Profil Kadar Leptin Serum pada Berbagai Derajat Keparahan Pasien Psoriasis Vulgaris di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan

(1)

PROFIL KADAR LEPTIN SERUM PADA BERBAGAI DERAJAT KEPARAHAN PASIEN PSORIASIS VULGARIS DI RUMAH SAKIT

UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN

TESIS

Oleh

HERLIN NOVITA PANE NIM : 087105001

PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK SPESIALIS ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

PROFIL KADAR LEPTIN SERUM PADA BERBAGAI DERAJAT KEPARAHAN PASIEN PSORIASIS VULGARIS DI RUMAH SAKIT

UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Kedokteran dalam Program Magister Kedokteran Klinik bidang Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin

Oleh

HERLIN NOVITA PANE NIM : 087105001

PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK SPESIALIS ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(3)

Profil Kadar Leptin Serum pada Berbagai Derajat Keparahan Pasien Psoriasis Vulgaris di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan

Herlin Novita Pane

Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin , Chairiyah Tanjung, Kristo A. Nababan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara / RSUP. H. Adam Malik Medan

Abstrak

Latar belakang

Psoriasis adalah penyakit peradangan kulit kronik dan bersifat kambuh-kambuhan. Leptin dianggap berperan dalam proses inflamasi yang melibatkan sel T, dapat menstimulasi proliferasi keratinosit serta ekspresi molekul-molekul adhesi dan angiogenesis serta pertumbuhan sel-sel endotel yang berperan dalam patogenesis psoriasis.

Tujuan

Untuk mengetahui profil kadar leptin serum pasien psoriasis vulgaris pada berbagai derajat keparahan.

Metode

Dua puluh lima orang pasien psoriasis vulgaris yang berobat ke Poliklinik Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP Haji Adam Malik Medan diikutsertakan dalam penelitian ini. Dilakukan anamnesis dan pemeriksaan klinis. Derajat keparahan psoriasis diukur dengan menggunakan skor PASI. Pemeriksaan kadar leptin serum dilakukan dengan menggunakan metode enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA).

Hasil

Dari total 25 subyek didapati sebanyak 12 orang (48%) menderita psoriasis vulgaris derajat berat, 9 orang (36%) derajat ringan, dan 4 orang (16%) derajat sedang. Profil kadar leptin serum pada berbagai derajat keparahan menunjukkan nilai tertinggi pada kelompok derajat berat (23,04 ng/mL), diikuti kelompok ringan (16,93 ng/mL), dan nilai terendah pada kelompok derajat sedang (13,85 ng/mL).

Kesimpulan

Mayoritas subyek menderita psoriasis vulgaris derajat berat dan profil kadar leptin serum pasien psoriasis vulgaris derajat berat menunjukkan nilai yang tertinggi.

Kata kunci


(4)

Serum Leptin Levels Profile in Various Severity of Psoriasis Vulgaris Patients in Haji Adam Malik Hospital Medan

Herlin Novita Pane

Dermatology and Venereology Department

, Chairiyah Tanjung, Kristo A. Nababan

Faculty of Medicine, University of Sumatera Utara/ RSUP. H. Adam Malik Medan

Abstract Background

Psoriasis is a chronic and relapse inflammation skin disease. Leptin has an important role in inflammation involving T cell, keratinocyte proliferation, adhesion molecules expression and angiogenesis, and endothelial cells growth involved in psoriasis pathogenesis.

Aim

To know the serum leptin levels profile in various severity of psoriasis vulgaris patients.

Methods

Twenty five patients with psoriasis vulgaris who came to the outpatient clinic of Dermatology and Venereology Departement Haji Adam Malik Hospital were enrolled to this study. History taking and clinical examination was performed. Psoriasis severity was measured using PASI score. Serum leptin levels were measured with enzyme-linked immunosorbent assay(ELISA) method.

Results

12 subjects (48%) are severe psoriasis vulgaris, 9 subjects (36%) are mild psoriasis vulgaris, and 4 subjects (16%) are moderate. Leptin levels profile in severe psoriasis vulgaris is the highest (23,04 ng/mL), followed by mild psoriasis vulgaris (16,93 ng/mL), and moderate psoriasis vulgaris is the lowest (13,85 ng/mL).

Conclusions

Most of the patients are severe psoriasis vulgaris and serum leptin levels profile of severe psoriasis vulgaris is the highest.

Keywords


(5)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Dengan mengucap Alhamdulillah, saya panjatkan puji dan syukur yang tak terhingga kehadirat Allah SWT karena hanya atas rahmat dan hidayahNya saya dapat menyelesaikan tesis ini yang merupakan persyaratan untuk memperoleh gelar keahlian dalam bidang Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin.

Dalam menjalani pendidikan spesialis ini, berbagai pihak telah turut berperan serta dalam terlaksananya seluruh rangkaian pendidikan ini. Pada kesempatan yang berbahagia ini, saya sampaikan penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Yang Terhormat :

1. dr. Chairiyah Tanjung, Sp.KK(K), selaku pembimbing utama tesis ini dan juga sebagai Ketua Program Studi Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, yang telah bersedia meluangkan waktu, pikiran dan tenaga serta dengan penuh kesabaran selalu membimbing, memberikan nasehat, masukan, koreksi dan motivasi kepada saya selama proses penyusunan tesis ini.

2. dr. Kristo A. Nababan, SpKK, selaku pembimbing kedua tesis ini, yang juga telah membimbing dan memberikan masukan-masukan yang sangat bermanfaat selama penyusunan tesis ini.

3. Prof. Dr. dr. Irma D. Roesyanto-Mahadi, SpKK (K), sebagai Ketua Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dan juga sebagai guru besar yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk mengikuti pendidikan spesialis dibidang Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara serta banyak membantu dan senantiasa memberikan dorongan kepada saya selama menjalani pendidikan sehari-hari.

4. Bapak Rektor Universitas Sumatera Utara, Prof. DR. Syahril Pasaribu, SpA(K), DTM&H, yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk dapat melaksanakan studi pada Universitas yang Bapak pimpin.

5. Bapak Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Prof. dr. Gontar A. Siregar, SpPD-KGEH, yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis di Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

6. Bapak Prof. dr. Chairuddin P. Lubis, DTM&H, Sp.A(K), selaku Ketua Program Studi Program Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Kesehatan Kulit dan kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

7. dr. Richard Hutapea, SpKK(K), dr. Isma Aprita Lubis, SpKK, dan dr.Ramona Dumasari Lubis, SpKK sebagai anggota tim penguji, yang telah memberikan bimbingan dan koreksi untuk penyempurnaan tesis ini.

8. Para Guru Besar, Prof. dr. Diana Nasution, SpKK (K), Prof. Dr. dr. Marwali Harahap, SpKK (K), Prof. dr. Mansur A. Nasution, SpKK (K), serta seluruh staf pengajar di Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FK USU,


(6)

dapat saya sebutkan satu persatu, yang telah membantu dan membimbing saya selama mengikuti pendidikan ini.

9. Bapak Direktur RSUP. H. Adam Malik Medan dan Direktur RSU Dr. Pirngadi Medan yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada saya selama menjalani pendidikan keahlian ini.

10.dr. Surya Dharma, MPH, selaku staf pengajar Fakultas Kesehatan Masyarakat USU, yang telah banyak membantu saya dalam metodologi penelitian dan pengolahan statistik penelitian saya ini.

11.Seluruh staf/pegawai dan perawat di Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin, baik di RSUP. H. Adam Malik Medan, RSU Dr. Pirngadi Medan, atas bantuan, dukungan, dan kerjasama yang baik selama ini.

12.Kedua orang tua saya yang tersayang, H. M. Nawi Pane dan Hj. Wan Lely Aswaty, tidak ada kata yang mampu menggantikan rasa terima kasih saya untuk semua pengorbanan, jerih payah dan kasih sayang Papa dan Mama untuk saya selama ini, terima kasih yang tak terhingga saya ucapkan dan betapa bersyukurnya saya mempunyai kedua orang tua seperti Papa dan Mama. Semoga Allah SWT membalas segalanya.

13.Kepada kedua mertua saya, alm. H. Hotmad Harahap dan Hj. Masnasari yang telah banyak membantu untuk senantiasa ikut mendukung dalam masa pendidikan saya.

14.Suami saya tercinta, Pahruddin Alamsah Harahap, ST terima kasih yang setulus-tulusnya atas segala pengorbanan, kesabaran dan pengertiannya serta untuk selalu memberikan dukungan, doa, semangat, bantuan disetiap saat hingga saya dapat menyelesaikan pendidikan ini.

15.Kedua buah hati saya tercinta, M. Akbar Orvala Harahap dan Sultan Ahmad Davan Harahap. Kalian berdua selalu menjadi semangat dan kekuatan mama. 16.Adik-adik dan keponakan saya, Fenny Febrita Pane, SE, M. Imam Ananda

Pane, SE, Nurhasanah Harahap, Skep, Ns, Mkes, Raniya Danish Ara, Rafi Athaya Kenzo. Terima kasih atas doa dan dukungan yang telah diberikan kepada saya selama ini.

17.Teman-teman saya, dr. Ade Arhamni, Mked(KK),SpKK, dr. Deryne Anggia Paramita, Mked(KK),SpKK, dr. Sudarsono, Mked(KK),SpKK, dr. Sri Naita Purba, dr. T. Sy Dessi Indah Sari AS, dr. Zikri Adriman, dr. Oliviti Natali, dr.Khairina, dr. Dina Arwina Dalimunthe, dr. Riana Miranda Sinaga, dan juga semua teman-teman PPDS Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan, dukungan, dan kerjasama kepada saya selama menjalani masa pendidikan dan penyelesaian tesis ini, saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

Saya menyadari bahwa tesis ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan tesis ini. Kiranya tesis ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Akhir kata, dengan penuh kerendahan hati, izinkanlah saya untuk menyampaikan permohonan maaf yang setulus-tulusnya atas segala kesalahan, kekhilafan dan kekurangan yang telah saya lakukan selama proses


(7)

mengikuti pendidikan, kiranya mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT. Amin ya Rabbal Alamin.

