagai sumber garis keturunan almarhum laki-laki. Bona
tulang sangat di hargai pada posisinya di tengah adat, dan bona tulang akan tetap
memberkati keturunan berena ‘keponakannya’, yaitu ayah almarhum.

Universitas Sumatera Utara

4.1.3.5 Bona ni ari
Bona ni ari adalah saudara semarga dari paman kakek almarhum jika yang
meninggal adalah baoa ‘laki-laki’ atau pamannya kakek dari suami almarhum jika
yang meninggal adalah borua ‘wanita’. Bona ni ari adalah pihak pemberi
dara/gadis kepada ayah kakek almarhum jika yang meninggal adalah baoa ‘lakilaki’ dari bona ni ari lah sumber keturunan dari almarhum. Merekalah yang
memberkati kakek almarhum, maka hasuhuton/almarhum jika yang meninggal
adalah baoa ‘laki-laki’. sangatlah wajar menghormati pihak pemberi gadis yang
menjadi sumber garis keturunan semarga dari almarhum laki-laki dan yang
sekalihus memberkati mereka.


4.1.3.6 Hulahula ni Anak Namanjae
Hulahula ni anak namanjae adalah saudara semarga dari istri anak-anak
hasuhuton/almarhum laki-laki. Mereka yang menghibur dan memberikan
kekuatan supaya tidak merasakan kesedihan melainkan mereka menjadi pengganti
almarhum. Posisi hasuhuton pada saat itu adalah menjadi boru’anak gadis’ dari
pihak hulahula na manjae, artinya hulahula na manjae ikut berduka atas
meninggalnya mertua dari anak gadis mereka. Anak gadis mereka yang akan
menjadi pelengkap jika suatu saat pihak hulahula na manjae mengalami hal yang
sama seperti almarhum dan mereka juga yang nantinya membantu baik secara
moril maupun materil.

Universitas Sumatera Utara

4.1.3.7 Hulahula ni Anak Na Marhahamaranggi
Hulahula ni anak namarhahamaranggi adalah kelompok saudara semarga
dari abang kandung/adek kandung almarhum jika yang meninggal adalah baoa
‘laki-laki’. Mereka datang menghibur helana ‘menantu’ atas kepergian salah
seorang saudara kandung dari hela nya. Hulahula ni anak na marhahamaranggi
adalah kelompok pihak semarga dari setiap istri saudara kandung almarhum jika
yang meninggal adalah laki-laki. Saudara kandung almarhum laki-laki akan
memanggil mereka dengan sebutan tulang.

4.1.3.8 Boru Suhut
Boru suhut adalah anak gadis/perempuan kandung dari hasuhuton. Jika
yang meninggal adalah baoa ‘laki-laki’, atau saudara semarga dari suami
almarhum jika yang meninggal adalah borua’wanita’. Boru suhut yang sudah
berkeluarga akan datang bersama keluarganya. Boru dalam adat dalihan na tolu
berposisi sebagai penerima harta ibu nya berupa uang, emas, dan harta benda
lainnya. Merekalah yang membantu jalannya pelaksanaan acara adat saurmatua
ini, baik dengan moril maupun materil.

4.1.3.9 Boru Hatopan
Boru Hatopan adalah saudara perempuan dari ayah almarhum atau yang
disebut dengan ito ‘saudara perempuan’ almarhum jika yang meninggal adalah
laki-laki. Bibi almarhum laki-laki sebagai saudara perempuan almarhum adalah
yang selalu membantu dan melengkapi kebutuhan almarhum semasa hidupnya

Universitas Sumatera Utara

sebelum marhasohotan ‘menikah’, begitu juga sesudah menikah. Dan hasuhuton
termasuk almarhum laki-laki memberkati anak-anak dari ito atau boru hatopan,
karena hasuhuton berposisi sebagai tulang kepada semua anak-anak (anak lakilaki dan perempuan) boru hatopan. Boru hatopan yang selalu menyayangi
almarhum begitu juga sebaliknya, makanya dalam dalihan na tolu ada di sebutkan
elek marboru yaitu harus mengayomi saudara perempuannya. Sehingga dalam
segala sesuatu kebutuhan hasuhuton, harus siap selalu bermurah hati atau
mengayomi pihak perempuannya.

4.1.3.10 Boru Hatopan Dua
Boru hatopan dua adalah sauadara perempuan kandung dari ayah
almarhum laki-laki. Boru hatopan menjadi namboru/bibi hasuhuton dan boru
hatopan 2 akan memanggil bapa kepada hasuhuton karena hasuhuton sudah di
anggap sebagai ayah dalam bentuk penyembahan hulahula secara adat dalihan na
tolu. Karena boru dalam sebuah keluarga akan memanggil saudara laki-lakinya
menjadi hulahula karena mereka yang mengijinka kepada siapa dia akan menikah
dan juga yang akan memberkati anak-anak dari boru hatopan dalam adat dalihan
na tolu.

