Penelitian Tindakan Kelas Model Kemmis dan McTaggart pada Mata Kuliah Nihon Bungaku Nyuumon.

(1)

(2)

ix

DAFTAR ISI

Kata Sambutan Ketua ASPBJI ... i Kata Sambutan Direktur JF Jakarta ... iv Daftar Isi ... ix

PEMAKALAH UTAMA

日 本 語 教 育 に お け る評 価 ... 1 Ito Sukero

PEMAKALAH UNDANGAN DAN PEMAKALAH PENDAMPING

EFEKTIVITAS METODE ROLE PLAY DENGAN SISTEM

PENILAIAN PEER-ASSESSMENT DALAM MENINGKATKAN

KEMAMPUAN BERBICARA PEMBELAJAR SEMESTER DUA PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG STIBA SARASWATI

DENPASAR ... 9 A.A.Ayu Dian Andriyani, Komang Dian Puspita Candra,

Ni Wayan Meidariani, dan Sahidin

KEGIATAN MENULIS BLOG BAHASA JEPANG (PENERAPAN EVALUASI DIRI PEMBELAJAR DENGAN MENGGUNAKAN

PORTFOLIO) ... 27 Arianty Visiaty

TAHAP AWAL IDENTIFIKASI KESULITAN MENYIMAK BAHASA

JEPANG DENGAN PENYUSUNAN TES DIAGNOSTIK ... 41 Desak Made Sri Mardani

MODEL PENILAIAN OTENTIK DALAM PEMBELAJARAN SAKUBUN

DAN DOKKAI DI UNIVERSITAS BUNG HATTA ... 58 Dewi Kania Izmayanti dan Irma

母語 目標言語の同異点に基 いた使役文の指導提案 ... 75


(3)

x

ANALISA VALIDITAS TAMPANG DAN VALIDITAS ISI TES

MENYIMAK BUATAN GURU - STUDI KASUS UTS CHOUKAI 4

DI UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA –... 87 Dwi Astuti Retno Lestari

EVALUASI DAN ASSESMENT DALAM MATA KULIAH GAKUSHUU

HYOUKA ... 103 Dyah Prasetiani

GRAMMAR COMPREHENSION-BASED COMMUNICATION PRACTICE THROUGH SOCIOLINGUISTIC APPROACH... 117 Ely Triasih Rahayu

PENILAIAN HASIL BELAJAR DALAM PENDIDIKAN BAHASA

JEPANG DI SMA SESUAI KURIKULUM 2013 ... 127 Evi Lusiana dan Hatta Naomi

METODE PENGUKURAN PERSEPSI BUNYI BAHASA JEPANG OLEH PEMBELAJAR INDONESIA ... 143 Franky R. Najoan dan Yasuhiko Sukegawa

PENGARUH PENILAIAN AUTENTIK TERHADAP HASIL BELAJAR MEMBACA DAN MENULIS BAHASA JEPANG MAHASISWA

SEMESTER 1 TAHUN AKADEMIK 2014/2015 JURUSAN BAHASA

JEPANG UNJ ... 156 Frida Philiyanti

PROBLEM IDENTIFICATION IN CHOKAI/LISTENING ... 170 Hartati

THE CORRELATION BETWEEN LEVEL OF VOCABULARY MASTERY AND STUDENTS’ JAPANESE READING SKILLS IN HYOUKI AND

DOKKAI SUBJECT... 179 Haryono

日本語能力試験 JF日本語教育ス ン ー ... 195

Hatta Naomi


(4)

xi

SEMESTER VI PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG UNIVERSITAS

UDAYANA TAHUN AJARAN 2014/2015 ... 204 I Gede Oeinada

PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODEL KEMMIS DAN MCTAGGART

PADA MATA KULIAH NIHON BUNGAKU NYUUMON ... 218 Ida Ayu Laksmita Sari dan Ni Luh Putu Ari Sulatri

EVALUASI PEMBELAJARAN DOKKAI 2: STUDI KASUS PADA

PROGRAM STUDI S1 SASTRA JEPANG UNSOED ... 232 Idah Hamidah

PENILAIAN HASIL PEMBELAJARAN MODEL PEMBELAJARAN

ROLE PLAYING PADA MATA KULIAH KAIWA I ... 242 Imelda Indah Lestari dan Rina Yuniastuti

ANALISIS PENGGUNAAN HURUF KANA OLEH MAHASISWA

BAHASA JEPANG PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG UNIVERSITAS HASANUDDIN ... 253 Imelda

RESPON PUJIAN OLEH PEMBELAJAR BAHASA JEPANG ... 266

Ismatul Khasanah dan Adityo Bagus Prabowo

EKSPERIMEN EVALUASI DALAM MATA KULIAH NIHONGO

KYOGUKAIHATSU–MERUJUK PADA MODEL BELAJAR DAN

EVALUASI BERDASARKAN KECAKAPAN ABAD 21- ... 279 Joko Prasetyo dan Michiyo Takasaki

STRATEGI PENILAIAN DALAM PEMBELAJARAN MATA KULIAH SINTAKSIS DI JURUSAN SASTRA JEPANG DI UNIVERSITAS

ANDALAS ... 294 Lady Diana Yusri dan Dini Maulia

PERF ORMANCE ASSESSMENT IN INTERMEDIATE JAPANESE

READING ... 305 Lea Santiar


(5)

xii

日本語学習に る話す能力の評価方法 ... 322

Lispridona Diner

KEMAMPUAN MENULIS MAHASISWA DEPARTEMEN SASTRA JEPANG SEMESTER II MELALUI MODEL PEMBELAJARAN

PICTURE AND PICTURE ... 335 Mhd. Pujiono

KORELASI KEMAMPUAN MAHASISWA TINGKAT II MENJAWAB SOAL ESAI BERBASIS PENILAIAN BERPIKIR ANALITIS KREATIF DENGAN KEMAMPUAN MENYUSUN RPP BAHASA JEPANG