Medan, Mei 2013 Penulis


(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

DAFTAR SINGKATAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.3.1 Tujuan Umum ... 4

1.3.2 Tujuan Khusus ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

1.5 Kerangka Teori ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Psoriasis ... 6

2.1.1 Epidemiologi ... 6

2.1.2 Etiologi dan patogenesis... 6

2.1.3 Gambaran klinis ... 9

2.2 Leptin ... 11

2.3 Psoriasis dan leptin ... 15

BAB III METODE PENELITIAN ... 17

3.1 Rancangan Penelitian... 17

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ... 17

3.2.1 Waktu penelitian ... 17

3.2.2 Tempat penelitian ... 17

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 17

3.3.1 Populasi target ... 17

3.3.2 Populasi terjangkau ... 17

3.3.3 Sampel Penelitian ... 18

3.4 Besar Sampel ... 18

3.5 Cara Pengambilan Sampel Penelitian ... 19

3.6 Kriteria inklusi dan eksklusi... 19

3.6.1 Kriteria inklusi ... 19

3.6.2 Kriteria eksklusi ... 19

3.7 Alat, bahan dan cara kerja ... 20

3.7.1 Alat dan bahan ... 20


(9)

3.10 Pengolahan Data ... 30

3.11 Ethical clearance ... 30

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 31

4.1 Karakteristik Subyek penelitian ... 31

4.2 Profil Kadar Leptin Serum pada Berbagai Derajat Keparahan Psoriasis Vulgaris ... 35

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 39


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Karakteristik subyek penelitian berdasarkan jenis kelamin ... 31 Tabel 4.2 Karakteristik pasien psoriasis vulgaris derajat ringan, sedang dan

berat berdasarkan jenis kelamin... ... 32 Tabel 4.3Karakteristik subyek penelitian berdasarkan kelompok usia ... 33 Tabel 4.4 Karakteristik pasien psoriasis vulgaris derajat ringan, sedang, dan

berat berdasarkan kelompok usia ... 34 Tabel 4.5Distribusi pasien psoriasis vulgaris berdasarkan derajat keparahan.. 35 Tabel4.6 Kadar leptin serum pasien psoriasis vulgaris pada derajat

keparahan ringan, sedang dan berat... ... 37 Tabel 4.7Distribusi nilai rerata kadar leptin serum pasien psoriasis vulgaris


(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Diagram kerangka teori ... 5 Gambar 3.1 Diagram kerangka operasional ... 30 Diagram 4.1 Profil nilai rerata skor PASI pasien psoriasis vulgaris ... 36 Diagram4.2 Profil kadar rerata leptin dalam serum pasien psoriasis vulgaris


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Naskah penjelasan kepada calon subjek penelitian / orangtua / keluarga calon subjek penelitian

Lampiran 2. Persetujuan setelah penjelasan dalam penelitian Lampiran 3. Status penelitian

Lampiran 4. Lembar penilaian skor Psoriasis Area and Severity Index (PASI) Lampiran 5. Skor keparahan psoriasis

Lampiran 6. Komite etik Lampiran 7. Data Penelitian Lampiran 8. Daftar riwayat hidup


(13)

DAFTAR SINGKATAN DAN TANDA

TNF : Tumour necrosing factor

IL : Interleukin

PASI : Psoriasis Area and Severity Index

IMT : Indeks massa tubuh

MHC : Major histocompatibility complex

HLA : Human leucocyte antigen

PSORS1 : Psoriasis susceptibility 1

NK : Natural killer

TGF-β : Tumor growth factor β

IFNγ : Interferon-γ

EGF : Epidermal growth factor

VEGF : Vascular endhotelial growth factor

kD : Kilo Dalton

G-CSF : Granulocyte colony stimulating factor

Th : T helper

ROS : Reactive oxygen species


(14)

Profil Kadar Leptin Serum pada Berbagai Derajat Keparahan Pasien Psoriasis Vulgaris di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan

Herlin Novita Pane

Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin , Chairiyah Tanjung, Kristo A. Nababan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara / RSUP. H. Adam Malik Medan

Abstrak

Latar belakang

Psoriasis adalah penyakit peradangan kulit kronik dan bersifat kambuh-kambuhan. Leptin dianggap berperan dalam proses inflamasi yang melibatkan sel T, dapat menstimulasi proliferasi keratinosit serta ekspresi molekul-molekul adhesi dan angiogenesis serta pertumbuhan sel-sel endotel yang berperan dalam patogenesis psoriasis.

Tujuan

Untuk mengetahui profil kadar leptin serum pasien psoriasis vulgaris pada berbagai derajat keparahan.

Metode

Dua puluh lima orang pasien psoriasis vulgaris yang berobat ke Poliklinik Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP Haji Adam Malik Medan diikutsertakan dalam penelitian ini. Dilakukan anamnesis dan pemeriksaan klinis. Derajat keparahan psoriasis diukur dengan menggunakan skor PASI. Pemeriksaan kadar leptin serum dilakukan dengan menggunakan metode enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA).

Hasil

Dari total 25 subyek didapati sebanyak 12 orang (48%) menderita psoriasis vulgaris derajat berat, 9 orang (36%) derajat ringan, dan 4 orang (16%) derajat sedang. Profil kadar leptin serum pada berbagai derajat keparahan menunjukkan nilai tertinggi pada kelompok derajat berat (23,04 ng/mL), diikuti kelompok ringan (16,93 ng/mL), dan nilai terendah pada kelompok derajat sedang (13,85 ng/mL).

Kesimpulan

Mayoritas subyek menderita psoriasis vulgaris derajat berat dan profil kadar leptin serum pasien psoriasis vulgaris derajat berat menunjukkan nilai yang tertinggi.

Kata kunci


(15)

Serum Leptin Levels Profile in Various Severity of Psoriasis Vulgaris Patients in Haji Adam Malik Hospital Medan

Herlin Novita Pane

Dermatology and Venereology Department

, Chairiyah Tanjung, Kristo A. Nababan

Faculty of Medicine, University of Sumatera Utara/ RSUP. H. Adam Malik Medan

Abstract Background

Psoriasis is a chronic and relapse inflammation skin disease. Leptin has an important role in inflammation involving T cell, keratinocyte proliferation, adhesion molecules expression and angiogenesis, and endothelial cells growth involved in psoriasis pathogenesis.

Aim

To know the serum leptin levels profile in various severity of psoriasis vulgaris patients.

Methods

Twenty five patients with psoriasis vulgaris who came to the outpatient clinic of Dermatology and Venereology Departement Haji Adam Malik Hospital were enrolled to this study. History taking and clinical examination was performed. Psoriasis severity was measured using PASI score. Serum leptin levels were measured with enzyme-linked immunosorbent assay(ELISA) method.

Results

12 subjects (48%) are severe psoriasis vulgaris, 9 subjects (36%) are mild psoriasis vulgaris, and 4 subjects (16%) are moderate. Leptin levels profile in severe psoriasis vulgaris is the highest (23,04 ng/mL), followed by mild psoriasis vulgaris (16,93 ng/mL), and moderate psoriasis vulgaris is the lowest (13,85 ng/mL).

Conclusions

Most of the patients are severe psoriasis vulgaris and serum leptin levels profile of severe psoriasis vulgaris is the highest.

Keywords


(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Psoriasis vulgaris adalah penyakit peradangan kulit kronik dan bersifat kambuh-kambuhan yang diperantarai oleh elemen-elemen sistem imun dibawa dan didapat, ditandai dengan perubahan kulit makroskopik (klinis) dan mikroskopik (histologis) dan dapat mengganggu kualitas hidup pasien.

Menurut beberapa laporan yang berbeda prevalensi penyakit ini bervariasi antara 0,1 % hingga 11,8 %. Insidensi tertinggi di Eropa yaitu di Denmark (2,9 %) dan Kepulauan Faeroe (2,8 %) dan sekitar 2 % di Eropa Timur. Prevalensi sebesar 2,2 % hingga 2,6 % didapati di Amerika Serikat dengan sekitar 150.000 kasus baru per tahunnya.

1-4

5

Pada tahun 1984 dipublikasikan bahwa erupsi lesi kulit psoriasis vulgaris terjadi bersamaan dengan influks epidermal dan aktivasi sel T dan kemudian tampak pula bahwa resolusi psoriasis selama fototerapi didahului dengan penurunan sel T.

Dari data rekam medik Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik-Medan periode Januari hingga Desember 2011 dari total 5.644 orang yang datang berobat ke Poliklinik Departemen/SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin, 46 pasien (0,81%) diantaranya didiagnosis sebagai psoriasis vulgaris. Dari jumlah tersebut 25 pasien (54,3 %) berjenis kelamin pria dan 21 pasien (45,6 %) berjenis kelamin wanita.


(17)

interaksi berbagai sitokin, kemokin, dan growth factor serta reseptor-reseptornya selain mediator-mediator lainnya yang dihasilkan oleh berbagai tipe sel.

Hingga akhir tahun 1970-an penyakit ini dianggap disebabkan oleh peningkatan proliferasi dan perubahan diferensiasi keratinosit yang tampak secara mikroskopis. Pada tahun 1980 dan 1990-an dilakukan penelitian-penelitian yang menimbulkan asumsi peneliti bahwa sel T teraktivasi mempunyai peranan patogenik dominan dalam inisiasi dan persistensi psoriasis.

5

Baru-baru ini leptin telah dinyatakan mempunyai peranan dalam patogenesis beberapa penyakit inflamasi kronis termasuk psoriasis vulgaris. Leptin berperan penting dalam proses inflamasi yang melibatkan sel T dan juga telah dilaporkan dapat memodulasi aktivitas sel T-helper dalam respon imun selular.

5

Leptin adalah produk dari gen OB (obese) dan merupakan suatu hormon yang berasal dari adiposit yang merupakan faktor kunci dalam pengaturan berbagai respon biologis termasuk homeostatis energi, hematopoiesis, fungsi neuroendokrin, dan respon imun.

1,6

Leptin mempunyai peran ganda dalam inflamasi yaitu mengaktivasi monosit dan makrofag, meningkatkan produksi sitokin-sitokin proinflamasi TNF-α, IL-6, dan IL-9, dan mengarahkan diferensiasi sel T menjadi fenotipe Th1. Selain itu leptin juga tampak menstimulasi proliferasi keratinosit, ekspresi molekul-molekul adhesi dan angiogenesis.

1,7,8

Cerman et al. (2008) melakukan penelitian level leptin serum terhadap 43 pasien psoriasis vulgaris dengan indeks massa tubuh normal dan hasilnya


(18)

menunjukkan bahwa level leptin serum mempunyai korelasi positif dengan skor Psoriasis Area and Severity Index (PASI) dan area permukaan tubuh yang terlibat pada pasien psoriasis vulgaris. Selain itu level leptin serum menunjukkan korelasi positif dengan durasi penyakit pada pasien psoriasis.

Wang et al. (2008) melaporkan bahwa level leptin serum meningkat pada pasien-pasien yang menderita psoriasis berat (bentuk eritrodermik, pustular, maupun artropatik).

1

Penelitian Zayed et al. (2010) menunjukkan adanya korelasi yang signifikan secara statistik antara level leptin serum, level leptin jaringan lesi, dan skor PASI pada pasien psoriasis vulgaris berat.

6

Penelitian Aktan et al. (2007) menunjukkan tidak adanya perbedaan antara level leptin serum pasien psoriasis dan kontrol. Level leptin pada pasien psoriasis dan juga relawan sehat menunjukkan korelasi positif dengan Indeks Massa Tubuh (IMT). Level leptin serum pada kelompok pasien tidak berkorelasi dengan skor PASI maupun durasi psoriasis.

6

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Johnston et al. tampak adanya korelasi IMT dan lingkar pinggang dengan level leptin serum dimana level leptin tidak berbeda antara pasien psoriasis dan kelompok kontrol yang sehat.

9

Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian mengenai leptin dan psoriasis vulgaris masih kontroversial, belum memberikan hasil yang konsisten, serta masih sedikit dilakukan sehingga peneliti berminat untuk melakukan penelitian tentang profil kadar leptin serum pada berbagai derajat keparahan pasien psoriasis vulgaris.


(19)

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimanakah profil kadar leptin serum pada berbagai derajat keparahan pasien psoriasis vulgaris di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan umum :

Untuk mengetahui profil kadar leptin serum pada berbagai derajat keparahan pasien psoriasis vulgaris di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.

1.3.2 Tujuan khusus :

a. Untuk mengetahui gambaran data demografik pasien psoriasis vulgaris di RSUP Haji Adam Malik Medan.

b. Untuk mengetahui berbagai derajat keparahan pada pasien psoriasis vulgaris.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Untuk bidang akademik/ilmiah:

Membuka wawasan mengenai patofisiologi psoriasis vulgaris, terutama mengenai peranan leptin serum dalam patofisiologi psoriasis vulgaris.


