Pengaruh Pengawasan dan Kepemimpinan Terhadap Disiplin Kerja Pegawai Pada PT.Tirta Sibayakindo Berastagi

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Landasan Teori dan Penelitian Terdahulu

2.1.1

Disiplin Kerja

2.1.1.1 Pengertian Disiplin Kerja
Hasibuan (2010) berpendapat bahwa kedisiplinan adalah kesadaran dan
kesediaan seseorang menaati semua peraturan dan norma-norma sosial yang
berlaku. Disiplin adalah suatu alat yang digunakan para manajer untuk
berkomunikasi dengan karyawan agar mereka bersedia untuk mengubah suatu
perilaku serta sebagai suatu upaya untuk meningkatkan kesadaran dan kesediaan
seseorang mentaati semua peraturan dan norma-norma sosial yang berlaku (Rivai,
2004:444).
1. Sikap adalah mental dan perilaku karyawan yang berasal dari
kesadaranatau kerelaan dirinya sendiri dalam melaksanakan tugas

dan peraturanperusahaan
2. Tanggung

jawab

adalah

kemampuan

dalam

menjalankan

tugasperaturan perusahaan
3. Norma

adalah

kemampuan


karyawan

untuk

memahami

sepenuhnyaperaturan yang berlaku sebagai suatu acuan dalam
bersikap danmengetahui tujuan dan manfaat dari peraturan tersebut
Agar kelangsungan perusahaan terjaga dan produktivitas mencapai target
yang diharapkan, para tenaga kerja perlu memperoleh pembinaan disiplin kerja
yang langgeng dan merupakan fungsi yang harus dilaksanakan manajemen tenaga

18
Universitas Sumatera Utara

kerja maupun manajemen pada semua perusahaan.Menurut Sastrohadiwiryo
(2001 : 291) Disiplin kerja dapat didefenisikan sebagai suatu sikap menghormati,
menghargai, patuh dan taat terhadap peraturanperaturan yang berlaku, baik yang
tertulis maupun tidak tertulis serta sanggup menjalankannya dan tidak mengelak
untuk menerima sanksi-sanksinya apabila ia melanggar tugas dan wewenang yang

di berikan kepadanya. Seorang karyawan yang dikatakan memiliki disiplin kerja
yang tinggi jika yang bersangkutan konsekuen, konsisten, taat, bertanggung jawab
atas tugas yang diamanahkan kepadanya.
Banyak problem yang dihadapi dalam memahami motif yang terbentuk
dalam diri setiap tenaga kerja. Dengan demikian amat sulit menerapkan disiplin
terhadap pekerjaan bagi setiap tenaga kerja. Dengan demikian, disiplin kerja para
tenaga kerja diharapkan terus dibina dan ditegakkan.
2.1.1.2 Aspek-aspek dari Disiplin Kerja
Hasibuan (2010) menyebutkan faktor yang mempengaruhi tingkat
kedisiplinan karyawan, diantaranya :
1. Tujuan dan kemampuan
Tujuan dan kemampuan ikut mempengaruhi tingkat kedisplinan
karyawan. Tujuan yang akan dicapai harus jelas dan ditetapkan secara ideal serta
menantang bagi kemampuan karyawan. Hal ini berarti pekerjaan yang dibebankan
kepada seseorang harus sesuai dengan kemampuan, agar dia bekerja bersungguhsungguh dan berdisiplin baik.

19
Universitas Sumatera Utara

2. Teladan pimpinan

Teladan pimpinan sangat berperan dalam menentukan kedisiplinan
karyawan, karena pimpinan dijadikan teladan dan panutan oleh para bawahannya.
Pimpinan harus memberikan contoh yang baik, berdisiplin baik, jujur, adil serta
sesuai kata dan perbuatan. Dengan teladan pimpinan yang baik, maka kedisiplinan
bawahan pun akan ikut baik. Tetapi jika teladan pimpinan kurang baik (kurang
berdisiplin), maka para bawahan juga akan kurang disiplin.
3. Balas jasa
Balas jasa (gaji dan kesejahteraan) ikut mempengaruhi kedisiplinan
karyawan, karena balas jasa akan memberikan kepuasan dan kecintaan karyawan
terhadap pekerjaannya. Jika kecintaan karyawan semakin baik terhadap pekerjaan,
maka kedisiplinan mereka akan semakin baik pula.
4.

Keadilan
Keadilan ikut mendorong terwujudnya kedisiplinan karyawan, karena

ego dan sifat manusia yang selalu merasa dirinya penting dan minta diperlakukan
sama dengan manusia lainnya. Apabila keadilan dijadikan dasar kebijakan dalam
pemberian balas jasa (pengakuan) atau hukuman, maka yang cakap dalam
kepemimpinannya akan baik. Hal ini dilakukan karena dia menyadari bahwa

dengan keadilan yang baik akan menciptakan kedisiplinan yang baik pula.
5. Pengawasan Melekat
Waskat (pengawasan melekat) adalah tindakan nyata dan paling efektif
dalam mewujudkan kedisiplinan karyawan,dengan waskat ini atasan harus aktif
dan langsung mengawasi perilaku, moral, sikap, gairah kerja dan prestasi kerja