BER-PENDEKATAN SAINTIFIK PADA MATA KULIAH NIHONGO JUGYO

KEIKAKU SEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2014/2015 DI

PRODI PENDIDIKAN BAHASA JEPANG FSB UNESA ... 347 Mintarsih

EVALUASI DAN ASESMEN DALAM UJIAN TENGAH SEMESTER TATA BAHASA IV TAHUN AKADEMIK 2014-2015 PADA

MAHASISWA SEMESTER IV ANGKATAN 2013 PROGRAM STUDI

SASTRA JEPANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA ... 366 Nadya Inda Syartanti

APLIKASI DAN EVALUASI POLA KALIMAT BAHASA JEPANG

PADA MATA KULIAH JOUKYUU DOKKAI MELALUI POLA

BULAN SABIT ... 382 Ngurah Indra Pradhana

PEER CORRECTION SEBAGAI F EEDBACK DALAM ASESMEN

PEMBELAJARAN SAKUBUN ... 394 Ni Made Wiriani dan Ni Luh Kade Yuliani Giri

EVALUASI PENGUASAAN KOSAKATA MAHASISWA DENGAN

TEKNIK DOUBLE EVALUATION ... 402 Ni Putu Luhur Wedayanti dan Silvia Damayanti

日本語学習者の動機付 研究

イン ネシア人 アメ カ人の日本語学習者を対象 し ... 414


(6)

xiii

日本語 イン ネシア語のあい ちの使用に関する対照研究

形式 機能をめ っ ... 429 Okie Dita Apriyanto

日本語 イン ネシア語に る 引用

友人同士の会話を事例 した対照研究の試み ... 444

Pika Yestia Ginanjar

EVALUATING AND ASSESSMENT BASE ON SOF TSKILLS IN

TSUYAKU COURSE ... 459 (TIDAK DIPRESENTASIKAN)

Rahtu Nila Sepni

BENTUK DAN TES KEMAMPUAN MEMBACA DALAM

BAHASA JEPANG ... 474 Renny Anggraeny

PELAFALAN BUNYI PANJANG BAHASA JEPANG PADA MAHASISWA, PENGAJAR DAN PENUTUR ASLI BAHASA JEPANG PROGRAM STUDI

PENDIDIKAN BAHASA JEPANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA ... 488

Rike Febriyanti dan Sri Aju Indrowaty

INTERPRETING F OR TOURISM AS A WAY TO IMPROVE JAPANESE

SPEAKING EVALUATION AND ASSESSMENT STUDY... 503 Rita Susanti

HUBUNGAN KONSTITUEN PENGISI SUBJEK, OBJEK, KETERANGAN, MODIFIER, DAN QUALIFIER: SEBUAH KAJIAN TEORITIS

TERHADAP POLA SISTEM KALIMAT BAHASA JEPANG... 517

Roni

新しい日本語会話能力テス の研究 開発 ... 531

Sakamoto Tadashi dan Ito Sukero

PENINGKATAN PENGUASAAN KANJI DENGAN CHOKUSETSU

SUTORATEJI ... 543 Sherly Ferro Lensun


(7)

xiv

CHODOKKAI ... 560 Silvia Nurhayati

ANALISIS ALIR NADA DAN POLA AKSEN PEMBELAJAR BAHASA

JEPANG DI KOTA MEDAN ... 573 (TIDAK DIPRESENTASIKAN)

Siti Muharami Malayu dan Yuddi Adrian Muliadi

学習者自己評価に る日本語の書 能力 ... 590

Susi Widianti

非母語話者教師のためのCan-doベースのe ーニング日本語コースの

貢献 展望-その形成的評価、コース評価の分析 - ... 600

Takasaki Michiyo

PRAKTIK PENILAIAN PARTISIPASIF PEMELAJAR UNTUK MEMAJUKAN PEMBELAJARAN MANDIRI - STUDI KASUS YANG DILIHAT PADA KURSUS YANG DISELENGGARAKAN THE JAPAN

FOUNDATION JAKARTA - ... 614 Tetriana Sawitri dan Tomoko Nihei

TELAAH BUTIR SOAL KANJI CUP 2015 LEVEL DASAR

DI SURABAYA ... 632 Urip Zaenal Fanani

RUBRIK UNTUK PENILAIAN KEMAMPUAN BERBICARA BAHASA JEPANG PADA PROSES PEMBELAJARAN KOLABORATIF

—PENILAIAN INDIVIDU DAN PENILAIAN KOLEKTIF— ... 645 Vera Yulianti

Town Innovation Project いう課題解決型学習 の21世紀型

スキ 評価の適用 ... 657 Yuni Susanto

PENERAPAN PEER EVALUATION PADA MATA KULIAH MENULIS

BAHASA JEPANG ... 672 Yuniarsih dan Nur Saadah Fitri Asih


(8)

xv

PENGENALAN YOUYAKU UNTUK MENGUKUR KEMAMPUAN

MAHASISWA DALAM MEMBACA TINGKAT MENENGAH

(KASUSU DI UNNES) ... 686 Yuyun Rosliyah


(9)

218

PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODEL KEMMIS DAN MCTAGGART

PADA MATA KULIAH NIHON BUNGAKU NYUUMON

Ida Ayu Laksmita Sari Ni Luh Putu Ari Sulatri

Universitas Udayana

dayumita23@gmail.com; putu_ari86@yahoo.com Abstract

The subject of Nihon Bungaku Nyumon is one of the main competence subject provided in Japanese Departement, Faculty of Letter and Cultures, Udayana University for the student in 4th semester. There are constraints at the beginning of the learning process, including students glued to the source or the Indonesian language book so that the lectures is not so attractive. Therefore, this study analyzed how teaching role to create an atmosphere of active class and the students were able to master the material which become the purpose of learning.

