this PDF file TINJAUAN HUKUM PROSEDUR MEDIASI DALAM PENYELESAIAN PERKARA PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA PALU | KAMARIYAH | Legal Opinion 1 PB
TINJAUAN HUKUM PROSEDUR MEDIASI
DALAM PENYELESAIAN PERKARA PERCERAIAN
DI PENGADILAN AGAMA PALU
ANIK KAMARIYAH - D 101 13 570
Dosen Pembimbing :
1. Dr. H. Sahlan, S.H., S.E., M.S.
2. Armin K. S.H., M.H.
Abstrak
Perceraian merupakan salah satu penyebab putusnya perka winan yang paling
banyak terjadi dimasyarakat. Hal ini dapat dilihat dari kecenderungan makin
meningkatnya jumlah gugatan perceraian yang terdaftar di Pengadilan Agama Palu.
Dalam proses penyelesaian perkara termasuk yang berkaitan dengan gugatan
perkara perceraian oleh lembaga peradilan tertinggi di negara ini telah
mengeluarkan suatu peraturan mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2016 tentang
prosedur mediasi di pengadilan. Peraturan tersebut mengharuskan kepada setiap
perkara yang diproses di Pengadilan termasuk pengadilan Agama Palu, harus
didahului dengan proses mediasi untuk menyelesaikan perkaranya secara damai.
Namun dalam kenyataan dalam perjalan waktu, pelaksanaan mediasi terhadap
perkara-perkara yang ditangani oleh pengadilan termasuk pengadilan Agama Palu
perkara yang selesai secara damai dapat dihitung dengan jari. Sehingga perlu dicari
pokok permasalahannya apa sebenaranya yang terjadi. Dalam penelitian ini diberi
judul : tinjauan Hukum prosedur Mediasi Perkara Perceraian Di Pengadilan Agama
Palu; dengan tujuan penelitian untuk mengetahui masing-masing Prosedur mediasi
perkara perceraian pada Pengadilan Agama Palu dan Hambatan yang dihadapi
mediator dalam pelaksanaan mediasi perkara perceraian di Pengadian Agama Palu.
Mediator dalam menjalankan tugasnya melaksanakan mediasi terhadap
perkara-perkara perceraian di pengadilan agama Palu selama ini adalah dalam
prosesnya dapat dibagi dalam dua tahapan proses yakni adalah sebagai berikut:
Pertama tahapan pramediasi dan tahapan pelaksanaan media. Dalam tahapan pra
mediasi merupakan tahapan dimana hakim ketua pemeriksa perkara membuka
sidang pada hari pertama dan disampaikan kepada para pihak mengenai keharusan
mediasi. kepada para pihak diberikan waktu untuk menunjuk mediatoruntuk
melaksanakan mediasi. Dalam pelaksanaan mediasi apabila terjadi kesepakatan
akan dibuatkan kesepakata bersama yang akan ditanda tangani oleh para pihak dan
mediatornya. Sedangkan jika mediasinya gagal akan dilaporkan secara tertulis
kepada hakim pemeriksa perkara. Hakim pemeriksa perkara yang mendapatkan
laporan kegagalan mediasi akan menentukan hari sidang dan melanjutkan
persidangan pemeriksaan pokok perkara.
Kata Kunci : Prosedur Mediasi, Penyelesaian Perkara, Perceraian
1
I.
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Walaupun
tujuan
perkawinan
mewujudkan keluarga tenteram dan
fitrah
kasih sayang sebagaimana di cita-
melangsungkan
citakan Undang-Undang Perkawinan.
keturunan sebagai khalifah di muka
Namun hal ini tidak selamanya dapat
bumi. Hanya dengan cara perkawinan
diwujudkan
kehidupan
hidup
dipelihara dengan baik oleh suatu
bersang-pasangan membentuk rumah
keluarga. Hal ini ditegaskan H. Amiur
tangga. Perkawinan merupakan cara
Nuruddin dan Azhari Akmal Tarigan
Allah
bahwa;
Perkawinan
manusia
merupakan
untuk
manusia
dapat
Subhana
Wataalah
menghalalkan hubungan manusia yang
haram menjadi halal dalam konsep
agama karena berlainan jenis (laki-laki
dan perempuan) dalam suatu keluarga
sepanjang
hidup.
Namun
dalam
kehidupan masyarakat manusia, tujuan
perkawinan tidak selamanya terwujud
sebagaimana
pasangan
diharapkan
suami
istri.
oleh
Kadang
perkawinan yang dilaksanakan dengan
tujuan
membentuk
keluarga
yang
sakinah mawaddah warahmah, hanya
sebatas slogan indah tetapi tidak jadi
nyata karena kandas dalam perjalanan
hidup. Sehingga rumah tangga yang
karena
tidak
dapat
“Namun sering kali apa yang
menjadi tujuan perkawinan kandas
di perjalanan. Perkawinan harus
putus di tengah jalan. Sebenarnya
putusnya perkawinan merupakan
hal yang wajar saja, karena makna
dasar sebuah akad nikah adalah
ikatan atau dapat dikatakan
perkawinan pada dasarnya adalah
kontrak”1.
Sedangkan
dalam
Undang-
undang perkawinan pada Pasal 38 UU
Nomor 1 Tahun 1974 ditegaskan
bahwa perkawinan dapat putus karena
kematian,
perceraian
dan
keputusan
pengadilan.
demikian
dalam
atas
Dengan
undang-undang
perkawinan perceraian dimungkinkan
dibangun dengan alasan cinta kasih,
berakhir dengan perceraian di palu
hakim.
1
. H. Amiur Nuruddin dan Azhari
Akmal Tarigan, 2012, Hukum Perdata Islam
di Indonesia, Studi Kritis Perkembangan
Hukum Islam dari Fikih, UU No. 1/1974
sampai KHI, Kecana, Jakarta, hlm, 206
2
tetapi dengan suatu persyaratan dan
perceraian
prosedur
pengadilan
sebagaimana
ditegaskan
dipengadilan
Agama
bagi
(baik
kalangan
dalam peraturan hukum berlaku (UU
muslim maupun Pengadilan Negeri
Nomor 1 Tahun 1974 dan peraturan
bagi non Muslim) sebelum proses
pendukungnya).
persidangan dilaksanakan oleh Majelis
Kemudian Hilman Hadikusuma
untuk mencari solusi dan jalan keluar
menegaskan bahwa;
“Dasar-dasar
berakibat
yang
perceraian
dapat
perkawinan
hanya sebagai berikut :
a. Zina;
b. Meninggalkan tempat tinggal
bersama dengan itikat buruk;
c. Dikenakan hukuman penjara
lima tahun atau hukuman yang
lebih berat lagi setelah
dilangsungkan perkawinan;
d. Pencederaan
berat
atau
penganiayaan, yang dilakukan
oleh salah seorang dari suami
istri terhadap yang lainnya
sedemikian
rupa
sehingga
membahayakan
keselamatan
jiwa atau mendatangkan lukaluka yang berbahaya”2.