20
Universitas Sumatera Utara

bawahannya. Atasan sebaiknya berada di tempat pekerjaannya, supaya dia dapat
mengawasi dan memberikan petunjuk jika ada

bawahan yang mengalami

kesulitan dalam mengerjakan pekerjaannya. Waskat efektif untuk merangsang
kedisiplinan dan moral kerja karyawan, karena karyawan merasa mendapat
perhatian, bimbingan, petunjuk, pengarahan dan pengawasan dari atasannya.
2.1.1.3 Macam – Macam Disiplin kerja
1. Disiplin Diri
Disiplin diri merupakan hasil proses belajar (sosialisasi) dari keluarga dan

masyarakat. Penanaman nilai–nilai yang menjunjung disiplin, baik yang
ditanamkan oleh orang tua, guru ataupun masyarakat sebagai bekal positif bagi
tumbuh dan berkembangnya disiplin diri. Penanaman nilai – nilai disiplin dapat
berkembang apabila didukung oleh situasi lingkungan yang kondusif yaitu situasi
yang diwarnai perlakuan yang konsisten dari orang tua, guru atau pimpinan.
Selain itu, orang tua, guru, dan pimpinan yang berdisiplin tinggi merupakan
model peran yang efektif bagi berkembangnya disiplin diri. Disiplin diri sangat
besar perannya dalam mencapai tujuan organisasi. Melalui disiplin diri seorang
karyawan selain menghargai dirinya sendiri juga menghargai orang lain.
2. Disiplin Kelompok
Kegiatan organisasi bukanlah kegiatan yang bersifat individual semata.
Selain disiplin diri masih diperlukan disiplin kelompok. Disiplin kelompok akan
tercapai jika disiplin diri telah tumbuh dalam diri karyawan. Artinya, kelompok
akan menghasilkan pekerjaan yang optimal jika masing – masing anggota
kelompok dapat memberikan andil yang sesuai dengan hak dan tanggung

21
Universitas Sumatera Utara

jawabnya. Kaitan antara disiplin diri dan disiplin kelompok seperti dua sisi dari

satu mata uang. Keduanya saling melengkapi dan menunjang. Sifatnya
komplementer. Disiplin diri tidak dapat dikembangkan secara optimal tanpa
dukungan disiplin kelompok. Sebaliknya, disiplin kelompok tidak dapat
ditegakkan tanpa adanya dukungan disiplin pribadi.
2.1.1.4. Tindakan Pendisiplinan Kerja
Hariandja

(2002:300)

menyebutkan

beberapa

pendekatan

untuk

meningkatkan disiplin kerja meliputi :
1. Disiplin (preventive) merupakan tindakan


yang dilakukan untuk

mendorong karyawan untuk menaati standar dan peraturan sehingga tidak
terjadi pelanggaran, atau bersifat mencegah tanpa ada yang memaksa yang
pada akhirnya akan menciptakan disiplin diri. Ini tentu saja mudah
dipahami sebagai tanggung jawab yang melekat pada pemimpin.
2. Disiplin (corrective) merupakan tindakan yang dilakukan untuk mencegah
supaya kesalahan tidak terulang kembali sehingga tidak terjadi
pelanggaran pada hari-hari selanjutnya.
3. Disiplin (progressive) merupakan pengulangan kesalahan yang sama akan
mengakibatkan hukuman yang lebih berat.
4. Langkah-langkah melakukan pendisiplinan secara (progressive) yang
efektif adalah
a. Melakukan Pembicaraan Informal
Sebagai aturanpembicaraan informal dilakukan terhadap karyawan yang
melakukan pelanggaran kecil dan pelanggaran itu dilakukan pertama kali, seperti

22
Universitas Sumatera Utara


terlambat masuk kerja atau istirahat siang lebih lama dari yang ditentukan,
pembicaraan formal akan memecahkan masalah. Pemimpin harus menemukan hal
– hal yang menyebabkan terjadinya pelanggaran dan Universitas Sumatera Utara
mempertimbangkan potensi yang bersangkutan serta catatan kepegawaiannya.
b. Pemberian Peringatan Lisan
Peringatan lisan dipandang sebagai dialog atau diskusi, bukan ceramah
atau kesempatan untuk mengumpat karyawan. Pemimpin perlu mengajukan
pertanyaan pada karyawan, tetapi harus berusaha untuk tidak menyela dan jangan
merendahkan martabatnya sebagai manusia. Sekalipun demikian, pemimpin tetap
perlu tegas karena akan lebih efektif mengubah perilaku karyawan. Sebagai hal
yang perlu diingat, pemimpin perlu membuat catatan dalam dokumen
kepegawaian yang bersangkutan mengenai tanggal, tujuan, dan hasil pembicaraan
dengan karyawan.
c. Peringatan Tertulis
Peringatan tertulis adalah untuk karyawan yang melakukan pelanggaran
peraturan berulang – ulang. Tindakan ini didahului dengan melakukan
pembicaraan dengan karyawan yang melakukan pelanggaran, lalu pada akhir
pembicaraan pemimpin memberitahu karyawan bahwa ia akan memberikan
peringatan tertulis yang nantinya akan ditanda tangani karyawan.
d. Merumahkan Sementara