(20)

1.4.2 Untuk pelayanan masyarakat:

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan masyarakat tentang perlunya pemeriksaan kadar leptin serum pada pasien psoriasis vulgaris.

1.4.3 Untuk pengembangan penelitian:

Hasil penelitian ini dapat menjadi landasan teori bagi penelitian selanjutnya.


(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Psoriasis

Psoriasis adalah penyakit kulit inflamasi kronis yang sering dijumpai namun penyebab utama masih belum diketahui secara pasti. Pada penyakit ini dapat terjadi papul dan plak eritema dengan skuama berlapis, erupsi pustular dan eritrodermik. Tempat yang paling sering terkena adalah kulit kepala, siku dan lutut, tangan, kaki, badan, dan kuku.5,11,12

2.1.1 Epidemiologi

Psoriasis terjadi secara universal. Namun menurut laporan yang dipublikasikan prevalensinya pada populasi yang berbeda bervariasi dari 0,1 hingga 11,8 persen. Insidensi tertinggi di Eropa yaitu di Denmark (2,9 persen). Prevalensi berkisar antara 2,2 persen hingga 2,6 persen di Amerika Serikat dan sekitar 150.000 kasus yang baru terdiagnosis per tahunnya. Insidensi psoriasis rendah di Asia (0,4 persen).5,13

2.1.2 Etiologi dan Patogenesis

Psoriasis merupakan penyakit kulit inflamasi dengan dasar genetik yang kuat, dikarakteristikkan dengan perubahan growth factor dan diferensiasi epidermal dengan abnormalitas biokimia, imunologi, dan vaskular.14,15


(22)

Penelitian terhadap keterlibatan gen tertentu dalam psoriasis dimulai sejak satu dekade yang lalu, namun hanya satu lokus yang disebut sebagai psoriasis susceptibility 1 (PSORS1) yang telah dikonfirmasi secara konsisten. PSORS1 berlokasi pada major histocompatibility complex (MHC, kromosom 6p21.3). Alel HLA multipel telah dihubungkan dengan dengan psoriasis, yaitu B13, HLA B-37, HLA B-46, HLA B-57, HLA Cw1, HLA Cw6, HLA-DR7, dan HLA-DQ9. HLA-Cw6 secara konsisten menunjukkan risiko relatif tertinggi untuk psoriasis pada populasi Kaukasia.3 Subset yang paling dikenali dari sel T regulatory (Tregs) adalah CD4+CD25+. Penelitian menunjukkan adanya gangguan fungsi inhibisi dan kegagalan dalam menekan proliferasi sel T efektor.

Sel natural killer (sel NK) adalah penghasil utama IFN-ᵞ dan berperan sebagai penghubung antara imunitas dibawa dan imunitas didapat. Sel NK dijumpai pada psoriasis dan dapat memicu pembentukan lesi psoriasis dalam sistem model xenograft.

5

Sel T pada lesi psoriasis mempunyai hubungan dengan sel dendritik (SD) yang mempunyai peranan dalam memulai respon imun didapat dan induksi self tolerance. Beberapa subset SD telah ditemukan dan banyak dijumpai dalam keadaan matang pada lesi psoriasis. Sel langerhans (SL) dianggap sebagai SD yang imatur.

5

Sel mast dan makrofag banyak dijumpai pada lesi psoriasis inisial dan yang berkembang. Temuan dari penelitian menunjukkan bahwa makrofag


(23)

mempunyai peran utama dalam patogenesis psoriasis, yaitu melalui produksi tumor necrosis factor(TNF)-α.

Keratinosit merupakan penghasil utama sitokin-sitokin proinflamasi, kemokin, growth factor, serta mediator-mediator lain. Sel-sel endotel dan fibroblas merupakan partisipan dalam proses patogenik. Sel-sel endotel sangat teraktivasi pada lesi psoriasis yang sedang berkembang dan matang, mengalirkan darah dengan jumlah 10 kali lipat lebih banyak ke lesi, dan memainkan peran utama dalam mengendalikan fluks leukosit dan protein serum ke jaringan psoriasis. Fibroblas mendukung proliferasi keratinosit secara parakrin dimana proses ini mengalami peningkatan pada psoriasis. Fibroblas menghasilkan banyak faktor kemotaktik dan mendukung migrasi sel T keluar dari lesi psoriasis.

Jaringan sitokin dalam psoriasis sangat kompleks dan melibatkan aksi interaksi antara berbagai sitokin, kemokin, dan growth factor serta reseptor disamping mediator-mediator yang dihasilkan oleh banyak tipe sel. Selain IFN-ᵞ terdapat banyak sitokin dan kemokin yang mengalami peningkatan pada psoriasis. Abnormalitas yang lebih kompleks telah diamati pada sitokin-sitokin imunomodulator dan reseptornya termasuk IL-1 dan TGF-β. Plak psoriasis dikarakteristikkan dengan banyaknya sitokin yang dihasilkan oleh sel Th1

(IFN-ᵞ, IL-2, dan TNF-α). Sel dendritik juga mengeluarkan sitokin-sitokin yaitu IL-18, IL-20, IL-23, dan TNF-α. IL-18 dan IL-23 menstimulasi produksi IFN-ᵞ.

5

Berbagai growth factor diekspresikan secara berlebihan pada psoriasis. Anggota dari famili epidermal growth factor (EGF) menginduksi produksinya


(24)

pada keratinosit, termasuk transforming growth factor-α, amphiregulin (ARE6), dan heparin-binding EGF-like growth factor. Aktivasi reseptor EGF menstimulasi keratinosit dari vascular endothelial growth factor (VEGF). Ekspresi nerve growth factor (NGF) juga ditingkatkan oleh keratinosit pada kulit psoriasis, dan reseptor NGF meningkat di saraf perifer kulit lesi. Growth factor parakrin yang dihasilkan di luar epidermis dapat juga berperan penting dalam menstimulasi hiperplasia epidermal psoriasis, termasuk insulin like growth factor-1 dan keratinocyte growth factor.

Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan adanya hubungan antara leptin serum dengan psoriasis vulgaris. Terlebih lagi penelitian menunjukkan bahwa leptin dapat merupakan penanda keparahan dan kronisitas psoriasis vulgaris.

5

1,6

2.1.3 Gambaran klinis

Lesi klasik psoriasis ialah plak merah meninggi dan berbatas tegas dengan permukaan berskuama putih. Ukuran lesi dapat bervariasi mulai dari bintik papul hingga plak yang menutupi area tubuh yang luas. Di bawah skuama terdapat eritema homogen berkilat dan bintik-bintik perdarahan yang tampak jika skuama dilepas dikarenakan melukai kapiler berdilatasi di bawahnya (tanda Auspitz). Penggoresan skuama menggunakan pinggir kaca objek akan menyebabkan terjadinya perubahan warna menjadi lebih putih seperti goresan pada tetesan lilin yang disebut sebagai fenomena tetesan lilin. Erupsi psoriasis


(25)

cenderung simetris dan hal ini merupakan gambaran yang dapat membantu dalam menegakkan diagnosis.

Fenomena Koebner (juga dikenal sebagai respon isomorfik) adalah induksi psoriasis traumatik pada kulit nonlesi. Reaksi Koebner biasanya terjadi pada 7 hingga 14 hari setelah trauma dan skitar 25 persen pasien dapat mengalami fenomena Koebner semasa hidupnya. Fenomena Koebner tidak spesifik untuk psoriasis akan tetapi dapat membantu dalam menegakkan diagnosis.

5

Terdapat beberapa bentuk klinis psoriasis yaitu:

5

• Psoriasis vulgaris

16

Psoriasis vulgaris merupakan bentuk psoriasis tersering, didapati pada sekitar 90 persen pasien. Plak merah, berskuama, dan simetris yang belokasi di bagian ekstensor ekstremitas, terutama lutut dan siku, kulit kepala, lumbosakral bawah, bokong, dan genital. Tempat predileksi lainnya termasuk umbilikus dan celah intergluteal.

• Psoriasis guttata (eruptif)

Psoriasis guttata (berasal dari bahasa latin gutta berarti “tetesan”) dikarakteristikkan dengan erupsi papul-papul kecil (diameter 0,5 hingga 1,5 cm) di badan bagian atas dan ekstremitas proksimal.

• Psoriasis plak kecil

Psoriasis plak kecil secara klinis mirip dengan psoriasis guttata tetapi dapat dibedakan dengan onsetnya pada pasien lebih tua, kronisitasnya, dan lesinya


(26)

yang lebih besar (1-2 cm) yang lebih tebal dan berskuama daripada penyakit guttata.

• Psoriasis inversa

Lesi psoriasis dapat berlokasi pada lipatan kulit utama seperti aksila, genito krural, dan leher. Skuama biasanya minimal atau tidak ada dan lesi menunjukkan eritema berbatas tegas yang sering berlokasi di area kontak kulit ke kulit.

2.2 Leptin

Leptin (disebut juga protein OB) merupakan protein yang ditemukan pada tahun 1994 oleh Friedman dan kolega dengan mengidentifikasi gen mutan (ob) yang mendasari obesitas pada tikus ob/ob. Leptin berasal dari bahasa Yunani “leptos” yang berarti “tipis”, berasal dari klon gen ob dan terutama dihasilkan oleh adiposit (jaringan adiposa putih) bersamaan dengan berbagai sitokin lainnya.8 Leptin merupakan polipeptida non glikosilasi 16 kD yang terdiri dari 167 asam amino dengan nilai normal dalam darah berkisar antara 1,2-9,5 ng/mL pada pria dan 4,1-25,0 ng/mL pada wanita. Leptin mengatur pengendalian berat badan melalui reseptor kognitif di hipotalamus. Leptin dapat juga diekspresikan dalam jumlah sedikit di jaringan-jaringan lainnya seperti plasenta dan saluran cerna.

Auwerx dan Steals 1998 Hidetoshi et al. (2009) mengemukakan bahwa struktur leptin berisi empat α-heliks anti paralel yang saling tersambung yang sangat mirip dengan anggota sitokin-sitokin heliks rantai panjang seperti


(27)

interleukin-6 (IL-6), IL-11, IL-12, granulocyte colony stimulating factor (G-CSF) dan yang lainnya.

Muoio et al. (2002) menyatakan bahwa leptin meregulasi berat badan dengan cara menginhibisi masukan makanan dan menstimulasi konsumsi energi. Leptin juga telah dikenal sebagai faktor kunci dalam meregulasi banyak respon biologis termasuk tekanan darah, hematopoiesis, fungsi neuroendokrin, angiogenesis, pembentukan tulang, dan reproduksi. Reseptor leptin terutama diekspresikan di hipotalamus, tetapi juga diekspresikan di jaringan-jaringan lain seperti keratinosit, fibroblas, sel-sel endotel, dan sel-sel mononuklear darah perifer.

1,21

Terdapat banyak bukti bahwa leptin memiliki efek sistemik selain berhubungan dengan homeostatis energi, termasuk regulasi neuroendokrin, reproduksi, hematopoietik, dan fungsi imun.