Perkawinan terjadi karena sutu
perbuatan
hukum,
Hakim akan dilakukan dengan mediasi
maka
untuk
yang terbaik bagi keutuhan
rumah
tangga para pihak.
B.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana prosedur mediasi
perkara
perceraian
pada
Pengadilan Agama Palu?
2. Hambatan
yang
dihadapi
mediator dalam pelaksanaan
mediasi perkara perceraian di
Pengadilan Agama Palu ?
II.
PEMBAHASAN
A.
Prosedur Mediasi Perkara
Perceraian Pada Pengadilan
Agama Palu
Terintegrasinya mediasi dalam
memutuskan perkawinan juga dengan
peradilan
formal
sebagai
suatu
proses hukum sebagaimana ditentukan
prasyarat
perkara
untuk
dapat
dalam
diperiksa
lebih
lanjut
oleh
peraturan
berlaku.
Proses
Pengadilan(baik
2
. H. Hilman Hadikusuma, 2007,
Hukum Perkawinan Indonesia, Menurut
Perundangan, Hukum Adat, dan Hukum
Agama, Mandar Maju, Bandung, hlm, 150
oleh
Pengadilan
Negeri maupun Pengadilan Agama).
Dengan
demikian
setiap
perkara
3
perdata yang ditangani Pengadilan
putusan Hakim. Hal ini sebagaimana
Negeri dan Pengadilan Agama akan
ditegaskan M. Yahya Harahap bahwa;
didahului dengan proses mediasi untuk
Kenyataan praktik
mencari selusi penyelesaian damai.
jarang dijumpai putusan perdamaian.
Proses mediasi sebeum pemeriksaan
Produk
lebih lanjut perkara yang ditangani
peradilan dalam penyelesaian perkara
Pengadilan
yang diajukan kepadanya, hampir 100
Agama
merupakan
hukum
yang
dihasilkan
langkah awal untuk menyelesaiakan
%
perkara pihak bersengketa. Perkara
konvensional yang bercorak menang
yang
atau kalah ( winning or lossing)3.
diproses
lebih
lanjut
oleh
Pengadilanmerupakan perkara-perkara
yang
mediasinya
berupa
Kenyataan
putusan
sebagaimana
berhasil
ditegaskan diatas yang merupakan
menyelesaikan sengketa secara damai.
dasar tindakan Mahkamah Agung
Hal ini sebagaimana ketentuan Pasal 4
Republik
ayat (1) Perma Nomor 1 Tahun 2016.
Peraturan Mahkamah Agung mengenai
Secara
tidak
(persen)
yang dihadapi,
histori
pelaksanaan
Indonesia
penerapan
menerbitkan
mediasi di
mediasi terhadap perkara-perkara yang
Sebelum
di tangani Pengadilan Negeri maupun
proses perkara dipengadilan, Hakim
Pengadilan Agama
yang
ketentuan
Rbg.
berawal dari
Pasal 130 HIR dan 154
Diutamakannya
penyelesaian
penerapan
Pengadilan.
Perma
menangani
dalam
perkara
memperlakukan Pasal 130 HIR/154
Rbg hanya sekedar himbauan belaka.
perkara secara damai oleh Pasal 130
Sehingga
HIR/154 Rbg karena penyelesaian
support terhadap para pihak berpekara
perkara
untuk
melalui
perdamaian
seakan-akan
menyelesaikan
tidak
ada
perkaranya
memberikan rasa keadilan kepada
secara damai. Sebagaimana disinyalir
pihak bersengketa. Namun kenyataan
Rahmadi
selama penerapan Pasal 130 HIR/154
berperannya
Usman
sama
bahwa
sekali
tidak
lembaga
Rbg hampir semua perkara yang
ditangani Pengadilan selesai melalui
3
. M. Yahya Harahap, Op Cit, hlm, 241
4
damai dalam Pasal 130 HIR/154 Rbg
disempurnakan dengan Perma Nomor
sebagai landasan hukum penyelesaian
1 Tahun 2016.
perkara melalui perdamaian, bukan
Pentingnya mediasi yang telah
karena kurangnya kemampuan, dan
terintegrasi
kecakapan
lebih
berusaha mengakhiri sengketa yang
dimotivasi dan peran advokat atau
diperkarakan di Pengadilan melalui
kuasa hukum4.
perdamaian.
Hakim
tetapi
Pandangan demikian ditegaskan
Pada umumnya sikap dan prilaku
Hakim menerapkan Pasal 130
HIR, hanya bersifat formalitas.
Kalau
bagitu
kemandulan
peradilan
menghasilkan
penyelesaian melalui perdamaian
bukan karena distorsi pihak
advokat atau kuasa hukum, tetapi
melekat pada diri para Hakim
yang lebih mengedepankan
sikap
formalitas
daripada
panggilan dedikasi dan seruan
moral5.
Berdasar pada penegasan diatas,
maka Mahkamah Agung berusaha
mencari solusi untuk meng-efektifkan
13
HIR/154
Rgb,
dengan
mengeluarkan Perma Nomor 2 Tahun
2003, kemudian diganti dengan Perma
Nomor 1 Tahun 2008 dan sekarang
4
5
. Rachmadi Usman, Op Cit, hlm, 27
. M. Yahya Harahap, Ibid, hlm, 241
Pengadilan
Penyelesaian
guna
perkara
secara damai akan memberikan rasa
keadilan bagi pihak-pihak berperkara,
pula M. Yahya Harahap bahwa;
Pasal
di
karena
penyelesaiannya
tidak
ada
menang kalah. Hali ini ditegaskan juga
oleh Rahmadi Usman bahwa; Bila
dicermati konsiderans menimbang dari
Perma Nomor 2 Tahun 2003 (sekarang
tentunya Perma Nomor 1 Tahun 2016),
dapat diketahui pertimbangan perlunya
institusionalisasi proses mediasi dalam
sistem peradilan, yaitu :
Pertama ,
untuk
mengatasi
penumpukan
perkara
di
Pengadilan.
Karena
untuk
mengatasi penumpukan perkara
dimaksud perlu diadakan suatu
instrumen yang efektif dan
mampu mengatasi kemungkinan
penumpukan
perkara
di
Pengadilan,
termasuk
penumpukan perkara kasasi di
Mahkamah Agung. Salah satu
atau diantaranya adalah sistem
mediasi,
dengan
cara
pengintegrasian mediasi kedalam
beracara dipengadilan;
5
Kedua , keefektifan mediasi ini
dikerenakan proses lebih cepat
(expedited procedure) dan murah
(zero
cost),
serta
dapat
memberikan akses kepada para
pihak yang bersengketa untuk
memperoleh
keadilan
atau
penyelesaian yang memuaskan
atas sengketa yang dihadapi oleh
para pihak.6
Pelaksanaan mediasi terhadap
setiap perkara yang diterima untuk
diproses Pengadilan Agama
proses
mediasinya
berikut.