Merumahkan sementara adalah untuk karyawan yang telah melanggar
peraturan berulang kali dan pelanggaran berat. Ini berarti bahwa tindakan
pendisiplinan sebelumnya tidak berhasil mengubah perilakunya. Tindakan

23
Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara ini biasanya dilakukan setelah melakukan
penyelidikan seksama dan pembicaraan tuntas dengan karyawan. Merumahkan
sementara ini biasanya berlangsung antara satu sampai beberapa minggu,
berlangsung pada tingkat kesalahan yang dilakukan.
e. Demosi atau Penurunan Pangkat
Demosi berarti penurunan pangkat atau upah yang diterima karyawan.
Akibat yang biasanya ditimbulkan dari tindakan pendisiplinan ini adalah
timbulnya perasaan kecewa, malu, patah semangat, atau mungkin marah pada
karyawan yang bersangkutan.
f. Pemecatan
Pemecatan adalah langkah terakhir dan paling drastis dalam pendisiplinan
progresif. Tindakan ini dilakukan untuk jenis pelanggaran yang sangat serius atau
untuk pelanggaran yang terlalu sering dilakukan dan tidak dapat diperbaiki

dengan langkah pendisiplinan sebelumnya. Keputusan ini biasanya diambil oleh
pimpinan pada tingkat yang lebih tinggi dan didukung oleh fakta yang diperoleh
dari penyelidikan yang telah dilakukan serta biasanya disampaikan oleh manajer
sumber daya manusia.
2.1.2

Kepemimpinan
Menurut Kartono (2010) kepemimpinan muncul dan berkembang sebagai

hasil dari interaksi otomatis di antara pemimpin dan individu-individu yang
dipimpin. Kepemimpinan bisa berfungsi atas dasar kekuasaan pemimpin untuk
mengajak, mempengaruhi, dan menggerakkan orang lain guna melakukan sesuatu
demi pencapaian satu tujuan tertentu.

24
Universitas Sumatera Utara

Menurut Terry (2006:495) kepemimpinan didefinisikan sebagai kegiatan
mempengaruhi orang-orang agar mereka suka berusaha mencapai tujuan-tujuan
kelompok.

Kepemimpinan

adalah

sesuatu

mengenai

mendorong

dan

membangkitkan individu dan kelompok untuk berusaha sebaik-baiknya demi
mencapai hasil yang diinginkan.
Dengan kepemimpinan yang baik, dia dapat berbuat banyak untuk
menciptakan iklim kerja yang memungkinkan penegakan disiplin sebagai suatu
proses yang wajar, karena para karyawan menerima serta mematuhi peraturanperaturan

dan

kebijakan-kebijakan

sebagai

keberhasilan

pekerjaan

dan

kesejahteraan pribadi mereka. Menurut Kartono,(2010) terdapat beberapa metode
kepemimpinan yaitu :
1. Memberi perintah
2. Memberikan celaan dan pujian
3. Memupuk tingkah laku pribadi pemimpin yang benar. Pemimpin
harus
4. bersifatobjektif dan jujur. Ia harus menjauhkan diri dari rasa pilih
kasih.
5. Peka terhadap saran-saran
6. Memperkuat rasa kesatuan kelompok
7. Meredam kabar angin dan isu-isu yang tidak benar

25
Universitas Sumatera Utara

2.1.2.1 Gaya Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan (Leadership Style) seorang pemimpin akan sangat
berpengaruh terhadap kinerja pegawai dan pencapaian tujuan. Pemilihan gaya
kepemimpinan yang benar dan tepat dapat mengarahkan pencapaian tujuan
perorangan maupun tujuan perusahaan dan lembaga pemerintahan. Dengan gaya
kepemimpinan yang tidak sesuai dapat mengakibatkan pencapaian tujuan
perusahaan dan pengarahan terhadap pegawai akan menjadi tidak jelas, dimana
hal ini dapat mengakibatkan ketidakpuasan pada anggota, atau pegawai.
Pengertian gaya kepemimpinan menurut Nawawi (2003:15) adalah
perilaku atau cara yang dipilih dan dipergunakan pemimpin dalam mempengaruhi
pikiran, perasaan, sikap dan perilaku para anggota organisasi atau bawahannya.
Seseorang yang menduduki jabatan pimpinan mempunyai kapasitas untuk
membaca situasi yang dihadapinya secara tepat dan menyesuaikan gaya
kepemimpinannya agar sesuai dengan tuntutan situasi yang dihadapinya,
meskipun penyesuaian itu hanya bersifat sementara. Menurut Winardi (2000:76)
terdapat 3 (tiga) macam model gaya kepemimpinan secara umum, yaitu
demokratis, otoriter, dan kepemimpinan bebas.
1. Gaya Kepemimpinan Demokratis
Kepemimpinan Demokratis adalah kepemimpinan yang aktif, dinamis dan
terarah.