4.1.3.11 Parsaut
Parsaut adalah saudara semarga dari almarhum jika yang meninggal
adalah baoa ‘laki-laki’. Parsaut di panggil dengan sebutan dongan tubu. Parsaut
‘orang yang menyiapkan’ adalah yang menyiapkan jalannya sebuah acara

Universitas Sumatera Utara

termasuk acara adat saurmatua. Ada kalimat yang menjadi kontras pada
pelakasanaan sebuah upacara adat yang sifatnya membangun yaitu “Halaki do na
pasauthon uloan i” artinya merekalah yang menyiapkan acara itu, sehingga posisi
dari parsaut menunjukkan berjalannya sebuah acara adalah arahan dari parsaut
yang sudah di bicarakan pada saat marriaraja.

4.1.3.12 Panamboli
Panamboli adalah saudara semarga dari ayah almarhum laki-laki. Mereka
yang menjadi ayah dari hasuhoton maka panamboli harus dihormati, panamboli
diartikan sebagai sekelompok orang yang menyembelih, sedangkan panambol
adalah sebutan secara individu. Dalam posisinya sebagai adat dalihan na tolu,
panamboli bermakna menyembelih artinya segala sesuatu kegiatan atau pekerjaan
, jika ada yang mengganggu maka panamboli akan menghadapinya.

4.1.3.13 Pangalapa
Pangalapa adalah saudara semarga dari kakek almarhum laki-laki.
Pangalapa yang menjadi ayahnya ayah almarhum, berposisi sebagai orang tua
yang selalu menjaga dan menjadi perlindungan hasuhuton jika segala sesuatu
yang mengganggu hasuhuton datang, dan pangalapa adalah yang akan
melindunginya. Pangalap dalam adat dalihan na tolu sudah dipercayai sebagai
orang tua yang memahami dan mengerti adat.

Universitas Sumatera Utara

4.1.3.14 Panungkunan
Panungkunan adalah saudara semarga dari ayah kakek almarhum laki-laki.
Panungkunan adalah orang tertua yang semarga dan yang paling dihormati.
Hasuhuton tanpa panungkunan akan susah melaksanakan acara adat. Mereka di
panggil amang mangulahi oleh hasuhuton, karena hasuhuton sudah dianggap anak
sendiri dan panungkunan sebagai orang tertua akan di selalu di hormati. Fungsi
panungkunan adalah menjadi pemberi arahan jika hasuhuton kurang mengerti
melaksanakan acara itu dan kepada panungkunan lah mereka marpanungkun
‘bertanya’.

4.1.3.15 Hasuhuton
Hasuhuton adalah kelompok saudara semarga almarhum dan yang paling
berposisi pada hasuhuton ini adalah anak-anak dan saudara kandung almarhum.
Merekalah yang menjadi raja pada pelaksanaan upacara adat saurmatua itu.
Hasuhuton lah yang sedang berduka dan akan melaksanakan upacara adat dengan
bimbingan dan arahan dari parsaut, panambol, pangalapa dan panungkun.
4.1.3.16 Dongan Sahuta
Dongan sahuta adalah saudara/dekat atau kerabat satu kampung. Mereka
yang menjadi rekan dan yang menjadi sahabat almarhum. Ada sebuah
perumpamaan dalam masyarakat Batak mengatakan, “jonok dongan tubu un
jonokan do dongan sahuta” artinya sudah dekat saudara kandung kepada kita tapi
lebih dekat saudara sekampung, atau kerabat kepada kita. Hal ini sudah
dimaklumi oleh setiap individu dalam masyarakat Batak khususnya Toba karena

Universitas Sumatera Utara

ada perumpamaan yang mengatakan “ hau na jonok do marsiososan” artinya
pohon yang dekat yang akan saling bergesekan”. Pepatah ini bermakna saudara
dekat seperti keluarga yang sering mengalami perdebatan hingga akhirnya ada
jarak.

Pada saat marriaraja, pihak dari dongan Tubu yaitu pihak hasuhuton akan
membuat kesepakatan sesama dongan tubu dan boru almarhum mengenai apa
program yang akan dilaksanakan Hasuhuton bersama boru pada upacara adat
yang akan dilaksanakan, dan Hasuhuton bersama semua dongan tubu meminta
pencerahan dari pihak hulahula, berikut adalah poin-poin yang akan dipaparkan
pada saat marria raja.
-

Riwayat hidup singkat almarhum

-

Jumlah anak dari almarhum, serta .

