TINJAUAN HUKUM TERHADAP PROSEDUR DAN MEKANISME PENYELESAIAN PERKARA PELANGGARAN DISIPLIN DAN KEJAHATAN ANGGOTA POLRI (STUDI KASUS DI WILAYAH KEPOLISIAN DAERAH SULAWESI TENGAH) | MARALA | Legal Opinion 7321 24431 1 PB

TINJAUAN HUKUM TERHADAP PROSEDUR DAN MEKANISME
PENYELESAIAN PERKARA PELANGGARAN DISIPLIN DAN
KEJAHATAN ANGGOTA POLRI (STUDI KASUS DI WILAYAH
KEPOLISIAN DAERAH SULAWESI TENGAH)
SYAHIRUDDIN DAENG MARALA / D 101 12 414
Pembimbing
Dr. JOHNNY SALAM, SH., MH
Dr. RIDWAN TAHIR, SH., MH
ABSTRAK
Karya ilmiah ini berjudul “Tinjauan Hukum Terhadap Prosedur Dan
Mekanisme Penyelesaian Perkara Pelanggaran Disiplin Dan Kejahatan Anggota
Polri (Studi Kasus Di Wilayah Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah)”. dengan
identifikasi masalah, bagaimana prosedur dan mekanisme penyelesaian perkara
pelanggaran disiplin anggota Polri serta bagaimana prosedur dan mekanisme
jika seorang anggota polri melakukan tindak pidana. Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui perbedaan serta prosedur dan mekanisme dalam penyelesaian
perkara pelanggaran disiplin dan perbuatan tindak pidana oleh anggota Polri
dengan melihat studi kasus diwilayah kepolisian daerah Sulawesi Tengah.
Metode Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian
yuridis normatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mekanisme dan prosedur
penyelesaian perkara pelanggaran disiplin yang dilakukan oleh anggota polri

adalah melalui proses persidangan disiplin yang dimulai dari tahapan
penerimaan laporan, pemerisaan, persidangan, hingga penjatuhan sanksi /
hukuman, dengan mengacu pada peraturan pemerintah republik Indonesia nomor
2 tahun 2003 tentang peraturan disiplin anggota kepolisian negara republik
Indonesia, disamping itu mekanisme dan prosedur perbuatan tindak pidana oleh
anggota Polri adalah berdasarkan prinsip equality before the law bahwa
persamaan didepan hukum berlaku bagi anggota polri bagi yang melakukan
perbuatan tindak pidana dengan ketentuan yang terdapat dalam Kitab Undangundang Hukum Pidana yang diadili melalui peradilan umum, hal tersebut
berdasarkan TAP MPR-RI No. VI/MPR/2000 dan TAP MPR-RI No.
VII/MPR/2000 telah memisahkan Polri dari TNI dan meletakkan fungsi Polri
secara terpisah dari TNI, sehingga membawa konsekuensi logis kepada institusi
Polri yang sebelumnya berstatus sebagai militer berubah menjadi status Sipil
sehingga tunduk dan patuh terhadap peradilan umum.
Kata Kunci : disiplin,kejahatan, prosedur, mekanisme
I.

VI / MPR / 2000 dan TAP MPR-RI

PENDAHULUAN
Di


awal

masa

reformasi,

No. VII / MPR / 2000 telah

sejumlah pembenahan telah dilakukan

memisahkan Polri dari TNI dan

dalam tubuh Polri. TAP MPR-RI No.

meletakkan

fungsi

Polri


1

secara terpisah dari TNI. Walaupun

melaksanakan secara profesional serta

DPR

berhasil

didukung oleh kualitas pengetahuan

menyelesaikan UU No. 2 Tahun 2002

dan keterampilan teknis kepolisian

yang mengatur tentang Polri tetapi,

yang tinggi juga sangat ditentukan


reformasi Polri masih jauh dari

oleh prilaku terpuji setiap Anggota

harapan masyarakat. Disamping itu

Polri di tengah masyarakat karena

pemisahan Kepolisian dengan TNI

sebagai salah satu tombak penegakan

secara

membawa

hukum

pengaruh dan perubahan perlakuan


dengan

bagi anggota kepolisian di depan

masyarakat mulai dari persoalan kecil

umum,

seperti

juga

telah

kelembagaan

yang semula tunduk pada

yang


berkaitan

langsung

kehidupan

sehari-hari

masalah pelanggaran

lalu

hukum disiplin dan hukum pidana

lintas sampai masalah serius yang

militer dalam lingkup kompetensi

menyangkut tindak pidana kejahatan.