Hal
Palu
adalah sebagai
ini
sebagaimana
ditegaskan oleh Bapak Drs. H. Mal
Tahapan Pra Mediasi keharusan
Hakim
Palu disesuaikan dengan prosedur
mediasi
sebagaimana
yang
diatur
dalam Perma Nomor 1 Tahun 2016.
Pelaksanaan prosedur mediasi yang
dilakukan
olah Pengadilan Agama
Palu dibagi dalam dua tahapan yakni
adalah sebagai berikut :
1. Tahapan pra mediasi; dan
2. Tahapan pelaksanaan mediasi.
perkara
untuk
menjelaskan keharusan para pihak
melakukan
mediasi
merupakan
perintah
peraturan
perundang-
undangan.
Sehingga
bila
tidak
melakukan mediasi terhadap perkara
yang diperiksanya, maka terhadap
perkara tersebut bila dilakukan upaya
hukum banding atau kasasi, maka akan
diperintahkan
pelaksanaan
mediasi
Pengadilan
oleh
ulang
Agama,
melalui putusan sela8.
Tahapan pelaksanaan mediasi,
Domu, S.H., M.H bahwa7; mediasi
yang dilaksanakan Pengadilan Agama
pemeriksa
pada tahapan ini Hakim ketua majelis
pemeriksa
perkara
persidangan
akan
dan
menunda
menunggu
pelaksanaan mediasi para pihak yang
akan dimediasi oleh mediator
yang
ditunjuk para pihak atau Hakim ketua
pemeriksa perkara. Setelah mediator
pilihan
para
pihak
bersengketa
mendapatkan penetapan dari Hakim
ketua
mejelis
mediator
yang
pemeriksa
ditunjuk
perkara,
akan
8
6
. Rachmadi Usman, Op Cit, hlm, 30
7
. Drs. H. Mal Domu, S.H., M.H
Hakim Pengadilan Agama Palu. Wawncara
tanggal 11 Oktober 2017.
. Putusan sela adalah putusan yang
dijatuhkan
sebelum putusan akhir yang
diadakan dengan tujuan untuk memungkinkan
atau mempermudah kelanjutan pemeriksaan
perkara (Riduan Syahrani, buku materi Hukum
Acara Perdata, hlm, 123).
6
menentukan
waktu
pelaksanaan
perdamaian, maka kesepakatan harus
mediasi. Sehingga jurusita Pengadilan
memuat
Agama
Sebagaimana
Palu
akan
pemanggilan untuk
melakukan
medasi
sesuai
waktu yang ditentukan oleh mediator.
pencabutan
gugatan.
ditegaskan
dalam
ketentuan Pasal 27 Ayat (5) Perma
bahwa;
Jika
Para
Pihak
tidak
Pelaksanaan mediasi hanya ada
menghendaki Kesepakatan Perdamaian
dua kemungkinan yang dapat terjadi
dikuatkan dalam Akta Perdamaian,
yakni mediasi gagal sehingga perkara
Kesepakatan
harus
memuat pencabutan gugatan.
diproses
lebih
lanjut,
dan
mediasi berhasil sehingga perkara
Perdamaian
Penanda
tangan
wajib
kesepakata
selesai dan prosesnya berhenti sampai
perdamaian oleh para pihak dan
disitu.
mediator, yang ditindak lanjuti dengan
Apabila proses mediasi berhasil
pencabutan gugatan, maka perkara
mencapai perdamaian, maka mediator
tersebut
telah
akan membuatkan perdamaian yang
pengadilan akan dihapus dari daftar
akan ditanda tangani oleh para pihak
perkara. Dengan terjadi kesepakatan
dan
Perdamaian
yang
perdamaian
ditanda tangani para pihak
dan
berperkara,
mediator.
selesai
oleh
maka
dan
oleh
para
pihak
mediator
akan
mediator dapat dikuatkan dengan akta
melaporkan kepada Hakim pemeriksa
perdamaian oleh Hakim pemeriksa
perkara
perkara apabila pihak bersengketa
kesepakatan
berkeinginan
pihaknya.
untuk
itu.
Akta
dengan
menyerahkan
perdamaian
para
perdamain yang ditetapkan Hakim
pemeriksa perkara bukan merupakan
B. Kendala Dalam Pelaksanaan
Mediasi Di Pengadilan Agama
keharusan, tetapi hanya berdasar pada
keinginan para pihaknya.
Apabila
kesepakatan perdamaian yang dibuat
dan ditanda tangani oleh para dan
mediator
tidak
dibuatkan
akta
Hambatan yang utama dalam
pelaksanaan proses mediasi datang
dari pihak-pihak berperkara. Dimana
dalam
pelaksanaan
mediasi
sebagaimana ditentukan oleh mediator
7
biasanya salah satu pihaknya tidak
datang tanpa alasan. Sehingga
pelaksanaan mediasi tidak dapat
lakukan. Kalaupun para pihaknya
datang ada hari pelaksanaan mediasi,
salah satu pihaknya bersikeras untuk
meanjutkan
persidangan.
Dalam
kondisi demikian, maka mediator
sudah tidak bisa beruat apa-apa lagi9.
Hal ini sebagaimana ditegaskan
Mal Domu Hakim Pengadilan Agama
Palu bahwa;
“Kendala yang dihadipi oleh
mediator dalam melakukan mediasi
kasus-kasus perkara perceraian
berbeda-satu dengan lainnya. Ini
disebabkan
karena
penyebab
terjadinya perkara perceraian juga
berbeda
beda.
Ada
perkara
perceraian
disebabkan
karena
ketidakcocokan
lagi
sehingga
terjadi pertengkaran yang tidak
dapat dirujukkan kembali, bahkan
ada disebabkan oleh karena
cemburu dan lain sebagainya”10.
Faktor penghambat sebagaimana
disebutkan tersebut merupakan faktor
utama
penghambat
terlaksananya
mediasi. Ketidakhadiran
pihak
dalam
sebagaimana
salah satu
pelaksanaan
dijadwalkan
mediasi
oleh
Hal senada dikemukakan oleh
mediator yang paling sering terjadi.
Faktor penghambat lainnya adalah
para pihak datang mengadiri mediasi
tetapi sudah tidak mau rujuk lagi
dengan berbagai alasan. Sehingga
mediator dalam menghadapi sikap
demikian sudah tidak dapat berbuat
apa-apa lagi. Jika keadaan sudah
demikian maka medaitor hanya dapat
seorang
perkara harus dilanjutkan.
cerai
yang
namanya tidak mau disebutkan (sebut
saja ibu X) bahwa ibu X menggugat
cerai suaminya karena suaminya ada
wanita idaman lain, dari pada sakit hati
lebih baik sekalian pisah saja supaya
tidak ada yang membuat sakit hati dan
pusing11.