-

Status anak (menikah berapa,dan yang belum menikah berapa ?).

-

Tempat pemakaman.

-

Ternak boan yang akan menjadi simbol tanda pada parjambaran.

-

Pelaksanaan mompo (memasukkan jenazah dalam peti mayat).

-

Acara partuat ni natua-tua (hari pemakaman).

-

Acara mangarapot

-

Ungkap hombung

Kemudian pihak hulahula akan memberikan tanggapan mengenai permintaan dari
hasuhuton mengenai acara tersebut dan pada saat itu lah di tetapkan jenis seperti
apa jenis dari almarhum, apakah almarhum masuk kedalam kategori sarimatua

Universitas Sumatera Utara

kah, atau saurmatua kah atau yang lainnya. Setelah marriaraja

selesai

dilaksanakan, maka boru bersama hasuhuton akan mengadakan makan bersama
(mardaon pogu) dengan semua elemen dalihan na tolu. Makanan yang di makan
bersama disebut dengan galang ni namate yaitu sebagai bentuk terakhir almarhum
memberikan makan masyarakatnya sebagai bentuk penggalangan terakhir
almarhum pada elemen dalihan na tolu.

4.1.4 Mompo.
Sesuai hasil dari acara marriaraja, tahap selanjutnya yang dilaksanakan
adalah

mompo (memasuk kan jenazah ke dalam jabujabu na (peti mayat)).

Mompo dilaksanakan oleh pihak hulahula. Jika yang meninggal adalah baoa
‘laki-laki’, maka yang memasukkan adalah tulangnya. Sedangkan jika yang
meninggal adalah borua ‘wanita’ maka yang memasukkan jenazah adalah
hulahula (saudara semarga dari almarhum).
Pada saat acara mompo Hulahula/tulang pasahat ulos/memberikan ulos
kepada hasuhuton. Ulos saput di berikan kepada alamarhum sebagai penutup peti
mayat dan ulos tujung di berikan kepada yang di tinggal (suami/istri almarhum).
Jika yang meninggl adalah baoa ‘laki-laki’ maka tulang lah yang memberikan
ulos saput dan ulos tujung tersebut, sedangkan jika yang meninggal adalah borua
‘wanita’ maka yang memberikan ulos saput dan ulos tujung adalah almarhum
(saudara semarga wanita).

Universitas Sumatera Utara

Fungsi ulos pada penutupan jenazah, menurut Sinaga Richard (2010 : 92)
“penutupan jenazah dengan ulos hanyalah sebagai lambang rasa kasih dan
pernyataan rasa duka yang mendalam dari kerabat yang memberi.”
Akan tetapi karena acara tersebut adalah upacara adat saurmatua maka
nama ulos tujung diganti menjadi ulos sampetua karena semua anak dari
almarhum sudah menikah, dan ulos sampetua dilambang dengan umur yang
panjang dan semua generasinya mendapatkan umur yang panjang seperti
almarhum yang sudah mendahului mereka. Kemudian hulahula dan tulang
melanjutkan memberikan ulos dan yang mendapat ulos akan memberikan ringgit
sitio suara sebagai bentuk penyembahan pada hulahula sembari acara panortorion
berjalan dan acara ini termasuk merujuk pada falsafah dalihan na tolu yaitu
somba marhulahula dan elek marboru. Sesuai

dengan hasil dari musyarah

marriaraja Ulos saput tergolong pada jenis ulos sibolang dan ulos sampetua
tergolong pada ulos ragidup.
Biasanya acara mompo ini dilaksanakan pada malam hari, karena ada
aanggapan masyarakat Batak Toba, di Kecamatan Doloksannggul, Kabupaten
Humbang Hasundutan pada malam hari lah istirahat dan pagi hari adalah bangun
dari tidur.

4.1.5 Panambolion.
Tahapan berikutnya adalah tahapan panambolion yaitu awal pelaksanaan
upacara adat saurmatua pada hari terakhir. Pelaksanaan ini dilakukan pada pagi
hari. Biasanya pelaksanaan ini dilakukan mulai jam 07.00 WIB., sekaligus

