PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK-PAIR-SHARE TERHADAP KOMPETENSI DASAR DEMOKRASI PADA SISWA KELAS VIII D SMP NEGERI 2 KEBAKKRAMAT TAHUN PELAJARAN 2011 2012 | . | 7311 15370 1 SM

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK-PAIR-SHARE TERHADAP
KOMPETENSI DASAR DEMOKRASI PADA SISWA KELAS VIII D SMP NEGERI 2
KEBAKKRAMAT TAHUN PELAJARAN 2011/20121
Oleh:
Parsono2
ABSTRAK
Based on the analysis results, the implementation of Think-Pair-Share method showed
that defining democracy concept increased from 78% to 98%, elaborating the history of
the first enforcement of democracy increased from 76% to 98%, explaining types of
democracy implementation in nation s life, increased from 79% to 97%, and explaining
the nature of Pancasila democracy and its implementation in nation s life increased
from 81% to 96%. These results denoted that Think-Pair-Share method could improve
the Civic Educationsubject performance in showing participation in nation defense
effort. Think-Pair-Share is a right initial step to motivate students to follow the next
stage of learning. Moreover, in this step, students are given chances to decide their
answer and the problems delivered by the teachers, and write their own ideas, so that
the individual thinking ability can be improved. This step is more effective than when
the teacher presents a problem or a question, and asks the answer to the students one by
one. In the next activity, which is a discussion with a partner, students who never or
rarely speak in front of the class can be able to express his/her ideas to the partner.
KATA KUNCI : Demokrasi dan Think-Pair-Share


1
2

Artikel Penelitan
Guru Pengampu Mata Pelajaran PKn

54

Fx. Parsono: Penerapan Model Pembelajaran Think-Pair-Share Terhadap

PENDAHULUAN
Pendidikan di Indonesia diharapkan
dapat mempersiapkan peserta didik
menjadi warga Negara yang memiliki
komitmen kuat dan konsisten untuk
mempertahankan
Negara
Kesatuan
Republik Indonesia.Komitmen yang kuat

dan konsisten terhadap prinsip dan
semangat kebangsaan dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945,
perlu ditingkatkan terus menerus untuk
memberikan pemahaman yang mendalam
tentang
Negara
Kesatuan
Republik
Indonesia.Konstitusi
Negara
Republik
Indonesia perlu ditanamkan kepada seluruh
komponen bangsa Indonesia, khususnya
generasi muda sebagai generasi penerus.
Indonesia harus menghindari sistem
pemerintahan yang memasung hak-hak
asasi manusia, hak-hak warganegara untuk
dapat

menjalankan
prinsip-prinsip
demokrasi. Kehidupan yang demokratis
didalam
kehidupan
sehari-hari
di
lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat,
pemerintahan, dan organisasi-organisasi
non pemeritahan perlu dikenal, dipahami,
diinternalisasi, dan diterapkan demi
terwujudnya pelaksanaan prinsip-prinsip
demokrasi serta demi peningkatan martabat
kemanusian, kesejahteraan, kebahagiaan,
kecerdasan dan keadilan.
Mata
Pelajaran
Pendidikan
Kewarganegaraan
merupakan

mata
pelajaran
yang
memfokuskan
pada
pembentukan warganegara yang memahami
dan mampu melaksanakan hak-hak dan
kewajibannya untuk menjadi warga Negara
yang baik, yang cerdas, terampil, dan
berkarakter yang diamanatkan oleh
Pancasila dan UUD 1945. Untuk mendukung
tercapainya
tujuan
pendidikan
kewarganegaraan, harus didukung oleh
iklim pembelajaran yang kondusif.Iklim
pembelajaran yang dikembangkan oleh guru
mempunyai pengaruh yang sangat besar

terhadap keberhasilan dan kegairahan

belajar siswa.Selanjutnya dikatakan pula,
bahwa
kualitas
dan
keberhasilan
pembelajaran sangat dipengaruhi oleh
kemampuan dan ketetapan guru dalam
memilih
dan
menggunakan
metode
pembelajaran (Wahab, 1986:36).
Mata Pelajaran PKn merupakan
bagian-bagian dari ilmu sosial yang
mempunyai peranan yang sangat penting
dalam
rangka
menumbuhkan
rasa
nasionalisme, hal ini PKn merupakan kajian

ilmu yang menjelaskan tentang peristiwa
pada masa lampau yang disertai dengan
fakta-fakta yang jelas.
Kenyataan di sekolah menunjukkan
bahwa dalam proses pembelajaran PKn
siswa terlihat kurang antusias, daya
kreativitasnya rendah, dan siswa bersikap
acuh tak acuh. Sebabnya mungkin karena
guru kurang menguasai materi dan strategi
pembelajarannya kurang memiliki daya
dukung
terhadap
hasil
belajar
siswa.Pelajaran
PKn
menurut
siswa
hanyalah mengulangi hal yang sama dari
tingkat sekolah dasar sampai tingkat