Kegiatan-kegiatan

pengendalian

dilaksanakan

secara

tertib

dan

bertanggung jawab. Pembagian tugas yang disertai pelimpahan wewenang dan
tanggung jawab yang jelas, memungkinkan setiap anggota berpartisipasi secara
aktif. Dengan kata lain setiap anggota mengetahui secara pasti sumbangan yang

26
Universitas Sumatera Utara

dapat diberikannya untuk mencapai tujuan kelompok atau organisasinya. Selain
itu dapat diketahui bagaimana melaksanakannya secara efektif dan efisien.
2. Gaya Kepemimpinan Otoriter
Kepemimpinan ini menempatkan kekuasaan di tangan satu orang atau
sekelompok kecil orang yang diantara mereka tetap ada seseorang yang paling
berkuasa. Pemimin bertindak sebagai penguasa tunggal. Orang-orang yang
dipimpin jumlahnya lebih banyak, merupakan pihak yang dikuasai, yang disebut
bawahan atau anak buah. Kedudukan dan tugas bawahan (anak buah) sematamata
sebagai pelaksana keputusan, perintah dan bahkan kehendak pimpinan.
3. Gaya Kepemimpinan Bebas
Kepemimpinannya dijalankan dengan memberikan kebebasan penuh pada
orang yang dipimpin dalam mengambil keputusan dan melakukan kegiatan
menurut kehendak dan kepentingan masing-masing baik secara perseorangan
maupun berupa kelompok-kelompok kecil. Pemimpin hanya memfungsikan
dirinya sebagai penasehat, yang dilakukan dengan memberi kesempatan untuk
berkompromi atau bertanya bagi anggota kelompok yang memerlukannya.
2.1.2.2 Jenis-jenis Kepemimpinan
MenurutThoha(2003) ada tiga bentuk kepemimpinan yang dapat
digunakan pemimpin, yaitu:
1. Kepemimpinan Direktif:
Kepemimpnan

yang

tidak

mengharapkan

partisipasi

dari

bawahan.Bawahan dituntut untuk mengerjakan perintah sesuai instruksi dan
pengarahan yang diberikan.

27
Universitas Sumatera Utara

2. Kepemimpinan yang Mendukung (Suportif Leadership):
Pemimpin mempunyai kesediaan menjelaskan sendiri, bersahabat,
mudah didekati, dan mempunyai perhatian kemanusiaan yang murni terhadap
bawahannya.
3. Kepemimpinan Partisipasif:
Pemimpin berusaha meminta dan menggunakan saran-saran dari bawaannya.
Karywan dapat memberikan masukan dan ide-ide dalam pengambilan dan
pelaksanaan keputusan. Pengambilan keputusan masih tetap berada pada
pemimpin.
2.1.2.3 Fungsi – fungsi Kepemimpinan
Kemampuan mengambil keputusan merupakan kriteria utama dalam
menilai efektivitas kepemimpinan seseorang. Dalam hubungan ini perlu
ditekankan bahwa yang dimaksud dengan kemampuan mengambil keputusan
tidak hanya diukur secara kuantitatif, dalam arti jumlah keputusan yang diambil.
Tetapi juga diperlukan keputusan yang bersifat praktis, realistis dan dapat
dilaksanakan serta memperlancar usaha pencapaian tujuan organisasi.
Berkaitan dengan kriteria pengambilan keputusan tersebut, menurut Siagian
(2008:47) terdapat 5 (lima) fungsi kepemimpinan sebagai berikut:
1. Pimpinan selaku penentu arah yang akan ditempuh dalam usaha
pencapaian tujuan
2. Wakil dan juru bicara organisasi dalam hubungan pihak-pihak di luar
organisasi
3. Pimpinan selaku komunikator yang efektif.

28
Universitas Sumatera Utara

4. Mediator yang andal, khususnya dalam hubungan secara internal
terutamadalam menangani situasi konflik.
5. Pimpinan selaku integrator yang efektif, rasional, objektif dan netral.
Berdasarkan fungsi kepemimpinan yang hakiki dapat diketahui bahwa
efektivitas kepemimpinan seseorang berasal dari ciri-ciri kepemimpinan yang
dimilikinya dimungkinkan oleh 3 (tiga) sumber (Siagian ,2008:52) yaitu :
1. Sumber genetika, dalam arti bakat yang dibawa sejak orang dilahirkan.
2. Ciri - ciri yang diperoleh karena belajar dari pengalaman.
3. Ciri-ciri yang diperoleh melalui pendalaman teori kepemimpinan.
2.1.3

Pengawasan
Definisi pengawasan Terry (2006) yaitu mendeterminasi apa yang telah

dilaksanakan, maksudnya mengevaluasi prestasi kerja dan apabila perlu,
menerapkan tindakan-tindakan korektif sehingga hasil pekerjaan sesuai dengan
rencana-rencana. Pengawasan dianggap sebagai aktivitas untuk menemukan,
mengoreksi penyimpangan penting dalam hasil yang dicapai dari aktivitasaktivitas yang direncanakan.
Pengawasan adalah tindakan nyata dan efektif untuk mencegah/
mengetahui kesalahan, membetulkan kesalahan, memelihara kedisiplinan,
meningkatkan prestasi kerja, mengaktifkan peranan atasan dan bawahan,
menggali sistem-sistem kerja yang paling efektif, serta menciptakan sistem
internal kontrol yang terbaik dalammendukung terwujudnya tujuan perusahaan,
karyawan, dan masyarakat (Hasibuan, 2010).