Peradilan militer, beralih tunduk pada

Anggota Polri selalu bersinggungan

Peradilan Umum. Terdapat suatu

dengan masyarakat, hal ini sangat

perubahan

rentan

yang

sangat

esensial,

sehingga


cenderung

dimana Polri bukan lagi Militer dan

menimbulkan

berstatus sebagai sipil. Berubahnya

pelaksanaan tugas, oleh karenanya

Kepolisian

penanganan yang berkualitas dan

sebagai

sipil,

maka


pelanggaran

dalam

sebagai konsekuensi logis bahwa

profesional

anggota

keharusan bagi setiap insan anggota

Kepolisian

tunduk

dan

berlaku hukum sipil disamping itu di

bidang

administrasi,

merupakan

suatu

Polri.

penegakan

hukum maupun penegakan disiplin

Sesuai dengan tujuan, fungsi,

anggota Polri telah ditetapkan sebagai

tugas


alat Negara yang berperan dalam

sebagaimana diatur dalam Undang-

memelihara keamanan dan ketertiban

Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang

masyarakat,

Kepolisian

menegakan

memberikan

hukum,

perlindungan,

dan

tanggung

jawab

Negara

Republik

Indonesia (UU Polri),

keberadaan

pengayoman dan pelayanan kepada

Polri bertujuan untuk menjamin tertib

masyarakat. Dalam memainkan peran

dan tegaknya hukum serta terbinanya

tersebut

ketentraman

Polri

dituntut

untuk

masyarakat

dalam

2

rangka

terpeliharanya

keamanan

ketentuan

hukum

pidana

yang

dalam negeri dan terselenggaranya

berlaku, yaitu diproses dan diajukan

fungsi pertahanan keamanan Negara

dalam peradilan umum. Hal ini sesuai

serta tercapainya

dengan ketentuan TAP MPR No.

dengan

tujuan nasional

menjunjung

menghormati

tinggi

hak-hak

dan

VII/MPR/2000 yaitu Anggota Polri

anggota

tunduk pada kekuasaan peradilan

masyarakat dengan harapan tidak

umum.

menyimpang atau melanggar hukum,

Dalam

konteks

demokrasi,

apabila dalam pelaksanaan tugasnya

institusi

kepolisian

merupakan

terjadi pelanggaran hukum maka

pelayan

masyarakat.

Kepolisian

Anggota

sebagai

bagian

Polri

tersebut

harus

mempertanggungjawabkan
perbuatannya
Perubahan
membawa
menggiring

berpikir

konsekuensi
institusi

mereformasikan

Polri

diri

perangkat

pemerintahan haruslah tunduk pada

secara
cara

dari

hukum.

mandat yang diberikan rakyat, yaitu

telah

memelihara keamanan dan ketertiban

yang

masyarakat,

untuk

melakukan

serta

menegakkan

memberikan

hukum,

perlindungan,

pengayoman, dan pelayanan kepada

perubahan substansi atas 3 (tiga)

masyarakat

dalam

rangka

aspek penting institusi, yaitu aspek

terpeliharanya

keamanan

dalam

instrumental, struktural dan kultural.

negeri, 1 yang dilakukan dengan cara-

Pada aspek instrumental antara lain

cara yang demokratis. Selain dituntut

dibidang hukum adalah dijabarkannya

memberikan

Undang-Undang

Polri

Polri

kedalam

juga

pelayanan

maksimal,

dituntut

untuk

Peraturan Pemerintah nomor 3 Tahun

meningkatkan

2003 tentang Pelaksanaan Teknis

kinerjanya sehingga menjadi lembaga

Institusional Peradilan Umum Bagi

yang efektif, efisien, dan akuntabel.

Anggota

Polri

(penyebutan

akuntabilitas

B. Rumusan Masalah

selanjutnya disingkat, yaitu PP No.

1) Bagaimana prosedur dan

3/2003). setiap anggota Polri yang

mekanisme penyelesaian

melanggar ketentuan hukum pidana,
maka terhadap anggota Polri tersebut
akan

diproses

sesuai

dengan

1

Pasal 5 UU No. 2 Tahun 2002 tentang
Kepolisian Negara Republik Indonesia.

3

perkara

pelanggaran

dimaksud diatas disampaikan oleh
setiap orang baik lisan maupun

disiplin anggota Polri ?
2) Bagaimana prosedur dan

tertulis

kepada

petugas

yang

mekanisme jika seorang

berwenang atas adanya pelanggaran

anggota Polri melakukan

disiplin. Laporan yang disampaikan,

tindak pidana ?

dituangkan dalam bentuk laporan
Polisi yang dibuat oleh Provos.
Tertangkap tangan dapat langsung
diperiksa oleh Provos. Penindakan
dan pemeriksaan terhadap pelaku

II. PEMBAHASAN
A. PROSEDUR
DAN
MEKANISME
PENYELESAIAN PERKARA
PELANGGARAN DISIPLIN
ANGGOTA POLRI
Penyelesaian

pelanggaran

disiplin bertujuan untuk terwujudnya
integritas disiplin dan tercapainya
kepastian

hukum

pemeliharaan

dalam

rangka

disiplin

dan

penegakkan

hukum

disiplin

di

lingkungan

Polri.