pendidikan menengah. Model dan teknik
pengajarannya juga kurang menarik,
biasanya guru memulai pelajarannya
dengan cerita atau membacakan yang telah
tertulis didalam buku ajar (Soewarso,
2000:2).
Salah satu model pembelajaran yang
biasa diterapkan oleh guru dalam kelas
adalah pembelajaran konvensional, yang
bila tidak dikemas dengan baik tidak akan
menarik perhatian siswa, karena cenderung
menghafalkan tahun, nama tokoh, dan
rentetan
peristiwa
(Darmawan,2002).
Pembelajaran konvensional cenderung
meminimalkan keterlibatan siswa sehingga
guru nampak lebih aktif. Kebiasaan bersikap
pasif dalam proses pembelajaran dapat
mengakibatkan sebagian besar siswa takut

dan malu bertanya pada guru mengenai
materi yang kurang dipahami. Suasana

PKn Progresif, Vol. 10 No. 1 Juni 2015

belajar di kelas menjadi sangat monoton
dan kurang menarik.
Sesuai dengan tuntutan kebutuhan
masyarakat dan perkembangan zaman, ilmu
pengetahuan dan teknologi yang semakin
pesat, disinilah tugas guru PKn untuk
senantiasa meningkatkan ketrampilan dan
kualitas intelektual didalam kegiatan
pembelajaran, bahkan guru Pelajaran PKn
perlu tampil disetiap kesempatan baik
sebagai
pendidik,
pengajar,
pelatih,
inovator, fasilisator maupun sebagai

dinamisator dengan cara menerapkan
model
pembelajaran
PKn
yang
berkompeten.
Untuk
mengatasi
permasalahan tersebut, diperlukan suatu
model pembelajaran yang lebih tepat dan
menarik, dimana siswa dapat belajar secara
kooperatif, dapat bertanya meskipun tidak
pada
guru
secara
langsung,
dan
mengemukakan pendapat.Salah satu upaya
untuk meningkatkan hasil belajar siswa
adalah

dengan
menerapkan
model
pembelajaran Think-Pair-Share.
Model pembelajaran Think-Pair-Share
termasuk dalam pembelajaran kooperatif.
Dipilih model pembelajaran Think-PairShare karena model pembelajaran ini
memberi kesempatan pada siswa untuk
berpikir, menjawab, dan saling membantu
satu sama lain dan akan menambah variasi
model pembelajaran yang lebih menarik,
menyenangkan, meningkatkan aktivitas dan
kerja sama siswa. Pembelajaran kooperatif
dengan model Think-Pair-Share ini mudah
diterapkan pada semua mata pelajaran
termasuk PKn (Lie, 2004).
Keunggulan lain dari pembelajaran ini
adalah optimalisasi partisipasi siswa.
Dengan
metode

klasikal
yang
memungkinkan hanya satu siswa maju dan
membagikan hasilnya untuk seluruh kelas,
tipe
Think-Pair-Share
ini
memberi
kesempatan sedikitnya delapan kali lebih
banyak kepada siswa untuk dikenali dan
menunjukkan partisipasi mereka kepada

55

orang lain (Lie, 2004:57). Di samping
mempunyai
keunggulan,
model
pembelajaran
Think-Pair-Share
juga
mempunyai kelemahan. Kelemahannya
adalah: (1) metode pembelajaran ThinkPair-Share belum banyak diterapkan di
sekolah,
(2)
sangat
memerlukan
kemampuan dan ketrampilan guru, waktu
pembelajaran berlangsung guru melakukan
intervensi secara maksimal, (3) menyusun
bahan ajar setiap pertemuan dengan tingkat
kesulitan yang sesuai dengan taraf berfikir
anak dan, (4) mengubah kebiasaan siswa
belajar
dari
yang
dengan
cara
mendengarkan ceramah diganti dengan
belajar berfikir memecahkan masalah
secara kelompok, hal ini merupakan
kesulitan sendiri bagi siswa (Lie : 2004).
Media pembelajaran lengkap seperti
dijelaskan
di
atas
namun
model
pembelajaran yang diterapkan di SMP
Negeri 2 Kebakkramat masih belum bisa
menumbuhkan minat siswa untuk belajar
secara aktif khususnya mata Pelajaran PKn.
Minimnya jam Pelajaran PKn membuat
siswa bertambah malas dan bosan karena
harus dipaksa belajar dengan sistem cepat.
Berdasarkan observasi yang dilakukan
peneliti realitas yang terjadi dalam
penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar
mata Pelajaran PKn guru memegang kendali
penuh
didalam
kelas.Siswa
menjadi
pendengar yang baik dan pencatat yang
tekun tetapi kurang aktif dalam merespon
materi
pelajaran
yang
disampaikan
guru.Sementara ini terdapat kecenderungan
daripada pendidik menggunakan metode
ceramah yang lebih menitik beratkan pada
peran guru sehingga memungkinkan
terjadinya bahaya verbalisme yaitu siswa
hafal dengan kata-katanya tanpa memahami
makna yang terkandung didalamnya.
Berdasarkan uraian di atas peneliti
tertarik untuk mengadakan penelitian yang
berjudul Penerapan Model Pembelajaran
Think-Pair-Share Terhadap Mata Pelajaran

