Margaisme dalam Pemilihan Legislatif di Kabupaten Humbang Hasundutan Chapter III V

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini pendekatan yang dilakukan adalah melalui pendekatan kualitatif.Artinya data yang dikumpulkan bukan merupakan angka-angka, tetapi data berupa hasil wawancara dilapangan dengan responden yang bersangkutan, catatan yang ditemukan dilapangan, dokumen pribadi, dan juga catatan resmi lainnya.Sehingga tujuan dari penelitian kualitatif adalah menggambarkan fenomena atau realita empirik yang ditemukan dan digali dilapangan secara mendalam.

Menurut keirl dan Miller dalam (Moleong, 2006) yang dimaksud dengan penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam penelitian ilmu social yang secara fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia pada kawasannya sendiri, dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasannya dan peristilahannya.

Penelitian kualitatif lebih menekankan analisisnya pada proses penyimpulan deduktif dan induktif serta pada analisis terhadap dinamika hubungan antar fenomena yang diamati, dengan menggunakan logika ilmiah. Hal ini bukan berarti bahwa pendekatan kualitatif sama sekali tidak menggunakan dukungan data kuantitatif. Akan tetapi, penekanannya tidak pada pengujian hipotesis, melainkan pada usaha menjawab pertanyaan penelitian melalui cara-cara berpikir formal.

3.2 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Desa Saitnihuta, Kecamatan Dolok Sanggul, Kabupaten Humbang Hasundutan dimana terdapat perkumpulan marga Simamora yang


(2)

mendukung penuh terhadap pemenangan calon legeslatif yang bermarga Simamora yang berasal dari desa Saitnihuta.

3.3 Unit Analisis dan Informan

3.3.1 Unit Analisis

Sasaran penelitian tergantung pada topic penelitian yang terdapat pada rumusan masalah penelitian. Yang menjadi unit analis data adalah semua pengurus kelompok marga Simamora yang ada di desa Saitnihuta, legislatif yang bersangkutan beserta bebarapa informan tambahan.

3.3.2 Informan

Informan merupakan subyek yang memahami permasalahan penelitian sebagai perilaku maupun orang yang memahami permasalahan penelitian (Bungin, 2007:78). Dalam penelitian ini yang menjadi informan adalah:

1. Pengurus kelompok marga Simamora di desa Saitnihuta yang mengetahui persis sejarah berdirinya kelompok marga Simamora yaitu ketua kelompok marga Simamora.

2. Tokoh adat di desa Saitnihuta yaitu tokoh adat yang bisa disebut dengan informan kunci dan cukup satu orang saja

3. Anggota kelompok marga Simamora yang dimaksud adalah anggota yang ikut berpartisipasi sebagai TS (Tim Sukses) dalam pemenangan calon legislative yang bermarga Simamora Tersebut

4. Anggota legislatif marga Simamora yang menang dan memanfaatkan jaringan marga.


(3)

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data yang masing-masing memiliki fungsi yang berbeda. Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut:

3.4.1 Data Primer.

A. Observasi

Observasi adalah teknik pengumpulan data yang disengaja dan sistematis tentang fenomena sosial dan gejala-gejala alam dengan jalan pengamatan dan pencatatan.Tujuan observasi atau pengamatan adalah memahami cirri-ciri dan luasnya signifikansi dari interelasi elemen-elemen tingkah laku manusia pada fenmena sosial yang serba kompleks dalam pola-pola tertentu (Ir. I Made Wiratha, M.Si, 2008: 248) Dengan observasi akan sangat membantu peneliti untuk mendapatkan data yang akurat, holistic serta mendapatkan data yang sulit diungkapkan melalui teknik lain, mendapatkan data yang kontemporer serta memungkinkan untuk mendapatkan penemuan baru (discovery).

Observasi yang peneliti lakukan adalah dengan tinggal di lokasi penelitian itu dilakukan. Yang akan diobservasi adalah apakah calon legislative yang terpilih menepati janjinya jika menang akan mengankat satu atau dua orang anak dari kelompok marga Simamora untuk bekerja di kantor DPRD dan juga melakukan perbaikan jalan yang sudah rusak di desa Saitnihuta. Rencana observasi dilakukan setelah selesai seminar proposal dan peneliti langsung turun kelapangan dan tinggal di lokasi penelitian selama kurun waktu sebulan dan tinggal disana tiap hari. Peneliti melakukan observasi dengan cara pengamatan dan juga pakai alat bantu kamera untuk mem foto dan juga alat rekam untuk merekam.Data yang saya harapkan akan diperoleh melalui teknik observasi ini adalah


(4)

mendokumentasikan gambar jalan atau bangunan yang sedang dibangun sebagaimana janji dari anggota legislatif marga Simamora yang terpilih tersebut.

B. Wawancara Mendalam

Wawancara (interview) adalah merupakan proses interaksi dan komunikasi tatap muka antara peneliti dan responden. Dalam proses ini, hasil wawancara ditentukana oleh beberapa factor yang berinteraksi dan memengaruhi arus informasi. Faktor-faktor tersebut adalah pewawancara, responden, topik 38ocusitian yang tertuang dalam daftar pertanyaan, dan situasi wawancara. (Sofian Efendy, 2012:207).

Dengan melakukan wawancara, maka peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang partisipan dalam menginterpretasikan situasi dan fenomena yang terjadi, dimana hal itu tidak bisa ditemukan dengann teknik observasi. Dengan demikian wawancara mendalam adalah suatu proses mendapatkan informasi untuk kepentingan penelitian dengancara berdialog. Dalam wawancara ini peneliti akan mewawancarai Pengurus kelompok marga Simamora di desa Saitnihuta yang mengetahui persis sejarah berdirinya kelompok marga Simamora yaitu ketua kelompok marga Simamora. Tokoh adat di desa Saitnihuta yaitu tokoh adat yang bisa disebut dengan informan kunci dan cukup satu orang saja. Anggota kelompok marga Simamora yang dimaksud adalah anggota yang ikut berpartisipasi sebagai TS (Tim Sukses) dalam pemenangan calon legislatif yang bermarga Simamora Tersebut.Anggota legislatif marga Simamora yang menang dan memanfaatkan jaringan marga.

Wawancara dilakukan setelah selesai seminar proposal dan peneliti langsung turun kelapangan dan tinggal di lokasi penelitian, dengan perkiraan waktu wawancara satu informan sekitar 1-1,5 jam, dengan terlebih dahulu menghubungi dan membuat janji wawancara dengan informan dan bertemu langsung dengan informan. Dalam proses


(5)

wawancara ini peneliti menggunakan alat bantu kamera dan juga alat rekam. Dengan melakukan wawancara informasi atau data yang peneliti harapkan terkumpul adalah data atau informasi yang berkaitan dengan rumusan masalah penelitiaan. Adapun hal-hal yang bisa mengganggu proses wawancara adalah susahnya informan untuk dijumpai untuk melakukan wawancara. Tetapi jika informan tidak bisa dijumpai untuk melakukan wawancara alternatif lain adalah melakukan wawancara dengan media telephone.

C. Studi Dokumen

Studi dokumen dalam penelitian kualitatif merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara.Studi dokumentasi yaitu mengumpulkan dokumen dan data-data yang diperlukan dalam permasalahan penelitian lalu ditelaah secara intens sehingga dapat mendukung dan menambah kepercayaan dan pembuktian suatu kejadian. Hasil observasi atau wawancara akan lebih kredibel atau dipercaya kalau didukung oleh dokumen yang terkait dengan fokus penelitian. Dokummen yang dimaksud peneliti dalam penelitian ini adalah berupa data dari kelompok marga Simamora yang bisa didapat dari pengurus kelompok marga Simamora dan juga dokumen mengenai atribut maupun spanduk kampanye yang digunakan anggota legislatif bermarga simamora yang sudah menang dan dokumen ini bisa diminta kepada anggota legislatif yang menang dan bermarga Simamora tersebut

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder digunakan untuk menopang data primer melalui berbagai referensi antara lain: buku, jurnal ilmiah. Data sekunder merupakan data yang tidak didapat secara langsung dari bojek penelitian.Data sekunder yang dicari yaitu data yang terkait dengan penelitian ini.


(6)

3.5 Interpretasi Data

Analisis data dimulai dengan menelaah data yang telah terkumpul dalam prows penelitian, kemudian membaca dan mempelajarinya untuk dilakukan reduksi data yang dilakukan dengan membuat rangkuman atau inti dari permasalahan sehingga tetap berada dalam focus penelitian. Interpretasi data dilakukan melalui upaya mengolah data, memadukan atau menggabungkannya, membuat rangkuman, menemukan apa yang penting untuk dipelajari atau ditafsirkan, dan memutuskan untuk menceritakannya kepada orang lain yang dikomunikasikan melalui penulisan laporan penelitian.

Data-data yang telah diperoleh dari lapangan dalam rangkaian atau proses penelitian, selanjutnya diurutkan, dikelompokkan kedalam kategori-kategori, diatur, dan dipelajari untuk kemudian ditulis dalam bentuk laporan secara seksama untuk mendapatkan kesimpulan dan juga hasil penelitian yang baik.

3.6 Jadwal Kegiatan

N o

Kegiatan Bulan Ke-

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 Pra Observasi √

2 Acc Judul Penelitian √

3 Penyusunan Proposal Penelitian √ √ √ 4 Seminar Proposal Penelitian √ 5 Revisi Proposal Penelitian √ 6 Penelitian Lapangan dan

Interpretasi data

√ √ √ √


(7)

8 Bimbingan √ √ √

9 Sidang Meja Hijau √

3.7 Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menyadari adanya keterbatasan dalam penelitian ini mencakup kemampuan dan pengalaman yang dimiliki oleh peneliti dalam melakukan penelitian ilmiah. Terutama dalam melakukan wawancara mendalam terhadap informan. Hal ini dikarenakan keterbatasan pengalaman dan keterbatasan waktu yang dimiliki informan dalam proses wawancara yang dikarenakan oleh kesibukan informan sehari-hari.

Terlepas dari permasalahan teknis penulisan dan penelitian, peneliti menyadari keterbatasan mengenai metode menyebabkan lambatnya proses penelitian yang dilakukan, dan masih adanya keterbatasan bahan pendukung penelitian, walaupun demikian peneliti berusaha untuk melaksanakan kegiatan penelitian ini semaksimal mungkin agar data bersifat valid dan tujuan yang ingin dicapai dapat.


(8)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN DAN INTERPRETASI DATA

4.1 Deskripsi Lokasi

4.1.1 Gambaran Umum Desa Saitnihuta

Desa Saitnihuta adalah desa yang mayoritas penduduknya adalah suku batak toba, dan mayoritas masyarakatnya beragama Kristen Protestan. Kehidupan penduduk di desa ini terjalin dengan rukun dan rasa gotong royong yang dimiliki oleh masyarakat masih tinggi. Desa Saitnihuta terdiri dari empat dusun yang dimana jumlah penduduknya secara keseluruhan mencapai 2337 jiwa hingga akhir bulan Januari 2011. Sebagian besar masyarakat desa Saitnihuta ini hidup sebagai petani, tetapi ada juga sebagian masyarakat yang bekerja sebagai PNS, wiraswasta dan buruh.Penduduk desa Saitnihuta bisa dibilang penduduk yang Homogen karena di desa Saitnihuta hanya terdapat satu suku yaitu suku batak yaitu batak toba dengan bahasa pengantar sehari-hari adalah bahasa batak toba, dan agama yang depeluk oleh masyarakat di desa Saitnihuta hanya agama Protestan dan Khatolik.

4.1.2 Letak Geografis dan Batas Wilayah

Desa Saitnihuta adalah salah satu dari desa yang berada di Kecamatan Dolok Sanggul yang wilayah desa ini mempunyai luas ± 840,64 Ha dan terdapat 4 Dusun didalamnya dengan perincian luas dusun sebagai berikut:

1. Dusun I : 288,11 Ha 2. Dusun II : 233,12 Ha 3. Dusun III : 182,18 Ha


(9)

4. Dusun IV : 137,23 Ha

Desa Saitnihuta masuk dalam wilayah kerja Kecamatan Dolok Sanggul Kabupaten Humbang Hasundutan. Berjarak ± 8 km arah selatan dari kantor camat Dolok Sanggul, dengan batas-batas sebagai berikut:

 Sebelah Utara berbatasan dengan desa Pakkat, desa Aeklung, Desa Lumban Purba  Sebelah Selatan berbatasan dengan desa Simarigung

 Sebelah Timur berbatasan dengan gunung Sipalakki, desa Hutasoit 1, dan Desa Dolok Saribu

 Sebelah Barat berbatasan dengan desa Lumban Purba, desa Batu Najagar dan Desa Sigulok.

