Gambaran Tekanan Darah Pada Pasien Psoriasis Vulgaris Di Poliklinik Kulit & Kelamin Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan

1

 

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Pada awalnya, banyak peneliti memiliki pemahaman bahwa mekanisme
terjadinya psoriasis adalah oleh karena adanya gangguan primer keratinosit pada
lapisan epidermal. Akan tetapi, pemahaman tersebut sekarang sudah mulai
ditinggalkan. Dewasa ini, prinsip terjadinya psoriasis lebih ditekankan pada
adanya gangguan pada immune-mediated (Griffiths & Barker, 2007).
Psoriasis termasuk dalam penyakit kulit kelompok papuloskuamosa atau
dermatosis eritroskuamosa (penyakit yang ditandai dengan adanya eritema dan
skuama) yang bersifat kronis, yang dapat dikaitkan dengan gangguan beberapa
organ lain. Berbagai tipe psoriasis dapat diidentifikasi, dengan jumlah terbanyak
berjeniskan chronic plaque (psoriasis vulgaris), yaitu sekitar 85% - 90% kasus
(Griffiths & Barker, 2007). Penyakit ini dapat dijumpai pada semua usia, akan
tetapi lebih sering pada usia 15 – 30 tahun (Gudjonsson et al., 2008). Secara
umum, tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kejadian psoriasis pada

laki-laki dan wanita. Umur rata-rata waktu gejala pertama timbul pada laki-laki 29
tahun dan wanita 27 tahun (Siregar, 2000). Insidensi psoriasis di negara tropis,
seperti Indonesia, tidaklah terlalu tinggi. Hal ini diperkirakan akibat adanya efek
imunosupresif dari sinar matahari (Barnetson et al., 2006).
Prevalensi total dari psoriasis di seluruh dunia bervariasi, dipengaruhi oleh
letak geografis dari suatu wilayah (lebih sering pada daerah yang bersuhu rendah).
Penelitian Icen et al. (2009) di Minnesota, Amerika Serikat, melaporkan bahwa
didapati insidensi rata-rata psoriasis sebesar 78,9 per 100.000 orang per tahunnya
dari tahun 1970 - 2000 (Dermatologist – confirmed subject : 62,3 per 100.000).
Insidensi yang lebih tinggi dilaporkan oleh Huerta et al. (2007) yaitu sebesar 140
per 100.000 pasien per tahun dalam jangka waktu 1996-1997. Data mengenai
prevalensi dan insidensi di Indonesia juga belum diketahui secara pasti.

Universitas Sumatera Utara

2

 

Dalam beberapa dekade terakhir, kejadian psoriasis dihubungkan dengan

aktivitas merokok dan obesitas (Naldi et al., 2005). Berbagai gangguan seperti
pada plasma lipid, seperti peningkatan kadar TAG (Trigliserida) dan juga
penurunan HDL (High-Density Lipoprotein) dijumpai pada pasien psoriasis
(Rocha-Pereira et al., 2001). Selain itu, psoriasis juga dihubungkan dengan
sindroma metabolik, yang terdiri atas kombinasi antara obesitas sentral, diabetes
mellitus tipe-2 atau resistensi insulin, hipertensi, dan dislipidemia (Alberti et al.,
2006). Diperkirakan terdapatnya hubungan antara psoriasis dan sindroma
metabolik diperantarai oleh inflamasi sistemik, dimana hal tersebut dijumpai pada
pasien psoriasis, seperti juga halnya pada pasien sindroma metabolik (Bowcock,
2005).
Kasus psoriasis vulgaris pada dewasa ini semakin sering dijumpai. Berbagai
pengobatan

seperti

steroid

topikal,

CTM


(chlorpropramine

maleate),

cyclosporine, dan sebagainya juga sudah diberikan. Akan tetapi, masih juga
dijumpai masalah yang beragam. Pasien yang menderita psoriasis vulgaris
cenderung mengalami gangguan dalam kualitas hidupnya. Peningkatan resiko
depresi, kecemasan, dan bunuh diri pun ditemukan pada pasien psoriasis vulgaris
(Kurd et al., 2010). Pengobatan psoriasis vulgaris jangka panjang dengan
pemakaian steroid, terutama oral, pada pasien ini juga akan menyebabkan retensi
cairan yang akan memicu terjadinya variasi tekanan darah pada pasien ini,
terutama hipertensi. Bahkan, penelitian yang dilakukan oleh Armstrong et al.
(2011) menunjukkan bahwa hipertensi pada pasien psoriasis cenderung lebih sulit
untuk dikontrol pengobatannya oleh karena berbagai faktor.
Akan tetapi, walaupun telah dilakukan berbagai penelitian mengenai hal
diatas, belum banyak diketahui kaitan yang pasti antara psoriasis vulgaris terhadap
hipertensi. Beberapa penelitian menerangkan bahwa berbagai mediator yang
bersifat vasokonstriksi dan angiogenesis seperti endothelin-1 , angiotensin-II,
Vascular Endothelial Growth Factor (VEGF) memiliki peranan penting pada