Berdasar
melaporkan kepada Hakim pemeriksa
perkara bahwa mediasi gagal dan
penggugat
penegasan diatas,
maka dapat di pahami bahwa dalam
pelaksanaan
mediasi
perkara
10
9
. Bapak Mal Domu Hakim Pengadilan
Agama Palu, wawancara Tanggal 11 Oktober
2017
. Bapak Mal Domu Hakim Pengadilan
Agama Palu, wawancara tanggal 11 Oktober
2017
11
. Seorang Ibu yang menggugat cerai
suaminya
namun
tidak
menyebutkan
Identitasnya wawancara tanggal 11 Oktober
2017.
8
perceraian sudah dapat dipastikan
dalam prosesnya akan menghadapi
banyak
kendala.
Kendala-kendala
dalam
pelaksanaan
A. Kesimpulan
-
Pelaksanaan
mediasi
perkara
perceraian di Pengadilan Agama
dapat
Palu dilakukan dalam dua tahapan
disebabkan berbagai hal, diantaranya :
yaitu: a. Tahapan pra mediasi dan
a.
b. Tahapan mediasi.
b.
c.
Pihak
mediasi
berperkara
mengajukan
perkaranya ke Pengadilan karena
Pada tahapan pra mediasi, dimulai
rumah tangganya sudah tidak
pada
dapat
pemeriksa perkara memberikan
diperbaiki
lagi,
terjadi
penyampaian
hakim
cekcok berkepanjangan. Hal ini
pemahaman
mengenai
merupakan salah satu alasan untuk
kepada
bercerai yang disebut dalam Pasal
Kemudian setelah itu sidang di
39 ayat (2) UU Nomor 1 Tahun
tunda
1974;
kesempatan menunjuk mediator
pihak
media
berperkara.
untuk
memberikan
di
paling lama 2 hari mulai hari
Pengadilan masih relatif minim
sidang pertama. Jika para pihak
baik jumlah maupun kemapuan
telah menunjuk mediator, oleh
untuk menjadi mediator; khusus
hakim ketua pemeriksa perkara
mediator
dengan
membuat
keterbatasan waktu dan padatnya
mediator
pekerjaan
panitera/panitrea
Mediator
yang
tersedia
Hakim
akan
mengakibatkan
penetapan
terpilih
dan
terhadap
melalui
pembantu
tidak maksimal dalam melakukan
disampaikan
kepada
mediasi;
pilihan
Waktu untuk melakukan mediasi
menentukan
yang relatif terbatas, sehingga
mediasi.
pelaksanaan mediasi juga tidak
Sedankan pada tahapan mediasi,
maksimal.
dimana
para
pihak
hari
mediator
mediator
untuk
pelaksanaan
setelah
menentukan waktu pelaksanaan
III. PENUTUP
mediasi
akan
dilakukan
9
pemanggilan sacara sah kepada
berat
para
melakukan
menyelesaiakan berbagai macan
mediasi. Pada tahap pelaksanaan
perkara yang dibebankan untuk
mediasi waktu ditentukan paling
diputus.
lama 30 hari sejak penunjukan
pelaksanaan
mediator terpilih. Dalam jangka
diperoleh selama peatihan mediasi
waktu
di Mahkamah Agung tidak dapat
pihak
untuk
tersebut
mediasi
pelaksanaan
berhasil,
tanganan
akta
Faktor
untuk
Sehingga
tekhnik
mediasi
yang
B. Saran
-
Sebaiknya yang yang menjadi
mediator jangan ada yang dari
perdamaian.
-
padat
dilaksanakan dengan baik.
maka
dilaksanakan perdamaian dengan
penanda
dan
penghambat
hakim
dalam
sebab
hakim
yang
perkara
keadaannya terbatas jumlahnya
perceraian, umumnya datang dari
sudah dibebani dengan tugas berat
para pihak berperkara dengan cara
sehingga
tidak hadir pada hari pelaksanaan
tugas
mediasi yang telah ditentukan baik
maksimal
secara bersama-sama atau secara
mempunyai sertifikat mediator.
pelaksanaan
mediasi
bergantian. Atau mereka datang
-
dalam
menjalankan
mediator
tidak
walaupun
Sebaiknya
telah
mediator
yang
pada hari pelaksanaan mediasi
disiapkan
tetapi sudah bersikeras tidak mau
pengawai
melaksanakan perdamaian sebab
sebagaimana
sudah
kecocokan
Pasal 1 angka 13 Perma nomor 1
sehingga rumah tangganya tidak
Tahun 2016. Sehingga tidak ada
perlu dipertahankan. Sementara
lagi mediator hakim, yang ada
faktor lainnya, keterbatasan waktu
hanya
hakim
pengadilan dan pihak lain yang
tidak
ada
melaksanakan
mediasi
oleh
akan
negara
adalah
pengadilan,
ditentukan
mediator
secara maksimal sebab hakim
terdaftar
mempunyai tugas yang sangat
bersertifikat.
dalam
pengawai
sebagaimediator
10
DAFTAR PUSTAKA
BUKU :
H. Amiur Nuruddin dan Azhari Akmal Tarigan, 2012, Hukum Perdata Islam di
Indonesia, Studi Kritis Perkembangan Hukum Islam dari Fikih, UU No.
1/1974 sampai KHI, Kecana, Jakarta.
H.
Hilman Hadikusuma, 2007, Hukum Perkawinan Indonesia, Menurut
Perundangan, Hukum Adat, dan Hukum Agama, Mandar Maju, Bandung.
M. Yahya Harahap, 2008, Hukum Acara Perdata tentang Gugatan, Persidangan,
Penyitaan, Pembuktian, dan Putusan Pengadilan , Sinar Grafika, Jakarta.
Rachmadi Usman, 2012, Mediasi Di Pengadilan Dalam Teori dan Praktik, Sinar
Grafika, Jakarta.
JURNAL dan Wawancara:
Putusan sela adalah putusan yang dijatuhkan sebelum putusan akhir yang diadakan
dengan tujuan untuk memungkinkan atau mempermudah kelanjutan
pemeriksaan perkara (Riduan Syahrani, buku materi Hukum Acara Perdata,
hlm, 123).
Drs. H. Mal Domu, S.H., M.H Hakim Pengadilan Agama Palu. Wawncara tanggal
11 Oktober 2017.
Seorang Ibu yang menggugat cerai suaminya namun tidak menyebutkan Identitasnya
wawancara tanggal 11 Oktober 2017.