56

Fx. Parsono: Penerapan Model Pembelajaran Think-Pair-Share Terhadap

PKn Pada Siswa Kelas VIII SMPNegeri
2Kebakkramat Kabupaten Karanganyar
Tahun Pelajaran 2011/2012 .
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pembelajaran PKn
Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan
bahwa disetiap jenis, jalur dan jenjang
pendidikan wajib memuat terdiri dari
Pendidikan Bahasa,Pendidikan Agama, dan
Pendidikan
Kewarganegaraan.Kep.
Mendikbud No. 056/U/1994 tentang
Pedoman
Penyusunan
Kurikulum
PendidikanTinggi dan Penilaian Hasil
Belajar Mahasiswa menetapkan bahwa
³Pendidikan Pancasila,Pendidikan Agama,
dan Pendidikan Kewarganegaraan termasuk
dalam Mata Kuliah Umum(MKU) dan wajib
diberikan dalam kurikulum setiap program
studi´.Dengan penyempurnaan kurikulum
tahun 2000, menurut Kep. Dirjen dikti
No.267/Dikti/2000
materi
Pendidikan
Kewiraan disamping membahas tentang
PPBN jugadimembahas tentang hubungan
antara warga negara dengan negara.
Sebutan
PendidikanKewiraan
diganti
dengan
Pendidikan
Kewarganegaraan.
Materi pokok PendidikanKewarganegaraan
adalah tentang hubungan warga negara
dengan negara, dan PendidikanPendahuluan
Bela Negara (PPBN).
Sebagaimana lazimnya semua mata
pelajaran,
mata
pelajaran
pendidikankewarganegaraan memiliki visi,
misi, tujuan dan ruang lingkup isi.mata
pelajaran pendidikan
kewarganegaraan
adalah terwujudnya suatu mata pelajaran
yang berfungsi sebagai sarana pembinaan
watak bangsa (nation and character
building) dan pemberdayaan warganegara.
Adapun MISI mata pelajaran ini adalah
membentuk warga Negara yang baik, yakni
warga negara yang sanggup melaksanakan
hak dan kewajibannya dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara, sesuai dengan

UUD 1945.Adapun tujuan mata pelajaran
Pendidikan
Kewarganegaraan
adalah
mengembangkan
kompetensi
sebagai
berikut :
a. memiliki kemampuan berfikir secara
rasional, kritis dan kreatif, sehingga
mampu memahami berbagai wacana
kewarganegaraan.
b. memiliki keterampilan intelektual dan
keterampilan
berpartisipasi
secarademokratis dan bertanggung
jawab.
c. memiliki watak dan kepribadian yang
baik, sesuai dengan norma-norma
yang berlaku
dalam
kehidupan
bermasyarakat dan bernegara.
Rumusan tersebut sejalan dengan
aspek-aspek kompetensi yang hendak
dikembangkandalam
pembelajaran
pendidikan kewarganegaraan. Aspek-aspek
kompetensi
tersebut
mencakup pengetahuan kewarganegaraan
(civic
knowledge),
keterampilan
kewarganegaraan (civic skills), ,dan watak
atau karakter kewarganegaraan (civic
dispositions)
Berdasar permendiknas No 22 tahun
2006
tersebut.
Pendidikan
Kewarganegaraan diartikan sebagai mata
pelajaran
yang
memfokuskan
pada
pembentukan warganegara yang memahami
dan mampu melaksanakan hak-hak dan
kewajibannya untuk menjadi warganegara
Indonesia yang cerdas, terampil, dan
berkarakter yang diamanatkan oleh
Pancasila dan UUD 1945. Sedangkan tujuan
dari pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
adalah agar peserta didik memiliki
kemampuan sebagai berikut: (1) Berpikir
secara kritis, rasional, dan kreatif dalam
menanggapi isu kewarganegaraan, (2)
Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung
jawab, dan bertindak secara cerdas dalam
kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara,
serta
anti-korupsi,
(3)
Berkembang secara positif dan demokratis

