T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan Fasilitas Belajar dan Interaksi Sosial dengan Kemandirian Belajar Siswa Kelas X pada Mata Pelajaran Ekonomi di SMA Virgo Fidelis Bawen T1 BAB II

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kemandirian Belajar
2.1.1 Pengertian Kemandirian Belajar
Menurut Tirtaraharja dan La Sulo (2010: 50) “Kemandirian
Belajar diartikan sebagai aktivitas belajar yang berlangsungnya lebih
didorong oleh kemauan sendiri, pilihan sendiri, dan disertai rasa
tanggung jawab dari diri pembelajar.” Aktivitas yang dilakukan berasal
dari kesadaran seseorang sendiri dengan penentuan sikap yang sesuai
dengan keinginan seseorang tersebut. Hal ini juga sesuai dengan pendapat
Mudjiman (2007: 1)
“Belajar mandiri dapat diartikan sebagai kegiatan belajar aktif, yang
didorong oleh niat atau motif untuk menguasai suatu kompetensi guna
mengatasi suatu masalah dan dibangun dengan bekal pengetahuan atau
kompetensi yang telah dimiliki”.

Belajar mandiri tersebut didorong dengan adanya keinginan untuk
menguasai suatu kompetensi atau tujuan yang ingin dicapai sehingga
bermodalkan atas bekal pengetahuan yang telah didapat seseorang selama
kegiatan belajar aktif yang telah dilakukan.
Menurut Yamin (2011:108) “Kemandirian belajar adalah belajar

yang bebas menentukan arah, rencana, sumber dan keputusan untuk
mencapai tujuan akademik bukan bebas dari aturan-aturan negara,
aturan-aturan adat atau masyarakat.” Kemandirian belajar merupakan
kepribadian yang harus ada dalam diri seorang siswa. Kemandirian belajar
yang tinggi diharapkan dapat menciptakan menunjang keberhasilan siswa.
Siswa dikatakan telah mampu belajar secara mandiri apabila telah mampu
melakukan tugas belajar tanpa ketergantungan dengan orang lain namun
tetap menjalin interkasi yang baik antar teman saat diskusi kelompok dan
ikut andil didalamnya, serta memanfaatkan fasilitas belajar yang ada agar
lebih memudahkan dalam belajar.

9

Berdasarkan uraian tersebut maka yang dimaksud dengan
kemandirian belajar dalam penelitian ini adalah dorongan dari dalam diri
siswa yang diperoleh dengan adanya suatu proses pembelajaran di mana
individu memiliki inisiatif atas kemauan sendiri untuk dapat mengatasi
suatu masalah dengan intensitas penggunaan waktu yang tepat dan bebas
menentukan arah untuk mencapai suatu tujuan.
2.1.2 Ciri-Ciri Kemandirian Belajar

Siswa yang mempunyai kemandirian belajar dapat dilihat dari
kegiatan belajarnya, dia tidak perlu disuruh bila belajar dan kegiatan
belajar dilaksanakan atas inisiatif dan kesadaran dirinya sendiri. Untuk
mengetahui apakah siswa itu mempunyai kemandirian belajar yang tinggi
maka perlu diketahui ciri-ciri kemandirian belajar. Laird dalam Haris
Mudjiman (2007: 14) menyebutkan ciri-ciri kemandirian belajar sebagai
berikut:
1)
2)

Kegiatan belajarnya bersifat mengarahkan diri sendiri
Dapat mengatasi masalah sendiri atas dasar pengalaman bukan
mengharapkan jawaban dari guru atau orang lain.
3) Tidak mau didekte guru.
4) Umumnya tidak sabar untuk segera memanfaatkan hasil belajar.
5) Lebih senang dengan problem centered learning daripada contentcontered learning.
6) Lebih senang dengan partisipasi aktif
7) Selalu memanfaatkan pengalaman yang telah dimiliki
8) Lebih menyukai collaborative learning
9) Perencanaan dan evaluasi belajar, dilakukan dalam batas tertentu

antara siswa dengan guru.
10) Belajar harus dengan berbuat tidak cukup hanya mendengarkan.