On this class action research, we used Kemmis and McTaggart models which include a number of cycles, namely planning, execution and observation, as well as the reflection stages. Those stages took place repeatedly so that the purpose of study is achieved. The research instrument is the student translation result, student summarizes task, achievement result and chart prepared by the students individually or in groups.

The observation result is evaluated in the form of reflection. In this class action result, the maximum result is obtained in the third cycle. In the third cycle, it is known that the use of Japanese language material is more interesting since the student is required to understand what they will presented in the classroom. The creativity in manufacturing self-created chart also makes students more easily understand the flow of material being studied. Through a questionnaire that has been distributed, it can be seen that the students say this method is more attractive, they can enrich the Japanese language vocabulary, particularly vocabulary in literature, and become more understood about the Japanese literature than just reading the source in Indonesian language.

Key words: class action research, reflection, observation, nihon bungaku nyuumon

PENDAHULUAN

Nihon Bungaku Nyūmon atau Pengantar Kesusastraan Jepang adalah salah satu mata kuliah kompetensi khusus yang diberikan pada mahasiswa semester IV di Program Studi Sastra Jepang, Universitas Udayana. Pada mata kuliah ini diperkenalkan jenis-jenis kesusastraan Jepang dari zaman ke zaman. Pada tahun-tahun ajaran sebelumnya mata kuliah ini menggunakan buku ajar maupun sumber


(10)

219

lainnya yang berbahasa Indonesia. Pada saat kuliah berlangsung diketahui beberapa kelemahan yang terjadi dalam proses belajar mengajar, di antaranya karena sumber yang mudah dibaca, mahasiswa kurang teliti dalam memahami maupun mengerti isi dari mata kuliah tersebut. Pada saat kuliah berlangsung mahasiswa juga kurang aktif bertanya maupun mengemukakan pendapat. Sangat sedikit pula mahasiswa yang menguasai isi mata kuliah, hal ini dapat diketahui dari jawaban-jawaban mahasiswa pada saat quiz, UTS maupun UAS. Oleh karena itu, diperlukan upaya-upaya oleh pengampu mata kuliah untuk merancang dan mencari solusi alternatif berdasarkan faktor penyebab kegagalan dan pendukung keberhasilan sebuah proses belajar mengajar melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research (CAR).

Penelitian Tindakan Kelas merupakan suatu upaya dari pengajar untuk meningkatkan atau memperbaiki proses belajar kearah tercapainya tujuan pendidikan dan pengajaran (Yanto, 2013: 16). Tujuan Penelitian Tindakan kelas pada mata kuliah Nihon bungaku nyuumon adalah untuk (1) meningkatkan mutu isi, masukan proses, dan hasil pendidikan dan pembelajaran di kelas, (2) membantu pengajar untuk mengatasi masalah pembelajaran di dalam dan di luar kelas (3) meningkatkan sikap professional pendidik dan tenaga kependidikan, dan (4) menumbuhkembangkan budaya akademik, dan perbaikan mutu pendidikan dan pembelajaran secara berkelanjutan. Sedangkan manfaat yang diperoleh yaitu: (1) inovasi pembelajaran, (2) pengembangan kurikulum, dan (3) peningkatan profesionalisme pengajar (Yanto, 2013: 30).

Salah satu bidang kajian Penelitian Tindakan Kelas adalah sistem assement, evaluasi proses belajar mengajar, dan hasil pembelajaran. Penelitian Tindakan Kelas dalam hal ini mengkaji mengenai hal-hal yang diterapkan oleh pendidik di dalam kelas, berkaitan dengan masalah evaluasi siswa dan akhir pembelajaran, serta pengembangan instrumen assement berbasis kompetensi siswa. Oleh karena itu Penelitian Tindakan Kelas sangat berpengaruh kepada hasil pembelajaran yang diperoleh siswa sebagai akibat dari proses belajar mengajar dalam kelas (Lusi dan Nggili, 2013: 74—75). Penelitian Tindakan Kelas pada mata kuliah Nihon

Bungaku Nyuumon digunakan metode Penelitian Model Kemmiss dan McTaggart


(11)

220

perenanaan (plan), (b) pelaksanaan dan pengamatan (act and observe), dan (c) refleksi (reflect). Penelitian kali ini merupakan jenis penelitian eksperimental yang diselenggarakan dengan upaya menerapkan berbagai teknik atau strategi secara efektif dan efisien di dalam suatu kegiatan belajar mengajar.

KAJIAN PUSTAKA

Kajian terkait dengan penelitian tindakan kelas telah banyak dilaksanakan

oleh para peneliti. Hal ini tidak terlepas dari salah satu peranan penelitian tindakan kelas dalam upaya perbaikan kualitas penelitian. Berikut ini ditelaah dua buah penelitian yang relevan dan dijadikan sebagai acuan pada penelitian ini.

Penelitian yang pertama adalah penelitian yang dilaksanakan oleh Brown (2002) dalam disertasi yang berjudul “Improving Teaching Practices through Action Research” mengkaji mengenai persepsi guru terhadap pengaruh dari penelitian tindakan kelas bagi pemikiran guru terhadap kegiatan istruksional dan dampaknya terhadap kegiatan mengajar. Penelitian ini menfokuskan kepada empat bidang kajian, yaitu 1) persepsi mengenai keseluruhan peran guru; 2) pengetahuan guru mengenai cara mengajar; 3) proses mengajar; dan 4) proses refleksi atau evaluasi. Data dalam penelitian ini dikumpulkan melalui metode wawancara dengan guru peneliti, observasi kelas, dan pengumpulan kertas kerja guru dan murid. Hasil penelitian menunjukan bahwa tahapan yang dilakukan pada penelitian tindakan kelas memberikan guru peneliti struktur yang sistematis dalam melakukan implementasi dan analisis terhadap proses belajar mengajar. Struktur tersebut akan mengarahkan guru peneliti untuk melakukan pengumpulan data, analisis, serta refleksi yang lebih sistematis.

