PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN BERPIKIR KREATIF SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMP NEGERI 30 MEDAN.

(1)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN BERPIKIR

KREATIF SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR

FISIKA SISWA SMP NEGERI 30 MEDAN

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada

Program Studi Teknologi Pendidikan

Oleh :

OKTAVIANDI BERTUA PARDEDE NIM : 8106122027

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN

2013


(2)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN BERPIKIR

KREATIF SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR

FISIKA SISWA SMP NEGERI 30 MEDAN

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada

Program Studi Teknologi Pendidikan

Oleh :

OKTAVIANDI BERTUA PARDEDE NIM : 8106122027

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN

2013


(3)

(4)

(5)

(6)

ABSTRAK

OKTAVIANDI BERTUA PARDEDE. NIM. 8106122027. Pengaruh Model Pembelajaran Dan Berpikir Kreatif Siswa Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa SMP Negeri 30 Medan. Tesis Program Pascasarjana. Unimed. 2012.

Tujuan penelitian ini adalah adalah untuk mengetahui: pengaruh model pembelajaran terhadap hasil belajar Fisika, pengaruh kemampuan berpikir kreatif terhadap hasil belajar Fisika dan interaksi model pembelajaran dan kemampuan berpikir kreatif terhadap hasil belajar Fisika.

Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen. Total populasi dalam penelitian ini berjumlah 263 orang yang diambil dari 7 kelas parallel kelas VIII SMP Negeri 30 Medan. Sedangkan sampel berjumlah 80 orang siswa. Sebelum perlakuan diberikan terlebih dahulu sampel penelitian diberikan tes kemampuan berpikir kreatif untuk mengetahui kemampuan berpikir kreatif yang dimiliki siswa. Sebelum tes digunakan untuk menjaring data penelitian guna menguji hipotesis penelitian maka terlebih dahulu tes diujicobakan untuk mengetahui tingkat validitas dan reliabilitas tes hasil belajar Fisika. Statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik deskriptif untuk menyajikan data dan statistik inferensial untuk menguji hipotesis penelitian. Hipotesis penelitian diuji dengan menggunakan Anava 2 jalur. Sebelum Anava 2 jalur digunakan, telebih dahulu dilakukan uji persyaratan analisis data yaitu uji normalitas dengan uji Lilliefors dan uji homogenitas varians dengan uji Bartlet dan uji Fisher.

Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa model pembelajaran POE dan model pembelajaran Perolehan Konsep memberikan pengaruh yang berbeda terhadap hasil belajar Fisika. Hal ini ditunjukkan oleh FHitung = 4,59 >F Tabel = 3,97 pada taraf signifikan α = 0,05 dengan dk = (1,76). Kemampuan berpikir kreatif tinggi dan kemampuan berpikir kreatif rendah memberikan pengaruh yang berbeda tehadap hasil belajar Fisika. Hal ini ditunjukkan oleh FHitung = 17,22 > FTabel = 3,97 pada taraf signifikan α = 0,05 dengan dk = (1,76), dan terdapat interaksi antara model pembelajaran dan kemampuan berpikir kreatif terhadap hasil belajar Fisika siswa. Hal ini ditunjukkan oleh FHitung = 6,29 > F Tabel = 3,97 pada taraf signifikan α = 0,05 dengan dk = (1,76).


(7)

ABSTRACT

OKTAVIANDI BERTUA PARDEDE. NIM. 8106122027. The Effect of Learning Model and Creative Thinking on The Physic Outcomes of student at Junior High School 30 Medan. graduate thesis. State University of Medan. 2013.

The objective of the research were to discover the effect of learning model toward physics achievement, the influence creative thinking toward physics achievement, and interaction learning model and creative thinking toward physics achievement.

The method used quasi experimental research with samples 80 out of 263 students from Junior High School at 30 Medan which is taken by cluster random sampling method. Be

fore given the treatment, the student was given creative thinking test to know the student’s creative thinking ability. Technique of analysis to test the hypothesis with Anava two ways. Before anava two ways be used, at the first do the analysis data that is normality tes with Lilliefors test and homogeneity of varians tes by Bartlet’s test and Fisher’s test

The result of hypothesis testing research indicate that are : (1) attaining concept and inductive thinking model gives different influence with physic achievement. It is shown by calculation using F test, where Fcalculate = 4,59 > FTable = 3,97 at level of significant α = 0,05 with df = (1,76); (2) High and low creative thinking gives different influence with physics achievement. It is shown by Fcalculate = 17,22 > F Table = 3,97 at level of significant α = 0,05 with df = (1,76); and (3) interaction between model of teaching and creative thinking with physics achievement. It is shown by Fcalculate = 6,29 > F Table = 3,97 at level significant α = 0,05 with df = (1,76).


(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena berkat dan rahmatNya maka penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini. Tesis ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian Persyaratan memperoleh gelar Magister Pendidikan Program Studi Teknologi Pendidikan, Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

Adapun judul tesis ini adalah Pengaruh Model Pembelajaran dan Berpikir Kreatif Siswa Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa SMP Negeri 30 Medan. Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Harun Sitompul, M.Pd dan Bapak Prof. Dr. Belferik Manullang, selaku dosen pembimbing yang telah memberikan arahan, bimbingan dan motivasi serta meluangkan waktunya kepada penulis sejak awal penulisan hingga penyelesaian penulisan tesis ini. Selanjutnya ucapan terima kasih juga disampaikan kepada: 1. Bapak Rektor Unimed Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Pd dan Bapak Direktur

Program Pascasarjana Prof. Dr. H. Abdul Muin Sibuea, M.Pd serta Bapak Ketua Prodi Teknologi Pendidikan Prof. Dr. Sahat Siagian, M.Pd beserta seluruh staf Prodi Teknologi Pendidikan Universitas Negeri Medan.

2. Bapak Prof. Dr. Sahat Siagian, M.Pd., Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid K, M.Pd Bapak Prof. Dr. Motlan, M.Sc, Ph.D dan Bapak Dr. Mursid, M.Pd selaku narasumber yang telah memberian masukan pada tesis ini, serta seluruh Bapak dan Ibu Dosen yang telah memberikan ilmu kepada penulis selama penulis menempuh pendidikan di Program Pascasarjana Unimed.


(9)

3. Ibu Dra. Martha Ria Samosir, M.Si selaku Kepala Sekolah SMP Negeri 30 Medan yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian di sekolah yang beliau pimpin. Serta siswa kelas VIII Tahun Pelajaran 2011/2012 yang menjadi populasi serta sampel dalam penelitian ini. 4. Ayahanda M. Pardede, S.Pd dan Ibunda R. Tinambunan tersayang serta istri tercinta Esra Seprina Sihotang, S.Pd yang selalu memberikan doa dan selalu memberikan dukungan kepada penulis untuk selalu menuntut ilmu kejenjang pendidikan yang lebih tinggi.

5. Rekan kuliah khususnya Prodi Teknologi Pendidikan kelas T P B-1 Executive (2010) yang telah memberikan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

Hendaknya semua kebaikan dan bantuan yang diberikan kepada penulis menjadi semangat dan motivasi untuk selalu melakukan yang terbaik. Akhirnya, penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari kesempurnaan. Semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi pembaca khususnya dan dunia pendidikan umumnya.

Medan, 12 Februari 2013 Penulis,

Oktaviandi Bertua Pardede NIM. 8106122027


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRACT ………... i

ABSTRAK ………. ii

KATA PENGANTAR ……….. iii

DAFTAR ISI ……….. v

DAFTAR TABEL ………. vii

DAFTAR GAMBAR ……… ix

DAFATAR LAMPIRAN ……….. x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ……….……….. 1

B. Identifikasi Masalah ….……….. 11

C. Pembatasan Masalah ……….. 12

D. Perumusan masalah …...………. 13

E. Tujuan Penelitian ………. 13

F. Manfaat Penelitian …….……… 13

BAB II KAJIAN TEORETIS, KERANGKA KONSEPTUAL DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Kajian Teoretis ……….. 15

1. Hakikat Hasil Belajar Fisika.………. 15

2. Hakikat Model Pembelajaran …….………... 19

2.1.Hakikat Model Pembelajaran POE ………... 22

2.2.Hakikat Model Pembelajaran Perolehan Konsep … 29 3. Hakikat Kemampuan Berpikir Kreatif ………... 32

B. Penelitian yang Relevan ………. 39

C. Kerangka Berpikir ………... 40

1. Perbedaan Penguasaan Konsep Siswa yang diajar dengan Model Pembelajaran POE dan Model Pembelajaran Perolehan Konsep ……….. 40

2. Perbedaan Penguasaan Konsep siswa yang memiliki Kemampuan Berpikir Kreatif Tinggi dengan Kemampuan Berpikir Kreatif Rendah ………... 45