Seorang siswa yang memiliki kemandirian yang tinggi akan selalu
aktif dan tidak beralas-malasan dalam diri untuk belajar sesuai
kebutuhannya, bekerja keras merencanakan setiap kegiatan belajarnya, dan
berusaha mengatasi kesulitan belajarnya dengan mencoba sendiri dan tidak
hanya

mengarapkan

bantuan

orang

keingintahuan yang dalam.

10

lain


serta

mempunyai

rasa

2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemandirian
Kemandirian belajar merupakan aktivitas belajar yang didorong
oleh kemauan sendiri, pilihan sendiri, dan tanggung jawab siswa sendiri.
Sikap mandiri seseorang tidak terbentuk dengan cara yang mendadak,
namun melalui proses sejak masa anak-anak. Keberhasilan siswa dalam
meningkatkan kemandirian belajar dipengaruhi beberapa faktor. Adapun
faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian belajar siswa menurut
Hasan Basri dalam (Astuti 2005:14) antara lain:
1) Faktor endogen (faktor dari dalam diri siswa) yang meliputi: keadaan
keturunan dan kondisi tubuhnya sejak dilahirkan dengan gejala
perlengkapan yang melekat padanya. Bermacam-macamnya sifat dai
Bapak/Ibu, atau nenek moyang mungkin akan didapatkan di dalam
diri seorang seperti bakat, potensi-intelektual, potensi pertumbuhan

tubuhnya.
2) Faktor eksogen (faktor dari luar diri siswa), yaitu semua keadaan atau
pengaruh yang berasal dari luar dirinya. Ketika anak hidup
dilingkungan keluarga yang memiliki kebiasaan hidup yang baik
dalam membentuk kepribadian, hal itu dapat memupuk kemandirian
dalam diri anak. Begitu pula sebaliknya, juga lingkungan keluarga
kurang baik, kebiasaan membentuk kepribadia npun kurang, maka
kemandirian dalam diri anak kurang.

Berdasarkan beberapa uraian tersebut dapat diketahui bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian belajar yaitu faktor
endogen dan eksogen. Faktor endogen merupakan faktor yang ada dalam
diri manusia itu sendiri seperti gen atau keturunan. Sedangkan faktor
eksogen merupakan faktor yang ada di luar diri seseorang seperti seperti
pola asuh, kehidupan di sekolah maupun di masyarakat.
2.2 Fasilitas Belajar
2.2.1 Pengertian Fasilitas Belajar
Suharsimi dan lia (2012 :188) menyatakan bahwa, “Fasilitas dapat
diartikan sebagai segala suatu yang dapat memudahkan dan melancarkan
pelaksanaan suatu usaha yang dapat memudahkan dan melancarkan

usaha ini dapat berupa benda maupun uang”. Salah satu faktor yang
mendukung keberhasilan belajar peserta didik adalah tersedianya fasilitas

11

belajar. Kelengkapan fasilitas belajar akan mempengaruhi semangat
belajar peserta didik. Sementara itu fasilitas Menurut Djamarah (dalam
Giantera: 2013:20) , “Fasilitas adalah segala sesuatu yang memudahkan
peserta didik”. Fasilitas belajar meliputi fasilitas belajar yang ada di
sekolah dan fasilitas belajar yang ada di rumah. Pada dasarnya fasilitas
belajar akan mempermudah proses belajar peserta didik. Perlengkapan
pendidikan Menurut Bafadal (2004: 8)
“Perlengkapan pendidikan di sekolah dapat dikelompokan menjadi (1)
sarana pendidikan dan (2) prasarana pendidikan. Sarana pendidikan
adalah semua perangkat peralatan, bahan, dan perabot yang secara
langsung digunakan dalam proses pendidikan di sekolah. Sedangkan
prasarana pendidikan adalah semua perangkat perlengakapan dasar
yang secara tidak langsung menunjang pelaksanaan proses pendidikan
disekolah.”