Penelitian kedua adalah penelitian yang dilaksanakan oleh Taube, et all (2005) menfokuskan kajian pada proses dan hasil dari penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh guru matematika yang berada pada level 3-8 di beberapa sekolah di Amerika Serikat. Para guru matematika tersebut melaksanakan penelitian tindakan kelas guna meningkatkan kemampuan pemecahan masalah pada proses mengajar di kelas yang mereka ampu. Hasil penelitian menunjukan bahwa empat tahap yang dilakukan dalam penelitian tindakan kelas membantu


(12)

221

guru dalam menjawab pertanyaan spesifik terkait dengan pemahaman siswa terhadap materi ajar serta membantu guru merancang instruksi yang lebih efektif dengan menyesuaikan terhadap kebutuhan siswa di dalam kelas. Selain itu, melalui model penelitian tindakan kelas yang sistematis juga membantu guru dalam melaksanakan kegiatan assessment yang efektif.

PEMBAHASAN

Penelitian tindakan kelas pada mata kuliah Nihon Bungaku Nyuumon telah dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2014/2015 yang dilaksanakan dalam 6 kali tatap muka, 2 tatap muka pada awal semester, 2 kali tatap muka sebelum UTS dan 2 kali tatap muka sebelum UAS. Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas model Kemiss dan Mctaggart karena lebih sederhana dibandingkan dengan model Penelitian Tindakan Kelas lainnya dan model ini terdiri dari siklus yang berulang. Setiap siklus terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan dan pengamatan, serta refleksi. Siklus ini dilaksanakan berulang hingga tujuan penelitian tercapai. Berikut adalah gambar Rancangan Penelitian Tindakan Kelas Model Kemmis dan McTaggart:

Gambar 1: PTK Model Kemmis dan McTaggart (Yanto, 2013: 50)


(13)

222

Pada Penelitian Tindakan Kelas dengan Model Kemiss dan Mctaggart, langkah pertama pada setiap siklus adalah penyusunan rencana tindakan. Tahapan berikutnya, yaitu pelaksanaan sekaligus pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan. Hasil pengamatan kemudian dievaluasi dalam bentuk refleksi. Apabla hasil refleksi siklus pertama menunjukkan bahwa pelaksanaan tindakan belum memberikan hasil seperti yang diharapkan, berikutnya disusun lagi rencana untuk dilaksanakan pada siklus kedua. Demikian seterusnya, hingga hasil yang dinginkan benar-benar tercapai. Melalui proses (a) tahap perenanaan (plan), (b) pelaksanaan dan pengamatan (act and observe), dan (c) refleksi (reflect) yang telah dilaksanakan berulang pada penelitian ini, hasil maksimal diperoleh pada siklus ke tiga. Berikut adalah penjelasan dari masing-masing siklus.

A. Penelitian Siklus 1

Penelitian siklus 1 dilakukan pada awal semester sebanyak dua kali tatap muka dengan rincian sebagai berikut:

a. Tahap Perenanaan (Plan)

Pada tahap awal, pengajar mempersiapkan SAP, Silabus, kontrak perkuliahan, hand out materi pembelajaran (dalam penelitian ini buku ajar yang digunakan adalah Genshoku Shiguma Shin Nihon Bungakushi: Bijuaru kaisetsu terbitan tahun 2010 dengan editor Akiyama Ken dan Miyoshi Yukio dan diterbitkan oleh Bun’eido Tokyo, lembar evaluasi keaktifan siswa, lembar evaluasi kelas, dan lembar respon siswa.

b. Tahap Pelaksanaan dan Pengamatan (Act and Observe)

Pada tahap pelaksanaan (act) pada siklus 1 dibagi dalam beberapa bagian yaitu:

1. Tatap muka pertama dalam siklus 1: pengajar menjelaskan isi SAP dan silabus dan kontrak perkuliahan kepada mahasiswa, menjelaskan materi secara umum, mengadakan tanya-jawab, membagi mahasiswa menjadi 6 kelompok, memberikan hand out materi berbahasa Jepang dan menugaskan masing-masing kelompok untuk mempresentasikan bahan yang telah dibagikan pada tatap muka selanjutnya.

Pemberian tugas kepada kelompok dilakukan dengan cara sebagai berikut: kelompok yang terdiri dari 7 sampai 8 mahasiswa diberikan sebuah materi.


(14)

223

Contoh: terdapat 5 halaman berbahasa Jepang mengenai materi Shinwa no Sekai materi dibagi dengan adil sesuai sub bab. Mahasiswa memiliki waktu beberapa hari untuk menterjemahkan dan mendiskusikannya di luar jam tatap muka dengan kelompok masing-masing.

2. Kegiatan di luar tatap muka dalam siklus 1: Materi berbahasa Jepang yang telah diberikan oleh pengajar diterjemahkan oleh mahasiswa dalam kelompok masing-masing. Beberapa hari sebelum tatap muka berikutnya mahasiswa mengirimkan hasil terjemahan tersebut melalui email kepada pengajar. Pengajar mengkoreksi dan memberi masukan jika terdapat kesalahan dalam pemahaman materi atas tugas yang telah diterjemahkan oleh mahasiswa

3. Kegiatan pada tatap muka kedua dalam siklus 1: Mahasiswa membacakan materi berbahasa Jepang, menjelaskan istilah-istilah kesusastraan yang ditemukan, dan terjemahannya dalam bahasa Indonesia di depan kelas, kemudian dilaksanakan proses diskusi dan tanya jawab. Pada bagian penutup pengajar memberikan koreksi, masukan atas presentasi yang telah berlangsung, menyimpulkan materi dan memberikan tugas untuk tatap muka selanjutnya.