3. Interaksi antara Model Pembelajaran dan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa dengan Penguasaan Konsep Siswa ……… 48

D. Pengajuan Hipotesis ………. 54

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ………. 55

B. Populasi dan Sampel Penelitian ……….. 55


(11)

D. Variabel dan Defenisi Operasional penelitan ………. 59

E. Prosedur Pelaksanaan Perlakuan ……… 61

F. Pengontrolan Perlakuan Penelitian ……… 64

G. Teknik Pengumpulan Data ………. 67

H. Teknik Analisis Data ……….. 78

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data penelitian ……….. 79

1. Hasil belajar Fisika Siswa yang diajar dengan model pembelajaran POE baik yang memiliki kemampuan berpikir kreatif tinggi maupun rendah ……….. 79

2. Hasil belajar Fisika Siswa yang diajar dengan model pembelajaran Perolehan Konsep baik yang memiliki kemampuan berpikir kreatif tinggi maupun rendah …. 80 3. Hasil belajar Fisika keseluruhan Siswa yang memiliki kemampuan berpikir kreatif tinggi baik yang diajar dengan model pembelajaran POE maupun model pembelajaran Perolehan Konsep ………... 82

4. Hasil belajar Fisika keseluruhan Siswa yang memiliki kemampuan berpikir kreatif rendah baik yang diajar dengan model pembelajaran POE maupun model pembelajaran Perolehan Konsep ………... 84

5. Hasil belajar Fisika keseluruhan Siswa yang memiliki kemampuan berpikir kreatif tinggi yang diajar dengan Model pembelajaran POE ……….... 85

6. Hasil belajar Fisika keseluruhan Siswa yang memiliki kemampuan berpikir kreatif rendah yang diajar dengan model pembelajaran POE ……….... 86

7. Hasil belajar Fisika keseluruhan Siswa yang memiliki kemampuan berpikir kreatif tinggi yang diajar dengan model pembelajaran Perolehan Konsep……….... 88

8. Hasil belajar Fisika keseluruhan Siswa yang memiliki kemampuan berpikir kreatif rendah yang diajar dengan model pembelajaran Perolehan Konsep……….... 90

B. Pengujian Persyaratan Analisis Data………. 91

1. Uji Normalitas Data ………. 91

2. Uji Homogenitas Varians ………. 93

C. Pengujian Hipotesis ……….. 95

D. Diskusi Hasil Penelitian ……….... 102

E. Keterbatasan Penelitian ………. 118

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan ……… 120

B. Implikasi ……… 121

C. Saran ……….. 126


(12)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1.1. Data Nilai Ujian Semester genap mata pelajaran Fisika

kelas VII di SMP negeri 30 Medan dalam 4 tahun

pelajaran terakhir ………. 4

Tabel 2.1. Model Kemampuan Berpikir Proses Kompleks ……….. 35

Tabel 2.2. Perbandingan Penerapan Model Pembelajaran POE dan Model Pembelajaran Perolehan Konsep ………. 45

Tabel 3.1. Rincian Populasi ……….. 55

Tabel 3.2. Sebaran Sampel dalam Setiap Kelompok ……… 57

Tabel 3.3. Desain Faktorial 2x2 ……… 58

Tabel 3.4. Kisi-kisi Instrumen Tes Hasil Belajar Fisika dalam materi Pelajaran Cahaya ………. 68

Tabel 4.1. Daftar distribusi frekuensi skor hasil belajar Fisika keseluruhan Siswa dengan menggunakan model pembelajaran POE baik yang memiliki kemampuan berpikir kreatif tinggi maupun rendah ………. 79

Tabel 4.2. Daftar distribusi frekuensi Skor Hasil Belajar Fisika keseluruhan Siswa dengan menggunakan model pembelajaran Perolehan Konsep baik yang memiliki kemampuan berpikir kreatif tinggi maupun rendah ……. 81

Tabel 4.3. Daftar distribusi Frekuensi skor hasil belajar Fisika yang memiliki kemampuan berpikir kreatif tinggi baik yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran POE maupun model pembelajaran Perolehan Konsep ………. 83

Tabel 4.4. Daftar distribusi Frekuensi skor hasil belajar Fisika yang memiliki kemampuan berpikir kreatif rendah baik yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran POE maupun model pembelajaran Perolehan Konsep ………. 84

Tabel 4.5. Daftar distribusi Frekuensi skor hasil belajar Fisika yang memiliki kemampuan berpikir kreatif tinggi yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran POE ………. 86

Tabel 4.6. Daftar distribusi Frekuensi skor hasil belajar Fisika yang memiliki kemampuan berpikir kreatif rendah yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran POE ………. 87


(13)

Tabel 4.7. Daftar distribusi Frekuensi skor hasil belajar Fisika yang memiliki kemampuan berpikir kreatif tinggi yang

diajar dengan menggunakan model pembelajaran

Perolehan Konsep ………. 89

Tabel 4.8. Daftar distribusi Frekuensi skor hasil belajar Fisika yang memiliki kemampuan berpikir kreatif rendah yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran

Perolehan Konsep ………. 90

Tabel 4.9. Rangkuman Hasil Perhitungan Normalitas Data dengan

Uji Lilliefors……….. 92

Tabel 4.10. Rangkuman Hasil Pengujian Homogenitas Varians

antar kelompok sampel POE dan Perolehan Konsep …… 93 Tabel 4.11. Rangkuman Hasil Pengujian Homogenitas Varians

antar kelompok siswa dengan Uji Fisher ……….. 94 Tabel 4.12. Rangkuman Hasil Pengujian Homogenitas varians

dengan Uji Bartlett pada taraf signifikansi α = 0,05 ……. 95 Tabel 4.13. Tabel Penolong Perhitungan Anava 2 x 2 ……… 96 Tabel 4.14. Rangkuman Pengujian Hipotesis Pengaruh Model

Pembelajaran dan Kemampuan Berpikir Kreatif ………. 98 Tabel 4.15. Rangkuman Hasil Uji Lanjut dengan menggunakan


(14)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 4.1. Histogram skor hasil belajar Fisika keseluruhan

Siswa yang diajar dengan menggunakan model Pembelajaran POE baik yang memiliki kemampuan

Berpikir kreatif tinggi maupun rendah ……… 80

Gambar 4.2. Histogram skor hasil belajar Fisika keseluruhan Siswa yang diajar dengan menggunakan model Pembelajaran Perolehan Konsep baik yang memiliki

kemampuan berpikir kreatif tinggi maupun rendah … 82

Gambar 4.3. Histogram skor hasil belajar Fisika keseluruhan Siswa yang memiliki kemampuan berpikir kreatif tinggi baik yang diajar dengan model pembelajaran

POE maupun Perolehan Konsep ………. 83

Gambar 4.4. Histogram skor hasil belajar Fisika keseluruhan Siswa yang memiliki kemampuan berpikir kreatif rendah baik yang diajar dengan model pembelajaran

POE maupun Perolehan Konsep ………. 85

Gambar 4.5. Histogram skor hasil belajar Fisika keseluruhan Siswa yang memiliki kemampuan berpikir kreatif

tinggi yang diajar dengan model pembelajaran POE.. 86 Gambar 4.6. Histogram skor hasil belajar Fisika keseluruhan

Siswa yang memiliki kemampuan berpikir kreatif

rendah yang diajar dengan model pembelajaran POE.. 88 Gambar 4.7. Histogram skor hasil belajar Fisika keseluruhan

Siswa yang memiliki kemampuan berpikir kreatif tinggi yang diajar dengan model pembelajaran

Perolehan Konsep ... 89 Gambar 4.8. Histogram skor hasil belajar Fisika keseluruhan

Siswa yang memiliki kemampuan berpikir kreatif rendah yang diajar dengan model pembelajaran

Perolehan Konsep ... 91 Gambar 4.9. Interaksi Antara Model Pembelajaran dan Kemampuan


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Instrumen Penelitian dan kisi-kisi….……….. 130

Lampiran 2 Rencana Program Pembelajaran ……… 154

Lampiran 3 Analisis Hasil Uji Coba Instrumen...……….. 202

Lampiran 4 Data Pretes dan Postes Penelitian ……….. 219

Lampiran 5 Perhitungan Statistika Dasar ……….. 222

Lampiran 6 Uji Normalitas skor Hasil Belajar ……….. 236

Lampiran 7 Uji Homogenitas ……… 246

Lampiran 8 Pengujian Hipotesis Penelitian ……….. 249

Lampiran 9 Uji Normalitas Data Pretes ……… 255


(16)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menurunnya peringkat pendidikan di Indonesia dari peringkat 65 pada tahun 2010 menjadi 69 pada tahun 2011 cukup menyesakkan dada. Pasalnya, peringkat pendidikan menjadi tolak ukur kemajuan sebuah bangsa (http://www. mudjiarahardjo.com). Menurunnya peringkat pendidikan tersebut mudah dipahami jika kualitas manusia Indonesia pada umumnya rendah. Padahal, pemerintah telah merumuskan peningkatan daya saing atau competitiveness sebagai salah satu pilar visi pendidikan nasional. Untuk mencapai tujuan tersebut, pemerintah juga telah memperolah alokasi anggaran sebesar 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) khusus untuk pendidikan. Berbagai kebijakan untuk mendukungnya juga telah dibuat, mulai dari perangkat yuridis, seperti Undang-Undang Guru dan Dosen, hingga kebijakan operasional seperti sertifikasi guru, Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG), Program Pendidikan Guru (PPG), Sekolah Bertaraf Internasional (SBI), Ujian Nasional (UN) dan sebagainya. Semua kebijakan tersebut hakikatnya untuk meningkatkan kualitas pendidikan nasional.

