Penerapan Strategi Genius Learning PENER

Penerapan Strategi Genius Learning

PENERAPAN STRATEGI GENIUS LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL
BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PKn KELAS IV SDN MURTAJIH 1
PAMEKASAN
Dina Rosita
PGSD FIP Universitas Negeri Surabaya, pgsd_dina@yahoo.com

Mungit Sudianto
PGSD FIP Universitas Negeri Surabaya

Pelaksanaan penelitian ini dilatar belakangi oleh adanya masalah yang dihadapi oleh siswa kelas IV SDN
Murtajih 1 Pamekasan pada mata pelajaran PKn. Motivasi serta ekspektasi siswa untuk mempelajari PKn
sangat rendah, siswa merasa kesulitan memahami informasi yang disampaikan oleh guru, terbukti dari
hasil observasi yang dilakukan peneliti bahwa dari 27 siswa hanya 9 siswa (28,23%) yang mencapai KKM,
sedangkan 18 siswa (71,87%) belum mencapai KKM. Masalah diatas timbul karena dalam proses
pembelajaran guru tidak memilih strategi pembelajaran tertentu, Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui bagaimana aktivitas guru, aktivitas siswa dan hasil belajar siswa dengan menerapkan strategi
Genius Learning. Penilitian ini merupakan penelitian jenis penelitian tindak kelas (PTK) kolaborasi yang
terdiri dari beberapa siklus. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi dan tes Pada kegiatan
pembelajaran dengan menerapkan strategi Genius Learning aktivitas guru, aktivitas siswa dan hasil belajar

siswa mengalami peningkatan, aktivitas guru pada siklus I 68,7%, siklus II 85,9%. Aktivitas siswa pada
siklus I 65,6%, siklus II 85,9% dan hasil belajar siswa pada siklus I 66,7% menjadi 96,2% pada siklus II.
kata kunci: Strategi Genius Learning, hasil belajar

Abstract
The background of this research comes from problem that experienced by students in 4 graders at SDN
Murtajih 1 Pamekasan on Pkn lesson. Students’ motivation and expectation to learn PKn is low, they feel
difficult on understanding the information which is given by the teacher, it is proven by the result of the
observation that the researcher done that from 27 students only 9 students (28,23%) who reach the
Completeties Minimum Criteria, whereas 18 students (71,87%) did not reach the Completeties Minimum
Criteria. The problem comes because the teacher does not choose any strategy on the teaching-learning
process. The purpose of this research is to know how is the teacher’s and students’activities, and students’
learning outcome. This is an classroom action research collaboration which is comprise of some cycles.
The data collection technique uses observation and test. On the teaching learning activity which is use
Genius Learning Strategy, the teacher’s activities is increase in two cycles, in cycle I is 68,7%, and in
cycle II is 85,9%. Students acctivities in cycle I is 65,6%, and in cycle II is 85,9%. Students’ learning
outcome in cycle I is 66,7% and cycle II is 96,2%.
Key term : Genius Learning Strategy, Learning outcomes

PENDAHULUAN

Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (Pkn)
merupakan mata pelajaran yang memfokuskan untuk
membina dan mengembangkan siswa atau peserta didik
agar menjadi warga Negara yang baik atau secara umum
mengetahui, menyadari, dan melaksanakan hak dan
kewajibannya sebagai warga Negara. Dalam kurikulum
KTSP 2006 menyatakan bahwa pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan memiliki tujuan sebagai berikut: (1)
Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam

menanggapi isu kewarganegaraan. (2) Berpartisipasi
secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara
cerdas dalm kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara, serta anti-korupsi. (3) berkembang secara
positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan
karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup
bersama dengan bagsa-bangsa lainnya. (4) Berinteraksi
dengan bangsa-bangsa lain dalam pencaturan dunia

1


JPGSD Volume 04 Nomor 02 Tahun 2016

secara langsung atau tidak langsung dengan
memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.
Proses pendidikan tidak terlepas dari kegiatan belajar
mengajar di kelas. Kegiatan belajara mengajar sangat
ditentukan oleh kerja sama antara guru dengan siswa,
guru dituntut untuk mampu menyajikan dan
menyampaikan materi pelajaran dengan optimum. Oleh
karena itu diperlukan kreatifitas dan gagasan yang baru
untuk
mengembangkan
cara
menyajikan
dan
menyampaikan materi, yaitu guru harus mampu memilih
strategi tertentu, metode dan media yang tepat untuk
menyampaikan materi kepada siswa.
Salah satu tugas pendidik atau guru adalah

menciptakan suasana pembelajaran yang efektif, efesien,
dan menyenangkan serta dapat memotivasi siswa untuk
senantiasa belajar dengan baik dan dapat membangun
kreativitas peserta didik tidak hanya menguasai ilmu
pengetahuan tetapi juga dapat menerapkan ilmu
pengetahuan yang diperoleh di dalam masyarakat luas.
Suasana pembelajaran yang demikian akan berdampak
positif dalam pencapaian prestasi belajar yang optimal.
Oleh karena itu, guru sebaiknya memilih strategi, yang
tepat. Ketidaktepatan dalam penggunaan strategi, akan
menimbulkan kejenuhan bagi siswa dalam menerima
materi yang disampaikan sehingga materi kurang dapat
dipahami yang akan mengakibatkan rendahnya prestasi
belajar siswa . Pembelajaran pada dasarnya adalah proses
penambahan informasi dan kemampuan baru. Ketika kita
berpikir informasi dan kemampuan apa yang harus
dimiliki oleh siswa, maka pada saat itu juga kita
semestinya berpikir strategi apa yang harus dilakukan
agar semua itu dapat tercapai secara efektif dan efesien.
Oleh karena itu, sebelum menentukan strategi

pembelajaran yang dapat digunakan, ada beberapa
pertimbangan yang harus diperhatikan yaitu
(1)
Pertimbangan yang berhubungan dengan tujuan yang
ingin dicapai, (2) Pertimbangan yang berhubungan
dengan bahan atau materi pembelajaran, (3)
Pertimbangan dari sudut siswa , (4) Pertimbanganpertimbangan lainnya. Tidak semua strategi pembelajaran
dapat diterapkan pada suatu proses pembelajaran karena
situasi dan kondisi berbeda. Strategi yang digunakan
harus sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
(Sanjaya,2006:130).
Berdasarkan observasi yang dilakukan peniliti pada
tanggal 12 Desember 2015 di SDN Murtajih 1
Pamekasan tentang aktivitas pembelajaran PKn di kelas
IVA bahwa dalam menyampaikan materi guru tidak
menggunakan strategi tertentu, guru hanya menggunakan
metode ceramah, media papan tulis dan beberapa media
gambar, jika memungkinkan maka guru membuat media
sesuai dengan materi, Beberapa siswa sudah bisa
menerima informasi yang disampaikan guru dengan baik,