11
BIODATA MAHASISWA
DATA PROFIL
NAMA
:
ANIK KAMARIYAH
TEMPAT/TANGGAL LAHIR
:
BLUMBANG, 22 APRIL 1988
JENIS KELAMIN
:
PEREMPUAN
AGAMA
:
ISLAM
ALAMAT
:
JL. DR. WAHIDIN NO. 15 PALU
Email
:
anikqamariyah@yahoo.com
No. Handphone
:
082290417600
12
DALAM PENYELESAIAN PERKARA PERCERAIAN
DI PENGADILAN AGAMA PALU
ANIK KAMARIYAH - D 101 13 570
Dosen Pembimbing :
1. Dr. H. Sahlan, S.H., S.E., M.S.
2. Armin K. S.H., M.H.
Abstrak
Perceraian merupakan salah satu penyebab putusnya perka winan yang paling
banyak terjadi dimasyarakat. Hal ini dapat dilihat dari kecenderungan makin
meningkatnya jumlah gugatan perceraian yang terdaftar di Pengadilan Agama Palu.
Dalam proses penyelesaian perkara termasuk yang berkaitan dengan gugatan
perkara perceraian oleh lembaga peradilan tertinggi di negara ini telah
mengeluarkan suatu peraturan mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2016 tentang
prosedur mediasi di pengadilan. Peraturan tersebut mengharuskan kepada setiap
perkara yang diproses di Pengadilan termasuk pengadilan Agama Palu, harus
didahului dengan proses mediasi untuk menyelesaikan perkaranya secara damai.
Namun dalam kenyataan dalam perjalan waktu, pelaksanaan mediasi terhadap
perkara-perkara yang ditangani oleh pengadilan termasuk pengadilan Agama Palu
perkara yang selesai secara damai dapat dihitung dengan jari. Sehingga perlu dicari
pokok permasalahannya apa sebenaranya yang terjadi. Dalam penelitian ini diberi
judul : tinjauan Hukum prosedur Mediasi Perkara Perceraian Di Pengadilan Agama
Palu; dengan tujuan penelitian untuk mengetahui masing-masing Prosedur mediasi
perkara perceraian pada Pengadilan Agama Palu dan Hambatan yang dihadapi
mediator dalam pelaksanaan mediasi perkara perceraian di Pengadian Agama Palu.
Mediator dalam menjalankan tugasnya melaksanakan mediasi terhadap
perkara-perkara perceraian di pengadilan agama Palu selama ini adalah dalam
prosesnya dapat dibagi dalam dua tahapan proses yakni adalah sebagai berikut:
Pertama tahapan pramediasi dan tahapan pelaksanaan media. Dalam tahapan pra
mediasi merupakan tahapan dimana hakim ketua pemeriksa perkara membuka
sidang pada hari pertama dan disampaikan kepada para pihak mengenai keharusan
mediasi. kepada para pihak diberikan waktu untuk menunjuk mediatoruntuk
melaksanakan mediasi. Dalam pelaksanaan mediasi apabila terjadi kesepakatan
akan dibuatkan kesepakata bersama yang akan ditanda tangani oleh para pihak dan
mediatornya. Sedangkan jika mediasinya gagal akan dilaporkan secara tertulis
kepada hakim pemeriksa perkara. Hakim pemeriksa perkara yang mendapatkan
laporan kegagalan mediasi akan menentukan hari sidang dan melanjutkan
persidangan pemeriksaan pokok perkara.
Kata Kunci : Prosedur Mediasi, Penyelesaian Perkara, Perceraian
1
I.
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Walaupun
tujuan
perkawinan
mewujudkan keluarga tenteram dan
fitrah
kasih sayang sebagaimana di cita-
melangsungkan
citakan Undang-Undang Perkawinan.
keturunan sebagai khalifah di muka
Namun hal ini tidak selamanya dapat
bumi. Hanya dengan cara perkawinan
diwujudkan
kehidupan
hidup
dipelihara dengan baik oleh suatu
bersang-pasangan membentuk rumah
keluarga. Hal ini ditegaskan H. Amiur
tangga. Perkawinan merupakan cara
Nuruddin dan Azhari Akmal Tarigan
Allah
bahwa;
Perkawinan
manusia
merupakan
untuk
manusia
dapat
Subhana
Wataalah
menghalalkan hubungan manusia yang
haram menjadi halal dalam konsep
agama karena berlainan jenis (laki-laki
dan perempuan) dalam suatu keluarga
sepanjang
hidup.
Namun
dalam
kehidupan masyarakat manusia, tujuan
perkawinan tidak selamanya terwujud
sebagaimana
pasangan
diharapkan
suami
istri.
oleh
Kadang
perkawinan yang dilaksanakan dengan
tujuan
membentuk
keluarga
yang
sakinah mawaddah warahmah, hanya
sebatas slogan indah tetapi tidak jadi
nyata karena kandas dalam perjalanan
hidup. Sehingga rumah tangga yang
karena
tidak
dapat
“Namun sering kali apa yang
menjadi tujuan perkawinan kandas
di perjalanan. Perkawinan harus
putus di tengah jalan. Sebenarnya
putusnya perkawinan merupakan
hal yang wajar saja, karena makna
dasar sebuah akad nikah adalah
ikatan atau dapat dikatakan
perkawinan pada dasarnya adalah
kontrak”1.
Sedangkan
dalam
Undang-
undang perkawinan pada Pasal 38 UU
Nomor 1 Tahun 1974 ditegaskan
bahwa perkawinan dapat putus karena
kematian,
perceraian
dan
keputusan
pengadilan.
demikian
dalam
atas
Dengan
undang-undang
perkawinan perceraian dimungkinkan
dibangun dengan alasan cinta kasih,
berakhir dengan perceraian di palu
hakim.
1
. H. Amiur Nuruddin dan Azhari
Akmal Tarigan, 2012, Hukum Perdata Islam
di Indonesia, Studi Kritis Perkembangan
Hukum Islam dari Fikih, UU No. 1/1974
sampai KHI, Kecana, Jakarta, hlm, 206
2
tetapi dengan suatu persyaratan dan
perceraian
prosedur
pengadilan
sebagaimana
ditegaskan
dipengadilan
Agama
bagi
(baik
kalangan
dalam peraturan hukum berlaku (UU
muslim maupun Pengadilan Negeri
Nomor 1 Tahun 1974 dan peraturan
bagi non Muslim) sebelum proses
pendukungnya).
persidangan dilaksanakan oleh Majelis
Kemudian Hilman Hadikusuma
untuk mencari solusi dan jalan keluar
menegaskan bahwa;
“Dasar-dasar
berakibat
yang
perceraian
dapat
perkawinan
hanya sebagai berikut :
a. Zina;
b. Meninggalkan tempat tinggal
bersama dengan itikat buruk;
c. Dikenakan hukuman penjara
lima tahun atau hukuman yang
lebih berat lagi setelah
dilangsungkan perkawinan;
d. Pencederaan
berat
atau
penganiayaan, yang dilakukan
oleh salah seorang dari suami
istri terhadap yang lainnya
sedemikian
rupa
sehingga
membahayakan
keselamatan
jiwa atau mendatangkan lukaluka yang berbahaya”2.