PKn Progresif, Vol. 10 No. 1 Juni 2015

untuk membentuk diri berdasarkan
karakter-karakter masyarakat Indonesia
agar dapat hidup bersama dengan bangsabangsa lainnya, (4) Berinteraksi dengan
bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia
secara langsung atau tidak langsung dengan
memanfaatkan teknologi informasi dan
komunikasi.
Adapun standar isi atau yang menjadi
materi kajian mata pelajaran PKn di sekolah
mencakup 8 ruang lingkup. Kedelapan
runag lingkup kajian tersebut adalah :
a. Persatuan dan Kesatuan bangsa,
meliputi:
Hidup
rukun
dalam
perbedaan,
Cinta
lingkungan,
Kebanggaan sebagai bangsa Indonesia,
Sumpah Pemuda, Keutuhan Negara
Kesatuan
Republik
Indonesia,
Partisipasi dalam pembelaan negara,
Sikap
positif
terhadap
Negara
Kesatuan
Republik
Indonesia,
Keterbukaan dan jaminan keadilan.
b. Norma, hukum dan peraturan,
meliputi: Tertib dalam kehidupan
keluarga, Tata tertib di sekolah, Norma
yang
berlaku
di
masyarakat,
Peraturan-peraturan daerah, Normanorma dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara, Sistim hukum dan
peradilan nasional, Hukum dan
peradilan internasional.
c. Hak asasi manusia meliputi: Hak dan
kewajiban anak, Hak dan kewajiban
anggota
masyarakat,
Instrumen
nasional dan internasional HAM,
Pemajuan,
penghormatan
dan
perlindungan HAM.
d. Kebutuhan warga negara meliputi:
Hidup gotong royong, Harga diri
sebagai warga masyarakat, Kebebasan
berorganisasi,
Kemerdekaan
mengeluarkan pendapat, Menghargai
keputusan bersama, Prestasi diri,
Persamaan kedudukan warga negara.
e. Konstitusi
Negara
meliputi:
Proklamasi
kemerdekaan
dan

57

konstitusi yang pertama, Konstitusikonstitusi yang pernah digunakan di
Indonesia, Hubungan dasar negara
dengan konstitusi.
f. Kekuasan dan Politik, meliputi:
Pemerintahan desa dan kecamatan,
Pemerintahan daerah dan otonomi,
Pemerintah pusat, Demokrasi dan
sistem politik, Budaya politik, Budaya
demokrasi
menuju
masyarakat
madani, Sistem pemerintahan, Pers
dalam masyarakat demokrasi.
g. Pancasila
meliputi:
kedudukan
Pancasila sebagai dasar negara dan
ideologi negara, Proses perumusan
Pancasila sebagai dasar negara,
Pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam
kehidupan
sehari-hari,
Pancasila
sebagai ideologi terbuka.
h. Globalisasi meliputi: Globalisasi di
lingkungannya, Politik luar negeri
Indonesia di era globalisasi, Dampak
globalisasi, Hubungan internasional
dan organisasi internasional, dan
Mengevaluasi globalisasi.
2. Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan
suatu model pembelajaran yang membantu
siswa dalam mengembangkan pemahaman
dan sikapnya sesuai dengan kehidupan
nyata di masyarakat, sehingga dengan
bekerja secara bersama-sama di antara
sesama
anggota
kelompok
akan
meningkatkan motivasi, produktivitas, dan
perolehan belajar (Solihatin, 2007:5).
Pembelajaran dengan menggunakan
pembelajaran kooperatif, pengembangan
kualitas diri siswa terutama aspek afektif
dapat
dilakukan
secara
bersamasama.Belajar dalam kelompok kecil dengan
prinsip kooperatif baik digunakan untuk
mencapai tujuan belajar, baik yang
fungsinya kognitif, afektif, maupun konatif
(Hasan, 1996; Kosasih, 1994). Suasana
belajar yang berlangsung dalam interaksi
saling percaya, terbuka, dan rileks diantara

58

Fx. Parsono: Penerapan Model Pembelajaran Think-Pair-Share Terhadap

anggota kelompok memberikan kesempatan
pada siswa untuk memperoleh dan memberi
masukan
untuk
mengembangkan
pengetahuan, sikap, nilai, dan moral, serta
ketrampilan yang ingin dikembangkan
dalam pembelajaran (Solihatin, 2007:6).
Pembelajaran kooperatif mencakup
suatu kelompok kecil yang bekerja sebagai
sebuah tim untuk menyelesaikan sebuah
masalah, menyelesaikan suatu tugas, atau
mengerjakan sesuatu untuk mencapai
tujuan bersama lainnya (Erman, dkk,
2003:260). Ada beberapa hal yang perlu
dipenuhi dalam pembelajaran koperatif agar
lebih menjamin para siswa bekerja secara
kooperatif, hal-hal tersebut meliputi: (1)
para siswa yang bergabung dalam suatu
kelompok harus merasa bahwa mereka
adalah bagian dari sebuah tim dan
mempunyai tujuan bersama yang harus
dicapai, (2) siswa yang tergabung dalam
sebuah kelompok harus menyadari bahwa
masalah yang mereka hadapi adalah
masalah kelompok dan bahwa berhasil atau
tidaknya kelompok itu akan menjadi
tanggung jawab bersama oleh semua
anggota kelompok itu, (3) untuk mencapai
hasil yang maksimal, para siswa yang
tergabung dalam kelompok itu harus
berbicara
satu
sama
lain
dalam
mendiskusikan masalah yang dihadapinya
dan, (4) para siswa tergabung dalam suatu
kelompok harus menyadari bahwa setiap
pekerjaan
siswa
mempunyai
akibat
langsung pada keberhasilan kelompoknya
(Erman, 2003 :260).
Untuk mengoptimalkan pembelajaran
kooperatif,
keanggotaannya
sebaiknya
hiterogen, baik dari kemampuan atau
karakteristik
lainnya.Untuk
menjamin
heterogenitas
keanggotaan
kelompok,
sebaiknya gurulah yang membagi kelompok.
Jika para siswa yang mempunyai
kemampuan yang berbeda dimasukkan
dalam satu kelompok, maka dapat
memberikan keuntungan bagi siswa yang