22-25

26

Leptin mempunyai peranan penting dalam inflamasi dan dalam imunoregulasi. Menurut Otero et al. (2005) leptin mengaktivasi sel-sel monosit/makrofag dan mempotensiasi produksi sitokin-sitokin proinflamasi, tumor necrosis factor alpha (TNF-α), interleukin (IL)-6, dan mengarahkan diferensiasi sel T menjadi fenotip Th1, mengekspresikan interferon gamma (IFN)-ᵧ dan IL-2. Menurut Gabay et al. (2001) leptin menunjukkan bahan-bahan anti inflamasi tertentu dengan cara melepaskan antagonis reseptor IL-1. Oleh karena itu leptin telah diimplikasikan dalam patogenesis kondisi inflamasi autoimun seperti chronic bowel disease dan artritis rematoid. Penelitian yang dilakukan Bernotiene et al. (2006) dan Murad et al. (2003) menunjukkan bahwa leptin menstimulasi proliferasi keratinosit,


(28)

mengekspresikan molekul-molekul adhesi dan meningkatkan angiogenesis serta pertumbuhan sel-sel endotel . Oleh karena itu tampak adanya hubungan yang erat antara imunopatogenesis psoriasis dan efek proliferasi dan imunologi leptin.

Hal yang penting dari banyak sitokin adalah perlindungan terhadap adanya apoptosis sel-sel. Berdasarkan penelitian terdahulu telah ditemukan bahwa leptin meningkatkan viabilitas dan melemahkan apoptosis berbagai tipe sel seperti osteoblas, sel-sel 13actor13ic, dan sel-sel islet. Terlebih lagi, pada temuan terbaru tampak bahwa leptin menginhibisi apoptosis yang diinduksi stress dari limfosit T in vivo. Penelitian ini menguji efek leptin dalam kelangsungan hidup monosit dan apakah efek ini terjadi berdasarkan kerja anti apoptosis dari leptin. Tampak bahwa leptin meningkatkan survival yang bergantung dosis dari monosit darah. Leptin meningkatkan efek survival ini dengan cara mencegah apoptosis sel-sel monosit melalui aktivasi MAPK. Hal ini sesuai dengan peran jalur p42/44 MAPK yang telah dikenali dalam respon imun secara umum, dan sinyal anti apoptosis monosit khususnya. Data-data tersebut mendukung hipotesis adanya peran leptin sebagai 13actor trofik penting terhadap monosit darah.

1,27,28

Telah dihipotesiskan bahwa rendahnya konsentrasi leptin serum dapat meningkatkan kerentanan terhadap infeksi dengan cara menurunkan priming sel T helper (Th) dan mempengaruhi fungsi timus. Sebaliknya efek dari peningkatan Th1 oleh leptin berhubungan dengan peningkatan kerentanan untuk mengalami penyakit autoimun.

2


(29)

Penelitian yang dilakukan oleh Cerman et al. (2008) dan Wang et al. (2008) menunjukkan adanya peranan leptin dalam patogenesis psoriasis vulgaris akan tetapi perannya dalam keparahan penyakit masih memerlukan penelitian lebih lanjut.

Beberapa penelitian telah mempelajari efek leptin terhadap respon imun dibawa dan didapat. Pada imunitas dibawa leptin meningkatkan fungsi fagositik makrofag/monosit tikus melalui aktivasi fosfolipase. Terhadap makrofag leptin juga meningkatkan sekresi sitokin proinflamasi seperti tumor necrosis factor-α (TNF-α) (awal), interleukin 6 (IL-6) (lanjut), dan IL-12. Efek fasilitasi dari leptin terhadap fungsi makrofag/monosit telah dikonfirmasi pada manusia. Tampak bahwa leptin dapat menstimulasi proliferasi monosit sirkulasi manusia in vitro dan dapat meningkatkan ekspresi penanda-penanda aktivasi termasuk

CD38, CD69, CD25 (rantai α reseptor IL-2) dan CSD71 (reseptor transferin).

21

Pada sel-sel polimorfonuklear individu sehat leptin menstimulasi produksi reactive oxygen species (ROS) dan kemotaksis melalui mekanisme yang masih kontroversial dan dapat atau tidak dapat berinteraksi dengan monosit.

21

Kemudian di dalam sel-sel natural killer leptin berperan dalam perkembangan, diferensiasi, proliferasi, aktivasi, dan sitotoksisitas melalui efek yang diperantarai oleh posforilasi signal transducers and activator of transcription-3 (STAT-3) dan peningkatan ekspresi gen untuk perforin dan IL-2.

21


(30)

Dalam imunitas didapat leptin mempunyai efek pleiotropik yang kemungkinan menunjukkan peningkatan kemampuan sistem imun memberikan respon yang luas terhadap struktur molekular yang berbeda melalui pengenalan terbatas dari kompleks peptida/major histocompatibility complex (MHC).21

2.3 Psoriasis Vulgaris dan Leptin

Psoriasis vulgaris adalah kelainan kulit inflamasi kronis yang diperantarai oleh elemen-elemen sistem imun dibawa dan didapat. Sel T hampir selalu terlibat saat dimulainya lesi psoriasis. Sel T yang terakivasi pada taut dermal epidermal dianggap mendorong respon proliferasi hiperplastik melalui kumpulan sitokin-sitokin Th1 termasuk tumor necrosis factor (TNF)-α, interferon-ᵧ dan berbagai interleukin (IL).

Leptin merupakan salah satu sitokin utama yang dihasilkan oleh adiposa dan telah diteliti perannya dalam mengendalikan homeostatis energi melalui regulasi nafsu makan. Leptin juga penting untuk imunitas yang diperantarai sel. Defisiensi leptin kongenital pada manusia mengakibatkan rendahnya frekuensi sel T CD4+ darah dan juga proliferasi sel T yang rusak serta produksi sitokin-sitokin seperti interferon (IFN)-ᵧ. Leptin tampak berperan terhadap T helper (Th)1 dan menekan respon imun Th2. In vitro leptin bekerja pada sel T naif, yaitu meningkatkan sekresi IL-2 dan proliferasi dan juga meningkatkan produksi IFN-ᵧ oleh sel T memori. Oleh karena itu level leptin yang meningkat dapat mengakibatkan peningkatan respon imun tipe Th1 akibat berkurangnya aktivitas sel T regulator.

6


(31)

Leptin berperan penting dalam proses inflamasi yang melibatkan sel T dan dapat memodulasi aktivitas sel T-helper dalam respon imun selular. Oleh karena itu leptin mempunyai peran dalam inflamasi yaitu mengaktivasi monosit dan makrofag, meningkatkan sitokin-sitokin proinflamasi, serta mengarahkan diferensiasi sel T menjadi fenotipe Th1 dan mengekspresikan INF-ᵞ dan IL-2. Leptin juga dapat menstimulasi proliferasi keratinosit, ekspresi molekul-molekul adhesi dan angiogenesis dan juga pertumbuhan sel-sel endotel. Pada psoriasis, respon imun efektor berkembang disebabkan antigen kulit yang tidak diketahui dan aktivasi sel T terutama berupa pola sitokin tipe 1. Produksi IFN-ᵞ menginduksi aktivasi keratinosit dan dan sel-sel endotel serta menginduksi produksi sitokin-sitokin proinflamasi (IL-1, TNF-α) dan kemokin-kemokin (IL-8). TNF-α, sitokin-sitokin lain seperti IL-6 dan growth factor terlibat dalam patogenesis psoriasis dan mekanisme hiperproliferasi. Level serum dari bahan-bahan tersebut dapat berhubungan dengan aktivitas penyakit.

Oleh karena psoriasis merupakan suatu penyakit inflamasi yang diperantarai imun dan ditandai dengan adanya hiperproliferasi keratinosit dan infiltrasi limfosit T maka leptin dapat menghubungkan antara fungsi sel T dan inflamasi pada psoriasis.

6,32-34


(32)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan suatu studi deskriptif rancangan potong lintang (cross sectional).

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

3.2.1. Penelitian dilakukan mulai bulan Februari hingga April 2013, bertempat di Poliklinik Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP.H.Adam Malik Medan.

3.2.2. Pengambilan sampel dan pemeriksaan sampel dilakukan Laboratorium Klinik Prodia Jl. S. Parman no. 17/223 Medan.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1 Populasi target

Pasien-pasien yang menderita psoriasis vulgaris. 3.3.2 Populasi terjangkau

Pasien-pasien yang menderita psoriasis vulgaris yang berobat ke Poliklinik Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP. H. Adam Malik Medan mulai bulan Februari 2013 hingga bulan April 2013.


(33)

3.3.3 Sampel Penelitian

Sampel penelitian terdiri dari kelompok psoriasis vulgaris yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

3.4 Besar Sampel

Untuk menghitung besar sampel maka digunakan rumus berikut:35 Rumus : n = Jumlah sampel = Zα2

d x P x Q

n =

2

1.962 0.10

x 0.04 x 0.96

2

= 15 orang = 14.75

Keterangan : Z = deviat baku alfa

P = proporsi kategori variabel yang diteliti Nilai P diambil dari kepustakaan no. 12

Q = 1 – P d = presisi

Berdasarkan perhitungan, maka besar sampel minimal sebanyak 15 orang. Dalam penelitian ini jumlah sampel pasien psoriasis vulgaris yang diikutsertakan sebanyak 25 orang.


(34)

3.5 Cara Pengambilan Sampel Penelitian

Sampel penelitian diambil dengan cara consecutive sampling.

3.6 Kriteria Inklusi dan Kriteria Eksklusi

3.7.1. Kriteria Inklusi

1. Pasien yang didiagnosis secara anamnesis dan klinis sebagai psoriasis vulgaris

2. Berusia 15-60 tahun

3. Bersedia ikut serta dalam penelitian dengan menandatangani informed consent

3.7.2. Kriteria Eksklusi

1. Pasien psoriasis yang sedang hamil atau menyusui.

2. Menggunakan obat-obatan untuk mengobati psoriasis; obat topikal (kortikosteroid, vitamin D3 dan analog, antralin/ditranol, coal tar, tazaroten, inhibitor kalsineurin, emolien) minimal 2 minggu sebelum dilakukan penelitian dan obat sistemik (metotreksat, asitretin, siklosporin A, ester asam fumarat, sulfasalazin, steroid sistemik, mofetil mikofenolat, 6-tioguanin, hidroksiurea) minimal 6 minggu sebelum dilakukan penelitian.

3. Subyek dengan penyakit autoimun lainnya; chronic bowel disease, artritis rematoid, lupus eritematosus sistemik, sklerosis sistemik, sklerosis multipel, penyakit


(35)

3.7 Alat, Bahan, dan Cara Kerja

3.7.1 Alat dan bahan

1. Pipa meteran tinggi badan 2. Timbangan berat badan 3. Spuit 5 cc

4. Torniquet 5. Kapas 6. Plester

7. Povidone iodine 8. Alkohol 70 %

9. Tabung berisi antikoagulan heparin/EDTA 10. Human Leptin Elisa Kit-EZHL-80Sk

3.7.2 Cara kerja

1. Pencatatan data dasar

a. Pencatatan data dasar dilakukan oleh peneliti di Poliklinik Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP H. Adam Malik Medan.

b. Pencatatan data dasar meliputi identitas pasien, anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan dermatologis, pemeriksaan penunjang yang meliputi pemeriksaan fenomena tetesan lilin dan tanda Auspitz sesuai formulir catatan medis terlampir. c. Pengukuran tinggi badan dan berat badan dilakukan


(36)

d. Diagnosis klinis ditegakkan oleh peneliti bersama dengan pembimbing di Poliklinik Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP H. Adam Malik Medan. 2. Menentukan derajat keparahan psoriasis vulgaris

menggunakan Psoriasis Area and Severity Index (PASI). Cara menentukan skor PASI :

a. Intensitas: Area psoriasis yang representatif dipilih untuk setiap bagian tubuh. Intensitas kemerahan, ketebalan, dan skuama psoriasis dinilai menjadi tidak ada (0), ringan (1), sedang (2), berat (3), sangat berat (4)

b. Ketiga skor intensitas ditambahkan untuk setiap bagian tubuh untuk menghasilkan subtotal A1, A2, A3, A4. Setiap subtotal dikalikan dengan area permukaan tubuh yang ditunjukkan oleh regio

 A1 x 0,1  B1

 A2 x 0,2  B2

 A3 x 0,3  B3

 A4 x 0,4  B4

c. Persentase area yang terkena psoriasis dinilai pada empat regio tubuh, area tersebut diekspresikan sebagai nol (0), 1-9% (1), 10-29% (2), 30-49% (3), 50-69% (4), 70-89% (5), atau 90-100% (6).