Perkawinan terjadi karena sutu
perbuatan
hukum,
Hakim akan dilakukan dengan mediasi
maka
untuk
yang terbaik bagi keutuhan
rumah
tangga para pihak.
B.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana prosedur mediasi
perkara
perceraian
pada
Pengadilan Agama Palu?
2. Hambatan
yang
dihadapi
mediator dalam pelaksanaan
mediasi perkara perceraian di
Pengadilan Agama Palu ?
II.
PEMBAHASAN
A.
Prosedur Mediasi Perkara
Perceraian Pada Pengadilan
Agama Palu
Terintegrasinya mediasi dalam
memutuskan perkawinan juga dengan
peradilan
formal
sebagai
suatu
proses hukum sebagaimana ditentukan
prasyarat
perkara
untuk
dapat
dalam
diperiksa
lebih
lanjut
oleh
peraturan
berlaku.
Proses
Pengadilan(baik
2
. H. Hilman Hadikusuma, 2007,
Hukum Perkawinan Indonesia, Menurut
Perundangan, Hukum Adat, dan Hukum
Agama, Mandar Maju, Bandung, hlm, 150
oleh
Pengadilan
Negeri maupun Pengadilan Agama).
Dengan
demikian
setiap
perkara
3
perdata yang ditangani Pengadilan
putusan Hakim. Hal ini sebagaimana
Negeri dan Pengadilan Agama akan
ditegaskan M. Yahya Harahap bahwa;
didahului dengan proses mediasi untuk
Kenyataan praktik
mencari selusi penyelesaian damai.
jarang dijumpai putusan perdamaian.
Proses mediasi sebeum pemeriksaan
Produk
lebih lanjut perkara yang ditangani
peradilan dalam penyelesaian perkara
Pengadilan
yang diajukan kepadanya, hampir 100
Agama
merupakan
hukum
yang
dihasilkan
langkah awal untuk menyelesaiakan
%
perkara pihak bersengketa. Perkara
konvensional yang bercorak menang
yang
atau kalah ( winning or lossing)3.
diproses
lebih
lanjut
oleh
Pengadilanmerupakan perkara-perkara
yang
mediasinya
berupa
Kenyataan
putusan
sebagaimana
berhasil
ditegaskan diatas yang merupakan
menyelesaikan sengketa secara damai.
dasar tindakan Mahkamah Agung
Hal ini sebagaimana ketentuan Pasal 4
Republik
ayat (1) Perma Nomor 1 Tahun 2016.
Peraturan Mahkamah Agung mengenai
Secara
tidak
(persen)
yang dihadapi,
histori
pelaksanaan
Indonesia
penerapan
menerbitkan
mediasi di
mediasi terhadap perkara-perkara yang
Sebelum
di tangani Pengadilan Negeri maupun
proses perkara dipengadilan, Hakim
Pengadilan Agama
yang
ketentuan
Rbg.
berawal dari
Pasal 130 HIR dan 154
Diutamakannya
penyelesaian
penerapan
Pengadilan.
Perma
menangani
dalam
perkara
memperlakukan Pasal 130 HIR/154
Rbg hanya sekedar himbauan belaka.
perkara secara damai oleh Pasal 130
Sehingga
HIR/154 Rbg karena penyelesaian
support terhadap para pihak berpekara
perkara
untuk
melalui
perdamaian
seakan-akan
menyelesaikan
tidak
ada
perkaranya
memberikan rasa keadilan kepada
secara damai. Sebagaimana disinyalir
pihak bersengketa. Namun kenyataan
Rahmadi
selama penerapan Pasal 130 HIR/154
berperannya
Usman
sama
bahwa
sekali
tidak
lembaga
Rbg hampir semua perkara yang
ditangani Pengadilan selesai melalui
3
. M. Yahya Harahap, Op Cit, hlm, 241
4
damai dalam Pasal 130 HIR/154 Rbg
disempurnakan dengan Perma Nomor
sebagai landasan hukum penyelesaian
1 Tahun 2016.
perkara melalui perdamaian, bukan
Pentingnya mediasi yang telah
karena kurangnya kemampuan, dan
terintegrasi
kecakapan
lebih
berusaha mengakhiri sengketa yang
dimotivasi dan peran advokat atau
diperkarakan di Pengadilan melalui
kuasa hukum4.
perdamaian.
Hakim
tetapi
Pandangan demikian ditegaskan
Pada umumnya sikap dan prilaku
Hakim menerapkan Pasal 130
HIR, hanya bersifat formalitas.
Kalau
bagitu
kemandulan
peradilan
menghasilkan
penyelesaian melalui perdamaian
bukan karena distorsi pihak
advokat atau kuasa hukum, tetapi
melekat pada diri para Hakim
yang lebih mengedepankan
sikap
formalitas
daripada
panggilan dedikasi dan seruan
moral5.
Berdasar pada penegasan diatas,
maka Mahkamah Agung berusaha
mencari solusi untuk meng-efektifkan
13
HIR/154
Rgb,
dengan
mengeluarkan Perma Nomor 2 Tahun
2003, kemudian diganti dengan Perma
Nomor 1 Tahun 2008 dan sekarang
4
5
. Rachmadi Usman, Op Cit, hlm, 27
. M. Yahya Harahap, Ibid, hlm, 241
Pengadilan
Penyelesaian
guna
perkara
secara damai akan memberikan rasa
keadilan bagi pihak-pihak berperkara,
pula M. Yahya Harahap bahwa;
Pasal
di
karena
penyelesaiannya
tidak
ada
menang kalah. Hali ini ditegaskan juga
oleh Rahmadi Usman bahwa; Bila
dicermati konsiderans menimbang dari
Perma Nomor 2 Tahun 2003 (sekarang
tentunya Perma Nomor 1 Tahun 2016),
dapat diketahui pertimbangan perlunya
institusionalisasi proses mediasi dalam
sistem peradilan, yaitu :
Pertama ,
untuk
mengatasi
penumpukan
perkara
di
Pengadilan.
Karena
untuk
mengatasi penumpukan perkara
dimaksud perlu diadakan suatu
instrumen yang efektif dan
mampu mengatasi kemungkinan
penumpukan
perkara
di
Pengadilan,
termasuk
penumpukan perkara kasasi di
Mahkamah Agung. Salah satu
atau diantaranya adalah sistem
mediasi,
dengan
cara
pengintegrasian mediasi kedalam
beracara dipengadilan;
5
Kedua , keefektifan mediasi ini
dikerenakan proses lebih cepat
(expedited procedure) dan murah
(zero
cost),
serta
dapat
memberikan akses kepada para
pihak yang bersengketa untuk
memperoleh
keadilan
atau
penyelesaian yang memuaskan
atas sengketa yang dihadapi oleh
para pihak.6
Pelaksanaan mediasi terhadap
setiap perkara yang diterima untuk
diproses Pengadilan Agama
proses
mediasinya
berikut.