Universitas Sumatera Utara

menjadi awal dari pelaksanaan upacara adat saurmatua. Panambolion adalah
penyembelihan kerbau (gaja Toba) yang dilaksanakan oleh pihak hasuhuton
bersama dongan tubu lainnya. Tujuan dilaksanakannya panambolion ini sebagai
bentuk awal dari pembagian parjambaran. Pihak hasuhuton melaksanakannya
sesuai dengan arahan dari hasil musyawarah pada saat marriaraja, dan hewan
yang di sembelih pada saat tahap panambolion tadi adalah sigagat duhut (kerbau)
atau yang disebut dengan gaja Toba, sebagai lambang kerajaan hasuhuton.
Setelah selesai acara pasahat ulos dan manortor, kemudian berjalanlah acara
makan kemudian masuk kedalam tahap terakhir yaitu tahap parjambaran atau
tahap pembagian jambar juhut (kerbau yang disembelih pada saat acara
panambolion),tahap ini di awali dengan boru memberikan pisang sitonggitonggi
langsung dengan menyuapi tulangnya/hasuhuton.
4.1.6 Mambagi Jambar atau Parjambaran
Pembagian jambar juhut atau tahap parjambaran dilaksanakan sesuai dengan
kesepakatan bersama artinya, apakah tahapan

ini dilaksanakan setelah

penguburan atau sebelum penguburan. Mambagi jambar (parjambaran),
merupakan pembagian hak sebagai bentuk kehormatan. Parjambaran merupakan
bagian dari upacara adat saurmatua. Pada tahapan parjambaran ini, semua
elemen dari dalihan na tolu akan mendapatkan bagian sesuai dengan posisinya.
Berikut bentuk pembagian

jambar juhut atau pelaksanaan parjambaran di

Kecamatan Doloksanggul, Kabupaten Humbang Hasundutan yang berhubungan
degan elemen dalihan na tolu yaitu :

Universitas Sumatera Utara

Gbr 4.1 Boru (posisi membungkuk) memberikan pisang kepada hasuhuton (posisi
duduk bersilah). Pada tahapan parjambaran ini, semua elemen akan dari dalihan
na tolu akan mendapatkan bagian sesuai dengan posisinya. Berikut parjambaran
akan di gambarkan sesuai dengan pembagiannya pada elemen dalihan na tolu
yaitu :

Gbr 4.2 Pembagian juhut/parjambaran.
Keterangan :

Universitas Sumatera Utara

1. Ulu himpal dan Ihurihur di berikan kepada hasuhuton.
2. Suhi niampang na opat ada 4 yaitu :
2a. Bunian Tondi diberikan kepada parsaut.
2b. Panamboli di berikan kepada panambol.
2c. Lapaan di berikan kepada pangalapa.
2d. Gonting diberikan kepada panungkun.
3. Tanggalan untuk boru ada 3 yaitu :
3a. Tanggalan di berikan kepada boru suhut.
3b. Tanggalan di berikan kepada boru hatopan
3c. Tanggalan diberikan kepada boru hatopan 2.
4. Tulan untuk hulahula ada 5 ditambah 1 sombasomba yaitu :
4a. Tulan Tombuk diberikan kepada pangalapan boru.
4b. Tulan Bona diberikan kepada hulahula na mamupus.
4c. Tulan panjungkot diberikan kepada tulang rorobot.
4d. Tulang panjungkot diberikan kepada bona tulang.
4e. Tulan Panjungkot diberikan kepada tulang bona ni ari.
4f.

Sombasomba diberikan kepada hulahula ni anak namanjae dan dongan

sahuta.

Universitas Sumatera Utara

4.2 Fungsi Dan Makna Simbol/Tanda dalam Parjambaran pada Upacara
Adat Kematian Saurmatua.
Parjambaran dalam masyarakat Batak Toba di kenal sebagai lambang
penghormatan pada setiap elemen dalihan na tolu. Upacara adat saurmatua
mencantumkan parjambaran sebagai bagian dari pelaksanaan upacara tersebut.
Lambang/tanda daripada parjambaran terdiri dari fungsi dan makna simbol/tanda
dalam parjambaran pada upacara adat kematian saurmatua adalah sebagai berikut

Universitas Sumatera Utara

4.2.1 Ulu himpal
Bentuk

Fungsi

Makna
Ulu himpal (kepala kerbau)

Ulu

himpal

sebagai

berfungsi menjaga bagian tubuh simbol/tanda memiliki makna ketika
lainnya

dengan

tanduk

yang

menggunakan kerbau berlaga maka kepala akan
melekat

pada menunduk

kepalanya. Begitu juga posisinya di lawannya,
Gbr. 4.1 Ulu himpal.

untuk
artinya

menanduk
adanya

tengah adat pada upacara adat kerendahan hati raja yang bersifat
kematian saurmatua, ulu himpal menundukkan kepala (menyembah)

