Pengembangan Teknologi Pertanian yang In

Pengembangan Teknologi Pertanian yang Inklusif yang Mampu
Meningkatkan Kapasitas Adopsi Teknologi Masyarakat Tani
untuk Memajukan Petani Lahan Sub-optimal
Raden Arum Setia Priadi, S.Si., M.T.

Luas lahan pertanian subur atau optimal terus mengalami penurunan, antara lain
akibat alih fungsi lahan untuk pemukiman, industry, atau infra-struktur. Berkurangnya
luas lahan optimal merupakan salah satu kendala dalam meningkatkan produksi pangan
nasional. Lahan potensial yang tersisa untuk pengembangan pertanian ke depan adalah
lahan sub-optimal atau marginal. Lahan ini merupakan lahan dengan tanah yang
mempunyai sifat-sifat fisika, kimia, dan biologi yang tidak optimal atau kesuburan yang
rendah untuk pertumbuhan tanaman. Lahan ini meliputi lahan kering, lahan kering masam,
lahan di bawah tegakan, lahan rawa, lahan pasang surut, dan lahan salin.
Optimalisasi lahan sub-optimal dapat dilakukan antara lain dengan peningkatan
kapasitas adopsi teknologi masyarakat tani. Persoalan terkait teknologi pertanian (tanaman,
peternakan, dan perikanan) adalah masih rendahnya adopsi teknologi oleh petani,
peternak, atau nelayan dan pembudidaya ikan. Rendahnya adopsi tersebut lebih sering
bukan disebabkan oleh rendahnya relevansi teknologi yang dikembangkan dengan
kebutuhan atau persoalan petani, tetapi lebih disebabkan oleh rendahnya kapasitas adopsi
petani, terutama secara financial. Pada hal jika kita jeli, cermat mengobservasi teknologi
maka bisa ditemukan teknologi yang murah meriah tetapi efektif, tepat guna memenuhi

kebutuhan petani.
Kebetulan, saat ini Pemerintah mendorong pembangunan yang inklusif,
memungkinkan semua stake holder mempunyai kesempatan untuk berkontribusi. Oleh
karena itu dengan bantuan semua engineer, insinyur, dan para calonnya (ketika
menempuh kuliah, penelitian skripsi, dan kuliah kerja nyata), teknologi sebagai alat
pembangunan bisa dirancang /dikembangkan sedemikian rupa sehingga petani dapat
menggunakannya dengan biaya terjangkau. Dengan demikian, petani dapat ikut secara
nyata berkontribusi, misalnya dalam meningkatkan produksi pangan. Oleh sebab itu, untuk
mewujudkan pembangunan pertanian yang inklusif, perlu dikembangkan teknologi oleh
stake holder itu yang mampu diadopsi petani karena teknologi menjadi murah atau frugal
innovation. Ulasan ini ditulis agar memudahkan ilmuwan (dosen, peneliti,
perekayasa) mengembangkan teknologi yang terjangkau bagi petani.

Kata-kata kunci (key words): kapasitas, adopsi, teknologi, masyarakat, petani, peternak,
nelayan, stake holder, engineer, insinyur, frugal innovation, teknologi tepat guna.

Inclusive Agriculture Technology Development can Improve Technology Adoption for
Farmer Community to Advance Sup-optimal Land Farmer

Raden Arum Setia Priadi, S.Si., M.T.

NIM

The area of fertile land continues to decline or optimally, among other things due to land
conversion to residential, industrial, or infra-structure. Loss optimal land is one of the
obstacles in increasing national food production. The remaining potential land for future
agricultural development is sub-optimal land or marginal. This land is the land with soil
that has the properties of physics, chemistry, and biology are not optimal or low fertility for
plant growth. This land includes dry land, dry land sour, land under stands, wetlands, tidal
land, and saline land.
Optimization of sub-optimal land can be done for example by increasing the technology
adoption capacity of the farmer community. Problems related to agricultural technology
(crops, livestock, and fisheries) is the low adoption of technologies by farmers, ranchers, or
fishermen and fish farmers. The low adoption is more often not caused by a lack of
relevance of the technology that was developed with the needs or concerns of farmers, but
more due to the low capacity of farmer adoption, especially financially. In case if we are
observant, careful observation of the technology then that technology can be found cheap
but effective, appropriate to meet the needs of farmers.
Incidentally, the Government encourages the development of an inclusive, enabling all
stakeholders have the opportunity to contribute. Therefore, with the help of all the engineer
and the candidate (while taking classes, thesis research, and community work), the