Penurunan peringkat pendidikan Indonesia di atas dapat dijadikan suatu pemahaman bagi seluruh masyarakat Indonesia terutama guru sebagai ujung tombak penentu dimana ilmu ditransfer kepada pebelajar bahwa kualitas mutu pendidikan Indonesia masih belum berdaya saing. Dalam UU No.20/ 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Pasal 3 disebutkan bahwa, pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta


(17)

2

peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beradab dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Sehingga dapat diartikan bahwa pendidikan nasional berfungsi sebagai proses untuk membentuk kecakapan hidup dan karakter bagi warga negaranya dalam rangka mewujudkan peradaban bangsa Indonesia yang bermartabat dan dalam hal ini pendidikan difungsikan untuk mengembangkan peserta didik agar mampu berdiri sendiri dalam mengembangkan potensi yang dimiliki.

Pembelajaran di Indonesia pada umumnya masih melangsungkan sistem pembelajaran yang sifatnya mentransfer pengetahuan dari guru kepada siswa, dan siswa harus menyimpan dalam ingatannya. Guru masih mendominasi pembelajaran dimana guru sebagai sumber pengetahuan menjadi pemeran utama dalam pembelajaran, kemudian ceramah menjadi pilihan utama dalam strategi mengajar seperti yang diungkapkan oleh Depdiknas (2003:2). Menurut Jean Piaget bahwa pengalaman pendidikan harus dibangun di seputar struktur kognitif pembelajar (Hergenhahn & Matthew, 2009: 324). Hal tersebut menunjukkan bahwa guru tidak begitu saja memberikan pengetahuan kepada siswa, tetapi siswalah yang harus aktif membangun pengetahuan dalam pikiran mereka sendiri (Baharuddin, 2007: 115).

Pembelajaran Fisika tidak cukup dilaksanakan dengan menyampaikan informasi tentang konsep-konsep dan prinsip-prinsip, tetapi para siswa juga harus memahami proses terjadinya fenomena sains dengan melakukan penginderaan sebanyak mungkin. Ini berarti pada saat belajar sains para siswa harus secara aktif


(18)

3

mengamati, melakukan percobaan, terlibat diskusi dengan sesama teman atau dengan guru, atau secara popular sering dikenal dengan “hands-on and minds-on activity” yang dapat diartikan bahwa aktivitas belajar dilakukan melalui pengetahuan (knowledge) dan kerja praktek.

Fisika adalah disiplin ilmu yang mempelajari tentang alam dan fenomenanya. Materi pembelajaran Fisika diharapkan dapat dikemas lebih baik, lebih membangkitkan rasa keingintahuan siswa serta merangsang siswa bereaksi positif baik secara fisik maupun emosional sehingga penyampaian konsep/ teori materi pelajaran bermakna dan menarik minat siswa. Penyajian materi dari guru Fisika juga diharapkan dapat lebih komunikatif, kreatif dan inovatif, sehingga siswa mampu menimba potensinya melalui latihan.

Pembelajaran Fisika di sekolah bertujuan agar semua kompetensi yang telah ditetapkan dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari siswa. Oleh karena itu pembelajaran Fisika harus dibuat lebih menarik dan mudah dipahami serta mampu diaplikasikan agar dapat meningkatkan pemahaman siswa dalam memahami gejala alam dan peristiwa alam yang terjadi. Untuk mengantisipasi hal tersebut maka guru harus mampu menggunakan model pembelajaran yang tepat dan guru dapat menunjang/ mendorong munculnya kreativitas siswa serta memotivasi dan mengembangkan potensi yang dimiliki siswa untuk memperoleh hasil belajar yang baik.

Berdasarkan hasil observasi awal yang peneliti lakukan di SMP Negeri 30 Medan, selama pembelajaran berlangsung guru mata pelajaran Fisika masih mengalami kesulitan dalam menyampaikan materi pelajaran. Para siswa sulit untuk memahami dan mengerti isi materi pelajaran yang disampaikan oleh guru bersangkutan. Dalam pembelajarannya ternyata guru masih mengajar dengan


(19)

4

model pembelajaran konvensional dimana guru sebagai pusat pembelajaran. Hal ini bertolak belakang dengan kebutuhan yang diinginkan siswa di sekolah itu. Guru lebih banyak menjelaskan dengan berceramah dan siswa lebih banyak mencatat fakta-fakta yang dijelaskan oleh guru. Dengan pembelajaran demikian menciptakan kondisi dimana siswa hanya menerima dan tidak melatih kemampuan belajar aktif dalam pelajaran Fisika. Demikian halnya dengan guru, pembelajaran demikian akan membuat kebosanan bagi guru dalam menerangkan pelajaran Fisika. Pembelajaran konvensional inilah yang memberikan dampak kepada ketidakaktifan pelaku pembelajaran. Sehingga berakibat kepada penguasaan materi Fisika yang tidak total dan akhirnya berpengaruh kepada kompetensi dan hasil belajar siswa dalam pelajaran Fisika. Data yang dapat dijadikan sebagai panduan kita untuk mengetahui hasil belajar yang diperoleh siswa dapat dilihat pada Tabel 1.1. di bawah ini:

Tabel 1.1. : Data Nilai Ujian Semester genap mata pelajaran Fisika kelas VII di SMP Negeri 30 Medan dalam 4 Tahun Pelajaran terakhir.

Tahun Pelajaran

Nilai Terendah Ujian Semester

Nilai Tertinggi Ujian Semester

Rata-rata Ujian Semester

2007 – 2008 60 89 69

2008 – 2009 63 90 70

2009 – 2010 62 87 72

2010 – 2011 60 92 71

Sumber : Dokumen SMP Negeri 30 Medan

Dari Tabel 1.1 di atas diperoleh hasil bahwa perubahan nilai siswa tidak signifikan. Nilai rata-rata siswa tetap stabil, namun nilai tersebut belumlah dikategorikan bahwa seluruh siswa memenuhi kriteria kelulusan nilai. Karena


(20)

5

nilai yang diharapkan dalam Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah dirancang guru adalah 70, yang mencakup penilaian: penguasaan dan penerapan konsep, serta kerja ilmiah. Berdasarkan data yang diperoleh tersebut KKM yang diharapkan guru belum tercapai secara keseluruhan, oleh karena itu perlu adanya peningkatan model pembelajaran untuk mencapai tujuan dari pembelajaran. Dengan adanya perbandingan nilai rata-rata 4 Tahun Ajaran tersebut maka tampaklah bahwa pembelajaran yang dilaksanakan masih cenderung sama. Berdasarkan data di lapangan diperoleh bahwa model pembelajaran yang dilakukan guru masih sama dari tahun ke tahun. Guru masih menggunakan model pembelajaran konvensional dan dalam mengajar di dalam kelas guru cenderung kurang memberikan pengalaman bagi siswa untuk mengembangkan informasi yang diperoleh, gagasan, skill, nilai, cara berfikir dan tujuan mengekspresikan diri siswa itu sendiri. Dan disinyalir banyak faktor yang menyebabkan rendahnya hasil belajar yang diperoleh siswa. Menurut Ivor K Davies (1991: 294), dalam pembelajaran ada lima (5) faktor yang memengaruhi hasil belajar yaitu: (1) tujuan berbagai jenis fungsinya, (2) anak didik yang berbagai tingkat kematangannya, (3) situasi dalam berbagai keadaan, dan (4) pribadi guru serta (5) prosedur rencana pembelajaran.

Berbagai faktor memengaruhi nilai belajar siswa khususnya nilai mata pelajaran Fisika yang masih relatif rendah, antara lain disebabkan oleh faktor dari dalam dan dari luar diri siswa tersebut. Faktor dari dalam diri siswa meliputi intelegensi, minat, bakat, dam motivasi, sedangkan faktor dari luar siswa meliputi keadaan lingkungan, fasilitas belajar maupun guru. Inilah yang menjadi konsentrasi pemikiran penulis dalam penelitian, adanya perubahan model pembelajaran yang dilaksanakan.


