Perbandingan Pemanfaatan Bahan Tercetak dan Elektronik oleh Digital Natives (Studi Kasus pada Mahasiswwa Program Studi Ilmu Perpustakaan Universitas Sumatera Utara)

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Bahan Pustaka
Bahan Pustaka merupakan komponen utama yang dimiliki oleh
perpustakaan. Segala informasi yang akan diberikan kepada para pencari
informasi adalah bersumber dari bahan pustaka yang dimiliki oleh suatu
perpustakaan. Bahan pustaka adalah bagian dari koleksi bahan pustaka yang ada
di perpustakaan yang disediakan untuk kepentingan belajar, informasi dan
rekreasi. Suatu perpustakaan belum dapat melakukan kegiatannya, apabila
perpustakaan tersebut belum memiliki bahan pustaka yang dapat dimanfaatkan
oleh pengguna dalam mencari informasi yang dibutuhkan.
Menurut Yulia (1992, 3) “Bahan pustaka adalah kitab, buku”. Bahan
pustaka yang tersedia di perpustakaan perguruan tinggi haruslah relevan dengan
kebutuhan setiap program studi mahasiswa dari perguruan tinggi tersebut. Hal ini
dilakukan agar mahasiswa dapat memanfaatkan berbagai bahan pusaka yang
disediakan oleh perguruan tinggi. Bahan pustaka di perguruan tinggi
dimanfaatkan oleh mahasiswa dalam membantu kegiatan belajar sivitas
akademika. Untuk memberikan pelayanan informasi semaksimal mungkin kepada
penggunanya dalam rangka mencapai tujuan perpustakaan perguruan tinggi,
perpustakaan harus berusaha untuk menyediakan berbagai informasi dan bahan

pustaka yang sesuai dengan kebutuhan lingkungan perguruan tinggi dimana
perpustakaan berada.
Perpustakaan perguruan tinggi akan dapat memenuhi fungsinya dengan
7
Universitas Sumatera Utara

baik bila jenis dan mutu bahan pustaka yang dilayankan kepada para pengguna
sesuai atau relevan dengan kebutuhan mahasiswa dari perguruan tinggi tersebut.

2.1.1 Jenis Bahan Pustaka
Suatu perpustakaan harus mampu memberikan pelayanan informasi
semaksimal mungkin kepada pengguna. Untuk dapat memberikan informasi
semaksimal mungkin kepada penggunanya, maka perpustakaan harus berusaha
menyediakan bahan pustaka yang beraneka ragam jenis dan bentuk, serta
kandungan informasinya sesuai dengan kebutuhan pengguna.
Pada era globalisasi ini koleksi perpustakaan tidak hanya terbatas dalam
bentuk buku saja, tetapi sudah meliputi bahan elektronik. Menurut Wiji Suwarno
yang dikutip oleh Prabowo (2013, 3) koleksi perpustakaan terdiri dari:
a. Karya cetak berupa buku teks, buku referensi atau buku rujukan seperti
ensiklopedia, kamus, almanak, direktori, biografi, majalah, surat kabar

dan laporan karya ilmiah.
b. Karya rekam berupa kaset audio, kaset video, VCD, DVD dan
sebagainya.
c. Media elektronik adalah media penyimpanan informasi melalui
pangkalan data yang dapat diakses melalui monitor komputer.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa dengan adanya
perkembangan kemajuan teknologi informasi yang sangat pesat saat ini,
mengakibatkan perpustakaan juga mengalami perubahan dalam perkembangannya
yaitu koleksi perpustakaan tidak terbatas pada koleksi tercetak saja seperti buku,
melainkan koleksi juga tersedia dalam bentuk elektronik juga misalnya e-book, ejournal dan lain sebagainya. Semua koleksi tersebut dapat digunakan oleh

pengguna dalam membantu studinya serta dapat menambah informasi pengguna.

8
Universitas Sumatera Utara

2.1.1.1 Bahan Tercetak
Menurut Nelwaty (2002, 15) yang dimaksud dengan bahan tercetak adalah
terbitan yang merupakan satu kesatuan yang paling umum terdapat dalam koleksi

perpustakaan. Jadi koleksi tercetak umumnya berupa buku yang terbuat dari bahan
kertas sebagai media rekam informasi yang setiap babnya merupakan satu
kesatuan yang saling berhubungan pokok bahasannya.
Yusuf (2010, 146-148) menyatakan untuk lebih memudahkan mencari,
mengenali, menelusuri, dan menemukan informasi, berikut diuraikan jenis-jenis
koleksi tercetak yang terdapat di perpustakaan yaitu:
1. Buku Fiksi
Buku-buku fiksi adalah jenis buku yang ditulis bukan berdasarkan fakta
atau kenyataan. Buku fiksi ditulis atas dasar kehendak dan khayalan pengarangnya
saja. Buku-buku fiksi ini biasanya disajikan dalam bentuk cerita, baik pendek
maupun lengkap. Nama lain untuk buku-buku fiksi ini sering dikaitkan dengan
novel, roman.
2. Buku Non Fiksi
Buku-buku non fiksi adalah buku yang pembahasannya berdasarkan fakta
atau kenyataan. Jadi, informasinya tidak didasarkan pada khyalan atau rekaan
penulisnya, tetapi benar-benar berupa uraian tentang fakta atau peristiwa yang
sebenarnya. Dengan demikian, informasi yang terkandung di dalamya pun berupa
data, fakta, ataupun keterangan yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

9

Universitas Sumatera Utara

Di dunia perpustakaan, Yusuf (2010, 150) menyatakan buku-buku yang
tergolong dalam jenis non fiksi ini biasa dikelompokkan kedalam dua kelompok
besar yaitu:
1. Buku teks
Buku teks adalah buku yang membahas suatu bidang ilmu tertentu yang
ditulis dengan tujuan untuk memudahkan pencapaian proses belajar dan
mengajar antara murid dan guru termasuk juga antara mahasiswa dan
dosen.
2. Buku referensi
Buku referensi adalah buku yang isi maupun penyajiannya bertujuan
untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang bersifat spesifik atau
khusus).

Menurut Yusuf (2010,150-184) Jenis-Jenis buku referensi terdiri dari:
a. Kamus
adalah daftar alfabetis kata-kata yang disertai dengan arti, lafal, contoh
penggunaanya dalam kalimat, dan keterangan lain yang berkaitan
dengan kata tersebut. Kamus memuat bermacam informasi tentang kata

dengan segala aspeknya yang disusun secara alfabetis.
b. Ensiklopedia
adalah daftar istilah-istilah ilmu pengetahuan dengan tambahan
keterangan ringkas tentang arti dari istilah-istilah tadi.
c. Buku Tahunan (yearbook)
adalah buku yang memuat peristiwa-peristiwa selama setahun terakhir
(yang telah lewat). Tujuan buku tahunan ini adalah untuk merekam
segala kegiatan tahunan berdasarkan negara, subjek, atau bidang
khusus.
d. Buku Pedoman
adalah buku yang memuat fakta atau peristiwa bahkan proses kegiatan
secara terperinci dari suatu bidang tertentu.
e. Direktori
adalah buku yang berisi tentang keterangan mengenai orang, organisasi,
dan keanggotaannya, alamat kantor, serta data tentang organisasi
setempat.
f. Almanak
adalah suatu publikasi tertentu yang memuat bermacam keterangan
yang antara lain tentang data statistik, ramalan cuaca, dan berbagai
peristiwa penting lainnya di suatu saat dan tempat tertentu, termasuk

informasi bidang ilmu pengetahuan dalam jangka waktu tertentu.
g. Bibliografi

10
Universitas Sumatera Utara

adalah daftar buku-buku (juga termasuk media lainnya) yang ada di
suatu tempat. Disusun berdasarkan urutan abjad nama pengarang, judul,
subjek, atau keterangan lain tentang buku.
h. Katalog
adalah data yang menggambarkan bentuk fisik buku. Katalog memuat
semua informasi tentang buku.
i. Indeks
adalah daftar istilah yang disusun berdasarkan urutan abjad atau dengan
susunan tertentu yang disertai dengan keterangan yang menunjukan
istilah tadi berada.
j. Abstrak
adalah uraian yang dipadatkan dari suatu karangan atau artikel yang
biasanya bersifat ilmiah. Dengan membaca abstrak, orang telah tahu
hasil atau isi dari karya aslinya.

k. Laporan Hasil Penelitian
Laporan hasil penelitian disebut juga dengan karya ilmiah yang
didasarkan pengalaman empiris. Jenis karya ini biasanya merupakan
hasil dari studi ilmiah yang dilakukan oleh kalangan ilmuwan, peneliti,
dosen, mahasiswa S-1, S-2, maupun S-3.
l. Terbitan Berkala
adalah bentuk publikasi yang pada umumnya memuat berbagai tulisan
atau artikel, baik yang umum maupun yang khusus dari beberapa
pengarang berupa berita atau keterangan lain yang dianggap penting.
m. Terbitan Pemerintah
adalah karya yang dicetak dan diterbitkan atas biaya dan kewenangan
pemerintah atau badan-badan pemerintah.
2.1.1.2 Bahan Elektronik
Pada umumnya, masyarakat hanya mengenal

perpustakaan memiliki

koleksi tercetak. Namun, dengan merambahnya perkembangan teknologi
informasi dan komunikasi yang sangat pesat yang terjadi di masa sekarang ini
menuntut perkembangan sumber daya informasi yang tersedia di dalam maupun

diluar perpustakaan pula yang tersedia dalam format elektronik. Perkembangan
teknologi menjadikan akses informasi yang tersedia dalam bentuk elektronik
sebagai salah satu alternatif yang dianggap semakin penting dalam pemenuhan
kebutuhan akan informasi. Dengan adanya perkembangan TIK memunculkan

11
Universitas Sumatera Utara

sistem akses dan temu-balik terhadap informasi dalam bentuk elektronik menjadi
semakin cepat dari sumber ke pengguna tanpa terbatas jarak, ruang, dan waktu.
Di masa sekarang telah terjadi perubahan dalam pengelolaan sumber daya
informasi di perpustakaan. Hasugian (2008, 12) menyatakan sumber daya
informasi berbasis kertas (paper-based) yang selama ini menjadi primadona
perpustakaan tradisional sekarang ditantang oleh sumber informasi yang tersedia
dalam format elektronik. Sumber daya informasi dalam format elektronik ini
menawarkan cara yang berbeda dalam penyimpanan dan temu-kembali informasi
dibandingkan dengan sumber daya informasi berbasis kertas (paper-based).
Situasi ini menjadikan akses informasi dalam bentuk elektronik semakin penting
dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat akan informasi, tanpa mengabaikan
akses informasi yang telah berlangsung selama ini secara konvensional.

Brophy dkk (2000,5) menyatakan sumber daya informasi elektronik
adalah “every document in electronic form which needs special equipment to be
used. Electronic resources include digital documents, electronic serials,
databases, patents in electronic form and networked audiovisual documents”.

Pendapat di atas dapat diartikan bahwa sumber daya informasi
elektronik adalah setiap dokumen dalam bentuk elektronik yang membutuhkan
peralatan khusus untuk menggunakannya yang meliputi dokumen digital, terbitan
berseri elektronik, database (pangkalan data), hak paten dalam format elektronik
dan dokumen jaringan kerja audiovisual

12
Universitas Sumatera Utara

Dalam Pasal 1 Undang-Undang No. 11 tahun 2008 mengenai Informasi
dan Transaksi Elektronik dicantumkan definisi mengenai informasi elektronik.
Berikut kutipannya :
Informasi elektronik adalah satu atau sekumpulan data elektronik,
termasuk tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan,
foto, electronic data interchange (EDI), surat elektronik (electronic mail),

telegram, teleks, telecopy atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, kode akses,
simbol, atau perforasi yang telah diolah yang memiliki arti atau dapat
dipahami oleh orang yang mampu memahaminya.
Dari kutipan di atas dikatakan bahwa informasi elektronik

berupa

sekumpulan data dalam bentuk elektronik yang tidak terbatas hanya pada tulisan
tetapi juga termasuk suara, gambar, peta, rancangan, foto, electronic data
interchange (EDI), surat elektronik (electronic mail), telegram, teleks, telecopy

atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, kode akses, simbol, atau perforasi yang telah
diolah yang memiliki arti sehingga dapat dipahami oleh orang yang mampu
memahaminya.
Teknologi internet menghubungkan pengguna dengan sumber bahan
elektronik, sehingga informasi dalam bentuk elektronik dapat di akses selama
pengguna terhubung dengan jaringan internet. Pemanfaatan dan akses terhadap
bahan elektronik jauh lebih luas jika dibandingkan dengan bahan tercetak. Bahan
elektronik dapat digunakan oleh banyak pengguna (multi user ) dalam waktu yang
bersamaan dan dapat dimanfaatkan dengan akses jarak jauh (remote access) tanpa

harus datang ke perpustakaan.
Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa bahan
elektronik adalah sumber informasi yang dapat dimanfaatkan para pencari

13
Universitas Sumatera Utara

informasi untuk memenuhi kebutuhan informasi, yang tersedia dalam format
elektronik yang hanya dapat diakses melalui komputer atau sistem elektronik yang
tidak terbatas pada jarak dan waktu. Dengan adanya sumber informasi dalam
bentuk elektronik dapat diperoleh informasi berupa karya-karya digital, misalnya
E-journal, E-books, E-articles, dan lain-lain.

1. Jurnal Elektronik (E-Journal)
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
berkembang pesat, sumber informasi tidak hanya terbatas pada format tercetak
melainkan juga tersedia dalam format elektronik. Pengguna perpustakaan di dunia
pendidikan perguruan tinggi yaitu civitas akademika sebagai subjek pencari
informasi sangat membutuhkan akan pengaksesan informasi secara cepat, hemat
waktu, biaya serta tenaga. Pada era teknologi informasi ini, koleksi dalan bentuk
tercetak pada perpustakaan tidak cukup untuk menjawab tantangan akan
perkembangan zaman.
Menurut Lasa yang dikutip oleh Rusydi (2014, 202) menyatakan bahwa
jurnal elektronik atau e-journal adalah jurnal yang segala aspek (penyiapan,
review, penerbitan, dan penyebaran) dilakukan secara elektronik. Latar belakang
yang memunculkan jurnal elektronik adalah mahalnya percetakan jurnal,
kemajuan teknologi komputer dan meluasnya teknologi jaringan world wide web
(www). Perbedaan media pelayanan antara jurnal dari bahan tercetak dan ejournal (elektronik jurnal) adalah dalam bentuk media penyimpanannya saja yakni

elektronik.
Reitz dalam Siswadi (2008, 23) menggunakan istilah jurnal elektronik

14
Universitas Sumatera Utara

(electronic journal) untuk online journals. Mendefinisikan bahwa jurnal
elektronik sebagai versi digital dari jurnal tercetak, atau jurnal seperti dalam
bentuk publikasi elektronik tanpa versi tercetaknya, tersedia melalui email, web
atau akses internet. Baik online journal maupun jurnal tercetak merupakan jurnal
dalam cakupan terbitan berseri. Perbedaannya terletak pada media aksesnya
dimana jurnal tercetak dalam bentuk tercetak berbahan baku kertas dan dapat
dibaca secara langsung, sedangkan online journal berupa jurnal dalam bentuk
digital dan untuk membacanya diperlukan akses internet terlebih dahulu.
Keduanya memiliki sumber informasi yang sama yaitu jurnal. Dari pengertian
tersebut, dapat disimpulkan bahwa jurnal elektronik adalah versi digital dari jurnal
tercetak yang merupakan cakupan dari terbitan berseri dan dalam proses
pengaksesannya diperlukan akses internet terlebih dahulu.
Menurut Surjono (2009, 1) “E-journal adalah publikasi dalam format
elektronik dan mempunyai ISSN (International Standard Serial Number )”. Dari
defenisi ini, dapat diketahui bahwa informasi yang terdapat di dalam e-journal
(jurnal elektronik) adalah sekumpulan artikel ilmiah yang dapat berupa karya
ilmiah dalam format elektronik yang mempunyai nomor standar. Oleh karena itu,
informasi yang terkandung di dalam jurnal elektronik tersebut dapat dipercaya
karena telah diakui dengan adanya ISSN pada jurnal elektronik tersebut.
Informasi yang terdapat pada e-journal relatif mutakhir dan merupakan
informasi yang dapat dipercaya. Oleh karena itu, jurnal elektronik sangat sesuai
dengan kebutuhan para akademisi

di

perguruan tinggi

sebagai

pusat

pengembangan ilmu pengetahuan. Sebagai masyarakat ilmiah, masyarakat

15
Universitas Sumatera Utara

perguruan tinggi (dosen, mahasiswa dan peneliti) sangat membutuhkan sumber
referensi yang dapat diakses dengan cepat. E-Journal memberikan kemungkinan
besar untuk memperoleh sumber informasi yang bersifat mutakhir dan dapat
diakses dengan lebih cepat dan mudah jika dibandingkan dengan jurnal tercetak.
Jurnal elektronik (e-journal) memiliki beberapa kelebihan dibandingkan
dengan jurnal tercetak. Perbandingan jurnal elektronik dengan jurnal tercetak
dapat dilihat dari tabel 2.1 berikut ini:
Tabel 2.1 Perbandingan Jurnal Elektronik dan Jurnal Tercetak
No

Kriteria

Elektronik

Tercetak

1.

Kemuktahiran

Mutakhir

Mutakhir

2.

Kecepatan diterima

Cepat

Lambat

3.

Penyimpanan

Sangat mengirit tempat

Makan tempat

4.

Pemanfaatan

24 Jam

Terbatas jam buka

5.

Kesempatan akses

Bisa bersamaan

Antri

6.

Penelusuran

Otomatis tersedia

Harus dibuat

7.

Waku penelusuran

Cepat

Lama

8.

Keamanan

Lebih aman

Kurang aman

9.

Manipulasi dokumen

Sangat mudah

Tidak bisa

10. Langganan

dengan Judul bisa lebih banyak

Judul lebih sedikit

harga yang sama
11. Harga total langganan

Jauh lebih murah

Lebih mahal

Sumber: Tresnawan (2005, 2)

16
Universitas Sumatera Utara

Dengan melihat tabel 2.1 di atas, dapat disimpulkan bahwa jurnal
elektronik lebih banyak memiliki nilai lebih jika dibandingkan dengan jurnal
tercetak. Kelebihan jurnal elekronik dibandingkan dengan jurnal tercetak yaitu
dari aspek kemutakhiran, akses, penyimpanan, serta pemanfaatannya.
Dengan adanya kelebihan yang dimiliki jurnal elekronik dapat lebih
memudahkan pengguna dalam mencari informasi yang dibutuhkan, namun
disamping kelebihan tersebut jurnal elektronik memiliki kelemahan yaitu dalam
proses pengaksesan jurnal harus melalui perangkat komputer yang tentunya
membutuhkan listrik, jadi apabila terjadi pemadaman listrik jurnal elektronik pun
tidak dapat diakses.
Galvin yang dikutip oleh Andriaty (2005, 26) menegaskan bahwa
keuntungan utama dari jurnal elektronik adalah:
1. Bagi pihak penerbit dapat menghemat biaya cetak
2. Bagi perpustakaan akan menghemat biaya pemeliharaan seperti
penjilidan dan pemeliharaan di rak.
3. Bagi penulis dapat mengurangi panjangnya waktu/proses penerbitan
naskah dalam suatu jurnal sehingga penundaan penerbitan dapat
dihindari.
Menurut Jenifer E. Rowley yang dikutip oleh Hasan (2013, 26) bahwa
pada saat ini jurnal terdiri dari:
1. Jurnal yang diterbitkan dalam bentuk tercetak, seperti buku.
2. Jurnal yang diterbitkan dalam bentuk digital atau cd-room.
3. Jurnal yang hanya diterbitkan dalam bentuk online.

Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa menurut bentuk
penyajiannya jurnal elektronik dapat dibedakan menjadi dua kategori, yakni

17
Universitas Sumatera Utara

pertama jurnal elektronik berbasis web, dan kedua jurnal elektronik berbasis cdroom.

2. Buku Elektronik (E-Book)
Sejalan dengan perkembangan e-journal, telah berkembang pula e-book.
Pertumbuhan e-book tidak secepat dibandingkan dengan pertumbuhan e-journal,
tetapi perkembangan teknologi perangkat keras dan lunak saat ini memungkinkan
popoularitas e-book di masa depan.
Ball, Rafael (2009, 1)menyatakan bahwa:
Since the end of the 1990s, the media, publishers, and libraries have been
unable to imagine a world without „e-books‟. Rafael Ball define e-books as
hardware, as a reading device for electronically available texts-quickly
became a general term for the use of book content in electronic form.

Ball, Rafael berpendapat bahwa media, penerbit, serta perpustakaan telah
membayangkan sulitnya ketersediaan informasi tanpa menggunakan buku
elekronik. Rafael Ball mendefinisikan e-book sebagai perangkat keras yang
mampu membaca teks berbentuk elektronik.
Menurut Suwarno yang dikutip oleh Prabowo (2013, 4) e-book adalah
versi elektronik dari buku. Jika buku pada umumnya berbahan baku kertas yang
berisi teks atau gambar, e-book berisi informasi dalam format digital yang juga
dapat berisi teks atau gambar.
Surachman (2010, 9) menyatakan bahwa:
E‐book atau buku elektronik merupakan satu sumber digital atau
elektronik yang dapat digunakan oleh pengguna yang ingin mendapatkan
informasi dari sebuah buku yang dikemas dalam format elektronik atau
digital. Pengguna dapat melakukan penelusuran sekaligus membaca
bahkan mendownload file buku elektronik yang tersedia di banyak situs
di internet. Buku elektronik ini bisa berasal dari buku tercetak yang

18
Universitas Sumatera Utara

dielektronikan atau didigitalkan, atau bisa juga hanya terbit dalam versi
digital/elektronik.

Putut Laxman Pendit (2007, 81) menyatakan secara teknologi, e-book
sebenarnya adalah sekumpulan teks digital.
E-book tersedia dalam dua jenis, pertama yaitu e-book yang bersifat

tertutup hanya dapat dibaca dengan alat dan program khusus. Setiap berkas hanya
dapat dibaca dengan perangkat yang disiapkan khusus (e-book reader ). Jenis
kedua yaitu e-book yang dapat dibaca oleh berbagai peralatan digital. E-book jenis
ini yang tersedia di internet adalah yang untuk dibaca diberbagai alat digital,
mulai dari PC desktop, laptop.
Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa E-Book (buku elektronik)
adalah sebuah bentuk buku yang dikemas dalam format elektronik yang dapat
pengguna peroleh dan pengguna buka secara elektronik dengan memanfaatkan
komputer. Konten e-book dapat selalu diakses tanpa menghiraukan waktu dan
tempat, dapat dibaca pada PC (personal computer ) atau melalui alat baca buku
yang mudah dibawa-bawa (portable). E-book memiliki kelebihan dalam hal
accessibility, functionality, and cost-effectiveness.

Di antara pengguna ada yang menyukai e-book, tetapi di sisi lain juga
masih banyak pengguna yang lebih menyukai pemakaian buku tercetak (print
books) karena memiliki kelebihan dalam kemudahan dan kenikmatan dalam

membaca (ease and enjoyability of reading ), di samping itu pengguna tidak
memiliki keahlian dalam menelusur e-book.

19
Universitas Sumatera Utara

3. Artikel Elektronik (E-Article)
Artikel elektronik (e-article) adalah artikel yang dikemas dalam format
elektronik. Artikel elektronik dapat kita temukan dalam jurnal elektronik atau
dalam bentuk artikel lepas. Arikel Elekronik hanya dapat diakses melalui
transmisi elektronik. Artikel elektronik merupakan bentuk khusus dari dokumen
elektronik, dengan konten khusus, tujuan, format dan metadata. Artikel elektronik
ini ditujukan untuk penyediaan informasi, baik untuk kegiatan pendidikan maupun
sebagai bahan rujukan untuk penelitian akademik. Artikel elektronik dapat
ditemukan dalam jurnal online (elektronik), sebagai versi online dari artikel yang
terbit dalam jurnal tercetak.

2.1.2 Pemanfaatan Bahan Pustaka
Menurut Handoko yang dikutip oleh Prawati (2003, 27) bahwa pengguna
dalam memanfaatkan bahan pustaka dipengaruhi oleh fakor internal dan faktor
eksternal.
1. Faktor internal
Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam diri seseorang. Yang
termasuk faktor internal meliputi:
a. Kebutuhan
Yang dimaksud dengan kebutuhan disini adalah kebutuhan pengguna akan
bahan pustaka yang akan digunakan sebagai sumber belajar dan sumber referensi
bagi mahasiswa. Menurut Yusuf (2010, 24) menyatakan bahwa:

20
Universitas Sumatera Utara

Kebutuhan informasi merupakan suatu keadaan yang terjadi dalam struktur
kognisi seseorang yang dirasakan ada kekosongan informasi atau
pengetahuan sebagai akibat tugas atau sekadar ingin tahu. Kebutuhan
informasi setiap orang berbeda-beda, setiap orang dalam kehidupannya
akan memenuhi kebutuhan informasi yang dibutuhkannya.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan kebutuhan adalah sesuatu
yang dibutuhkan oleh pengguna berupa informasi yang belum diketahui dan
dalam kehidupannya, pengguna akan berusaha memenuhi kebutuhan informasi
yang dibutuhkannya.
b. Motif
Menurut Priyatna (1996, 6-7) motif adalah sesuatu yang melingkupi semua
penggerak, alasan-alasan atau dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan ia
berbuat sesuatu. Menurut Effendy (2006, 27) “motif adalah tujuan yang
mendorong seseorang menentukan pilihannya dan keinginannya”.
Dalam dunia perpustakaan motif adalah alasan dalam diri pengguna
menggunakan berbagai jenis bahan pustaka yang berbeda-beda yang sesuai
dengan kebutuhan masing-masing. Menurut Ernawati (2007, 7) “jika ditelusuri
lebih dalam, motif timbul bukan hanya dari kebutuhan yang ada, tetapi ditentukan
pula adanya faktor harapan akan dapat dipenuhinya suatu kebutuhan”.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa motif adalah sesuatu yang
mendasari atau alasan perbuatan dan tindakan seseorang sehingga menyebabkan
ia berbuat sesuatu.

21
Universitas Sumatera Utara

c. Minat
Dalam

Kamus

Besar

Bahasa

Indonesia

Online,

minat

adalah

kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu. Menurut Winkel (2004, 212)
minat diartikan sebagai “kecenderungan subyek yang menetap, untuk tertarik pada
bidang studi atau pokok bahasan tertentu dan merasa senang mempelajari materi
itu”. Sedangkan menurut Hurlock (1997, 14), “minat merupakan sumber motivasi
yang mendorong orang untuk melakukan apa yang mereka inginkan bila mereka
bebas memilih”.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa minat adalah rasa ketertarikan
seseorang terhadap sesuatu bukan karena paksaan tapi kesadaran yang tinggi
karena keinginan yang kuat untuk mencapai tujuannya.
2. Faktor eksternal
Faktor Eksternal yaitu faktor yang bukan berasal dari dalam diri seseorang
melainkan berasal dari lingkungan sekitarnya. Yang termasuk faktor eksternal
tersebut yaitu:
a. Ketersediaan koleksi
Ketersediaan

koleksi

merupakan

koleksi

yang

disediakan

oleh

perpustakaan untuk dilayankan kepada pengguna sehingga dapat dimanfaatkan
dalam memenuhi kebutuhan informasinya. Suatu perpustakaan dapat dikatakan
berhasil bila perpustakaan tersebut dimanfaatkan oleh penggunanya. Salah satu

22
Universitas Sumatera Utara

aspek penting untuk membuat perpustakan dimanfaatkan oleh penggunanya yaitu
ketersediaan koleksi yang relevan dengan kebutuhan pengguna.
Agar perpustakaan dimanfaatkan oleh penggunanya, perpustakaan
memiliki tugas pokok yaitu melakukan kegiatan pengadaan untuk menambah
ketersediaan koleksi. Perpustakaan yang menyediakan koleksi yang lengkap
biasanya memiliki pengguna yang akan cukup sering memanfaatkan koleksi
perpustakaan tersebut.
Sutarno (2007, 26) menyatakan bahwa “tujuan ketersediaan koleksi adalah
untuk memenuhi kebutuhan pengguna perpustakaan yang akan dilayaninya,
sehingga pengguna senang memanfaatkan koleksi yang telah dimiliki oleh
perpustakaan tersebut”.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa agar pengguna memiliki
minat untuk memanfaatkan koleksi yang dimiliki oleh suatu perpustakaan,
ketersediaan koleksi di perpustakaan harus sesuai atau relevan dengan kebutuhan
para pencari informasi
b. Keterampilan pustakawan dalam melayani pengguna
Salah satu komponen yang dianggap penting dari sebuah perpustakaan
adalah pustakawan. Pustakawan diperlukan untuk memberikan pelayanan (jasa)
semaksimal mungkin dalam membantu para pengguna perpustakaan. Seorang
pustakawan harus mampu mengedepankan kebutuhan pengguna. Keterampilan
pustakawan dalam melayani pengguna dapat dilihat dari bagaimana kecepatan dan
ketepatan pustakawan dalam memberikan layanan kepada pengguna.
23
Universitas Sumatera Utara

Menurut Suherman (2009, 13), kualitas dan keterampilan mendasar yang
diharapkan dari seorang pustakawan adalah “kemampuan untuk mengelola emosi
yang berhubungan dengan orang lain, baik individu atau kelompok, sehingga
dapat terjalin suatu interaksi sosial dan komunikasi yang baik dan efektif”.
Purwono (2005, 17) menyatakan:
Peranan pustakawan adalah kewajiban atau tugas pustakawan dalam
memberikan layanan kepada pengguna perpustakan dimana salah satu
tugasnya adalah memberikan informasi, bimbingan, dan bekerjasama
dengan pengguna dalam memilih sumber yang diperlukan serta cara
mencari dan memanfaatkan informasi tersebut.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa seorang pustakawan
dalam menjalankan tuganya diharapkan mampu memberikan jiwa pelayanan yang
baik, komunikasi yang baik, serta mampu memahami berbagai macam persoalan
yang dihadapi oleh pengguna perpustakaan. Hal ini dilakukan agar pengguna yang
datang ke perpustakaan merasa nyaman. Selain itu, pustakawan diharapkan cepat
tanggap dalam merespon pertanyaan tentang informasi yang dibutuhkan oleh
pengguna, serta dapat memberikan jawaban dan penelusuran informasi yang
dibutuhkan dengan cepat dan tepat. Pustakawan juga harus mempunyai
kemampuan teknis mengenai perpustakaan, dan mempunyai kemampuan dalam
memanfaatkan kemajuan teknologi informasi yang saat ini berkembang. Dengan
kemampuan tersebut maka pustakawan diharapkan mampu memberikan
pelayanan semaksimalnya kepada penggunanya.

24
Universitas Sumatera Utara

c. Ketersediaan fasilitas pencarian temu kembali informasi
Zaenab (2002, 41) menjelaskan bahwa “temu kembali sebagai suatu proses
pencarian dokumen dengan menggunakan istilah-istilah pencarian untuk
mendefinisikan dokumen sesuai dengan subjek yang diinginkan”.
Sedangkan Rowley yang dikutip Hasugian (2006, 5), menyatakan :
Suatu sistem temu kembali informasi dinyatakan efektif apabila hasil
penelusuran mampu menunjukkan ketepatan (precision) yang tinggi
sekalipun perolehannya rendah (recall). Kondisi ideal dari keefektifan
suatu sistem temu kembali informasi adalah apabila rasio recall dan
precision sama besarnya (1:1).
Hasugian (2006, 6) menjelaskan bahwa:
Perolehan (recall) berhubungan dengan kemampuan sistem untuk
memanggil dokumen yang relevan dengan query, sedangkan ketepatan
(precision) berkaitan dengan kemampuan sistem untuk tidak memanggil
dokumen yang tidak relevan dengan kebutuhan pengguna.
Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa temu kembali informasi
merupakan proses pencarian dokumen menggunakan istilah yang ingin dicari
dengan tujuan untuk mendapatkan dokumen yang relevan atau sesuai dengan yang
diinginkan pencari informasi.
2.1.2.1 Pemanfaatan Bahan Pustaka Tercetak
Tujuan utama disediakannya bahan pustaka tercetak adalah untuk
memenuhi kebutuhan pengguna. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Online,
pemanfaatan kata dasar dari manfaat yang diberi tambahan awalan ”pe” dan
akhiran “an” yang berarti proses, cara dan perbuatan memanfaatkan. Pemanfaatan
koleksi tercetak merupakan kegiatan atau aktivitas pengguna memanfaatkan
bahan tercetak (buku) untuk mencari informasi yang dibutuhkan. Informasi dalam

25
Universitas Sumatera Utara

buku dapat bersifat ilmiah yang mencakup berbagai ilmu pengetahuan maupun
bersifat hiburan.
Menurut Hajiri (2011, 11) pemanfaatan koleksi perpustakaan dapat
digolongkan ke dalam dua golongan yaitu:
a. Pemanfaatan di luar perpustakaan (out of library)
Pemanfaatan jenis ini adalah peminjaman koleksi perpustakaan, koleksi
dibawa keluar perpustakaan dan terjadi transaksi peminjaman atau
sirkulasi.
b. Pemanfaatan di dalam perpustakaan (in library use)
Pemanfaatan koleksi di dalam perpustakaan adalah penggunaan koleksi
di dalam perpustakaan tanpa terjadi transaksi peminjaman.

Lancaster (1993, 77) membatasi pengertian pemanfaatan koleksi di ruang
baca perpustakaan dengan bentuk pertanyaan di bawah ini:
1. If a book is removed from the shelves, casually at and immediately
returned, has it been “used”?
2. If it is removed, some portion of it read at the shelves, and then put
back, has it been used?
3. If it is carried to table, along with others, glanced at and pushed to one
side, has it been used?
Pendapat di atas diartikan sebagai berikut:
1. Jika koleksi diambil dari rak dan dikembalikan lagi, apakah koleksi itu
sudah dimanfaatkan?
2. Jika koleksi diambil dari rak dan sebagian dibaca, apakah koleksi itu
sudah dimanfaatkan?
3. Jika koleksi ada di atas meja atau di ruang baca dan dibaca sekilas,
apakah koleksi itu sudah dimanfaatkan?

26
Universitas Sumatera Utara

Untuk melihat pemanfaatan bahan tercetak yang dilakukan oleh pengguna,
Hasan (2013, 27) menguraikan indikator yang dapat digunakan untuk mengetahui
sejauh mana pengguna memanfaatkan bahan tercetak yaitu sebagai berikut:
a. Frekuensi pemanfaatan bahan tercetak
Setiap pengguna dalam memanfaatkan bahan tercetak untuk memenuhi
kebutuhan informasinya meemiliki memiliki frekuensi pemanfaatan yang
berbeda-beda. Hal ini tergantung pada kebutuhan informasi, waktu dan
kesempatan yang dimiliki oleh pengguna perpustakaan. Oleh karena itu, frekuensi
pemanfaatan bahan tercetak merupakan indikator untuk mengetahui sejauh mana
pengguna memanfaatkan bahan tercetak di perpustakaan.
Ketersediaan koleksi tercetak pada perpustakaan perguruan tinggi juga
mempengaruhi tingkat pemanfaatan. Perpustakaan perguruan tinggi yang
memiliki koleksi yang tersedia dengan baik dan lengkap yang akan dilayankan
kepada pengguna cenderung akan sering dimanfaatkan oleh pengguna. Semakin
baik perpustakaan dalam memenuhi kebutuhan informasi penggunanya maka
semakin sering pengguna tersebut datang memanfaatkan perpustakaan karena
mereka merasa informasi yang mereka butuhkan tersedia pada perpustakaan
tersebut.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Online menyebutkan bahwa
frekuensi mengandung arti yaitu “kekerapan”. Frekuensi pemanfaatan bahan
tercetak berarti memiliki makna kekerapan penggunaan bahan tercetak oleh
pengguna dalam memenuhi kebutuhan informasinya. Semakin sering suatu bahan

27
Universitas Sumatera Utara

tercetak di perpustakaan digunakan, hal itu menandakan bahwa informasi yang
tersedia dalam bahan tercetak tersebut benar-benar bermanfaat untuk memenuhi
kebutuhan informasi pengguna.
b. Tujuan pemanfaatan bahan tercetak
Sebagai pusat sumber dan pemanfaatan informasi, perpustakaan harus
mampu

menyebarluaskan

informasi

kepada

pengguna

sehingga

tujuan

pemanfaatan koleksi perpustakaan dapat tercapai. Tujuan utama disediakannya
koleksi di perpustakaan perguruan tinggi adalah untuk memenuhi kebutuhan
informasi pengguna perpustakaan. Untuk itu perpustakaan terus berusaha untuk
menyediakan berbagai sumber informasi dan bahan-bahan yang relevan bagi
penggunanya sehingga pengguna lebih efektif dalam pemanfaatan koleksi.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Online, “Tujuan bermakna arahan,
haluan (jurusan), yang dituju, maksud, tuntutan (yang dituntut)”. Dari pendapat
tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan pemanfaatan bahan tercetak
adalah maksud dari perbuatan pengguna dalam kegiatan pemanfaatan koleksi
bahan tercetak.
c. Kemampuan pengguna dalam penelusuran bahan tercetak
Dalam membantu memudahkan pengguna untuk melakukan penelusuran
bahan tercetak di perpustakaan, pengguna menggunakan Online Public Access
Catalog (OPAC). Dengan menggunakan OPAC, pengguna dapat dengan mudah

untuk menemukan informasi dalam bentuk tercetak yang dibutuhkan. Setiap
pengguna perpustakaan memiliki tingkat pengetahuan dan keterampilan yang
28
Universitas Sumatera Utara

beragam dalam melakukan penelusuran OPAC. Kemampuan tersebut sangat
berhubungan erat dengan tingkat keberhasilan dalam mencari informasi yang
dibutuhkan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Online menyatakan kemampuan
mempunyai kata dasar mampu yaitu “kuasa, sanggup, bisa”. Kemudian
mendapatkan imbuhan ke-an menjadi kemampuan yang berarti kekuasaan,
kesanggupan dalam melakukan sesuatu. Dari pernyataan di atas kemampuan
pengguna dalam penelusuran bahan tercetak dapat diartikan sebagai kesanggupan
atau keahlian pengguna dalam menggunakan OPAC untuk menemukan informasi
dalam bentuk tercetak yang dibutuhkan oleh pengguna.
d. Cara pemanfaatan bahan tercetak
Dalam memanfaatkan bahan pustaka tercetak, pengguna menggunakan
cara-cara yang umum yang dapat dilihat dari kebiasaan para pengguna. Cara
pemanfaatan bahan pustaka tersebut bagi setiap pengguna kadang-kadang berbeda
dikarenakan faktor-faktor tertentu.
Menurut Santi, Triana (2013, 85), cara memanfaatkan bahan pustaka
secara umum dikategorikan sebagai berikut:
a. Meminjam
Biasanya pengguna melakukan peminjaman melalui meja sirkulasi
untuk mendapatkan buku yang diinginkan. Dengan melakukan
peminjaman, pengguna memiliki waktu lebih banyak untuk membaca
buku yang di pinjam. Buku tersebut dapat diperpanjang masa
peminjamannya dan kemudian dikembalikan lagi ke meja sirkulasi.
b. Membaca ditempat
Bagi pengguna yang memiliki waktu luang cenderung membaca
langsung bahan pustaka di tempat. Pengguna dapat memilih beberapa
bahan pustaka untuk dibaca dan menghabiskan waktu untuk membaca

29
Universitas Sumatera Utara

buku tersebut di perpustakaan. Pada perpustakaan yang memiliki ruang
baca yang nyaman, akan menambah pengguna yang akan membaca
buku di perpustakaan tanpa harus meminjam. Cara seperti ini dibatasi
oleh jam layanan perpustakaan.
c. Mencatat informasi dari bahan pustaka
Terkadang pengguna hanya melakukan pencatatan informasi yang ia
dapat dari bahan pustaka. Dengan cara seperti ini, pengguna
mendapatkan informasi ringkas tentang berbagai masalah dari beberapa
bahan pustaka.
d. Memperbanyak (menggunakan jasa fotocopy)
Dengan menggunakan fasilitas mesin fotocopy, pengguna dapat
memiliki sendiri informasi-informasi yang diinginkan. Cara seperti ini
biasanya dilakukan oleh pengguna yang memiliki waktu terbatas untuk
ke perpustakaan. Sedangkan perpustakaan sering menyediakan layanan
fotocopy untuk koleksi yang tidak bisa dipinjam oleh pengguna seperi
koleksi refrensi. Bagi perpustakaan dan pengguna cara seperti
ini.terkadang dianggap melanggar hak cipta.

Dari penjelasan di atas, dapat dilihat ada beberapa cara pemanfaatan
koleksi tercetak yang biasa dilakukan oleh pengguna. Cara-cara yang ditempuh
oleh pengguna tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor yang diantaranya adaalah
waktu, kenyamanan, dan materi.

2.1.2.2 Pemanfaatan Bahan Elektronik
a. Frekuensi pemanfaatan bahan elektronik
Para pencari informasi dalam memanfaatkan bahan elektronik untuk
memenuhi kebutuhan informasi memiliki frekuensi yang berbeda-beda. Hal ini
tergantung pada kebutuhan informasi, waktu dan kesempatan yang mereka miliki.
Oleh karena itu, frekuensi pemanfaatan bahan elektronik merupakan indikator
untuk mengetahui sejauh mana pengguna memanfaatkan bahan elektronik.

30
Universitas Sumatera Utara

Semakin mutakhir informasi yang terkandung dalam bentuk elektronik
maka akan sering dimanfaatkan oleh pengguna. Dalam hal ini yang dimaksud
dengan frekuensi pemanfaatan bahan elektronik berarti memiliki makna
kekerapan penggunaan bahan elektronik oleh pengguna dalam memenuhi
kebutuhan informasinya. Semakin sering suatu bahan elektronik digunakan, hal
itu menandakan bahwa informasi yang tersedia dalam bahan elekronik tersebut
benar-benar bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan informasi pengguna.
b. Tujuan pemanfaatan bahan elektronik
Bahan elektronik dipergunakan oleh pengguna untuk tujuan yang berbedabeda. Dalam pendidikan perguruan tinggi, bahan elektronik digunakan oleh
mahasiswa dengan tujuan yang beragam, selain sebagai pendukung materi
perkuliahan, mahasiswa juga menggunakan bahan elektronik untuk menambah
pengetahuan yang diberikan dosen kepada mahasiswa.
Dalam hal ini yang dimaksud dengan tujuan pemanfaatan bahan elektronik
adalah maksud dari perbuatan pengguna dalam kegiatan pemanfaatan bahan
elektronik.
c. Kemampuan pengguna dalam penelusuran bahan elektronik
Setiap pengguna memiliki tingkat pengetahuan dan keterampilan yang
beragam dalam melakukan penelusuran berbagai informasi. Kemampuan itu
sendiri berhubungan erat dengan tingkat keberhasilannya dalam mencari
informasi yang dibutuhkan. Kemampuan dalam hal ini adalah kesanggupan
pengguna dalam menelusur bahan elektronik.
31
Universitas Sumatera Utara

Dalam hal ini dapat disimpulkan yang dimaksud dengan kemampuan
pengguna dalam penelusuran bahan elektronik adalah kesanggupan/kecakapan
yang dimiliki pengguna tentang sistem komputer maupun metode penelusuran
informasi.
Dalam konteks penelusuran informasi berbasis komputer, Colle dikutip
dalam Hasan (2013, 28 )mengatakan ada 4 kategori pengguna yaitu:
1. Native user , pengguna yang tidak atau sedikit mempunyai pengetahuan
maupun keahlian tentang komputer dan penelusuran.
2. Casual expert, pengguna yang tidak memiliki pengetahuan tentang
sistem komputer akan tetapi mempunyai kemampuan dalam penerapan
komputer (aplikasi penelusuran)
3. Assosiative expert, pengguna yang mempunyai pengetahuan dalam
bidang komputer, akan tetapi sedikit keahliannya dalam hal aplikasi
penelusuran.
4. Experienced professional, pengguna yang memiliki pengetahuan dan
keterampilan baik dalam bidang komputer maupun penelusuran.

Dengan

demikian,

dapat

disimpulkan

bahwa

dalam

melakukan

penelusuran informasi dalam bentuk elektronik, seorang pengguna perlu memiliki
pengetahuan dalam menggunakan suatu sistem pangkalan data yang dipakai untuk
melakukan penelusuran informasi yang dibutuhkan.
d. Cara pemanfaatan bahan elektronik
Cara pemanfaatan yang dilakukan oleh pengguna terhadap koleksi dalam
bentuk elektronik berbeda dengan bahan tercetak/konvensional. Informasi yang
diperoleh dari hasil penelusuran dalam bentuk elekronik dapat di-download,
dicetak dan/atau hanya dibaca di monitor. Hasugian (2005, 14) menyatakan pada
dasarnya pengguna dapat secara bebas memperlakukan informasi yang didapatnya
melalui penelusuran dari internet.
32
Universitas Sumatera Utara

1. Men-download
Pada umumnya cara memanfaatkan koleksi dalam format elektronik yang
paling sering dilakukan oleh pengguna adalah men-download. Hal ini dilakukan
oleh pengguna apabila menemukan informasi dalam format elektronik yang
relevan berdasarkan kebutuhan informasinya dalam format elektronik biasanya
mereka akan men-download informasi tersebut untuk kemudian disimpan ke
dalam media penyimpanan seperti flash disk, hard disk, CD ROM dan lainnya.
Dengan melakukan download, pengguna dapat melihat ulang rekaman informasi
yang telah disimpan dalam media penyimpanan tersebut kapan pun dibutuhkan.
2. Mencetak
Dengan menggunakan mesin printer, hampir sebagian besar pengguna
memilih untuk mencetak informasi elektronik yang mereka peroleh. Cara seperti
ini dilakukan untuk memudahkan pengguna dalam membaca informasi elektronik
yang telah diperolehnya.
3. Membaca di layar komputer
Cara lain yang biasa dipergunakan oleh sebagian pengguna dalam
memanfaatkan sumber daya informasi elektronik yaitu membaca informasi di
layar komputer. Hal ini dilakukan oleh pengguna yang memiliki cukup waktu
luang untuk membaca informasi tersebut. Hasugian (2005, 14) menyatakan
biasanya informasi yang hanya dibaca di layar komputer adalah informasi yang
kurang atau tidak penting untuk dimiliki. Ada kalanya suatu informasi yang
ditampilkan dalam format elektronik tidak dapat di-download atau dicetak oleh
pengguna sehingga pengguna hanya dapat mencatat informasi dari dokumen

33
Universitas Sumatera Utara

elektronik yang ditampilkan pada secarik kertas atau buku catatan.
Dari penjelasan di atas, dapat dilihat cara pemanfaatan bahan elektronik
dengan cara men-download, membaca informasi di layar komputer, mencatat
informasi dari dokumen elektronik yang ditampilkan pada secarik kertas atau
buku catatan dan mencetak (printing). Cara-cara yang ditempuh oleh pengguna
tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor yang di antaranya adalah waktu,
kenyamanan dan materi.

2.2 Digital Natives
2.2.1 Pengertian Digital Natives
Menurut Jim Marteney yang dikutip oleh Mardina (2011, 7) generasi
manusia dibagi dalam 6 kategori yaitu:
1. the Greatest generation (world war II, 1901-1924)
2. the Silent Generation (1925-1942)
3. the baby boomers (1943-1960)
4. Generasi X (1961-1981)
5. Millennial (1982-2002)
6. Digital Natives (Generasi Z atau Internet Generation) mulai tahun 1994
sampai akhir tahun sekarang
Oblinger & Oblinger yang dikutip oleh Kumalawati (2014, 85)
menyatakan digital natives atau internet generation atau generasi Z adalah
generasi yang lahir dan tumbuh dalam tingginya perkembangan teknologi
informasi dan komunikasi sehingga sebagian besar kegiatannya tidak dapat lepas
dari penggunaan komputer dan internet. Mereka sangat menyukai segala sesuatu
yang dapat diperoleh dengan mudah dan cepat.

34
Universitas Sumatera Utara

Wulandari melalui artikelnya yang berjudul Layanan Perpustakaan
Perguruan Tinggi yang dikutip oleh Kumalawati (2014, 86) mengemukakan
bahwa digital natives memiliki kebiasaan dan karakteristik yang berbeda dengan
generasi sebelumnya khususnya dalam cara belajar dan melakukan penelusuran
informasi sehingga membuat keberadaan perpustakaan sebagai sumber informasi
tidak lagi mendominasi saat generasi ini membutuhkan informasi.
Menurut Donkai yang dikutip oleh Kumalawati (2014, 87) menyatakan
bahwa digital natives lebih menyukai tempat yang mendukung teknologi internet
dan teknologi visual yang berkualitas tinggi. Hal ini berarti mengajak digital
natives untuk datang dan memanfaatkan perpustakaan bukanlah hal mudah,

lingkungan yang dikelilingi oleh teknologi informasi dan komunikasi yang
mampu menembus batas ruang dan waktu membuat generasi ini bisa
mendapatkan semua informasi yang dibutuhkan dalam waktu singkat dan cepat.
Perpustakaan yang masih mempertahankan bentuk ruangnya sebagai tempat
menyimpan bahan pustaka dengan menyediakan beberapa meja dan kursi baca
tentu tidak akan mendapat perhatian dari generasi ini.
John Palfrey dan Urs Gasser yang dikutip oleh Nureni (2013, 463) lebih
jauh menjabarkan digital natives sebagai sosok-sosok yang lahir setelah tahun
1980 (era digital), ketika teknologi digital seperti usenet dan bulletin board system
hadir secara daring. Mereka mengakses teknologi jejaring digital, serta memiliki
keterampilan dan pengetahuan tentang komputer.

35
Universitas Sumatera Utara

Ku & Soulier (2009) yang dikutip oleh Mardina (2011, 7) menyatakan
karakteristik digital natives sebagai orang yang opprtunistic dan omnivorous yang
menikmati sesuatu dalam lingkungan yang serba online (ingin mendapatkan
informasi dengan cepat), puas dengan sesuatu yang serba instan, akses secara
random (hypertext).
Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa digital natives
adalah individu yang lahir dan berkembang dalam perkembangan teknologi
informasi dan komunikasi. Mulai dari pendidikan dasar mereka sudah dihadapkan
dengan penggunaan komputer seperti video games, handphone, internet, e-mail,
dan sebagainya. Generasi ini mengganggap teknologi digital sebagai bagian yang
tidak terpisahkan dari kehidupannya. Dalam kehidupan sehari-hari, digital natives
tidak dapat terlepas dari penggunaan internet dan komputer. Hal ini dikarenakan
mereka sangat menyukai segala sesuatu dengan mudah dan cepat.
2.2.2 Karakteristik Digital Natives
Digital natives adalah generasi yang cerdas teknologi. Mereka sangat

paham berinteraksi dengan gadget atau peralatan teknologi informasi dan
komunikasi (information and communication technology). Mereka seakan
dikendalikan oleh industri teknologi informasi dan komunikasi, dan mereka tidak
dapat membayangkan kehidupan tanpa internet.
Digital natives memiliki karakteristik dan ciri-ciri yang berbeda dengan

generasi sebelumnya. Oblinger & Oblinger dalam Wulandari (2011, 2)
mengemukakan ciri-ciri digital natives adalah sebagai berikut:

36
Universitas Sumatera Utara

1. Digital literate
Digital natives tumbuh sebagai generasi yang memiliki kemampuan
digital yang baik. Mereka dengan mudah menggunakan berbagai
teknologi digital. Mereka memiliki kemampuan digital (digital literate)
yang lebih baik dibandingkan dengan kemampuan mengunakan
perpustakaan sebagai sumber informasi (library literate). Sehingga
mereka lebih menyukai penggunaan sumber-sumber online
dibandingkan dengan sumber informasi tercetak.
2. Selalu terhubung
Digital natives selalu terhubung dengan dunia luar melalui internet
mobile yang mereka bawa kemana-mana. Melalui laptop, mobile phone
mereka selalu terkoneksi dengan informasi dan komunitas dunia maya.
Keterhubungan dengan dunia maya inilah yang menyebabkan mereka
sangat tergantung dengan keberadaan internet.
3. Segera
Digital natives selalu menginginkan kecepatan, apakah itu berhubungan
dengan respon yang mereka harapkan maupun kecepatan dalam
memperoleh informasi. Mereka terbiasa melakukan multitasking dalam
memperoleh informasi ataupun dalam melakukan apapun. Digital
natives lebih mengutamakan kecepatan dibandingkan dengan ketepatan.
4. Experiential
Kebanyakan digital natives lebih suka belajar dengan melakukan
daripada dengan diberitahu apa yang harus mereka lakukan. Digital
natives belajar baik melalui penemuan dengan mengeksplorasi untuk
diri sendiri atau dengan teman sebaya mereka. Gaya eksplorasi mereka
memungkinkan untuk lebih baik menyimpan informasi dan
menggunakannya secara kreatif dan bermakna.
5. Sosial
Digital natives sangat tertarik dengan interaksi sosial, apakah itu
chatting dengan teman-teman lama, bekerja sama dalam sebuah game
online, memposting buku harian web (blogging), berbagi informasi dan
bersosialisasi melalui situs jejaring sosial semacam facebook, twitter
dan lain-lain. Mereka terbuka terhadap keanekaragaman, perbedaan,
dan mereka nyaman berinteraksi dengan orang asing yang tidak dikenal
sekalipun.
6. Struktur
Digital natives sangat berorientasi pada prestasi. Mereka ingin
parameter, aturan, prioritas, dan prosedur. harus serba terjadwal, dan
setiap orang harus memiliki agenda. Sebagai hasilnya, mereka ingin
tahu apa yang dibutuhkan untuk mencapai tujuannya.
7. Mereka tidak menghargai HAKI
Digital natives mudah melakukan sitasi tanpa menyebutkan sumber asli
dimana informasi tersebut diperoleh. Kondisi ini dapat dilatarbelakangi
karena kesenjangan pengetahuan mereka mengenai HAKI.

37
Universitas Sumatera Utara

8. Berpikir bahwa segala sesuatu ada di dalam web (dan semuanya gratis)
Digital natives memiliki obsesi yang tinggi terhadap internet karena
baginya internet adalah oksigen. Internet menjadi tujuan utama ketika
digital natives dihadapkan pada tugas kuliah, maupun kebutuhan hidup
lain seperti belanja online. Mereka beranggapan bahwa semua
informasi dapat diperoleh di internet tanpa memperhatikan akurasi dan
kredibilitasnya. Perpustakaan tidak menjadi tujuan utama saat digital
natives dihadapkan pada tugas kuliah.
Berdasarkan pernyataan di atas, dapat dambil kesimpulan bahwa ciriciri dari digital natives adalah dalam kehidupannya generasi digital memiliki
kemampuan digital yang baik jika dibandingan dengan kemampuan menggunakan
perpustakaan. Mereka selalu terhubung dengan dunia luar sehingga digital natives
sangat tergantung dengan keberadaan internet, menginginkan kecepatan dalam
memperoleh informasi sehinga generasi ini lebih mengutamakan kecepatan
dibandingkan dengan ketepatan. Digital natives

sangat tertarik dengan dunia

sosial, sangat berorientasi pada prestasi, tidak menghargai HAKI, dan internet
menjadi tujuan utama digital natives.

2.3 Penelitian Terdahulu
Pada tahun 2006, Walton melakukan penelitian di perpustakaan Southwest
Baptist University (SBU) mengenai penggunaan buku elektronik oleh mahasiswa,
pengajar dan staf. Survey ini dilakukan dalam rangka memahami pandangan
mereka tentang penggunaan buku elektronik dan buku teks untuk penelitian atau
untuk

menambah

pengetahuan.

Survey

dilakukan

dengan

menanyakan

penggunaan buku elektronik untuk kegiatan penelitian dan penggunaan buku
elektronik untuk kenyamanan pembaca. Penggunaan buku elektronik untuk
kegiatan penelitian hasilnya menunj

Dokumen yang terkait

Perbandingan Pemanfaatan Sumber Daya Informasi Oleh Pengguna Digital Native dan Digital Immigrants pada Perpustakaan Universitas Sumatera Utara

3 92 80

Studi dokumentasi tentang kecenderungan penelitian mahasiswa departemen ilmu komunikasi fakultas ilmu social dan ilmu politik Universitas Sumatra Utara 2010 - 2013

0 26 123

Pemanfaatan Koleksi Elektronik CD-ROM Pada Layanan Referensi Perpustakaan Universitas Sumatera Utara.

0 38 56

Perbandingan Pemanfaatan Bahan Tercetak dan Elektronik oleh Digital Natives (Studi Kasus pada Mahasiswwa Program Studi Ilmu Perpustakaan Universitas Sumatera Utara)

1 19 112

Perbandingan Pemanfaatan Jurnal Tercetak Dengan Jurnal Elektronik Untuk Kebutuhan Informasi Mahasiswa Di Perpustakaan Universitas Sumatera Utara Cabang Kedokteran

0 9 57

Perbandingan Pemanfaatan Bahan Tercetak dan Elektronik oleh Digital Natives (Studi Kasus pada Mahasiswwa Program Studi Ilmu Perpustakaan Universitas Sumatera Utara)

0 0 12

Perbandingan Pemanfaatan Bahan Tercetak dan Elektronik oleh Digital Natives (Studi Kasus pada Mahasiswwa Program Studi Ilmu Perpustakaan Universitas Sumatera Utara)

0 0 1

Perbandingan Pemanfaatan Bahan Tercetak dan Elektronik oleh Digital Natives (Studi Kasus pada Mahasiswwa Program Studi Ilmu Perpustakaan Universitas Sumatera Utara)

0 0 6

Perbandingan Pemanfaatan Bahan Tercetak dan Elektronik oleh Digital Natives (Studi Kasus pada Mahasiswwa Program Studi Ilmu Perpustakaan Universitas Sumatera Utara)

0 0 5

Perbandingan Pemanfaatan Bahan Tercetak dan Elektronik oleh Digital Natives (Studi Kasus pada Mahasiswwa Program Studi Ilmu Perpustakaan Universitas Sumatera Utara)

0 0 3