technology as a development tool can be designed / developed in such a way that farmers
can use it at an affordable cost. Thus, farmers can contribute significantly contribute to, for
example, in increasing food production. Therefore, to achieve an inclusive agricultural
development, technology needs to be developed by the stakeholders were able to be
adopted by farmers because of the technology being cheap or frugal innovation. This
review was written in order to facilitate scientists (professors, researchers, engineers) to
develop affordable technologies for farmers.

Pendahuluan
Ada hal-hal menarik dari Buku Pedoman TA 2013 /2014 Program Pasca-sarjana
Unsri yang berkedudukan di Jln. Padang Selasa No. 542 Bukit Besar, Palembang 30139
Tel 0711 354222 /352132. Pertama, di hlm vi, Penjelasan Kurikulum, A. Program
Magister, 9. Prodi Pengelolaan Lingkungan, hlm 181.
Ada program Double Master Degree “Integrated LowLand Development &
Management Planning” (DD-ILDM) dengan MoU: Kapus Bindiklatren Bappenas RI –
Rektor Unsri – Rektor Unesco-IHE, Belanda, Jakarta 18 Sept 2006. MoU kedua dengan
kedua rector tsb di Delft 16 Feb 2012. Hal ini dilengkapi SK Rektor Unsri No. 034
/UN9 /DT.Kep /2012 dan Surat Direktor Kelembagaan Dikti No. 2241 /D5.3 /T /2008.
Perlu diperhatikan bahwa program itu untuk pembangunan dataran rendah
terintegrasi, tentu termasuk Pengembangan Teknologi Pertanian yang Inklusif yang

Mampu Meningkatkan Kapasitas Adopsi Teknologi Masyarakat Tani untuk
Memajukan Petani Lahan Sub-optimal. Di sana juga diperhatikan perencanaan manajemen
atau pengaturan yang akan dibahas dalam tulisan ini, insya Allah.
Dari BKU Fisika Lingkungan (BKU-FL), Ilmu Lingkungan bisa digunakan untuk
mempelajari lingkungan petani, peternak, dan nelayan. Keberpihakan kepada mereka
merupakan implementasi dari Nilai dan Etika Lingkungan. Hukum dan kebijakan
Lingkungan bisa diterapkan agar tercipta lingkungan yang kondusif bagi petani, peternak,
dan nelayan. Untuk mempelajari karakter ketiga masyarakat itu diperlukan Sosiologi
Lingkungan. Petani pada umumnya berada di Eko-sistem Lahan Basah seperti sawah,
kebun, dan pekarangan /halaman rumah. Lahan basah bagi peternak seperti tempat limbah
peternakan, tempat minum dan mandi ternak. Lahan basah bagi nelayan adalah kolam,
sungai, danau, rawa, dan laut. Untuk mempelajari fenomena dalam angka bagi petani,
peternak, dan nelayan dibutuhkan statistika lingkungan.
Untuk menemukan teknologi tepat guna atau frugal innovation dibutuhkan
Metodologi Penelitian. Agar tingkat keekonomian teknologi atau inovasi itu bisa dijangkau
petani, peternak, dan nelayan dibutuhkan Ekonomi Sumber Daya. Pengelolaan Sumber
Daya Mineral dan Energi diperlukan untuk mengelola sumber daya mineral untuk
pembuatan pupuk dan mengelola energi yang bisa dihasilkan dari limbah pertanian,
peternakan, dan perikanan. Khusus untuk perikanan air laut perlu dipahami Dinamika Laut
dan Atmosfer. ThermoDinamika Lingkungan diperlukan untuk mempelajari hal-hal yang

menyangkut perubahan suhu dan pemanfaatannya di lingkungan pertanian, peternakan, dan
perikanan seperti bio-gas.
Sistem Manajemen Lingkungan diperlukan meningkatkan kualitas pengaturan
lahan pertanian, lahan peternakan, dan lahan perikanan. Selama ini masih terjadi fasilitas
irigasi yang tidak terawat; fasilitas pembuangan limbah peternakan yang terkadang apa
adanya, tidak digarap serius; fasilitas pendingin penyimpan ikan masih langka.