sehingga hasil belajar mencapai KKM bahkan lebih,
namun masih banyak siswa siswa yang belum bisa
menerima informasi yang disampaikan guru sehingga
hasil belajar pada mata pelajaran PKn belum mencapai
KKM. Dilihat dari ketuntasan nilai individu berdasarkan
KKM, diperoleh hasil bahwa dari 27 siswa hanya 9 siswa
(28,23%) yang mencapai KKM. Sedangkan 18 siswa
(71,87%) belum tuntas atau belum mencapai KKM.
Tampak pula bahwa aktivitas belajar siswa masih rendah.
Terlihat dari siswa yang cenderung ribut, banyak
mengobrol dan tidak menyimak materi yang disampaikan
oleh guru, serta proses timbal balik antara guru dengan
siswa belum berjalan optimal.
Penggunaan metode ceramah dan penugasan saja
dalam proses pembelajaran PKn dapat mengakibatkan
pembelajaran PKn kurang efektif. Metode ceramah
cenderung teoritis dan komunikasi yang terjadi hanya
satu arah yaitu guru menjadi satu-satunya sumber belajar
serta kurang melibatkan siswa dalam PBM. Dalam

metode ceramah ini hanya terjadi transfer informasi dari
guru ke siswa, siswa sebagai pendengar yang pasif.
Sedangkan tiap siswa mempunyai gaya belajar yang
berbeda-beda yang juga selalu berubah. Informasi akan
masuk ke dalam otak siswa dan tak terlupakan seumur
hidup. apabila informasi tersebut ditangkap berdasarkan
gaya belajar siswa tersebut. Artinya, setiap guru harus
mahir mengajar dengan strategi pembelajaran yang sesuai
dengan gaya belajar siswa (Chatib, 2014: 33). Seperti
yang sudah diketahui, gaya belajar sangat menentukan
prestasi siswa di dalamnya. Menurut Gunawan (2012:
139), hasil riset menunjukkan bahwa murid yang belajar
dengan menggunakan gaya belajar
mereka yang
dominan, saat mengerjakan tes, akan mencapai nilai yang
jauh lebih tinggi dibandingkan bila mereka belajar
dengan cara yang tidak sejalan dengan gaya belajar
mereka.
Situasi kelas seperti ini dapat mempengaruhi minat
siswa sehingga banyak siswa yang merasa kurang senang

dengan mata pelajaran PKn. Selain materinya yang
memang banyak menuntut hafalan, cara guru
mengajarpun kurang begitu diminati siswa. Apabila
minat siswa untuk mempelajari PKn rendah maka
motivasi serta ekspektasi siswa untuk mempelajari lebih
dalam tentang pelajaran PKn itu sendiri akan rendah.
Dengan motivasi dan ekspektasi yang rendah, hal ini
akan mempengaruhi hasil belajar Pkn siswa. Tingkat
ekspektasi yang kita berikan kepada siswa akan memiliki
nilai yang berbanding lurus dengan hasil belajar siswa.
Jika tingkat ekspektasi siswa tinggi terhadap pelajaran
maka akan seiring dengan peningkatan hasil belajar siswa
pada pelajaran tersebut dan sebaliknya.
Selain itu untuk mencapai keberhasilan dalam
pembelajaran diperlukan suasana yang kondusif. Suasana

Penerapan Strategi Genius Learning

“LAWAN”. Pada saat otak reptil aktif, orang tidak
dapat berpikir, yang berperan adalah INSTING dan

langsung bereaksi. Otak reptil akan aktif apabila
seseorang merasa takut, stres, terancam, marah,
kurang tidur, atau kondisi tubuh lelah. Otak reptil
disebut juga sang penjaga, ia akan membukakan
pintu masuk arus informasi kebagian otak berikutnya.
Otak ini akan dapat terpuaskan jika lingkungan fisik
di sekelilingnya nyaman dilihat dan dirasakan. (2)
otak mamalia, merupakan otak yang berfungsi
sebagai
pengendali
emosi,
membantu
mempertahankan keseimbangan hormonal, rasa haus,
rasa lapar, pusat kesenangan, rasa memiliki, dan
mengendalikan ingatan jangka panjang. dan (3) otak
neo cortex, berperan dalam proses berfikir, berbicara,
melihat, dan mencipta. Apabila seseorang dalam
keadaan senang, tenang, dan rileks, maka otak neo
cortex dapat aktif dan bisa digunakan untuk berpikir.
Dalam proses belajar-mengajar antara guru dengan

siswa, arus informasi dalam otak ini tentunya juga
terjadi. Artinya, jika otak reptil siswa tidak terpuaskan
dalam proses belajar, maka selera belajar tidak akan
optimal, dan jika selera belajar rendah, maka motivasi
belajar dan hasil belajar akan cenderung rendah pula.
b. Cara kerja memori, terdapat dua macam bentuk
memori yaitu memori jangaka pendek dan memori
jangka panjang. Memori jangka pendek berguna
menampung informasi yang masuk ke pikiran kita.
Rentang waktu maksimal untuk menyimpan informasi
di memori ini sangat singkat yaitu sekitar 15-30
detik. Memori ini hanya berfungsi sebagai
penampungan sementara untuk informasi yang akan
diolah (Gunawan,2007: 73). Memori jangka panjang
adalah kemampuan untuk menyimpan informasi
secara permanen untuk rentang waktu mulai beberapa
bulan, tahun bahkan sampai seumur hidup (Gunawan,
2007: 74). Cara murid memproses informasi baru
yang diajarkan di dalam kelas sudah tentu mempunyai
pengaruh terhadap hasil pembelajaran dan

berpengaruh pula terhadap kemampuan daya ingat.
c. Motivasi, menurut Mc. Donald (dalam Sadirman
2006: 73), menyebutkan bahwa motivasi sebagai
perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai
dengan munculnya feeling dan didahului dengan
tanggapan terhadap adanya tujuan. Motivasi adalah
rangsangan, dorongan ataupun pembangkit tenaga
yang dimiliki seseorang dalam melaksanakan sesuatu
yang telah direncanakan untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan.
d. Gaya belajar, adalah suatu kombinasi dari bagaimana
ia menyerap , dan kemudian mengatur serta mengolah
informasi (DePorter & Hernacki, 2002: 110)