proses terjadinya hipertensi pada pasien psoriasis vulgaris. Padahal, sebagaimana
yang kita ketahui, penyakit kardiovaskular merupakan salah satu penyebab
kematian tertinggi di dunia, dimana hipertensi sebagai faktor resikonya.

Universitas Sumatera Utara

3

 

Bahkan pada individu yang walau hanya menderita hipertensi ringan (tanpa
disertai adanya kerusakan organ), apabila tidak menerima pengobatan dalam 7 –
10 tahun beresiko tinggi mengalami komplikasi yaitu sekitar 30% dapat
mengalami gangguan vaskular (aterosklerosis) dan sekitar 50% akan berdampak
pada organ lain sebagai akibat dari hipertensi tersebut (Fisher & Williams, 2005).
Selain itu, hipertensi dalam jangka panjang juga dapat menyebabkan berbagai
gangguan seperti pada mata (retinopati), gangguan pada susunan saraf pusat
seperti stroke atau TIA (Transient Ischemic Attack), serta gangguan pada ginjal
yang apabila tidak diterapi dapat menyebabkan nefropati bahkan dapat berujung
pada gagal ginjal atau End State Renal Disease (ERSD).

Berdasarkan data yang telah disampaikan diatas, dan mempertimbangkan
kondisi akan begitu banyaknya komplikasi yang bisa saja diderita oleh subjek di
kemudian harinya apabila subjek menderita psoriasis vulgaris yang disertai
hipertensi, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai bagaimana
gambaran tekanan darah pasien psoriasis vulgaris di Poliklinik Kulit & Kelamin
RSUP H. Adam Malik Medan.

1.2. Rumusan Masalah
Dengan mempertimbangkan latar belakang masalah yang telah disampaikan
sebelumnya, maka peneliti merumuskan masalah yang diteliti, yaitu sebagai
berikut : “Bagaimana gambaran tekanan darah pada pasien psoriasis vulgaris di
Poliklinik Kulit & Kelamin RSUP H. Adam Malik?”.

1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1.

Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran tekanan darah pasien psoriasis vulgaris di

Poliklinik Kulit & Kelamin RSUP H. Adam Malik.


1.3.2.

Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui gambaran tekanan darah pada pasien psoriasis
vulgaris berdasarkan usia dan jenis kelamin pasien.

Universitas Sumatera Utara

4

 

2. Untuk mengetahui gambaran tekanan darah pada pasien psoriasis
vulgaris berdasarkan riwayat psoriasis vulgaris dan riwayat hipertensi
pada keluarga pasien serta riwayat merokok pasien.
3. Untuk mengetahui riwayat konsumsi obat-obatan yang dapat memicu
peningkatan tekanan darah pada pasien psoriasis vulgaris.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1.

Bagi Penelitian
Melalui penelitian ini, diharapkan hasil penelitian yang disajikan peneliti

dapat digunakan sebagai bahan referensi selanjutnya bagi para peneliti lainnya di
kemudian hari mengenai bagaimana gambaran tekanan darah pada pasien
psoriasis vulgaris ataupun penelitian lain yang terkait dengan psoriasis vulgaris di
tempat lain.

1.4.2.

Bagi Pendidikan
1) Menambah pengetahuan dasar ilmiah mengenai penyakit psoriasis
vulgaris.
2) Sebagai data tambahan bagi rumah sakit terkait tentang bagaimana
gambaran tekanan darah pada penderita psoriasis vulgaris.
3) Mengoptimalkan tindakan pencegahan terhadap terjadinya penyakit
kardiovaskular pada penderita psoriasis vulgaris.


1.4.3.

Bagi Masyarakat
Memberikan pengetahuan tambahan kepada masyarakat, bagaimana

upaya pencegahan terhadap komplikasi dari peningkatan tekanan darah terutama
pada pasien psoriasis vulgaris.

1.4.4.

Bagi Peneliti
Melalui penelitian ini, peneliti dapat menambah wawasan lebih

mendalam mengenai psoriasis vulgaris dan komplikasi yang ditimbulkan akibat
penyakit tersebut.

Universitas Sumatera Utara