Dari beberapa pengertian tersebut yang dimaksud fasilitas belajar
dalam penelitian ini adalah sarana dan prasana atau suatu perlengkapan
yang dapat mendukung serta memudahkan seorang peserta didik untuk
melakukan kegiatan belajar dengan adanya jumlah fasilitas belajar yang
memadai serta intensitas penggunaan yang maksimal sehingga siswa
mampu berlajar secara mandiri . Sarana dan prasarana pendidikan harus
ada di sekolah maupun dirumah agar mendukung peserta didik dalam
aktivitas belajarnya.
2.2.2 Fasilitas belajar disekolah
Fasilitas belajar di sekolah merupakan salah satu sarana yang
diupaykan untuk memudahkan kegiatan belajar siswa. Fasilitas sekolah
dianggap sebagai sarana yang telah disediakan oleh sekolah untuk
dipergunakan guru dan siswa untuk mendukung sebuah proses belajar
mengajar disekolah. Sehingga kelengkapan sarana dan prasarana yang ada
di sekolah dibutuhkan untuk menunjang belajar siswa. Menurut
Permendiknas No 24 Tahun 2007 dalam (Suharsono: 2012: 18):
“Sebuah SMA/MA sekurang-kurangnya memiliki prasarana sebagai
berikut: ruang kelas, ruang perpustakaan,
ruang laboratorium
biologi,ruang laboratorium fisika, ruang laboratorium kimia, ruang


12

laboratorium komputer, ruang laboratorium bahasa, ruang pimpinan,
ruang guru, ruang tata usaha,tempat beribadah, ruang konseling,
ruang UKS, ruang organisasi kesiswaan, jamban, gudang, ruang
sirkulasi,tempat bermain/berolahraga”.

Prasarana tersebut setidaknya harus dimiliki oleh sekolah SMA
untuk kepentingan pembelajaran. Fasilitas yang tersedia bisa dimanfaatkan
oleh siswa untuk belajar dan mencari sumber belajar yang dibutuhkan
untuk memenuhi aktivitas pembelajaran secara rutin. Kelengkapan fasilitas
akan mempemudah siswa dalam melakukan proses pembelajaran dengan
baik. Bafadal (2004 : 2) menyatakan, fasilitas dapat dikelompokkan
menjadi dua yaitu sarana dan prasarana.
A. Sarana pendidikan
1. Ditinjau dari habis tidaknya dipakai meliputi :
a. Sarana pendidikan yang habis dipakai
b. Sarana pendidikan yang tahan lama.
2. Ditinjau dari pendidikan bergerak tidaknya.

a. Sarana pendidikan yang bergerak
b. Sarana pendidikan yang tidak bisa bergerak
3. Ditinjau dari hubungan dengan proses belajar mengajar.
a. Sarana pendidikan yang secara langsung digunakan dalam
proses belajar mengajar.
b. Sarana pendidikan yang secara tidak langsung berhubungan
dengan proses belajar mengajar, seperti lemari arsip dikantor.
B. Prasarana
1. Prasarana pendidikan yang secara langsung digunakan untuk proses
belajar mengajar, seperti ruang teori, perpustakaan, ruang praktik
ketrampilan, dan ruang laboratorium.
2. Prasarana sekolah yang keberadaannya tidak digunakan untuk proses
belajar mengajar.

Sarana dan prasarana

pendidikan sangat

dibutuhkan untuk


mendukung kegiatan belajar disekolah. Apabila fasilitas belajar yang
disediakan oleh sekolah tergolong lengkap untuk digunakan, maka siswa
akan lebih mudah mencari alternatif

pilihan dalam belajar yang sesuai

dengan minat dan keinginan masing – masing siswa sehingga mempunyai
dorongan untuk belajar lebih giat lagi dengan adanya berbagai fasilitas yang
menarik.
2.2.3 Macam – macam fasilitas belajar
Fasilitas belajar terdiri dari sarana dan prasarana yang dapat
mempermudah kegiatan belajar. Berbagai macam fasilitas yang disediakan

13

oleh sekolah akan memberikan kemudahan siswa dalam melakukan proses
belajar. Gie dalam (Giantera :2013:21) menjelaskan macam-macam fasilitas
belajar sebagai berikut:
1.


2.

3.