(21)

6

Dengan menjadikan kenyataan tersebut menjadi sebagai tolak ukur dalam upaya meningkatkan hasil belajar Fisika siswa, maka guru diharapkan mampu memberikan perubahan dalam pembelajaran dan mampu meningkatkan kualitas pembelajaran. Oleh karena itu guru juga dituntut kompetensinya dalam penguasaan materi, pengendalian diri, pendekatan serta inovasi yang menjadi inti dalam upaya peningkatan hasil belajar Fisika siswa.

Dengan adanya tuntutan agar produk yang dihasilkan dapat berdaya guna maka pengetahuan yang disampaikan dalam menghasilkan produk yang diharapkan juga harus ditinjau dalam proses pencapaiannya, artinya dalam proses pembelajaran, pengenalan, pemahaman, pelatihan metode, dan penalaran siswa merupakan hal yang penting untuk diterapkan dalam pembelajaran Fisika. Maka penerapan model pembelajaran harus mengutamakan pemberian informasi yang mengutamakan kemampuan berpikir dan pemahaman siswa dalam memperoleh pengetahuan yang mereka butuhkan.

Dari fakta yang diperoleh di atas, masih dipahami bahwa guru masih berorientasi pada “teacher centered” dengan menggunakan model pembelajaran konvensional yaitu guru yang menjadi pemegang peran utama dalam penyampaian materi pelajaran. Sehingga dari perolehan data tampak bahwa belum terjadi perubahan hasil belajar siswa yang signifikan.

Sementara menurut Arikunto (1993: 38) bahwa guru diharapkan sanggup menciptakan proses pembelajaran yang berkualitas tinggi sehingga mampu menghasilkan prestasi belajar siswa. Dengan peranan guru dalam pembelajaran, yakni: (1) sebagai perancang pembelajaran, dimana seorang guru diharapkan mampu merancang pembelajaran agar dapat terlaksana secara efektif dan efisien, (2) pengelola pembelajaran, dimana seorang guru harus mampu mengelola


(22)

7

seluruh proses kegiatan pembelajaran dengan menciptakan kondisi belajar yang dinamis dan kondusif, dan (3) evaluator pembelajaran. Berkaitan dengan fungsi tersebut guru dituntut memiliki pengetahuan tentang prinsip-prinsip belajar sebagai dasar untuk merancang kegiatan pembelajaran dengan memilih model pembelajaran, merumuskan tujuan, memilih bahan, memilih metode/ pendekatan dan guru juga dituntut secara terus menerus memantau hasil belajar yang telah dicapai siswa, mengevaluasi kegiatan pembelajaran dan selalu berusaha meningkatkannya.

Melihat begitu besarnya tujuan yang diharapkan dari kegiatan belajar, tentu tidak mudah untuk mendapatkan hasil belajar yang baik bagi siswa. Demikian halnya dengan penggunaan model pembelajaran, tentu tidak mudah untuk memperoleh hasil belajar yang baik dengan menerapkan hanya suatu model pembelajaran tanpa mengikutsertakan kemampuan berpikir kreatif siswa dalam pembelajaran. Tujuan pembelajaran akan dapat dicapai dengan baik apabila siswa memiliki daya berpikir kreatif yang memadai. Dengan adanya berpikir kreatif, maka siswa diharapkan mampu mengajukan berbagai pendekatan pemecahan masalah.

Berpikir kreatif belajar yang baik akan menciptakan siswa berkompetensi untuk mengaplikasikan gagasan secara terperinci. Kemampuan berpikir kreatif bermanfaat dalam perkembangan intelegensi dan pribadi seorang siswa dalam menghadapi persoalan-persoalan akademik maupun masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari. Dengan berpikir kreatif struktur kognitif akan memampukan siswa untuk mencerna pengetahuan yang dipelajarinya sehingga pengalaman belajar yang telah dimiliki tersebut dapat berasimilasi dan


(23)

8

terakomadasi dengan pengetahuan baru yang akhirnya terciptanya dan tercapainya tujuan pembelajaran yang diharapkan.

Siswa yang memiliki berpikir kreatif tinggi akan termotivasi dalam menyelesaikan soal-soal Fisika. Siswa mampu menggunakan berbagai informasi dan kemampuan yang dimilikinya untuk memecahkan masalah baru atau soal yang dihadapinya. Berpikir kreatif juga mampu meningkatkan pemahaman siswa terhadap hasil belajar Fisika. Dengan karakteristik pelajaran Fisika yang begitu rumit dalam proses pemahamannya, maka berpikir kreatif dapat dijadikan suatu pendukung dalam pelajaran Fisika.

Pencapaian hasil belajar yang diharapkan dapat seoptimal mungkin dicapai ketuntasannya, agar tujuan mutu pendidikan dapat terwujud. Karena sasaran utama dalam pembelajaran adalah kemampuan guru untuk mendeskripsikan model pembelajaran secara optimal untuk menggali potensi yang dimiliki siswa dan mengantisipasi kesulitan belajar yang dialami oleh siswa. Dengan demikian dalam proses pembelajaran, guru harus mampu menggunakan model pembelajaran yang dapat menjamin pembelajaran dapat berhasil sesuai yang direncanakan.

Berdasarkan yang telah diuraikan di atas, maka diperlukan perbaikan-perbaikan proses pembelajaran, sehingga siswa lebih termotivasi dan lebih aktif dalam mempelajari mata pelajaran Fisika, sehingga dapat lebih mudah memahaminya dan meningkatkan hasil belajar. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan penggunaan model pembelajaran. Dengan adanya model pembelajaran yang interaktif diharapkan akan membantu guru dalam menyampaikan materi pelajaran sehingga pembelajaran bisa lebih menarik dan


(24)

9

efektif sehingga dapat mendorong siswa lebih mudah dalam memahami konsep-konsep pembelajaran Fisika.

Untuk itu model pembelajaran Predict-Observe-Explain (POE) yang diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Melalui penerapannya di dalam pembelajaran Fisika maka nilai yang diperoleh oleh siswa dapat meningkat. Karena model pembelajaran ini akan lebih menekankan pada model pembelajaran yang berorientasi ke hakikat sains yaitu adanya tiga dimensi dalam belajar sains (sebagai produk, proses, dan alat untuk mengembangkan sikap ilmiah). Selain memberikan kesempatan yang seluas-luasnya pada siswa untuk melakukan eksplorasi sederhana, alternatif model yang ditawarkan juga mempertimbangkan pemahaman konsep-konsep yang harus dikuasai oleh siswa.

Teori dan eksperimen dalam Fisika merupakan rangkaian yang saling mendukung. Pengetahuan Fisika umumnya didukung oleh hasil-hasil eksperimen yang relevan. Seringkali teori-teori Fisika berguguran karena ada eksperimen baru dengan teknik dan alat yang lebih baru yang lebih akurat. Hasil-hasil eksperimen digunakan untuk membentuk teori yang lebih lanjut, oleh sebab itu Fisika tampak bersifat pasti/ kuantitatif. Jika tidak hati-hati dan jeli, guru akan cenderung mengajar Fisika secara matematis. Pengalaman bereksperimen sangatlah penting untuk memberi landasan yang kuat bagi proses konstruksi pengetahuan.

Model pembelajaran POE adalah model pembelajaran dengan urutan proses membangun pengetahuan dengan terlebih dulu meramalkan solusi dari permasalahan, lalu melakukan eksperimen untuk membuktikan ramalan, dan terakhir menjelaskan hasil eksperimen (White dan Gunstone dalam Joyce, Weil dan Calhoun, 2009: 31).


(25)

10

Ditemukan bahwa melalui model pembelajaran Predict-Observe-Explain (POE), prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Fisika dapat meningkat (Santoso: 2007: 57). Namun dalam beberapa penelitian terungkap bahwa pelaksanaan penerapan model pembelajaran POE terdapat beberapa kelemahan, diantaranya; memerlukan persiapan yang lebih matang terutama berkaitan penyajian persoalan Fisika dan kegiatan eksperimen yang akan dilakukan untuk membuktikan prediksi yang diajukan siswa, untuk kegiatan eksperimen memerlukan peralatan, bahan-bahan dan tempat yang memadai, untuk melakukan kegiatan eksperimen memerlukan kemampuan yang khusus bagi guru, sehingga guru dituntut untuk bekerja lebih profesional, dan memerlukan kemauan dan motivasi yang bagus untuk keberhasilan proses pembelajaran siswa.