Desa Saitnihuta berada pada ketinggian antara ± 1.500 m diatas permukaan laut. Untuk setiap wilayah/dusun di desa Saitnihuta hamper semuanya dilalui oleh sungai besar. Hal tersebut dikarenakan karena desa Saitnihuta dikelilingi oleh pegunungan dan juga hutan.Seperti bukit Sipalakki, hutan Telkom. (Data desa Saitnihuta)

4.1.3. Komposisi Penduduk

Jumlah penduduk di Desa Saitnihuta adalah 2.337 Jiwa.Dari data tahun 2010-2011, tercatat jumlah penduduk desa saitnihuta sebanyak 505 KK.Untuk desa Saitnihuta, jenis kelamin perempuan lebih besar dibandingkan dengan perempuan dimana laki-laki berjumlah 1.177 Jiwa dan perempuan berjumlah 1.161 Jiwa.Dari jumlah tersebut ada sekitar 16 selisih perempuan dan laki-laki. Komposisi penduduk desa Saitnihuta berdasarkan jenis kelamin dan umur dapat dilihat pada tabel berikut:


(10)

Tabel 4.1

Komposisi penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

No Nama Dusun Jumlah Penduduk

Lk Pr Total

1 Dusun I 437 477 914

2 Dusun II 354 311 664

3 Dusun III 232 235 467

4 Dusun IV 138 154 292

JUMLAH 1161 1177 2337

Sumber dari: Kantor Kepala Desa Saitnihuta, Februari 2015

Dari tabel diatas dapat diketahui baha penduduk desa Saitnihuta memiliki jumlah penduduk sebanyak 2337 jiwa, berdasarkan jenis kelamin penduduk berjenis kelamin laki-laki lebih sedikit dari pada penduduk yang berjenis kelamin perempuan. Jumlah penduduk yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 1161 jiwa dengan persentase 49,7% sedangkan penduduk yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 1177 jiwa dengan persentase 50.3%.

4.1.3.2 Komposisi Penduduk Beradasarkan Usia

Tabel 4.2

Komposisi Penduduk berdasarkan Usia No Umur Dusun I Dusun II Dususn

III

Dusun IV Total

1 0-10 Tahun 244 200 132 87 663

2 11-20 Tahun 205 156 116 71 548


(11)

4 31-40 Tahun 104 94 43 33 274

5 41-50 Tahun 96 58 55 38 247

6 51-60 Tahun 61 36 28 18 143

7 Diatas 61 Tahun

68 48 30 22 168

TOTAL 914 665 467 292 2338

Sumber dari : Kantor Kepala Desa Saitnihuta, Februari 2015

Dari data Tabel 4.2 diatas dapat diketahui bahwa komosisi penduduk berdasarkan usia di Desa Saitnihuta Kecamatan Dolok Sanggul berjumlah 2338 jiwa. Dengan jumlah terbanyak yaitu penduduk dengan usia 0-10 tahun sebesar 663 jiwa dengan persentase 28,3 % kemudian disusul oleh penduduk yang berusia 11-20 tahun dengan jumlah 548 jiwa dengan persentase 23,4 % selanjutnya disusul oleh jumlah penduduk yang berusia 21-30 tahun sebnayak 295 jiwa dengan persentase 12,7 % selanjutnya jumlah penduduk yang berusia 31-40 tahun sebanyak 274 jiwa dengan persentase 11,8% selanjutnya disusul oleh jumlah penduduk yang berusia 41-50 tahun sebanyak 247 jiwa dengan persentase10,6 % dan selanjutnya disusul oleh jumlah penduduk yang berusia diatas 61 tahun sebanyak 168 jiwa dengan persentase7,1 % dan yang terakhir jumlah pendduk yang paling kecil yaitu pendudu usia 51-60 tahun yaitu 143 jiwa dengan persentase 6,1 %.

Usia tidak dapat dipungkiri merupakan salah satu faktor pendukung dalam pemilihan umum terutama pemilihan legislatif dimana yang bisa menggunakan hak pilihnya adalah penduduk yang berusia tujuh belas tahun keatas, dan yang berusia nol sampai dengan enam belas tahun belum diperbolehkan untuk ikut serta dalam pemilihan umum.

4.1.3.3 Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan


(12)

Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan No Pendidikan

Terakhir

Dusun I Dusun II Dusun III

Dusun IV

Total 1 Tidak/belum

sekolah

23 101 80 48 368

2 Tidak Tamat 38 15 7 3 63

3 SD 238 204 135 90 667

4 SLTP 205 152 117 67 541

5 SLTA 246 165 117 73 601

6 PT 48 28 11 11 98

TOTAL 914 665 467 292 2338

Sumber dari : Kantor Kepala Desa Saitnihuta, Februari 2015

Dari Tabel 4.3 diatas dapat diketahui bahwa komposisi penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di Desa Saitnihuta Kecamatan Dolok Sanggul Kabupaten Humbang Hasundutan berjumlah 2338 jiwa. Dengan jumlah terbanyak yaitu tingkat SD sebesar 667 jiwa dengan persentase 28,5% kemudiaan disusul oleh tingkat SLTA dengan jumlah 601 jiwa dengan persentase 25,8 % kemudiaan disusul oleh tingkat SLTP dengan jumlah 541 jiwa dengan persentase 23,13 % selanjutnya disusul oleh belum sekolah dengan jumlah 368 jiwa dengan persentase 15,8 % dan selanjutnya disusul ooleh tingkat perguruan tinggi sebanyak 98 jiwa dengan persentase 4,1 % dan yang paling terakhir yang merupakan jumlah yang paling kecil yaitu pada tingkat tidak tamat sekolah sebanyak 63 jiwa dengan persentase 2,7 %.

Pendidikan merupakan aspek penting dalam menentukan keikutsertaan seseorang dalam pemilihan umum.Karena dengan pendidikan bisa membentuk seseorang untuk berpikir luas dan bijaksana dalam ikut membuat keputusan untuk memilih.Semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin tinggi pengetahuan orang tersebut untuk ikut


(13)

berpartisipasi dalam pemilihan umum dan menjatuhkan pilihan pada seorang kandidat atau sebuah partai.

4.1.3.4 Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan

Tabel 4.4

Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan No Pekerjaan Dusun

I

Dusun II

Dusun III

Dusun IV

TOTAL 1 Pegawai Negeri

Sipil

8 6 1 2 17

2 Petani 350 217 181 100 848

3 Wiraswasta 50 41 16 23 130

4 Karyawan Swasta

38 26 21 9 94

5 Honorer 10 5 3 3 21

6 Pendeta 8 - - - 8

7 TNI 1 - 1 - 2

8 Supir - 7 - - 7

Sumber dari : Kantor Kepala Desa Saitnihuta, Februari 2015

Penggolongan penduduk berdasarkan jenis pekerjaan/mata pencaharian di suatu wilayah merupakan data yang penting. Hal ini disebabkan data tersebut memberikan informasi mengenai jumlah penduduk yang menggantungkan hidupnya dari beraneka ragam pekerjaan, sehingga dapat dijadikan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan pembangunan Desa Saitnihuta yang akan datang.

Dari Tabel 4.4 diatas dapat diambil kesimpulan bahwa jumlah penduduk Desa Saitnihuta yang bekerja adalah sebanyak 1.120 jiwa sekitar 48% dari jumlah penduduk


(14)

keseluruhan. Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah pekerjaan terbanyak adalah petani yaitu dengan jumlah 848 jiwa dengan persentase 76%, dan disusul oleh wiraswasta sebanyak 130 jiwa dengan persentase 12%, dan disusul oleh karyawan swasta dengan jumlah 94 jiwa dengan persentase 8%, dan selanjutnya disusul oleh propesi honorer dengan jumlah 21 jiwa dengan persentase 2%, dan disusul oleh PNS dengan jumlah 17 jiwa dengan persentase 2%, dan disusul oleh pendeta dengan jumlah 8 jiwa dengan persentase 0.7%, dan disusul oleh supir dengan jumlah 7 jiwa dengan persentase 0,6%, dan disusul oleh propesi yang paling sedikit yaiti TNI dengan jumlah 2 jiwa dengan persentase 0,1%.

4.1.3.5 Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama

Tabel 4.5

Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama No Nama

Dusun

Islam Protestan Katolik Hindu Budha

1 Dusun I - 902 12 - -

2 Dusun II - 665 - - -

3 Dusun III - 467 - - -

4 Dusun IV - 292 - - -

JUMLAH - 2326 12 - -

Sumber dari : Kantor Kepala Desa Saitnihuta , Februari 2015

Dari data pada tabel diatas dapat diketahui bahwa komposisi penduduk berdasarkan agama di Desa Saitnihuta Kecamatan Dolok Sanggul Kabupaten Humbang Hasundutan berjumlah 2338 jiwa dengan mayoritas penduduk desa Saitnihuta beragama Kristen Protestan dengan jumlah 2326 jiwa dengan persentase 99,5% dan yang paling sedikit yaitu penganut agama Kristen Katolik dengan jumlah 12 jiwa dengan persentase 0,5%


(15)

4.1.4. Kondisi Sosial Ekonomi

Desa Saitnihuta adalah merupakan desa pertanian.Maka hasil ekonomi warga dan mata pencaharian warga sebagian besar adalah bertani.Dari jumlah KK (505 KK) dimana 95% pekerjaan masyarakat desa Saitnihuta adalah petani.Selebihny PNS 15 orang dan pensiunan 13 orang, pedagang/wiraswasta 28 orang.Dilihat dari tingkat penghasilan rata-rata masyarakat desa Saitnihuta tergolong kedalam kategori menengah ke bawah. Dari luas desa 840,64 Ha dimiliki oleh 505 KK. Sementara kemampuan produksi persawahan di desa Saitnihuta minimal 1 Ton/Ha/Thn. Kalau harga gabah dikisarkan Rp 2.500 maka per hektar bisa menghasilkan Rp 2.500.000.Tetapi masyarakat di desa Saitnihuta saat ini tidak hanya berpatokan pada hasil pertanian dari hasil panen padi, tetapi juga dari hasil tanaman kopi, cabe, tomat dan juga tanaman palawija lainnya.

Dari urain diatas jelas tergambar kondisi perekonomian warga desa Saitnihuta dan diperlukan terobosan-terobosan baru untuk meningkatkan pendapatan masyarakat baik dibidang pertanian itu sendiri ataupun pada sektor lain.

4.1.4.1.Kondisi Sosial Budaya

Kehidupan masyarakat desa Saitnihuta sangat kental dengan tradisi-tradisi peninggalan leluhur.Upacara-upacara adat yang berhubungan dengan siklus hidup manusia (lahir-dewasa/ berumahtangga-mati), seperti upacara kelahiran, perkawinan dan upacara-upacara yang berhubungan dengan kematian, hamper selalu dilakukan oleh warga masyarakat.

Kegotongroyongan masyarakat masih kuat.Kebiasaan menjenguk orang sakit (tetangga atau sanak famili) masih dilakukan oleh masyarakat.Biasanya ketika menjenguk orang sakit, bukan makanan yang dibawa, tetapi mereka mengumpul uang bersam-sama


(16)

warga untuk kemudiandisumbangkan kepada orang yang sakit untuk meringankan beban biaya.Kebiasaan saling membantu memperbaiki rumah rumah atau membantu tetangga yang mengadakan perhelatan juga masih dilakukan.Semua itu menggambarkan bahwa hubungan ketetanggan di desa ini masih kuat/erat.

Kesenian yang paling disukai warga desa ini adalah kesenian daerah seperti tor tor batak, gondang.Namun belakangan ini para pemuda cenderung lebih menyukai musik dangdut dan musik-musik modern lainnya.Kelompok-kelompok kesenan tradisional tidak ditemukan di desa ini.

Kondisi kesehatan masyarakat tergolong cukup baik, terutama setelah adanya puskesmas dan poskesdes.Namun demikian, pada musim-musim tertentu warga masyarakat sering mengalami gangguan kesehatan, terutama ISPA, diare, influenza.Keberadaan balita kurang gizi sudah mulai berkurang, selaras dengan semakin baiknya perekonomian masyarakat.Kegiatan pengamanan (siskamling) desa tidak ada, dimana secara kenyataannya bahwa di desa ini masih tergolong aman dan tenteram.