Ruang atau Tempat Belajar Yang Baik
Tempat belajar yang baik harus mempertimbangkan Penerangan Cahaya
dan Sirkulasi Udara.
Perabotan Belajar Yang Lengkap.
Dalam hal ini perabotan yang dibutuhkan untuk kegiatan belajar
mengajar yang baik, diantanya yaitu meja belajar, kursi belajar, dan
lemari buku serta kemungkinan perabotan lain yang dperlukan untuk
menunjang kegiatan belajar mengajar.
Perlengkapan Belajar Yang Efisien
Kekurangan alat, ketiadaan atau kurang tepat alat yang dipergunakan
akan mengurangi sempurnannya efisiensi maupun efektifitas kegiatan
atau bahkan berhenti sama sekali. Syarat yang lain dalam kegiatan
belajar mengajar yaitu buku-buku pegangan. Buku-buku pegangan yang
dimaksud di sini adalah buku-buku pelajaran yang dapat menunjang
pemahaman siswa dalam menerima materi yang disampaikan oleh guru.

Dari macam – macam fasilitas belajar tersebut harus disediakan
disekolah. Ruang belajar yang baik akan menciptakan suasana yang
nyaman sehingga siswa dapat berkonsentrasi dalam belajar. Perlengkapan
belajar yang efisien seperti buku pegangan akan menambah pengetahuan
siswa tentang suatu materi yang dibutuhkan.
2.2.4 Pentingnya fasilitas belajar
Kelengkapan fasilitas belajar akan menumbuhkan kemandirian
belajar siswa. Dalam menggunakan fasilitas belajar akan mempermudah
siswa mengikuti proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Pencarian
materi dengan menggunakan sumber – sumber belajar yang disediakan
oleh sekolah seperti perpustakaan akan menumbuhkan rasa ingin tahu
peserta didik dalam memahami materi pelajar sehingga akan memotivasi
siswa untuk belajar lebih giat. keuntungan bagi sekolah yang memiliki
kelengkapan sarana dan prasarana seperti Kelengkapan sarana dan
prasarana dapat menumbuhkan keinginan dan motivasi guru dalam
mengajar.
Selain kelengkapan fasilitas, pemanfaatan fasilitas juga diperlukan
untuk efisien dan efektifitas fasilitas tersebut. Dorongan untuk

14

memanfaatkan sarana dan prasarana membutuhkan peran guru dalam
memotivasi siswa untuk memanfaatkannya. Selain itu kelengkapan
fasilitas belajar juga akan mempermudah dan membantu guru dalam
mencari bahan materi sebagai sumber belajar sehingga tidak ada kendala
dalam menyampaikan materi kepada siswanya.

2.3 Interaksi Sosial
2.3.1 Pengertian Interaksi Sosial
Interaksi sosial merupakan kegiatan yang umum dilakukan oleh setiap
manusia dalam berbagai kegiatan yang ada dan selalu menjadi kebiasaan
sesorang untuk menjalin hubungan sosial. Menurut Gillin dan Gillin dalam
(Pradiptasari: 2016:13)
“interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis menyangkut
hubungan antar orang perorangan, antara kelompok-kelompok manusia,
maupun antara orang perorangan dengan kelompk manusia. Apabila dua
orang atau lebih bertemu, interaksi sosial dimulai pada saat itu. Aktivitas
seperti menegur, berjabat tangan, dan sebagainya merupakan bentuk dari
interaksi sosial.”

Apabila beberapa orang saling bertemu maka akan terjadi adanya
komunikasi atau interaksi sosial baik disengaja maupun tidak disengaja
dengan orang lain. Hal ini sejalan dengan pendapat Kimball Young dan
Raymond dalam (Pradiptasari: 2016:13)
“Interaksi sosial merupakan kunci dari semua kehidupan sosial karena tanpa
interaksi sosial, tidak akan mungkin ada kehidupan bersama. Interaksi sosial
tidak akan dapat terjadi jika seseorang tidak berhubungan secara langsung
dengan sesuatu yang tidak berpengaruh dengan dirinya.”