Salah satu materi Fisika yang harus dikuasai di tingkat SMP kelas VIII adalah materi Cahaya. Materi ini merupakan materi yang menarik untuk dijadikan dasar materi penelitian model pembelajaran POE. Banyak peristiwa dalam kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan materi Cahaya, baik berupa fenomena maupun berupa penerapan dalam teknologi. Mulai dari proses terjadinya pelangi, benda dalam air, warna cahaya matahari, pembagian warna/ spektrum warna, alat – alat optik, sampai kepada gelombang elektromagnetik. Sementara itu, pengajaran materi Cahaya di sekolah dianggap biasa bahkan tidak menarik bagi para siswa. Umumnya alat yang dapat digunakan untuk bereksperimen masih jarang di pasaran. Hal tersebut membutuhkan kreativitas guru untuk dapat mendesain alat sederhana yang dapat digunakan untuk eksperimen materi Cahaya.

Dengan adanya penerapan model pembelajaran ini untuk mata pelajaran Fisika maka tepat digunakan sebagai perangkat penelitian dapat menjelaskan


(26)

11

kebutuhan guru dan siswa dalam pembelajaran. Model pembelajaran POE ini diharapkan dapat membantu guru dalam menjelaskan bahasan materi pelajaran, sehingga guru dapat melaksanakan pembelajaran interaktif. Sehingga siswa sebagai penerima lebih mudah memahami dan mengerti materi pelajaran yang diberikan. Hal inilah yang melatarbelakangi penulis dalam upaya melakukan penelitian berjudul Pengaruh Model Pembelajaran dan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Terhadap Hasil Belajar Fisika pada Materi Pelajaran Cahaya SMP Negeri 30 Medan Tahun Pelajaran 2011 / 2012.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, permasalahan yang ada dapat diidentifikasi sebagai berikut: (1) apakah tingkat penguasaan materi pembelajaran oleh guru memengaruhi penguasaan konsep siswa pada pelajaran Fisika?, (2) apakah faktor lingkungan belajar di sekolah memengaruhi penguasaan konsep siswa pada pelajaran Fisika?, (3) apakah model pembelajaran yang diterapkan selama ini sesuai dengan materi pelajaran Fisika?, (4) model pembelajaran yang manakah yang sesuai dalam meningkatkan hasil belajar Fisika siswa?, (5) apakah model pembelajaran materi Fisika sesuai dengan karakteristik siswa?, (6) apakah model pembelajaran yang digunakan selama ini menarik perhatian siswa?, (7) model pembelajaran manakah yang memberikan pengaruh dalam pelajaran Fisika?, (8) apakah kemampuan berfikir kreatif siswa memengaruhi hasil belajar penguasaan konsep siswa?, (9) apakah hasil belajar penguasaan konsep siswa yang memiliki kemampuan berpikir kreatif tinggi berbeda dengan hasil belajar penguasaan konsep siswa yang memiliki kemampuan berpikir kreatif rendah?, (10) apakah ada interaksi antara penggunaan model pembelajaran yang berbeda


(27)

12

dan kemampuan berpikir kreatif siswa dalam memengaruhi hasil belajar Fisika siswa?

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan masalah yang telah diuraikan menunjukkan perlunya model pembelajaran untuk mengatasi masalah-masalah yang teridentifikasi. Subjek yang direncanakan untuk diteliti adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 30 Medan Tahun Ajaran 2011/ 2012. Penelitian ini hanya mengkaji beberapa faktor yang diduga sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa yaitu model pembelajaran dan kemampuan berpikir kreatif siswa.

Materi pembelajaran yang digunakan adalah materi pelajaran kelas VIII semester II yaitu Cahaya yang didasarkan pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mata pelajaran Fisika. Dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah model pembelajaran, yaitu model pembelajaran POE dan model pembelajaran perolehan konsep. Sedangkan variabel moderatornya adalah berpikir kreatif yaitu berpikir kreatif tinggi dan berpikir kreatif rendah yang diperoleh dari hasil tes berpikir kreatif, serta variabel terikatnya adalah hasil belajar Fisika dengan menggunakan intrumen tes hasil belajar Fisika yang telah valid dari kelompok siswa yang berpikir kreatif tinggi dan siswa yang berpikir kreatif rendah.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah serta pembatasan masalah sebagai yang telah dikemukakan, maka dirumuskan masalah sebagai berikut:


(28)

13

1. Apakah hasil belajar Fisika siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran POE lebih tinggi daripada model pembelajaran perolehan konsep?

2. Apakah hasil belajar Fisika siswa yang memiliki kemampuan berpikir kreatif tinggi lebih tinggi daripada hasil belajar Fisika siswa yang memiliki kemampuan berpikir kreatif yang lebih rendah?

3. Apakah ada interaksi antara model pembelajaran dan berpikir kreatif siswa dalam memengaruhi hasil belajar Fisika siswa?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Hasil belajar Fisika siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran POE lebih tinggi dari model pembelajaran perolehan konsep.

2. Hasil belajar siswa yang memiliki kemampuan berpikir kreatif tinggi lebih tinggi dari siswa yang memiliki kemampuan berpikir kreatif rendah.

3. Interaksi antara model pembelajaran dengan berpikir kreatif siswa dalam memengaruhi hasil belajar Fisika.

F. Manfaat Penelitian

Sesuai dengan masalah yang dikaji dalam penelitian ini, maka hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat secara teoretis dan praktis. Manfaat teoretis penelitian ini adalah :

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipakai untuk menambah khasanah atau perbendaharaan teori-teori yang berkaitan dengan model pembelajaran serta interaksinya dengan penguasaan konsep belajar Fisika.


(29)

14

2. Hasil penerapan model pembelajaran dan kemampuan berpikir kreatif dan pengaruhnya terhadap hasil belajar Fisika dapat dijadikan sebagai bahan acuan bagi peneliti berikutnya yang ingin mengkaji secara mendalam, baik secara langsung atau tidak langsung tentang berbagai hal yang berhubungan dengan model pembelajaran dan kemampuan berpikir kreatif tersebut.

3. Penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan pemikiran bagi guru dalam proses pembelajaran dan meningkatkan pemahaman siswa dalam pelajaran Fisika.

Manfaat praktis dari penelitian ini adalah :

1. Menambah pengetahuan dan wawasan penulis tentang peranan guru dalam meningkatkan pemahaman siswa pada pelajaran Fisika.

2. Mencari dan menerapkan metode pembelajaran yang tepat sesuai dengan materi pelajaran Fisika.

3. Memberikan gambaran proses pelaksanaan pembelajaran Fisika dengan menggunakan model pembelajaran POE dan model pembelajaran perolehan konsep berdasarkan kemampuan berpikir kreatif yang dimiliki siswa, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal.


(30)

120

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Model pembelajaran POE dan model pembelajaran Perolehan Konsep memberikan pengaruh yang berbeda terhadap hasil belajar Fisika siswa. Siswa yang diajar dengan model pembelajaran POE memeroleh hasil belajar Fisika yang lebih tinggi daripada siswa yang diajar dengan model pembelajaran Perolehan Konsep

2. Kemampuan berpikir proses komplek dengan kelompok berpikir kreatif tinggi dan berpikir kreatif rendah memberikan pengaruh yang berbeda terhadap hasil belajar Fisika siswa. Hasil belajar Fisika siswa yang memiliki kemampuan berpikir kreatif tinggi lebih tinggi daripada siswa yang memiliki kemampuan berpikir kreatif rendah.

3. Terdapat interaksi antara model pembelajaran dan kemampuan berpikir kreatif siswa dalam memberikan pengaruh terhadap hasil belajar Fisika. Siswa yang memiliki kemampuan berpikir kreatif tinggi yang diajar dengan model pembelajaran POE daripada siswa yang memiliki kemampuan berpikir kreatif tinggi yang diajar dengan model pembelajaran Perolehan Konsep. Selanjutnya dapat dinyatakan juga bahwa untuk siswa yang memiliki kemampuan berpikir kreatif rendah yang diajar dengan model pembelajaran Perolehan Konsep akan lebih tinggi hasil belajarnya dibandingkan dengan


(31)

121

siswa yang memiliki kemampuan berpikir kreatif rendah yang diajar dengan model pembelajaran POE.

B. Implikasi

1. Pengaruh model pembelajaran POE dan Perolehan Konsep terhadap hasil belajar Fisika siswa

Dari kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini, dapat diketahui bahwa model pembelajaran POE yang diterapkan dalam pembelajaran Fisika efektif untuk meningkatkan hasil belajar Fisika siswa. Peningkatan hasil belajar siswa disebabkan karena model pembelajaran ini didasarkan kepada kemampuan siswa untuk mengembangkan pengetahuan yang dimikinya. Siswa diberikan kebebasan untuk mengkonstruksikan pelajaran Fisika sedemikian rupa sehingga siswa mampu mengkonstruksikan secara sistematis berdasarkan pola yang mereka terapkan sendiri. Keingintahuan siswa yang merupakan dasar dari model pembelajaran dengan menstimulus rasa keingintahuan, berobservasi (eksperimen) sampai kepada hasil yang ingin dicapai yang merupakan penjelasan atas dasar dari keingintahuan siswa.