Ulu himpal adalah bagian kepala kerbau secara
utuh, ulu himpal memiliki tanduk dan bentuk kepala
yang besar. Kerbau adalah hewan peliharaan masyarakat
Batak Toba yang berbeda dengan ternak lainnya, selain

menjadi

simbol/tanda

yang

di ketika

hasuhuton

menghadapi

berikan kepada raja atau hasuhuton tantangan dan hasuhuton menjadi
yang berkuasa pada acara itu, pemeran utama pada acara itu.
hasuhuton

lah

yang

mengatur Posisi ternak kerbau ini digunakan

memiliki badan besar, kerbau ini juga memiliki kekuatan

Universitas Sumatera Utara

yang besar sehingga bisa di gunakan oleh masyarakat jalannya acara itu dan hasuhuton pada pada upacara adat yang besar.
secara umum untuk membajak sawah. adalah raja pada jugalah yang menjadi raja yang Di daerah Toba, di Kecamatan
saat pelaksanaan upacara adat kematian saurmatua itu.

sedang berduka saat itu.

Doloksanggul, Kabupaten Humbang
Hasundutan
diberikan

ulu

himpal

kepada

raja

hasuhuton, karena hasuhuton

ini
atau
.

Universitas Sumatera Utara

4.2.2 Ihurihur
Bentuk

Fungsi

Makna

Ihurihur memiliki fungsi sebagai
bagian

tubuh

yang

sifatnya

Ihurihur

makna dari bagian ekorlah
mengeluarkan

mengeluarkan, baik demi kehidupan
maupun

untuk

berkembang

memiliki

segala

sesuatu yang berasal dari

biak. tubuh untuk kehidupan dan

Posisinya dalam upacara adat kematian

berkembang biak, artinya
ihurihur memberi makna

saurmatua adalah melambangkan bahwa
suhutlah sebagai penanggung
acara itu.
Gbr 4.2 Ihurihur.

bahwa

jawab sebagai

berada di belakang tubuh kerbau. Ekor pada tubuh

sumber

pengeluaran segala sesuatu
yang berasal dari dalam
tubuh

Ihurihur adalah bagian ekor kerbau yang

ihurihur

dari

sumber
biakan.

termasuk

sebagai

perkembang
Ihurihur

dalam

posisinya di tengah adat

Universitas Sumatera Utara

kerbau memiliki arti sebagai penutup kemaluan dari
kerbau, sedangkan bagian ekor kerbau atau yang

adalah

sebagai

lambang

sumber pengeluaran secara
materi. Ihurihur di terima

disebut dengan ihurihur adalah bagian tubuh kerbau
yang sifatnya mengeluarkan segala sesuatu yang
berasal dari tubuh.

oleh suhut, karena suhut
lah

yang

jawab

bertanggung
atas

semua

pengeluaran secara materi
termasuk

dana

pada

pelaksanaan upacara adat
saurmatua itu.

Universitas Sumatera Utara

4.2.3 Penamboli.
Bentuk

Fungsi

Makna

Panamboli berfungsi sebagai

Panamboli bermakna sebagai

penopang/penyambung kepala, jika

penyambung dan penopang kepala

panamboli lemah maka kepala akan

terhadap bagian tubuh lainnya dan

mudah terpenggal. Artinya panamboli

berkat panamboli sebuah keluarga

sebagai kakek dari hasuhuton sebagai

pada

Dolosanggul,

kepada

Kabupaten Humbang Hasundutan

kerabat lainnya dan hasuhuton lah

tetap berdiri teguh dan menjadi

yang

penyalur

penyambung

Gbr. 4.3. Panamboli.

hasuhuton

masyarakat

akan tetap mempertahankan

darah

kehidupan

atau

keutuhuan sebuah keluarga besar dari

pemberi arahan pada hasuhuton yang

Panamboli adalah bagian bawah hasuhuton ditengah elemen dalihan na

menjadi raja pada upacara adat

leher sampai bagian pundak kerbau, bagian tubuh tolu dan juga masyarakat.

kematian saurmatua di Kecamatan

Universitas Sumatera Utara

inilah yang menjadi sasaran untuk membunuh

Doloksanggul. Panamboli diberikan

kerbau tersebut, karena bagian ini menjadi

kepada

penyambung bagian tubuh lainnya ke kepala dan

kandung

hasuhuton.

dari leherlah darah kerbau akan keluar dan kerbau

hasuhuton

lah

akan mati.

hasuhuton
membantu

saudara

semarga/kakek

yang

Karena
membantu

menghadapi
segala

sesuatu

dan
yang

dibutuhkan hasuhuton.