Tahap pengamatan (observe) dilaksanakan bersamaan dengan tahap pelaksanaan (Act). Pengamatan (observe) berfungsi untuk mendokumentasikan pengaruh tindakan bersama dengan prosesnya. Observasi harus direncanakan, dilakukan secara cermat dan bersifat responsif (Yanto, 2013: 42—43).

Kegiatan yang dilakukan pada tahap pengamatan siklus 1:

1. Pengajar mengisi lembar observasi dengan mencatat kekurangan dan kelebihan apa saja yang terdapat pada siklus 1. Apakah proses pada siklus 1 sudah efektif?

2. Pengajar juga mengisi lembar keaktifan siswa dengan sejauh mana siswa berinteraksi aktif dalam perkuliahan, bertanya, menjawab pertanyaan, maupun memberikan pendapat.

3. Mahasiswa mengisi lembar respon siswa dengan pendapat mengenai proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan.


(15)

224

c. Tahap Refleksi (reflect)

Pada tahap refleksi dilakukan analis data mengenai proses, masalah, dan hambatan yang dijumpai, dilanjutkan dengan refleksi terhadap dampak pelaksanaan tindakan yang dilaksanakan (Yanto, 2013: 43). Pada tahap ini pengajar memperhatikan hasil pengamatan (observe) dan menjadikannya pertimbangan untuk perencanaan siklus pembelajaran berikutnya.

Melalui lembar pengamatan yang telah dicatat pada siklus 1, lembar keaktifan siswa yang dibuat oleh pengajar dan lembar respon siswa diketahui bahwa:

1. Hasil terjemahan materi berbahasa Jepang oleh mahasiswa ketika dikoreksi melalui email banyak terdapat kesalahan terjemahan. Kebanyakan mahasiswa hanya menggabungkan hasil terjemahan masing-masing tanpa mendiskusikannya terebih dahulu dengan kelompok.

2. Memakan cukup banyak waktu dalam kegiatan tatap muka karena mahasiswa membutuhkan waktu yang lama dalam presentasi ketika membacakan bahasa Jepang dan terjemahannya.

3. Pengulangan materi oleh pengajar sangat diperlukan untuk menyeragamkan pemahaman yang berbeda-beda pada mahasiswa.

4. Mahasiswa yang aktif sekitar 50% karena masih banyak yang belum memahami apa yang dipresentasikan oleh kelompok lainnya.

5. Dari lembar respon mahasiswa diketahui respon yang cukup beragam, di antaranya mahasiswa masih kesulitan karena belum terbiasa menterjemahkan materi kesusastraan berbahasa Jepang, kurang memahami materi karena hasil terjemahan dan presentasi kelompok lain masih membingungkan. Namun, terdapat pendapat yang mengatakan terbantu dan lebih memahami materi sastra dengan bahasa Jepang di bandingkan dengan materi berbahasa Indonesia, karena mereka berusaha mencari arti, menterjemahkan dan mendiskusikan bersama di dalam kelompok.

Dari kelebihan dan kekurangan yang diketahui pada penelitian siklus 1, maka penelitian dilanjutkan pada siklus ke 2.


(16)

225

B. Penelitian Siklus 2

Pada penelitian siklus 2, pengajar memperhatikan hasil refleksi pada siklus 1 dan dijadikan sebagai pertimbangan untuk melakukan perbaikan pada tahap-tahap berikutnya.

a. Tahap Perenanaan (Plan)

Pada perencanaan siklus 2, hampir sama seperti siklus 1 yaitu, pengajar mempersiapkan hand out materi pembelajaran, lembar evaluasi keaktifan siswa, lembar evaluasi kelas, dan lembar respon siswa.

b. Pelaksanaan dan Pengamatan (Act and Observe)

Pada tahap pelaksanaan siklus 2 juga terdiri dari kegiatan di dalam dan di luar tatap muka. Tugas menterjemahkan telah diberikan pada tatap muka sebelumnya maka tahap pelaksanaan kali ini dimulai dari kegiatan di luar tatap muka.

1. Kegiatan di luar tatap muka dalam siklus 2: Sama seperti pada siklus 1 materi berbahasa Jepang yang telah diberikan oleh pengajar diterjemahkan oleh mahasiswa dalam kelompok masing-masing. Beberapa hari sebelum tatap muka berikutnya mahasiswa mengirimkan hasil terjemahan tersebut melalui email kepada pengajar. Pengajar mengkoreksi dan memberi masukan jika terdapat kesalahan dalam pemahaman materi atas tugas yang telah diterjemahkan oleh mahasiswa

2. Kegiatan di dalam kelas: Mengacu pada kekurangan siklus 1 yaitu pada kurangnya waktu tatap muka maka diputuskan pada waktu presentasi mahasiswa hanya mempresentasikan materi berbahasa Jepang dan hasil terjemahan dalam bahasa Indonesia, istilah-istilah kesusastraan tidak dijelaskan secara rinci kata perkata seperti pada pertemuan siklus 1. Setelah presentasi berlangsung pengajar merangkum materi yang telah dipresentasikan dan membuat bagan singkat mengenai materi tersebut untuk memudahkan mahasiswa memahami inti dari materi perkuliahan. Bagan yang dibuat oleh pengajar kemudian dijelaskan ulang oleh mahasiswa, sehingga akan diketahui sejauh mana pemahaman mahasiswa terhadap materi yang sedang dibahas.