4.1.4.2. Saranadan Prasarana Desa Saitnihuta

Sarana dan prasarana merupakan hal yang sangat penting untuk mendukung suatu program atau kegiatan di desa.Suatu rencana yang disusun dengan baik tanpa didukung oleh sarana dan prasarana yang baik maka dapat mengakibatkan program yang telah disusun tersebut tidak berjalan dengan baik dan bahkan berhenti.


(17)

Pusat pemerintahan desa Saitnihuta terletak di Dusun III tepatnya kantor kepala desa berada tepat disamping rumah kepala desa yang menjadi tempat untuk rapat atau musyawarah desa, pembagian Raskin, pengurusan Kartu Keluarga, atau segala sesuatu yang berkaitan dengan urusan pemerintahan di desa semua dilakukan di kantor kepala desa.

Sarana dan Prasarana Jalan

Keadaan jalan di desa ini sudah banyak yang mengalami kerusakan seperti aspal yang sudah banyak berlobang sehingga transportasi kurang memadai yang dapat menghambat pengangkutan hasil-hasil pertanian.


(18)

Tabel 4.6

Prasarana perhubungan

No Jenis Prasarana Kuantitas/panjang Keterangan

1 Jalan Kabupaten - Tidak ada

2 Jalan desa 3 KM 2 KM sudah

diaspal/ mulai berlobang dan 1 KM sudah sangat parah

3 Jalan dusun 5.5 KM 2,5 KM

belum diaspal

4 Jembatan 4 Unit 3 Unit dalam

kondisi

masih baik, tetapi 1 unit sudah sangat parah

Sumber dari : Kantor Kepala Desa Saitnihuta , Februari 2015

Sarana transportasi yang paling banyak digunakan warga masyarakat adalah sepeda motor.Di desa ini belum ada transportasi umum seperti bus, mikrolet atau sejenisnya.


(19)

Jaringan listrik dari PLN sudah tersedia di desa ini, sehingga hamper semua rumah tangga menggunakan tenaga listrik untuk memenuhi keperluan penerangan dan kebutuhan rumah tangga lainnya.Bebrapa rumah tangga semakin banyak yang menggunakan pompa listrik untuk mengambil air sumur.

Sarana dan Prasarana Ibadah

Dalam hal keagamaan, sarana peribadatan yang ada di Desa Saitnihuta hanya ada gereja, dikarenakan semua penduduk di desa Saitnihuta beragama Kristen Protestan dan Kristen Khatolik. Jumlah gereja yang ada di desa Saitnihuta adalah sebanyak 6 buah, ada 4 buah gereja di dusun I yaitu Gereja Jemaat Alah Indonesia (GJAI), Gereja Pentakosta di Indonesia (GPdI), gereja Huria Kristen Indonesia (HKI) dan Gereja Kristen Protestan Indonesia (GKPI). Sementara di dusun II ada 1 buah gereja yaitu gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) dan 1 buah gereja lagi di dusun IV yaitu Gereja Jemaat Alah Indonesia (GJAI).

Sarana dan Prasarana Pendidikan

Tabel 4.7

Sarana dan Prasarana Pendidikan

No Kategori Jumlah

1 Paud 3

2 SD 2

Sumber dari : Kantor Kepala Desa Saitnihuta , Februari 2015

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa di Desa Saitnihuta terdapat dua Sekolah Dasar yang berada di Dusun I dan Dusun II, dan ada tiga Pendidikan Anak Usia Dini yang ada dua di dusun I dan satu di dusun II.


(20)

Stuktur Lembaga Pemerintahan Desa Saitnihuta Kec. Dolok Sanggul Kab. Humbang Hasundutan adalah sebagai berikut:

Bagan 4.1

4.1.5. VISI DAN MISI DESA SAITNIHUTA

Visi desa saitnihuta .terwujudnya masyarakat desa saitnihuta yang beriman, sehat, aman, mandiri dan sejahtera “BERSAMA”

Beriman : mampu menjalankan kegiatan keagamaan/ ketuhanan Sehat : sehat fisik dan jasmani setiap individu

SEKRETARIS DESA Sandra Simamora Pelaksana teknis Urusan Pemerintahan Mustapa Simamora Pelaksana Teknis Urusan Pembangunan Tunas Simamora Pelaksana Teknis Urusan Kemasyarakatan Ester Situmorang KEPALA DESA Hantus Simamora Unsur Kewilayahan Kepala Dusun I

Desmon Simamora

Unsur Kewilayahan Kepala Dusun II

Sehat M Simamora

Unsur Kewilayahan Kepala Dusun III

Manonggor Simamora Unsur Kewilayahan Kepala Dusun IV Bisner Simamora


(21)

Aman : masyarakat dapat melakukan segala kegiatannya dengan baik tidak ada issue yang membuat masyarakat resah

Mandiri : mampu memenuhi kebutuhannya. Tidak selalu bergantung terhadap bantuan kepada pihak lain

SejahterA : kebuthan hidup masyarakat terpenuhi

Adapun visi masyarakat desa saitnihuta yaitu berkeinginan untuk lima tahun kedepan bahwa keadaan masyarakat akan lebih beriman, sehat, merasa aman, mandiri sehingga lebih sejahtera di hari yang akan datang. Untuk mencapai keadaan ini bukanlah sesuatu yang mudah sehingga sangat diharapkan adanya kerjasama/hubungan yang baik dan tulus iklas bagi setiap individu.Yang artinya meningkatkan komunikasi antara pelayanan pemerintah dan warganya sendiri.Dengan menggunakan sumber daya yang ada.

MISI DESA SAITNIHUTA Misi Beriman

- Melaksanakan ibadah dengan baik Misi Sehat

- Sehat lingkungannya

- Sehat aparat pemerintah dari korupsi, kolusi dan nepotisme - Sehat fisik dan mental

Misi Mandiri

- Melestarikan kegiatan gotong royong (Marsiadapari)

- Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam setiap pembangunan - Membiasakan masyarakat dalam menanggulangi kebutuhannya.


(22)

- Menggunakan dana dari pemerintah secara efektif dan efisien Misi Sejahtera

- Meningkatkan pendapatan masyarakat - Melancarkan roda perekonomian - Belajar keras

- Menciptakan lapangan kerja Misi Mandiri

- Melestarikan tradisi gotong royong

- Mendorong masyarakat berpartisipasi dalam setiap pembangunan

- Membiasakan masyarakat untuk menanggulangi segala keperluan dan kebutuhannya sendiri

- Menggunakan dana dari pemerintah secara efektif dan seefisien mungkin

BERSAMA artinya saling Bergandeng Tangan diharapkan desa

SAITNIHUTA bisa “ Saling bergandeng tangan dalam meningkatkan taraf kehidupan”

“DOS NI ROHA DO SIBAHEN NASAUT”

4.2 Punguan Marga Simamora Boru Bere dohot Ibebere di Desa Saitnihuta

4.2.1 Sejarah Singkat Berdirinya Punguan Marga Simamora

Punguan ini diberi nama Punguan Marga Simamora Boru Bere dohot Ibebere di Desa Saitnihuta. Simamora memiliki tiga anak yaitu Purba, Manalu dan Debataraja.Ketiga anaknya ini yang paling sering dipanggil dengan sebutan Simamora adalah anaknya yang


(23)

terakhir yaitu Debataraja sehingga di Desa Saitnihuta khususnya marga Debataraja itu lebih dikenal dengan Siamamora. Punguan Marga Simamora, Boru dohot Bere/Ibebere Desa Saitnihuta mulai terbentuk pada tahun 2009 tepatnya di Desa Saitnihuta dengan anggota awal hanya 50 KK dan kepengurusannya sampai sekarang masih bersifat sentralistik.

Punguan ini termasuk cepat berkembang seiring dengan bertambah banyaknya anggota yang bergabung dan pada tahun 2015 anggota yang tercatat sebanyak 100KK. Pada tahun 2014 lalu salah satu anak Punguan Marga Simamora, Boru dohot Bere/Ibebere mencalonkan diri menjadi salah satu anggota DPRD Humbang Hasundutan yang menambah semangat bagi anggota dan pengurus punguan ini untuk mendukung calon legislatif tersebut.

4.2.2 Deskripsi Punguan Marga Simamora Boru Bere dohot Ibebere di Desa Saitnihuta

Sekretariat punguan Marga Simamora beralamat di Dusun I Desa Saitnihuta.Punguan Toga Simamora sejauh ini masih memiliki anggota sebanyak 100 kepala keluarga yang terdiri dari anggota yang berasal dari DUSUN I, DUSUN II, DUSUN III, DUSUN IV.

Punguan Marga Simamora Desa Saitnihuta ini dalam kepengurusannya lebih tercermin dalam acara adat istiadat. Adapun bentuk kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh Punguan Marga Simamora ini adalah kebaktian bulanan rutin secara bergilir dirumah setiap anggota, mengunjungi anggota yang kemalangan (manise), melaksanakan adat istiadat baik sukacita maupun dukacita, melakukan pesta partangiangan awal tahun, melakukan rapat anggota dan juga rapat pengurus, melakukan acara sosial kemasyarakatan dan seemua kegiatan tersebut akan diuraikan dalam anggaran rumah tangga.


(24)

Adapun tujuan dari semua kegiatan ini adalah untuk mempererat rasa persaudaraan, mengukuhkan rasa sukacita dan rasa sepenanggungan pada saat ada kemalangan atau dukacita, dan juga membuat persamaan sikap untuk kemajuan dan keberhasilan anggota untuk sesuatu hal yang berguna misalnya mendukung calon legislatif yang berasal dari anggota kelompok Punguan Marga SimamoraBoru Bere dan Ibebere demi kemajuan marga Simamora.

4.2.3 Dasar dan Tujuan Dibentuknya Punguan Marga Simamora Boru Bere dohot Ibebere Desa Saitnihuta

Dalam anggaran dasar Punguan Marga Simamora Boru Bere dohot Ibebere Desa Saitnihuta pada Bab I Pasal 3 bahwa punguan in mempunyai Visi: “ Punguan berlandaskan ajaran Tuhan Yesus Kristus” dan adapun yang menjadi Misi adalah : ” Marsiamin-aminan

songon lampak ni gaol, marsitungkol-tungkolan songon suhat di robean”. Adapun tujuan

dibentuknya punguan ini tercermin dalam pasal 4 yaitu:

1. Menghimpun dan mempersatukan warga pomparan toga Simamora.

2. Mempererat tali persatuan dan kesatuan diantara anggota marga Simamora pada saat sukacita maupun dukacita dalam adat Dalihan Na Tolu (Tungku Berkaki Tiga).

3. Ikut serta berpartisipasi dalam kegiatan sosial yang ada dalam masyarakat, khususnya di Desa Saitnihuta.


(25)

4.2.4 Kepengurusan dan Keanggotaan Punguan Marga Simamora Boru Bere dohot Ibebere Desa Saitnihuta

Dalam bab I pasal 9 tentang badan pengurus harian dan penasehat disebutkan bahwa:

1. Untuk memimpin dan melaksanakan kegiatan punguan sehari-hari keluar dan ke dalam punguan, maka dibentuk Badan Pengurus Harian dengan susunan kepengurusan sebagai berikut:

A. Ketua I B. Ketua II C. Sekretaris I D. Sekretaris II E. Bendahara

F. Komisaris-komisaris

Badan Pengurus Harian diangkat dan diberhentikan melalui rapat anggota dengan perbandingan suara sekurang-kurangnya 2/3 (dua per tiga) dari jumlah suara anggota yang hadir.

1. Penasehat adalah suatu bagian dari punguan yang dapat memberikan pertimbangan, arahan-arahan dan nasehat-nasehat kepada Badan Pengurus Harian dan anggota emi kemajuan perkumpulan (punguan) yang statusnya berada di luar Badan Pengurus Harian akan tetapi secara moral ikut bertanggung jawab terhadap maju mundurnya perkumpulan (punguan).


(26)

Dalam anggaran dasar Punguan Marga Simamora Bab I pasal 5 tentang keanggotaan disebutkan bahwa yang menjadi anggota Punguan Marga Simamora Boru Bere dohot Ibebere di Desa Saitnihuta adalah:

1. Keluarga marga Simamora dengan seluruh anaknya yang sudah terdaftar dalam perkumpulan/punguan serta menjadi tanggung jawab orangtua dan selama masih berdiam di Desa Saitnihuta.