berkemampuan rendah dan sedang,
sedangkan siswa yang pandai akan dapat
menstransfer ilmu yang dimilikinya. Ukuran
kelompok
akan
berpengaruh
pada
kemampuan produktivitas kelompoknya.
Ukuran kelompok yang ideal untuk
pembelajaran kooperatif adalah 3-5 orang.
Agar siswa dapat bekerjasama dengan
baik didalam kelompoknya perlu diajarkan
ketrampilan-ketrampilan kooperatif pada
peserta didik. Ketrampilan-ketrampilan
tersebut adalah: (1) berada dalam tugas,
yaitu siswa tetap berada dalam kerja
kelompok, merumuskan tugas yang menjadi
tanggung
jawabnya
dengan
melatih
ketrampilan ini siswa akan menyelesaikan
tugas dalam waktu yang tepat dengan
karakteristik yang lebih baik, (2) mengambil
giliran dan berbagi tugas, yaitu siswa
bersedia menerima tugas dan membantu
menyelesaikan tugas sehingga kegiatan
akan terselesaikan pada waktunya, (3)
mendorong partisipasi, yaitu memotivasi
teman sekelompok untuk memberikan
kontribusi
tugas
kelompok,
(4)
mendengarkan
dengan
aktif,
yaitu
memperhatikan
informasi
yang
disampaikan teman sehingga anggota
kelompok yang menjadi pembicara akan
merasa senang karena apa yang mereka
sumbangkan itu berharga, (5) bertanya,
yaitu siswa menanyakan informasi atau
penjelasan lebih lanjut dari teman
sekelompok apabila teman sekelompok
tidak tahu jawabannya, baru menanyakan
pada guru, hal ini penting karena siswa yang
pasif dapat didorong untuk ikut aktif.
Model pembelajaran kooperatif tidak
sama dengan sekedar belajar kelompok. Ada
unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif
yang
membedakannya
dengan
pembelajaran biasa. Roger dan David
Johnson dalam Lie (2004) mengatakan
bahwa untuk mencapai hasil yang maksimal,
terdapat lima unsur model pembelajaran
yang harus diterapkan yaitu:

PKn Progresif, Vol. 10 No. 1 Juni 2015

a. Saling ketergantungan positif, yakni
untuk menciptakan kelompok kerja
yang efektif, pengajar perlu menyusun
tugas sedemikian rupa sehingga setiap
kelompok
harus
menyelesaikan
tugasnya
sendiri
dan
saling
bekerjasama dalam kelompok, siswa
dalam kelompok saling bekerjasama
dan mereka menyadari bahwa
diantara mereka saling membutuhkan
satu sama lain dalam bekerja untuk
mencapai kesuksesan bersama.
b. Tanggung jawab perseorangan, yakni
seorang guru dalam pembelajaran
kooperatif perlu membuat tugas
sedemikian rupa agar setiap anggota
kelompok bertanggung jawab untuk
belajar
dan
mengembangkan
kemempuan mereka masing-masing
sebagai
sumbang
saran
dalam
kelompok untuk mencapai kesuksesan
bersama.
c. Tatap muka, yakni setiap kelompok
harus diberi kesempatan untuk
bertemu muka dan berdiskusi, saling
mengenal dan menerima satu sama
lain dalam kegiatan tatap muka dan
interaksi antar pribadi.
d. komunikasi antar anggota, yakni
menghndaki agar para pembelajar
dibekali
dengan
ketrampilan
berkomunikasi, karena tidak setiap
siswa
mempunyai
keahlian
mendengarkan dan berbicara.
e. Evaluasi proses kelompok, yakni
pengajar perlu menjadwalkan waktu
khusus
bagi
kelompok
untuk
mengevaluasi proses kerja kelompok
agar selanjutnya bisa bekerjasama
secara efektif.
Guru
memainkan
peran
yang
menentukan
dalam
menerapkan
pembelajaran kooperatif yang efektif. Materi
harus disusun agar setiap siswa dapat
bekerja untuk memberikan sumbangan
pemikirannya kepada kelompoknya. Guru