29
Universitas Sumatera Utara

Menurut Terry dan Leslie (2010) pengawasan adalah proses mengevaluasi
pelaksanaan kerja dengan membandingkan pelaksanaan aktual dengan apa yang
diharapkan serta mengambil tindakan yang perlu.Pengawasan bertujuan untuk
mengetahui apakah pelaksanaan tugas/ pekerjaan sesuai dengan rencana yang
telah ditetapkan sebelumnya. Pengawasan menyangkut kegiatan membandingkan
antara hasil nyata yang dicapai dengan standar yang telah ditetapkan, dan apabila
pelaksanaannya menyimpang dari rencana maka perlu diadakan koreksi
seperlunya.
Perusahaan akan mencapai sasarannya apabila pimpinan mampu
melaksanakan fungsi pengawasan dengan sebaik-baiknya Simbolon (2012)
mendefinisikan pengawasan sebagai suatu proses dimana pimpinan ingin
mengetahui apakah hasil pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan oleh bawahannya
sesuai dengan rencana, perintah, tujuan, kebijakan yang telah ditentukan.
Pengawasan dilaksanakan untuk mengusahakan agar komitmen-komitmen dalam
organisasi dilaksanakan. Pengawasan terdiri dari proses yang dibentuk oleh tiga
macam langkah-langkah yang bersifat universal :
1. Mengukur hasil pekerjaan
2. Membandingkan

hasil

pekerjaan

dengan

standard

dan

memastikanperbedaan (apabila ada perbedaan)
3. Mengoreksi penyimpangan yang tidak dikehendaki melalui tindakan
perbaikan.

30
Universitas Sumatera Utara

Heidjrahman Ranupandoyo (2007) menyatakan indikator yang dapat
digunakan untuk mengkaji pengawasan adalah:
1. Menentukan alat ukur standar tentang pelaksanaan/perencanaan.Tahap
pertama

dalam

pengawasan

adalah

menetapkan

ukuran

standar

pelaksanaan, standar mengandung arti sebagai suatu satuan pengukuran
yang dapat digunakan sebagai patokan untuk penilaian hasil-hasil.
2. Mengadakan penilaian atau pengukuran terhadap pekerjaan yang sudah
dikerjakan yaitu suatu penilaian yang dilakukan oleh pengawas dengan
melihat hasil kerjanya dan laporan tertulisnya.
3. Membandingkan antara pelaksanaan pekerjaan dengan ukuran atau
pedoman

baku

yang

ditetapkan

untuk

mengetahui

penyimpanganpenyimpangan yang terjadi saat bekerja.
4. Mengadakan perbaikan atau pembetulan atas penyimpangan yang terjadi,
sehingga pekerjaan yang dikerjakan sesuai dengan apa yang direncanakan.
Melakukan tindakan koreksi/perbaikan bila hasil analisa menunjukkan
adanya tindakan koreksi, tindakan ini harus diambil. Tindakan koreksi
dapat diambil dalam berbagai bentuk, standar mungkin diubah,
pelaksanaan diperbaiki, atau keduanya dilakukan bersamaan.
2.1.3.1 Metode Pengawasan
Dalam pelaksanaan fungsi pengawasan, dipahami benar bahwa bukan
persoalan yang mudah untuk melahirkan satu metode yang bisa diterima dan
berlaku secara universal, bahkan untuk konteks pada tingkatan lokal sekalipun,
apalagi pengawasan yang memiliki cakupan serta pengaruh luas, menyangkut

31
Universitas Sumatera Utara

kelompok sasaran serta daerah atau wilayah yang besar. Dari kondisi tersebut di
atas tentunya sangat logis apabila dibutuhkan suatu metode yang tepat dan berlaku
secara universal. Seiring perjalanan waktu dan kompleksnya tuntutan akan
kebutuhan sebuah perencanaan maka dikenal metode pengawasan ( William H
Newman, pembahasan oleh F Stoner, 1996), yaitu :
1. Pengawasan Formal
Pengawasan yang secara formal dilakukan oleh unit pengawasan yang
bertindak atas nama pimpinan nama organisasinya atau atasan daripada pimpinan
organisasi. Dalam pengawasan ini biasanya ditentukan dan telah ditetapkan
prosedur, hubungan, dan tata kerja. Contohnya : periode waktu pemeriksaan,
periode waktu pertanggungjawaban dan periode waktu pelaporan. Laporan itu
harus disertai saran-saran perbaikan atau penyempurnaannya. Maksud laporan
dari unut pengawasan ini agar pimpinan agar selalu dapat mengikutu
perkembangannya mengenai segala hal yang terjadi diorganisasinya.
2. Pengawasan Informal
Pengawasan informal adalah pengawasan yang tidak melalui saluran
formal atau prosedur yang telah ditentukan. Pengawasan informal ini biasanya
dilakukan oleh pejabat pimpinan dengan mengadakan kunjungan yang tidak resmi
(pribadi). Hal ini dimaksudkan untuk menghindari kekakuan dalam hubungan
antara atasan dengan bawahan. Dengan cara demikian pimpinan menghendaki
keterbukaan dalam memperoleh informasi dan sekaligus usul atau saran perbaikan
dan penyempurnaan dari bawahannya.