Hal
Palu
adalah sebagai
ini
sebagaimana
ditegaskan oleh Bapak Drs. H. Mal
Tahapan Pra Mediasi keharusan
Hakim
Palu disesuaikan dengan prosedur
mediasi
sebagaimana
yang
diatur
dalam Perma Nomor 1 Tahun 2016.
Pelaksanaan prosedur mediasi yang
dilakukan
olah Pengadilan Agama
Palu dibagi dalam dua tahapan yakni
adalah sebagai berikut :
1. Tahapan pra mediasi; dan
2. Tahapan pelaksanaan mediasi.
perkara
untuk
menjelaskan keharusan para pihak
melakukan
mediasi
merupakan
perintah
peraturan
perundang-
undangan.
Sehingga
bila
tidak
melakukan mediasi terhadap perkara
yang diperiksanya, maka terhadap
perkara tersebut bila dilakukan upaya
hukum banding atau kasasi, maka akan
diperintahkan
pelaksanaan
mediasi
Pengadilan
oleh
ulang
Agama,
melalui putusan sela8.
Tahapan pelaksanaan mediasi,
Domu, S.H., M.H bahwa7; mediasi
yang dilaksanakan Pengadilan Agama
pemeriksa
pada tahapan ini Hakim ketua majelis
pemeriksa
perkara
persidangan
akan
dan
menunda
menunggu
pelaksanaan mediasi para pihak yang
akan dimediasi oleh mediator
yang
ditunjuk para pihak atau Hakim ketua
pemeriksa perkara. Setelah mediator
pilihan
para
pihak
bersengketa
mendapatkan penetapan dari Hakim
ketua
mejelis
mediator
yang
pemeriksa
ditunjuk
perkara,
akan
8
6
. Rachmadi Usman, Op Cit, hlm, 30
7
. Drs. H. Mal Domu, S.H., M.H
Hakim Pengadilan Agama Palu. Wawncara
tanggal 11 Oktober 2017.
. Putusan sela adalah putusan yang
dijatuhkan
sebelum putusan akhir yang
diadakan dengan tujuan untuk memungkinkan
atau mempermudah kelanjutan pemeriksaan
perkara (Riduan Syahrani, buku materi Hukum
Acara Perdata, hlm, 123).
6
menentukan
waktu
pelaksanaan
perdamaian, maka kesepakatan harus
mediasi. Sehingga jurusita Pengadilan
memuat
Agama
Sebagaimana
Palu
akan
pemanggilan untuk
melakukan
medasi
sesuai
waktu yang ditentukan oleh mediator.
pencabutan
gugatan.
ditegaskan
dalam
ketentuan Pasal 27 Ayat (5) Perma
bahwa;
Jika
Para
Pihak
tidak
Pelaksanaan mediasi hanya ada
menghendaki Kesepakatan Perdamaian
dua kemungkinan yang dapat terjadi
dikuatkan dalam Akta Perdamaian,
yakni mediasi gagal sehingga perkara
Kesepakatan
harus
memuat pencabutan gugatan.
diproses
lebih
lanjut,
dan
mediasi berhasil sehingga perkara
Perdamaian
Penanda
tangan
wajib
kesepakata
selesai dan prosesnya berhenti sampai
perdamaian oleh para pihak dan
disitu.
mediator, yang ditindak lanjuti dengan
Apabila proses mediasi berhasil
pencabutan gugatan, maka perkara
mencapai perdamaian, maka mediator
tersebut
telah
akan membuatkan perdamaian yang
pengadilan akan dihapus dari daftar
akan ditanda tangani oleh para pihak
perkara. Dengan terjadi kesepakatan
dan
Perdamaian
yang
perdamaian
ditanda tangani para pihak
dan
berperkara,
mediator.
selesai
oleh
maka
dan
oleh
para
pihak
mediator
akan
mediator dapat dikuatkan dengan akta
melaporkan kepada Hakim pemeriksa
perdamaian oleh Hakim pemeriksa
perkara
perkara apabila pihak bersengketa
kesepakatan
berkeinginan
pihaknya.
untuk
itu.
Akta
dengan
menyerahkan
perdamaian
para
perdamain yang ditetapkan Hakim
pemeriksa perkara bukan merupakan
B. Kendala Dalam Pelaksanaan
Mediasi Di Pengadilan Agama
keharusan, tetapi hanya berdasar pada
keinginan para pihaknya.
Apabila
kesepakatan perdamaian yang dibuat
dan ditanda tangani oleh para dan
mediator
tidak
dibuatkan
akta
Hambatan yang utama dalam
pelaksanaan proses mediasi datang
dari pihak-pihak berperkara. Dimana
dalam
pelaksanaan
mediasi
sebagaimana ditentukan oleh mediator
7
biasanya salah satu pihaknya tidak
datang tanpa alasan. Sehingga
pelaksanaan mediasi tidak dapat
lakukan. Kalaupun para pihaknya
datang ada hari pelaksanaan mediasi,
salah satu pihaknya bersikeras untuk
meanjutkan
persidangan.
Dalam
kondisi demikian, maka mediator
sudah tidak bisa beruat apa-apa lagi9.
Hal ini sebagaimana ditegaskan
Mal Domu Hakim Pengadilan Agama
Palu bahwa;
“Kendala yang dihadipi oleh
mediator dalam melakukan mediasi
kasus-kasus perkara perceraian
berbeda-satu dengan lainnya. Ini
disebabkan
karena
penyebab
terjadinya perkara perceraian juga
berbeda
beda.
Ada
perkara
perceraian
disebabkan
karena
ketidakcocokan
lagi
sehingga
terjadi pertengkaran yang tidak
dapat dirujukkan kembali, bahkan
ada disebabkan oleh karena
cemburu dan lain sebagainya”10.
Faktor penghambat sebagaimana
disebutkan tersebut merupakan faktor
utama
penghambat
terlaksananya
mediasi. Ketidakhadiran
pihak
dalam
sebagaimana
salah satu
pelaksanaan
dijadwalkan
mediasi
oleh
Hal senada dikemukakan oleh
mediator yang paling sering terjadi.
Faktor penghambat lainnya adalah
para pihak datang mengadiri mediasi
tetapi sudah tidak mau rujuk lagi
dengan berbagai alasan. Sehingga
mediator dalam menghadapi sikap
demikian sudah tidak dapat berbuat
apa-apa lagi. Jika keadaan sudah
demikian maka medaitor hanya dapat
seorang
perkara harus dilanjutkan.
cerai
yang
namanya tidak mau disebutkan (sebut
saja ibu X) bahwa ibu X menggugat
cerai suaminya karena suaminya ada
wanita idaman lain, dari pada sakit hati
lebih baik sekalian pisah saja supaya
tidak ada yang membuat sakit hati dan
pusing11.
