LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM DIMASA KLASIK (3)

PENDAHULUAN
Sejarah Pendidikan islam telah berlangsung kurang lebih 14 abad yang telah lalu, yakni
sejak nabi Muhammad Saw diutus menjadi rasul. Pada awalnya pendidikan berlangsung secara
sederhana, dengan masjd sebagai pusat proses pembelajaran, Al qur'an dan Hadits sebagai
kurikulum utama dan Rasulullah sendiri berperan sebagai guru dalam proses pendidikan tersebut,
tetapi setelah Rasulullah wafat Islam terus berkembang sampai ke akhir jazirah arab. Sehingga
pendidikan islampun mengalami banyak perkembangan dan salah satu perkembangannya dapat
dilihat dari lembaga pendidikan yang berkembang saat itu.
Lembaga pendidikan Islam merupakan hal yang sangat penting dalam mencapai
keberhasilan proses pendidikan, karena lembaga berfungsi sebagai mediator dalam mengatur
jalannya proses pendidikan. Dewasa ini tampaknya tidak bisa disebut pendidikan apabila tidak
ada lembaganya.
Lembaga pendidikan dewasa ini juga sangat mutlak keberadaannya bagi kelancaran proses
pendidikan. Apalagi lembaga pendidikan dikaitkan dengan konsep Islam. Lembaga pendidikan
Islam merupakan suatu wadah bagi pendidikan Islam untuk bisa melaksanakan tugasnya demi
tercapai cita-cita umat Islam.
Tulisan ini merupakan sebuah rangkuman dari materi kuliah sejarah pendidikan islam,
berawal dari pembahasan sejarah pendidikan pada masa nabi hingga sejarah pendidikan Islam
pada masa bani Abasyyiah. Dengan menggunakan pendekatan kelembagaan yang berkembang
pada masanya, berharap agar titik fokus pembahasan sejarah pendidikan islam bias dalam
pembahannya.


1

LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM DI MASA KLASIK
A. Kuttab
1. Definisi

: Kuttab berasal dari akar kata taktib yang artinya mengajar menulis.
Sementara katib atau kuttab berarti penulis.1

2. Tujuan Pendidikan

: lembaga pendidikan dasar terutama mengajarkan tulis-baca.

3. Kurikulum Pembelajaran : tulis-baca, puisi, Al-Qur’an, dasar-dasar agama Islam, gramatika
bahasa Arab, dan aritmatika
4. Metode Pengajaran

: mencatat, membaca, menghafal al-Qur’an, memahami, muzakarah


5. Kriteria Peserta didik

: usia anak tidak ditentukan pasti, kurang lebih 5 tahun, lama jenjang
pendidikan pun tidak ditentukan, walau rata-rata telah selesai dalam
5 tahun.

6. Tempat Pembelajaran

: di rumah ulama, pekarangan masjid, madrasah

7. Kronologi Perkembangan :
Kuttab sebenarnya telah ada di negeri Arab sebelum datangnya agama Islam.
Kuttab merupakan institusi pendidikan yang tertua dalam sejarah tarbiyah. Kondisinya
masih sangat sederhana. Yang ada hanya seorang guru yang dikelilingi sejumlah murid. Di
antara penduduk Mekah yang mula-mula belajar menulis huruf Arab di kuttab ini ialah
Sufyan bin Umayyah bin Abdul Syams dan Abu Qais Abdul Manaf bin Zuhrah bin
Kilab.Keduanya belajar dari Bisyr bin Abdul Malik yang mempelajarinya dari hirah. Kuttab
dalam bentuk awalnya hanya berupa ruangan di rumah seorang guru.
Pada awal pemerintahan Islam di Madinah, pengajar baca tulis di kuttab kebanyakan
non muslim, karena sedikit sekali kaum muslim yang bisa menulis. Rasulullah pernah

membebaskan para tawanan perang dengan syarat mengajari 10 orang muslim membaca dan
menulis. Setelah Nabi Saw. dan para sahabat membangun masjid, barulah ada kuttab yang
didirikan di samping masjid.
Pada perkembangan selanjutnya sekitar sepuluh tahun setelah wafatnya Rasulullah
saw, pasukan Islam telah menguasai Syria, Irak, dan Mesir — daerah-daerah yang menjadi
pusat kegiatan intelektual saat itu. Peristiwa ini mendorong munculnya diversifikasi
pengetahuan yang dikenal oleh umat Islam dan pada gilirannya mempengaruhi kurikulum
kuttab. Perkembangan berikutnya menunjukkan bahwa tulis-baca, puisi, Al-Qur’an,

1 http://psikologip.blogspot.com/2011/12/kuttab-sebagai-lembaga-pendidikan-islam.html
diakses tanggal 01 November 2014

2

gramatika bahasa Arab, dan aritmatika (berhitung dasar) menjadi bagian utama dari
kurikulum pendidikan level ini.2
Pada masa pemerintahan Umar Ibn al-Khattab, muncul ide pembaruan. Umar
menginstruksikan agar anak-anak di kuttab juga diajarkan berenang, mengendarai kuda,
memanah dan tatabahasa Arab.
Pada periode bani Ummayah, untuk mengimbangi laju pendidikan yang begitu pesat

maka kuttab-kuttab tidak hanya ada di masjid, tapi terdapat pula kuttab-kuttab umum yang
berbentuk madrasah, yakni telah mempergunakan gedung sendiri dan mampu menampung
ribuan murid.3
Dalam perkembangan pendidikan Islam di Indonesia kuttab sebagai lembaga
pendidikan dasar, setara dengan sekolah dasar (SD) dan madrasah ibtidaiyah (MI) atau
bentuk lain yang sederajat serta sekolah menengah pertama (SMP) dan madrasah tsanawiyah
(MTs), atau bentuk lain yang sederajat.4
Saat ini ke-Islam-an seorang anak, dididik dalam Pendidikan Agama dan Budi
Pekerti di sekolah. Pengetahuan agama lebih kepada praktek berbuat baik dan budi pekerti,
baru sedikit mempelajari namun belum sama sekali menyentuh secara langsung sumber dari
pengetahuan agama dan budi pekerti tersebut (dalam hal ini al-Qur’an dan Hadits). Dan
yang paling mencolok dalam perbedaannya adalah materi menghafal al-Qur’an, padahal di
beberapa kuttab pada masa dahulu menghafal al-Qur’an merupakan sesuatu yang wajib
B. Masjid
1. Definisi

: berasal dari bahasa arab sajada yang berarti tempat sujud atau

tempat
menyembahAllah SWT

2. Tujuan Pendidikan

: penyelesaian masalah individu dan masyarakat

3. Kurikulum pendidikan

: urusan agama dan kehidupan sehari-hari disesuaikan dengan
kemampuan peserta halaqah.

4. Metode Pengajaran

: ceramah,5 diskusi dan dialog

5. Kriteria Peserta didik

: umum, anak-anak dan dewasa

6. Pendekatan Pembelajaran : halaqah-halaqah
2 Ibid.
3 Ibid.

4 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional Bab IV Pasal 17
5 https://www.academia.edu/5544793/Fungsi_Masjid_Dalam_Membangun_Peradaban_Islam.
diakses tanggal 01 November 2014

3

7. Kronologi Perkembangan :
Pada masa awal Islam, prose pembelajaran dilaksanakan secara informal, yaitu
berlangsung di rumah al Arqam bin Abi al Arqam atau biasa disebut dengan Dar al Arqam di
Mekkah, tepatnya di atas bukit Shafa.6
Setelah Rasulullah hijrah ke kota Madinah, maka proses pendidikan lebih difokuskan
di masjid. Fungsi masjid tersebut selain tempat ibadah, juga sebagai tempat penyebaran
dakwah, ilmu Islam, penyelesaian masalah individu dan masyarakat, menerima duta-duta
asing, pertemuan pemimpin-pemimpin Islam, bersidang, dan madrasah bagi orang-orang
yang ingin menuntut ilmu khususnya tentang ajaran Islam.7
Khalifah Umar ibn Khattab mengusulkan agar para pelajar diliburkan pada waktu
dzuhur hari kamis, agar mereka bersiap-siap menghadapi hari Jum‟at. Usul ini kemudian
menjadi tradisi hingga sekarang.8
Di masjid Amr ibn ‘Ash (13 H), yang mula-mula diajarkan di masjid ini ialah

pelajaran agama dan budi pekerti. Kemudian secara berangsur-angsur ditambahkan beberapa
mata pelajaran. Pada waktu imam Syafi’i datang ke masjid ini untuk menjadi guru pada
tahun 182 H, ia melihat sudah ada delapan buah halaqa yang penuh dengan pelajar.
Pada masa Umayyah terdapat masjid sebagai pusat ilmu yakni Cordoba, masjid ashShahra, masjid Damaskus, dan masjid Qairawan.
Pada masa Abbasiyyah, terdapat juga masjid sebagai pusat ilmu, periode pertama 132232 H (750-847 M), yakni masjid Basrah, yang didalamnya terdapat halaqa al- Fadh,
halaqa al Fiqh, halaqa al- tafsir wa al hadits, halaqa al- Riyadiyyah, halaqa al Sirr wa alAdab (belum ada madrasah/sekolah).9
Berbeda dengan fungsi masjid dalam pendidikan dahulu, di Indonesia seperti yang
dilaporkan oleh KH. Anas Machfudz di Lumajang dalam pengajian rutin jum’an sabtu. 10
Tanggapan peserta dalam pengajian tersebut mengenai peran dan fungsi masjid adalah
sebagai berikut:

6 Ibid.
7 http://mahluktermulia.wordpress.com/2011/10/10/masjid-lembaga-pendidikan-islam-telaahatas-fungsi-fungsi-masjid-pada-periode-klasik/ diakses tanggal 02 november 2014

8
https://www.academia.edu/5544793/Fungsi_Masjid_Dalam_Membangun_Peradaban_Is
lam. diakses tanggal 01 November 2014
9 Ibid.
10 http://achmad-allumajangi.blogspot.com/2011/10/peran-dan-fungsi-masjid-dalam.html.
diakses tanggal 01 November 2014


4

a) Masih banyak Masyarakat awwam yang menganggap Fungsi Masjid hanya sebagai
tempat sholat, dzikir atau mengaji saja, sehingga dalam mempraktekkan fungsi Masjid
seperti pada jaman Rosulullah SAW, dipastikan akan mengalami bebrapa pertanyaan
besar di masyarakat.
b) Pada jaman sekarang, sudah banyak lembaga lembaga sosial seperti Lembaga Donor
Darah, Lembaga Amil Zakat dan lain sebagainya, hal ini seakan-akan sudah kurang
memungkinkan apabila Masjid juga melakukan peran yang sama dengan mereka,
c) SDM Pengurus Masjid maupun masyarakat juga kurang mendukung akan kegiatan
masjid secara luas, hal ini bisa kita liat pada kegiatan-kegiatan masjid yang tidak terlalu
banyak pengunjungnya,
d) Perlu dicari landasan hukum (agama) terkait pemakmuran masjid secara luas (tidak
hanya untuk dakwah saja) untuk menjawab berbagai keresahan di masyarakat
e) Kurangnya sosialisasi akan peran dan fungsi masjid secara luas kepada masyarakat
Dari catatan beliau tersebut, walaupun belum bisa dirata-ratakan semua masjid di
Indonesia belum memiliki peran yang cukup dalam pendidikan, setidaknya dari catatan
tersebut kita tahu kalau ada sebuah masjid yang memerlukan pengelolaan maksimal dalam
masalah pendidikannya di Indonesia.

C. Rumah-rumah Ulama
1. Definisi

: Rumah pribadi yang beralih fungsi sebagai lembaga pendidikan

2. Tujuan Pendidikan

:-

3. Kurikulum Pembelajaran : materi – materi pendidikan diserahkan kepada pemilik rumah
4. Metode Pengajaran

: halaqah

5. Kriteria Peserta didik

: umum

6. Kronologi Perkembangan :
Model pertama dari lembaga pendidikan ini adalah rumah Al-Arqam bin Abi Arqam

pada awal permulaan Islam. Hal ini berlangsung kurang lebih 13 tahun. Namun sistem
pendidikan pada lembaga ini masih berbentuk halaqah dan belum memiliki kurikulum dan
silabus seperti yang di kenal sekarang. Sedangkan sistem dan materi – materi pendidikan
yang akan di sampaikan di serahkan sepenuhnya kepada Nabi SAW.11
Sebelum masjid di bangun, maka di samping memberi pelajaran di rumah Al-Arqom
itu, Nabi juga mengajar di rumahnya di Mekkah, maka berkumpullah manusia di sekitar
beliau untuk menerima pelajaran yang di sajikan oleh Nabi. Kondisi tetap seperti ini hingga
11 http://mezazainul.blogspot.com/2012/03/rumah-ulama-dan-istana-khalifah-sebagai.html
diakses tangga 01 November 2014

5

turunlah surat al-Ahzab ayat 35. ayat ini di turunkan di madinah sesudah masjid di bangun.
Dalam pendidikan islam selanjutnya, model sistem pendidikan ini terus di kembangkan
sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, tuntutan masyarakat, dan zaman. 12
Belajar di rumah-rumah ulama merupakan fenomena umum di masyarakat Islam. Ini
menunjukkan tidak ada rasa terganggu atau berat hati bila rumah mereka dipakai tempat
belajar. Banyak laporan sejarah yang menjelaskan bahwa banyak pelajar yang menunggu di
depan pintu rumah ulama-ulama. Mereka kesana untuk mencari pemecahan masalah yang
mereka hadapi atau mendiskusikan persoalan-persoalan fiqih. Ada diantara mereka yang

menghadap ulama untuk meminta riwayat hadis, mendengarkan puisi, atau belajar ilmu
lainnya. 13
Diantara rumah ulama terkenal yang menjadi tempat belajar adalah rumah Ibnu Sina,
Al-Gazali, Ali Ibnu Muhammad Al-Fasihi, Ya’qub Ibnu Killis, Wazir Khalifah Al-Aziz
billah Al-Fatimy. 14
D. Shuffah
1. Definisi

: ruangan masjid yang jadi tempat tinggal orang-orang fakir miskin
yang tekun menuntut ilmu.

2. Tujuan Pendidikan

:-

3. Kurikulum Pembelajaran : tasawuf, dasar-dasar berhitung, kedokteran, astronomi, geneologi,
dan ilmu fonetik
4. Metode Pengajaran

:-

5. Kriteria Peserta didik

: para sufi

6. Tempat Pembelajaran

:-

7. Kronologi Perkembangan :
Pada masa rasulullah saw shuffah adalah suatau tempat yang telah dipakai untuk
aktifitas pendidikan. Pada masa ini setidaknya telah ada sembilan shuffah yang tersebar di
madinah. Salah satunya berada di masjid nabawiy yaitu bagian dari ruangan yang terdapat di
masjid al-nabawiy di madinah. Di suffah ini para pengikut nabi Muhammad saw dari
kalangan muhajirin (yang ikut berpindah dari mekkah ke madinah) bertempat tinggal
sementara sambil memperdalam pengetahuan agama dari nabi muhammad saw. Karena
mereka tinggal di suffah ini berada dalam serba kekurangan secara ekonomi, dan hidup
sangat sederhana, maka ada yang menghubungkan suffah dengan teori munculnya kaum sufi
12 Ibid.
13 Ibid.
14 Ibid.

6

dalam Islam. Rasulullah saw mengangkat ubaid ibn al-samit sebagai guru pada sekolah
shuffah di madinah. Dalam perkembangan berikutnya sekolah ini menawarkan pelajaran
dasar-dasar berhitung, kedokteran, astronomi, geneologi, dan ilmu fonetik.15
E. Al-Qusur
1. Definisi

: Pendidikan rendah di istana

2. Tujuan Pendidikan

: menyiapkan anak didik agar mampu melaksanakan tugas-tugasnya
kelak setelah ia dewasa

3. Kurikulum Pembelajaran : tidak berbeda jauh dari kuttab hanya dalam pengembangannya
diserahkan sepenuhnya kepada orang tua murid
4. Metode Pengajaran

: hampir sama dengan kuttab

5. Kriteria Peserta didik

: anak pejabat dalam istana

6. Tempat Pembelajaran

: di istana

7. Kronologi Perkembangan :
Timbulnya pendidikan rendah di istana untuk anak-anak para pejabat adalah
berdasarkan pemikiran bahwa pendidikan itu harus bersifat menyiapkan anak didik agar
mampu melaksanakan tugas-tugasnya kelak setelah ia dewasa. Atas dasar pemikiran
tersebut, khalifah dan keluarganya serta para pembesar istana lainnya berusaha menyiapkan
agar anak-anaknya sejak kecil sudah diperkenalkan dengan lingkungan dan tugas-tugas yang
akan di embannya nanti. Oleh karena itu mereka memanggil guru-guru khusus untuk
memberikan pendidikan kepada anak-anak mereka.16
Pendidikan anak-anak di istana berbeda dengan pendidikan anak-anak di kuttab
pada umumnya. Di istana orang tua murid (para pembesar di istana) adalah yang membuat
rencana pelajaran tersebut selaras dengan anaknya dan tujuan yang di kehendakinya oleh
orang tuanya. Namun walaupun demikian secara umum pelajaran yang dipelari di al-Qushur
ini adalah al-Qur’an, Hadis, syair arab, sejarah orang-orang terdahulu, dan lain-lain.17
Di Indonesia lembaga al-Qushur ini bisa jadi mirip dengan homeschooling,
Homeschooling (HS) sendiri adalah model alternatif belajar selain di sekolah. Salah satu
pengertian umum homeschooling adalah sebuah keluarga yang memilih untuk bertanggung
jawab sendiri atas pendidikan anak-anak dan mendidik anaknya dengan berbasis rumah.
Pada homeschooling, orang tua bertanggung jawab sepenuhnya atas proses pendidikan anak;
15 http://marufi.blogspot.com/2013/10/pendidikan-agama-islam-bercorak-historis.html
diakses tanggal 01 November 2014
16 Zuhairini. Dkk, Sejarah Pendidikan Islam (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010) hlm. 92
17 Ibid.

7

sementara pada sekolah reguler tanggung jawab itu didelegasikan kepada guru dan sistem
sekolah.18
F. Al-Salunat al-‘Adabiyyah (Majelis Sastra)
1. Definisi

: tempat untuk melakukan kegiatan pertunjukkan pembacaan dan
pengkajian sastra atau sebagai sanggar / teater budaya.

2. Tujuan Pendidikan

:-

3. Kurikulum Pembelajaran : sastra dan ilmu pengetahuan
4. Metode Pengajaran

:-

5. Kriteria Peserta didik

: orang yang diundang oleh khalifah

6. Tempat Pembelajaran

: suatu tempat di istana

7. Kronologi Perkembangan :
Majlis ini bermula sejak zaman khulafa’ al rasyidin yang biasanya memberikan fatwa
dan musyawarah serta diskusi dengan para sahabat untuk memecahkan berbagai masalah
yang dihadapi pada masa itu. Tempat pertemuan pada masa itu adalah di masjid. Setelah
masa khalifah Bani Umayyah, tempat masjid tersebut di pindah ke istana, dan orang-orang
yang berhak menghadirinya adalah orang-orang tertentu saja yang diundang oleh khalifah.
Bahkan pada masa khalifah Daulah Abbasyiyyah, majlis sastra ini sangat menjadi
kebanggaan khalifah yang memang pada umumnya khalifah-khalifah Daulah Abbasyiyyah
sangat tertarik pada perkembangan ilmu pengetahuan.19
Pada masa Harun al rasyid (170-193 H) majlis sastra ini menghadapi kemajuan yang
luar biasa karena khalifah sendiri adalah ahli ilmu pengetahuan dan juga mempunyai
kecerdasan, sehingga khalifah sendiri aktif di dalamnya. 20
G. Bimaristan dan Mustashfayat (Rumah Sakit)
1. Definisi

: bimaristan berasal dari bahasa Persia yang berarti rumah orang

sakit
2. Tujuan Pendidikan

: mendidik tenaga-tenaga yang berhubungan dengan perawatan dan
pengobatan

4. Sistem pendidikan

: pendidikan, penelitian dan praktikum

18 http://www.psikologizone.com/pengertian-homeschooling-indonesia/06511347 diakses 02
November 2014
19 http://authorahmi.wordpress.com/2013/10/21/lembaga-pendidikan-islam-periode-awal/
diakses tanggal 01 november 2014
20 Ibid.

8

5. Kriteria Peserta didik

: murid di bidang kedokteran

6. Tempat Pembelajaran

:Rumah sakit, bangunan yang terpisah dari rumah sakit

7. Kronologi Perkembangan :
Pada zaman jayanya perkembangan kebudayaan islam dalam rangka menyebarkan
kesejahteraan di kalangan umat islam, maka banyak didirikan rumah-rumah sakit oleh
khalifah dan pembesar-pembesar Negara. Rumah sakit tersebut, bukan hanya berfungsi
sebagai tempat merawat dan mengobati orang sakit. Tetapi juga mendidik tenaga-tenaga
yang berhubungan dengan perawatan dan pengobatan. Mereka mengadakan berbagai
penelitian dan percobaan dalam bidang kedokteran dan obat-obatan, sehingga berkembang
ilmu kedokteran dan ilmu obat-obatan atau farmasi. Rumah sakit ini juga tempat praktikum
dari sekolah kedokteran yang didirikan di luar rumah sakit, tetapi tidak jarang pula sekolah
kedokteran tersebut didirikan tidak terpisah dari rumah sakit. Dengan demikian, rumah sakit
dalam dunia islam juga berfungsi sebagai lembaga pendidikan.21
Konsep rumah sakit pertama dalam peradaban Islam dibangun atas permintaan
Khalifah Al-Walid (705-715 M) dari Dinasti Umayyah. Pada awal didirikan, keberadaan
tempat perawatan yang dikenal dengan nama 'Bimaristan' itu digunakan sebagai tempat
isolasi bagi para penderita lepra yang saat itu sedang merajalela. 22
Rumah sakit Islam pertama yang sebenarnya, menurut Husain, baru dibangun pada era
kekuasaan Khalifah Harun Al-Rasyid (786-809 M). Rumah sakit tersebut berada di Kota
Baghdad, pusat pemerintahan kekhalifahan Islam saat itu. Rumah sakit ini dikepalai
langsung oleh Al-Razi, seorang dokter Muslim terkemuka yang juga merupakan dokter
pribadi khalifah. 23
Keberadaan bimaristan menjadi bukti rekaman sejarah tentang betapa tingginya
peradaban Islam pada abad ke-13 M karena hampir di tiap ibu kota negara Islam terdapat
rumah sakit yang telah dilengkapi dengan sekolah kedokteran, perpustakaan, dan pusat
pengembangan medis.24

21 http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/14/09/30/ncpmbb-bimaristanrumah-sakit-islam-lintas-kasta-1 diakses tanggal 01 november 2014
22 Ibid.
23 Ibid.
24 Ibid.

9

H. Ribat
1. Definisi

: ikatan, tempat tentara yang dibangun di perbatasan negeri untuk
mempertahankan negara dari serangan musuh, tempat orang-orang
yang berjuang melawan hawa nafsunya, yaitu orang-orang sufi

2. Tujuan Pendidikan

:-

3. Kurikulum Pembelajaran : agama dan tasawuf
4. Pendekatan Pengajaran

: Beribadah dan berdzikir

5. Kriteria Peserta didik

: sufi laki maupun perempuan

7. Kronologi Perkembangan :
Ribath banyak sekali ditemukan pada amasa Bani Umayah dan Abasiyah. Ribath
yang terbesar adalah di sebelah utara negeri Syam (Syria) dan utara Afriqiah (Tunisia).
Mereka tinggal di ribath beribadat siang dan malam. Selain beribadat dan membaca dzikir
mereka juga belajar agama pada Syekh (kepala ribath). Pada setiap ribath ada Syekh, guruguru dan qari Al-Qur’an. Diantara ribath yang terkenal mengadakan halaqah untuk
mengajarkan membaca, menulis, agama dan tasawuf adalah ribath Al-Athar yang didirikan
oleh Shahib Tajuddin Muhammad bin Shahib Fakhruddin Muhammad.25
I. Perpustakaan
1. Definisi

: ruang yg disediakan untuk pemeliharaan dan penggunaan koleksi
buku

2. Tujuan Pendidikan

:-

3. Kurikulum Pembelajaran : 4. Fungsi dalam pendidikan : Learning Center, Pusat Penelitian, Pusat Penerjemahan,
Pusat Penyalinan /percetakan kitab
5. Kriteria Peserta didik

: umum

6. Tempat Pembelajaran

:-

7. Kronologi Perkembangan :
Perkembangan perpustakaan pada mulanya berasal dari gerakan menerjemahkan
berbagai karya-karya dalam berbagai Bahasa, yang dapat digolongkan menjadi 3 fase. 26
25 http://www.slideshare.net/kabutovanucrut/savedfiles?s_title=lembaga-pendidikan-islamribath&user_login=AliMurfi diakses tanggal 01 November 2014
26 http://sejarah.kompasiana.com/2013/02/14/sejarah-pendidikan-islam-pada-masa-baniabasiyah-534282.html diakses tanggal 01 November 2014

10

Pertama, pada khalifah al-Mansyur hingga Harun al-Rasyid. Pada fase ini yang banyak
diterjemahkan adalah karya-karya dalam bidang astronomi dan mantiq.
Fase kedua berlangsung mulai masa khalifah al-Ma’mun hingga tahun 300H. Bukubuku yang banyak diterjemahkan yaitu dalam bidang filsafat dan kedokteran.
Fase ketiga berlangsung setelah tahun 300H, terutama setelah adanya pembuatan
kertas, bidang-bidang ilmu yang diterjemahkan semakin meluas.27
Perpustakaan menjadi pusat pembelajaran pada masa Abbasyiyah. Mereka
membangun perpustakaan, baik umum, khusus maupun perpustakaan pribadi. Sehingga
tidak heran banyak masjid dan sekolah memiliki perpustakaan. Mereka menganggap bahwa
perpustakaan sama pentingnya dalam membangun ilmu pengetahuan. Bahkan fungsi
perpustakaan kadang-kadang tidak dapat di bedakan dengan fungsi lembaga pendidikan
karena sama-sma memberikan sumbangan dalam pengajaran kepada umat.28
Kemunduran dan kehancuran perpustakaan di era peradaban Islam mengikuti
kejatuhan wilayah-wilayah muslim setelah pertarungan fisik melawan musuh-musuhnya.
Misalnya perpustakaan di Tripoli di hancurkan oleh tentara perang Salib atas komando
seorang rahib yang tak senang saat melihat banyak Al Qur’an di perpustakaan tersebut. Di
samping itu perpustakaan terkenal lainya, seperti milik Sultan Nuh Ibn Mansur yang dibakar
setelah filosuf besarnya menyelesaikan penelitiannyadi tempat itu. Kenyataan itu
menimbulkan tuduhan bahwa cendikiawan sendiri yang membakar perpustakaan setelah
menguasai isi keilmuan yang terkandung dalam perpustakaan tersebut. Peristiwa lainya
terjadi pada tahun 1258M ketika sekelompok bangsa Mongol dan Tartar menjarah kota
Baghdad dan membakar perpustakaanya. 29
J. Hawanit al-Waraqin
1. Definisi

: Toko-toko kitab

2. Tujuan Pendidikan

:-

3. Kurikulum Pembelajaran : 4. Metode Pengajaran

: mendeklamasikan syair-syair, mengadakan munazharahmunazharah (diskusi-diskusi), seminar dan juga pidato

5. Kriteria Peserta didik

: umum

6. Tempat Pembelajaran

: di pasar-pasar bangsa Arab yaitu: Ukaz, Mudjannah, Dzi’l Madjaz

7. Kronologi Perkembangan :
27 Ibid.
28 Ibid.
29 http://sejarah.kompasiana.com/2013/02/14/sejarah-pendidikan-islam-pada-masa-baniabasiyah-534282.html diakses tanggal 01 November 2014

11

Pada mulanya masa Daulah Abbasyiyyah, dimana ilmu pengetahuan dan kebudayaan
Islam sudah tumbuh dan berkembang dan diikuti oleh penulisan kitab-kitab dalam berbagai
cabang ilmu pengetahuan, maka berdirilah toko-toko kitab. Pada mulanya toko-toko kitab
tersebut berfungsi sebagai tempat berjual beli kitab-kitab yang telah ditulis dalam berbagai
ilmu pengetahuan yang berkembang pada masa itu.30
Saudagar-saudagar buku tersebut bukanlah orang-orang yang semata-mata mencari
keuntungan dan laba, akan tetapi kebanyakan mereka adalah sastrawan yang cerdas, yang
telah memilih usaha sebagai pedagang kitab tersebut, agar mereka mendapat kesempatan
yang baik untuk membaca dan menelaah, serta bergaul dengan para ulama dan pujanggapujangga. Mereka juga menyalin kitab-kitab yang penting dan menodorkannya kepada
mereka yang memerlukannya dengan mendapat imbalan. Demikian toko-toko kitab tersebut
telah berkembang fungsinya bukan hanya sebagai tempat berjual beli kitab-kitab saja tetapi
juga merupakan tempat berkumpulnya para ulama, pujangga dan ahli-ahli ilmu pengetahuan
lainnya untuk berdiskusi, berdebat, bertukar pikiran dalam berbagai masalah ilmiah. 31
Di dalam tempat-tempat yang diajadikan sebagai tempat untuk berkumpulnya kegiatan
ilmiah ialah pasar-pasar bangsa Arab yaitu: “Ukaz, Mudjannah, Dzi’l Madjaz” dimana
pasar-pasar tersebut memiliki kerja sama dengan kedai-kedai tempat menjual buku-buku di
zaman Islam. Di pasar mereka mendeklamasikan syair-syair, mengadakan munazharahmunazharah (diskusi-diskusi) dan juga pidato. Demikian pula dengan kedai menjadi
gelanggang kecerdasan dan seminar keilmuan, ketika kedai-kedai dikunjungi oleh para
cendekiawan dan ahli sastra maka mereka menjadikan sebagai tempat untuk mengadakan
sidang-sidang dan pembahasan-pembahasan keilmuan. 32
Kegiatan seperti hawanit al-waraqin masih bisa kita temui saat ini seperti dalam
kegiatan bedah buku, seminar buku dan lain-lain.
K. Badiah
1. Definisi

: tempat mengajarkan bahasa Arab asli

2. Tujuan Pendidikan

: mempelajari bahasa arab yang belum terkontaminasi kebudayaan

asing
3. Kurikulum Pembelajaran : 4. Metode Pengajaran

:-

5. Kriteria Peserta didik

: umum, anak khalifah, ulama-ulama dan ahli ilmu pengetahuan

30 http://www.slideshare.net/kabutovanucrut/savedfiles?s_title=lembaga-pendidikan-islam27412832&user_login=rahmivegiarizka diakses tanggal 02 november 2014
31 Ibid,
32 Ibid,

12

6. Tempat Pembelajaran

: padang pasir tempat suku badui tinggal

7. Kronologi Perkembangan :
Sejak berkembang luasnya Islam, dan bahasa Arab dipergunakan sebagai bahasa
pengantar oleh bangsa-bangsa di luar bangsa Arab yang beragama Islam, dan terutama di
kota-kota yang banyak percampurannya dengan bahasa-bahasa lain, maka bahasa Arab
berkembang luas, tetapi bahasa Arab cenderung kehilangan keaslian dan kemurniannya.
Orang-orang di luar bangsa Arab sering tidak bisa mengucapkan lafadz-lafadz dengan baik,
tidak tahu kaidah-kaidahnya, sehingga sering salah mengucapkannya. Bahasa Arab
menjadi rusak dan menjadi bahasa pasaran.33
Kalau di kota-kota bahasa Arab sudah rusak dan menjadi bahasa pasaran dan
campur baur dengan bahasa lain ternyata tidak demikian halnya di badiah-badiah atau di
dusun tempat tinggal orang Arab dipandang mereka tetap mempertahankan keaslian dan
kemurnian bahasa Arab. Mereka masih sangat memperhatikan kefasihan berbahasa dengan
memelihara kaidah-kaidah bahasanya. Dengan demikian, badiah-badiah ini merupakan
sumber bahasa Arab asli dan murni. 34
Oleh karena itu, khalifah-khalifah biasanya mengirimkan anak-anaknya ke badiahbadiah ini untuk mempelajari bahasa arab yang fasih lagi murni dan mempelajari pula
syair-syair serta sastra Arab dari sumbernya yang asli. Banyak ulama-ulama dan ahli ilmu
pengetahuan lainnya yang pergi ke badiah-badiah dengan tujuan untuk mempelajari bahasa
dan kesusastraan arab yang asli lagi murni tersebut. Badiah-badiah tersebut lalu menjadi
sumber ilmu pengetahuan terutama bahasa dan sastra arab dan berfungsi sebagai lembaga
pendidikan islam. 35
Di samping itu di badiah-badiah ini biasanya berdiri ribath-ribath atau zawiyahzawiyah yang merupakan pusat-pusat kegiatan dari pada ahli sufi. Disanalah para sufi
mengembangkan metode khusus dalam mencapai makrifah, suatu ilmu pengetahuan yang
mereka anggap paling tinggi nilainya. 36

33
34
35
36

Zuhairini. Dkk, Sejarah Pendidikan Islam (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010) hlm. 96
Ibid.
Ibid.
Ibid.