32
Universitas Sumatera Utara

Masalah-masalah yang dihadapi oleh para bawahan dan tidak dapat
dipecahkan oleh mereka sendiri dalam kaitan ini pimpinan dapat memberikan
saran-saran dan pemikiran mengenai jalan keluarnya. Sebaliknya para bawahan
juga merasa bangga karena diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya
secara langsung kepada pimpinannya. Jelaslah bahwa pengawasan informal
mendekatkan hubungan pribadi yang bersifat informal. Hal ini sangat
menguntungkan terhadap pelaksanaan-pelaksanaan tugas-tugas pekerjaan.
Untuk konteks PT.Tirta Sibayakindo adapun metode atau teknik
pengawasan yang dilaksanakan lebih cenderung menjalankan kedua metoda
pengawasan tersebut yaitu secara pengawasan formal dan pengawasan informal.
Adapun acuan berpikir terhadap penggabungan dua metoda pengawasan ini
adalah untuk menciptakan suatu suasana yang formal namun tidak terlalu kaku
dan tetap mengutamakan hubungan emosional sehingga diharapkan pengawasan
yang dilaksanakan bukan merupakan suatu beban bagi para karyawan. Dengan
pelaksanaaan metoda pengawasan ini diharapkan bahwa dalam pelaksanaan tugas
dan fungsinya para pegawai betul-betul melaksanakannya berdasarkan kesadaran
dan rasa tanggungjawab bukan karena tekanan dari keberadaan sistem
pengawasan tersebut.
Peranan pengawasan adalah suatu hal yang sangat esensial dan tidak dapat
diabaikan, karena pada hakekatnya pengawasan adalah suatu usaha untuk
mendetekasi kegiatan yang dilakukan oleh pegawai apakah kegiatan tersebut telah
mengikuti peraturan yang telah ditetapkan oleh organisasi untuk menilai pegawai
dalam hal mematuhi kebijakan-kebijakan yang berlaku.

33
Universitas Sumatera Utara

2.1.3.2 Tipe-Tipe Pengawasan
Menurut Handoko (2003:361), ada 3 tipe dasar pengawasan yaitu :
1. Pengawasan Pendahuluan
Pengawasan yang dirancang untuk mengantisipasi masalahmasalah atau
penyimpangan-penyimpangan standar atau tujuan dan memungkinkan koreksi
dibuat sebelum suatu tahap kegiatan tertentu diselesaikan.
2. Pengawasan Concurrent
Pengawasan yang dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan kegiatan.
Tipe pengawasan ini merupakan proses dimana aspek tertentu dari suatu prosedur
harus disetujui dulu, atau syarat tertentu harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum
kegiatan tersebut dilakukan untuk mencapai suatu ketepatan dari pelaksanaan
tujuan.
3. Pengawasan Umpan balik
Pengawasan yang dilakukan untuk mengukur hasil-hasil dari suatu
kegiatan yang telah diselesaikan. Ketiga tipe pengawasan tersebut sangat berguna
bagi sistem manajemen dalam suatu organisasi, dimana memungkinkan
manajemen untuk membuat tindakan koreksi dan tetap mencapai.
2.1.4

Hubungan Antar Variabel

2.1.4.1 Pengaruh kepemimpinan terhadap disiplin kerja
Hasibuan (2010) menjelaskan bahwa kepemimpinan sangat berperan
dalam menentukan kedisiplinan karyawan karena pemimpin dijadikan teladan dan
panutan oleh para bawahannya. Pimpinan jangan mengharapkan kedisiplinan
bawahannya baik jika dia sendiri kurang disiplin, karena perilakunya akan

34
Universitas Sumatera Utara

dicontoh dan diteladani bawahannya.EdySutrisno (2009) menjelaskan ada
beberapa faktor yang mempengaruhi disiplin kerja karyawan, salah satunya adalah
ada tidaknya keteladanan pimpinan dalam perusahaan.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Penelitian Efendi (2013)
menemukan hasil bahwa kepemimpinan berpengaruh positif dan nyata
(signifikan) terhadap kedisiplinan.Hasil yang serupa juga dapat dilihat dari
penelitian lain yang dilakukan oleh Mariani (2012)menunjukkan bahwa teladan
pimpinan mempengaruhi kedisiplinan. Sedangkan peneilitian Susanti (2012)
menunjukkan hasil bahwa ada pengaruh yang signifikan antara keefektifan
kepemimpinan dengan disiplin kerja pegawai. Penelitian Rasyidi (2013) juga
menunjukkan hasil bahwa kepemimpinan berpengaruh secara signifikan terhadap
disiplin kerja pegawai.
Berdasarkan pendapat beberapa peneliti tersebut dapat diketahui bahwa
apabila kepemimpinan (keteladanan pimpinan) yang baik dalam suatu perusahaan,
maka diharapkan disiplin kerja karyawan baik pula, sedangkan jika seorang
pimpinan tidak memberikan teladan yang baik (kepemimpinan yang buruk), maka
tingkat disiplin karyawan dalam suatu perusahaan juga akan menurun.
Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini
adalah H1 : Ada pengaruh positif antara kepemimpinan dengan disiplin kerja
karyawan.