(37)

 Lengan

 Badan

 Tungkai

d. Setiap skor area tubuh dikalikan dengan area yang terkena

 B1 x (0-6) = C1

 B2 x (0-6) = C2

 B3 x (0-6) = C3

 B4 x (0-6) = C4

e. Skor PASI diperoleh dengan menjumlahkan C1+C2+C3+C4. Derajat keparahan psoriasis digolongkan sebagai berikut:

 Ringan : 0-7

 Sedang : 8-12

 Berat : >12

3. Pengambilan sampel darah dan pemeriksaan sampel a. Pengambilan sampel darah dilakukan di laboratorium

Klinik Prodia Medan.

b. Pemeriksaan sampel dilakukan di Laboratorium Klinik Prodia Medan.

4. Cara pengambilan darah

-Darah diambil secara punksi vena pada vena mediana cubiti, di lipatan siku


(38)

- Torniquet diikatkan diatas lipatan siku, kemudian tangan dikepal

-Pada daerah yang akan dipunksi dilakukan desinfeksi dengan larutan povidon iodine 10%dan alkohol 70 %. -Tusukkan jarum dengan sudut 450

-Ambil darah sebanyak 5 cc kemudian genggaman dilepaskan

terhadap permukaan lengan

-Lepaskan tourniquet dan daerah punksi ditekan dengan kapas beralkohol 70%

-Daerah punksi ditutup dengan plester

-Darah dimasukkan kedalam tabung berisi antikoagulan dan segera dibawa ke Laboratorium Klinik Prodia.

5. Pengukuran kadar leptin serum

Dilakukan di Laboratorium Klinik Prodia Medan dengan menggunakan Human leptin Elisa kit-EZHL-80SK.

3.8 Definisi Operasional

1. Psoriasis vulgaris :

Psoriasis vulgaris adalah penyakit kulit inflamasi kronis yang ditandai dengan perubahan growth factor dan diferensiasi epidermal disertai dengan abnormalitas multipel biokimia,


(39)

imunologi, dan vaskular. Diagnosis berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan klinis Pada pemeriksaan klinis tampak :

lesi berupa plak merah dengan permukaan ditutupi skuama putih keperakan dengan distribusi yang cenderung simetris pada bagian ekstensor ektremitas terutama lutut dan siku, tepi kulit kepala, bokong, dan genitalia disertai hasil pemeriksaan tanda Auspitz dan fenomena tetesan lilin positif.

a. Pemeriksaan fenomena tetesan lilin :

Dilakukan penggoresan pada lesi dengan skuama yang utuh dengan menggunakan pinggir kaca objek secara perlahan. Intepretasi positif apabila terjadi perubahan warna menjadi lebih putih seperti goresan pada tetesan lilin.

b. Tanda Auspitz :

Dilakukan pengerokan secara perlahan pada skuama dengan menggunakan kaca objek sampai skuama terlepas seluruhnya dan tampak bintik-bintik darah pada lesi. 2. Leptin :

Merupakan hormon yang disintesis dan disekresikan oleh adiposit. Merupakan polipeptida non glikosilasi 16 kD yang terdiri dari 167 asam amino dan berperan dalam inflamasi dan imunoregulasi.


(40)

3. Skor psoriasis area and severity index (PASI) :

Merupakan salah satu metode yang digunakan untuk menilai derajat keparahan psoriasis berdasarkan eritema, ketebalan lesi, skuama, area dan luas area tubuh yang terlibat.

4. ELISA:

ELISA adalah singkatan dari Enzyme Linked Immunosorbent Assay yaitu suatu metoda yang berguna untuk mengukur material di dalam larutan seperti serum. Prinsip dasarnya ialah menggunakan enzim untuk mendeteksi ikatan antigen dan antibodi.

5. Usia :

36

Usia saat pengambilan sampel dihitung dari tanggal lahir, bila lebih dari 6 bulan dibulatkan ke atas, dan bila kurang dari 6 bulan dibulatkan ke bawah.

6. Chronic bowel disease:

Merupakan penyakit inflamasi kronis pada saluran cerna yang ditandai dengan adanya ulserasi rekuren kronik dengan gejala diare dan nyeri abdomen. Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan kolonoskopi, biopsi, dan CT scan.

7. Artritis rematoid:

Merupakan penyakit autoimun yang kronik dan progresif, ditandai dengan adanya pembengkakan dan nyeri pada sendi,


(41)

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan X-Ray dan imunologis.

8. Lupus eritematosus sistemik:

Merupakan suatu penyakit autoimun sistemik yang dapat mengenai seluruh bagian tubuh. Diagnosis ditegakkan dengan menggunakan kriteria American College of Rheumatology.

9. Sklerosis sistemik:

Merupakan suatu penyakit jaringan ikat sistemik yang ditandai dengan adanya gangguan vasomotor, atrofi kulit, jaringan subkutan, otot, dan organ dalam (paru-paru, jantung, jantung, ginjal dan susunan syaraf pusat) serta ganguan imunologik. Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan histopatologi.

10.Sklerosis multipel:

Merupakan penyakit inflamasi akibat demielinisasi susunan syaraf pusat yang ditandai dengan kelemahan satu atau lebih anggota gerak, optik neuritis serta gejala sensoris. Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan laboratorium, dan radiologi.

11.Penyakit Graves:

Merupakan suatu jenis penyakit hipertiroid yang ditandai dengan iritabilitas, fatigue atau kelemahan otot, intoleransi terhadap panas, gangguan tidur, tremor, diare, denyut jantung


(42)

pembesaran kelenjar tiroid. Diagnosis berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan laboratorium.

12. Penyakit Addisons:

Merupakan kelainan endokrin kronis akibat gangguan pada kelenjar adrenal dan ditandai dengan fatigue, kelemahan otot, demam, penurunan berat badan, mual, muntah, diare, nyeri otot dan sendi, hipotensi ortostatik. Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan laboratorium.

13.Tiroiditis Hashimoto:

Merupakan suatu penyakit tiroid autoimun yang ditandai dengan peningkatan berat badan, depresi, mania, sensitivitas terhadap panas dan dingin, parasthesia, fatigue, bradikardi, takikardi, kolesterol tinggi, konstipasi, kelemahan otot, infertilitas serta gangguan memori. Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan laboratorium.

14. Hamil:

Merupakan periode yang dialami seorang wanita sejak terjadinya konsepsi menghasilkan embrio yang berkembang menjadi fetus di dalam uterus.

15. Menyusui:

Merupakan proses sekresi kelenjar mammae ibu setelah melahirkan bayi.


(43)

16. Kortikosteroid:

Analog sintetis dari hormon steroid yang disekresikan oleh aksis hypothalamic anterior pituitary adrenocortical.

17. Analog vitamin D:

Obat yang bekerja dengan cara meregulasi pertumbuhan dan diferensiasi sel, fungsi imun, serta metabolisme kalsium dan fosfor.

18. Antralin (ditranol):

Merupakan derivat anthracene yang tersedia dalam bentum krim, salap, dan pasta.

19. Coal tar:

Tar merupakan produk hasil distilasi kering dari bahan organik yang dipanaskan tanpa oksigen.

20.Tazaroten:

Merupakan retinoid generasi ketiga yang dapat mengurangi ketebalan skuama dan plak.

21. Inhibitor kalsineurin topikal:

Merupakan antibiotik makrolida yang dapat menginhibisi kalsineurin sehingga menghambat transduksi sinyal limfosit T dan transkripsi IL-2.

22. Emolien:

Merupakan campuran yang kompleks dari bahan-bahan kimia yang berguna untuk meningkatkan hidrasi kulit.


(44)

23. Metotreksat:

Merupakan analog asam folat yang menghambat dihidrofolat reduktase sehingga terjadi inhibisi sintesis purin dan pirimidin. 24. Asitretin:

Merupakan retinoid sistemik generasi kedua dengan kerja berikatan dengan reseptor asam retinoat.

25.Siklosporin A:

Merupakan neutral cyclic undecapeptida yang berasal dari fungi.

26.Ester asam fumarat:

Merupakan bahan kimia yang terdiri dari isomer asam dikarboksilat tak jenuh yang bekerja menghambat translokasi NF-ƙβ.

27.Mofetil mikofenolat:

Merupakan prodrug dari asam mikofenolat yang merupakan inhibitor reversibel dari inosin monofosfatase dehidrogenase. 28. 6-tioguanin:

Merupakan analog purin atau derivat guanin yang mempunyai kerja sebagai antimetabolit.

29. Hidroksiurea:

Merupakan antimetabolit CH4N2O2 yang menekan produksi


(45)

3.9 Kerangka Operasional

Gambar 3.1 Diagram Kerangka Operasional Penelitian

3.10 Pengolahan Data

Data yang terkumpul kemudian diolah dan selanjutnya dinyatakan dalam tabel distribusi frekuensi. Profil kadar leptin serum pada pasien psoriasis vulgaris derajat ringan, sedang, dan berat ditampilkan dengan menggunakan diagram batang.

3.11 Ethical Clearance

Penelitian ini dilakukan setelah memperoleh ethical clearance dari Komite Etik Penelitian Kesehatan Universitas Sumatera Utara

Pasien psoriasis (sampel)

Derajat keparahan (ringan, sedang, berat)

Kadar leptin serum


(46)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada penelitian ini telah dilakukan pemeriksaan kadar leptin serum terhadap 25 orang subyek psoriasis vulgaris dengan berbagai skor PASI yang dimulai dari bulan Februari 2013 hingga bulan April 2013. Semua subyek penelitian telah menjalani anamnesis, pemeriksaan fisik, pengukuran nilai skor PASI, dan selanjutnya telah diambil sampel darah dari 25 orang subyek penelitian.

4.1 Karakteristik Subyek Penelitian

Karakteristik subyek pada penelitian ini ditampilkan berdasarkan distribusi jenis kelamin dan kelompok usia.

Distribusi subyek penelitian berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 4.1

Tabel 4.1. Karakteristik Subyek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis kelamin Subyek penelitian

n %

Laki-laki 17 68

Perempuan 8 32

Total 25 100


(47)

perempuan. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah pasien psoriasis vulgaris berjenis kelamin laki-laki lebih banyak dari perempuan.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sinniah (2010) menyatakan bahwa dari total keseluruhan 5607 pasien yang diperiksa selama tiga tahun didapati 9,5% menderita psoriasis dimana penyakit ini lebih banyak diderita oleh laki-laki (11,6%) daripada perempuan (7,2%).