59

harus mengatur ruang kelas agar setiap
anggota kelompok duduk berdekatan
sehingga dapat bekerja dengan nyaman.
Jarak antara kelompok yang satu dengan
yang lain jangan terlalu berdekatan agar
tidak saling mengganggu.
3. Model Pembelajaran Think-Pair- Share
Model pembelajaran Think-Pair- Share
dikembangkan oleh Frank Lyman dkk dari
Universitas Maryland pada tahun 1985.
Model
pembelajaran
Think-Pair-Share
merupakan salah satu model pembelajaran
kooperatif sederhana. Teknik ini memberi
kesempatan pada siswa untuk bekerja
sendiri serta bekerja sama dengan orang
lain. Keunggulan teknik ini adalah
optimalisasi
partisipasi
siswa
(Lie,
2004:57). Model pembelajaran Think-PairShare adalah salah satu model pembelajaran
yang memberi kesempatan kepada setiap
siswa untuk menunjukkan partisipasi
kepada orang lain.
Adapun
langkah-langkah
dalam
pembelajaran Think-Pair- Share adalah: (1)
guru membagi siswa dalam kelompok
berempat dan memberikan tugas kepada
semua kelompok, (2) setiap siswa
memikirkan dan mengerjakan tugas
tersebut sendiri, (3) siswa berpasangan
dengan salah satu rekan dalam kelompok
dan berdiskusi dengan pasangannya, (4)
kedua pasangan bertemu kembali dalam
kelompok berempat. Siswa mempunyai
kesempatan untuk membagikan hasil
kerjanya kepada kelompok berempat (Lie,
2004: 58).
Think-Pair-Share memiliki prosedur
ynag ditetapkan secara eksplisit untuk
memberi siswa waktu lebih banyak untuk
berpikir, menjawab, dan saling membantu
satu sama lain (Nurhadi dkk, 2003 : 66).
Sebagai contoh, guru baru saja menyajikan
suatu topik atau siswa baru saja selesai
membaca suatu tugas, selanjutnya guru
meminta
siswa
untuk
memikirkan

60

Fx. Parsono: Penerapan Model Pembelajaran Think-Pair-Share Terhadap

permasalahan yang ada dalam topik/bacaan
tersebut.
Menurut Spencer Kagan ( dalam
Maesuri, 2002:37) manfaat Think-Pair-Share
adalah: (1) para siswa menggunakan waktu
yang lebih banyak untuk mengerjakan
tugasnya dan untuk mendengarkan satu
sama lain ketika mereka terlibat dalam
kegiatan Think-Pair-Share lebih banyak
siswa yang mengangkat tangan mereka
untuk menjawab setelah berlatih dalam
pasangannya.
Para
siswa
mungkin
mengingat secara lebih seiring penambahan
waktu tunggu dan kualitas jawaban
mungkin menjadi lebih baik, dan (2) para
guru juga mungkin mempunyai waktu yang
lebih banyak untuk berpikir ketika
menggunakan
Think-Pair-Share.Mereka
dapat
berkonsentrasi
mendengarkan
jawaban siswa, mengamati reaksi siswa, dan
mengajukan pertanyaaan tingkat tinggi.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan kepada siswa
SMP kelas VIIID di SMP Negeri 2
Kebakkramat Karanganyar sebanyak 31
siswa.
Sedangkan
waktu
untuk
melaksanakan penelitian ini adalah selama
6 bulan (Januari Juni 2012). Penelitian ini
adalah penelitian yang bersifat eksperimen,
dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh
metode pembelajaran kooperatif Think-PairShare terhadap hasil belajar PKN. Suharsimi
Arikunto (1998: 4) menjelaskan bahwa
penelitian eksperimen merupakan suatu
cara untuk mencari hubungan sebab akibat
(hubungan kausal) antara dua faktor yang
sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan
mengeliminasi atau mengurangi atau
menyisihkan faktor-faktor lain yang bisa
mengganggu.
Teknik
yang
digunakan
untuk
mengumpulkan data dalam penelitian ini
adalah tes, dokumentasi, observasi dan
wawancara.Tes
adalah
seperangkat
rangsangan (stimuli) untuk memperoleh