13

DAFTAR PUSTAKA

http://achmad-allumajangi.blogspot.com/2011/10/peran-dan-fungsi-masjid-dalam.html.

diakses

tanggal 01 November 2014
http://authorahmi.wordpress.com/2013/10/21/lembaga-pendidikan-islam-periode-awal/

diakses

tanggal 01 november 2014
http://mahluktermulia.wordpress.com/2011/10/10/masjid-lembaga-pendidikan-islam-telaah-atasfungsi-fungsi-masjid-pada-periode-klasik/ diakses tanggal 02 november 2014
http://marufi.blogspot.com/2013/10/pendidikan-agama-islam-bercorak-historis.html

diakses

tanggal 01 November 2014
http://mezazainul.blogspot.com/2012/03/rumah-ulama-dan-istana-khalifah-sebagai.html

diakses

tangga 01 November 2014
http://psikologip.blogspot.com/2011/12/kuttab-sebagai-lembaga-pendidikan-islam.html
http://sejarah.kompasiana.com/2011/08/22/sejarah-perpustakaan-islam-390196.html 02 november
2014
http://sejarah.kompasiana.com/2013/02/14/sejarah-pendidikan-islam-pada-masa-bani-abasiyah534282.html diakses tanggal 01 November 2014
http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/14/09/30/ncpmbb-bimaristan-rumahsakit-islam-lintas-kasta-1 diakses tanggal 01 november 2014
http://www.slideshare.net/kabutovanucrut/savedfiles?s_title=lembaga-pendidikan-islamribath&user_login=AliMurfi diakses tanggal 01 November 2014
https://www.academia.edu/3738574/Masjid_dan_pendidikan_islam. diakses tanggal 01 November
2014
https://www.academia.edu/5544793/Fungsi_Masjid_Dalam_Membangun_Peradaban_Islam.
diakses tanggal 01 November 2014
Zuhairini. Dkk. 2010. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: PT Bumi Aksara

14

Dokumen yang terkait

EFEKTIVITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN (P3K) TERHADAP SIKAP MASYARAKAT DALAM PENANGANAN KORBAN KECELAKAAN LALU LINTAS (Studi Di Wilayah RT 05 RW 04 Kelurahan Sukun Kota Malang)

45 393 31

PENGEMBANGAN TARI SEMUT BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER DI SD MUHAMMADIYAH 8 DAU MALANG

57 502 20

STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM MEWUJUDKAN MALANG KOTA LAYAK ANAK (MAKOLA) MELALUI PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN

73 431 39

MOTIVASI BERTINDAK KRIMINAL PADA REMAJA(STUDI DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN ANAK BLITAR)

3 92 22

ANALISIS VALIDITAS BUTIR SOAL UJI PRESTASI BIDANG STUDI EKONOMI SMA TAHUN AJARAN 2011/2012 DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN JEMBE

1 50 16

ANTARA IDEALISME DAN KENYATAAN: KEBIJAKAN PENDIDIKAN TIONGHOA PERANAKAN DI SURABAYA PADA MASA PENDUDUKAN JEPANG TAHUN 1942-1945 Between Idealism and Reality: Education Policy of Chinese in Surabaya in the Japanese Era at 1942-1945)

1 29 9

PERKEMBANGAN YAYASAN PERGURUAN ISLAM DARUL HIKMAH DI JATILUHUR BEKASI 1997.2010

0 50 151

PENGARUH HASIL BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN TERHADAP TINGKAT APLIKASI NILAI KARAKTER SISWA KELAS XI DALAM LINGKUNGAN SEKOLAH DI SMA NEGERI 1 SEPUTIH BANYAK KABUPATEN LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2012/2013

23 233 82

JUDUL INDONESIA: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA METRO\ JUDUL INGGRIS: IMPLEMENTATION OF INCLUSIVE EDUCATION IN METRO CITY

1 56 92

ANALISIS PUTUSAN PENGADILAN TINGGI TANJUNG KARANG PERKARA NO. 03/PID.SUS-TPK/2014/PT.TJK TENTANG TINDAK PIDANA KORUPSI DANA SERTIFIKASI PENDIDIKAN

6 67 59