Universitas Sumatera Utara

4.2.4 Lapaan.
Bentuk

Fungsi

Makna

Lapaan sebagai bagian perut
berfungsi

mengolah

makanan

Lapaan bermakna bahwa tanpa

yang bagian perut dalam tubuh maka tubuh

masuk kedalam tubuh sebagai energi dan tidak akan mendapat energi yang baik,
energi

tersebut

digunakan

untuk artinya di tengah adat tanpa pangalapa,

kekuatan tubuh dalam beraktifitas dalam hasuhuton akan lemah dan mudah runtuh
kehidupan kesehariannya, artinya dalam dalam

kehidupan

berkeluarga

dan

posisinya ditengah adat lapaan yang bermasyarakat, baik itu dalam posisinya
diberikan kepada pangalapa berfungsi di tengah eleman dalihan na tolu. Lapaan
sebagai
Gbr. 4.4 Lapaan.
Lapaan

pengajari

apa

yang

akan ini diberikan kepada pangalapa yaitu

dilakukan oleh hasuhuton dan pangalapa saudara dari kakek kandung parsaut.
adalah

bagaian

perut menjadi

energi/kekuatan

dalam

Universitas Sumatera Utara

kerbau, dalam perut kerbau terdapat organ- kehidupan

kekeluargaan

di

tengah

organ tubuh yang mengolah makanan yang elemen dalihan na tolu dan kehidupan
masuk dari bagian mulut kepala kerbau.

bermasyarakat.

Universitas Sumatera Utara

4.2.5 Gonting
Bentuk

Fungsi

Makna

Gonting berfungsi penyambung
dan

penegak

semua

organ

Gonting bermakna keras dan

tubug kuat dan juga menjadi penopang dalam

kerbau. Gonting berfungsi menjadi kehidupan bermasyarakat, secara adat
panutan dan pemberi teladan dalam gonting ini menjadi tanda keutuhan
upacara adat kematian saurmatua, dan sebuah keluarga besar di mana posisi
juga dalam elemen dalihan na tolu, sebagai orang yang paling tua, tetap
gonting

menjadi

pembentuk

dan bersedia

dan

menjadi

penopang.

memiliki tugas yang sangat berat dalam Punggung kerbau diberikan kepada
Gbr.4.5 Gonting.
mempertahankan keutuhan tubuhnya. panungkun, panungkun adalah saudara
Gonting adalah bagian punggung kerbau yang Gonting bertugas menegakkan dan semarga
menjadi

pangkal

berdirinya

kaki

(tulan), menguatkan

semua

kakek

dari

panamboli,

unsur-unsur panungkun sebagai orang paling tua dan

Universitas Sumatera Utara

sekaligus menjadi bagian tubuh yang menjadi kekeluargaannya

dan

adat,

karena dipercayai yang sudah memahami dan

penyatu tubuh lain seperti bagian bokong posisi gonting pada elemen dalihan na mengerti segala sesuatu yang akan
(ihurihur) dan perut (lapaan). Bagian ini tolu adalah posisi yang paling tua pada menjadi

kebutuhan

hasuhuton.

memiliki posisi yang sangat penting sebagai bagian dongan tubu.

Hasuhuton

bagian

saurmatua tidak sepenuhnya memahami

tubuh

berpengaruh.

yang

sangat

keras

dan

dalam

upacara

adat

dan mengetahui tentang acara itu, dan
posisi panungkun sangat dibutuhkan
oleh hasuhuton untuk meperlancar acara
tersebut.

.

Universitas Sumatera Utara

4.2.6 Tanggalan
Bentuk

Fungsi

Makna

Tanggalan/rungkung berfungsi

Tanggalan/rungkung

sebagai penyambung bagian kepala makna

bahwa

dengan tubuh lainnya, dan juga rungkung/leher
leher

sebagai

memiliki
tanggalan
tempat

berfungsi sebagai bagian perhiasan seperti kalung, dan boru

tubuh yang di gunakan sebagai lah yang menselalu menginginkan
tempat perhiasan, artinya fungsi perhiasan itu, selain itu bagian leher
dari tanggalan/rukkung ini secara sebagai penyambung kepala dengan
adat adalah sebagai penghubung badan. Begitu
Gbr. 4.6 Tanggalan/rukkung
Tanggalan/rukkung

juga boru yang

hasuhuton dengan dongan tubu menjadi penyambung kekeluargaan
adalah

leher

kerbau

sepenuhnya, leher kerbau sebagai bagian tubuh yang

lainnya jika ada masalah dan yang dalam masyarakat pada posisinya di
menerima inilah yang

menjadi elemen dalihan na tolu. Leher

Universitas Sumatera Utara

menjadi saluran masuknya makanan/minuman dan penengah dan yang siap membantu.

kerbau diberikan kepada pihak boru.

juga sebagai saluran pernapasan dan menjadi penetral

Secara umum dalam kehidupan

oksigen dalam tubuh.