nilai hasil belajar PKN.Jenis tes yang
digunakan adalah tes tertulis dengan
menggunakan bentuk tes obyektif. Metode
dokumentasi digunakan untuk memperoleh
data berupa tindakan dan hasil observasi
proses
pembelajaran.
Di
dalam
melaksanakan
dokumentasi,
peneliti
menyelidiki benda-benda tertulis seperti
buku-buku,
daftar
nilai,
dokumen,
peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan
harian dan sebagainya.Suharsimi Arikunto
(2006:
158)
menyebutkan
bahwa
dokumentasi berasal dari kata dokumen
yang berarti barang-barang tertulis.
Observasi yang merupakan kegiatan
pengamatan langsung terhadap subjek yang
diamati, yaitu cara pengumpulan data
berdasarkan
pengamatan
yang
menggunakan mata atau telinga secara
langsung tanpa melalui alat bantu yang
terstandar (Sujana dan Sudrajat, 2005: 143).
Tujuan dari observasi dalam penelitian ini
adalah mengamati proses pembelajaran
yang terjadi dalam kelas populasi yang
dipilih peneliti dalam mencari tahu keadaan
siswa
selama
mengikuti
proses
pembalajaran tersebut. Observasi kembali
dilakukan ketika peneliti mengadakan
perlakuan penggunaan model pembelajaran
kooperatif Think-Pair-Share kepada siswa
kelompok eksperimen mengenai keaktifan,
minat dan psikomotorik siswa dengan
menggunakan lembar pengamatan.
Dalam penerapan metode kooperatif
Think-Pair-Share, pengetahuan tentang
keragaman kemampuan siswa mutlak
diperlukan. Oleh karena itu dilakukan
pengumpulan informasi dengan cara
mengajukan sejumlah pertanyaan secara
lisan untuk dijawab secara lisan pula yang
disebut wawancara. Ciri utama dari
wawancara adalah kontak langsung dengan
tatap muka antara pencari informasi
(interviewer) dan
sumber informasi
(interviewer).

PKn Progresif, Vol. 10 No. 1 Juni 2015

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Setelah data diperoleh terkumpul, maka
data tersebut di dengan membandingkan
data data yang telah didapat terhadap hal
hal yang berkaitan dengan penelitian guna
mendapatkan informasi yang baik dan
mudah dipahami, kemudian hasil dari
metode metode diatas dilakukan evaluasi
atau tes.
Subjek dalam penelitian adalah siswa kelas
VIIID dengan jumlah siswa 32orang,
16orang laki-laki dan 16 orang perempuan
dengan kemampuan siswa yang heterogen.
Dalam pelaksanakan pembelajaran di SMP
Negeri 2 Kebakkramat cukup kondusif
untuk melakukan proses belajar mengajar.
Dari segi fisik, bangunan SMP ini cukup baik,
ada beberapa gedung atau ruangan yang
belum tersedia. Adapun hasil dalam
penelitian dibagi menjadi 2 siklus, dapat
ditampilkan tabel dibawah ini:
Tabel Hasil Tiap Aspek Selama 2 Siklus
Sikl
us
Sikl Sikl
No Aspek
Peni
us I us II
ngk
atan
Mendefinisikan
1
78
98
20
konsep
demokrasi
Menguraikan
sejarah
2
76
98
22
pelaksanaan
demokrasi
pertama
Menjelaskan
macam-macam
pelaksanaan
3
79
97
18
demokrasi
dalam
kehidupan
bernegara

4

Menjelaskan
hakekat
demokrasi
Pancasila dan
pelaksanaannya 81
dalam
kehidupan
berbangsa dan
bernegara.

61

96

15

SIKLUS I
Berdasarkan hasil pengamatan dapat
diperoleh hasil sebelum permainan thinkpair-share yaitu mendefinisikan konsep
demokrasi sebesar 78%, Menguraikan
sejarah pelaksanaan demokrasi pertama
sebesar 76%, Menjelaskan macam-macam
pelaksanaan demokrasi dalam kehidupan
bernegara79%
Menjelaskan
hakekat
demokrasi Pancasila dan pelaksanaannya
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
sebesar 81%. Dari hasil ini menunjukkan
bahwa masih dibawah tingkat kemampuan
mempelajari pelajaran PKn semester 2,
SIKLUS II
Berdsarkan pada Siklus II setalah
penerapan
metode
think-pair-share
menunjukkan
bahwa
tentang
Mendefinisikan konsep demokrasi sebesar
78% meningkat menjadi 98%, Menguraikan
sejarah pelaksanaan demokrasi pertama
sebesar 76% meningkat menjadi 98%,
Menjelaskan macam-macam pelaksanaan
demokrasi dalam kehidupan bernegara
sebesar 79% meningkat menjadi 97% dan
Menjelaskan hakekat demokrasi Pancasila
dan pelaksanaannya dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara sebesar 81%
meningkat menjadi 96%. Dari hasil ini
menunjukkan bawah metode Think-PairShare dapat meningkatkan prestasi belajar
PKn tentangmenampilkan partisipasi dalam
usaha pembelaan Negara.
Peningkatan ini dapat dikatakan
mendukung kegiatan pembelajaran PKn