Dampak dalam interaksi sosial memepengaruhi diri sesorang untuk
saling bergantung dengan orang lain sehingga komunikasi menjadi kunci bagi
setiap kehidupan sosial karena merupakan aktivitas yang tidak timbul dengan
sendirinya tapi didorong oleh stimulus atau individu lain dan dengan respon
yang baik pula. Hal ini sejalan dengan pendapat Menurut Walgito (2010:11)

15

“Interaksi sosial merupakan Perilaku atau aktivitas yang ada pada individu
atau organisme itu tidak timbul dengan sendirinya, tetapi sebagai akibat
adanya stimulus atau rangsang yang mengenai individu atau organisme itu.
Perilaku atau aktivitas itu merupakan jawaban atau respons terhadap
stimulus yang mengenainya.”

Berdasarkan uraian tersebut maka yang dimaksud interaksi sosial
dalam penelitian ini adalah hubungan antara individu dengan individu atau
individu dengan kelompok yang saling mempengaruhi satu sama lain
sehingga terjadi hubungan timbal balik dan pada akhirnya membentuk
struktur sosial dengan adanya dorongan untuk berinteraksi pada berbagai
pihak yang terlibat serta kemampuan untuk menyelesaikan masalah di
kalangan siswa kelas X di SMA Virgo Fidelis yang diukur dengan kualitas
hubungan antar satu orang dengan orang lain atau keeratan hubungan dalam
berkomunikasi, tingkah laku, dan kontak sosial yang berkaitan dengan tugas
kelompok dan tugas mandiri.
Dengan adanya penerapan ilmu mengenai interaksi sosial yang terjadi
dalam kehidupan sosial maka akan bermanfaat bagi pengembangan diri
kedepannya, Menurut Ismanto (2014:9) “Masyarakat sebagai lingkungan
sosial akan memberikan respon atas kontribusi guru dari hasil pengembangan
diri.”
2.3.2 Syarat – Syarat Terjadinya Interaksi Sosial
Menurut

Soekanto

dalam

(Pradiptasari:

2016:14)

syarat-syarat

terjadinya interaksi sosial yaitu adanya kontak sosial dan adanya komunikasi:
a. Kontak Sosial
Kontak sosial berasal dari bahasa Latin Con atau Cum (yang artinya
bersama-sama) dan tango yang artinya menyentuh). Jadi artinya secara
harfiah bersama-sama menyentuh. Secara fisik, kontak sosial baru terjadi
apabila terjadi hubungan badaniah, sedangkan dalam gejala sosial tidak selalu
berarti hubungan badaniah. Kontak sosial dapat bersifat positif atau negative.
Bersifat positif mengarah pada kerjasama, dan yang bersifat negative
mengarah pada suatu pertentangan. Kontak sosial juga akan bersifat primer
dan sekunder apabila yang mengadakan hubungan langsung bertemu dan

16

berhadapan muka, Adapun kontak sekunder merupakankontak yang
memerlukan perantara.Apabila dengan perkembangan teknologi dewasa ini,
orang-orang dapat berhubungan satu dengan yang lainnya melalui telefon,
telegraf, radio, termasuk TV dan tidak memerlukan suatu hubungan badaniah.
b. Komunikasi
Komunikasi adalah bahwa seseorang memberikan tafsiran pada
perilaku orang lain (yang berwujud pembicaraan, gerak-gerak badaniah atau
sikap), persaan-perasaan apa yang ingin disampaikan oleh orang tersebut.
Orang yang bersangkutan tersebut kemudian memberikan reaksi terhadap
perasaan yang ingin disampaikan oleh orang lain tersebut. Dengan adanya
komunikasi tersebut, sikap-sikap dan perasaan-persaan suatu kelompok
manusia atau orang-perseorangan dapat diketahui oleh kelompok lain atau
orang lainnya. Hal itu merupakan bahan untuk menentukan reaksi apa yang
akan dilakukannya.
2.3.3 Faktor – faktor yang mempengaruhi interaksi sosial
Menurut Gerungan dalam (Harjani: 2014) Berlangsungnya suatu
proses interaksi didasarkan pada berbagai faktor, antara lain:
1.

2.

3.
4.