35
Universitas Sumatera Utara

2.1.4.2 Pengaruh pengawasan terhadap disiplin kerja
Pengawasan adalah proses mengevaluasi pelaksanaan kerja dengan
membandingkan pelaksanaan aktual dengan apa yang diharapkan serta mengambil
tindakan yang perlu (Terry dan Leslie, 2010). Menurut Hasibuan (2010)
pengawasan adalah tindakan nyata dan paling efektif dalam mewujudkan
kedisiplinan karyawan perusahaan. Menurut Sutrisno (2009) salah satu faktor
yang mempengaruhi disiplin kerja adalah ada tidaknya pengawasan pimpinan.
Pengawasan ini dilakukan agar para karyawan dapat melaksanakan pekerjaan
dengan tepat dan sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan.Febriana Louise
(2010) menemukan hasil bahwa pengawas diperlukan untuk mendisiplinkan
karyawan untuk menegakkan standar kerja yang diharapkan.
Pengawasan memiliki pengaruh terhadap tingkat disiplin kerja pada
pegawai.Penelitian lain dari Masyura (2013) menunjukkan bahwa pengawasan
berpengaruh positif dan signifikan terhadap disiplin kerja. Hasil ini juga searah
dengan penelitian dari Rasyidi, dkk (2013) yang menyimpulkan bahwa
pengawasan melekat terbukti berpengaruh secara signifikan terhadap disiplin
kerja pegawai. Mukhlis Podilito (2013) juga menunjukkan hasil bahwa
pengawasan berpengaruh positif terhadap kedisiplinan pegawai. Berdasarkan
uraian tersebut maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah
H2 : Ada pengaruh positif antara pengawasan dengan disiplin kerja
karyawan.

36
Universitas Sumatera Utara

2.1.5

Penelitian Terdahulu
Untuk melakukan penelitian ini tidak terlepas dari penelitian yang

dilkukan oleh peneliti yang terdahulu dengan tujuan untuk memperkuat hasil dari
penelitian yang sedang dilkukan, selain itu juga bertujuan untuk membandingkan
dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya. Berikut ringkasan penelitian
terdahulu yang dikumpulkan oleh peneliti selama melakukan penelitian :
Tabel 2.1
Jurnal dan Penelitian Terdahulu
No

Peneliti
(Tahun)

Variabel
Peneliti

Judul Penelitian

1

Febriana
Louise
(2010)

Pengawasan
(X1)
Disiplin
Kerja
(Y1)

Pengaruh
Pengawasan
Terhadap Disiplin
Kerja Karyawan
Pada PT. Bank
Perkreditan Rakyat
Pijer Podi
Kekelengen Desa
Sukamakmur
Kecamatan
Sibolangit

2

Nandha
Meta K.D
(2010)

Disiplin
Kerja
(X1)
Kepemimpinan
(X2)
Kinerja
Karyawan
(Y)

Pengaruh Disiplin
Kerja dan
Kepemimpinan
Terhadap Kinerja
Karyawan Pada PT.
Pustaka Rizki Putra
Semarang

Teknik
Analisis
Data
Analisis
jalur

Regresi

Hasil

Bahwa
pelaksanaan
pengawasan
pada PT. Bank
Perkreditan
Rakyat Pijer
Podi
Kekelengen
Desa
Sukamakmur
kecamatan
Sibolangit
berada pada
kategori tinggi,
hal ini
berdasarkan
pada persentase
jawaban
responden.
Disiplin kerja
dan
Kepemimpinan
pada PT.
Pustaka Rizki
Putra Semarang
tergolong baik.
Hasil pengujian
dengan SPSS
menunjukkan
bahwa Disiplin
dan

37
Universitas Sumatera Utara

3

Aries
Susanty,Si
git wahyu
Baskoro
(2012)

Motivasi
(X1)
Gaya
Kepemimpi
nan (X2)
Disiplin
Kerja (Y1)
Kinerja
karyawan
(Z)

Pengaruh Motivasi
dan gaya
Kepemimpinan
terhadap Disiplin
Kerja serta
dampaknya pada
kinerja karyawan
pada PT.PLN APD
Semarang

Analisis
Path

4

Dian
Mariani,
Sjahruddin
(2012)

Kepemimpi
nan (X1)
Pengawasan
(X2)
Disiplin
pegawai (Y)

Pengaruh
kepemimpinan dan
Pengawasan
Terhadap Disiplin
Kerja pada
PT.Perkebunan
Nusantara V

Analisis
jalur

5

Ikke
Puspitasari
(2012)

Motivasi
(X1)
Disiplin
kerja (X2)
Kepemimpi
nan (X3)
Lingkungan
Kerja (X4)

Pengaruh
Motivasi,Disiplin
Kerja,Kepemimpin
an,dan Lingkungan
kerja Terhadap
Kinerja karyawan
pada PT.daya Guna
Teknik Semarang

Asumsi
Klasik dan
Regresi
Berganda

Kepemimpinan
berpengaruh
signifikan
terhadap
Kinerja
Karyawan baik
secara simultan
maupun parsial.
Motivasi dan
gaya
kepemimpinan
memiliki
dampak positif
yang signifikan
terhadap
disiplin kerja
dan kinerja
karyawan
Namun,
penelitian ini
tidak dapat
membuktikan
bahwa motivasi
memiliki
dampak positif
yang signifikan
terhadap
kinerja
karyawan
Hasil yang
diperoleh
variabel
kepemimpinan
berpengaruh
signifikan
terhadap
variabel
disiplin
pegawai dan
variabe
pengawasan
Hasil
pembahasan
dari penelitian
ini,berdasarkan
koefisien
determinasi
menunjukkan
bahwa antara