Berdasar
melaporkan kepada Hakim pemeriksa
perkara bahwa mediasi gagal dan
penggugat
penegasan diatas,
maka dapat di pahami bahwa dalam
pelaksanaan
mediasi
perkara
10
9
. Bapak Mal Domu Hakim Pengadilan
Agama Palu, wawancara Tanggal 11 Oktober
2017
. Bapak Mal Domu Hakim Pengadilan
Agama Palu, wawancara tanggal 11 Oktober
2017
11
. Seorang Ibu yang menggugat cerai
suaminya
namun
tidak
menyebutkan
Identitasnya wawancara tanggal 11 Oktober
2017.
8
perceraian sudah dapat dipastikan
dalam prosesnya akan menghadapi
banyak
kendala.
Kendala-kendala
dalam
pelaksanaan
A. Kesimpulan
-
Pelaksanaan
mediasi
perkara
perceraian di Pengadilan Agama
dapat
Palu dilakukan dalam dua tahapan
disebabkan berbagai hal, diantaranya :
yaitu: a. Tahapan pra mediasi dan
a.
b. Tahapan mediasi.
b.
c.
Pihak
mediasi
berperkara
mengajukan
perkaranya ke Pengadilan karena
Pada tahapan pra mediasi, dimulai
rumah tangganya sudah tidak
pada
dapat
pemeriksa perkara memberikan
diperbaiki
lagi,
terjadi
penyampaian
hakim
cekcok berkepanjangan. Hal ini
pemahaman
mengenai
merupakan salah satu alasan untuk
kepada
bercerai yang disebut dalam Pasal
Kemudian setelah itu sidang di
39 ayat (2) UU Nomor 1 Tahun
tunda
1974;
kesempatan menunjuk mediator
pihak
media
berperkara.
untuk
memberikan
di
paling lama 2 hari mulai hari
Pengadilan masih relatif minim
sidang pertama. Jika para pihak
baik jumlah maupun kemapuan
telah menunjuk mediator, oleh
untuk menjadi mediator; khusus
hakim ketua pemeriksa perkara
mediator
dengan
membuat
keterbatasan waktu dan padatnya
mediator
pekerjaan
panitera/panitrea
Mediator
yang
tersedia
Hakim
akan
mengakibatkan
penetapan
terpilih
dan
terhadap
melalui
pembantu
tidak maksimal dalam melakukan
disampaikan
kepada
mediasi;
pilihan
Waktu untuk melakukan mediasi
menentukan
yang relatif terbatas, sehingga
mediasi.
pelaksanaan mediasi juga tidak
Sedankan pada tahapan mediasi,
maksimal.
dimana
para
pihak
hari
mediator
mediator
untuk
pelaksanaan
setelah
menentukan waktu pelaksanaan
III. PENUTUP
mediasi
akan
dilakukan
9
pemanggilan sacara sah kepada
berat
para
melakukan
menyelesaiakan berbagai macan
mediasi. Pada tahap pelaksanaan
perkara yang dibebankan untuk
mediasi waktu ditentukan paling
diputus.
lama 30 hari sejak penunjukan
pelaksanaan
mediator terpilih. Dalam jangka
diperoleh selama peatihan mediasi
waktu
di Mahkamah Agung tidak dapat
pihak
untuk
tersebut
mediasi
pelaksanaan
berhasil,
tanganan
akta
Faktor
untuk
Sehingga
tekhnik
mediasi
yang
B. Saran
-
Sebaiknya yang yang menjadi
mediator jangan ada yang dari
perdamaian.
-
padat
dilaksanakan dengan baik.
maka
dilaksanakan perdamaian dengan
penanda
dan
penghambat
hakim
dalam
sebab
hakim
yang
perkara
keadaannya terbatas jumlahnya
perceraian, umumnya datang dari
sudah dibebani dengan tugas berat
para pihak berperkara dengan cara
sehingga
tidak hadir pada hari pelaksanaan
tugas
mediasi yang telah ditentukan baik
maksimal
secara bersama-sama atau secara
mempunyai sertifikat mediator.
pelaksanaan
mediasi
bergantian. Atau mereka datang
-
dalam
menjalankan
mediator
tidak
walaupun
Sebaiknya
telah
mediator
yang
pada hari pelaksanaan mediasi
disiapkan
tetapi sudah bersikeras tidak mau
pengawai
melaksanakan perdamaian sebab
sebagaimana
sudah
kecocokan
Pasal 1 angka 13 Perma nomor 1
sehingga rumah tangganya tidak
Tahun 2016. Sehingga tidak ada
perlu dipertahankan. Sementara
lagi mediator hakim, yang ada
faktor lainnya, keterbatasan waktu
hanya
hakim
pengadilan dan pihak lain yang
tidak
ada
melaksanakan
mediasi
oleh
akan
negara
adalah
pengadilan,
ditentukan
mediator
secara maksimal sebab hakim
terdaftar
mempunyai tugas yang sangat
bersertifikat.
dalam
pengawai
sebagaimediator
10
DAFTAR PUSTAKA
BUKU :
H. Amiur Nuruddin dan Azhari Akmal Tarigan, 2012, Hukum Perdata Islam di
Indonesia, Studi Kritis Perkembangan Hukum Islam dari Fikih, UU No.
1/1974 sampai KHI, Kecana, Jakarta.
H.
Hilman Hadikusuma, 2007, Hukum Perkawinan Indonesia, Menurut
Perundangan, Hukum Adat, dan Hukum Agama, Mandar Maju, Bandung.
M. Yahya Harahap, 2008, Hukum Acara Perdata tentang Gugatan, Persidangan,
Penyitaan, Pembuktian, dan Putusan Pengadilan , Sinar Grafika, Jakarta.
Rachmadi Usman, 2012, Mediasi Di Pengadilan Dalam Teori dan Praktik, Sinar
Grafika, Jakarta.
JURNAL dan Wawancara:
Putusan sela adalah putusan yang dijatuhkan sebelum putusan akhir yang diadakan
dengan tujuan untuk memungkinkan atau mempermudah kelanjutan
pemeriksaan perkara (Riduan Syahrani, buku materi Hukum Acara Perdata,
hlm, 123).
Drs. H. Mal Domu, S.H., M.H Hakim Pengadilan Agama Palu. Wawncara tanggal
11 Oktober 2017.
Seorang Ibu yang menggugat cerai suaminya namun tidak menyebutkan Identitasnya
wawancara tanggal 11 Oktober 2017.
11
BIODATA MAHASISWA
DATA PROFIL
NAMA
:
ANIK KAMARIYAH
TEMPAT/TANGGAL LAHIR
:
BLUMBANG, 22 APRIL 1988
JENIS KELAMIN
:
PEREMPUAN
AGAMA
:
ISLAM
ALAMAT
:
JL. DR. WAHIDIN NO. 15 PALU
:
anikqamariyah@yahoo.com
No. Handphone
:
082290417600
12