Faktor Imitasi
Merupakan suatu segi dari proses interaksi sosial, yang menerangkan
mengapa dan bagaimana dapat terjadi keseragaman dalam pandangan
dan tingkah laku antara orang banyak
Faktor sugesti
Seseorang memberikan pandangan atau sikap dari dirinya yang lalu
diterima oleh orang lain diluarnya.
Faktor Identifikasi
Merupakan suatu dorongan untuk identik (sama) dengan orang lain.
Faktor Simpati
Merupakan suatu perasaan tertarik kepada orang lain. Simpati timbul
tidak atas dasar logis rasional, tetapi berdasarkan penilaian perasaan.

Proses interaksi didasarkan oleh 4 faktor yang berbeda seperti
faktor imitasi yang merupakan keinginan untuk meniru seseorang yang
dianggap sebagai panutan, faktor sugesti merupakan sebuah pandangan
atau sikap yang diterima orang lain dengan mindset positif contohnya
seperti orang yang selalu menganggap setiap perbuatan merupakan hal

17

yang baik, faktor identifikasi adalah kegiatan meniru dengan sangat mirip
tanpaada perbedaan mencolok seperti seorang guru yang dipercaya oleh
siswa dalam menyampaikan ilmu dalam kegiatan belajar mengajar, dan
faktor simpati merupakan perasaan ketertarikan terhadap orang lain dari
sudut pandang perasaan, misalnya perasaan suka terhadap mata pelajaran
yang sangat menarik.
2.3.4 Bentuk – Bentuk Interaksi Sosial
Soekanto dalam (Pradiptasari : 2016: 17) berpendapat bahwa
bentuk-bentuk interaksi sosial ialah:
1.

2.

3.

4.

5.

Kerja sama
Kerja sama ialah suatu bentuk interaksi sosial, suatu usaha bersama
antara orang perorangan atau kelompok manusia untuk mencapai satu
usaha atau beberapa tujuan bersama.
Akomodasi
Suatu cara untuk menyelesaikan pertentangan tanpa menghancurkan
pihak lawan sehingga lawan tidak kehilangan kepribadiannya
Asimilasi
Merupakan proses sosial pada taraf lanjut. Ditandai dengan usahausaha mengurangi perbedaan yang terdapat antara perorangan atau
kelompok manusia dan juga meliputi usaha untuk memperbaiki sikap
dan proses mental dengan memperhatikan kepentingan dan tujuan
bersama
Persaingan
Persaingan adalah suatu bentuk interaksi sosial dimana orang-orang
atau kelompok berlomba meraih tujuan yang sama.
Pertentangan
Pertentangan adalah bentuk interaksi sosial dimana individu atau
kelompok berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan jalan
menantang pihak lawan disertai dengan ancaman/kekerasan.

Bentuk-bentuk interaksi sosial ada 5 menurut soekanto seperti
kerja sama antar perorangan untuk mencapai tujuan tertentu secara
bersama-sama, kemudian bentuk akomodasi dengan menyelesaikan
pertentangan dengan adil, asimilasi merupakan usaha untuk memperbaiki
sikap dengan melihat kepentingan bersama misalnya di dalam sebuah kerja
kelompok, bentuk persaingan adalah seseorang yang mempunyai ambisi
untuk meraih tujuan yang sama, dan bentuk pertentangan dimana
seseorang berusaha memenuhi tujuannya dengan menantang pihak lawan
menggunakan ancaman yang tidak seharusnya patut dilakukan dalam
kehidupan sosial manusia.

18

2. 4 Studi Terdahulu
Tabel 2.1
Tabel Studi Terdahulu
Judul
DUKUNGAN MINAT,
FASILITAS, DAN POLA
ASUH DALAM
BELAJAR TERHADAP
KEMANDIRIAN SERTA
DAMPAKNYA PADA
HASIL BELAJAR
MATEMATIKA KELAS
VIII SMP
MUHAMMADIYAH 7
SURAKARTA

Ayu
Widi
(2017)

Astuti

HUBUNGAN ANTARA
INTERAKSI
SOSIAL
DAN
MOTIVASI
BELAJAR
DENGAN
KEMANDIRIAN
MAHASISWA
PROGRAM
STUDI
PENDIDIKAN
EKONOMI FKIP UKSW
SALATIGA

Yunantoso, Robertus
Alfian (2016)

HUBUNGAN ANTARA
PENGGUNAAN MEDIA
PEMBELAJARAN
DENGAN
KEMANDIRIAN
BELAJAR
MAHASISIWA FIKP-PE
UKSW
SALATIGA
ANGKATAN TAHUN
2008-2009 SEMESTER II
TAHUN AJARAN 20112012.

Wicaksari,
2012.

Metode Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian
kuantitatif dengan desain penelitian
korelasional.Teknik pengambilan
sampel menggunakan proporsional
random sampling dengan cara
undian.Sampel
penelitian
ini
sebanyak 114 siswa. Pengumpulan
data penelitian hasil belajar
matematika menggunakan metode
dokumentasi
sedangkan
pengumpulan data minat belajar,
fasilitas belajar, dan pola asuh
orang tua menggunakan metode
angket. Teknik analisis data
menggunakan teknik analisis jalur.
Uji prasyarat adalah uji normalitas,
linearitas,
multikolinearitas,
autokorelai dan heteroskedastisitas.
Penelitian ini adalah penelitian
kuantitatif dengan perhitungan
korelasi. Populasi dalam penelitian
ini adalah Mahasiswa FKIP-PE
UKSW Salatiga angkatan 20122015 yang berjumlah 117 orang.
Tekhnik
pengambilan
sampel
penelitian menggunakan tekhnik
random proposional berlapis atau
stratified propotionate random
sampling,
sehingga
diperoleh
jumlah sampel sebesar 91 orang.
Pengumpulan data dilakukan satu
kali dengan menggunakan angket

Kesimpulan
bahwa (1) terdapat kontribusi minat
belajar, fasilitas belajar, dan pola
asuh orang tua dan signifikan
terhadap hasil belajar matematika
secara tidak langsung melalui
kemandirian, kontribusi tersebut
sebesar
33,8%;
(2)
terdapat
kontribusi minat belajar, fasilitas
belajar, dan pola asuh orang tua dan
signifikan terhadap kemandirian,
kontribusi tersebut sebesar 47,5%; (3)
terdapat kontribusi kemandirian
terhadap hasil belajar matematika
sebesar 21,2%, tetapi tidak signifikan
pada taraf signifikansi.

Jenis
Penelitian
ini
adalah
penelitian korelasional, Populasi
dalam penelitian ini
adalah
Mahasiswa
FKIP-PE
UKSW
Salatiga angkatan 2008-2009 yang
berjumlah 124 orang. Tekhnik
pengambilan sampel menggunakan
tekhnik
random
proposional
berlapis, sehingga diperoleh jumlah
sampel
sebesar
31
orang.
Pengumpulan data menggunakan
angket dan studi dokumentasi

Hasil uji Korelasi Spearman dengan
bantuan atau terdapat hubungan yang
positif
dan
signifikan
antara
penggunaan media pembelajaran
dengan
kemandirian
belajar
Mahasiswa FKIP-PE UKSW Salatiga
angkatan tahun 2008-2009 Semester
II tahun ajaran 2011-2012. Dengan
demikian Ho ditolak dan Ha diterima.

Eviana.

19

Hasil uji korelasi menghasilkan
koefisien korelasi sebesar r(hitung) =
0,805 yang menandakan bahwa ada
hubungan.
Hasil
perhitungan
koefesien korelasi antara variabel
(X1) Interaksi Sosial dengan (Y)
Kemandirian
Belajar
yang
menunjukan koefisien korelasinya
sebesar positif 0,776 dan signifikan.
Hasil yang diperoleh bahwa variabel
Motivasi (X2) memiliki koefesien
korelasi 0,751 (positif) terhadap
variabel
Kemandirian
belajar
Mahasiswa PE FKIP UKSW Salatiga
(Y), dengan nilai signifikansi ɑ =
0,000 < 0,05 sehingga signifikan.

2.5 Kerangka Berfikir
Menurut Sekaran dalam Sugiyono (2015:91) mengemukakan bahwa
“kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori
berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai
masalah yang penting.” Kerangka berpikir dalam penelitian ini sebagai
berikut:
a. Hubungan fasilitas belajar dengan kemandirian belajar pada mata
pelajaran Ekonomi.
Fasilitas belajar yang lengkap dan memadai akan

mendorong siswa

dalam kegiatan pembelajaran dan menimbulkan adanya semangat kearah
yang lebih berkembang untuk menjadi pribadi yang mandiri dalam
manajemen waktu untuk memanfaatkan fasilitas yang ada baik fasilitas
belajar disekolah maupun fasilitas belajar dirumah.
b. Hubungan Interaksi Sosial dengan kemandirian belajar pada mata
pelajaran Ekonomi.
Siswa yang mempunyai kemampuan komunikasi antar teman sebaya
maupun dengan guru yang baik diharapkan punya kemandirian yang
tinggi pula. Belajar secara mandiri tanpa dorongan orang lain akan lebih
bisa menunjang diri siswa untuk menghargai pendapat teman sebaya.
Intensitas untuk memanajemen waktu dalam belajar setiap individu pasti
berbeda-beda. Maka butuh adanya interaksi sosial yang baik.
c. Hubungan fasilitas belajar dan interaksi sosial dengan kemandirian belajar
pada mata pelajaran Ekonomi.
Dengan adanya fasilitas belajar yang memadai didukung dengan interaksi
sosial yang baik dalam diri siswa, maka siswa akan secara sadar mampu
bertanggung jawab atas kesiapannya dalam belajar dan memperoleh hasil
yang baik serta menciptakan kemandirian dalam dirinya.
Penelitian ini melibatkan tiga variabel yaitu Fasilitas belajar,
Kemandirian Belajar, dan Prestasi Belajar. Variabel fasilitas belajar
diberlakukan sebagai variabel bebas dan diberi notasi X1.Variabel fasilitas
belajar diberlakukan sebagai variabel bebas dan diberi notasi X2.Variabel

20

kemadirian belajar diberlakukan sebagai variabel terikat dan diberi notasi
Y. Adapun kerangka penelitiannya digambarkan sebagai berikut:

(X1)
R

(Y)

(X2)

Gambar 2.1. Model Hipotetis Hubungan Fasilitas Belajar dan Interaksi
Sosial dengan Kemandirian siswa kelas X pada Mata Pelajaran Ekonomi di
SMA Virgo Fidelis Bawen Tahun Ajaran 2016/2017

Keterangan :
X1

: Fasilitas Belajar

X2

: Interaksi Sosial

Y

: Kemandirian Belajar

R

: Analisis Korelasi Product Moment
: menyatakan hubungan assosiatif

2.6 Hipotetis Penelitian
Hipotetis penelitian digunakan sebagai dugaan sementara terhadap
penelitian yang sedang dilakukan. Dengan mengacu pada rumusan masalah
penelitian, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
1. Hipotetis
1) Hipotetis kerja I
Ada hubungan positif antara fasilitas belajar dengan kemandirian
belajar Siswa Kelas X pada Mata Pelajaran Ekonomi Di SMA Virgo
Fidelis Bawen Tahun Ajaran 2016/2017
Hipotetis Statsitik I
H0 :�x1.y = 0

H1: �x1.y > 0
21

2) Hipotetis kerja II
Ada hubungan positif antara interaksi sosial dengan kemandirian
belajar Siswa Kelas X pada Mata Pelajaran Ekonomi Di SMA Virgo
Fidelis Bawen Tahun Ajaran 2016/2017
Hipotetis Statsitik II
H0 :�x2.y = 0

H1: �x2.y > 0

3) Hipotetis kerja III
Ada hubungan positif antara fasilitas belajar dan interaksi sosial
dengan kemandirian belajar Siswa Kelas X pada Mata Pelajaran
Ekonomi Di SMA Virgo Fidelis Bawen Tahun Ajaran 2016/2017
Hipotetis Statsitik III
H0 :�x1.x2.y = 0

H1: �x1.x2.y > 0

22