Guru juga sangat memahami fokus model pembelajaran POE ini, yaitu kemandirian siswa dalam menyelesaikan masalah. Guru menerima pendapat benar atau salah dari siswa dengan cara melihat alur cara siswa untuk mendesain konsep berpikirnya. Dan yang menjadi fokus guru dari model pembelajaran ini adalah langkah-langkah pemecahan masalah yang inovatif/ kreatif. Dengan kata lain, siswa mengembangkan kemampuannya dalam menemukan pola untuk pemecahan masalah yang dihadapi. Sehingga pola pikir yang siswa kembangkan mampu dianalogikan prosesnya untuk masalah lain. Dalam penerapannya model


(32)

122

pembelajaran POE juga dapat memberikan dampak pengajaran langsung dan dampak iringan. Dampak langsung yaitu siswa memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam belajar Fisika. Sedangkan dampak iringannya adalah (1) meningkatnya kreativitas siswa; (2) meningkatnya proses belajar yang mandiri dalam memecahkan masalah Fisika; (3) mengembangkan kemampuan siswa untuk tetap memecahakan masalah dengan cara yang menarik, inovatif serta kreatif; (4) meningkanya kemampuan siswa untuk bertanggung jawab atas pekerajaannya.

Penggunaan model pembelajaran POE bertolak dari pandangan bahwa siswa sebagai subjek dalam belajar yang mempunyai kemampuan untuk mengembangkan, mengkonstruksikan pengetahuan yang dimilikinya proses pembelajaran ini harus dipandang sebagai stimulus yang dapat menantang siswa untuk berusaha mengembangkan serta menggali potensi yang dimilikinya dalam pembelajaran. Guru lebih banyak berperan memerhatikan kegiatan yang dilakukan siswa, dan guru hanya mengoptimalkan jawaban yang disampaikan siswa atas permasalahan yang dihadapi. Sehingga dalam pembelajaran guru hanya memberikan penjelasan setelah siswa menyampaikan/ memberikan jawaban tentang masalah yang dihadapi dan jika ditemukan kesalahan guru hanya memberitahu siswa dimana letak kesalahan siswa tersebut, dan akhirnya siswa kembali memperbaiki hingga ditemukan jawabannya.

Pembelajaran POE merupakan model pembelajaran yang meletakkan dasar dan mengembangkan cara berfikir ilmiah, model ini menempatkan siswa untuk lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreativitas dan inovasi dalam memecahkan masalah. Sehingga tugas guru dalam model pembelajaran ini adalah memberikan masalah yang dipecahkan oleh siswa.


(33)

123

Selanjutnya guru menyediakan sumber belajar bagi siswa dan kebutuhan lainnya dalam memecahkan masalah. Dalam kegiatan ini dipastikan bahwa bimbingan dan pengawasan dari guru masih tetap diperlukan, namun campur tangan atau intervensi terhadap kegiatan siswa dalam pemecahan masalah harus dikurangi.

Model pembelajaran POE dapat dilaksanakan dengan ketentuan: (1) guru harus terampil menumbuhkan motivasi belajar siswa dan menciptakan situasi belajar yang menyenangka; (2) guru harus terampil memilih masalah kontekstual yang relevan untuk diajukan di kelas; (3) guru harus menyediakan sumber belajar yang cukup dan memberikan kebebasan berinovasi dalam penyelesaian masalah; (4) adanya partisipasi setiap siswa dalam kegiatan belajar yang lebih dominan; (5) guru tidak banyak campur tangan atau intervensi dalam setiap kegiatan yang dilakukan oleh siswa.

Penggunaan model pembelajaran POE mengatur siswa untuk memandirikan siswa dalam menyelesaikan masalah melalui konstruksi, penyelidikan dan pengujian sendiri oleh siswa baik di laboratorium maupun dalam kehidupan sehari-hari. Hasil kegiatan tersebut akhirnya disimpulkan oleh guru dengan mengemukakan pendapat – pendapat siswa pada akhir pembelajaran. Dengan adanya kemandirian dalam pembelajaran yang dilakukan oleh siswa akan menuntunnya menemukan pengetahuan baru yang tentunya dapat direfleksikan dalam setiap proses pembelajaran. Jika hal ini dilakukan, maka penggunaan model pembelajaran POE akan efektif dalam meningkatkan hasil belajar Fisika siswa, serta melalui penggunaan model pembelajaran ini pengembangan kognitif siswa lebih terarah, inovatif serta menumbuhkan kreativitas dalam mengaplikasikan pengetahuan yang diperoleh.


(34)

124

2. Pengaruh Perbedaan Kemampuan Berpikir Kreatif tinggi dan rendah terhadap hasil belajar Fisika Siswa

Hasil belajar tentunya dapat dipengaruhi oleh faktor kemampuan berpikir yang dimiliki siswa. Kemampuan berpikir ini dapat menunjukkan bahwa siswa dengan kemampuan berpikir yang berbeda juga akan memberikan hasil belajar yang berbeda juga. Penelitian ini juga tidak terlepas dari banyak faktor diluar batasan yang diteliti oleh karena tidak semua dapat dikaji secara rinci. Namun secara pasti, karakteristik siswa merupakan salah satu faktor yang juga memengaruhi hasil belajar Fisika siswa dan kemampuan berpikir siswa adalah faktor yang sangat memengaruhinya dalam penelitian ini. Dari penelitian yang telah dilakukan disimpulkan bahwa hasil belajar siswa yang memiliki kemampuan berpikir kreatif tinggi akan lebih tinggi daripada hasil belajar siswa yang memiliki kemampuan berpikir kreatif rendah.

Kemampuan berpikir kreatif merupakan proses berpikir secara kompleks yang dibangun dalam pemahaman siswa. Diawali dengan pendapat awal siswa terhadap permasalah yang diamati, kemudian transformasi masalah yang ada dengan solusi yang mungkin dalam pemecahannya, sampai kepada hasil pengamatan yang dilakukan siswa yang dikemukakan dengan analisis yang benar. Oleh karenanya guru tidak selamanya memberikan solusi secara menyeluruh kepada siswa, tetapi guru tetap mengamati kegiatan pembelajaran yang terlaksana, sampai kepada jawaban siswa yang ditampung oleh guru dapat memantapkan siswa untuk menghadapi permasalahan yang lain.

Guru dapat menerapkan model – model pembelajaran yang memberikan peluang siswa dalam mengembangkan aktivitas, kamandirian, kreativitas dan kemampuan berpikir bagi siswa yang memiliki kemampuan berpikir kreatif tinggi.


(35)

125

Sementara siswa yang memiliki kemampuan berpikir kreatif rendah, guru dapat menerapkan model-model pembelajaran yang membuat siswa lebih focus, cermat, teliti, serta mampu mengajak siswa untuk berpikir dan bekerja secara sistematis.

3. Interaksi antara Model Pembelajaran dan Kemampuan Berpikir Kreatif terhadap Hasil Belajar Fisika siswa

Dari Penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa kelompok siswa yang memiliki kemampuan berpikir kreatif tinggi memeroleh hasil belajar Fisika yang lebih tinggi jika diajar dengan model pembelajaran POE daripada jika diajar dengan model pembelajaran Perolehan Konsep. Hal ini dapat dipahami berdasarkan data yang diperoleh bahwa karakter kemampuan berpikir siswa merupakan salah satu kunci model pembelajaran tersebut dapat diterapkan dalam pembelajaran. Oleh karena itu guru tidak sepenuhnya dapat merubah sesuatu yang memang telah tertanam pada minat dalam diri siswa. Namun guru dapat memaksimalkan hasil belajar yang diperoleh dengan cara memberikan dukungan wujud penerapan model pembelajaran yang sesuai.

Bagi siswa yang di dalam satu kelas memiliki kemampuan berpikir kreatif tinggi tentunya sangat cocok untuk diajar diajar dengan model POE, dengan pola pembelajaran yang bersesuaian dengan pola berpikir siswa tentunya hasil belajar Fisika siswa akan cenderung baik. Permasalahan yang diberikan kepada siswa mampu direspon dengan baik oleh siswa, dapat ditransformasi secara cepat dan tepatnya dalam menyimpulkan jawaban atas permasalahan yang ada.