bermasyarakat posisi leher adalah
sebagai tempat perhiasan berupa
kalung

yang

menjadi

lambang

kekayaan, artinya boru ‘purti’ dari
hasuhuton

lah

yang

membantu

hasuhuton secara materi maupun
moril. Penerima ini disebut dengan
pananggal. Pananggal terbagi atas 3
bagian yaitu :
1. Boru

Hasuhuton

yaitu

saudara perempuan kandung

Universitas Sumatera Utara

dari hasuhuton.
2. Pananggal yaitu Bibi dari
hasuhuton
perempuan
almarhum

atau
ayah
(jika

saudara
dari
yang

meninggal adalah baoa ‘lakilaki’.
3. Pananggal 2 yaitu Bibi dari
ayah almarhum atau saudara
perempuan

dari

kakek

almarhum

(jika

yang

meninggal adalah baoa’lakilaki’).

Universitas Sumatera Utara

4.2.7 Tulan Tombuk
Bentuk

Fungsi

Makna

Tulan tombuk berfungsi sebagai

Tulan tombuk memberi makna

otot kaki bagian belakang yang menjadi sedekat apapun kita pada orang lain, selalu
penguat kaki bagian belakang berdiri, ada yang lebih dekat dengan kita. Pihak
tulan tombuk pada posisinya di tengah hulahula lah yang selalu ada sebagai
adat berfungsi sebagai pendorong kaki pengganti ibu. Tulan tombuk diberikan
untuk berdiri, artinya hasuhuton akan kepada hulahula pangalapan boru sebagai
susah

untuk

berdiri

jika

bona/penerima tulan bona tidak ada.

tulan pihak

keluarga

yang

memberikan

keturunan pada hasuhuton dari istri, dan
bentuk

penghormatan

ini

diberikan

dari

hulahula

Gbr. 4.7 Tulan tombuTulan tombuk
hasuhuton

karena

adalah bagian paha kaki bagian belakang,

Universitas Sumatera Utara

bagian paha pada kaki kerbau adalah

pangalapan boru lah hulahula pangalapan

bagian tubuh yang paling dekat dengan

boru

ihurihur, bagian ini diberikan kepada

melanjutkan marganya.

pihak

hulahula

hulahula

pangalapan

pangalapan

boru

boru,
adalah

saudara kandung dari istri almarhum/dari
almarhum jika yang meninggal adalah
borua (wanita).

mendapatkan

keturunan

yang

Akan tetapi, jika yang meninggal
adalah

baoa

menerima

ini

(laki-laki)

maka

adalah

hulahula

yang
na

mamupus, yaitu saudara semarga dari ibu
almarhum karena dari ibunya lah dia lahir.

Universitas Sumatera Utara

4.2.8 Tulan bona
Bentuk

Fungsi

Makna

Tulan

Bona

berfungsi

Tulan bona memiliki makna

sebagai pembantu jalannya kaki bahwa asal dari keturunan kita
bagian

belakang.

secara

adat

Tulan

memiliki

bona adalah saudara kandung dari istri,
fungsi maka

tulan

bona

menjadi

bahwa dengan dorongan kaki pengganti istri untuk anak-anak
belakang

maka

kita

kekuatan untuk berjalan.

punya kita, jika istri kita sudah tidak ada.
Jangan lah kita melupakan
dari mana asal kita berada, tanpa
hulahula mamupus, maka tidak

Gbr. 4.8 Tulan bona.
akan ada lagi yang menjadi penerus
Tulan bona adalah bagian kaki kerbau

tepat

marganya. Tulan bona di berikan

Universitas Sumatera Utara

dibawah kaki belakang bagian bawah (Tulan Tombuk).

kepada hulahula na

Tulan Bona menjadi pendorong kaki depan saat

yaitu saudara semarga dari ibu

berpindah tempat begitu juga dengan pada saat berlaga

almarhum jika yang

borua (ibu)

dengan lawan. Kaki bagian belakang sangat berpengaruh

yang

Jika

karena dekat dengan lutut sebagai pelentur untuk

meninggal adalah baoa (laki-laki)

mendorong tubuh maju ke depan.

maka yang menerima ini adalah

meninggal.

mamupus,

yang

hulahula pangalapan boru.