Tahap pengamatan (observe) yang dilakukan pada siklus 2 serupa dengan yang telah dilaksanakan pada siklus 1:


(17)

226

1. Pengajar mengisi lembar observasi dengan mencatat kekurangan dan kelebihan apa saja yang terdapat pada siklus 2. Apakah proses pada siklus 2 sudah efektif?

2. Pengajar mengisi lembar keaktifan siswa dengan sejauh mana siswa berinteraksi aktif dalam perkuliahan, bertanya, menjawab pertanyaan, maupun memberikan pendapat.

3. Mahasiswa mengisi lembar respon siswa dengan pendapat mengenai proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan.

c. Tahap Refleksi (reflect)

Melalui hasil dari lembar pengamatan, lembar keaktifan siswa yang diisi oleh pengajar dan lembar respon siswa pada siklus 2 diketahui bahwa:

1. Hasil terjemahan materi berbahasa Jepang oleh mahasiswa ketika dikoreksi melalui email sudah mengalami banyak kemajuan. Mahasiswa sudah mulai berdiskusi untuk menyatukan hasil terjemahan dari tiap anggota dalam kelompoknya, walaupun masih ada beberapa istilah yang kurang dipahami oleh mahasiswa.

2. Dalam kegiatan tatap muka masih mengalami kekurangan waktu.

3. Pengulangan materi oleh pengajar dengan membuat bagan sederhana lebih membantu mahasiswa dalam memahami materi kuliah.

4. Mahasiswa yang aktif meningkat, pada siklus 1 sekitar 50% pada siklus 2 menjadi 80%. Mahasiwa lebih aktif karena mereka berusaha mengulang kembali materi pada hari itu dengan bagan yang telah dibuat oleh pengajar. 5. Melalui lembar respon mahasiswa diketahui bahwa mahasiswa cukup

terbantu dengan pembuatan bagan yang diberikan oleh pengajar. Mahasiswa juga semakin terbiasa dalam hal menterjemahkan istilah-istilah kesusastraan dalam materi perkuliahan.

Dari kelebihan dan kekurangan yang diketahui pada penelitian siklus 1 dan 2, maka penelitian dilanjutkan pada siklus ke 3.

C. Penelitian Siklus 3

Pada penelitian siklus 3, pengajar memperhatikan hasil refleksi pada siklus 1 dan 2 dan dijadikan sebagai pertimbangan untuk melakukan perbaikan pada selanjutnya.


(18)

227

a. Tahap Perencanaan (Plan)

Pada perencanaan siklus 3, hampir sama seperti siklus 1 dan 2 yaitu, pengajar mempersiapkan hand out materi pembelajaran, lembar evaluasi keaktifan siswa, lembar evaluasi kelas, dan lembar respon siswa.

b. Pelaksanaan dan Pengamatan (Act and Observe)

Pada tahap pelaksanaan siklus 3 juga terdiri dari kegiatan di dalam dan di luar tatap muka. Tugas menterjemahkan telah diberikan pada tatap muka sebelumnya maka tahap pelaksanaan kali ini dimulai dari kegiatan di luar tatap muka.

1. Kegiatan di luar tatap muka dalam siklus 3: Sama seperti pada siklus 1 dan 2 materi berbahasa Jepang yang telah diberikan oleh pengajar diterjemahkan oleh mahasiswa dalam kelompok masing-masing. Beberapa hari sebelum tatap muka berikutnya mahasiswa mengirimkan hasil terjemahan tersebut melalui email kepada pengajar. Pengajar mengkoreksi dan memberi masukan jika terdapat kesalahan dalam pemahaman materi atas tugas yang telah diterjemahkan oleh mahasiswa

2. Kegiatan di dalam kelas: Mengacu pada kekurangan siklus 1 dan 2 yaitu pada kurangnya waktu tatap muka maka diputuskan pada saat presentasi mahasiswa hanya mempresentasikan inti materi dengan bagan yang telah dibuat sendiri. Setelah presentasi berlangsung pengajar memberikan masukan dan memperbaiki bagan dan kesalahan pemahaman apabila masih terdapat kesalahan dalam presentasi yang telah disajikan oleh mahasiswa.

Tahap pengamatan (observe) yang dilakukan pada siklus 3 serupa dengan yang telah dilaksanakan pada siklus 1 dan 2:

1. Pengajar mengisi lembar observasi dengan mencatat kekurangan dan kelebihan apa saja yang terdapat pada siklus 3. Apakah proses pada siklus 3 sudah efektif?

2. Pengajar mengisi lembar keaktifan siswa dengan sejauh mana siswa berinteraksi aktif dalam perkuliahan, bertanya, menjawab pertanyaan, maupun memberikan pendapat.

3. Mahasiswa mengisi lembar respon siswa dengan pendapat mengenai proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan.


(19)

228

c. Tahap Refleksi (reflect)

Melalui hasil dari lembar pengamatan, lembar keaktifan siswa yang diisi oleh pengajar dan lembar respon siswa pada siklus 3 diketahui bahwa:

1. Hasil terjemahan materi berbahasa Jepang oleh mahasiswa ketika dikoreksi melalui email sudah mengalami banyak kemajuan dibandingkan siklus 1 dan 2. Mahasiswa sudah mulai memahami materi kesusastraan Jepang dengan sumber buku berbahasa Jepang.

2. Dalam kegiatan tatap muka, karena dijelaskan dengan bagan singkat maka masalah kekurangan waktu dapat diatasi.

3. Pembuatan bagan sendiri oleh masing-masing kelompok ternyata lebih membuat kreatifitas mahasiswa berkembang. Mereka dapat memahami materi dengan bimbingan pengajar.