62

Fx. Parsono: Penerapan Model Pembelajaran Think-Pair-Share Terhadap

siswa kelas VIIID SMP Negeri 2
Kebakkramat tahun pelajaran 2011/2012,
dapat dijadikan acuan untuk memberikan
strategi
menyenangkan
dan
tidak
membosankan, dan supaya anak tidak
merasa kesulitan dalam memahami nilainilai
Pancasila
bermasyarakat
dan
bernegara.
Pada siklus I, dengan penerapan
metode think-pair-share ternyata ada
peningkatan
hasil
nilai
ulangan
formatif.Pada siklus II, diterapkan lagi
meode think-pair-share, ternyata semua
anak hasilnya bisa memuaskan.Sebab
kemampuan dasar anak kurang dan metode
yang diterapkan kurang sesuai.
Jadi dari hasil penelitian menunjukkan
terjadi peningkatan prestasi belajar PKn
siswa kelas VIIID SMP Negeri 2
Kebakkramat,Tahun Pelajaran 2012/ 2013
dengan ditandai meningkatkan perolehan
nilai dan anak lebih senang untuk belajar
memahami dan mengerti pelajaran PKn.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdsarkan pada Siklus II setalah
penerapan
metode
think-pairsharemenunjukkan
bahwa
tentang
Mendefinisikan konsep demokrasi sebesar
78% meningkat menjadi 98%, Menguraikan
sejarah pelaksanaan demokrasi pertama
sebesar 76% meningkat menjadi 98%,
Menjelaskan macam-macam pelaksanaan
demokrasi dalam kehidupan bernegara
sebesar 79% meningkat menjadi 97% dan
Menjelaskan hakekat demokrasi Pancasila
dan pelaksanaannya dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara sebesar 81%
meningkat menjadi 96%. Dari hasil ini
menunjukkan bawah metode Think-PairShare dapat meningkatkan prestasi belajar
PKn tentangmenampilkan partisipasi dalam
usaha pembelaan Negara. Think-Pair-Share
merupakan langkah awal yang baik untuk
memotivasi
siswa
dalam
mengikuti
pembelajaran selanjutnya. Selain itu, dalam

tahapan ini siswa diberi kesempatan untuk
menentukan
sendiri
jawaban
dan
permasalahan yang disampaikan oleh guru
dan menuliskan hasil pemikiran masingmasing sehingga kemampuan berpikir
individu turut berkembang. Langkah ini
lebih efektif daripada guru menyampaikan
suatu permasalahan atau pertanyaan,
kemudian menanyakan jawabannya kepada
siswa satu persatu. Dalam kegiatan
selanjutnya yaitu berdiskusi dengan
pasangannya, siswa yang tidak atau jarang
bebicara di depan kelas sekurangkurangnya mengemukakan ide kepada
pasangannya.
Berdasarkan hasil penelitian yang
diperoleh maka diajukan saran-saran bahwa
1) Bagi guru hendaknya meningkatkan
kompetensi keprofesionalannya dengan
merancang proses pembelajaran yang
menggunakan
model
pembelajaran
kooperatif tipe Think-Pair-Share sehingga
peran siswa lebih besar dan pembelajaran
akan menjadi lebih aktif dan bermakna. Hal
ini membuat siswa tidak mudah bosan dan
tetap termotivasi untuk mengikuti proses
pembelajaran. 2) Bagi siswa hendaknya
dapat menjalin hubungan baik dengan guru
agar proses belajar mengajar terasa nyaman
dan menyenangkan serta lebih aktif dan
kreatif dalam mengikuti pembelajaran di
kelas. 3) Bagi peneliti yang akan melakukan
penelitian sejenis hendaknya sedapat
mungkin menganalisa kondisi pembelajaran
dan kemampuan siswa dengan lebih teliti.
Selain itu dapat memanfaatkan model
pembelajaran inovatif dengan maksimal
sehingga diperoleh hasil penelitian yang
lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Anita, Lie. 2004. Cooperative Learning
Mempraktekkan di Ruang-Ruang Kelas.
Jakarta : PT. Grasindo.

PKn Progresif, Vol. 10 No. 1 Juni 2015

Ananom.2001.
Mengenal
Model
Pembelajaran Kooperatif.Semarang :
DEPDIKNAS.
Arikunto, Suharsimi, 2003.Dasar-Dasar
Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara.
Erman, Suherman dkk, 2003.Strategi
Pembelajaran
Matematika
Kontemporer (Common Teks Books).
Bandung : JICA Universitas Pendidikan
Indonesia.
Ibrahim, Muslimin, dkk. 2000. Pembelajaran
Kooperatif. Surabaya : University
Press.
Spencer Kagan. 2002. Strategis For Reading
Comprehensin, TPS. http: curry.
Edschool. Virginia.
Solihatin, Etin dkk,2007. Cooperative
Learning Analisis Model Pembelajaran
IPS.Jakarta : Bumi Aksara.
Sudjana,Nana.2005. Dasar-Dasar Proses
Belajar Mengajar.Bandung : Sinar Baru
Algensindo

63

Dokumen yang terkait

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

PENYESUAIAN SOSIAL SISWA REGULER DENGAN ADANYA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD INKLUSI GUGUS 4 SUMBERSARI MALANG

64 523 26

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25