Chang YT et al. (2009) melaporkan prevalensi psoriasis di Taiwan sebesar 0,23% pada pria dan 0,16% pada wanita (odds ratio=1,26, p<0,0001).

37

Dogra (2010) melaporkan insidensi psoriasis diantara keseluruhan pasien kulit berkisar antara 0,44 hingga 2,2% dengan insidensi keseluruhan 1,02%. Perbandingan antara pria dan wanita adalah 2,46:1.

38

39

Tabel 4. 2 Karakteristik Pasien Psoriasis Vulgaris Derajat Ringan, Sedang dan Berat Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis kelamin

Psoriasis Vulgaris

Ringan Sedang Berat

n % n % n %

Laki-laki Perempuan 6 3 66,67 33,33 3 1 75 25 8 4 66,67 33,33

Total 9 100 4 100 12 100

Berdasarkan tabel 4.2 tampak bahwa dari keseluruhan 9 orang pasien psoriasis vulgaris derajat ringan sebanyak 6 orang (66,67%) adalah


(48)

orang subyek pasien psoriasis vulgaris derajat ringan sebanyak 3 orang (60%) adalah laki-laki dan 2 orang (40%) adalah perempuan. Dari keseluruhan 12 orang pasien psoriasis derjat berat sebanyak 8 orang (66,67%) adalah laki-laki dan 4 orang (33,33%) adalah perempuan. Hal ini menunjukkan bahwa pasien psoriasis vulgaris derajat ringan, sedang, dan derajat berat paling banyak berjenis kelamin laki-laki.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Mabuchi et al. (2006) terhadap 102 orang pasien psoriasis vulgaris tidak terdapat perbedaan skor PASI yang signifikan diantara laki-laki dan perempuan.40

Tabel 4.3. Karakteristik Subyek Penelitian Berdasarkan Kelompok Usia

Usia Subyek penelitian

n %

15-30 3 12

31-45 10 40

46-60 12 48

Total 25 100

Berdasarkan tabel 4.3 tampak bahwa dari keseluruhan 25 orang subyek penelitian didapati jumlah terbanyak (48%) berusia antara 46-60 tahun yaitu berjumlah 12 orang.

Sinniah (2010) melaporkan pasien psoriasis terbanyak adalah pasien dalam kelompok usia 40-60 tahun (17,2%) dan jumlah lebih sedikit pada kelompok usia yang lebih muda dan kelompok usia lebih dari 60 tahun (8,1%).37


(49)

Chang YT et al. (2009) melaporkan prevalensi psoriasis meningkat lebih cepat pada pasien pria berumur 30 tahun atau lebih dan mencapai puncaknya pada pasien berumur 70 tahun atau lebih tanpa memandang jenis kelamin.

Penelitian yang dilakukan oleh Gelfand JM et al. (2005) menunjukkan bahwa prevalensi psoriasis tinggi pada usia muda dan secara perlahan meningkat pada pasien usia 30-69 tahun. Psoriasis jarang terjadi pada berusia lebih muda dari 10 tahun dengan prevalensi 0,55%.

38

41

Tabel 4.4 Karakteristik Pasien Psoriasis Vulgaris Derajat Ringan, Sedang dan Berat Berdasarkan Kelompok Usia

Usia (tahun)

Kasus

Ringan Sedang Berat

n % n % n %

15 – 30 1 11,11 0 0 2 16,66

31 – 45 5 55,56 0 0 5 41,67

46 – 60 3 33,33 4 100 5 41,67


(50)

Berdasarkan tabel 4.4 dari 9 orang pasien psoriasis vulgaris derajat ringan, subyek terbanyak berusia antara 31-45 tahun yaitu berjumlah 5 orang (55,56%). Pada pasien psoriasis vulgaris derajat sedang, seluruh subyek penelitian berusia antara 46-60 tahun yaitu berjumlah 4 orang (100%). Pada pasien psoriasis vulgaris derajat berat subyek yang berusia antara 31-45 tahun dan 46-60 tahun masing-masing berjumlah 5 orang (41,67%).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Gupta et al. (1995) terhadap 215 orang pasien psoriasis, tidak tampak adanya perbedaan derajat keparahan psoriasis yang signifikan berdasarkan usia maupun jenis kelamin.42

4.2 Profil Kadar Leptin Serum pada Berbagai Derajat Keparahan Psoriasis Vulgaris

Tabel 4.5 Distribusi Pasien Psoriasis Vulgaris Berdasarkan Derajat Keparahan

Derajat keparahan

n % Rerata

Ringan Sedang Berat

9 4 12

36 16 48

4,23 9,4 28,9


(51)

Diagram 4.1 Profil Nilai Rerata Skor PASI Pasien Psoriasis Vulgaris

Dari tabel 4.5 terlihat bahwa jumlah pasien psoriasis vulgaris derajat ringan sebanyak 9 orang (36%), derajat sedang sebanyak 4 orang (16%), dan derajat berat sebanyak 12 orang (48%).

Hasil yang berbeda tampak pada penelitian yang dilakukan oleh Al-Mutairi et al. (2010) terhadap 1835 pasien psoriasis. Dari keseluruhan subyek penelitian tersebut sebanyak 1661 pasien (92,79%) merupakan psoriasis derajat ringan hingga sedang dan sebanyak 129 pasien (7,21%) merupakan psoriasis derajat berat.4

0 5 10 15 20 25 30

Ringan Sedang Berat

Rerata ringan = 4,23 Rerata sedang = 9,4 Rerata berat = 28,9


(52)

Tabel 4.6 Kadar Leptin Serum Pasien Psoriasis Vulgaris pada Derajat Keparahan Ringan, Sedang, dan Berat

Derajat keparahan Kadar leptin serum (ng/mL) Ringan 2,55 1 2,23 5,3 60,43 1,4

29,7 31,33 18,46 Sedang 11,43 37,18 4,52 2,27

Berat 9,99 17,96 22,63 10,32 6,33

106,8 4,15 5,92 20,4 37,18 2,7 32,18

Tabel 4.7 Distribusi Nilai Rerata Kadar Leptin dalam Serum Pasien Psoriasis Vulgaris pada Derajat Keparahan Ringan, Sedang, dan Berat

Derajat keparahan n Rerata (ng/mL)

Ringan 9 16,93

Sedang 4 13,85

Berat 12 23,04

Total 25 19,37

Diagram 4.2 Profil Kadar Rerata Leptin Serum Pasien Psoriasis Vulgaris Derajat Ringan, Sedang, dan Berat

0 5 10 15 20 25

Ringan Sedang Berat

Rerata ringan =16,93 ng/mL

Rerata sedang = 13,85 ng/mL

Rerata berat = 23,04 ng/mL


(53)

Berdasarkan tabel 4.6 dan diagram 4.2 didapati kadar leptin serum tertinggi terdapat pada kelompok psoriasis derajat berat yaitu sebesar 23,04 ng/mL, kemudian diikuti dengan kadar leptin serum pada kelompok psoriasis derajat ringan yaitu 16,93 ng/mL, dan kadar leptin serum terendah pada kelompok psoriasis derajat sedang yaitu sebesar 13,85 ng/mL.

Leptin dapat mempengaruhi fungsi sel T, monosit, makrofag, sel natural killer, serta pelepasan dan ekspresi sitokin-sitokin dan mediator inflamasi, sehingga leptin dapat meningkatkan reaksi imun dan berperan dalam patogenesis penyakit psoriasis yang berhubungan dengan adanya respon inflamasi.43


(54)

KESIMPULAN DAN SARAN BAB V

5.1 Kesimpulan

1. Profil kadar leptin dalam serum pada berbagai derajat keparahan psoriasis vulgaris menunjukkan nilai tertinggi terdapat pada kelompok psoriasis vulgaris derajat berat yaitu 23,04 ng/mL, kemudian diikuti dengan kadar leptin serum pada kelompok ringan yaitu 16,93 ng/mL, dan nilai terendah terdapat pada kelompok psoriasis vulgaris derajat sedang yaitu 13,85 ng/mL. 2. Dari keseluruhan 25 orang subyek penelitian didapati jumlah

terbanyak (48%) berusia antara 45-65 tahun. Sebanyak 17 orang (68%) berjenis kelamin laki-laki dan 8 orang (32%) adalah perempuan.

3. Secara umum tampak bahwa mayoritas pasien yaitu sebanyak 12 orang (48%) menderita psoriasis vulgaris derajat berat, 9 orang (36%) menderita psoriasis vulgaris derajat ringan, dan 4 orang (16%) menderita psoriasis vulgaris derajat sedang.

5.2 Saran

1. Penelitian ini dapat dilanjutkan dengan melakukan penelitian mengenai hubungan kadar leptin serum dengan derajat keparahan psoriasis vulgaris.


(55)

2. Penelitian ini dapat dilanjutkan dengan melakukan penelitian mengenai hubungan antara kadar leptin serum dengan durasi keparahan penyakit.


(56)

DAFTAR PUSTAKA

1. Cerman AA, Bozkurt S, Sav A, Tulunay A, Elbasi MO, Ergun T. Serum leptin levels, skin leptin and leptin receptor expression in psoriasis. Bri J Dermatol. 2008;159,820-6 2. Sabat R, Phillip S, Hoflich C, Kreutzer S, Wallace E, Asadullah K, Volk HD, Sterry W,

Wolk K. Immunopathogenesis of psoriasis. Experimental Dermatology 2007;16:779-98 3. Heidenreich R, Rocken M, Ghoreschi K. Angiogenesis drives psoriasis pathogenesis. Int

J Exp Path.2009;90:232-48

4. Al-Mutairi N, Al-Farag S, Al-Mutairi A, Al-Shiltawy M. Comorbidities associated with psoriasis: an experience from the Middle East. J Dermatol. 2010;37:146-55

5. Gudjonsson JE, Elder JT. Psoriasis. Dalam: Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, editor. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. Edisi ke-7. New York. Mc Graw Hill; 2008.h. 169-93

6. Zayed AA, El Maksoud NA, Ragab HM. Serum and tissue leptin levels in relation to psoriasis vulgaris severity. J Am Sci. 2010;6(10):57-64

7. Margalet V, Romero C, Alvarez J, Goberna R, Najib S, Yanes CG. Role of leptin as an immunomodulator of blood mononuclear cells: menchanisms of action. Clin Exp Immunol. 2003; 133: 11-9

8. Fantuzzi G, Faggioni R. Leptin in the regulation of immunity, inflammation, and hematopoiesis. Journal of Leucocyte Biology 2000;68:437-43

9. Aktan S, Rota S, Erdogan BS, Ergin S, Kaptanoglu B, Bostanci M. A role of leptin in psoriasis?. Turk J Med Sci.2007;37(3):135-38

10.Gerdes S, Yazdi MR, Mrowietz U. Adipokines and psoriasis. Exp Dermatol. 2011;20:81-7

11.Lowes MA, Bowcock AM, Krueger JG. Pathogenesis and therapy of psoriasis. Nature 2007;445

12.Campalani E, Barker J. The Clinical Genetics of Psoriasis. Current Genomics 2005;6:51-60

13.Gudjonsson J, Elder JT. Psoriasis: epidemiology. Clinics in Dermatology 2007;25:535-46

14.Huang YH, Yang LC, Hui RCY, Chang YC, Yang YW, Yang CH, Chen YH, Chung WH, Kuan YZ, Chiu CS. Relationship between obesity and the clinical severity of psoriasis in Taiwan. Eur Acad Dermatol Venereol.2010; 24: 1035-39

15.Jullien D. Psoriasis physiopathology. EuroAcad Dermatol Venereol. 2006:10-23

16.Coimbra S, Oliveira H, Figueiredo A, Pereira PR. Psoriasis: Epidemiology, Clinical and Histological Features, Triggering Factors, Assessment of Severity and Psychosocial Aspects.