4. Mahasiswa yang aktif meningkat menjadi 95% pada siklus 3. Hal ini dikarenakan karena masing-masing mahasiwa berusaha membuat kreasi bagan untuk membantu mereka memahami isi materi perkuliahan.

5. Respon mahasiswa mengatakan bahwa bagan yang dibuat sendiri dengan bimbingan pengajar membuat mereka lebih memahami isi perkuliahan. Mahasiswa juga merasa bahwa kemampuan mereka meningkat dalam hal menterjemahkan istilah-istilah sastra.

Dari hasil releksi pada siklus 3, diketahui bahwa hampir seluruh mahasiswa aktif, dalam hal presentasi, tanya jawab, maupun dalam hal membuat bagan singkat maupun menjelaskan ulang bagan singkat yang telah dibuat oleh kelompok lain pada papan tulis. Bagan yang dibuat oleh mahasiswa pada siklus ke tiga ini juga berdampak baik pada hasil quiz dengan rata-rata 78, UTS dengan rata-rata 70 dan peningkatan rata-rata pada nilai UAS menjadi 79 (contoh bagan singkat yang telah dibuat mahasiswa pada saat UTS maupun UAS dilampirkan pada halaman lampiran). Oleh karena itu, penelitian pada siklus 3 telah dianggap mencapai hasil yang maksimal dalam proses pembelajaran dalam mata kuliah nihon bungaku nyuumon, sehingga tidak dilaksanakan siklus selajutnya.


(20)

229

SIMPULAN

Setelah melakukan penelitian tindakan kelas melalui model PTK Kemmis dan McTaggart, proses dan hasil pembelajaran yang optimal diketahui pada siklus 3. Hasil assement sebelumnya merupakan acuan yang tidak dapat ditinggalkan. Berangkat dari faktor penyebab kegagalan dan faktor pendukung keberhasilan maka didapatkanlah hasil yaitu: (1) pembelajar akan lebih aktif membaca ketika diberikan bahan materi berbahasa Jepang, (2) pemahaman mahasiswa meningkat melalui kreatifitas bagan, (3) mahasiswa lebih aktif dan penuh semangat untuk mencari solusi bagi dirinya sendiri dan bagi teman-teman satu kelompok maupun kelompok lainnya untuk memahami materi, (4) nilai rata-rata kelas semakin meningkat.

Untuk mencapai hasil yang maksimal diperlukan komitmen dari pengajar maupun pembelajar. Pengajar dituntut harus aktif dan siap meluangkan waktu bagi kemajuan proses pembelajaran karena waktu untuk mengkoreksi tugas masing-masing kelompok tiap minggunya cukup menyita waktu. Pembelajar juga harus lebih aktif dan giat dalam menterjemahkan serta memahami materi berbahasa Jepang.

DAFTAR PUSTAKA

Lusi, Samuel S. dan Ricky Arnold Nggili. 2013. Asyiknya Penelitian Ilmiah dan Penelitian Tidakan Kelas; Panduan Praktis dengan Pendekatan Ilmiah

untuk Melakukan Transformasi Pembelajaran. Yogyakarta: Andi.

Sanjaya, Wina. 2012. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana.

Uno, B. Hamzah dan Satria Koni. 2013. Assessment Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Yanto, Medi. 2013. Jadi Guru yang Jago Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Andi.

DAFTAR UNDUHAN

Brown, Beth Lynne. 2002. Improving Teaching Practices through Action Research disertasi pada Virginia Polytechnic Institute and State University. Diakses dari


(21)

http://scholar.lib.vt.edu/theses/available/etd-230

04152002182022/unrestricted/ BethBrownDissertation.pdf pada hari Rabu, 01 Juli 2015 pukul 13.45 WITA.

Taube, S., Polnick, B., dan Jasper, W. 2005. Guiding Teacher in Conducting Action Research. Diunduh dari: http://philseflsupport.com/why_ar.htm. pada hari Rabu, 01 Juli 2015 pukul 13.45 WITA.

Lampiran: Contoh Bagan yang dibuat oleh Mahasiswa Pada Mata Kuliah

Nihon Bungaku Nyuumon

Bagan Setsuwa (1)


(22)

231

Bagan Monogatari (1)


(23)

(1)

227

a. Tahap Perencanaan (Plan)

Pada perencanaan siklus 3, hampir sama seperti siklus 1 dan 2 yaitu, pengajar mempersiapkan hand out materi pembelajaran, lembar evaluasi keaktifan siswa, lembar evaluasi kelas, dan lembar respon siswa.

b. Pelaksanaan dan Pengamatan (Act and Observe)

Pada tahap pelaksanaan siklus 3 juga terdiri dari kegiatan di dalam dan di luar tatap muka. Tugas menterjemahkan telah diberikan pada tatap muka sebelumnya maka tahap pelaksanaan kali ini dimulai dari kegiatan di luar tatap muka.

1. Kegiatan di luar tatap muka dalam siklus 3: Sama seperti pada siklus 1 dan 2 materi berbahasa Jepang yang telah diberikan oleh pengajar diterjemahkan oleh mahasiswa dalam kelompok masing-masing. Beberapa hari sebelum tatap muka berikutnya mahasiswa mengirimkan hasil terjemahan tersebut melalui email kepada pengajar. Pengajar mengkoreksi dan memberi masukan jika terdapat kesalahan dalam pemahaman materi atas tugas yang telah diterjemahkan oleh mahasiswa

2. Kegiatan di dalam kelas: Mengacu pada kekurangan siklus 1 dan 2 yaitu pada kurangnya waktu tatap muka maka diputuskan pada saat presentasi mahasiswa hanya mempresentasikan inti materi dengan bagan yang telah dibuat sendiri. Setelah presentasi berlangsung pengajar memberikan masukan dan memperbaiki bagan dan kesalahan pemahaman apabila masih terdapat kesalahan dalam presentasi yang telah disajikan oleh mahasiswa.