kondusif dapat dicapai dengan memperhatikan kesiapan
belajar siswa. Selama ini guru sudah memperhatikan
kesiapan belajar siswa yaitu dengan memperhatikan
kesiapan fisik siswa akan tetapi guru masih belum
memperhatikan kesiapan belajar melalui kesiapan psikis
siswa, padahal manusia itu tidak hanya terdiri dari tubuh
fisik. Manusia terdiri dari badan dan batin. Batin sendiri
terdiri dari empat komponen yaitu pikiran, ingatan,
perasaan, dan kesadaran. Agar proses pembelajaran dapat
berhasil dengan optimal, guru harus mengakomodasikan
kedua aspek ini, yaitu badan dan batin.Jadi dalam
pelaksanaan pembelajaran guru harus memperhatikan
aspek perasaan atau emosi siswa, kesiapan mereka untuk
belajar baik secara fisik maupun psikis, agar siswa dapat
mengikuti pembelajaran secara aktif dan menyenangkan,
yang kerap terjadi adalah guru masuk kelas, murid duduk
dengan manis dan diam, lalu guru langsung mengajar.
Untuk itu diperlukan suatu strategi pembelajaran
dengan rangkaian pendekatan praktis dalam upaya
meningkatkan hasil pembelajaran yaitu strategi Genius
Learning. Strategi pembelajaran Genius Learning adalah
rangkaian praktis dalam upaya meningkatkan hasil
belajar. Upaya peningkatan ini dicapai dengan
menggunakan pengetahuan yang berasal dari berbagai
disiplin ilmu seperti pengetahuan tentang cara kerja otak,
cara kerja memori, motivasi, konsep diri, kepribadian,
emosi, perasaan, pikiran metakognisi gaya belajar,
multiple intelegensi atau kecerdasan majemu, teknik
memori, teknik membaca, teknik mencatat, dan teknik
belajar lainnya (Gunawan, 2007: 8). Pendekatan yang
digunakan dalam Genius Learning membantu anak didik
untuk bisa mengerti kekuatan dan kelebihan mereka yang
dapat dikembangkan yang sesuai dengan gaya belajar
mereka masing-masing, anak didik akan memahami
proses belajar yang benar, sesuai dengan kepribadian dan
keunikan mereka masing-masing.
Dalam penerapan strategi pembelajaran Genius
Learning siswa diposisikan sebagai pusat dari proses
pembelajaran atau subjek pendidikan, tidak seperti yang
selama ini kerap terjadi dimana siswa diposisikan sebagai
objek penelitian.
Upaya peningkatan hasil belajar siswa dalam strategi
Genius Learning dicapai dengan menggunakan
pengetahuan yang berasal dari berbagai disiplin ilmu
seperti pengetahuan tentang cara:
a. Kerja otak: menurut Maclean dalam (Chatib,2014: 4),
yang telah mengembangkan teori otak TriuneBrain
yaitu, otak kita sebenarnya terdiri dari tiga bagia otak
yaitu: (1) otak reptil, berfungsi mengatur gerak
refleks dan keseimbangan koordinasi pada tubuh
manusia, otak inilah yang memerintahkan tubuh kita
bergerak jika terjadi bahaya atau melindungi kita dari
bahaya fisik dengan pendekatan “LARI” atau

3

JPGSD Volume 04 Nomor 02 Tahun 2016

e. Kepribadian merupakan pola perilaku dan cara
berpikir yang khas, yang menentukan penyesuaian
diri individu terhadap lingkungannya.
f. Emosi dan perasaan, emosi merujuk pada suatu
perasaan dan pikiran yang khas, suatu kedaan biologis
dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk
bertindak. Emosi pada dasarnya adalah dorongan
untuk bertindak, menurut (Goleman, 1999: 513).
g. Pikiran adalah suatu hasil proses yang berkaitan
dengan aktivitas otak dengan memanfaatkan
koordinasi panca indra
h. Metakognisi adalah suatu bentuk kognisi, proses
berpikir urutan kedua atau lebih tinggi yang
melibatkan kontrol aktif atau proses kognitif.
i. Multiple Intelegence, merupakan teori kecerdasan
yang dimunculkan oleh Dr. Howard Gardner.
Menurut Gardner (dalam Gunawan, 2007: 229)
bahwa kecerdasan bukanlah suatu yang bersifat tetap.
Kecerdasan akan lebih tepat kalau digambarkan
sebagai suatu
kumpulan kemampuan atau
keterampilan yang dapat ditumbuhkan dan
dikembangkan. Dalam teori multiple intellegence
(Gunawan, 2007: 231) terdapat delapan jenis
kecerdasan yaitu: (1) linguistik: kemampuan dalam
bidang bahasa, (2) matematika dan logika: suka
ketepatan dan menyukai berpikir abstrak dan
terstruktur, (3) visual dan spasial: berpikir dengan
menggunakan gambar, termasuk gambaran mental,
cakap bekerja dengan peta, grafik dan diagram,
menggunakan
gerakan
untuk
membantu
pembelajaran, (4) musik: sensitif terhadap mood dan
emosi, menyukai dan mengerti musik, (5)
interpersonal: mudah bergaul, mediator, pintar
berkomunikasi, (6) intrapersonal: mengerti perasaan
sendiri, dapat memotivasi diri sendiri, mengerti siapa
dirinya, mengerti dan sangat memperhatikan nilai dan
etika
hidup,
(7)
kinestetik:
kemampuan
mengendalikan fisik yang sangat baik, ahli dalam
pekerjaan tangan, suka menyentuh dan memanipulasi
obyek, (8) naturalis: mencintai lingkungan/alam,
mampu
menggolongkan
obyek,
mengenali,
berinteraksi dengan hewan dan tumbuhan.
j. Teknik memori,
merupakan sebuah teknik
memasukkan informasi ke dalam otak sesuai dengan
cara kerja otak. Ada delapan teknik memori yang bisa
digunakan dalam pembelajaran yaitu: (1) teknik
rantaian kata: dalam teknik ini kita merantaikan atau
menyambung kata-kata yang ingin kita hapalkan
dengan membuat suatu cerita; (2) teknik plesetan
kata: dalam teknik ini kita menggantikan kata sulit
yang ingin kita hapal dengan kata lain yang bunyinya
mirip dan lucu; (3) sistem pasak lokasi: teknik ini
sangat efektif bekerja karena teknik ini mengakses

dan mengaktifkan memori semantik dan episodik; (4)
teknik akrostik: teknik menghapal dengan cara
mengambil huruf depan dari materi yang ingin
dihapal, kemudian huruf depan ini digabungkan dan
dibuat suatu singkatan atau cerita; (5) teknik kata
kunci: digunakan untuk mengingat data berupa
kalimat panjang, dengan mencari kata kuncinya; (6)
teknik menghapal rumus; (7) teknik pasak nomor:
suatu teknik yang mengubah data berupa angka
menjadi data berupa gambar (Gunawan, 2007: 108)
k. Teknik membaca, seorang pembaca perlu menentukan
teknik membaca yang digunakan agar informasi yang
dibaca sesuai dengan tujuannya.
Menurut
Tampubolon dalam (Rahim, 2011: 52) Ada empat
teknik yang bisa digunakan dalam membaca yaitu: (1)
baca pilih (Selecting); (2) baca lompat (Skipping); (3)
baca layap (Skimming); (5) baca tatap (Scanning.
l. Teknik mencatat, mencatat merupakan salah satu
usaha untuk meningkatkan daya ingat. Otak manusia
dapat menyimpan segala sesuatu yang dilihat,
didengar dan dirasakan. Tujuan pencatatan ini adalah
untuk mengingat informasi yang tersimpan dalam
memori tanpa mencatat dan mengulangi informasi,
siswa hanya mampu mengingat sebagian kecil materi
yang diajarkan (Gunawan, 2007: 131).
m. Teknik belajar lainnya (Gunawan, 2007: 2).
Dalam (Gunawan, 2007: 7) Presuposisi atau asumsi
dasar yang kita pakai dalam mendefinisikan kecerdasan
dalam strategi Genius Learning adalah sebagai berikut:
1) Setiap orang dilahirkan genius. Setiap orang
dilahirkan dengan suatu kombinasi kecerdasan
beragam. Karena perbedaan perjalanan dan
pengalaman hidup, maka timbul perbedaan dalam
dominasi dan tingkat perkembangan kecerdasan yang
kita miliki. Kondisi sosial dan budaya serta sifat dan
proses pembelajaran yang kita alami akan
menentukan seberapa cepat atau lambat proses
perkembangan kecerdasan ini terjadi.
2) Kecerdasan adalah suatu fenomena yang unik. Ada
banyak cara dimana seseorang melihat dan mengerti
dunia disekelilingnya dan cara ia mengungkapkan
pengertian yang ia dapatkan.
3) Konsep diri seseorang berbanding lurus dengan
potensi yang ia gali dan kembangkan. Semakin baik
konsep diri yang berhasil ia bangun, semakin baik
pula ia mampu memaksimalkan penggunaan potensi
yang ia miliki.
4) IQ tinggi sangat membantu keberhasilan akademik,
namun bukan satu-satunya faktor utama. IQ rendah
(dalam konotasi yang positif) bukan garansi
kegagalan.
5) Guru dapat mempengaruhi dan meningkatkan
kecerdasan anak didik. Guru memainkan peran yang