2. Keluarga Hela/Boru Simamora beserta seluruh anaknya yang sudah terdaftar dalam perkumpulan/punguan dan bertempat tinggal menetap di Desa Saitnihuta.

3. Keluarga Bere/Ibebere beserta seluruh anaknya yang sudah terdaftar dalam perkumpulan/punguan dan bertempat tinggal menetap di Desa Saitnihuta.

4. Anak lajang (Naposobulung) Simamora/Boru Simamora yang menetap di rumah anggota dan menjadi tanggung jawab dari anggota dengan pernyataan yang bersangkutan telah terdaftar dalam punguan.

5. Orangtua dari anggota marga Simamora/ Boru Simamora yang menetap di rumah anggota dan menjadi tanggung jawab dari anggota dengan pernyataan yang bersangkutan telah terdaftar dalm punguan.

6. Apabila kedua orangtua telah meninggal dunia maka keanggotaannya dalam punguan menjadi gugur, dan apabila anak-anaknya masih bertempat tinggal di Desa Saitnihuta, keanggotaan dalam punguan dapat diteruskan dengan cara mendaftarkan diri sebagai anggota punguan.

7. Anggota punguan tidak dibenarkan berpoligami atau berpoliandri dan apabila anggota melanggar hal tersebut dikeluarkan dari keanggotaan punguan.


(27)

8. Keanggotaan dianggap sah dalam perkumpulan/punguan apabila telah memenuhi syarat pada pasal 5 ini mulai dari ayat 1 sampai ayat 7.

4.2.5 Hak dan Kewajiban Anggota

Dalam anggaran rumah tangga yang tertulis pada pasal 3 setiap anggota memiliki kewajiban sebagai berikut:

1. Mengikuti kegiatan perkumpulan (punguan) yang rutin dan tidak rutin yang sudah ditetapkan dalam anggaran rumah tangga.

2. Membayar uang iuran bulanan sebesar yang ditetapkan pada anggaran dasar dan juga membayar iuran lainnya yang telah ditetapkan.

3. Menjalankan dan mematuhi ketentuan yang telah ditetapkan dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangga.

4. Melapor kepada pengurus apabila sudah pindah.

Adapun yang menjadi hak setiap anggota adalah sebagai berikut:

1. Setiap anggota berhak memilih dan dipilih menjadi pengurus dengan catatan bahwa untuk menjadi ketua adalah marga Simamora.

2. Setiap anggota berhak untuk mendapatkan pelayanan dari perkumpulan (punguan) sesuai dengan yang ditetapkan dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangga. 3. Setiap anggota berhak memberikan saran, usul dan pendapat untuk perbaikan dan

kemajuan perkumpulan (punguan) melalui rapat anggota.

4. Memberikan informasi kepada pengurus apabila ada dari anggota mendapatkan sukacita maupun dukacita.


(28)

5. Mengikuti rapat anggota sesuai dengan waktu yang ditentukan oleh pengurus. 4.2.6 Struktur Kepengurusan

Tabel 4.8

Jabatan Nama Alamat

Ketua I Janti Simamora Saitnihuta Dusun I, Komplek Simpang 3 Ketua II Tarigan Simamora Saitnihuta Dusun II, Lingkungan Tapian

Nadenggan

Sekretaris Manontang

Simamora

Saitnihuta Dusun IV, Lingkungan Sibuntuon Bendahara Holden Pakpahan Saitnihuta Dusun III,

Lingkungan Lumban Sonang

Penasehat Halomoan

Simamora

Marulam Simamora

Saitnihuta Dusun IV, Lingkungan Sibaragas.

Saitnihuta Dusun I, Lingkungan Laguboti.

4.3 Profil Informan Penelitian

4.3.1 Pengurus Punguan Marga Simamora Boru Bere dohot Ibebere dan Anggota Punguan Marga SimamoraBoru Bere dohot Ibebere


(29)

Bapak Janti Simamora adalah seorang laki-laki yang berumur 36 Tahun dan bersuku batak toba, dia memiliki empat orang anak dan untuk menghidupi kelima orang anaknya ia bekerja sebagai petani dan juga sebagai wiraswasta. Bapak Janti Simamora yang beragama Kristen Protestan ini bertempat tinggal di Desa Saitnihuta tepatnya di Dusun I simpang tiga. Dia adalah seorang alumni lulusan dari salah satu SLTA di Kecamatan Dolok Sanggul

Bapak Janti Simamora adalah merupakan salah satu pengurus dari Punguan Marga Simamora Boru Bere dan Ibebere, saat ini beliau diamanahkan menjabat sebagai ketua pengurus Punguan Marga Simamora Boru Bere dan Ibebere. Bapak Janti Simamora ini mempunyai pekerjaan sebagai Wiraswasta dengan membuka sebuah warung kopi dan toko alat kebutuhan pertanian serta alat-alat kebutuhan rumah tangga. Pak Janti Simamora sudah bergabung dalam punguan ini lima tahun yang lalu tepatnya pada tahun 2009 semenjak punguan ini dibentuk.

Bapak Janti diangkat menjadi ketua adalah karena bapak Janti adalah orang yang termasuk aktif didalam punguan dan rumah bapak Janti yang merupakan sebuah kedai kopi dan juga toko tersebut menjadi strategis bagi anggota Punguan marga Simamora untuk berkumpul. Jika ada informasi mengenai kabar duka maupun suka dari anggota bisa langsung disampaikan ke kedai kopi pak Janti.Selain itu orang tua pak Janti juga merupakan salah satu tokoh adat yang ikut menggagas terbentuknya Punguan Marga Simamora ini. Selain pak Janti, anggota keluarga pak Janti yang lain juga ikut dalam Punguan Marga Simamora ini seperti adiknya yang sudah berumah tangga yang tinggal di desa Saitnihuta juga.


(30)

Bapak Tarigan Simamora adalah seorang laki-laki berumur 48 tahun dan bersuku batak toba, dia memiliki dua belas anak dan di Desa Saitnihuta keluarga bapak ini adalah keluarga yang memiliki paling banyak anak dan untuk mengidupi kelima orang anaknya ia bekerja sebagai mandor BHL (Buruh Harian Lepas) di Desa Saitnihuta yang bekerja untuk TPL (Toba Pulp Lestari).Bapak Tarigan ini beragama Kristen Protestan dan bapak ini bukan hanya menjadi anggota jemaat biasa tetapi bapak ini juga aktif sebagai penatua di salah satu gereja di Desa Saitnihuta yang ada di dusun II.Keluarga bapak Tarigan ini tinggal di dusun II tepatnya di lingkungan Tapian Nadenggan.Dia adalah lulusan dari salah satu SLTA yang ada di Kecamatan Dolok Sanggul.

Bapak Tarigan Simamora saat ini dipercayai sebagai wakil ketua dalam punguan marga Simamora yang ada di Desa Saitnihuta.Bapak Tarigan ini mengatakan menjadi wakil ketua (ketua II) adalah merupakan tanggung jawab yang berat untuk dikerjakan.Berdasarkan penuturan bapak ini jika kita siap menerima satu jabatan atau pekerjaan kita harus menyadari tanggung jawab dan konsekuensi dari tugas kita tersebut. Bapak ini juga melanjutkan walaupun Punguan Marga Simamora Boru Bere dan Ibebere ini masih bisa dibilang kecil karena sejauh ini masih beranggotakan ± 100KK dan cakupannnya masih hanya ada di desa Saitnihuta tetapi tanggung jawab pengurus dan anggota bisa dibilang cukup berat, karena Punguan ini tidak boleh hanya sampai di Desa Saitnihuta saja tetapi bisa mencakup desa, kecamatan maupun daerah lainnya juga.

Bapak Tarigan Simamora juga mengatakan bahwa banyak masyarakat desa yang tidak ikut bergabung dalam punguan ini mengatakan bahwa tidak terlalu perlu untuk membuat sebuah perkumpulan marga karena semua masyarakat desa itu saling peduli satu dengan yang lain karena norma adatnya masih kuat untuk mengatur kehidupan sosial masayarakat desa, budaya gotong royong masih kuat dan tali persaudaraan itu masih terjalin kuat di desa. Tetapi bapak Tarigan tidak menyalahkan tanggapan yang dilontarkan


(31)

oleh masayarakat tersebut. Menurut bapak Tarigan pernyataan masyarakat itu memang tidak salah tetapi mereka tidak menyadari kalau zaman itu akan berubah dari waktu ke waktu, seperti misalnya zaman sekarang yang sudah di dominasi oleh handphone yang canggih, dang bukan hanya anak muda atau remaja yang sudah menggunakan handphone canggih. Jadi membuat sebuah perkumpulan marga itu sangat penting karena disitu kita bisa berbagi suka dan duka kita dengan saudara yang semarga dengan kita dan rasa kekeluargaan itu akan lebih kuat lanjut bapak Tarigan.

Manontang Simamora

Bapak Manontang Simamora sering dipanggil dengan sebutan sekdes ini karena dulu dia pernah menjadi sekretaris desa di Desa Saitnihuta dia lebih akrap disapa dengan sebutan sekdes oleh warga Desa Saitnihuta, dia seorang laki-laki yang sudah berumur 49 tahun dia adalah salah satu orang yang pekerja keras. Bapak Manontang hanya tamatan dari salah satu SLTA di Kecamatan Dolok Sanggul tetapi karena kerja kerasnya bapak Manontang yang hanya berprofesi sebagai tukang tebang kayu dihutan milik PT.TPL (Toba Pulp Lestari) ini mampu menyekolahkan anaknya di salah satu Politeknik Negeri di Sumatera Utara. Bapak Manontang ini mempunyai dua orang anak. Bapak Manontang beragam Kristen Protestan dan memiliki suku yaitu suku Batak Toba. Bapak manontang ini bertempat tinggal di Desa Saitnihuta di Dusun IV tepatnya di lingkungan Sibuntuon.

Saat ini bapak Manontang Simamora dipercayakan sebagai sekretaris dalam Punguan Marga Simamora Boru Bere dan Ibebere di desa Saitnihuta.Punguan ini bukanlah satu-satunya organisasi yang diikuti oleh bapak Manontang. Bapak Manontang juga menjadi anggota dari kelompk tani “Saroha” tetapi bapak Manontang tidak terlalu aktif dalam kelompok tani ini karena yang bertani adalah istrinya sendiri sementara bapak


(32)

Manontang berprofesi sebagai buruh tukang tebang kayu. Jadi hanya istri bapak Manontang ini yang bisa dibilang aktif dalam kelompok tani tersebut.

Bagi bapak Manontang sendiri untuk mengikuti sebuah punguan atau kelompok itu adalah hal yang sangat penting, karena didalam sebuah punguanlah kita bisa bertukar pikiran dengan para saudara kita jika kita ada dalam sebuah masalah, selain itu karena sebuah punguan sering membuat pertemuan minimal satu kali dalam sebulan kita bisa bertukar pendapat dengan orang-orang atau anggota dari kelompok punguan tersebuat. Bapak Manontang juga menjelaskan mengapa dia tertarik dan lebih aktif dalam Punguan Marga Simamora adalah dikarenakan ini adalah sebuah punguan atau wadah yang didalamnya atau anggotanya adalah orang-orang yang bermarga simamora dan marga yang lain buat boru dan bere maupun ibebere yang merupakan keluarga satu sama lain yang akan saling tolong menolong satu sama lain dalam keadaan duka maupun suka seperti yang menjadi tujuan terbentuknya punguan marga tersebut.

Holden Pakpahan

Bapak Holden Pakpahan yang akrab dipanggil dengan Pakpahan berusia 42 Tahun, beliau dilahirkan di kota Tebing Tinggi pada tanggal 22 Februari 1973, semenjak menyelesaikan pendidikannya pada jenjang SMA di salah satu Sekolah Lanjutan Tingkat Atas yang ada di Tebing Tinggi ia datang merantau ke Desa Saitnihuta untuk ikut bertani yang diajak oleh temannya. Melihat kenerja beliau yang bisa dibilang bagus di Desa Saitnihuta maka salah satu orang tua dari marga Simamora yang saat ini ikut bergabung dalam Punguan Marga Simamora yang berada di Desa Saitnihuta meminta kepada beliau agar menjadi menantunya, dan beliau menikah dengan boru Simamora mereka membentuk sebuah keluarga baru dan bertempat tinggal di Desa Saitnihuta sampai sekarang. Beliau


(33)

adalah seorang pemeluk agama Kristen Protestan yang taat beribadah dan juga dikenal ramah oleh masyarakat.