Tahap pengamatan (observe) yang dilakukan pada siklus 3 serupa dengan yang telah dilaksanakan pada siklus 1 dan 2:

1. Pengajar mengisi lembar observasi dengan mencatat kekurangan dan kelebihan apa saja yang terdapat pada siklus 3. Apakah proses pada siklus 3 sudah efektif?

2. Pengajar mengisi lembar keaktifan siswa dengan sejauh mana siswa berinteraksi aktif dalam perkuliahan, bertanya, menjawab pertanyaan, maupun memberikan pendapat.

3. Mahasiswa mengisi lembar respon siswa dengan pendapat mengenai proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan.


(2)

228

c. Tahap Refleksi (reflect)

Melalui hasil dari lembar pengamatan, lembar keaktifan siswa yang diisi oleh pengajar dan lembar respon siswa pada siklus 3 diketahui bahwa:

1. Hasil terjemahan materi berbahasa Jepang oleh mahasiswa ketika dikoreksi melalui email sudah mengalami banyak kemajuan dibandingkan siklus 1 dan 2. Mahasiswa sudah mulai memahami materi kesusastraan Jepang dengan sumber buku berbahasa Jepang.

2. Dalam kegiatan tatap muka, karena dijelaskan dengan bagan singkat maka masalah kekurangan waktu dapat diatasi.

3. Pembuatan bagan sendiri oleh masing-masing kelompok ternyata lebih membuat kreatifitas mahasiswa berkembang. Mereka dapat memahami materi dengan bimbingan pengajar.

4. Mahasiswa yang aktif meningkat menjadi 95% pada siklus 3. Hal ini dikarenakan karena masing-masing mahasiwa berusaha membuat kreasi bagan untuk membantu mereka memahami isi materi perkuliahan.

5. Respon mahasiswa mengatakan bahwa bagan yang dibuat sendiri dengan bimbingan pengajar membuat mereka lebih memahami isi perkuliahan. Mahasiswa juga merasa bahwa kemampuan mereka meningkat dalam hal menterjemahkan istilah-istilah sastra.

Dari hasil releksi pada siklus 3, diketahui bahwa hampir seluruh mahasiswa aktif, dalam hal presentasi, tanya jawab, maupun dalam hal membuat bagan singkat maupun menjelaskan ulang bagan singkat yang telah dibuat oleh kelompok lain pada papan tulis. Bagan yang dibuat oleh mahasiswa pada siklus ke tiga ini juga berdampak baik pada hasil quiz dengan rata-rata 78, UTS dengan rata-rata 70 dan peningkatan rata-rata pada nilai UAS menjadi 79 (contoh bagan singkat yang telah dibuat mahasiswa pada saat UTS maupun UAS dilampirkan pada halaman lampiran). Oleh karena itu, penelitian pada siklus 3 telah dianggap mencapai hasil yang maksimal dalam proses pembelajaran dalam mata kuliah


(3)

229

SIMPULAN

Setelah melakukan penelitian tindakan kelas melalui model PTK Kemmis dan McTaggart, proses dan hasil pembelajaran yang optimal diketahui pada siklus 3. Hasil assement sebelumnya merupakan acuan yang tidak dapat ditinggalkan. Berangkat dari faktor penyebab kegagalan dan faktor pendukung keberhasilan maka didapatkanlah hasil yaitu: (1) pembelajar akan lebih aktif membaca ketika diberikan bahan materi berbahasa Jepang, (2) pemahaman mahasiswa meningkat melalui kreatifitas bagan, (3) mahasiswa lebih aktif dan penuh semangat untuk mencari solusi bagi dirinya sendiri dan bagi teman-teman satu kelompok maupun kelompok lainnya untuk memahami materi, (4) nilai rata-rata kelas semakin meningkat.

Untuk mencapai hasil yang maksimal diperlukan komitmen dari pengajar maupun pembelajar. Pengajar dituntut harus aktif dan siap meluangkan waktu bagi kemajuan proses pembelajaran karena waktu untuk mengkoreksi tugas masing-masing kelompok tiap minggunya cukup menyita waktu. Pembelajar juga harus lebih aktif dan giat dalam menterjemahkan serta memahami materi berbahasa Jepang.

DAFTAR PUSTAKA

Lusi, Samuel S. dan Ricky Arnold Nggili. 2013. Asyiknya Penelitian Ilmiah dan Penelitian Tidakan Kelas; Panduan Praktis dengan Pendekatan Ilmiah

untuk Melakukan Transformasi Pembelajaran. Yogyakarta: Andi.

Sanjaya, Wina. 2012. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana.

Uno, B. Hamzah dan Satria Koni. 2013. Assessment Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Yanto, Medi. 2013. Jadi Guru yang Jago Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Andi.

DAFTAR UNDUHAN

Brown, Beth Lynne. 2002. Improving Teaching Practices through Action

Research disertasi pada Virginia Polytechnic Institute and State University.


(4)

http://scholar.lib.vt.edu/theses/available/etd-230

04152002182022/unrestricted/ BethBrownDissertation.pdf pada hari Rabu, 01 Juli 2015 pukul 13.45 WITA.

Taube, S., Polnick, B., dan Jasper, W. 2005. Guiding Teacher in Conducting

Action Research. Diunduh dari: http://philseflsupport.com/why_ar.htm.

pada hari Rabu, 01 Juli 2015 pukul 13.45 WITA.

Lampiran: Contoh Bagan yang dibuat oleh Mahasiswa Pada Mata Kuliah

Nihon Bungaku Nyuumon

Bagan Setsuwa (1)


(5)

231

Bagan Monogatari (1)


(6)