Penyelesaian

pelanggaran disiplin bersifat tetap dan
melekat pada atasan yang berhak
menghukum
berwenang

(Ankum).

Ankum

memerintahkan Provos

dan/ atau Pejabat yang ditunjuk untuk
melakukan pemeriksaan pelanggaran

tertangkap

dilakukan

tanpa

tangan,
surat

dapat
perintah.

Temuan merupakan pelanggaran yang
ditemukan oleh pejabat pengawasan
fungsional maupun struktural. Hasil
temuan

selanjutnya

diserahkan

kepada Provos melalui Ankum untuk
proses penyelesaiannya.
Bentuk
pelanggaran

penyelesaian
disiplin

adalah

pemberian sanksi disiplin berupa
tindakan

disiplin

dan

hukuman

disiplin. Tindakan disiplin diberikan,
kepada anggota Polri yang melakukan
pelanggaran disiplin yang sedemikian
ringan sifatnya, penjatuhan sanksi
langsung dilaksanakan oleh Atasan
tanpa melalui siding disiplin berupa

disiplin oleh anggota Polri.
Pemeriksaan

yang

perkara

pelanggaran disiplin didasarkan atas
laporan, tertangkap tangan, temuan
oleh petugas. Laporan sebagaimana

teguran lisan dan tindakan fisik.
Sanksi tersebut bersifat pembinaan
dan

tidak

bertentanan

dengan

peraturan perundang–undangan dan

4

tindakan

disiplin

tidak

Pemanggilan dilaksanakan oleh

Ankum

Provos atau pejabat yang ditunjuk

hukuman

oleh ankum atau atasan ankum.

disiplin, adapun tahapan dalam proses

Petugas yang menyampaikan surat

penyelesaian

pemamnggilan adalah setiap anggota

menghapus
untuk

tersebut

kewenangan

menjatuhkan

perkara

pelanggaran

oleh anggota Polri :

Polri. Dalam hal seseorang yang
dipanggil tidak berada di tempat,

1.

Penerimaan Laporan

Laporan adalah pemberitahuan
yang disampaikan oleh seseorang
karena

hak

atau

kewajiban

berdasarkan undang-undang kepada
pejabat yang berwenang tentang telah
atau

sedang

atau

diduga

akan

terjadinya pelanggran disiplin. Setiap
adanya laporan pelanggaran disiplin
anggota

Polri,

dituangkan

dalam

laporan polisi (LP). Laporan Polisi ini
kemudian

ditindaklanjuti

menerbitkan

Surat

dengan
Perintah

Pemeriksaan (SPP). Berdasarkan SPP
dilakukan

pemanggilan

saksi-saksi

dan

terhadap

pelanggar

guna

pemeriksaan dan terhadap adanya
laporan

yang

belun

jelas

perlu

dilakukan penyelidikan. Dilakukan
oleh

anggota

provos

Polri

atau

petugas yang ditunjuk oleh ankum
untuk menentukan benar tidaknya
terjadi pelanggaran disiplin dan untuk
mengumpulkan bukti permulaan yang
cukup, guna pemeriksaan lebih lanjut.

surat

panggilan

tersebut

dapat

diterimakan kepada keluarganya atau
ketua RT atau Ketua RW atau Ketua
Lingkungan atau Kepala Desa atau
orang lain yang dapat dijamin bahwa
surat

panggilan

disampaikan
bersangkutan.

tersebut

akan

kepada

yang

Terhadap

terperiksa

yaitu setiap anggota Polri yang
diduga

melakukan

pelanggaran

disiplin dan diperiksa pada tingkat
pemeriksaan

pendahuluan

sampai

dengan tingkat sidang disiplin, yang
tidak

memenuhi

panggilan tanpa

alasan yang sah atau menolak untuk
menerima dan menandatangani surat
panggilan

serta

tidak

memenuhi

panggilan untuk ketigakalinya, maka
petugas

dapat

membawa

disertai

dengan surat perintah. Terperiksa
yang

tidak

emmenuhi

panggilan

karena alasan sakit yang dibuktikan
dengan surat keterangan dokter dan
karena

dinas

yang

dipertanggungjawabkan

dapat
oleh

5

atasannya, Provos dapat melakukan
pemeriksaan di tempat.
2.

Pemeriksaan

pelanggaran

disiplin merupakan tindak lanjut
dari adanya penerimaan laporan,

Pemeriksaan

Pemeriksaan

pelanggaran

tertangkap tangan, dan temuan oleh

disiplin adalah proses kegiatan yang

petugas

dimulai dari pemeriksaan oleh provos

berupa pemanggilan terperiksa dan

Polri atau pejabat yang ditunjuk

saksi,

sampai dengan pemeriksaan di depan

pemeriksaan, dan pemeriksaan saksi

sidang disiplin. Pemeriksaan terhadap

ahli.

anggota

disiplin

Polri

dalam

bentuk

pembuatan

kegiatan

berita

Pemeriksaan

acara

pelanggaran

yang

melakukan

disiplin

dilakukan

beberapa anggota yang menyangkut

dengan memperhatikan kepangkatan

2 (dua) daerah kewilayahan atau

sebagai berikut :

lebihdapat dilakukan oleh Provos

pelanggaran

a.

Tantama

dan

bintara

diperiksa

oleh

anggota

Polri

b.

c.

serendah-rendahnya

kesatuan

dilakukan

yang

lebih

(Polwil/Polda/Mabes

oleh

tinggi
Polri).

Pelanggaran disiplin yang dilakukan

berpangkat Bintara.

oleh anggota Polri pada tingkat

Perwira Pertama diperiksa

kewilayahan

oleh

ditindaklanjuti oleh kesatuan anggota

anggota

Polri

yang

tidak

segera

serendah-rendahnya

pelanggar yang dapat menimbulkan

berpangkat Bintara.

keresahan

Perwira

pemeriksaannya

Menengah

diperiksa
Polri

oleh

anggota

serendah-rendahnya

berpangkat

d.

yang

Perwira

masyarakat,
ditangani

oleh

Provos dari kesatuan yang lebih
tinggi.
Pemeriksaan

oleh

Provos

berdasakan

perintah

Pertama.

dilaksanakan

Perwira Tinggi diperiksa

Atasan Ankum. Hasil pemeriksaan

oleh

pelanggaran disiplin dibuat dalam

anggota

Polri

serendah-rendahnya
berpangkat
Menengah.

satu berkas perkara dan diserahkan
Perwira

kepada Ankum guna diselesaikan
perkaranya melalui sidang disiplin.
Terhadap pelanggar disiplin tertentu

6

yang sifatnya memberatkan, provos

dimaksud terdiri dari sampul berkas

dapatmelakukan pengamanan dalam

perkara pelanggaran disiplin, resume,

rangkakeselamatan pelanggar atau

laporan

orang

pencegahan

pemeriksaan, surat panggilan, berita

melakukan perbuatan yang dilarang

acara pemeriksaan terperiksa, saksi

serta

dan saksi ahli, daftar barang bukti,

laindan

kepentingan

penyelesaian

pemeriksaan.
yang

sebagaimana

wilayah

surat

perintah

dan berita acara penyerahan dan

Hal-hal

pelanggaran

polisi,

memberatkan

dimaksud,
dilakukan

tempat

apabila
Negara /

bertugas

dalam

penerimaan barang bukti. Berkas
perkara

pelanggaran

dilimpahkan oleh
Ankum.

disiplin

provos

Berkas

kepada
perkara

keadaan darurat, dalam penugasan

pelanggaran

operasi khusus kepolisian, atau dalam

pemeriksaannya

kondisi siaga I. Tempat pengamanan

pejabat yang ditunjuk diserahkan

sebagaimana

kepada

dimaksud

dilaksanakan

di

provos

dilakukan

untuk

oleh

kemudian

yang

dilimpahkan kepada Ankum. Ankum

ditentukan oleh Ankum. Pengamana

setelah menerima berkas perkara

dilakukan selama-lamanya 1 x 24 jam

pelanggaran

yang selanjutnya diserahkankembali

pendapat

pada

fungsi pembinaan hukum. Pendapat

Ankum.

pembuktian,

tempat

disiplin,apabila

Guna

memperkuat

pemeriksa

dapat

hukum

disiplin

hukum,

dimaksud

meminta

dari

satuan

selambat-

melakukan pengambilan dan /atau

larnbatnya 7 hari telah diserahkan

penerimaan barang bukti pelanggaran

kepada Ankum.

disiplin.
Hasil

3.
pemeriksaan

Pemeriksaan Dalam

terhadap

Sidang Disiplin

saksi, terperiksa, saksi ahli, dan

Penentuan

penyelesaian

administrasi yang berkaitan dengan

pelanggaran disiplin melalui sidang

pelanggaran disiplin disusun menjadi

disiplin

satu

yang

Ankum.Selambat-lambatnya 30 (tiga

perkara

puluh) hari setelah menerima berkas

pelanggaran disiplin. Berkas perkara

perkara pelanggaran dari Provos,

pelanggaran disiplin sebagaimana

Ankum

berkas

berbentuk

perneriksaan
berkas

kewenangan

harus

menyelenggarakan

7

sidang

disiplin.

Untuk

terhukumdan tembusannya diberikan

menyelenggarakan sidang disiplin,

kepada Pejabat Personel, Provos dan

Ankum menetapkan perangkat sidang

Atasan

dan

dimaksud

waktu

pelaksanaan

sidang.

Ankum.Hukuman

disiplin

rnenyebutkan

waktu

Susunan keanggotaan, dan parangkat

penundaan yang jelas dan tidak

sidang, serta tata cara sidang disiplin

melebihi masa 1 (satu) tahun yang

dilaksanakan

berdasarkan

aslinya diberikan kepada Terhukum

Keputusan Kapolri tentang Sidang

dan tembusannya diberikan kepada

Disiplin

Polri.