Bapak Holden Pakpahan bersama keluarganya tinggal di Desa Saitnihuta tepatnya di Dusun III. Bapak Holden memilik lima orang anak yang semuanya masih bersekolah dan si anak sulung sedang mengecap pendidikna di salah satu perguruan tinggi negeri yang ada di Sumatera Utara. Dan ke empat adiknya masih mendudukui bangku sekolah di tingkat SLTA, SLTP dan SD.

Bapak Holden Pakpahan dipercayakan menjabat sebagai bendahara dalam punguan marga Simamora yang ada di Desa Saitnihuta.Melihat marga dari bapak Holden dia tidaklah marga Simamora melainkan marga Pakpahan tetapi dia menjabat sebagai bendahara itu dikarenakan bapak Holden juga merupakan bagian dari marga Simamora yang disebut dengan boru karena istri bapak Holden boru Simamora.

Amser Simamora

Bapak Amser Simamora lebih dikenal masyarakat Desa Saitnihuta dengan panggilan “Bulanda” yang merupakan panggilan sehari-hari bapak ini.Bapak Amser dipanggil dengan sebutan Bulanda itu dikarenakan bapak ini berperawakan tinggi dan besar serta memiliki kulit yang putih serta hidung yang mancung dan rambut yang pirang sehingga dia mirip dengan orang Belanda.Bapak Amser Simamora adalah seorang laki-laki yang berumur 54 tahun dia adalah laki-laki yang tegar dan juga seorang pekerja keras.

Bapak Amser Simamora hanya mampu mengenyam pendidikan tingkat Sekolah Dasar (SD) namun dia tetap berusaha dan bekerja keras agar anaknya semua bersekolah sampai perguruan tinggi dan tidak hanya sampai pada lulusan sekolah dasar seperti dirinya. Walupun bapak Amser Simamora hanya tamatan sekolah dasar dia mampu


(34)

menyekolahkan anaknya sampai pada tingkat sarjana lulusan perguaruan tinggi negeri di Sumatera Utara.Bapak Amser Simamora beragama Kristen Protestan dan memiliki suku Batak Toba dan keluarga Bapak Amser Simamora bertempat tinggal di Desa Saitnihuta tepatnya di Dusun II. Dia mempunyai 6 orang anak dan untuk menghidupinya dan memenuhi kebutuhan mereka dia bekerja sebagai buruh tukang tebang kayu ekualitus di hutan milik PT. TPL (Toba Pulp Lestari) yang bekerja kepada salah satu kontraktor yang bekerja sama dengan PT. TPL (Toba Pulp Lestari)..

Bapak Amser Simamora sudah bergabung dalam Punguan Marga Simamora Boru Bere dan Ibebere di Desa Saitnihuta semenjak tahun 2009 semenjak organisasi ini terbentuk.Menurut penuturan bapak Amser Simamora Punguan ini dulunya hanyalah sebuah arisan marga simamora yang sudah hampir 20 tahun. Tetapi karena melihat jumlah anggota yang semakin bertambah maka semua anggota arisan membuat rapat untuk membentuk sebuah organisasi punguan marga dan bukan hanya sekedar sebuah arisan saja karena dengan membuat sebuah organisasi maka anggotanya akan semakin banyak yang ikut untuk bergabung dalam punguan marga ini.

Dan pada pemilihan legislatif tahun 2014 lalu bapak Amser Simamora ikut menjadi tim sukses dari calon legislatif Kabupaten Humbang Hasundutan yang berasa dari Punguan Marga Simamora Boru Bere dohot Ibebere. berhubung karena bapak Amser Simamora merupakan karyawan calon legislatif terpilih tersebut.

Saut simare-mare

Bapak Saut Simare-mare berusia 43 tahun , lahir di Lubuk Pakam pada 10 Januari tahun 1972. Beliau adalah termasuk bere dalam Punguan Marga Simamora yang ada di desa Saitnihuta karena ibu dari bapak Simare-mare inilah yang mempunyai garis marga Simamora. Beliau mempunyai tujuh orang anak dan saat ini keluarga bapak Saut


(35)

Simare-mare tinggal di Desa Saitnihuta tepatnya di dusun I. Untuk menghidupi dan memenuhi kebutuhan keluarganya, bapak Saut Simare-mare dan istrinya berprofesi sebagi petani. Di Desa Saitnihuta mayoritas penduduknya bermata pencaharian dari hasil bertani tetapi petani yang dimaksud adalah petani palawija seperti sayur-sayuran, kacang-kacangan, maupun tanaman padi.

Bapak Saut Simare-mare bergabung dalam Punguan Marga Simamora Boru Bere dohot Ibebere karenadia merupakan Boru dari marga Simamora karena istrinya bermarga Simamora dan juga sebagai bere karena ibu dari bapak Saut Simare-mare ini juga boru Simamora.Bapak Saut Simare-mare dan keluarga bergabung dalam Punguan Marga Simamora Boru Bere dohot Ibebere di Desa Saitnihuta sejak tahun 2011.Dalam organisasi Punguan Marga Simamora Boru Bere dohot Ibebere di Desa Saitnihuta ini bapak Saut Simare-mare hanya menjadi anggota biasa tetapi juga aktif.

Manumpak Simamora

Bapak Manumpak Simamora adalah seorang kepala rumah tangga yang sudah berumur 51 tahun. Beliau dilahirkan di Desa Saitnihuta dan mengenyam pendidikan mulai dari tingkat sekolah dasar sampai tingkat sekolah lanjutan tingkat atas di Kecamatan Dolok Sanggul, semenjak menyelesaikan pendidikannya pada jenjang SLTA di salah satu Sekolah Lanjutan Tingkat Atas beliau merantau ke Lampung lalu menikah dan membentuk keluarga baru disana. Tetapi pada tahun 2005 silam beliau dan istri memutuskan untuk pulang kekampung halaman disebabkan karena kondisi ekonomi yang semakin menurun. Walau keputusan untuk pulang kampung susah diterima oleh anak-anak mereka tetapi mereka harus tetap pulang kampung.

Setelah empat tahun tinggal dikampung, pada tahun 2009 terbentuklah Punguan Marga Simamora Boru Bere Ibebere di Desa Saitnihuta, dan bapak Manumpak Simamora


(36)

memutuskan untuk ikut bergabung dalam punguan tersebut dengan alasan untuk mempererat tali persaudaraan dengan sesame marga keluarga marga Simamora yang ada di sekitar desa Saitnihuta dan semenjak berdirinya punguan tersebut bapak Manumpak berstatus sebagai anggota dan tidak pernah berkeinginan untuk jadi pengurus dikarenakan sibuk mencari nafkah di lading.Bapak Manumpak Simamora dan keluarga bertempat tinggal saat ini di dusun III tepatnya dilingkungan lumban sonang. Beliau adalah seorang pemeluk agama Kristen Khatolik yang taat beribadah dan juga dikenal ramah oleh masyarakat.

Menti Sihombing

Ibu Menti Sihombing adalah seorang ibu rumah tangga disamping itu ia juga bekerja sebagai petani untuk menghidupi keluarganya dengan hasil pertanian tiap minggunya yang kadang tidak menentu dan dari uang itulah dia menghidupi keluarganya dan memenuhi kebutuhan rumah tangganya dan juga kebutuhan sekolah anak-anaknya dikarenakan suaminya tidak bisa lagi bekerja. Ibu Rumondang Sihombing adalah perempuan berumur 49 tahun ini beragama Kristen Protestan dan bersuku Batak Toba dia tinggal di Desa Saitnihuta di Dusun IV tepatnya di lingkungan Sibaragas, meskipun demikian ibu Menti Sihombing pernah mengenyam pendidikan sampai dengan tingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA).

Didalam masyarakat dia sering berkumpul dengan ibu-ibu lain dalam sebuah kelompok wanita yang disebut dengan kelompok simpan pinjam perempuan dan ibu Menti Sihombing dipercaya sebagai sekretaris dalam kelompok Simpan Pinjam Perempuan (SPP) tersebut.Bukan hanya aktif dalam kelompok perempuan tersebut ibu Menti Sihombing dan juga suaminya juga aktif dalam punguan marga Simamora.Karena menurut ibu ini berperan aktif dalam sebuah organisasi atau punguan itu penting karena dalam hidup ini


(37)

manusia perlu bersosialisasi dan tidak dapat hidup sendiri dan hanya tinggal diam dirumah saja.Mengikuti punguan itu penting selama kegiatan yang dilakukan itu positif dan dapat membantu mensejahterakan masyarakat sekitar.

Risma Lifde Simamora

Ibu Risma Lifde Simamora adalah seorang single parents yang menjadi ibu rumah tangga dan sekalian merangkap menjadi tulang punggung keluarga yang berprofesi sebagai PNS yang mengajar di salah satu Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri yang ada di Kec. Dolok Sanggul. Ibu Risma Lifde memiliki 3 orang anak yang masing-masing masih sekolah di tingkat Sekolah Dasar dan juga Taman Kanak-kanak dan saat ini keluarga ibu Risma ini bertempat tinggal di desa Saitnihuta di dusun I tepatnya di lingkungan Laguboti.Ibu dari tiga orang anak ini sekarang berusia 44 tahun, beliau adalah tamatan sarjana pendidikan dari salah satu perguruan tinggi swasta yang ada di Sumatera Utara.

Ibu Risma lifde bergabung dalam punguan ini sejak tahun 2011 ketika suaminya masih ada.Walaupun sekarang suami ibi Risma Lifde sudah tiada dia tetap aktif dalam pungun ini karena menutut ibu ini untuk mengikuti punguan itu sangat penting karena bisa bertukar pikiran dengan sanak saudara kita yang semarga dengan kita.Dan ibu ini sudah melihat jelas manfaat dari mengikuti organisasi Punguan Marga Simamora Boru Bere dohot Ibebere di Desa Saitnihuta ketika suaminya meninggal punguan ini ikut membantu meringankan beban.

4.3.2 Tokoh Adat

Marulam Simamora

Bapak Marulam Simamora adalah serang kakek yang sudah lanjut usia yang sudah berumur 84 tahun tetapi kondisi fisiknya masih sehat dan daya ingat sama pendengarannya


(38)

juga masih kuat. Bapak Marulam ini adalah merupakan pensiunan Pegawai Negeri Sipil dia mantan seorang guru di salah satu sekolah dasar di desa Saitnihuta.Bapak Marulam Simamora adalah pria kelahiran tahun 1931 ini adalah tamatan dari salah satu Sekolah Menengah Lanjutan Atas di Toba Samosir. Bapak Marulam Simamora memiliki lima orang anak yang semuanya sudah berkeluarga dan mempunyai tiga puluh dua orang cucu. Empat orang anak bapak Marulam merantau semua diluar kota dan hanya anak bungsu bapak Marulam yang tinggal bersama dengan bapak Marulam tepatnya di desa Saitnihuta di Dusun 1 di lingkungan Laguboti.

Bapak Marulam Simamora adalah salah satu tokoh adat di desa Saitnihuta yang termasuk aktif dalam berbagai kegiatan adat di Desa. Ketika akan melakukan sebuah upacara adat penduduk Desa Saitnihuta yang mengadakan acara itu akan datang menemui bapak Marulam Simamora untuk mendiskusikan apa saja yang harus dikerjakan dan acara seperti apa yang harus dibuat. Bapak Marulam Simamora ini termasuk orang yang dipandang oleh masyarakat dan dihargai. Bapak Marulam Simamora merupakan pendiri dan penggagas berdirinyaPunguan Marga Simamora Boru Bere dohot Ibebere di Desa Saitnihuta pada tahun 2009 lalu bersama dengan beberapa tokoh adat lainnya.

4.3.3 Anggota Legislatif Marga Simamora yang Menang Pada Pemilu 2014

Bapak Marsono Simamora

Bapak Marsono Simamora adalah seorang laki-laki berumur 50 tahun dan seorang yang bersuku batak toba, dia memiliki 4 orang anak untuk menghidupi keempat orang anaknya ia bekerja sebagai pengusaha dan juga sebagai anggota DPRD Humbang Hasundutan. Bapak Marsono yang beragama Kristen Protestan ini bertempat tinggal di Desa Saitnihuta tepatnya di Dusun II Tapian Nadenggan.Dia adalah salah satu lulusan sarjana di salah satu perguruan tinggi swasta di Sumatera Utara.Bapak Marsono Simamora


(39)

adalah salah satu anggota dari salah satu partai politik yang ikut berpartisipasi dalam pemilihan umum tahun 2014 lalu di Humbang Hasundutan.

