Sistem Pengawasan Internal Gaji dan Upah Pada PT.INALUM (Persero) Power Plant Paritohan

Bab ini merupakan bab terakhir dalam tugas akhir ini yang berisikan
kesimpulan menyeluruh sesuai dengan topik penelitian dan juga
beberapa saran yang relevan dengan kesimpulan.
BAB II
PT. INALUM POWER PLANT PARITOHAN
A. Sejarah PT. Inalum (Persero) Power Plant Paritohan
Setelah upaya memanfaatkan potensi sungai Asahan yang mengalir dari
Danau Toba di Provinsi Sumatera Utara untuk menghasilkan tenaga listrik
mengalami kegagalan pada masa pemerintahan Hindia Belanda, pemerintah
Republik Indonesia bertekad mewujudkan pembangunan Pembangkit Listrik
Tenaga Air (PLTA) di sungai tersebut.
Tekad ini semakin kuat ketika tahun 1972 pemerintah menerima dari
Nippon Koei, sebuah perusahaan konsultan Jepang laporan tentang studi
kelaikan Proyek PLTA dan Aluminium Asahan. Laporan tersebut menyatakan
bahwa PLTA layak untuk dibangun dengan sebuah peleburan aluminium
sebagai pemakai utama dari listrik yang dihasilkan.
Pada

tanggal

7


Juli

1975

di

Tokyo,

setelah

melalui

perundinganperundingan yang panjang dan dengan bantuan ekonomi dari
pemerintah Jepang untuk proyek ini, pemerintah Republik Indonesia dan 12
Perusahaan Penanaman Modal Jepang menandatangani Perjanjian Induk untuk
PLTA dan Pabrik Peleburan Aluminium Asahan yang kemudian dikenal
dengan sebuttan Proyek Asahan. Kedua belas Perusahaan Penanaman Modal
Jepang tersebut adalah Sumitomo Chemical Company Ltd., Sumitomo Shoji


Kaisha Ltd., Nippon Light Metal Company Ltd., C Itoh & Co., Ltd., Nissho
Iwai Co., Ltd., Nichimen Co., Ltd., Showa Denko K.K., Marubeni Corporation,
Mitsubishi Chemical Industries

Ltd.,

Mitsubishi

Corporation,

Mitsui

Aluminium Co., Ltd., Mitsui & Co., Ltd.
Selanjutnya, untuk penyertaan modal pada perusahaan yang akan didirikan
di Jakarta kedua belas Perusahaan Penanaman Modal tersebut bersama
Pemerintah Jepang membentuk sebuah nama Nippon Asahan Aluminium Co,
Ltd (NAA) yang berkedudukan di Tokyo pada tanggal 25 November 1975.
Pada tanggal 6 Januari 1976, PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum),
sebuah perusahaan patungan antara pemerintah Indonesia dan didirikan di
Jakarta. Inalum adalah perusahaan yang membangun dan mengoperasikan

Proyek Asahan, sesuai dengan perjanjian induk. Perbandingan saham antara
pemerintah Indonesia dengan Nippon Asahan Aluminium Co., Ltd, pada saat
perusahaan didirikan adalah 10% dengan 90%. Pada bulan Oktober 1978
perbandingan tersebut menjadi 25% dengan 75% dan sejak Juni 1987 menjadi
41,13% dengan 58,87%. Dan sejak 10 Februari 1998 menjadi 41,12% dengan
58,88%.
Untuk melaksanakan ketentuan dalam perjanjian induk, Pemerintah
Indonesia kemudian mengeluarkan SK Presiden No. 5/1976 yang melandasi
terbentuknya Otorita Pengembangan Proyek Asahan sebagai wakil
Pemerintahan yang bertanggung jawab atas lancarnya pembangunan dan
pengembangan Proyek Asahan. Inalum dapat dicatat sebagai pelopor dan
perusahaan pertama di Indonesia yang bergerak dalam bidang Industri

peleburan aluminium dengan investasi sebesar 411 milyar Yen. Inalum
membangun dan mengoperasikan PLTA yang terdiri dari stasiun pembangkit
listrik Siguragura dan Tangga yang terkenal dengan nama Asahan 2 yang
terletak di Paritohan, Kabupaten Toba Samosir, Provinsi Sumatera Utara.
Stasiun pembangkit ini dioperasikan dengan memanfaatkan air Sungai Asahan
yang mengalirkan air Danau Toba ke Selat Malaka.
Oleh karena itu, total listrik yang dihasilkan sangat bergantung pada