Pejabat

sebagaimana

Atasan

Bagi

Pelaksanaan

Anggota

hal-hal

Personel,
Ankum.

Provos

dan

Putusan sidang

dimaksud berdasarkan Surat Perintah

disiplin harus sudah ditindaklanjuti

Ankum.

dengan surat keputusan oleh pejabat

4.

yang

Penjatuhan

berwenang

selambat-

lambatnya dalam waktu 30 (tiga

Hukuman
Penjatuhan

hukuman

disiplin

puluh) hari yang tembusan surat

diputuskan dalam sidang disiplin.

keputusannva

Setelah mendengarkan dan / atau

Ankum.

memperhatikan keterangan saksi,

sidang

terperiksa, saksi ahli, pendamping

diserahkan kepada Provos.

terperiksa,
Ankum

serta

barang

menjatuhkan

kepada

Pelaksanaan
disiplin

hukuman

putusan
dimaksud

Berakhir nya

bukti
putusan

disampaikan

masa

disiplin

yang

hukuman disiplin. Putusan hukuman

dilaksanakan Terhukum sesua i

yang dijatuhkan oleh Ankum tidak

masa hukuman yang tercantum

menghapus

atas

dalam surat keputusan hukuman

pelanggaran pidana yang dilakukan

disiplin, selambat-lambatnya 30

oleh Terhukum.

(tiga

tuntutan

pidana

puluh)

hari

setelah

berakhirnya masa hukuman untuk
5.

Pelaksanaan

Hukuman
Hukuman disiplin dicantumkan

hukuman disiplin anggota Polr i
yang

telah

hukuman

selesai
harus

menjalani

dikembalikan

dalam surat keputusan hukuman

pada keadaan semula. Pelaksanaan

disiplin. Aslinya diberikan kepada

pengawasan

terhadap

anggota

8

Polri semasa menjalani hukuman

selanjutnya dijadikan masukan bagi

disiplin dan selesai menjalani

pengisian Riwayat Hidup Persons

hukuman disiplin untuk jangka

Perseorangan

waktu 6 (enam) bulan dilakukan

Pencatatan

oleh Ankum yang pelaksanaan

Perseorangan

sehari-hari dit ugaskan k asepada

pelanggar,

Provos

pelanggaran, Jenis pelanggaran, jenis

guna

rekomendasi
rangka

memberikan

penilaian

Data

Personel

berisikan
waktu

identitas

dan

tempat

dalam

hukuman, Nomor putusan hukuman,

karier

Batas waktu pelaksanaan hukuman.

Rekomendasi

Pencatatan dilaksanakan oleh fungsi

pembinaan

selanjutnya.

(RHPP)”.Buku

penilaian diberikan dalam bentuk

Personel,

surat rekomendasi penilaian dari

Ankum pelanggar.

Provos.

Provos.

Paminal,

dan

Menurut Pasal 16 Peraturan

Setelah dilakukan penjatuhan

Kapolri No. 7 Tahun 2006, apabila

hukuman bagi anggota polri yang

terjadi pelanggaran kumulatif antara

melakukan

pelanggaran disiplin dan pelanggaran

pelanggaran

disiplin

kepolisian sebagaimana diuraikan di

Kode

atas,

bersangkutan

penyelesaiannya dilakukan melalui

dilakukan pencatatan dalam data

Sidang Disiplin atau Sidang Komisi

personel

Kode

kepada

yang

perseorangan.

Hal

ini

Etik

Etik

Profesi

Polri,

Polri

maka

berdasarkan

ditegaskan dalam Pasal 36 Keputusan

pertimbangan atasan Ankum dari

Kepala Kepolisian Negara Republik

terperiksa dan pendapat serta saran

Indonesia No. Pol. : Kep/ 43/IX/2004

hukum

tentang

Pembinaan

Tata

Pelanggaran

Cara

Pengemban
Hukum.

Fungsi

Penanganan

Kepolisian

pelanggaran Kode Etik Profesi Polri

Negara Republik Indonesia yang

dilakukan jika ada laporan atau

berbunyi

:

Disiplin

Penyelesaian

dari

“Setiap

penjatuhan

pengaduan

yang

diajukan

oleh

tindakan disiplin maupun hukuman

masyarakat,

disiplin

sumber lain yang dapat dipertanggung

dilakukan

dalam buku
Personel

pencatatan

Pencatatan

Perseorangan

yang

Data

anggota

Polri

atau

jawabkan. Pengajuan laporan atau
pengaduan

disampaikan

kepada

pengemban fungsi Propam di setiap

9

jenjang organisasi Polri. Berdasarkan
laporan

atau

Propam

pengaduan

kemudian

Pelaksanaan

tersebut

melakukan

hukum

atau

penegakan hukum memberi manfaat

pemeriksaan pendahuluan. Apabila

atau

dari hasil pemeriksaan pendahuluan

ketika

diperoleh dugaan kuat telah terjadi

ditegakkan

pelanggaran Kode Etik Profesi Polri,

menimbulkan

maka Propam mengirimkan berkas

masyarakat, dalam unsur yang ketiga,

perkara

yang

yaitu keadilan karena masyarakat

berwenang dan mengusulkan untuk

sangat berkepentingan bahwa dalam

dibentuk Komisi Kode Etik Polri

pelaksanaan atau penegakan hukum,

untuk selanjutnya dilakukan sidang

keadilan

guna memeriksa Anggota Polri yang

diperhatikan.

kepada

Pejabat

diduga melanggar Kode Etik Profesi
Profesi

Polri

untuk

dijatuhkan

kegunaan

bagi

hukum

masyarakat,

dilaksanakan

jangan sampai
keresahan

harus

atau
malah
dalam

benar-benar

Selain daripada itu perlu juga
diperhatikan disini, bahwa hukum

putusan yang bersifat final. 2

yang dilaksanakan dan ditegakkan

Pelaksanaan

haruslah hukum yang mengandung

penegakan

hukum bertujuan untuk kepastian

nilai-nilai

hukum, kemanfaatan atau kegunaan

penegakan hukum yang sebenarnya,

hukum itu sendiri serta keadilan bagi

menurut Soerjono Soekanto, terletak

masyarakat.

pada

Kepastian

hukum

keadilan.

kegiatan

Hakikat

menyerasikan

merupakan perlindungan yustisiabel

hubungan nilai-nilai yang terjabar

terhadap tindakan sewenang-wenang,

nilai tahap akhir untuk menciptakan,

yang

memelihara

berarti

seseorang

akan

memperoleh sesuatu yang diharapkan
dalam

keadaan

tertentu,

dengan

dan

mempertahankan

kedamaian pergaulan hidup.
Ketiga unsur tersebut harus

adanya kepastian hukum masyarakat

mendapat

akan lebih tertib.

proporsional seimbang, dalam praktek

perhatian

secara

tidak selalu mudah mengusahakan
kompromi
2

H.Pudi Rahardi, M.H. Hukum Kepolisian,
Profesionalisme dan Reformasi Polri.
Laksbang Mediatama, Surabaya, 2007, hal.
172.

secara

proporsional

seimbang antara ketiga unsur tersebut
tanpa kepastian hukum orang tidak

10

tahu apa yang harus diperbuatnya dan

sehingga proses penegakan hukum

akhirnya timbul keresahan, tetapi

dan

terlalu

pada

internal dapat diwujudkan secara

kepastian hukum jadinya terlalu ketat

nyata. Keluhan berkenaan dengan

mentaati peraturan hukum akibatnya

kinerja penegakan hukum di negara

kaku dan akan menimbulkan rasa

kita selama ini selain ketiga faktor di

tidak adil.

Apapun yang terjadi

atas, sebenarnya juga memerlukan

peraturanya

demikian

harus

analisis yang lebih menyeluruh lagi.

dan

Upaya penegakan hukum hanya satu

ditaati

menitik

atau

beratkan

dan

dilaksanakan

keadilan

itu

sendiri

secara

ditegakkan. Menurut M. Friedman

elemen

dalam proses bekerjanya aparatur

persoalan kita sebagai negara hukum

penegak hukum itu, terdapat 3 elemen

yang

penting yang mempengaruhi, yaitu :

menegakkan

a. Institusi penegak hukum beserta
berbagai perangkat sarana dan
prasarana

pendukung

mekanisme

dengan

kerja

mencita-citakan
dan

upaya

mewujudkan

keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia
. Hukum tidak mungkin akan

kerja

tegak, jika hukum itu sendiri atau

yang

terkait
termasuk

kesejahteraan

aparatnya;
c.

keseluruhan

belum mencerminkan perasaan atau

aparatnya,

mengenai

dari

dan

kelembagannya;
b. Budaya

saja

nilai-nilai keadilan yang hidup dalam
masyarakatnya.

Hukum

tidak

mungkin menjamin keadilan jika
materinya sebagian besar merupakan

Perangkat

peraturan

yang

warisan masa lalu yang tidak sesuai

mengandung

baik

kinerja

lagi dengan tuntutan zaman, artinya

kelembagaanya maupun yang

persoalan yang kita hadapi bukan saja

mengatur materi hukum yang

berkenaan dengan upaya penegakan

dijadikan standar kerja, baik

hukum

hukum

hukum atau pembuatan hukum baru.

materilnya

maupun

tetapi

juga

pembaharuan

hukum acaranya.