Bapak Marsono Simamora adalah calon anggota legislatif bermarga Simamora yang pertama kali berasal dari Desa Saitnihuta dan berasal dari Punguan Marga Simamora.Dalam Punguan Marga Simamora bapak Marsono mempunyai kedudukan sebagai anggota semenjak tahun 2010.Bapak Marsono saat ini dipercayakan menjabat sebagai wakil ketua II di DPRD Humbang Hasundutan.

Sebelum mencalonkan diri menjadi calon anggota legislatif, bapak Marsono adalah seorang pengusaha yang cukup terkenal di Dolok Sanggul dan juga seorang kontraktor ynag bekerja sama dengan TPL (Toba Pulp Lestari) usahanya berbagai macam mulai dari membuka rumah makan khas batak, kontraktor alat berat dan juga jasa pengangkutan kayu ekualiptus punya perusahaan besar TPL (Toba Pulp Lestari). Sebagai seorang pengusaha pak Marsono punya banyak karyawan yang bekerja pada bapak Marsono.

Ditengah-tengah kesibukannya menjadi seorang pengusaha Bapak Marsono juga aktif di gereja dan juga dalam punguan marga Simamora yang ada di desa Saitnihuta.Berdasarkan penuturan anggota punguan marga Simamora yang ada di Desa Saitnihuta bapak Marsono adalah orang yang aktif dalam punguan dan juga orang yang dermawan yang selalu membantu dari segi materi dalam acara suka maupun duka yang ada dalam punguan marga Simamora Desa Saitnihuta.

Bapak Marsono dikenal baik oleh warga Desa Saitnihuta khususnya anggota punguan marga Simamora, karena bapak Marsono lebih mengutamakan orang yang bekerja di perusahaannya adalah masyarakat desa Saitnihuta yang tidak bekerja khusunya para pemuda yang baru tamat SLTA dan tidak melanjutkan pendidikan kejenjang perguruan tinggi dan juga para bapak-bapak yang tidak bekerja. Melihat hal tersebutlah


(40)

mengapa bapak Marsono Simamora lebih mengutamakan mempekerjakan masyarakat Desa Saitnihuta dengan alasan agar mereka tidak pengangguran.

4.4. Interpretasi Data

4.4.1 Partisipasi Masyarakat dalam Pemilihan Umum

Partisispasi masyarakat dalam pemilihan umum, memiliki peranan penting dalam sistem politik dalam suatu Negara khususnya Negara Indonesia yang memiliki sitem pemerintahan yang bersifat demokrasi yang artinya dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Partisipasi politik adalah kegiatan sekelmpok orang yang akan turut serta secara aktif baik dalam kehidupan politik dengan jjalan untuk memilih pemimpin secara langsung yang dapat mempengaruhi kebijakan pemerintah. (A. Rahman H I 2007:285).

Charles Andrian dalam buku Sistem Politik Indonesia yang ditulis oleh Prof.Dr.Kacung Marijan (2010: 111) mengatakan bahwa partisipasi politik itu terdiri dari tiga bentuk.Bentuk pertama adalah partisipasi politik yang lebih pasif, didalam tipe pertama ini, partisipasi dilihat dari keterlibatan politik seseorang, yakni sejauh mana orang itu melihat politik sebagai sesuatu yang penting, memiliki minat terhadap politik, dan sering berdiskusi isu-isu politik dengan teman.Bentuk yang kedua adalah partisipasi yang lebih aktif.Yang menjadi perhatian adalah sejauh mana orang itu terlibat didalam organisasi –organisasi atau asosiasi-asosiasi sukarela (voluntary associations) seperti kelompok-kelompok keagamaan, olahraga, pencinta lingkungan, organisasi profesi, dan organisasi buruh.Bentuk yang ketiga adalah partisipasi yang berupa kegiatan-kegiatan protes seperti ikut menandatangani petisi, melakukan boikot, dan demonstrasi.


(41)

Partisipasi masyarakat dalam politik biasanya hanya berhenti pada saat pemilihan umun dan pemilihan kepala daerah.Hanya para elit politiklah yang terus aktif dalam sebuah sisitem perpolitikan di suatu Negara. Merekalah yang akan membuat ppengaruh terhadap pemerintah dalam menentukan atau membaut sebuah kebijakan. Sementara kebanyakan masyarakat hanya tergolong pada partisipasi bentuk yang pertama tadi yaitu bentuk partisipasi pasif yang hanya ikut perpartisipasi pada saat pemilihan umum maupun pemilihan kepala daerah.

Melalui hasil wawancara dilokasi penelitian dengan para informan, diperoleh data bahwa terdapat suatu jawaban atau pandangan yang sama dari para informan mengenai partisipasi mereka dalam perpolitikan di Indonesia. Seperti pernyataan yang dikemukakan oleh bapak Janti Simamora (Laki-laki, 36):

“…molo masalah partisipasi politik ido bah dohot do hami marpartisipasi dah alana hak ni setiap jolma do dohot berpartisipasi politik on. Dang mungkin nga adong hak ni iba naeng mamilih presiden manang mamilih anggota DPRD suang songoni mamilih bupati nang naasing nai dang pinakke. Sebagai warga Negara Indonesia yang baik ikkon dohot do iba antong berpartisipasi nang pe holan pas pemilihan I iba dohot, alana so boi iba gabe pemimpin gabe bupati manang pejabat naasing nai ala so adong sikkola niba dohot sinamot nagodang bah nanggo apala nileon soara ni iba on mamillit nasida…”

Artinya

“kalau masalah partisipasi politiknya ikutnya kami berpartisipasi karena partisipasi politik itu adalah merupakan hak setiap anggota masyarakat. Sebab tidak mungkin kita sudah punya hak untuk memilih presiden, atau memilih anggota DPRD maupun memilih bupati dan pemilihan lainnya kita tidak menggunakan hak kita tadi. Sebagai warga Negara Indonesia yang baik harus ikut kita berpartisipasi dalam politik walaupun hanya pada waktu pemilihan umum itu kita ikut memeberikan suara kita, karena tidak bisa saya jadi pemempin seperti bupati maupun jadi seperti pejabat lainnya itu karena tidak ada tamatan sekolah dan juga uang yang banyak, makanya suara itu kita kasih untuk memilih mereka…”

Hal ini senada dengan jawaban yang disampaikan informan Saut Simare-mare (Laki-laki, 43 tahun):


(42)

“…mulai sian taon 2004, 2009, sahat tu taon 2014 na lewat torus do dohot au berpartisipasi dalam pemilihan, baik mulai sian pemilihan kepala desa sahat tu pemilihan presiden nang songoni pemilihan DPRD pe tong do dohot au. Alana menurut hu i sada hak doi di hita warga Indonesia on untuk memilih. Selain i suaratai apala porlu doi untuk menentuhon nasib ni Negara taon boha tu joloan on. Dang boi hita mambaen kebijakan di Negara taon bah apala soaratai tabaen mambantu pamarentata mambaen kebijakan. Masa apala holan mangalean soara ta do hita sebagai bentuk partisipasi dang boi?…”

Artinya

“…sejak tahun 2004, 2009, sampai pada tahun 2014 yang lalu saya terus ikut berpartisipasi dalam pemilihan, baik itu mulai dari pemilihan kepala desa sampai kepada pemilihan presiden dan juga pemilihan DPRD pun tetapnya saya ikut. Karena menurut saya itu (partisipasi) adalah merupakan salah satu hak buat kita warga Negara Indonesia ini untuk memilih.Selain itu suara kita sangat penting untuk menentukan nasib Negara kita ini kedepannya.Kita tidak bisa membuat kebijakan di Negara kita ini yah minimal soara kita itu kita buat membantu pemerintah untuk membuat sebuah kebijakan. Kan tidak mungkin hanya memberikan suara kita saja hanya sebagai bentuk partisipasi kita tidak bisa?...”

Hal ini senada dengan jawaban yang disampaikan informan Menti Sihombing (Perempuan , 49 tahun):

“…Dohot do au torus memilih setiap adong pemilihan mulai na terdaftar au gabe penduduk jala umur hu aboi memilih di desa Saitnihuta on. Manang pemilihan aha pei torus do dohot au inang…”

Artinya

“… Aku ikut terus memilih setiap ada pemilihan semenjak saya terdaftar jadi penduduk dan juga umur saya sudah bisa memilih di Desa Saitnihuta ini. Mau pemilihan apa pun itu terusnya aku ikut nak…”

Dari semua informan yang di wawancarai mengatakan bahwa setiap ada pemilihan umum mereka ikut berpartisipasi seperti penyataan dari bapak Amser Simamora (Laki-laki: 54 tahun):

“… Bolo masalah berpartisi do ito torus doi au dohot berpartisipasi alai pas adong pemilihan do au dohot berpartisipasi, termasuk mai mangalean suara ku pas adong pemilihan na diselenggarahon pamarenta ta, alana sebagai warga negara yang baik hak ta doi ito menggunakan suara ta pas pemilihan, selain dohot mangalean suara tong do dohot au gabe petugas keamanan di TPS, ale na pemilihan terakhir on dang dohot be au ito Alana


(43)

nga akka naposo I gabe petugas keamanan ai nga lam matua be iba antongan…”

Artinya

“… Kalau masalah berpartisipasinya nak terus saya ikut brpartisipasi tetapi setiap ada pemilihan saya ikut berpartisipasi, termasuklah itu untuk memberikan suara pada saat pemilihan umum yang diselenggarakan oleh pemerintah kita, karena sebagai warga Negara yang baik itu merupakan hak kita untuk menggunakan hak suara kita pada saat pemilihan, selain memberikan suara pada waktu pemilihan saya juga iut berpartisipasi sebagai petugas keamanan di TPS, tetapi pada pemilihan terakhir ini saya tidak pernah lagi ikut karena yang menjadi petugas keamanan sudah rang-orang yang lebih tua sementara saya sudah semakin tua…”

Begitu juga dengan pernyataan dari bapak Manontang Simamora ( Laki-laki, 49 Tahun)

“…dohot do au memilih pas pemilihan 2014 nang songoni pe angka pemilihan umum na lainnai sebelum taun 2014, ala kebetulan sesuai undang-undang I kan termasuk do pesta rakyat ala negaratta on mamakke sistem demokrasi do pemerintahanna jadi ikkon berpartisipasi do setiap warga Negara na, jala asa dohot berpartisipasi pas pemilu I kan ala hak ta doi sebagai warga Negara untuk memberikan hak pilih. Au dohot perprtisipasi dalam pemilihan umum nga torus alai bolo berpartisipasi tu pemilihan legislatif bah mulai na mencalonkan diri ma atong si Fransiskus na pas taon 2004 bolo dang salah sahat tu pemilihan si Tapian ma sonari na taon 2014 nalewat i. holan mangalean suara do bentuk partisipasi politik hu ito…”

Artinya

“… saya ikut memilih pada pemilihan 2014 dan begitu juga pada pemilihan umum yang lainnya sebelum tahun 2014, karena kebetulan sesuai undang-undang pemilihan umum merupakan pesta rakyat bagi warga Negara Indonesia dan Negara kita juga system pemerintahannya adalah demokrasi dan kita ketahui system demokrasi itu setiap warga Negara harus berpartisipasi, untuk ikut berpartisipasi pada pemilihan umum itukan karena merupakan hak kita sebagai warga negara untuk memberikan hak pilih kita. Saya ikut berpartisipasi terus pada setiap pemilihan umum maupun pilkada, tetapi ikut berpartisipasi pada pemilihan legislatif itu semenjak si Fransiskus mencalonkan diri jadi anggota DPRD pada tahun 2004 kalau tidak salah saya sampai pada pemilihan tahun 2014 lalu saat si Tapian mencalonkan diri. Hanya memeberian suara pada waktu pemilihannya partisipasi politik saya nak…”

Begitu juga dengan pernyataan Halomoan Simamora (Laki-laki, 77 tahun) :

“… dohot au berpartisipasi politik ito holan pas waktu pemilihan umum do manang akka pemilihan kepala desa dohot pemilihan naasing nai. Alana


(44)

ikkon guna honon do suara hak pilih niiba I ito Alana hak ni sude warga Negara doi. Apala dohot pe iba berpartisipasi asa boi do mangalehon contoh tu akka naposoi, apalagi songon hami akka na matua on ito holan pangalahona mi akka na denggan I nama si patuduhonon nami alana. Apala hudok pe pangalaho nami si patuduon nami asa unang golput do akka naposoi asa adong sada gambaran di nasida sedangkan namatua dohot berpartisipasi politik apala lam ma akka na poso on. Partisipasi politik hu ito sebatas dohot memilih do pas adong pemilihan na binaen ni pamarenta ta…”