17.Tong KM, Shieh DC, Chen CP, Tzeng CY, Wang SP, Huang KC, Chiu YC, Fong YC, Tang CH. Leptin induces IL-8 expression via leptin receptor, IRS-1, P13K, Akt cascade and promotion of NF-ƙβ/p300 binding in human synovial fibroblasts. Elsevier Inc 2008;20:1478-88

18.Johnston A, Arnadottir S, Gujonsson JE, Aphale A, Sigmarsdottir AA, Gunnarsson SI, Steinsson JT, Elder JT, Valdimarsson H. Obesity in psoriasis: leptin and resistin as mediators of cutaneous inflammation. Bri J Dermatol. 2008;159:342-50


(57)

21.Matarese G, Leiter EH, La Cava A. leptin in autoimmunity: many questions, some answers. Blackwell Munksgaard-Tissue Antigens 2007;70:87-95

22.Hercogova J, Ricceri F, Tripo L, Lotti T, Prignano F. Psoriasis and body mass index. Dermatologic therapy 2010;23:152-4

23.Mantzoros CS. The role of leptin in human obesity and disease : a review of current evidence. Ann Intern Med. 1999;130:671-80

24.Margetic S, Gazzola C, Pegg GG, Hill RA. Leptin : a review of its peripheral actions and interactions. International Journal of Obesity 2002; 26:1407–33

25.Friedman JM, Halaas JL. Leptin and the regulation of body weight in mammals. Nature Macmillan Publishers 1998; 395: 763-70

26.Filho GP, Mastronardi C, Franco CB, Wang KB. Leptin: molecular mechanisms, systemic pro-inflammatory effects, and clinical implications. Arq Bras Endocrinol Metab.2012;56(9):597-605

27.Goldberg AC, Eliaschewitz FG, Sogayar MC, Genre J, Rizzo LV. Leptin and the immune response, an active player or an innocent bystander? New York Academy of Sciences 2009;1153:184-92

28.Poeggeler B, Schulz C, Pappolla MA, Bodo E, Tiede S, Lehnert H. Leptin and the skin: a new frontier. Exp Dermatol.2009;19:12-8

29.Fruhbeck G, Jebb SA, Prentice AM. Leptin: physiology and pathophysiology. Clin Physiol. 1998;5:399-419

30.Mantzoros CS, Moschos SJ. Leptin: in search of role(s) in human physiology and pathophysiology. Blackwell science 1998;49:551-67

31.Li J, Li F, Zhao A. Inflammation and leptin. Elsevier Ltd;2006.h.387-92

32.Bernotiene E, palmer G, Gabay C. The role of leptin in innate and adaptive immune responses. Arthritis Res Ther. 2006;8:217

33.Cao R, Brakenhielm E, Wahlestedt C. Leptin induces vascular permeability sand sinergistically stimulates angiogenesis with FGF-2 and VEGF. Proc Natl Acad Sci USA.2001;98:6390-95

34.Bouloumie A, Drexler HCA, Lafontan M. Leptin, the product of ob gene, promotes angiogenesis. Circ Res.1998;83:1059-66

35.Madiyono B, Moeslichan S, Sastroasmoro S, Budiman I, Purwanto SH. Perkiraan Besar Sampel. Dalam: Sastoasmoro S, Ismael S. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi ke-2. Sagung Seto;2006. h.259-86

36.Loon AM, Heessen FW, Logt JT, Veen J. Direct enzyme-linked immunosorbent assay that uses peroxidase-labeled antigen for determination of immunoglobulin M antibody to cytomegalovirus. J Clin Microbiol.1981; 13(3): 416-22

37.Sinniah B, Devi S, Prashant D. Epidemiology of Psoriasis in Malaysia: A Hospital Based Study.Med J Malaysia.2010;65(2):112-14

38.Chang Y, Chen T, Liu P, Chen Y, Chen Y, Huang Y. Epidemiological Study of Psoriasis in the National Health Insurance Database in Taiwan. Acta Derm Venereol. 2009; 89: 262-66

39.Dogra S, Yadav S. Psoriasis in India: Prevalence and pattern. Indian J Dermatol Venereol Leprol. 2010; 76: 595-601

40.Mabuchi T, Yamaoka H, Kojima T et al. Psoriasis affects patient quality of life more seriously in female than male in Japan. Tokai J Exp Clin Med. 2012;37(3):84-8

41.Gelfand JM, Weistein R, Porter SB, Neimann AL, Berlin JA Margolis DJ. Prevalence and Treatment of Psoriasis in the United Kingdom. Arch Dermatol 2005. 141-53


(58)

LAMPIRAN 1.

NASKAH PENJELASAN KEPADA PASIEN / ORANGTUA / KELUARGA PASIEN

Selamat pagi/siang.

Perkenalkan nama saya dr. Herlin Novita Pane. Saat ini saya sedang menjalani Program Pendidikan Dokter Spesialis di Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Untuk memenuhi salah satu persyaratan menyelesaikan Program Magister Kedokteran Klinik dengan konsentrasi pada Spesialis Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang sedang saya jalani, saya melakukan penelitian dengan judul “ Profil kadar leptin serum pada berbagai derajat keparahan pasien psoriasis vulgaris di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan”.

Tujuan penelitian saya adalah untuk mengetahui profil kadar leptin serum dalam berbagai derajat keparahan psoriasis vulgaris. Leptin adalah hormon yang disintesis dan disekresikan oleh adiposit. Adapun manfaat dari penelitiaan ini adalah untuk membuka wawasan mengenai patofisiologi psoriasis vulgaris, terutama mengenai peranan leptin serum dalam patofisiologi psoriasis sehingga dapat menjadi landasan teori bagi penelitian selanjutnya dalam hal evaluasi kadar leptin dalam serum pasien sehingga dapat mengetahui keparahan psoriasis vulgaris.

Psoriasis adalah penyakit kulit inflamasi kronik yang dipicu oleh sistem imun seluler yang teraktivasi dengan lesi klasik yang khas berupa plak merah meninggi dan berbatas tegas dengan permukaan berskuama putih.

Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh leptin terhadap timbul dan bertambah beratnya psoriasis, salah satunya adalah dengan melakukan pengkajian terhadap luasnya lesi psoriasis dengan menggunakan metode PASI kemudian menghubungkan hasilnya dengan nilai yang diperoleh dari hasil pengambilan darah untuk mengukur kadar leptin.

Jika Bapak/Ibu/Kakak/Adik/Saudara/i bersedia untuk ikut serta dalam penelitian ini, maka saya akan melakukan tanya jawab terhadap Bapak/Ibu/Kakak/Adik/Saudara/i untuk mengetahui identitas pribadi secara lebih lengkap, melakukan pemeriksaan badan untuk menilai derajat keparahan psoriasis, serta pengambilan darah dari pembuluh darah balik lengan bawah. Pengambilan darah akan dilakukan dalam keadaan yang bebas kuman menggunakan jarum suntik 5 ml. Pengambilan darah ini akan menimbulkan sedikit rasa sakit namun diharapkan tidak akan menimbulkan akibat yang membahayakan jiwa. Jika Bapak/Ibu/Kakak/Adik/Saudara/i mengeluh adanya lebam, bercak-bercak atau pembengkakan berwarna merah yang terasa gatal atau nyeri, pusing (sakit kepala), demam, lemas (perasaan ingin pingsan), atau perdarahan yang tidak berhenti pada lokasi pengambilan darah, maka Bapak/Ibu/Kakak/Adik/Saudara/i dapat segera menghubungi saya melalui telepon di 08126023101 atau di alamat : Villa Setiabudi Garden B-04 Medan, atau pergi ke rumah sakit terdekat dengan terlebih dahulu menghubungi saya.


(59)

biaya apapun dalam penelitian ini. Kerahasiaan mengenai penyakit yang diderita peserta penelitian akan dijamin.

Keikutsertaan Ibu/Kakak/Adik/Saudari dalam penelitian ini adalah bersifat sukarela. Bila tidak bersedia, Ibu/Kakak/Adik/Saudari berhak untuk menolak (menolak anaknya) diikutsertakan dalam penelitian ini. Jika /Ibu/Kakak/Adik/Saudari bersedia dan menyetujui pemeriksaan ini, mohon untuk menandatangani formulir persetujuan ikut serta dalam penelitian.

Jika Ibu/Kakak/Adik/Saudari masih memerlukan penjelasan lebih lanjut dapat menghubungi saya.


(60)

LAMPIRAN 1.

NASKAH PENJELASAN KEPADA PASIEN / ORANGTUA / KELUARGA PASIEN

Selamat pagi/siang.

Perkenalkan nama saya dr. Herlin Novita Pane. Saat ini saya sedang menjalani Program Pendidikan Dokter Spesialis di Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Untuk memenuhi salah satu persyaratan menyelesaikan Program Magister Kedokteran Klinik dengan konsentrasi pada Spesialis Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang sedang saya jalani, saya melakukan penelitian dengan judul “ Profil kadar leptin serum pada berbagai derajat keparahan pasien psoriasis vulgaris di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan”.

Tujuan penelitian saya adalah untuk mengetahui profil kadar leptin serum dalam berbagai derajat keparahan psoriasis vulgaris. Leptin adalah hormon yang disintesis dan disekresikan oleh adiposit. Adapun manfaat dari penelitiaan ini adalah untuk membuka wawasan mengenai patofisiologi psoriasis vulgaris, terutama mengenai peranan leptin serum dalam patofisiologi psoriasis sehingga dapat menjadi landasan teori bagi penelitian selanjutnya dalam hal evaluasi kadar leptin dalam serum pasien sehingga dapat mengetahui keparahan psoriasis vulgaris.

Psoriasis adalah penyakit kulit inflamasi kronik yang dipicu oleh sistem imun seluler yang teraktivasi dengan lesi klasik yang khas berupa plak merah meninggi dan berbatas tegas dengan permukaan berskuama putih.

Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh leptin terhadap timbul dan bertambah beratnya psoriasis, salah satunya adalah dengan melakukan pengkajian terhadap luasnya lesi psoriasis dengan menggunakan metode PASI kemudian menghubungkan hasilnya dengan nilai yang diperoleh dari hasil pengambilan darah untuk mengukur kadar leptin.