38
Universitas Sumatera Utara

Kinerja
Karyawan
(Y)

Motivasi,
Disiplin Kerja,
Kepemimpinan,
Kingkungan
kerja,secara
bersama-sama
dapat
menjelaskan
kinerja
Karyawan di
PT.Daya Guna
Teknik
Semarang.
6
Achmad
Disiplin (Y) Variabel-variabel
Analisi
Variabel
Rasyidi,Dk Kepemimpi Yang
Regresi
kepemimpinan,
k (2013)
nan
Mempengaruhi
insentif dan
(X1)
DIisiplin Pegawai
pengawasan
melekat
Insentif (X2) Pada Dinas Sosial
berpengaruh
Pengawasan Provinsi
Kalimantan Timur
secara
(X3)
signifikan
terhadap
disiplin kerja
pegawai pada
Dinas Sosial
Provinsi
Kalimantan
Timur baik
secara bersamasama maupun
secara parsial.
7
Fadhil
Pengawasan Pengaruh
Analisis
Hasil penelitian
Masyura
Atasan
Pengawasan
Jalur
ini
(2013)
(X1)
Aatasan dan
menunjukkan
Kompensasi Kompensasi
bahwa
(X2)
Terhadap Disiplin
pengawasan
Disiplin
Kerja Karyawan
atasan
Kerja (Y1)
PT. JAMSOSTEK
berpengaruh
(PERSERO)
positif dan
Cabang Sumatera
signifikan
Barat
terhadap
disiplin kerja
karyawan PT.
Jamsostek
(Persero)
Cabang
Sumatera Barat.
Sumber: Louise (2010),Meta K.D (2010),Susanty,Baskoro(2012),Mariani,sjahruddin
(2012),Puspitasari(2012),Rasyidi,dkk(2013),Masyura (2013)

39
Universitas Sumatera Utara

2.2

Kerangka Konseptual
Menurut Terry (2006:495) kepemimpinan didefinisikan sebagai kegiatan

mempengaruhi orang-orang agar mereka suka berusaha mencapai tujuan-tujuan
kelompok.

Kepemimpinan

adalah

sesuatu

mengenai

mendorong

dan

membangkitkan individu dan kelompok untuk berusaha sebaik-baiknya demi
mencapai hasil yang diinginkan. Dengan kepemimpinan yang baik, dia dapat
berbuat banyak untuk menciptakan iklim kerja yang memungkinkan penegakan
disiplin sebagai suatu proses yang wajar, karena para karyawan menerima serta
mematuhi peraturan-peraturan dan kebijakan-kebijakan sebagai keberhasilan
pekerjaan dan kesejahteraan pribadi mereka.
Disiplin kerja yang berarti kesediaan untuk mematuhi peraturan/ketentuan
yang berlaku dalam lingkungan organisasi kerja masing-masing sehingga
diharapkan dapat meningkatkan kinerja yang tinggi yang menunjukkan ketaatan
karyawan terhadap peraturan organisasi.Menurut Sastrohadiwiryo (2001 : 291)
Disiplin kerja dapat didefenisikan sebagai suatu sikap menghormati, menghargai,
patuh dan taat terhadap peraturanperaturan yang berlaku, baik yang tertulis
maupun tidak tertulis serta sanggup menjalankannya dan tidak mengelak untuk
menerima sanksi-sanksinya apabila ia melanggar tugas dan wewenang yang di
berikan kepadanya. Seorang karyawan yang dikatakan memiliki disiplin kerja
yang tinggi jika yang bersangkutan konsekuen, konsisten, taat, bertanggung jawab
atas tugas yang diamanahkan kepadanya.

40
Universitas Sumatera Utara

Menurut Terry dan Leslie (2010),Pengawasan adalah proses mengevaluasi
pelaksanaan kerja dengan membandingkan pelaksanaan aktual dengan apa yang
diharapkan serta mengambil tindakan yang perlu.Pengawasan bertujuan untuk
mengetahui apakah pelaksanaan tugas/ pekerjaan sesuai dengan rencana yang
telah ditetapkan sebelumnya. Pengawasan menyangkut kegiatan membandingkan
antara hasil nyata yang dicapai dengan standar yang telah ditetapkan, dan apabila
pelaksanaannya menyimpang dari rencana maka perlu diadakan koreksi
seperlunya.
Berdasarkan teori-teori dan pendapat para pakar yang tersebut di atas maka dapat
disusun sebuah kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
dalam kerangka konseptual pada Gambar 2.1 sebagai berikut :

KEPEMIMPINAN
DISIPLIN KERJA
PENGAWASAN

Gambar 2.1
Kerangka Konseptual

2.3

Hipotesis

Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
H1: Ada pengaruh positif antara kepemimpinan dengan disiplin kerja
karyawan.
H2: Ada pengaruh positif antara pengawasan dengan disiplin kerja
karyawan

41
Universitas Sumatera Utara