Artinya

“… aku ikut berpartisipasi dalam politik nak hanya pada waktu pemilihan umumnya atau seperti pemilihan kepala desa dan lainnya. Karena kita harus menggunakan hak pilih kita itu nak, karena itukan merupakan hak semua warga Negara.Saya ikut berpartisipasi supaya bisa memberikan contoh untuk para generasi muda, itu karena kami orang tua ini nak hanya tingkah laku dan sikap kami yang bagus lah yang bisa kami tunjukkan.Kenapa saya bilang seperti itu supaya para generasi muda tidak golput pada pemilihan umum maupun pemilhan lainnya, supaya ada satu panutan untuk mereka bahwa orang yang sudah tua saja ikut berpartisipasi politik apalagilah kita yang muda ini. Saya ikut berpartisipasi dalam politik hanya sebatas memberikan suara pada saat pemilihan yang diselenggarakan oleh pemerintah…”

Sedangkan berdasarkan penuturan bapak Marsono Simamora (Laki-laki, 50 Tahun):

“… bolo soal partisipasi poitik do ito memang saleleng on au dohot berpartisipasi holan sebatas dohot mangalean suara pas waktu pemilihan do Alana I kan a merupakan hak ni setiap harga Negara do dohot berpartisipasi di dalam pesta rakyat. Ale nung piga-piga taon terakhir on masuk ma au gabe anggota sada partai pas naeng pemilihan umum si sahali lima taon dohot ma au mencalonhon diri gabe neng anggota DPRD di Humbang Hasundutan on ima na di usung ni partai Nasdem, puji Tuhan monang ma pas na taon 2014 i. Tujuan gabe mencalonkan diri gabe anggota DPRD asa boi do memperjuangkon hak rakyat do antong ito Alana anggota dewan I kan sebagai penyambung lidah rakyat doi asa boi pemerintah mambaen kebijakan na pro tu rakyat…”

Artinya

“… kalau soal partisipasi politiknya maksud mu nak memang selama ini saya ikut berpartisipasi hanya sebatas ikut memberikan suara pada waktu pemilihan karena itu merupakan hak kita sebagai warga Negara untuk ikut berpartisipasi dalam pesta rakyat. Tetapi setelah beberapa tahun terakhir ini saya ikut dan aktif menjadi anggota salah satu partai politik dan pas mau pemilihan umum yang diselenggarakan sekali dalam lima tahun saya ikut mencalonkan diri menjadi anggota DPRD di Humbang Hasundutan ini yang diusung oleh partai Nasdem, puji Tuhan saya menang menjadi salah satu anggota DPRD pada tahun 2014. Tujuan saya ikut mencalonkan diri jadi anggota DPRD adalah supaya bisa memperjuangkan hak rakyat nya


(45)

nak, karena anggota dewan tugasnya adalah sebagai penyambung lidah rakyat biar bisa pemerintah membuat sebuah kebijakan yang pro dengan rakyat…”

Berdasarkan hasil observasi, saya melihat bahwa masyarakat di desa Saitnihuta khususnya informan yang berasal dari Punguan Marga Simamora Boru Bere dan Ibebere di Saitnihuta ikut berpartisipasi politik hanya ikut pada pemilihan saja untuk memberikan suara dan juga satu informan yang sudah menjadi anggota DPRD Humbang Hasundutan.

4.4.2. Kontribusi dan Peran yang Dilakukan Oleh Punguan Marga Simamora Boru Bere dohot Ibebere dalam Memenangkan Calon anggota Legislatif

Negara yang demokratis memiliki keunggulan tersendiri, karena dalam setiap pengambilan kebijakan mengacu pada aspirasi masyarakat.Masyarakat sebagai tokoh utama dalam sebuah Negara demokrasi memiliki peranan yang sangat penting.Salah satu peranan masyarakat dalam Negara demokrasi adalah partisipasi masyarakat dalam politik. Masyarakat memiliki peran yang sangat kuat dalam proses penentuan eksekutif dan legislatif baik dipemerintah pusat maupun daerah. Pemilihan umum (PEMILU) merupakan program pemerintah setiap lima tahun sekali dilaksanakan di seluruh wilayah Negara kita. Pemilu merupakan implementasi dari salah satu ciri demokrasi dimana rakyat secara langsung dilibatkan, diikutsertakan didalam menentukan arah dan kebijakan politik Negara untuk lima tahun kedepan.

Peran masyarakat itu bukan hanya memberikan suara pada saat pemilihan umum saja. Tetapi mereka biasanya akan mendukung penuh calon legislatif pilihan mereka apalagi dalam masyarakat pedesaan yang dimana sifat solidaritasnya masih sangat tinggi. Mereka akan mendukung dan membantu calon legislatif tersebut agar menang mewakili desa mereka. Adapun karakteristik umum masyarakat pedesaan yaitu masyarakat desa selalu memiliki ciri-ciri dalam hidup bermasyarakat, yang biasa nampak dalam perilaku


(46)

keseharian mereka.Pada situasi dan kondisi tertentu, sebagian karakteristik dapat dicontohkan pada kehidupan masyarakat desa.Namun dengan adanya perubahan sosial dan kebudayaan serta teknologi dan informasi, sebagian karakteristik tersebut sudah tidak berlaku.Berikut ini ciri-ciri karakteristik masyarakat desa, yang terkait dengan etika dan budaya mereka yang bersifat umum.

(1) Sederhana (2) Mudah curiga

(3) Menjunjung tinggi norma-norma yang berlaku didaerahnya (4) Mempunyai sifat kekeluargaan

(5) Lugas atau berbicara apa adanya (6) Tertutup dalam hal keuangan mereka

(7) Perasaan tidak ada percaya diri terhadap masyarakat kota (8) Menghargai orang lain

(9) Demokratis dan religius

(10) Jika berjanji, akan selalu diingat

Melalui hasil wawancara dilokasi penelitian dengan para informan, diperoleh data bahwa terdapat suatu jawaban atau pandangan yang sama dari para informan mengenai partisipasi mereka dalam perpolitikan di Indonesia. Seperti pernyataan yang dikemukakan oleh bapak Tarigan Simamora (Laki-laki: 48 Tahun):

“… bolo disukkun ito aha kontribusi manang peran ni punguan taon lao mambantu mamonanghon sitapian gabe anggota DPRD di Humbang Hasundutan on godang do ito naung dibahen punguan taon. Termasuk mai songon mambaen sada acara partangiangan lao pa borhatton imana mencalonkan diri, sude anggota dohot pengurus ni punguan on dohot ma attong gabe tim kampanyena, Alana on dope adong calon sian huta taon jala dohot sian punguan taon. Jadi ikkon semangat ma atong mandukung anggiat boi gabe siboan goar ni huta taon khusus na punguan on. Selain in nagabe tim sukses ni imana attong akka anggota manang pengurus ni punguan on ma akka na godang jaringan na di kecamatan na asing na adong di dapil 1 on, Alana kan imana calon DPRD di dapil 1 do. Dang holan I ito peran ni punguan on, adong dope sada nai gabe mambaen


(47)

masyarakat khususna masyarakat desa Saitnihuta gabe bersemangat lao mamilih mangalean suara nai, hape sian na biasana hian imana golput do ale ala adong sian huta na jala samarga muse gabe semangat imana lao mamilih. Selain perani punguan on ito tong do adong peran pribadi ni iba sandiri ala kebetulan apala keluarga ku dope imana bah sude akka keluarga sian au manang keluarga sian inanta parnijabu tong do hu ajak asa mamillit imana, Alana bolo nasan huta nibai monang gabe pamimpin lak boha pe didok nga seadong roha ni I lao pamaju hon huta na sandiri…”

Artinya

“… kalau ito tanya masalah apa kontribusi dan peran punguan ini untuk membantu memenangkan sitapian (calon legislatif yang berasal dari anggota punguan marga Simamora) jadi anggota DPRD di Humbang Hasundutan banyak yang sudah dilakukan oleh punguan ini. Termasuk salah satunya membuat sebuah acara partangiangan untuk memberangkatkan dia (calon legislatif yang berasal dari anggota punguan marga Simamora) untuk mencalonkan diri, semua anggota dan pengurus punguan ini ikut berpartisipasi jadi tim kampanyenya, karena inilah pertama kalinya ada calon legislatif dari kampung ini dan juga dari punguan ini. Jadi harus semangat untuk mendukung dia agar dia nanti bisa membawa nama baik desa kita ini khususnya punguan kita ini. Salain itu yang jadi tim sukses dari dia adalah anggota atau pengurus punguan ini yang memiliki jaringan yang luas di kecamatan lain yang ada di dapil 1 ini, karena dia calon DPRD di dapil 1. Bukan hanya itu yang menjadi peran punguan ini, ada lagi yaitu membuat masyarakat khususnya masyarakat desa Saitnihuta jadi bersemangat untuk memilih dan memberikan suaranya, dari yang biasanya golput dan tidak peduli, tetapi karena ada dari kampungnya dan dan satu marga jadi masyarakat jadi semangat untuk memilih. Selain peran punguan ini ada juganya peran atau kontribusi pribadi dari kita sendiri karena kebetulan dia merupakan keluarga saya sendiri jadi semua keluarga dari pihak saya maupun dari pihak istri saya juga saya ajak unttuk memilih dia, Karena jika yang berasal dari kampung kita yang menang jadi seorang pemimpin mau gimana pun selalu ada perhatiannya untuk memajukan kampungnya sendiri…”

Hal yang serupa juga disampaikan oleh bapak Marulam Simamora ( Laki-laki: 84 tahun) sebagai tokoh adat dan juga penasehat sekaligus penggagas berdirinya Punguan Marga Simamora Boru Bere dan Ibebere:

“… peran manang kontribusi ni punguan on ito berupa sada ni roha lao paborhat hon sitapian I lao mancalon hon diri gabe calon legislatif di kabupaten on. Jala dang tapasombu ibana mardalan sandiri, dang boi punguan on mangalean bantuan berupa materi bah apala mangalean dukunngan berupa sada niroha lao mamilit imana pas pemilihan calon DPRD, jala tontong mangajak akka tondong di luat na asing na sada daerah pemilihan dohot hita lao mamilit imana anggiat boi imana sibuan


(48)

goar ni punguan taon dohot huta ta on asa maju huta taon jala pembangunan pe sahat tu huta on…”

Artinya

“… peran dan kontribusi punguan ini nak berupa kesatuan hati dari para anggota dan pengurus punguan ini untuk memberangkatkan sitapian (salah satu calon legislati yang berasal dari desa Saitnihuta dan anggota punguan) untuk mencalonkan diri jadi anggoota DPRD di kabupaten ini. Kita tidak membiarkan dia berjalan sendiri dan selalu kita bantu, punguan ini tidak bisa memberikan bantuan berupa materi yah setidaknya memberikan dukungan berupa kesepakatan bersama untuk memilih dia pada saat pemilihan umum DPRD, dan kita juga tetap mengajak teman-teman dan suadara yang ada di daerah lain yang satu daerah pemilihan dengan kita untuk memilih dia agar nantinya dia bisa mambawa nama baik dari punguan kita ini terlebig nama baik kampung kita ini biar kedepannya lebih maju kampung kita ini dan juga pembangunan sampai ke daerah kita ini…”

Hal serupa juga disapaikan oleh bapak Amser Simamora yang merupakan anggota punguan marga ini dan juga termasuk salah satu anggota yang termasuk Tim Sukses bapak Marsono Simamora (Laki-laki, 58 Tahun):

“…dohot aktif mangalean dukungan sian segi moral pe ito a dohot I merupakan salah satu bentuk ni dukungan. Songoni ma na di ulahon punguan on ito termasuk ma akka anggota-anggota na berperan aktif mandukung calon legislatif na sian punguan on, Alana on dope hea adong sian punguan on nang sian huta on na mencalonhon diri gabe calon DPRD di Humbang Hasundutan on. Bolo songon au pribadi ito dohot ma au attong gabe tim sukses ni imana, dohot ma au tong tu kecamatan na adong di daerah pemilihan 1 alana imana attong calon legislative di daerah pemilihan 1 do. Lao mangajak akka masyarakat sian kecamatan na asing asa tong mamillit imana pas pemilihan umum DPRD, apalagi bolo mar marga Simamora ni ajak ma attong halaki ala samarga dohot calon on…”