Jika Bapak/Ibu/Kakak/Adik/Saudara/i bersedia untuk ikut serta dalam penelitian ini, maka saya akan melakukan tanya jawab terhadap Bapak/Ibu/Kakak/Adik/Saudara/i untuk mengetahui identitas pribadi secara lebih lengkap, melakukan pemeriksaan badan untuk menilai derajat keparahan psoriasis, serta pengambilan darah dari pembuluh darah balik lengan bawah. Pengambilan darah akan dilakukan dalam keadaan yang bebas kuman menggunakan jarum suntik 5 ml. Pengambilan darah ini akan menimbulkan sedikit rasa sakit namun diharapkan tidak akan menimbulkan akibat yang membahayakan jiwa. Jika Bapak/Ibu/Kakak/Adik/Saudara/i mengeluh adanya lebam, bercak-bercak atau pembengkakan berwarna merah yang terasa gatal atau nyeri, pusing (sakit kepala), demam, lemas (perasaan ingin pingsan), atau perdarahan yang tidak berhenti pada lokasi pengambilan darah, maka Bapak/Ibu/Kakak/Adik/Saudara/i dapat segera menghubungi saya melalui telepon di 08126023101 atau di alamat : Villa Setiabudi Garden B-04 Medan, atau pergi ke rumah sakit terdekat dengan terlebih dahulu menghubungi saya.


(61)

biaya apapun dalam penelitian ini. Kerahasiaan mengenai penyakit yang diderita peserta penelitian akan dijamin.

Keikutsertaan Ibu/Kakak/Adik/Saudari dalam penelitian ini adalah bersifat sukarela. Bila tidak bersedia, Ibu/Kakak/Adik/Saudari berhak untuk menolak (menolak anaknya) diikutsertakan dalam penelitian ini. Jika /Ibu/Kakak/Adik/Saudari bersedia dan menyetujui pemeriksaan ini, mohon untuk menandatangani formulir persetujuan ikut serta dalam penelitian.

Jika Ibu/Kakak/Adik/Saudari masih memerlukan penjelasan lebih lanjut dapat menghubungi saya.


(62)

LAMPIRAN 2.

PERSETUJUAN IKUT SERTA DALAM PENELITIAN

Setelah mendapat penjelasan, saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : ………

Jenis kelamin* : Laki-laki / perempuan

Umur : ………

Alamat : ………..…………,

selaku orang tua/keluarga dari* :

Nama : ………

Jenis kelamin* : Laki-laki / perempuan

Umur : ………

Alamat : ………

dengan ini menyatakan secara sukarela SETUJU untuk ikut serta dalam penelitian dan mengikuti berbagai prosedur pemeriksaan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Demikianlah surat

pernyataan persetujuan ini dibuat dengan sebenarnya dalam keadaan sadar tanpa adanya paksaan dari siapapun.

Medan, 2013 Dokter pemeriksa

(dr. Herlin Novita Pane)

Yang menyetujui

( )


(63)

LAMPIRAN 3.

STATUS PENELITIAN

Tanggal pemeriksaan : Nomor urut penelitian : Nomor catatan medik :

Nama :

IDENTITAS

Alamat :

Telp. :

Tempat tanggal lahir (hari, bulan, tahun) :

Jenis kelamin : 1. Laki-laki 2. Perempuan

Bangsa/Suku : 1. Batak 2. Jawa 3. Melayu

4. Minangkabau 5. Tionghoa 6. Lainnya

Agama : 1. Islam 2. Kristen Protestan 3. Kristen Katolik 4. Hindu 5. Budha

Pendidikan : 1. Belum sekolah

2. SD / sederajat 3. SMP / sederajat 4. SMA / sederajat 5. Perguruan tinggi

Pekerjaan : 1. Pegawai Negeri Sipil / TNI / Polri 2. Pegawai swasta

3. Wiraswasta 4. Tidak bekerja

Status pernikahan : 1. Sudah menikah 2. Belum menikah

Keluhan utama :

ANAMNESIS

Riwayat perjalanan penyakit : Riwayat penyakit keluarga : Riwayat penyakit terdahulu :

PEMERIKSAAN FISIK • Tinggi badan : Status antropomentri


(64)

Status generalisata

Keadaan umum :

• Kesadaran :

• Gizi :

• Tekanan darah : • Frekuensi nadi :

• Suhu :

• Frekuensi pernafasan : Keadaan Spesifik :

• Kepala :

• Leher :

• Toraks :

• Abdomen :

• Genitalia :

• Ekstremitas :

• Lokalisasi :

Status dermatologikus

• Efloresensi : • Pemeriksaan lain :

- Tanda Auspitz :

- Fenomena tetesan lilin :

Pemeriksaan kadar leptin dalam serum

PEMERIKSAAN LABORATORIUM • Nilai :

DIAGNOSIS BANDING :

DIAGNOSIS KERJA :

PENATALAKSANAAN :

PROGNOSIS

• Quo ad vitam :

• Quo ad functionam : • Quo ad sanactionam :


(65)

LAMPIRAN 4.

Lembar Penilaian

Psoriasis Area and Severity Index

(PASI)

Nama pasien :

Tanggal:

No. Rekam Medis:

Skor lesi

Eritema (E)

Indurasi (I)

Skuama (S)

Tidak

ada

Ringan

Sedang

Berat

Sangat

berat

Skor

0

1

2

3

4

Skor area

Area

0

1-9%

10-29%

30-49%

50-69%

70-89%

90-100%

Skor

0

1

2

3

4

5

6

Skor lesi

Kepala

(a)

Badan

(b)

Ekstremitas

Atas (c)

Ekstremitas

Bawah (d)

Eritema (E)

Indurasi (I)

Skuama (S)

Jlh: E+I+S


(66)

Skor area

Subtotal: Jlh x skor

area

Area tubuh :

subtotal x ...

x 0.1

x 0.2

x 0.3

x 0.4

Total

a

b

c

d


(67)

(68)

(69)

LAMPIRAN 7.

DATA PENELITIAN

No.

Nama

(inisial) Skor PASI

Nilai leptin

(ng/ml) Umur

Jenis kelamin

Derajat keparahan

IMT (kg/m2)

1 A 30,6 9,99 31 Laki-laki Berat 26,59

2 S 5,2 2,55 54 Laki-laki Ringan 24,09

3 M 3,4 1 42 Laki-laki Ringan 25,25

4 S 8,9 11,43 48 Laki-laki Sedang 27,68

5 R 40 17,96 53 Perempuan Berat 25,83

6 Y 8,2 37,18 60 Perempuan Sedang 27,64

7 K 5,1 2,23 59 Laki-laki Ringan 25,21

8 M 4,2 5,3 57 Laki-laki Ringan 24,60

9 W 8,6 4,52 60 Laki-laki Sedang 27,08

10 E 6 60,43 25 Perempuan Ringan 27,90

11 R 59,4 22,63 53 Laki-laki Berat 28,80

12 A 14,9 10,32 44 Laki-laki Berat 25,25

13 A 26,1 6,33 60 Laki-laki Berat 24,89

14 S 1 1,4 32 Laki-laki Ringan 25,10

15 R 50,2 106,8 54 Perempuan Berat 29,68

16 R 5,2 29,7 31 Perempuan Ringan 19,85

17 H 15,6 4,15 41 Laki-laki Berat 22,22

18 D 26 5,92 33 Laki-laki Berat 27,60

19 F 3,6 31,33 40 Laki-laki Ringan 28,14

20 D 4,4 18,46 31 Perempuan Ringan 21,10

21 I 12,6 20,4 23 Laki-laki Berat 18,93

22 N 12,2 37,18 24 Perempuan Berat 19,67

23 M 11,9 2,27 55 Laki-laki Sedang 29,04

24 E 29,1 2,7 56 Laki-laki Berat 28,30


(70)

LAMPIRAN 8.

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. Identitas

Nama : dr. Herlin Novita Pane

Tempat / Tgl Lahir : Aceh Timur / 06 November 1979 Suku / Bangsa : Mandailing / Indonesia

Agama : Islam

Alamat : Komplek Villa Setia Budi Garden B-04 Medan

II. Keluarga

Suami : Pahruddin Alamsah Harahap, ST Anak : 1. M. Akbar Orvala Harahap 2. Sultan Ahmad Davan Harahap

III. Pendidikan

SD Negeri 95 Palembang, tamat tahun 1992 SMP Negeri 4 Palembang, tamat tahun 1995 SMU Negeri 1 Palembang, tamat tahun 1998


(1)

LAMPIRAN 4.

Lembar Penilaian

Psoriasis Area and Severity Index

(PASI)

Nama pasien :

Tanggal:

No. Rekam Medis:

Skor lesi

Eritema (E)

Indurasi (I)

Skuama (S)

Tidak

ada

Ringan

Sedang

Berat

Sangat

berat

Skor

0

1

2

3

4

Skor area

Area

0

1-9%

10-29%

30-49%

50-69%

70-89%

90-100%

Skor

0

1

2

3

4

5

6

Skor lesi

Kepala

(a)

Badan

(b)

Ekstremitas

Atas (c)

Ekstremitas

Bawah (d)

Eritema (E)

Indurasi (I)

Skuama (S)

Jlh: E+I+S


(2)

Skor area

Subtotal: Jlh x skor

area

Area tubuh :

subtotal x ...

x 0.1

x 0.2

x 0.3

x 0.4

Total

a

b

c

d


(3)

(4)

(5)

LAMPIRAN 7.

DATA PENELITIAN

No.

Nama

(inisial) Skor PASI

Nilai leptin

(ng/ml) Umur

Jenis kelamin

Derajat keparahan

IMT (kg/m2) 1 A 30,6 9,99 31 Laki-laki Berat 26,59

2 S 5,2 2,55 54 Laki-laki Ringan 24,09

3 M 3,4 1 42 Laki-laki Ringan 25,25

4 S 8,9 11,43 48 Laki-laki Sedang 27,68

5 R 40 17,96 53 Perempuan Berat 25,83

6 Y 8,2 37,18 60 Perempuan Sedang 27,64

7 K 5,1 2,23 59 Laki-laki Ringan 25,21

8 M 4,2 5,3 57 Laki-laki Ringan 24,60

9 W 8,6 4,52 60 Laki-laki Sedang 27,08

10 E 6 60,43 25 Perempuan Ringan 27,90

11 R 59,4 22,63 53 Laki-laki Berat 28,80

12 A 14,9 10,32 44 Laki-laki Berat 25,25

13 A 26,1 6,33 60 Laki-laki Berat 24,89

14 S 1 1,4 32 Laki-laki Ringan 25,10

15 R 50,2 106,8 54 Perempuan Berat 29,68

16 R 5,2 29,7 31 Perempuan Ringan 19,85

17 H 15,6 4,15 41 Laki-laki Berat 22,22

18 D 26 5,92 33 Laki-laki Berat 27,60

19 F 3,6 31,33 40 Laki-laki Ringan 28,14

20 D 4,4 18,46 31 Perempuan Ringan 21,10

21 I 12,6 20,4 23 Laki-laki Berat 18,93

22 N 12,2 37,18 24 Perempuan Berat 19,67

23 M 11,9 2,27 55 Laki-laki Sedang 29,04

24 E 29,1 2,7 56 Laki-laki Berat 28,30


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I.

Identitas

Nama

: dr. Herlin Novita Pane

Tempat / Tgl Lahir

: Aceh Timur / 06 November 1979

Suku / Bangsa

: Mandailing / Indonesia

Agama

: Islam

Alamat

: Komplek Villa Setia Budi Garden B-04 Medan

II.

Keluarga

Suami

: Pahruddin Alamsah Harahap, ST

Anak

: 1. M. Akbar Orvala Harahap

2. Sultan Ahmad Davan Harahap

III.

Pendidikan

SD Negeri 95 Palembang, tamat tahun 1992

SMP Negeri 4 Palembang, tamat tahun 1995

SMU Negeri 1 Palembang, tamat tahun 1998