Oleh karena itu, ada empat (4) fungsi

Upaya penegakan hukum secara

penting yang memerlukan perhatian

sistematik haruslah memperhatikan

yang seksama, yaitu : pembuatan

ketiga aspek itu secara simultan,

hukum (the legislation of law atau

11

Law and rule making), sosialisasi,

pengaduan

penyebarluasan

bahkan

masuk dalam Sub Bidang Provos,

pembudayaan hukum (socialization

maka akan diproses dengan melihat

and

apakah

dan

promulgation

of

law)

dan

masyarakat

perbuatan

tersebut

tindak

pidana

penegakan hukum (the enforcement of

tersebut masuk dalam sidang disiplin

law).

Polri atau Sidang Komisi Kode Etik
Profesi Polri yang ditentukan oleh

B. PROSEDUR

DAN

seorang Ankum. Apabila Ankum

MEKANISME

melihat

PENYELESAIAN PERKARA

pidana tersebut dianggap sebagai

TINDAK

sebuah pelanggaran dan anggota Polri

PIDANA

OLEH

sebagai anggota Polri maka anggota

Polri

Polri tersebut terkena Sidang Disiplin.

diketahui berdasarkan laporan atau

Namun apabila anggota Polri tersebut

pengaduan oleh masyarakat. Laporan

melakukan perbuatan tindak pidana

atau pengaduan tersebut dapat melalui

yang dianggap telah membuat buruk

Direktorat Reserse Kriminal (Dir

nama institusi kepolisian dan dilihat

Reskrim) maupun Sub Bidang Provos

tidak dapat lagi dipertahankan sebagai

untuk menangani dan memeriksa

anggota Polri maka Ankum akan

perkara anggota Polri yang diduga

menjerat

telah melakukan tindak pidana.

dengan hukuman melalui Sidang

oleh

pidana

tindak

yang

dilakukan

tindak

perbuatan

tersebut masih dapat dipertahankan

ANGGOTA POLRI
Adanya

bahwa

anggota

Laporan yang diterima melalui
Dir Reskrim diproses sesuai dengan

anggota

Polri

tersebut

Kode Etik Profesi Polri.
C. PENUTUP

prosedur yang berlaku dalam hal ini

a. KESIMPULAN

anggota Polri diperlakukan sama

1. Penegakan

hukum

terhadap

dimuka hukum seperti masyarakat

disiplin anggota Polri di Polda

biasa bisa melakukan tindak pidana.

Sulawesi

Dalam Dir Reskrim anggota Polri

oleh atasan langsung, atasan

pelaku tindak pidana akan dihukum

tidak langsung, atau anggota

melalui

umum.

Provos sesuai lingkup tugas

atau

dan kewenangannya terhadap

Namun

sidang
apabila

peradilan
laporan

Tengah

dilakukan

12

anggota polri yang melakukan

tahapan-tahapan

pelanggaran

dengan masyarakat biasa bila

disiplin

sifatnya

yang

sedemikian

ringan.Sementara
disiplin

hukuman

dijatuhkan

melakukan

yang

tindak

sama

pidana.

Selain itu, anggota Polri pelaku

oleh

tindak pidana juga mendapat

Ankum dan / atau Atasan

hukuman yang berasal dari

Ankum dapat berupa teguran

lembaga kepolisian yang dapat

tertulis, penundaan mengikuti

diproses

pendidikan paling lama 1 (satu)

Disiplin atau Kode Etik Profesi

tahun, penundaan kenaikan gaji

Hukum

Polri.

berkala, penundaan kenaikan

pidana

itu dianggap sebagai

pangkat untuk paling lama 1

suatu

pelanggaran,

(satu)

yang

anggota Polri terkena Sidang

bersifat demosi, pembebasan

Disiplin. Namun, apabila tetap

jabatan, dan penempatan dalam

dianggap

tempat khusus paling lama 21

pidana, maka anggota Polri

(dua

tersebut

tahun,

puluh

mutasi

satu)

hari.

melalui

ketentuan

Bila

maka

sebagai

akan

tindak

tindak

disidangkan

Penyelesaian

perkara

melalui Sidang Komisi Kode

pelanggaran

disiplin,

Etik Profesi Polri. Hukuman

diselesaikan

menurut

yang diterima anggota Polri

Keputusan Kepala Kepolisian

yang

Negera Republik Indonesia No.

lembaga

Pol. : Kep / 43 / IX / 2004

anggota Polri pelaku tindak

tentang Tata Cara Penyelesaian

pidana ditentukan oleh Ankum

Pelanggaran Disiplin Anggota

yang telah diberi wewenang

Kepolisian Negara Republik

Uuntuk

Indonesia.

tersebut.

2. Penegakan

hukum

pidana

terhadap anggota Polri pelaku
tindak

pidana

dilakukan

berasal

dari

Polri

dalam
terhadap

menangani

kasus

b. SARAN
Perlunya
penyuluhan

terhadap

diberikan
masyarakat,

dengan sidang peradilan umum

agar jangan ragu-ragu melaporkan

yang diproses sesuai dengan

atau mengadukan anggota Polri yang

13

melakukan tindak pidana apa pun

makin

bertambah.