Artinya

“… berperan aktif memberikan dukungan dari segi moral pun nak itu sudah merupakan salah satu bentuk dari dukungan. Begitu juga dengan yang dilakukan oleh punguan ini termasuk juga dukungan yang dilakukan oleh semua anggota ikut berperan aktif mendukung calon legislative yang berasal dari anggota punguan ini, karena ini lah baru pertama kali ada calon legislatif yang berasal dari punguan ini dan juga dari desa ini yang mencalonkan diri jadi anggota DPRD di Humbang Hasundutan ini. Kalau saya sendiri, saya ikut jadi tem sukses dari calon legislatif ini.Saya ikut turun ke kecamatan yang ada dalam daerah pemilihan 1 karena dia calon


(1)

dimana di daerah tersebut masyarakat yang bermarga sama dengan ibu saya maupun istri saya bisa dibilang mayoritas untuk memperkenalkan diri dengan membuat sebuah acara adat maupun acara sosial di daerah tersebut…”

Ketika ditanya kepada informan, bapak Marsono Simamora mengenai seberapa besar pengaruh pemanfaatan jaringan marga itu dalam mendukung kemenangannya:

“… kalau ditanya mengenai seberapa besar pengaruhnya yang pasti berpengaruh lah, tetapi jika hanya menggunakan metode menggunakan jaringan tadi mungkin suara tidak sebanyak itu terkumpul, yang pasti kita melakukan kampanye dan juga kegiatan sosial dan adat yang bertujuan untuk menyampaikan misi dan visi kita. Memang kalau bisa dibilang semua harus seimbang kita lakukan kerja keras, kita harus memanfaatkan jaringan marga tadi, dan juga kita harus mempunyai modal untuk bisa mendapatkan suara untuk memperoleh kemenangan dalam pemilihan umum…”

2. Memanfaatkan Modal Budaya

Didalam keluarga batak toba yang masih dikenal kuat dengan aturan adat dan budaya serta identitas marga yang dimiliki menjadikan pemanfaatan modal sosial dan modal budaya itu sangat penting untuk di aplikasikan seperti data yang ditemukan dilapangan dengan melakukan wawancara denga bapak Marsono Simamora salah satu calon legislatif terpilih yang memanfaatkan modal budaya dan juga adat istiadat yang ada di adat batak toba untuk mendukung kemenangannya (Laki-laki;50 tahun):

“… Sebagai seorang calon anggota legislatif yang akan berkompetisi dalam pemilihan umum untuk memperebutkan salah satu kursi anggota DPRD kita harus mempunyai strategi dalam memenangkan pertarungan, kita harus mengenali kondisi dan situasi dimana kita bertarung. Seperti hal nya dengan saya, saya melihat kondisi dilingkungan kita dan melihat bahwa adat istiadat serta budaya kita masih kuat dan kita harus pintar memanfaatkan kondisi ini, dengan misalnya kalau ada sebuah pesta kita datang kepesta itu baik kedudukan kita sebagai hula-hual (anak laki-laki) maupun boru (anak perempuan) kita memberikan seperti misalnya papan bunga atau bentuk bantuan lain kepada yang berpesta, atau kita ikut marhobas jika kedudukan kita boru (anak perempuan) pada pesta itu. Kita harus pandai membawakan diri dan menempatkan posisi kita untuk mencari simpati dari masyarakat…” 3. Memanfaatkan Modal Ekonomi

Menurut penuturan informan, untuk bisa memperoleh suara banyak dan memenangkan pemilihan legislatif harus diseimbangkan antara modal ekonomi dan juga


(2)

mampu mempelajari budaya daerah setempat dan harus pintar memanfaatkan jaringan marga.Dikarenakan kondisi masyarakat yang masih memegang kuat adat dan budaya serta melihat kecenderungan masyarakat yang lebih memilih para calon yang mempunyai kesamaan dengan mereka seperti misalnya kesamaan agama, marga, suku dan daerah.

“modal ekonomi (uang) juga harus kita miliki untuk memenangkan sebuah pertarungan untuk mendapatkan satu kursi dalam pemilihan legislatif itulah yang dsebut dengan “cost politic” atau biaya politik. Modal ekonomi tersebut kita gunakan untuk pembuatan spanduk, pembuatan baliho maupun pembuatan poster-poster maupun stiker, dan juga pengeluaran untuk kebutuhan politik lainnya.Selain untuk itu pada acara natal dan tahun baru pada tahun lalu kita juga memberikan amplop berisi uang kepada masyarakat sebagai ucapan selamat hari natal dan tahun baru kita kepada masyarakat (penduduk desa Saitnihuta).Pemberian tersebut bukan merupakan “Money Politic” tetapi itu sebuah bentuk ucapan terimakasih kita kepada masyarakat tersebut karena antusias mereka untuk mendukung saya waktu itu sampai pada pemilihan legislatif berlangsung.”

Berdasarkan temuan data dilapangan dengan melakukan wawancara mendalam dengan informan ditemukan data bahwa strategi yang dilakukan calon legislatif untuk mendapatkan dukungan suara adalah dengan memanfaatkan jaringan marga calon legislatif itu sendiri, selain itu juga memanfaatkan jaringan marga dari ibu dan juga istrinya, Selain itu dengan cara memetakan dearah yang akan di dulang suaranya pada saat pemilihan dan menjumpai tokoh-tokoh adat disetiap daerah untuk dijadikan tim sukses, calon legislatif terpilih ini yang merupakan responden juga berkunjung kerumah-rumah yang bisa dijangkau untuk dikunjungi langsung.

Ketiga modal ini harus dimiliki oleh seorang calon legislatif pada saat mencalonkan diri untuk menarik suara dari masyarakat. Didalam teori ekonomi diketahui bahwa pemanfaatan modal ekonomi, modal budaya dan modal sosial sangatlah penting untuk di aplikasikan dan tidak kalah pentingnya untuk di aplikasikan didalam dunia politik. Dimana sering kita lihat orang-orang mengabaikan modal sosial dan modal budaya dan hanya menjadikan modal ekonomi sebagai patokan untuk meraih suara dan


(3)

kemenangan dalam pemilihan umum khusunya di daerah yang masih memiliki suku dan agama yang sama.

Berdasarkan temuan data dilapangan jaringan yang dibangun antara calon legislatif terpilih dengan masyarakat khususnya Punguan Marga Simamora Boru Bere dan Ibebere sebagai berikut:

a. Jaringan individu (ego centris) adalah sebuah jaringan yang berhubungan dengan modal tunggal atau individu, contohnya teman baik saya. Dalam hal ini ada satu titik yang menjadi sentral pengamatan.

b. Sedangkan jaringan sosial (social-centric) digambarkan dalam model dan batasan analisisnya, seperti jaringan antara mahasiswa dalam sebuah kelas, jaringan pekerja dan manajemen dalam sebuah pabrik atau tempat kerja.

c. Jaringan terbuka (open system) batasan tidak dianggap penting. Sebagai contoh jaringan politik, jaringan antar perusahaan dan jaringan antara mahasiswa.


(4)

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian-uraian yang telah dikemukakan oleh penulis, dimulai dari Bab I sampai dengan Bab IV, banyak hal yang ditemukan oleh penulis baik masalah teoritis ataupun masalah teknis yang berkaitan dengan judul yang telah diteliti oleh penulis maupun kesimpulan dari hasil pengolahan data dan wawancara terhadap pengurus dan anggota organisasi Punguan Marga Simamora Boru Bere dohot Ibebere di Desa Saitnihuta maka diperoleh kesimpulan yaitu: pertama, Organisasi masyarakat Punguan Marga Simamora Boru Bere dohot Ibebere di Desa Saitnihuta memberikan dukungan penuh terhadap calon legislatif yang merupakan anggota punguan tersebut. Adapun peran yang dilakukan oleh organisasi masyarakat ini adalah sebagai fasilitator dimana semua anggota mendukung penuh calon tersebut dengan memberikan suara pada pemilihan umum, membantu calon tersebut berupa bantuan tenaga maupun moral dengan mengajak keluarga dan kerabat untuk memilih calon legislatif tersebut, dan juga membuat acara adat berupa doa pemberangkatan bagi calon legislatif tersebut.

Kedua, anggota Punguan Marga Simamora Boru Bere dohot Ibebere di Desa Saitnihuta pada pemilihan legislatif pada tahun 2014 lalu dalam memilih calon legislative masih dipengaruhi oleh faktor marga atau kesukuan, faktor agama, dan juga faktor kesamaan daerah dan juga adat dan budaya yang masih dipegang kuat oleh anggota punguan. Anggota dari Punguan Marga Simamora Boru Bere dohot Ibebere di Desa Saitnihuta cenderung memilih yang satu marga dengan mereka, karena menurut mereka ada rasa bangga yang mereka rasakan jika satu marga mereka terpilih dan menang jadi anggota DPRD di daerah mereka. Selain itu menurut mereka jika anggota legislatif terpilih berasal dari daerah mereka maka mereka mengharapkan bahwa anggota legislatif terpilih


(5)

tersebut akan membangun daerah mereka, baik pembangunan berupa infrasutuktur jala, pengadaan lampu jalan, irigasi dan juga pembangunan lain yang dibutuhkan masyarakat tersenut.

Ketiga, masyarakat di Desa Siatnihuta khusunya anggota Punguan Marga Simamora Boru Bere dohot Ibebere di Desa Saitnihuta masih dikenal memegang kuat adat dan budaya mereka serta masih mengamalkan nilai-nilai adat yang berlaku dimasyarakat mereka seperti pengamalan terhadap istilah “Dalihan Na Tolu” ( Tungku Berkaki Tiga) dan mereka masih memegang kuat prinsip “bolo adong do na di hita boasa pola ingkon tu halak?” ( kalau ada punya kita kenapa harus orang lain?) yang masih mempengaruhi mereka dalam menentukan pilihan.

Keempat, ketika mencalonkan diri jadi anggota legislatif di Kabupaten Humbang Hasundutan calon legislatif yang merupakan anggota dari Punguan Marga Simamora Boru Bere dohot Ibebere di Desa Saitnihuta juga memanfaatkan jaringan marga untuk mendukung kemenangannya dengan cara membuat catatan jumlah desa, kecamatan yang akan didulang suaranya pada saat pemilihan umum. Catatan ini penting untuk mempetakan jaringan marga disetiap desa atau kecamatan dan mencari orang yang berpengaruh di daerah tersebut misalnya tokoh adat untuk dijadikan tim suksesuntuk mengajak masyarakat dan membentuk tim yang kuat pada saat kampanye. Selain dengan cara memetakan dearah calon legislatif terpilih juga berkunjung kerumah-rumah yang bisa dijangkau untuk dikunjungi langsung. Anggota legislatif Kabupaten Humbang Hasundutan tersebut memanfaatkan jaringan marga karena sudah melihat kondisi masyarakat yang cenderung untuk memilih berdasarkan kesamaan marga, agama, suku, dan juga daerah.

Kelima, untuk mencapai sebuah kemenangan dalam mendapatkan suara dalam pemilihan umum tidak hanya membutuhkan modal ekonomi (uang), tapi harus seimbang antara modal ekonomi, pemanfaatan jaringan, dan juga modal budaya.Dan pemanfaatan


(6)

modal sosial tidak hanya bisa diaplikasikan dalam eknomi atau pasar tetapi juga bisa diaplikasikan dalam dunia perpolitikan untuk mendapatkan hasil yang lebih maksimal.

5.2 Saran

Adapun yang menjadi saran penulis dalam hal ini adalah dalam menjatuhkan pilihannya, masyarakat sudah seharusnya benar-benar memilih calon pemimpin yang berkualitas, tanpa memandang calon tersebut berasal dari manapun dalam arti tidak melihat agama, suku maupun marga dari calon tersebut dan tanpa ada tekanan atau paksaan dari pihak manapun. Masyarakat hendaknya memilih calon yang benar-benar dapat membawa perubahan bagi negara, dan rakyat kedepannya.Karena dengan menentukan pilihan berdasarkan kesamaan marga, suku, agama, dan juga daerah akan menimbulkan nepotisme nantinya.

Diharapkan bagi para anggota legislatif yang sudah terpilih dengan memanfaatkan jaringan marga dalam meemperoleh suara dari masyarakat agar dapat bersikap adil dan tegas dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab yang sudah di pikul dan tidak melakukan korupsi, kolusi dan nepotisme nantinya pada saat sudah menjabat.