kondisi permukaan air Danau Toba. Pembangunan PLTA dimulai pada tanggal
9 Juni 1978. Pembangunan stasiun pembangkit listrik bawah tanah Siguragura
dimulai pada tanggal 7 April 1980 dan diresmikan oleh Presiden RI, Soeharto
dalam acara Peletakan Batu Pertama yang diselenggarakan dengan tata cara
adat Jepang dan tradisi lokal. Pembangunan seluruh PLTA memakan waktu 5
tahun dan diresmikan oleh wakil presiden Umar Wirahadikusuma pada tanggal
7 Juni 1983.
Total kapasitas tetap 426 MW dan output puncak 513 MW. Listrik yang
dihasilkan digunakan untuk pabrik peleburan di Kuala Tanjung. Secara de
facto, perubahan status Inalum dari PMA menjadi BUMN terjadi pada 1
November 2013 sesuai dengan kesepakatan yang tertuang dalam Perjanjian
Induk. Pemutusan kontrak antara Pemerintah Indonesia dengan Konsorsium
Perusahaan asal Jepang berlangsung pada 9 Desember 2013, dan secara de jure
Inalum resmi menjadi BUMN pada 19 Desember 2013 setelah Pemerintah
Indonesia mengambil alih saham yang dimiliki pihak konsorsium. PT Inalum

(Persero) resmi menjadi BUMN ke-141 pada tanggal 21 April 2014 sesuai
dengan Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2014.

B. Struktur Organisasi

Struktur organisasi merupakan suatu sistematika penyusunan kedudukan
dalam perusahaan. Struktur organisasi terdiri dari pembagian tugas serta
tanggung jawab dari masing-masing bagian karyawan yang disesuaikan dengan
keahliannya.
Struktur organisasi bertujuan untuk mendapatkan suatu sistem kerja sama
antar karyawan dengan baik dan berguna bagi perusahaan. Agar mempermudah
pengawasan, atasan memberikan pekerjaan yang layak kepada seluruh
karyawan sesuai dengan keahlian karyawan.
Adapun struktur organisasi yang terdapat pada PT. Inalum (Persero) Power
Plant Paritohan adalah terdiri dari : (Dilampirkan)
C. Job Description
Berdasarkan struktur organisasi di atas, maka job description setiap seksi
yang ada pada PT. Inalum(Persero) Power Plant Paritohan adalah :
(Dilampirkan)
D. Jaringan Usaha
PT Inalum terletak di 4 lokasi yang berbeda, yaitu :
a. Kantor Pusat (Head Office) yang bertempat di Jakarta.
b. Kantor Penghubung (Liaison Office) yang bertempat di Medan.

c. Kantor Peleburan (Smelting Plant) yang bertempat di Kuala Tanjung, Kec.

Sei Suka, Kab. Batu Bara.
d. Kantor Pembangkit Listrik (Power Plant) yang bertempat di Paritohan,
Kec. Pintupohan Meranti, Kab. Toba Samosir.
1. Pabrik peleburan
Pabrik Peleburan Aluminium merupakan bagian utama dari PT
Inalum, dibangun di atas areal selua 200 Ha. Peleburan Aluminium PT
Inalum di Kuala Tanjung memproses alumina menjadi logam
aluminium batangan dengan memakai alumina dan karbon sebagai
bahan baku utamanya, dan meleburnya dengan memakai tenaga listrik.
Pada Pabrik Peleburan ini, terdapat 3 bagian utama untuk proses
produksi, yaitu :
a.

Bagian Tungku Reduksi
Bagian Tungku Reduksi terdiri dari 3 unit gedung reduksi yang
masing-masing berukuran panjang 648 m, lebar 52 m dan tinggi 29
m. Tungku reduksi atau pot pada ketiga gedung reduksi ini
berjumlah 510 buah. Tungku reduksi tipe anoda panggang 175 KA
ini beropersi pada suhu 960 C. Setiap tungku reduksi atau pot dapat
menghasilkan 1,3 ton metal per hari.


b.

Bagian Karbon
Bagian Karbon memproduksi blok anoda karbon yang akan
digunakan pada tungku-tungku reduksi dan terdiri dari 3 bagian,
yaitu : Bagian Karbon Mentah, Bagian Pemanggang Anoda dan

Bagian Penangkaian. Blok anoda berfungsi sebagai elektroda pada
tungku reduksi.
c. Bagian Penuangan Pada bagian ini, aluminium cair dari tungku
reduksi ke Bagian Penuangan dan setelah dimurnikan lebih lanjut
dalam

tungku-tungku

penampung,

lalu


dibentuk

menjadi

aluminium batangan (ingot) yang beratnya masing-masing 50 pon
(± 22,7 kg) dan merupakan poduk akhir PT Inalum yang
dipasarkan di dalam dank e luar negeri. Di sini terdapat 10 buah
tungku penampung yang masing-masing berkapasitas 30 ton dan 7
unit mesin pencetak ingot.
d.

Fasilitas Penunjang Untuk kelancaran operasi, perusahaan juga
membangun bengkel di Pabrik Peleburan guna memperbaiki
peralatan, mesin-mesin, kendaraan yang rusak dan lain-lain di
pabrik peleburan. Pabrik peleburan juga memiliki bangunan kantor
seluas 3.300 m2, kantin, rumah ibadah dan lain-lain.

2. Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA)
PT Inalum membangun dan mengoperasikan Pembangkit Listrik
Tenaga Air, yang terdiri dari Stasiun Pembangkit Listrik Siguragura dan

Tangga yang juga dikenal dengan PLTA Asahan II. Kedua stasiun
pembangkit ini dioperasikan dengan memakai air Sungai Asahan yang
mengalir dari Danau Toba ke Selat Malaka. Oleh karena itu, tenaga
listrik yang dihasilkan sangat tergantung pada tinggi permukaan Air

Danau Toba. PLTA di Siguragura dan Tangga masing-masing
digerakkan oleh potensi air terjun ini, dengan kapasitas total :
Kapasitas terpasang : 603 MW
Output tetap : 426 MW
Output puncak : 513 MW
PLTA ini terdiri dari :
a. Bendungan Pengatur (Regulating Dam) Terletak di Siruar ± 14.5 km
dari Danau Toba yang berfungsi mengatur kestabilan air keluar dari
Danau Toba ke sungai Asahan untuk mensuplai air ke stasiun
Pembangkit Listrik secara konstan
b. Bendungan Penadah Air Siguragura (Siguragura Dam) Terletak di
Simorea dan berfungsi sebagai sumber air yang stabil untuk stasiun
Pembangkit Listrik Siguragura.
c. Stasiun Pembangkit Listrik Siguragura (Siguragura Power Station)
Berada 200 m di dalam perut bumi dengan 4 unit generator

masingmasing berkapasitas 71,5 MW dan merupakan PLTA bawah
tanah pertama di Indonesia.
d. Bendungan Penadah Air Tangga (Tangga Dam) Berfungsi untuk
membendung air yang telah dipakai PLTA Siguragura untuk
dimanfaatkan kembali pada PLTA Tangga. Bendungan ini
merupakan bendungan busur pertama di Indonesia.
e. Stasiun Pembangkit Listrik Tangga (Tangga Power Station) Air
disalurkan melalui sebuah terowongan bawah tanah yang panjangnya

3.150 m. Bendungan ini memiliki 4 unit generator masingmasing
berkapasitas 79,2 MW dan berada di atas permukaan tanah.
f. Jaringan Transmisi (Transmission Line) Tenaga Listrik yan
dihasilkan stasiun Pembangkit Listrik Siguragura dan Tangga
disalurkan melalui Jaringan Transmisi sepanjang 120 km dengan
jumlah menara 271 buah dan tegangan 275 kV ke Kuala Tanjung.
Melalui Gardu Induk Kuala Tanjung tegangannya diturunkan
menjadi 33 kV untuk didistribusikan ke tiga gedng tungku reduksi
mempunyai 2 unit penyearah silicon dengan DC 37 KA dan 800 V.
Sesuai dengan Perjanjian Induk kelebihan tenaga listrik dengan
batasan maksimal 50 MW diserahkan kepada pemerintah melalui

PLN. Kelebihan tenaga listrik 275 kV ini disalurkan melalui gardu
induk.
E. Kinerja Usaha Terkini
Ruang lingkup perusahaan PT. Inalum (Persero) terdiri dari :
1. Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Power Plant, Paritohan
2. Pabrik Peleburan Aluminium Smelting Plant, Kuala Tanjung
Kinerja Usaha terkini dari PT. Inalum (Persero) Power Plant
Paritohan adalah menghasilkan listrik dengan total kapasitas 426 MW
dan Output 513 MW. Listrik yang dihasilkan digunakan untuk pabrik
peleburan aluminium di Smelting Plant, Kuala Tanjung.
Inalum membangun dan mengoperasikan PLTA yang terdiri dari
Stasiun Pembangkit Listrik Siguragura dan Tangga yang terkenal dengan

nama Asahan 2 yang terletak di Paritohan, Kabupaten Toba Samosir,
Provinsi Sumatera Utara. Stasiun pembangkit ini dioperasikan dengan
memanfaatkan air sungai asahan yang mengalirkan air Danau Toba ke
Selat Malaka. Tenaga Listrik yang dihasilkan sangat tergantung pada
kondisi permukaan air Danau Toba.
F. Rencana Usaha
Tenaga Listrik yang dihasilkan oleh PLTA sangat tergantung pada
kondisi permukaan air Danau Toba. Oleh karena itu, perlu upaya untuk
menjaga dan menstabilkan debit air Danau Toba. Upaya tersebut
direncanakan dengan pembuatan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC).
TMC merupakan usaha manusia untuk meningkatkan curah hujan yang
turun secara alami dengan mengubah proses fisika yang terjadi di dalam
awan. Proses fisika yang diubah (diberi perlakuan) di dalam awan dapat
berupa proses tumbukan dan penggabungan atau proses pembentukan es.
TMC yang akan dilakukan oleh PT. Inalum (Persero) Power Plant
Paritohan bertujuan untuk menambah debit air Danau Toba yang akan
dilaksanakan di sekitar Kecamatan Muara, Kota Parapat dan sekitar
kawasan Danau Toba lainnya yang termasuk dalam Water Level PLTA
PT. Inalum (Persero) Power Plant Paritohan.