Universitas Sumatera Utara

4.2.9 Tulan panjungkot
Bentuk

Fungsi

Makna

Tulan panjungkot berfungsi

Tulan panjungkot bermakna

membawa jalan, artinya penerima memberikan arah perjalanan. Dalam
tulan

panjungkot

mengarahkan

akan

dan

siap posisinya di adat, bahwa saudara

membawa semarga ibu selalu mendoakan dan

hasuhuton kemana hasuhuton akan memberikan
melangkah,

karena

posisi

terbaik

kepada

tulang hasuhuton. Tanpa saudara semarga ibu

adalah memberikan pasupasu pada hasuhuton
boru nya atau hasuhuton.

jalan

akan

susah

untuk

melangkah ke mana pun hasuhuton
pergi, termasuk melakukan segala

Gbr 4.9. Tulan panjungkot.
sesuatu tanpa posisi tulang ‘saudara
Tulan panjungkot adalah kaki bagian

semarga ibu’ adat dalihan na tolu

depan, kaki bagian depan menjadi pembawa

Universitas Sumatera Utara

jalan, kemana kerbau itu akan melangkah. Dan

tidak terlakasana. Tulan panjungkot

menjadi pondasi awal pada saat berlaga dengan

diberikan kepada tulang rorobot, bona

lawan.

tulang, bona ni ari. Mereka adalah
eleman dalihan na tolu yang paling
dekat kepada ibu hasuhuton.

Universitas Sumatera Utara

4.2.10 Sombasomba
Bentuk

Fungsi

Makna

Sombasomba

adalah

tulang

Sombasomba bermakna hulahula

rusuk kerbau, yang berfungsi menjaga yang menerima ini menjadi penolong,
organ-organ

tubuh

paling

dalam, dan yang menerima ini menjaga dan

artinya yang menerima ini memiliki mendoakan hasuhuton tanpa pamrih,
fungsi

sebagai

melindungi
marabahaya

menjaga

hasuhuton
dan

menjadi

berlindung hasuhuton.

dan bagaikan ibu yang menjaga dan merawat
dari anaknya tanpa balasan budi.
tempat

Sombasomba

diberikan

kepada

hulahula ni anak na manjae (saudara
semarga perempuan dari semua anak
almarhum yang sudah menikah) dan

Gbr. 4.10. sombasomba
hulahula

ni

na

marhahamaranggi

Universitas Sumatera Utara

Sombasomba adalah tulang rusuk kerbau.

(saudara semarga perempuan dari semua

Tulang rusuk kerbau merupakan pelindunng

saudara laki-laki almarhum

jika yang

organ-organ tubuh yang sangat penting pada

meninggal adalah baoa ‘laki-laki’ dan

tubuh. Tulang rusuk kerbau terdapat tulang-

kepada dongan sahuta yang menjadi

tulang yang kuat yang menjadi pelindung

sauadara dekat

organ tubuh di dalam tubuh.

dalihan na tolu. Dongan sahuta adalah

selain dari elemen

kerabat/tetangga atau teman dekat di
kampung itu termasuk STM, huria
‘jemaat’, dan kelompok lainnya.

Universitas Sumatera Utara

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Parjambaran pada upacara adat saurmatua bertujuan untuk menunjukkan
bentuk penghormatan secara umum bentuk penghormatan kepada semua elemen
dalihan na tolu ada beberapa kesimpulan yang penulis berikan di dalam skripsi ini
yaitu :
1. Pada pelaksanaan parjambaran pada upacara adat saurmatua terdapat
beberapa tahapan yang dilaksanakan yaitu marriaraja, mandungoi,
manghatahata,

mompo,

panambolioon

dan

mambagi

jambar

/parjambaran.
2. Parjambaran pada upacara adat saurmatua terdapat 10 simbol/bentuk
lambang yaitu ulu himpal, ihur-ihur, panamboli, lapaan, gonting,
tanggalan, tulan bona, tulan tombuk, tulan panjungkot dan sombasomba
3. Fungsi dan makna parjambaran ini diberikan sebagai bentuk norma dalam
adat dalihan na tolu pada masyarakat Batak Toba di Kecamatan
Doloksanggul, Kabupaten Humbang Hasundutan.
5.2 Saran
Penulis memberika saran yang berhubungan dengan parjambaran yaitu :
1.

Parjambaran saat ini sudah mulai kurang di perhatikan, untuk itu perlu
pemahaman budaya parjambaran melalui tulisan ini.

2.

Masyarakat yang mempunyai jati diri adalah masyarakat yang beradat dan
berbudaya, parjambaran sebagai bagian dari adat, harus tetap di lestarikan

Universitas Sumatera Utara

dan dilanjutkan oleh generasi muda. Melalui media-media termasuk media
cetak yaitu skripsi.
3.

Penulis mengharapkan kepada generasi penerus untuk mempelajari adat
budaya Batak Toba dalam pelaksanaan parjambaran pada upacara adat
saurmatua sesuai dengan dalihan na tolu.

4.

Penulis sangat berharap pemahaman dari setiap individu pada masyarakat
Batak khususnya Batak Toba yang tinggal di daerah Kecamatan
Doloksanggul.
Akhir kata, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang

membangun dari pembaca demi kesempurnaan skripsi ini.

Universitas Sumatera Utara