Topik-topik yang Dibahas
Tujuan pertama SemNas adalah mengembangkan teknologi pertanian yang
inklusif untuk memajukan petani lahan sub-optimal sehingga mampu mencapai
kemandirian pangan nasional. Pemikiran /ulasan untuk mengembangkan teknologi
tersebut dengan dukungan teknologi informasi agar meningkat kapasitas adopsi teknologi
masyarakat tani sehingga bisa mengelola lahan sub-optimal agar berkembang menjadi
lahan optimal, disebarluaskan (tujuan kedua) dari perguruan tinggi kepada pemangku
kepentingan (stake holder) khususnya petani, peternak, dan nelayan dengan cara membuka
wahana diskusi (tujuan ketiga) untuk mencari alternative solusi pemecahan masalah
kapasitas adopsi teknologi tersebut.
Topik pertama yang dibahas adalah Pemanfaatan Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK) Mendukung Pembangunan Pertanian Berkelanjutan oleh Djuara P.
Lubis, Dosen Program Mayor Komunikasi Pembangunan IPB. Dari naskah beliau

diketahui bahwa informasi pertanian adalah satu dari faktor-faktor produksi paling
penting dan ini dapat memandu pengembangan. Informasi pertanian adalah aplikasi
pengetahuan terbaik yang akan mendorong pengembangan dan mengreasi kesempatan
terbaik untuk pengembangan berkelanjutan dan reduksi kemiskinan. Integrasi efektif dari
ICT (Information and Communication Technology) dalam sector pertanian akan memandu
pertanian berkelanjutan dengan menyediakan informasi pertanian di awal waktu dan
relevan, yang akan memungkinkan petani membuat keputusan dengan informasi terbaik
pada pertanian guna meningkatkan produktivitas. Di sini pentingnya mahasiswa KKN dan
dosen DPL /peneliti untuk memandu pemanfaatan informasi pertanian tersebut sehingga
terjadi peningkatan kapasitas adopsi teknologi masyarakat tani. Di samping itu dosen
peneliti bisa memanfaatkan ilmu-ilmu yang dipelajarinya sebagai mana dicontohkan dalam
bagian pendahuluan untuk kepentingan petani, peternak, dan nelayan.
ICT dapat memperbaiki secara besar-besaran aksesibilitas petani ke informasi
pasar, masukan komoditas, kecenderungan konsumen, dan informasi berelasi pertanian
yang berdampak positif pada kualitas dan kuantitas produk mereka. Informasi pada
pemasaran, praktik manajemen tanaman dan binatang, pest and diseases, ketersediaan
transportasi, kesempatan pasar baru dan harga pasar dari farm input and output adalah
sangat penting ke ekonomi efisien dan produktif.
Pengembangan lahan sub-optimal menjadi lahan optimal bukanlah pekerjaan
instan, dibutuhkan konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable development) pada

aspek kapasitas adopsi teknologi masyarakat tani sebagai subjek pembangunan. Cara
termudah adalah menjadikan desa tempat kedudukan masyarakat tani tersebut sebagai
lokasi penempatan mahasiswa KKN (Kuliah Kerja Nyata) dan penelitian para dosen DPL
(Dosen Pembimbing Lapangan). Mereka harus membawa computer untuk memproses
kegiatan di tempat itu dengan pertimbangan TIK mempunyai kontribusi potensial
mencapai manfaat ekonomi, social, dan lingkungan yang signifikan.