Penerapan Strategi Genius Learning

digunakan untuk membawa informasi yang ingin
dimasukkan kedalam memori.
f. Ada berbagai alur dan jenis memori yang berbeda
yang ada pada otak kita. Dengan menggunakan teknik
dan strategi yang khusus, kemampuan untuk
mengingat dapat ditingkatkan.
g. Kondisi fisik dan emosi saling berkaitan dan tidak
dapat dipisahkan. Untuk bisa mencapai hasil
pembelajaran secara maksimal, kedua kondisi ini,
yaitu kondisi fisik dan kondisi emosi harus benarbenar diperhatikan.
h. Setiap otak adalah unik dengan kapasitas
pengembangan yang berbeda berdasarkan pada
pengalaman pribadi. Ada beberapa jenis kecerdasan.
Kecerdasan dapat dikembangkan dengan proses
pengajaran dan pembelajaran yang sesuai.
i. Walaupun terdapat perbedaan fungsi antara otak kiri
dan otak kanan, namun keduanya bisa bekerja sama
dalam mengolah informasi.
Strategi Genius Learning menurut (Gunawan, 2007:
333( terdiri dari tahapan berikut: (1) suasana kondusif :
inti dari Genius Learning adalah strategi pembelajaran
yang membangun dan mengembangkan lingkungan
pembelajaran
yang positif dan kondusif. Tanpa
lingkungan yang mendukung strategi apapun yang
diterapkan di dalam kelas akan sia-sia. Proses ini tidak
terjadi begitu saja. Guru bertanggung jawab untuk
menciptakan iklim belajar yang kondusif sebagai
persiapan untuk masuk kedalam proses pembelajaran
yang sebenarnya. Kondisi yang kondusif ini merupakan
syarat mutlak demi tercapainya hasil yang maksimal,
suasana kondusif dapat dicapai salah satunya dengan
melakukan Brain Gym (2) hubungkan: seorang pendidik
harus bisa menghilangkan 7+- 2 bit informasi yang tidak
ada hubungannya dengan proses pembelajaran dengan
cara menarik perhatian murid dan memasukkan informasi
yang berhubungan dengan materi pelajaran kedalam
memori jangka pendek anak didik, hal ini bisa dilakukan
dengan cara menguhubungkan antara materi yang akan
dipelajari dengan apa yang diketahui oleh murid dari
proses pembelajaran sebelumnya atau dari pengalaman
murid itu sendiri dan hubungkan juga dengan apa yang
akan dialami murid pada masa yang akan datang
(Gunawan, 2007: 337). (3) gambaran besar: Memberikan
gambaran besar ini berfungsi sebagai perintah kepada
pikiran untuk menciptakan “ folder” yang nantinya akan
diisi dengan informasi. Folder ini akan diisi dengan
informasi yang sejalan pada saat proses pemasukan
informasi. Cara yang dapat dilakukan misalnya
menuangkan gambaran besar materi pada peta konsep,
gambar atau poster, flowchart atau mengajukan
pertanyaan yang bersifat terbuka yang membutuhkan
jawaban yang merangsang pemikiran yang mendalam (4)

sangat penting dalam upaya menghilangkan berbagai
hambatan
yang
menghambat
perkembangan
kecerdasan.
Guru
melakukannya
dengan
menggunakan strategi dan teknik yang tepat untuk
membantu mengembangkan kecerdasan anak didik.
6) Kecerdasan berkembang dalam 4 tahap yaitu : (1)
stimulasi, (2) penguatan, (3) belajar dan mengerti, (3)
transfer dan pengaruh.
7) Berpikir dapat diajarkan. Metakognisi atau yang kita
kenal dengan istilah berpikir mengenai proses
berpikir, juga meliputi aspek belajar cara belajar yang
benar, menggunakan teknik bertanya yang benar.
Strategi Genius Learning disusun berdasarkan hasil
riset mutakhir mengenai berbagai disiplin ilmu, terutama
cara kerja otak dan memori. (Lubis dan Sari: 161)
Strategi Genius Learning yang disusun berdasarkan tata
cara kerja otak dan memori menekankan beberapa prinsip
utama dalam proses pembelajaran, antara lain sebagai
berikut :
a. Sesi jawab (auditorial) atau sebaliknya setelah
menerangkan hal-hal yang siswa kurang mengerti
(auditorial), lalu meminta siswa untuk mencatatnya
(visual). Otak akan berkembang dengan maksimal
dalam lingkungan yang kaya akan stimulus multi
sensori dan tantangan berpikir. Lingkungan demikian
akan menghasilkan jumlah koneksi yang lebih besar
diantara sel-sel otak.
b. Besarnya pengharapan/ ekspektasi berbanding lurus
dengan hasil yang dicapai. Otak selalu berusaha
mencari dan menciptkan arti dari suatu pembelajaran.
Proses pembelajaran berlangsung pada level pikiran
sadar dan pikiran bawah sadar. Motivasi akan
meningkat
saat
murid
menetapkan
tujuan
pembelajaran yang positif dan bersifat pribadi.
c. Lingkungan belajar yang aman adalah lingkungan
belajar yang memberikan tantangan tinggi namun
dengan tingkat ancaman rendah. Dalam kondisi ini
otak neo-cortex dapat diakses dengan maksimal
sehingga proses berpikir dapat dijalankan dengan
maksimal.
d. Otak sangat membutuhkan umpan balik yang bersifat
segera dan mempunyai banyak pilihan. Hasil riset
yang dilakukan intensif di luar negeri oleh para oakar
seperti Eruc Jensen, David Sousa, dan peneliti lainnya
membuktikan bahwa otak kita sangat bergantung pada
umpan balik (feed back) untuk bisa berhasil dalam
proses pembelajaran (Gunawan, 2007: 190).
e. Musik membantu proses pembelajaran dengan tiga
cara. Pertama musik membantu anak men-charge
otak. Kedua musik membantu merileks otak sehingga
otak siap untuk belajar. Dan ketiga, musik dapat