Dalam penelitian ini juga diperoleh bahwa di dalam kelas dimana siswa yang memiliki kemampuan berpikir kreatif tinggi juga hasil belajarnya lebih baik jika diajar dengan model pembelajaran Perolehan Konsep dibandingkan dengan


(36)

126

model pembelajaran POE. Hal ini juga perlu menjadi perhatian kepada guru, dengan artian bahwa penerapan model pembelajaran juga dipengaruhi oleh kemampuan berpikir siswa yang sebelumnya sudah diutarakan bahwa model pembelajaran POE bukan secara umum tidak dapat dijadikan sebagai satu-satunya model pembelajaran yang cukup dapat membantu siswa dalam meningkatkan hasil belajar Fisika.

Dengan adanya kelompok siswa yang memiliki kemampuan berpikir kreatif pada masing-masing model pembelajaran, ternyata model pembelajaran POE belum optimal dibandingkan dengan model pembelajaran Perolehan Konsep. Jadi guru dapat juga menerapkan model pembelajaran Perolehan Konsep pada siswa yang memiliki kemampuan berpikir kreatif tinggi sebab pola pembelajarannya yang secara umum dibantu oleh informasi dari guru. Namun dalam menerapkan model pembelajaran ini guru harus secara matang dan berhati-hati dalam mempersiapkannya.

C. Saran

Berkaitan dengan simpulan dan implikasi yang telah dikemukakan di atas, maka dapat diajukan saran seperti belrikut ini:

1. Kepada guru Fisika harus dipertimbangkan karakteristik siswa terutama dalam hal kemampuan berpikir siswa sebelum memilih model pembelajaran yang dipilihnya sehubungan dengan materi yang akan diajarkan

2. Perlunya dilakukan pelatihan dan pendalaman pendidikan bagi guru-guru Fisika dalam meningkatkan kemampuan guru dalam menggunaka berbagai model pembelajaran khususnya model pembelajaran yang mengutamakan kemandirian siswa dalam mengembangkan pengetahuannya serta


(37)

127

mengedepankan proses berpikir kompleks dan inovasi dalam pemecahan masalah dalam pembelajaran.

3. Dalam pembelajaran yang dilaksanakan, Guru perlu memperkenalkan secara bertahap kepada siswa bagaimana belajar dengan menggunakan model pembelajaran POE (Predict-Observe-Explain), serta sebelum pembelajaran dimulai guru perlu menjelaskan bagaimana prosedur model pembelajaran POE tersebut dilakukan.

4. Dengan semakin banyaknya model pembelajaran baru yang muncul, maka Guru perlu menyeleksi setiap model pembelajaran. Model pembelajaran yang diterapkan harus relevan dengan tujuan pembelajaran, sehingga pembelajaran lebih efektif dan efisien serta menciptakan suasana pembelajaran kondusif. 5. Kepada Pusat Pengembangan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga

Kependidikan (P4TK) dan Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) sebagai pihak yang bertanggung jawab untuk mengembangkan dan menjamin mutu pendidikan agar lebih sering memanggil guru – guru untuk ditatar, dilatih dan dibekali dengan pengetahuan yang relevan. Dengan diklat diharapkan guru-guru memperbaiki cara mengajar yang sudah tidak sesuai dengan tuntutan perkembangkan zaman.


(38)

128

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Revisi IV). Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, S. (2007). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara Ansari, B.I. (2003). Menumbuhkembangkan Kemampuan Pemahaman dan

Komunikasi Matematik melalui Strategi TTW (eksperimen di SMUN Kelas I Bandung ): Disertasi tidak diterbitkan. Bandung: PPS UPI Bandung. Baharudin. (1982). Peranan Dasar Intelektual Sikap dan Pemahaman Dalam

Fisika terhadap Kemampuan Siswa di Sulawesi Selatan Membangun Model Mental. Disertasi tidak diterbitkan. Bandung: Doktor FPS IKIP Bandung.

Bullock, S (2008) . Building Concepts Through Writing-to-Learn. Current Reserch in College Physics Classrooms (online), (http://www.nipissingu.ca/oar/PDFS/ V922E.pdf, diakses 3 Oktober 2011) Calhoun, E. Weil, M dan Joyce, B (2009). Models of Theaching. New Jersey:

Pearson Education , Inc

Cheng, et,al, (2004). “Using on Line Home Work System Enhance Student of Physic Concept in Introductory Physic Course”. Journal American Association Physic Teacher. 72 (11), 144-1453

Costa. (1985). Developing Minds: A Resource Book for Teaching Thinking. Alexandria: ASCD

Dahar, R.W. (1996). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga Depdiknas. (2004). Silabus Kurikulum 2004. Dirjen Dikdasmen

Depdiknas. (2003). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional

---. (2006). “Pengembangan Bahan Ujian dan Analisis Hasil Ujian” Materi Presentasi Sosialisasi KTSP Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional

... (2006). Daftar Silabus Fisika KTSP 2006. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional

---.(1989). Evaluating Critical Thinking, California: Midwest Publications


(39)

129

Fraenkel, J.R & Wallen, N.E., (1993). How To Design And Evaluate Research in Education (second ed.). New York: McGraw-Hill Book Co

Giancoli, D.C. (2001). Fisika Edisi Kelima Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Huinker, D. & Laughlin, C. (1996). “Talk Your Way into Writing”. In P. C. Elliot, and M. J. Kenney (Eds). 1996 Yearbook. Communication in Matematics, K-12 and Beyond. USA: NCTM

Kanginan, M. (2007). “Fisika untuk SMP Kelas VIII ”. Bandung: Erlangga Liliasari, dkk. (1999). Pengembangan Model Pembelajaran Materi Subyek untuk

Meningkatkan Kemampuan Berpikir Konseptual Tingkat Tinggi Mahasiswa Calon Guru IPA. Laporan Penelitian. Bandung: FPMIPA IKIP Bandung

………., (2002). Pengembangan Model Pembelajaran Kimia untuk Meningkatkan Strategi Kognitif Mahasiswa Calon Guru dalam menerapkan Berpikir Konseptual Tingkat Tinggi (Studi Pengembangan Berpikir Kritis dan Kreatif). Laporan Penelitian Hibah Bersaing IX Perguruan Tinggi. Bandung: UPI Bandung

La Ode Nursalam. (2007). Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Terhadap Peningkatan Penguasaan Konsep dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMA Pada Konsep Listrik Dinamis. Tesis tidak diterbitkan. Bandung: PPS UPI Bandung:

Mabout, Sompong dan Tregust, David F. (2006). The Use of a Predict-Observe- Explain Sequence in The Laboratory to Improve Students’ Conceptual Understanding of Motion in Tertiary Physics in Thailand. (Makalah disampaikan pada Konferensi Internasional Pendidikan Sain di Singapura). Singapore: National Institute of Education.

Masingila, J.O dan Wisniowska, E.P (1996). Develoving and Assessing Mathematical Understanding in Calculus thorough Writing. Dalam P.C Elliot dan M.J Kenney (Eds). Yearbook Communication in Mathematics K-12 and Beyond. Reston VA: The National Council of Teacher of Mathematics.

Matthew, H.O dan Hergenhahn, B.R (2009). Theories of Learning. Jakata: Kencana Prenada Media Group.

Nasution, S. (1982). Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Edisi 1. Jakarta: Bina Aksara.

Nurjanah, A. (2009). Penerapan Model Pembelajaran Predict-Observe-Explain (POE) untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Cahaya dan Kemampuan Berfikir Kreatif Siswa MTs. Tesis tidak diterbitkan. Bandung: PPS UPI Bandung.


(40)

130

---, (1998). Statistika Dasar Untuk Penelitian Pendidikan. Bandung: IKIP Bandung Press.

Sanjaya, W. (2008). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Prenada Media.

Santoso, B. (2007). Urutan Predict-Observe-Explain (POE) pada pembelajaran Fluida Dinamis untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Kemampuan Generik Fisika Siswa SMA Kelas XI Bandung. Tesis PPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan


(1)

Sementara siswa yang memiliki kemampuan berpikir kreatif rendah, guru dapat menerapkan model-model pembelajaran yang membuat siswa lebih focus, cermat, teliti, serta mampu mengajak siswa untuk berpikir dan bekerja secara sistematis.

3. Interaksi antara Model Pembelajaran dan Kemampuan Berpikir Kreatif terhadap Hasil Belajar Fisika siswa

Dari Penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa kelompok siswa yang memiliki kemampuan berpikir kreatif tinggi memeroleh hasil belajar Fisika yang lebih tinggi jika diajar dengan model pembelajaran POE daripada jika diajar dengan model pembelajaran Perolehan Konsep. Hal ini dapat dipahami berdasarkan data yang diperoleh bahwa karakter kemampuan berpikir siswa merupakan salah satu kunci model pembelajaran tersebut dapat diterapkan dalam pembelajaran. Oleh karena itu guru tidak sepenuhnya dapat merubah sesuatu yang memang telah tertanam pada minat dalam diri siswa. Namun guru dapat memaksimalkan hasil belajar yang diperoleh dengan cara memberikan dukungan wujud penerapan model pembelajaran yang sesuai.