Uraian berikut akan disesuaikan dengan kondisi sentra padi rawa Sumatera Selatan
khususnya
berdasarkan
hasil
penelitian
Ir.
Suparwoto
di
URL
http://sumsel.litbang.deptan.go.id . Misalnya pengguna adalah petani padi rawa, penggunaantara adalah mahasiswa KKN /dosen DPL /peneliti. Mahasiswa dan dosen bisa bertindak
selaku fasilitator. Mereka bisa berhubungan dengan:
1. Operator pusat informasi terdekat, misalnya di Kecamatan Pemulutan, Provinsi
Sumatera Selatan. Menurut sambutan Bupati Ogan Ilir (OI), H. Mawardi tentang

Program Pemerintah Pusat MPLIK dan PLIK yang Direalisasikan
Pendistribusiannya Tahun 2010 di Kabupaten OI, beliau bertanya kepada seluruh
camatnya, apakah program tersebut ada di kecamatan? Jawabannya camat tidak
tahu adanya program tersebut. Akhirnya bupati mendapat informasi bahwa program
MPLIK dan PLIK direalisasikan melalui pengkaderan partai PKS. Ini adalah
kesalahan, seharusnya realisasi melalui kecamatan.
2. Seharusnya MPLIK dan PLIK adalah pusat pelayanan yang bergerak di bidang
internet dan semestinya ditempatkan di wilayah perbatasan, di tengah keramaian.
Kadishub dan Kominfo Provinsi Sumsel, Husni Wijaya menyatakan bahwa
Pemerintah Daerah tidak dilibatkan untuk realisasi mau pun perencanaan program.
Menurut Nurul Arifin, untuk Kab Ogan Ilir, MPLIK ada di Kec Indralaya, di Desa
Saka Tiga. Di Kec Indralaya Utara, ada di Kelurahan Timbangan 32. Di Kec
Indralaya Selatan Kandis, ada di Muara Kumbang, Lubuk Keliat, Muara Kuang,
Paya Raman, Pemulutan, Pemulutan Barat, Pemulutan Selatan, Rambang
Kuang, Rantau Alai, Sungai Pinag, dan di Tanjung Raja ada dua unit.

3. Untuk membangun masa depan elektronis berkelanjutan (sustainable e-future) bagi
petani sentra padi rawa diperlukan strategi dan program bagi dosen /mahasiswa
untuk menyiapkan petani tersebut dengan kompetensi TIK. Hal ini diawali dengan
World Conservation Strategy dari the International Union for the Conservation of

Nature (IUCN) tahun 1980 dengan konsep yang disepakati oleh Komisi Brundtland
yang menyatakan bahwa “pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang
memenuhi kebutuhan generasi saat ini tanpa mengurangi kemampuan generasi
mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka” (Fauzi 2004). Konsep
keberlanjutan ini paling tidak mengandung dua dimensi, yaitu dimensi waktu
karena keberlanjutan tidak lain menyangkut apa yang akan terjadi di masa
mendatang, dan dimensi interaksi antara sistem ekonomi dan sistem sumber daya
alam dan lingkungan (Heal 1998 dalam Fauzi 2004).
4. Terkait dimensi waktu ada Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Rawa di URL

http://www.litbang.deptan.go.id/download/one/366/file/Pengelolaan-TanamanTerpad.pdf Di Lampung, selain lahan sawah beririgasi teknis dan irigasi sederhana,
lahan rawa juga cukup potensial untuk dikembangkan menjadi sentra pertumbuhan
produksi padi. Total luas lahan rawa di Lampung mencapai 162.900 ha terdiri atas
lahan rawa pasang surut (68.900 ha) dan rawa lebak (94.030 ha) tersebar di
Kabupaten Tulang Bawang, Lampung Tengah, Lampung Timur, Lampung Selatan,
Lampung Barat dan Way Kanan.
5. Pengelolaan Tanaman Terpadu bisa dirumuskan secara sederhana oleh para
mahasiswa KKN dibantu beberapa dosen DPL. Kita tidak perlu menunggu
pengelolaan informasi, perakitan kembali, penyederhanaan, dan desiminasi oleh
lembaga terkait di tingkat pusat hingga provinsi. Misalnya untuk PTT Padi Rawa,

bagai mana info terkait: a) Varietas unggul; b) Benih bermutu; c) Persemaian; d)
Umur bibit muda; e) Jumlah bibit dan sistem tanam; f) Pemupukan spesifik lokasi;
g) Pengendalian gulma; h) Pengendalian hama dan penyakit; i) Panen dan pascapanen; j) Analisis usaha tani.
6. Kegiatan desiminasi bisa dilakukan pada masa penerjunan mahasiswa KKN yang
rata-rata berdurasi 1-2 bulan. Jadi masa 10-12 bulan bisa dilakukan penyusunan
bahan desiminasi di Pengelola KKN tiap perguruan tinggi. Desiminasi melalui
kombinasi dan permutasi media terbaru, konvensional, mau pun tradisional yang
populer di kalangan pengguna petani sentra padi rawa.
7. Kelembagaan lokal perlu dilibatkan terkait keberlanjutan menurut Pezzey yang
melihat aspek keberlanjutan dari sisi yang berbeda. Keberlanjutan memiliki
pengertian statik dan dinamik. Keberlanjutan statik diartikan sebagai
pemanfaatan sumber daya alam terbarukan dengan laju teknologi yang konstan,
sementara keberlanjutan dinamik diartikan sebagai pemanfaatan sumber daya
alam yang tidak terbarukan dengan tingkat teknologi yang terus berubah.

Kesimpulan
Pengelola Program Studi S1 /S2 /3 (Pengelolaan, Ilmu) Lingkungan perlu bekerja
sama dengan Pengelola KKN di kampusnya guna melaksanakan program terkait tri dharma
perguruan tinggi untuk meningkatkan kapasitas adopsi teknologi masyarakat tani untuk
memajukan petani lahan sub-optimal seperti apa yang dituliskan di atas, mulai dari

pengelolaan informasi pertanian. MPLIK dan PLIK dari Kementerian Kominfo perlu
dievaluasi dan diperbaiki implementasinya karena kedua sarana ini penting bagi
pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi bagi peningkatan kapasitas adopsi
teknologi masyarakat tani untuk memajukan petani lahan sub-optimal. Tinggal
menuntaskan Desa Berdering, Desa Pinter, menuju masyarakat informatif (program desa
informasi, program USO).
Terkait optimalisasi pemberdayaan layanan jasa akses telekomunikasi dan
informatika KPU /USO lintas Perguruan Tinggi (PT), koordinasi dan sosialisasi menjadi
target yang diharapkan dicapai dalam pengoptimalisasian program ini /kegiatan ini sebagai
upaya optimalisasi pelaksanaan program USO, terutama membuka akses jaringan
informasi di desa yang blankspot atau belum tersedia jaringan telekomunikasi. Caranya
dengan memanfaatkan Pusat Layanan Internet Kecamatan (PLIK), BP3TI, Mobile Pusat
Layanan Internet Kecamatan (MPLIK).

Daftar pustaka
---, 2013. Buku Pedoman Tahun Akademik 2013 /2014 Program Pasca-Sarjana Universitas
Sriwijaya, hlm 181, 189-190.
Lubis, Djuara P., ---. Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi Mendukung
Pembangunan
Pertanian
Berkelanjutan.
URL
https://www.academia.edu/590798/Pemanfaatan_Teknologi_Informasi_dan_Komuni
kasi_Mendukung_Pembangunan_Pertanian_Berkelanjutan
---, 2013. Program MPLIK dan PLIK Pusat di Ogan Ilir Amburadul. URL
http://irdessumsel.blogspot.com/2013/06/program-mplik-dan-plik-pusat-di-ogan.html
---, 2013. Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Rawa. AgroInovasi, Sinar Tani,
Badan LitBang Pertanian, Edisi 12 – 18 Juni 2013, No. 3511 Tahun XLIII. URL
http://www.litbang.deptan.go.id/download/one/366/file/Pengelolaan-TanamanTerpad.pdf
Suradisastra, Kedi, REVITALISASI KELEMBAGAAN UNTUK PERCEPATAN
PEMBANGUNAN SEKTOR PERTANIAN DALAM OTONOMI DAERAH, Pusat
Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Jl. A. Yani No. 70 Bogor 16161,
URL http://pse.litbang.deptan.go.id/ind/pdffiles/ART4-4a.pdf
http://www.slideshare.net/helmi1984/lapaoran-program-uso-2013