5

JPGSD Volume 04 Nomor 02 Tahun 2016

tetapkan tujuan: Tahap ini merupakan Goal-setting. Guru
harus mengajarkan kepada murid cara untuk mencapai
hasil yang telah ditetapkan, dengan menggunakan bahasa
murid itu sendiri. minta murid untuk membuat goal
secara detail secara tertulis (Gunawan, 2007: 345). (5)
pemasukan informasi: pada tahap ini saatnya guru
memberikan informasi kepada siswa, menurut (Gunawan,
2007: 346) informasi yang akan diajarkan harus
disampaikan dengan melibatkan berbagai gaya belajar.
Metode penyampaian harus bisa mengakomudasi gaya
belajar visual, auditori dan kinestetik dan bila
memungkinkan juga mengomodasikan gaya penciuman
dan pengecapan. Menurut (Gunawan, 2007: 139) hasil
riset menujukkan bahwa murid yang belajar dengan
menggunakan gaya belajar mereka yang dominan, saat
mengerjakan tes, akan mencapai nilai yang jauh lebih
tinggi dibandingkan bila mereka belajar dengan cara yang
tidak sejalan dengan gaya belajar mereka. (6) aktivasi:
proses aktivasi merupakan proses yang membawa murid
kepada satu tingkat pemahaman yang lebih dalam
terhadap materi yang diajarkan. Dalam Strategi Genius
Learning menggunakan teori Multiple Intelegensi dari
Howard Gardner untuk mengakses berbagai kecerdasan
yang ada dalam diri murid (Gunawan, 2007: 350).
Aktivasi bisa dilakukan dengan menggunakan aktivitas
yang dilakukan seorang diri, secara berpasangan atau
secara
berkelompok
guna
membangun
kemampuankomunikasi dan kerja sama/kelompok. (7)
demonstrasi: proses guru menguji pemahaman murid
dengan memberikan ujian. Hanya bedanya, dalam
lingkaran sukses Genius Learning , kita langsung
menguji pemahaman murid pada saat itu juga. Ini
bertujuan untuk benar-benar mengetahui sampai dimana
pemahaman murid dan sekaligus merupakan saat yang
sangat tepat untuk bisa memberikan umpan balik. (8)
ulangi (review) dan jangkarkan: h. Tinjauan ualang dan
jangkarkan, pada tahap ini dilakukan pengulangan dan
penjangkaran pada akhir setiap sesi dan sekaligus
membuat kesimpulan dari apa yang telah dipelajari. Ini
bermanfaat untuk meningkatkan daya ingat dan
meningkatkan afektivitas dari proses pembelajaran
(Gunawan, 2007: 356).
Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku peserta
didik akibat proses kegiatan belajar mengajar, yang
berupa perubahan dalam aspek kognitif, afektif dan
psikomotor (Purwanto, 2014: 46). Hasil belajar sangat
erat kaitannya dengan belajar atau proses belajar.
Benjamin S. Bloom (dalam Ngalim Purwanto, 2000:
44-47) menyebutkan enam jenis perilkau ranah kognitif ,
yaitu : (1) Pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan
tentang hal yang telah dipelajari dan tersimpan dalam
ingatan. Pengetahuan itu berkenaan dengan fakta,
peristiwa, pengertian kaidah, teori, prinsip, atau metode,

(2) Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti
dan makna tentang hal yang dipelajari (3) Penerapan,
mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah
untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru.
Misalnya, mengguakan prinsip, (4) Analisis, mencakup
kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagianbagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami
dengan baik. Misalnya mengurangi masalah menjadi
bagian yag telah kecil, (5) Sintesis, mencakup
kemampuan membentuk suatu pola baru, misalnya
kemampuan menyusun suatu program, (6) evaluasi,
mencakup kemmapuan membentuk pendapat tentang
beberapa hal berdasarkan hal berdasarkan criteria
tertentu, misalnya, kemampuan menilai hasil ulangan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah
prestasi belajar yang dicapai oleh siswa dalam proses
kegiatan belajar mengajar yang ditandai dengan suatu
perubahan dan tingkah laku seseorang.
Menurut Sudjana (2008:22-23) hasil dibedakan
menjadi tiga tipe, yaitu :
a. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil hasil belajar
intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni (1)
pengetahuan atau ingatan, (2) pemahaman, (3)
aplikasi, (4) analisis, (5) sintesis, dan (6) evaluasi.
Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah
dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif
tingkat tinggi.
b. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri
dari lima aspek yakni (1) penerimaan, (2) jawaban
atau reaksi, (3) penilaian, (4) organisasi, dan (5)
internalisasi.
c. Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar
keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam
aspek ranah psikomorik, yakni (1) gerakan reflex, (b)
keterampilan gerakan dasar, (3) kemampuan
perceptual, (4) keharmonisan atau ketepatan, (5)
gerakan keterampilan kompleks, (6) gerakan ekspresif
dan interpretative.
Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil
belajar. Diantara ketiga ranah itu, ranah kognitiflah yang
paling banyak dinilai oleh para guru di sekolah karena
berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam
menguasai isi bahan pengajaran. Disini peneliti juga
menggunakan hasil belajar ranah kognitif untuk penilaian
terhadap siswa.
Sugihartono, dkk (2007:76-77), menyebutkan factorfaktor yang mempengaruhi hasil belajar sebagai berikut:
a. Faktor internal adalah factor yang ada di dalam diri
individu yang sedang belajar. Faktor internal
meliputi: factor jasmani dan factor psokologi.
b. Faktor eksternal adalah factor yang ada di luar
individu. Faktor ekternal meliputi: factor keluarga,
factor sekolah, factor masyarakat.

Penerapan Strategi Genius Learning

Pamekasan termasuk sekolah yang terbuka artinya terbuka
bagi mahasiswa yang ingin melaksanakan observasi dan
penelitian.
Subjek dalam penelitian ini adalah guru dan siswa
kelas IV SDN Murtajih 1 Pamekasan sebanyak 27 siswa
yang terdiri dari 16 perempuan dan 11 laki-laki. Pemilihan
subjek didasarkan pada fakta yang didapat pada saat
melakukan observasi .
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) yang dilaksanakan peneliti dengan bekerjasama
dengan guru kelas, dimana guru kelas sebagai sebagai
pelaksana sedangkan peneliti sebagai pengamat
pembelajaran. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua
siklus, tiap siklus dengan waktu 4x35 menit (2 kali
pertemuan). Setiap siklus meliputi perencanaan,
pelaksanaan dan pengamatan, refleksi. Perencanaan
merupakan persiapan segala sesuatu yang dibutuhkan
dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Dalam
perencanaan dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
menganalisis kurikulum, membuat silabus, menyusun
RPP, membuat kisi-kisi soal, membuat evaluasi hasil
belajar, membuat LKS, membuat media media
pembelajaran, menyusun instrumen penelitian yaitu
berupa lembar observasi aktivitas dan aktivitas siswa.
Pelaksaan tindakan merupakan deskripsi pelajaran
tindakan yang akan dilakukan. Pembelajaran dilaksanakan
sebanyak dua kali pertemuan pada tiap siklus. Kegiatan
pembelajaran pertama dilaksanakan pada hari kamis dan
jum’at tanggal 10 dan 11 Maret 2015 dengan alokasi
waktu tiap pertemuan 2x35 menit. Siklus II dilaksanakan
pada kamis dan jum’at pada tanggal 17 dan 18 Maret
dengan alokasi waktu 2x35 menit setiap pertemuan.
Pengamatan atau observasi dilaksanakan secara bersamaa
dengan pelaksanaan tindakan, kegiatan ini dilakukan oleh
peneliti. Tujuan observasi ini adalah untuk mengamati
aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran
berlangsung.
Pada tahap refleksi, data hasil pengamatan
dikumpulkan dan dianalisis untuk mengetahui tingkat
keberhasilan pada siklus I. Jika terjadi hambatan atau
ketidaktercapaian tujuan penelitian dan hasil belajar siswa
yang masih belum meningkat maka akan dilakukan
perbaikan pada siklus II. Penelitian yang dilakukan pada
siklus I dijadikan sebagai acauan untuk merancang proses
pembelajaran pada siklus berikutnya.
Teknik pengumpulan data adalah hal yang sangat
penting dalam penelitian karena tujuan dari penelitian
adalah memperoleh data. Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan beberapa teknik untuk melakukan
pengumpulan data, diantaranya: (1) teknik observasi, (2)
teknik tes)
Teknik observasi adalah teknik pengumpulan data
yang dilakukan dengan cara pengamatan dan melakukan

Berdasarkan faktor diatas, peneliti memperhatikan
faktor internal dan eksternal siswa dalam strategi Genius
Learning.
METODE
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian
tindakan kelas kolaborasi yang dilakukan untuk
memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran.
Penelitian tindak kelas merupakan suatu pencermatan
terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang
sengaja dimunculkan, yang terjadi dalam sebuah kelas
secara bersama (Arikunto, 2013: 130).
Penelitian
tindakan kelas (PTK) adalah penelitian tindakan (action
research) yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki
mutu praktik pembelajaran dikelasnya).
Menurut Mulyasa (2009:89-90) secara umum
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) bertujuan untuk: (1)
memperbaiki dan meningkatkan kondisi-kondisi belajar
serta kualitas pembelajaran, (2) meningkatkan layanan
professional dalam onteks pembelajaran, khususnya
layanan kepada peserta didik sehingga tercipta layanan
prima, (3)memberikan kesempatan kepada guru
berimprovisasai dalam melakukan tindakan pembelajaran
yang direncanakan secara tepat waktu dan sasarannya, (4)
memberikan kesempatan kepada guru mengadakan
pengkajian
secara
bertahap
terhadap
kegiatan
pembelajaran yang dilkaukan sehingga tercipta perbaikan
yang berkesinambungan, (5) membiasakan guru
mengembangkan sikap ilmiah, terbuka, dan jujur dalam
pembelajaran. Penelitian tindak kelas kolaborasi
dilakukan dengan berkolaborasi (kerja sama) antara
praktisi (guru, kepala sekolah, siswa dll) dan peneliti
dalam pemahaman, kesepakatan tentang permasalahan,
pengambilan keputusan yang akhirnya melahirkan
kesamaan tindakan (action).
Namun secara khusus Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar
siswa dalam pembelajaran PKn pada materi memberikan
contoh sederhana pengaruh globalisasi di lingkungannya
di SDN Murtajih 1 Pamekasan.
Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah
model penelitian yang diungkapkan oleh Kemmis dan
Taggart yang merupakan pengembangan dari model Kurt
Lewin. Model ini mencakup beberapa siklus dan pada
masing-masing siklus meliputi 4 tahapan yaitu: (1)
Planning atau perencanaan, (2) Acting atau pelaksanaan,
(3) Observing atau pengamatan, (4) Reflecting atau
refleksi.
Tempat penelitian dilaksanakan di SDN Murtajih 1
Pamekasan. Alasan peneliti memilih lokasi ini karena
SDN Murtajih 1 Pamekasan merupakan sekolah dimana
peneliti menemukan suatu masalah dalam proses belajar
mengajar pada mata pelajaran PKn, serta SDN Murtajih 1

7

JPGSD Volume 04 Nomor 02 Tahun 2016

pencatatan terhadap keadaan atau perilaku objek sasaran.
Observasi dilakukan pada saat proses belajar mengajar
berlangsung. Observasi digunakan untuk memperoleh
data kualitatif, yakni data aktivitas guru dan aktivitas
siswa selama proses pembelajaran dengan menerapkan
strategi Genius Learning .
Teknik tes Tes adalah serentetan pertanyaan atau
latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur
keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau
bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok
(Arikunto, 2013: 193). Tes hasil belajar siswa digunakan
untuk memperoleh data kuantitatif. Tes hasil belajar yang
digunakan berupa lembar evaluasi. Tes ini bertujuan
untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa pada materi
yang disampaikan guru.
Teknik analisis data merupakan langkah yang sangat
penting dalam sebuah penelitian. Data yang telah
terkumpul berupa hasil pengamatan dan hasil tes siswa,
data ini tidak akan bermakna tanpa dianalisis dan diolah
dan di interpretasikan dengan tujuan agar informasi
tersebut memiliki makna.
Adapun analisis data hasil observasi dan tes
menggunakan rumus sebagai berikut:
Analisis data hasil observasi

diuraikan
berdasarkan
siklus-siklus
tindakan
pembelajaran, dimana setiap siklus terdapat tahap
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.
Hasil pengamatan aktivitas guru yang dilakukan observer
yaitu peneliti sendiri didapatkan hasil sebagai berikut:

NO

I

II

Suasana
Kondusif
Hubungkan

3

3,5

3

3,5

3

Membuat
gambaran besar
dan tetapkan
tujuan

2,5

3

4

Pemasukan
informasi

2

3,5

5

Melakukan
aktivasi

3

3,5

6

Mengerjakan
LKS
Melakukan
demonstrasi

3

3,5

2

3

Melakukan
tinjauan ulang
atau
menjangkarkan.

3,5

4

Jumlah

22

27,5

Rata-rata

2,75

3,43

Persentasi Ketuntasan

68,7%

85,9%

1
2

7
Keterangan:
P
∑f
N

: Persentase frekuensi yang muncul
: Jumlah aktivitas terlaksana
: Jumlah aktivitas keseluruhan

Tabel 1. Aktivitas Guru
Aspek Yang
Siklus
Diamati

8

(Winarsunu, 2015: 20)
Analisis data hasil tes hasil belajar

Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah: (1)
aktivitas
guru
dalam
melaksanakan
kegiatan
pembelajaran mencapai ≥75%, (2) aktivitas siswa dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran mencapai ≥75%
dari keseluruhan aktivitas, (3) siswa secara klasikal tuntas
belajar jika mencapai ≥75%.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada pembahasan ini akan disajikan hasil penelitian
tentang upaya meningkatkan hasil belajar siswa pada mata
pelajaran PKn melalui penerapan strategi Genius Learning
pada siswa kelas IV SDN Murtajih 1 Pamekasan dapat

Tabel 2. Perbandingan Aktivitas Guru Siklus I-II
NO
Aktivitas Guru
Persentase
1

Siklus I

68,7%

2

Siklus II

85,9%

Hasil perhitungan persentase aktivitas guru diatas
dapat disajikan kedalam diagram berikut:

Penerapan Strategi Genius Learning

85,9

100

80

NO

68,7
1

60
40

2

20
0

Siklus I

3

Siklus II

Tabel 3. Aktivitas Siswa
Aspek Yang
Siklus
Diamati
I
Suasana Kondusif
3,5
(Melakukan Brain
Gym)
Hubungkan
2
(berpartisipasi
melakukan apersepsi)
Tetapkan tujuan
2
(membuat Goal)

II
4

3,5

3

Diagram 1. Persentase Aktivitas Guru

4

Memperhatikan
penjelasan guru

2

3

Berdasarkan diagram 1, dapat dilihat bahwa pada
siklus I diperoleh persentase aktivitas guru sebesar 68,7%.
Ini menunjukkan bahwa aktivitas guru selama proses
pembelajaran sudah cukup baik namun masih belum
mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan yaitu
>80%. Selama pembelajaran pada siklus I terdapat
beberapa aspek yang sangat tinggi dan tinggi. Adapun
aspek yang dikatagorikan sangat tinggi adalah (tahap
suasana kondusif, tahap hubungkan, melakukan aktivasi,
membimbing mengerjakan LKS dan membimbing
mengerjakan tinjauan ulang atau jangkarkan) selanjutnya
aspek yang dikatagorikan tinggi namun belum mencapai
indikator keberhasilan adalah (tahap membuat gambaran
besar dan tetapkan tujuan, pemasukan informasi,
melakukan demonstrasi).
Pada siklus II diperoleh persentase aktivitas guru
sebesar 85,9%. Dikarenakan guru sudah melaksanakan
pembelajaran dengan perbaikan yang sudah direncanakan
pada siklus sebelumnya sehingga aktivitas guru pada
siklus ini meningkat. Selama pembelajaran pada siklus II
semua aspek dikatagorikan sangat tinggi dan mencapai
indikator keberhasilan
Dengan demikian aktivitas guru selama siklus I-II
mengalami peningkatan. Persentase di siklus I 68,7%
menjadi 85,9% di siklus II Hal ini menunjukkan bahwa
aktivitas guru dengan menerapkan Strategi Genius
Learning pada mata pelajaran PKn materi Pengaruh
Globalisasi kelas IV SDN Murtajih 1 Pamekasan sudah
mengalami peningkatan yang lebih baik dari siklus I
sampai siklus II dan sudah mencapai indikator
keberhasilan dan telah dikatakan berhasil.
Pengamatan aktivitas siswa pada pembelajaran ini
dilakukan oleh peneliti sebagai observer. Hasil dari
pengamatan tersebut dapat disajikan sebagai berikut:

5
6
7

Melakukan aktivasi
Mengerjakan LKS
Berpartisipasi
melakukan
demonstrasi
Berpartisipasi
melakukan tinjauan
ulang atau
menjangkarkan.

3
3
2

3,5
4
3

3,5

3,5

21
2,62
65,6%

27,5
3,43
85,9%

8

Jumlah
Rata-rata
Persentasi Ketuntasan

Tabel 4. Perbandingan Aktivitas Siswa Siklus I-II
Skor yang
didapat
21
27,5

Siklus I
Siklus II

Persentase (%)
65,6%
85,9%

Pada tebel 3 dan 4, dapat dilihat skor yang didapat dan
persentase aktivitas siswa selama pembelajaran
menggunakan strategi Genius Learning . Hasil
perhitungan persentase aktivitas siswa di atas dapat
disajikan ke dalam bentuk diagram sebagai
berikut:

85,9

100

80

65,6

60

40
20
0
Siklus I

Siklus II

Diagram 2. Persentase Aktivitas Siswa

9

JPGSD Volume 04 Nomor 02 Tahun 2016

Pada diagram 2, dapat dilihat bahwa pada siklus I
diperoleh persentase aktivitas siswa sebesar 65,6%. Ini
menunjukkan bahwa aktivitas siswa selama proses
pembelajaran sudah baik namun belum mencapai
indikator keberhasilan yaitu >80%. Selama pembelajaran
pada siklus I terdapat beberapa aspek yang dikatagorikan
sangat tinggi dan tinggi. Adapun aspek yang
dikatagorikan sangat tinggi dan sudah mencapai indikator
keberhasilan adalah (suasana kondusif, melakukan
aktivasi, mengerjakan LKS dan berpartisipasi dalam
proses tinjauan ulang atau jangkarkan) sedangkan aspek
yang dikatagorikan tingi namun belum mencapai indikator
keberhasilan adalah ( hubungkan, tetapkan tujuan,
memperhatikan penjelasan guru, melakukan demonstrasi).
Pada siklus II diperoleh persentase aktivitas siswa
sebesar 85,9% dikarenakan siswa sudah melaksanakan
pembelajaran dengan perbaikan yang sudah direncanakan
pada siklus sebelumnya sehingga aktivitas siswa pada
siklus ini meningkat . selama pembelajaran pada siklus II
semua aspek sudah dikatagorikan sangat tinggi dan sudah
mencapai indikator keberhasilan.
Dengan demikian aktivitas siswa selama siklus I-II
telah mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan
bahwa aktivitas siswa dengan penerapan Strategi Genius
Learning pada materi pengaruh globalisasi pada siswa
kelas IV SDN Murtajih 1 Pamekasan sudah mengalami
peningkatan yang lebih baik dan sudah mencapai
indikator keberhasilan dan telah dikatakan berhasil.
Berikut ini merupakan data hasil belajar siswa dalam
pembelajaran dengan menerapkan Strategi Genius
Learning selama dua siklus.
Tabel 3. Data Hasil Belajar Siswa Siklus I-II
SIKLUS
KETERANGAN
SIKLUS I
SIKLUS II
TUNTAS
18
26
TIDAK
9
1
TUNTAS
JUMLAH
27
27
SISWA
JUMLAH
1867
2279
RATA-RATA
PERSENTASE
(%)

69,1

84,4

66,7%

96,2%

Berikut ini hasil perhitungan ketuntasan belajar siswa
secara klasikal di atas dapat disajikan kedalam diagram
berikut:.

120

96,2

100
80

66,7

60
40
20
0

Siklus I

Siklus II

Diagram 3. Data Hasil Belajar Siswa Siklus I-II
II
Berdasarkan penyajian dan analisis data tersebut,
dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan hasil
belajar siswa selama kegiatan pembelajaran dengan
menerapkan Strategi Genius Learning pada mata
pelajaran PKn materi pengaruh globalisasi kelas IV SDN
Murtajih 1 Pamekasan. Persentase siklus I sebesar 66,7%,
setelah diadakan perbaikan, persentase pada siklus II
menjadi 96,2%. Hasil belajar mengalami peningkatan
yang cukup pesat dan telah mencapai indikator
keberhasilan.
Hal ini dikarenakan guru berhasil menciptakan
suasana kondusif baik secara fisik maupun psikis
terhadap siswa dengan cara melakukan Brain Gym yang
dikombinasikan dengan musik. Gunawan (2007), Brain
gym adalah serangkaian gerakan tubuh yang sederhana
yang digunakan untuk memadukan semua bagian otak
untuk meningkatkan kemampuan belajar, harga diri dan
rasa kebersamaan, peneliti menerapkan Brain gym yang
dikombinasikan musik dengan tujuan untuk membantu
siswa kembali pada kondisi mental yang optimal untuk
memulai pembelajaran, sehingga dalam proses
pembelajaran siswa tidak merasa tertekan, tegang dalam
artian siswa benar-benar siap menerima informasi dengan
baik sehingga didapatkan hasil belajar yang maksimal,
ternyata Brain Gym yang dikombinasikan dengan musik
memang benar meningkatkan prestasi belajar siswa yang
sangat signifikan sesuai dengan yang diungkapkan Paul
Dennison dan Gail E. Dennison dalam (Gunawan,2007:
271), bahwa otak terbagi menjadi 3 fungsi yaitu fungsi
dimensi lateral, dimensi pemusatan, dimensi fokus, Brain
Gym membuat ketiga dimensi ini dapat menyatu dan
terintegrasi secara menyeluruh. Hal ini akan
mengakibatkan peningkatan prestasi yang sangat
signifikan.
Guru juga telah berhasil melakukan apersepsi yang
berkaitan dengan kehidupan nyata siswa yang berkaitan

Penerapan Strategi Genius Learning

dengan materi sehingga membuat siswa lebih aktif dalam
menjawab pertanyaan-pertanyaan guru, guru juga
berhasil membuat gambaran besar sebagai folder bagi
siswa untuk menerima informasi dari guru, guru berhasil
membantu siswa membuat goal yang artinya guru
membimbing siswa untuk memahami pentingnya materi
ini untuk dipelajari dan apa saja yang harus siswa
dapatkan dari materi ini.
Dalam
menyampaikan
informasi,
guru
menyampaikan informasi sesuai dengan gaya belajar
siswa dengan cara menggunakan metode dan media yang
variatif sehingga materi mudah dipahami siswa. Hasil
riset menunjukkan bahwa murid yang belajar dengan
menggunakan gaya belajar mereka yang dominan, saat
mengerjakan tes, akan mencapai nilai yang jauh lebih
tinggi dibandingkan bila mereka belajar dengan cara yang
tidak sejalan dengan gaya belajar mereka (Gunawan,
2007:138). Ternyata memang benar berdasarkan
penelitian yang dilakukan bahwa dengan memperhatikan
gaya belajar siswa dalam pemasukan materi dapat
memudahkan siswa untuk memahami materi, dan hasil
tes menunjukkan bahwa hasil belajar siswa kelas IV SDN
Murtajih 1 Pamekasan mengalami peningkatan yang
signifikan.
Guru berhasil membimbing siswa untuk melakukan
aktivasi sesuai dengan kecerdasan siswa yang dominan,
jadi guru memberikan kebebasan kepada siswa untuk
melakukan aktivasi sesuai dengan kemampuannya. Guru
berhasil membuat proses jangkarkan atau tinjauan ulang
secara bersama-sama dengan tujuan untuk meningkatkan
daya ingat dan meningkatkan aefektivitas dari proses
pembelajaran, guru menciptakan proses tinjauan ulang
dan jangkarkan dengan suasana yang menyenangkan dan
bebas dari stres.
Jadi Strategi Genius Learning adalah salah satu
strategi pembelajaran yang telah berhasil meningkatkan
hasil belajar siswa dengan menggunakan berbagai
pengetahuan yang berasal dari berbagai disiplin ilmu
seperti pengetahuan tentang cara kerja otak, cara kerja
memori, motivasi, konsep diri, kepribadian, emosi,
perasaan, pikiran, metakognisi, gaya belajar, mulptiple
intellegence, teknik memori, teknik membaca, teknik
mencatat dan teknik belajar lainnya.

berjalan dengan baik. Berdasarkan data hasil
keterlaksanaan pembelajaran yang telah dilakukan,
diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Aktivitas guru selama kegiatan pembelajaran dengan
menerapkan Strategi Genius Learning mengalami
peningkatan
terhadap
proses
pelaksanaan
pembelajaran, dari siklus I sampai siklus II aktivitas
guru mencapai indikator keberhasilan yang telah
ditentukan, yaitu pada siklus I persentasenya adalah
68,7% , pada silus II 85,9% .
2. Aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran dengan
menerapkan Strategi Genius Learning mengalami
peningkatan
terhadap
proses
pelaksanaan
pembelajaran, dari siklus I sampai siklus II aktivitas
siswa mencapai indikator keberhasilan yang telah
ditentukan, yaitu pada siklus I persentasenya adalah
65,6%, pada siklus II 85,9%.
3. Peningkatan hasil belajar siswa selama kegiatan
pembelajaran dengan menerapkan Strategi Genius
Learning mengalami peningkatan yang signifikan dari
siklus I sampai siklus II yaitu pada siklus I
persentasenya adalah 66,7%, dan siklus II 96,2%.

Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan
peneliti memberikan saran sebagai berikut:
1. Bagi Guru: Dalam pelaksanaan pembelajaran
sebaiknya guru memilih dan menerapkan strategi
tertentu yang sesuai dengan materi, karakter peserta
didik, yaitu dengan menerapkan strategi Genius
Learning untuk mencapai tujuan pembelajaran.
2. Bagi sekolah: Hendaknya sekolah membekali guru
untuk menguasai dan menerapkan strategi Genius
Learning, sehingga pembelajaran akan lebih menarik
dan bermakna, siswa lebih termotivasi dan aktif
berpartisipasi dalam pembelajaran tidak lagi berpusat
pada guru (teacher centered) melainkan berpusat pada
siswa (student centered) sehingga hasil belajarpun
meningkat.
.DAFTAR PUSTAKA
Chatib, Munif. 2014. Gurunya Manusia. Bandung: Mizan
Media Utama

PENUTUP

Gunawan, Adi. 2007. Genius Learning Strategy. Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama

Simpulan
Berdasarkan rumusan masalah dan hasil penelitian
yang telah dibahas pada bab sebelumnya, maka dapat
disimpulkan bahwa pelaksanaan pembelajaran pada mata
pelajaran PKn dengan menerapkan Strategi Genius
Learning pada siswa kelas IV SDN Murtajih 1 Pamekasan

Sardiman. 2006. Interaksi dan Motivasi Belajar
Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Deporter. Hernacki. 2007. Quantum Learning. Bandung:
PT Mizan Pustaka

11

JPGSD Volume 04 Nomor 02 Tahun 2016

Goleman, Daniel. 1999. Kecerdasan Emosi untuk
Mencapai Puncak Prestasi. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama
Rahim, Farida. 2011. Pengajaran Membaca di Sekolah
Dasar. Jakarta: Bumi Aksara
Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta
Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran. Jakarta:
Kencana
Purwanto. 2014. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta:
Pustaka Belajar
Sudjana, Nana. 2008. Penilaian Hasil Belajar Proses
Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Sugihartono, dkk. 2007.
Yogyakarta: UNY Press.

Psikologi

Pendidikan.