Perlunya

karena Polri membutuhkan masukan

keterbukaan

terhadap

masyarakat

dan kerjasama dengan masyrakat

mengenai

proses

penanganan

dalam upaya peningkatan mutu dari

terhadap anggota Polri baik

kepolisian. Polri perlu meningkatkan

mengenai proses diperadilan umum

adanya penyuluhan baik itu mengenai

maupun hukuman yang berasal dari

Peraturan

Pemerintah,

Keputusan

dalam instansi kepolisian sendiri.

keputusan

Kapolri

maupun

Adanya

ketentuan

yang

itu

jelas

Asasi

mengenai hukuman terhadap anggota

Manusia agar anggota Polri dapat

Polri yang terkena Sidang Disiplin

memiliki lebih banyak pengetahuan

maupun Sidang Kode Etik Profesi

tentang

Polri

Pelanggaran terhadap

hukum

dan

Hak

mengurangi

adanya tindak pidana yang dilakukan

tidak

keputusan

hanya

berdasarkan
Ankum.

oleh anggota Polri yang tiap tahunnya

14

DAFTAR PUSTAKA
A. BUKU BUKU
Abdul kadir Muhammad, Etiksa profesi Hukum , citra Aditiya Bakti, bandung
1997
E.Y Kanter,

Etika Profesi Hukum :

Sebua pendekatan

sosioreligius,

cet.I,jakarta,penerbit storia Grafik ,2001
Jimly Asshiddiqie, Perkembangan dan konsulidasi Lembaga Negara Pasca
Reformasi.
Supriadi,Etika dan tanggung jawab Profesi Hukum Di Indonesia, penerbit sinar
Grafika ,palu ,2006
Zainudin Ali, filsafat Hukum, sinar Graha, tahun 2006
B. PERUNDANG-UNDANGAN
Undang –Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Ketetapan MPR RI Nomor VI/MPR/2000 tentang Pemisahan Tentara Nasional
Indonesia dan kepolisian Negara Republik Indonesia
Undang –Undang Nomor 2 tahun 2002 Tentang Kepolisian
Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia NO. POL 7 Tahun 2006
Tentang Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia
Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia NO. POL 8 Tahun 2006
Tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Komisi Kode Etik Kepolisian Negara
Republik Indonesia.
Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor : 14 Tahun 2011
Tentang Kode Etik profesi Polri.
Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor : 19 Tahun 2012
Tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Komisi Kode Etik Profesi Polri.

15

BIODATA

NAMA

:

SYAHIRUDDIN DAENG MARALA

STAMBUK :

D 101 12 414

TTL

BANRI, 14 FEBRUARI 1979

:

16

Dokumen yang terkait

Suatu Tinjauan Terhadap Penerapan Dissenting Opinion Dalam Penyelesaian Perkara Kepailitan

1 59 96

Penangguhan Penahanan Dalam Proses Pemeriksaan Perkara Pidana Pada Tingkat Penyidikan (Studi Di Kepolisian Daerah Sumatera Utara)

6 104 78

TINJAUAN KRIMINOLOGIS PELANGGARAN LALU LINTAS YANG DILAKUKAN OLEH REMAJA DI WILAYAH HUKUM POLRES TOLITOLI | ALAMSYAH | Legal Opinion 5623 18514 1 PB

0 0 11

TINJAUAN KRIMINOLOGIS TERHADAP KEJAHATAN PERDAGANGAN ANAK (Studi Di Wilayah Kota Palu) | ARIF | Legal Opinion 5575 18341 2 PB

0 0 8

PENEGAKAN HUKUM TERHADAP ANGGOTA POLRI YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA KESUSILAAN ( STUDI KASUS POLDA SULAWESI TENGAH) | ELMINAWATI | Legal Opinion 7323 24439 1 PB

2 10 16

PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PENGRUSAKAN ANJUNGAN TUNAI MANDIRI (STUDI KASUS DI WILAYAH HUKUM KEPOLISIAN RESORT PALU) | NAWIR | Legal Opinion 8937 29347 1 PB

0 0 16

this PDF file PROSES PENYELESAIAN PERKARA ANAK BERDASARKAN MEKANISME DIVERSI (STUDI PADA PERKARA ANAK DI KEPOLISIAN DAERAH SULAWESI TENGAH) | SETIAWAN | Legal Opinion 1 PB

0 0 17

this PDF file TINJAUAN HUKUM PROSEDUR MEDIASI DALAM PENYELESAIAN PERKARA PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA PALU | KAMARIYAH | Legal Opinion 1 PB

0 1 12

PENERAPAN KODE ETIK PROFESI POLRI TERHADAP ANGGOTA YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA (Studi Kasus Di Wilayah Hukum Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah)

0 0 14

IMPLEMENTASI KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL DALAM PENYELESAIAN PERKARA PELANGGARAN YANG DILAKUKAN OLEH ANGGOTA POLRI Repository - UNAIR REPOSITORY

0 0 11