Bagi siswa yang di dalam satu kelas memiliki kemampuan berpikir kreatif tinggi tentunya sangat cocok untuk diajar diajar dengan model POE, dengan pola pembelajaran yang bersesuaian dengan pola berpikir siswa tentunya hasil belajar Fisika siswa akan cenderung baik. Permasalahan yang diberikan kepada siswa mampu direspon dengan baik oleh siswa, dapat ditransformasi secara cepat dan tepatnya dalam menyimpulkan jawaban atas permasalahan yang ada.

Dalam penelitian ini juga diperoleh bahwa di dalam kelas dimana siswa yang memiliki kemampuan berpikir kreatif tinggi juga hasil belajarnya lebih baik jika diajar dengan model pembelajaran Perolehan Konsep dibandingkan dengan


(2)

model pembelajaran POE. Hal ini juga perlu menjadi perhatian kepada guru, dengan artian bahwa penerapan model pembelajaran juga dipengaruhi oleh kemampuan berpikir siswa yang sebelumnya sudah diutarakan bahwa model pembelajaran POE bukan secara umum tidak dapat dijadikan sebagai satu-satunya model pembelajaran yang cukup dapat membantu siswa dalam meningkatkan hasil belajar Fisika.

Dengan adanya kelompok siswa yang memiliki kemampuan berpikir kreatif pada masing-masing model pembelajaran, ternyata model pembelajaran POE belum optimal dibandingkan dengan model pembelajaran Perolehan Konsep. Jadi guru dapat juga menerapkan model pembelajaran Perolehan Konsep pada siswa yang memiliki kemampuan berpikir kreatif tinggi sebab pola pembelajarannya yang secara umum dibantu oleh informasi dari guru. Namun dalam menerapkan model pembelajaran ini guru harus secara matang dan berhati-hati dalam mempersiapkannya.

C. Saran

Berkaitan dengan simpulan dan implikasi yang telah dikemukakan di atas, maka dapat diajukan saran seperti belrikut ini:

1. Kepada guru Fisika harus dipertimbangkan karakteristik siswa terutama dalam hal kemampuan berpikir siswa sebelum memilih model pembelajaran yang dipilihnya sehubungan dengan materi yang akan diajarkan

2. Perlunya dilakukan pelatihan dan pendalaman pendidikan bagi guru-guru Fisika dalam meningkatkan kemampuan guru dalam menggunaka berbagai model pembelajaran khususnya model pembelajaran yang mengutamakan kemandirian siswa dalam mengembangkan pengetahuannya serta


(3)

mengedepankan proses berpikir kompleks dan inovasi dalam pemecahan masalah dalam pembelajaran.

3. Dalam pembelajaran yang dilaksanakan, Guru perlu memperkenalkan secara bertahap kepada siswa bagaimana belajar dengan menggunakan model pembelajaran POE (Predict-Observe-Explain), serta sebelum pembelajaran dimulai guru perlu menjelaskan bagaimana prosedur model pembelajaran POE tersebut dilakukan.

4. Dengan semakin banyaknya model pembelajaran baru yang muncul, maka Guru perlu menyeleksi setiap model pembelajaran. Model pembelajaran yang diterapkan harus relevan dengan tujuan pembelajaran, sehingga pembelajaran lebih efektif dan efisien serta menciptakan suasana pembelajaran kondusif. 5. Kepada Pusat Pengembangan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga

Kependidikan (P4TK) dan Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) sebagai pihak yang bertanggung jawab untuk mengembangkan dan menjamin mutu pendidikan agar lebih sering memanggil guru – guru untuk ditatar, dilatih dan dibekali dengan pengetahuan yang relevan. Dengan diklat diharapkan guru-guru memperbaiki cara mengajar yang sudah tidak sesuai dengan tuntutan perkembangkan zaman.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Revisi IV). Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, S. (2007). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara Ansari, B.I. (2003). Menumbuhkembangkan Kemampuan Pemahaman dan

Komunikasi Matematik melalui Strategi TTW (eksperimen di SMUN Kelas I Bandung ): Disertasi tidak diterbitkan. Bandung: PPS UPI Bandung. Baharudin. (1982). Peranan Dasar Intelektual Sikap dan Pemahaman Dalam

Fisika terhadap Kemampuan Siswa di Sulawesi Selatan Membangun Model Mental. Disertasi tidak diterbitkan. Bandung: Doktor FPS IKIP Bandung.

Bullock, S (2008) . Building Concepts Through Writing-to-Learn. Current

Reserch in College Physics Classrooms (online),

(http://www.nipissingu.ca/oar/PDFS/ V922E.pdf, diakses 3 Oktober 2011) Calhoun, E. Weil, M dan Joyce, B (2009). Models of Theaching. New Jersey:

Pearson Education , Inc

Cheng, et,al, (2004). “Using on Line Home Work System Enhance Student of Physic Concept in Introductory Physic Course”. Journal American Association Physic Teacher. 72 (11), 144-1453

Costa. (1985). Developing Minds: A Resource Book for Teaching Thinking. Alexandria: ASCD

Dahar, R.W. (1996). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga Depdiknas. (2004). Silabus Kurikulum 2004. Dirjen Dikdasmen

Depdiknas. (2003). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional

---. (2006). “Pengembangan Bahan Ujian dan Analisis Hasil Ujian” Materi Presentasi Sosialisasi KTSP Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional

... (2006). Daftar Silabus Fisika KTSP 2006. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional

---.(1989). Evaluating Critical Thinking, California: Midwest Publications


(5)

Fraenkel, J.R & Wallen, N.E., (1993). How To Design And Evaluate Research in

Education (second ed.). New York: McGraw-Hill Book Co

Giancoli, D.C. (2001). Fisika Edisi Kelima Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Huinker, D. & Laughlin, C. (1996). “Talk Your Way into Writing”. In P. C. Elliot, and M. J. Kenney (Eds). 1996 Yearbook. Communication in Matematics, K-12 and Beyond. USA: NCTM

Kanginan, M. (2007). “Fisika untuk SMP Kelas VIII ”. Bandung: Erlangga Liliasari, dkk. (1999). Pengembangan Model Pembelajaran Materi Subyek untuk

Meningkatkan Kemampuan Berpikir Konseptual Tingkat Tinggi

Mahasiswa Calon Guru IPA. Laporan Penelitian. Bandung: FPMIPA IKIP Bandung

………., (2002). Pengembangan Model Pembelajaran Kimia untuk Meningkatkan

Strategi Kognitif Mahasiswa Calon Guru dalam menerapkan Berpikir Konseptual Tingkat Tinggi (Studi Pengembangan Berpikir Kritis dan Kreatif). Laporan Penelitian Hibah Bersaing IX Perguruan Tinggi. Bandung: UPI Bandung

La Ode Nursalam. (2007). Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif

Tipe Jigsaw Terhadap Peningkatan Penguasaan Konsep dan

Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMA Pada Konsep Listrik Dinamis. Tesis tidak diterbitkan. Bandung: PPS UPI Bandung:

Mabout, Sompong dan Tregust, David F. (2006). The Use of a Predict-Observe- Explain Sequence in The Laboratory to Improve Students’ Conceptual Understanding of Motion in Tertiary Physics in Thailand. (Makalah disampaikan pada Konferensi Internasional Pendidikan Sain di Singapura). Singapore: National Institute of Education.

Masingila, J.O dan Wisniowska, E.P (1996). Develoving and Assessing Mathematical Understanding in Calculus thorough Writing. Dalam P.C Elliot dan M.J Kenney (Eds). Yearbook Communication in Mathematics K-12 and Beyond. Reston VA: The National Council of Teacher of Mathematics.

Matthew, H.O dan Hergenhahn, B.R (2009). Theories of Learning. Jakata: Kencana Prenada Media Group.

Nasution, S. (1982). Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Edisi 1. Jakarta: Bina Aksara.

Nurjanah, A. (2009). Penerapan Model Pembelajaran Predict-Observe-Explain

(POE) untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Cahaya dan

Kemampuan Berfikir Kreatif Siswa MTs. Tesis tidak diterbitkan. Bandung: PPS UPI Bandung.


(6)

---, (1998). Statistika Dasar Untuk Penelitian Pendidikan. Bandung: IKIP Bandung Press.

Sanjaya, W. (2008). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Prenada Media.

Santoso, B. (2007). Urutan Predict-Observe-Explain (POE) pada pembelajaran Fluida Dinamis untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Kemampuan Generik Fisika Siswa SMA Kelas XI Bandung. Tesis PPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan