Studi Deskriptif Mengenai Strategi Penanggulangan Stress Pada Medical Representative Perusahaan Farmasi "X" Bandung.

(1)

ABSTRAK

Penelitian berjudul Studi Desriptif Mengenai Strategi Penanggulangan Stres Pada Medical Representative PT. “X” Bandung bertujuan untuk memperoleh pemahaman yang lebih menyeluruh mengenai bentuk strategi penanggulangan stres yang lebih sering digunakan oleh Medical Representative di PT. “X” Bandung.

Dalam penelitian ini, rancangan penelitian yang digunakan adalah studi deskriptif dengan mengunakan metode survey. Pada metode survey, peneliti mengembangkan konsep dan menghimpun fakta, tetapi tidak melakukan pengujian hipotesa. Populasi penelitian adalah para Medical Representative di PT “X” Bandung sebanyak 27 orang yang berusia antara 19 sampai 34 tahun. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner Ways of Coping dari Lazarus & Folkman (1984) yang telah dimodifikasi oleh peneliti.

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa sebagian besar (70%) dari Medical Representative di PT.”X” Bandung menggunakan kedua bentuk strategi penanggulangan stres yaitu strategi penanggulangan stres yang terfokus pada masalah dan strategi penanggulangan stres yang terfokus pada emosi secara seimbang, 26% responden menggunakan strategi penanggulangan stres yang terfokus pada emosi, dan 4% responden menggunakan strategi penanggulangan stres yang terfokus pada masalah.

Strategi penangulangan stres yang digunakan oleh Medical Representative di PT.”X” Bandung tampaknya cenderung berkaitan dengan kesehatan dan energy yang dimiliki oleh Medical Representative, keyakinan positif terhadap kemampuannya, keterampilan dalam memeahkan masalah, keterampilan dan dukungan sosial yang didapat oleh Medical Representative. Dengan demikian disarankan para Medical Representative tetap memberikan dukungan pada rekan kerjanya bila menghadapi masalah karena dapat sangat membantu dalam keberhasilan strategi penanggulangan stres, juga disarankan penelitian lebih lanjut mengenai efektifitas dari strategi penanggulangan stres yang digunakan oleh Medical Representative PT.”X” Bandung dalam memecahkan masalah yang dihadapi di pekerjaan.


(2)

DAFTAR ISI

ABSTRAK i

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI vii

BAB 1 PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang Masalah 1

1.2 Identifikasi Masalah 9

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 9

1.3.1 Maksud Penelitian 9

1.3.2 Tujuan Penelitian 9

1.4 Kegunaan Penelitian 10

1.4.1 Kegunaan Teoritis 10

1.4.2 Kegunaan Praktis 10

1.5 Kerangka Pikir 10

1.6 Asumsi 20

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 21

2.1 Stres 21


(3)

2.1.1 Pengertian Stres 21

2.1.2 Teori Stres dari Lazarus 22

2.1.3 Teori tentang Penilaian Kognitif 25

2.1.3.1 Proses Penilaian Konitif 26

2.1.3.2 Faktor yang Mempengaruhi Penilaian 29

2.1.4 Stres Kerja 31

2.1.4.1 Pengertian Stres Kerja 31

2.1.4.2 Penyebab Stres Kerja 32

2.1.4.3 Dampak dari Stres Kerja 33

2.1.5 Strategi Penanggulangan Stres 34

2.1.5.1 Pengertian Strategi Penanggulangan Stres 34

2.1.5.2 Fungsi dan Bentuk Strategi Penanggulangan

Stres 35

2.1.5.3 Faktor Pendukung Strategi Penanggulangan

Stres 39

2.1.5.4 Hambatan dalam Menggunakan Strategi


(4)

Penanggulangan Stres 41

2.1.5.5 Hubungan Strategi Penanggulangan Stres

yang Terfokus pada Masalah dan yang

Terfokus pada Emosi 41

2.1.5.6 Hubungan Penilaian Kognitf, Stres dan

Strategi Penanggulangan Stres 42

2.2 Dewasa Awal 44

2.2.1 Pengertian Dewasa 44

2.2.2 Perkembangan Kognitif 45

2.2.2.1 Fase-fase Kognitif 45

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 47

3.1 Rancangan Penelitian 47

3.2 Skema Rancangan Penelitian 47

3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 48

3.3.1 Variabel Penelitian 48

3.3.2 Definisi Operasional 48


(5)

3.4 Alat Ukur 49

3.4.1 Alat Ukur Strategi Penanggulangan Stress 49

3.4.2 Kuesioner Data Pribadi dan Data Penunjang 52

3.4.3 Uji Coba Alat Ukur 52

3.4.3.1 Uji Validitas Alat Ukur 52

3.4.3.2 Reliabilitas Alat Ukur 54

3.5 Populasi Sasaran dan Teknik Sampling 55

3.5.1 Populasi Sasaran 55

3.5.2 Karakteristik Populasi 55

3.5.3 Teknik Sampling 55

3.6. Teknik Analisis 55

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 57

4.1 Hasil Penelitian 57

4.1.1 Gambaran Responden 57

4.1.2 Hasil Pengolahan Data 60

4.2 Pembahasan 63

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 74


(6)

5.1 Kesimpulan 74

5.2 Saran 75

DAFTAR BAGAN xi

DAFTAR TABEL xii

DAFTAR LAMPIRAN xiii

DAFTAR PUSTAKA 76

DAFTAR RUJUKAN 77

LAMPIRAN


(7)

DAFTAR BAGAN

Bagan 1.1 Bagan Kerangka Pikir

Bagan 3.2 Bagan Rancangan Penelitian


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Persentase responden berdasarkan jenis kelamin

Tabel 4.2 Persentase responden berdasarkan tingkat pendidikan terskhir

Tabel 4.3 Persentase responden berdasarkan status pernikahan

Tabel 4.4 Persentase responden berdasarkan lamanya bekerja

Tabel 4.5 Persentase responden berdasarkan memiliki pekerjaan selain sebagai

MR

Tabel 4.6 Persentase Strategi Penanggulangan Stres

Tabel 4.7 Persentase dimensi yang seimbang problem focused coping dan emotion

focused coping

Tabel 4.8 Persentase dimensi emotion focused coping

Tabel 4.9 Persentase dimensi problem focused coping


(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1.Data Penunjang dan Kuesioner Strategi Penanggulangan Stres

Lampiran 2. Kisi-kisi alat ukur

Lampiran 3. Analisis Item (Validitas dan reliabilitas alat ukur)

Lampiran 4. PT. “X”

Lampiran Tabel 4.10 Crosstab kecenderungan umum dengan jenis kelamin

Lampiran Tabel 4.11 Crosstab kecenderungan umum dengan lama bekerja

Lampiran Tabel 4.12 Crosstab kecenderungan umum dengan pendapat MR

tentang pekerjaannya

Lampiran Tabel 4.13 Crosstab kecenderungan umum dengan sumber-sumber material (penghasilan sebagai MR)

Lampiran Tabel 4.14 Crosstab kecenderungan umum dengan kesehatan (frekuensi sering/tidaknya sakit)

Lampiran Tabel 4.15 Crosstab kecenderungan umum dengan kesehatan (hal-hal yang membuat sakit)


(10)

Lampiran Tabel 4.16 Crosstab kecenderungan umum dengan kesehatan (penurunan kondisi fisik)

Lampiran Tabel 4.17 Crosstab kecenderungan umum dengan keyakinan positif

Lampiran Tabel 4.18 Crosstab kecenderungan umum dengan keterampilan memecahkan masalah

Lampiran Tabel 4.19 Crosstab kecenderungan umum dengan keterampilan sosial

Lampiran Tabel 4.20 Crosstab kecenderungan umum dengan dukungan sosial (rekan sesama MR)

Lampiran Tabel 4.21 Crosstab kecenderungan umum dengan dukungan sosial (atasan)

Lampiran Tabel 4.22 Crosstab kecenderungan umum dengan dukungan sosial (keluarga)

Lampiran Tabel 4.23 Crosstab kecenderungan umum dengan energy

Lampiran Tabel 4.24 Crosstab kecenderungan umum dengan sumber-sumber material (fasilitas dari perusahaan)

Lampiran Tabel 4.25 Crosstab kecenderungan umum dengan kesulitan selama bekerja sebagai MR

Lampiran Tabel 4.26 Crosstab kecenderungan umum dengan pendapat MR tentang atasan.


(11)

(12)

(13)

Lampiran I. Data Penunjang dan Kuesioner Strategi Penanggulangan Stres

DATA PRIBADI

Jenis Kelamin :

Usia :

Pendidikan Terakhir : Status Pernikahan :

• Menikah • Belum menikah

• ………..

Anak yang menjadi tanggungan • Ada,………..orang • Tidak ada

Lama bekerja :………..

Pekerjaan lain selain sebagai Medical Representative (MR)

• Ada, sebagai………

• Tidak ada

Di bawah ini ada beberapa pertanyaan yang diharapkan dapat saudara jawab sesuai dengan apa yang saudara rasakan dan hadapi saat ini, tanpa pengaruh dari orang lain. Saudara tidak perlu merasa ragu, karena semua jawaban yang saudara berikan akan dirahasiakan. Jawablah semua pertanyaan yang tersedia jangan sampai ada yang terlewatkan.


(14)

1. Menurut saya, pekerjaan sebagai MR a. Menyenangkan

b. Tidak menyenangkan

Alasannya……… ……… ……… 2. Penghasilan yang diperoleh dari pekerjaan sebagai MR menurut saya :

a. Memadai b. Tidak memadai

3. Selama bekerja sebagai MR, saya seringkali sakit (ya/ tidak)* 4. Hal-hal yang biasanya dapat membuat saya sakit

a. Saat menghadapi masalah yang cukup berat b. Perubahan cuaca

c. Lainnya…………

5. Bila sedang menghadapi suatu masalah, saya mengalami penurunan kondisi fisik

a. Sering b. Jarang c. Tidak pernah

6. Pada saat menghadapi masalah selama bekerja sebagai MR, saya merasa yakin dapat menyelesaikannya (ya/ tidak)*

7. Saat sedang menghadapi suatu masalah, menurut saya cara yang biasa saya gunakan untuk menghadapinya seringkali berhasil (ya/ tidak)*


(15)

8. Saya memiliki seseorang yang dapat membantu saya mengatasi setiap masalah yang saya hadapi (ya/ tidak)*

9. Pada saat menghadapi masalah selama melakukan pekerjaan sebagai MR, saya …………. mendapatkan dukungan dari rekan sesama MR

a. Sering

b. Kadang-kadang c. Tidak pernah

Bentuk dukungan yang biasanya mereka berikan (**) a. pemberian informasi

b. bantuan material c. dukungan emosional d. lainnya…………..

10. Pada saat menghadapi masalah selama melakukan pekerjaan sebagai MR, saya ………….. mendapatkan dukungan dari atasan

a. Sering

b. Kadang-kadang c. Tidak pernah

Bentuk dukungan yang biasanya mereka berikan (**) a. pemberian informasi

b. bantuan material c. dukungan emosional d. lainnya…………..


(16)

11. Pada saat menghadapi masalah selama melakukan pekerjaan sebagai MR, saya ………… mendapatkan dukungan dari keluarga

a. Sering

b. Kadang-kadang c. Tidak pernah

Bentuk dukungan yang biasanya mereka berikan (**) a. pemberian informasi

b. bantuan material c. dukungan emosional d. lainnya…………..

12. Saya merasa yakin bahwa saya memiliki energi dan kemampuan untuk menyelesaikan setiap masalah yang saya hadapi selama menjalankan tugas sebagai MR (ya/ tidak)*

13. Saya merasa puas dengan fasilitas-fasilitas yang diberikan oleh perusahaan (ya/ tidak)*

14. Kesulitan-kesulitan yang saya alami selama saya bekerja sebagai MR, saya rasakan sebagai sesuatu yang

a. berat b. cukup berat

c. bukan merupakan suatu yang bermasalah d. lainnya…………..


(17)

a. banyak menuntut dalam hal pekerjaan dan dapat diajak berdiskusi b. banyak menuntut dalam hal pekerjaan dan tidak dapat diajak

berdiskusi

c. tidak terlalu menuntut dalam hal pekerjaan dan dapat diajak berdiskusi

d. tidak terlalu banyak menuntut dalam hal pekerjaan dan tidak dapat diajak berdiskusi


(18)

Kuesioner Strategi Penanggulangan Stres

Petunjuk Pengisian

Kuesioner ini terdiri dari 32 pernyataan yang menggambarkan cara saudara mengatasi masalah. Bacalah setiap pernyataan dengan seksama, kemudian saudara diminta untuk memilih jawaban yang tersedia dengan memberi tanda silang (X) pada salah satu diantara pilihan jawaban yang tersedia sesuai dengan keadaan saudara. Adapun pilihan jawaban tersebut adalah :

1. Beri tanda silang (X) pada kolom SS (Sangat Sering) jika saudara sangat sering menggunakan cara tersebut.

2. Beri tanda silang (X) pada kolom S (Sering) jika saudara seringkali menggunakan cara tersebut.

3. Beri tanda silang (X) pada kolom J (Jarang) jika saudara jarang menggunakan cara tersebut.

4. Beri tanda silang (X) pada kolom SJ (Sangat Jarang) jika saudara sangat jarang menggunakan cara tersebut.

Semua jawaban yang saudara berikan adalah benar, tidak ada jawaban yang salah. Jika pilihan jawaban yang tersedia kurang dapat menggambarkan cara saudara dalam menghadapi masalah, maka pilihlah yang paling mendekati. Jawablah semua pernyataan yang tersedia, jangan sampai ada yang terlewat.


(19)

Kuesioner Strategi Penanggulangan Stress

No. PERNYATAAN SS S J SJ

1. Saya menyusun rencana mengenai apa yang harus dilakukan untuk mengatasi masalah yang saya hadapi. 2. Saya mencoba menganalisis penyebab masalah yang saya

hadapi selama saya menjalankan tugas sebagai MR. 3. Saya menjadi malas bekerja ketika merasa jenuh dan

bosan dengan pekerjaan saya sebagai MR.

4. Saya tidak memendam sendiri jika saya mengalami suatu masalah.

5. Saya berusaha untuk mendapatkan pengertian dari orang lain terhadap masalah yang saya alami.

6. Saya berusaha mengubah hal-hal yang menyebabkan masalah sehingga segala sesuatunya menjadi lebih baik. 7. Saya menjaga perilaku saya dalam menjalankan tugas

sebagai MR.

8. Saya mencoba mengambil hikmah dari kesulitan-kesulitan yang saya hadapi dalam bekerja sebagai MR.

9. Saya membuat suatu cara agar dalam menjalankan tugas sebagai MR menjadi menyenangkan.

10. Saya berusaha melihat masalah yang saya alami dari sudut pandang orang lain.

11. Saya tidak meminta bantuan teman untuk mengatasi kejenuhan yang saya alami dalam menjalankan tugas sebagai MR.

12. Saya tahu bahwa saya memiliki masalah selama bekerja sebagai MR dan saya berusaha menghadapinya.


(20)

13. Saya berusaha untuk menghilangkan kejenuhan dalam bekerja dengan bersenang-senang seperti bermain futsal, berjalan-jalan.

14. Saya tidak mempersiapkan diri untuk mengalami kegagalan dalam memenuhi tuntutan target dari perusahaan.

15. Saya mencari bantuan dari rekan kerja maupun supervisor untuk mengatasi beban perasaan saya dalam menghadapi masalah baik dengan klien maupun dalam memenuhi target per bulan.

16. Saya menemukan harapan baru saat menghadapi kesulitan selama menjalani tugas sebagai MR.

17. Saya tidak mencampuradukkan masalah yang saya alami saat bekerja sebagai MR dengan masalah lain.

18. Saya sulit menerima apabila saya gagal dalam memenuhi target dari perusahaan dan itu akan mempengaruhi pekerjaan saya.

19. Saya meminta nasehat dari rekan kerja maupun supervisor tentang masalah yang saya alami selama bekerja sebagai MR.

20. Saya bercerita kepada rekan kerja tentang masalah yang saya hadapi.

21. Ketika saya melakukan kesalahan dalam bekerja, saya akan memperbaikinya berulang kali sampai sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh atasan atau perusahaan.

22. Saya tidak berusaha mencari simpati dari siapapun tentang kesulitan yang saya hadapi dalam menjalankan tugas sebagai MR.


(21)

23. Jika saya menghadapi masalah, saya akan bersenang-senang agar saya merasa lebih baik.

24. Saya sadar bahwa sebagai seorang MR saya akan menghadapi berbagai tuntutan tugas dari perusahaan yang harus saya penuhi.

25. Saya berjanji pada diri sendiri untuk lebih tenang dan bijaksana dalam menghadapi masalah yang saya alami selama bekerja sebagai MR.

26. Saya tidak berharap akan adanya keajaiban yang dapat menyelesaikan masalah saya.

27. Saya berkhayal ada situasi yang lebih menyenangkan saat bekerja sebagai MR.

28. Saya tidak menyadari sepenuhnya bahwa sebagai MR saya akan menghadapi berbagai tuntutan tugas dari perusahaan yang harus saya penuhi.

29. Saya tidak bisa melihat manfaat dari pekerjaan saya sebagai MR sehingga saya sulit untuk mengembangkan kemampuan saya.

30. Saya menegur rekan kerja saya apabila rekan saya bekerja tidak sesuai dengan tugas yang diberikan.

31. Bila menghadapi masalah, saya akan merokok agar saya merasa lebih baik.

32. Saya tidak bisa menemukan apa yang penting dalam hidup ini saat menghadapi masalah dalam menjalankan tugas sebagai MR.


(22)

Lampiran 2

Kisi-kisi Alat Ukur

Aspek Coping

Stres

Dimensi Indikator No.item

Problem Focused eoping

- Planful Problem Solving

- Membuat perencanaan

1(+), 2(+), 6 (+)

- eonfrontative

- Melipatgandakan

usaha untuk

menyelesaikan masalah

21(+)

- Mengungkapkan kemarahan


(23)

Emotion Focused eoping

- Distancing - Tetap melakukan aktivitas dan mencoba melupakan masalah 3(-) - Mencoba

melupakan semua kesulitan

13(+)

- Self eontrol

- Memendam

perasaan sendiri 4(-)

- Menjaga pikiran dan tingkah laku

7(+), 17(+)

- Melihat masalah

dari sudut

pandang orang lain

10(+)

- Mempersiapkan diri menerima hal buruk

14(-), 18(-)

- Membuat situasi menjadi menyenangkan 9(+) - Escape Avoidance - Menolak memahami masalah 12(-)


(24)

- Melakukan hal yang lebih menyenangkan 23(+) - Mengharapkan keajaiban 26(-) - Harapan

mengenai jalan keluar

27(+)

- Membuat

perasaan menjadi lebih baik dengan merokok 31(+) - Positive Reappraisal - Menerima tuntutan kerja sebagai hal yang positif

8(+), 29(-)

- Menemukan hal baru

16(+), 32(+)

- Seeking social

support - Mencari simpati

orang lain

5(+), 22(-)

- Mencari bantuan ahli

11(-),15(+)

- Berbicara pada seseorang untuk mendapat

penjelasan


(25)

- Mencari orang yang mengerti masalah

20(+)

- Accepting responsibility

- Sadar dan berjanji pada diri sendiri

24(+),25(+), 28(-)

Lampiran 3. Analisa Item (Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur)

No. Item R Validitas No. Item R Validitas

1 0,542 Valid 31 0,202 Tidak valid

2 0,122 Tidak valid 32 0,079 Tidak valid

3 0,055 Tidak valid 33 0,405 Valid

4 0,395 Valid 34 0,588 Valid

5 0,434 Valid 35 0,428 Valid

6 0,324 Valid 36 0,499 Valid

7 0,241 Tidak valid 37 0,091 Tidak valid

8 0,415 Valid 38 0,279 Tidak valid

9 0,203 Tidak valid 39 0,491 Valid


(26)

11 0,241 Tidak valid 41 0,219 Tidak valid

12 0,036 Tidak valid 42 0,399 Valid

13 0,203 Tidak valid 43 0,053 Tidak valid

14 0,460 Valid 44 0,320 Valid

15 0,409 Valid 45 0,164 Tidak valid

16 0,071 Tidak valid 46 0,.326 Valid

17 0,383 Valid 47 0,404 Valid

18 0,242 Tidak valid 48 0,468 Valid

19 0,521 Valid 49 0,120 Tidak valid

20 0,414 Valid 50 0,317 Valid

21 0,375 Valid 51 0,103 Tidak valid

22 0,226 Tidak valid 52 0,619 Valid

23 0,000 Tidak valid 53 0,597 Valid

24 0,051 Tidak valid 54 0,330 Valid

25 0,429 Valid 55 0,120 Tidak valid

26 0,044 Tidak valid 56 0,198 Tidak valid

27 0,436 Valid 57 0,417 Valid

28 0,597 Valid 58 0,205 Tidak valid

29 0,226 Tidak valid 59 0,323 Valid

30 0,333 Valid

Jumlah Item dipakai : 32 item Jumlah Item dibuang : 27 item

Reliabilitas Alat Ukur (Alpha Cronbach) d 0,994 (derajat reliabilitas sangat tinggi)

Lampiran 4.PT.”X”

PT. “X” didirikan pada tahun 1981 di bawah naungan PT. MSG. PT. ”X” ini berlokasi di kawasan L Jawa . PT. “X” ini memperluas kapasitas produksinya dengan menggunakan teknologi yang modern dan fasilitas-fasilitas lainnya. . PT. “X” sangat memperhatikan kesejahteraan sosial dan spiritual masyarakat. Untuk mendukung hal tersebut. PT. ”X” mempunyai program Family Planning And Health Care Clinic.


(27)

Pada bulan Agustus tahun 1991 bersama hanya 20 perusahaan lain di Indonesia telah mendapatkan sertifikat penghargaan GMP (Good Manufacturing Practice) dari pemerintah yang membuat PT. “X” menjadi salah satu perusahaan farmasi yang diakui di Indonesia. PT. “X” juga telah sukses mendapatkan kepercayaan dari perusahaan asing terhadap tingginya standar kualitas dari PT. “X”.

Visi dan Misi PT. “X”

Visi = Menjadi salah satu perusahaan farmasi terbesar di Indonesia dan mampu bersaing di pasar global, mempertahankan dan menciptakan kepuasan pada para pelanggan dengan membuat berbagai inovasi dan produk-produk yang bermutu tinggi melalui pelayanan yang efektif, efisien, dan terbaik.

Misi = Meningkatkan kemampuan dari bagian Research and Development untuk membuat inovasi dalam mengembangkan kualitas produknya, mengembangkan sumber daya manusianya dengan mengadakan pelatihan-pelatihan, dan memberikan pelayanan yang terbaik bagi para kostumer sehingga mereka memperoleh kepuasan yang optimal


(28)

STRUKTUR ORGANISASI PT. “X”

MD

MM MM

SM

SM SM SM SM SM SM SM

10 RM 10 RM 10 RM 10 RM 10 RM 10 RM 10 RM 10 RM

Supervisor Supervisor Supervisor Supervisor Supervisor Supervisor Supervisor Supervisor


(29)

(30)

LAMPIRAN 5.CROSSTAB

Tabel 4.10 Crosstab kecenderungan umum dengan jenis kelamin

Kecenderungan

Umum Pria Wanita Total

Jumlah % Jumlah % Jumlah %

Seimbang 14 74% 5 26% 19 100%

EFC 3 43% 4 57% 7 100%

PFC 0 0% 1 100% 1 100%

Tabel 4.11 Crosstab kecenderungan umum dengan lama bekerja

Kecenderungan Umum

< 1 tahun 1-2 tahun 2-3 tahun > 3 tahun Total

Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %

Seimbang 6 32

%

6 32 %

3 15% 4 21

%

19 100%

EFC 3 43

%

3 43 %

1 14% 0 0% 7 100%

PFC 0 0% 0 0% 1 100

%

0 0% 1 100%

Tabel 4.12 Crosstab kecenderungan umum dengan pendapat MR tentang pekerjaannya

Kecenderungan Umum Menyenangka n Tidak Menyenangkan Total

Jumlah % Jumlah % Jumlah %

Seimbang 15 79% 4 21% 19 100%

EFC 7 100% 0 0% 7 100%

PFC 1 100% 0 0% 1 100%

Tabel 4.13 Crosstab kecenderungan umum dengan sumber-sumber material (penghasilan sebagai MR)

Kecenderungan

Umum Memadai

Tidak

Memadai Total

Jumlah % Jumlah % Jumlah %


(31)

EFC 7

100

% 0 0% 7 100%

PFC 1

100

% 0 0% 1 100%

Tabel 4.14 Crosstab kecenderungan umum dengan kesehatan (frekuensi sering/tidaknya sakit)

Kecenderungan

Umum Ya Tidak Total

Jumlah % Jumlah % Jumlah %

Seimbang 4 21% 15 79% 19 100%

EFC 4 57% 3 43% 7 100%

PFC 0 0% 1 100% 1 100%

Tabel 4.15 Crosstab kecenderungan umum dengan kesehatan (hal-hal yang biasa membuat sakit)

Kecenderungan Umum Saat Menghadapi masalah Perubahan

Cuaca Lainnya Total

Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %

Seimbang 3 16% 14 74% 2 10% 19 100%

EFC 1 14% 5 72% 1 14% 7 100%

PFC 0 0% 1

100

% 0 0% 1 100%

Tabel 4.16 Crosstab kecenderungan umum dengan kesehatan (penurunan kondisi fisik)

Kecenderungan

Umum Sering Jarang Tidak Pernah Total

Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %

Seimbang 4 21% 14 74% 1 5% 19 100%

EFC 1 14% 5 72% 1 14% 7 100%

PFC 0 0% 1

100

% 0 0% 1 100%

Tabel 4.17 Crosstab kecenderungan umum dengan keyakinan positif

Kecenderungan


(32)

Jumlah % Jumlah % Jumlah %

Seimbang 15 79% 4 21% 19 100%

EFC 7

100

% 0 0% 7 100%

PFC 0 0% 1 100% 1 100%

Tabel 4.18 Crosstab kecenderungan umum dengan keterampian memecahkan masalah

Kecenderungan

Umum Ya Tidak Total

Jumlah % Jumlah % Jumlah %

Seimbang 11 58% 8 42% 19 100%

EFC 5 71% 2 29% 7 100%

PFC 1

100

% 0 0% 1 100%

Tabel 4.19 Crosstab kecenderungan umum dengan keterampilan sosial

Kecenderungan

Umum Ya Tidak Total

Jumlah % Jumlah % Jumlah %

Seimbang 18 95% 1 5% 19 100%

EFC 7

100

% 0 0% 7 100%

PFC 1

100

% 0 0% 1 100%

Tabel 4.20 Crosstab kecenderungan umum dengan dukungan sosial (rekan sesama MR)

Kecenderungan

Umum Sering

Kadang-kadang Tidak Pernah Total

Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %

Seimbang 9 47% 10 53% 0 0% 19 100%

EFC 6 86% 1 14% 0 0% 7 100%

PFC 0 0% 1

100


(33)

Tabel 4.21 Crosstab kecenderungan umum dengan dukungan sosial (atasan)

Kecenderungan

Umum Sering

Kadang-kadang Tidak Pernah Total

Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %

Seimbang 12 63% 7 37% 0 0% 19 100%

EFC 5 71% 2 29% 0 0% 7 100%

PFC 1

100

% 0 0% 0 0% 1 100%

Tabel 4.22 Crosstab kecenderungan umum dengan dukungan sosial (keluarga)

Kecenderungan

Umum Sering

Kadang-kadang Tidak Pernah Total

Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %

Seimbang 4 21% 12 63% 3 16% 19 100%

EFC 7

100

% 0 0% 0 0% 7 100%

PFC 1

100

% 0 0% 0 0% 1 100%

Tabel 4.23 Crosstab kecenderungan umum dengan energi

Kecenderungan

Umum Ya Tidak Total

Jumlah % Jumlah % Jumlah %

Seimbang 17 89% 2 11% 19 100%

EFC 7

100

% 0 0% 7 100%

PFC 1

100

% 0 0% 1 100%

Tabel 4.24 Crosstab kecenderungan umum dengan sumber-sumber material (fasilitas dari perusahaan)


(34)

Kecenderungan

Umum Ya Tidak Total

Jumlah % Jumlah % Jumlah %

Seimbang 7 37% 12 63% 19 100%

EFC 2 29% 5 71% 7 100%

PFC 0 0% 1 100% 1 100%

Tabel 4.25 Crosstab kecenderungan umum dengan kesulitan selama bekerja sebagai MR

Kecenderungan

Umum Berat Cukup Berat

Bukan Suatu

Masalah Total

Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %

Seimbang 6 32% 10 53% 3 15% 19 100%

EFC 2 29% 2 29% 3 42% 7 100%

PFC 0 0% 1

100

% 0 0% 1 100%

Tabel 4.26 Crosstab kecenderungan umum dengan pendapat MR tentang atasan

Kecenderungan Umum Menuntut&bisa berdiskusi Menuntut&tidak bisa berdiskusi Tidak menuntut&bisa berdiskusi Tidak menuntut&tidak bias berdiskusi Total

Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %

Seimbang 16 84% 0 0% 3 16% 0 0% 19 100%

EFC 6 86% 0 0% 1 14% 0 0% 7 100%


(35)

(36)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1LATAR BELAKANG MASALAH

Perusahaan adalah suatu bentuk organisasi yang didirikan untuk memproduksi barang atau jasa, serta mempunyai tujuan tertentu yang ingin dicapai. Tujuan-tujuan tersebut diantaranya ingin memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya, mempertahankan keberlangsungan usahanya, serta meningkatkan kesejahteraan karyawannya.

Perusahaan yang akan dijadikan lokasi pada penelitian ini adalah Perusahaan “X” yang bergerak di bidang farmasi. Perusahaan farmasi merupakan perusahaan yang memproduksi obat-obatan yang diperlukan dalam bidang medis. Produk obat-obatan tersebut disosialisasikan kepada klien, yaitu apotek-apotek, dokter, dan rumah sakit tentang keunggulan, kegunaan, serta kandungan yang terdapat pada obat-obatan tersebut. Upaya ini merupakan bagian dari mata rantai distribusi dari produsen hingga sampai ke konsumen.

PT. “X” didirikan pada tahun 1981 di bawah naungan PT. MSG. PT. “X” sangat memperhatikan kesejahteraan sosial dan spiritual masyarakat, melalui program-program seperti Family Planning And Health Care Clinic. PT. “X” pada tahun 1991 bersama 20 perusahaan lain di Indonesia telah mendapatkan sertifikat penghargaan GMP (Good Manufacturing Practice) dari pemerintah yang membuat PT. “X” menjadi salah satu perusahaan farmasi yang diakui di Indonesia.


(37)

2

PT. “X” ini mempunyai suatu tujuan yaitu menjadi salah satu perusahaan farmasi terbesar di Indonesia dan mampu bersaing di pasar global, mempertahankan dan menciptakan kepuasan pada para pelanggan dengan membuat berbagai inovasi dan produk-produk yang bermutu tinggi melalui pelayanan yang efektif, efisien, dan terbaik. Salah satu cara untuk mencapai tujuan itu adalah menciptakan berbagai jenis produk obat-obatan untuk mengatasi berbagai macam penyakit serta mengenalkan produknya ke berbagai outlet yang tersebar di seluruh Indonesia. Dalam usahanya untuk memperluas kapasitas produksi, PT. X menggunakan teknologi mesin yang modern dan juga didukung oleh fasilitas-fasilitas lainnya. Sedangkan untuk memperkenalkan produk-produknya, PT. “X” sangat tergantung pada kinerja dari bagian marketing dalam hal ini sales farmasi.

Sales farmasi lebih dikenal dengan nama Medical Representative (yang selanjutnya disebut MR). MR mempunyai peranan yang sangat penting dalam memasarkan produk-produk yang dihasilkan oleh perusahaan farmasi. Untuk menjadi MR, diperlukan kemampuan dalam berkomunikasi dan menjalin relasi yang baik, mempunyai motivasi yang kuat untuk mengembangkan bisnisnya, serta harus mampu mempresentasikan produk yang ia bawa pada klien-kliennya seperti dokter. Kemampuan MR dalam mempresentasikan produk diharapkan akan mempengaruhi dipilihnya produk-produk tersebut oleh klien. Ini berarti, MR merupakan ujung tombak bagi perusahaan farmasi ”X”.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti terhadap Regional Manager PT.”X” di Bandung diketahui bahwa MR memiliki tuntutan yang besar


(38)

3

dari perusahaan untuk mencapai target penjualan per bulan. Target yang harus dicapai oleh MR berupa pemasukan yang diperoleh dari hasil penjualan produk. Apabila target yang dituntut oleh perusahaan tidak terpenuhi, maka MR tidak mendapatkan kompensasi serta akan mendapatkan teguran dari atasannya. Jika hal tersebut sering terjadi, maka akan memperburuk penilaian terhadap kinerja MR. Tuntutan lain yang dihadapi oleh MR adalah tuntutan untuk mampu mengatasi kompetitor dari perusahaan farmasi lain yang juga mempunyai tugas yang sama dengan MR PT. ”X” yaitu mencapai target penjualan. Dalam usaha mencapai target penjualan, para kompetitor terkadang melakukan kecurangan atau berusaha menarik MR yang dinilai terbaik dari perusahaan.

Menurut Regional Manager tersebut, dalam usaha pencapaian target perusahaan, para MR harus dapat menjalin hubungan baik dengan para kliennya, bisa membujuk klien untuk menggunakan produk yang ditawarkan. Salah satu cara yang biasa digunakan untuk membujuk klien adalah ketika mereka menemui klien misalkan dokter, selain menawarkan produk mereka harus dapat mengenal pribadi dokter tersebut sampai pada hobi dan keluarga dari dokter itu. Jika dokter mengajukan permintaan tertentu, mereka akan berusaha untuk memenuhi permintaan tersebut. Misalnya jika seorang dokter ingin menghadiri suatu simposium, maka MR akan menyediakan transportasi dan akomodasinya. Semua itu dilakukan agar dokter/ apoteker mengenal mereka sehingga akhirnya mau menggunakan produk yang mereka tawarkan. Dokter/ apoteker yang harus dikenal dengan baik oleh para MR dalam satu wilayah sangatlah banyak, bisa mencapai


(39)

4

(minimal) 40 orang dokter/ apoteker, dengan sifat dan kebutuhan yang berbeda-beda.

Setiap harinya MR diharuskan oleh perusahaan untuk menemui rata-rata sepuluh orang dokter yang berbeda-beda. Pagi hari mereka menemui dua orang dokter, sedangkan delapan orang ditemui pada malam hari di tempat praktek masing-masing. Permasalahan akan muncul bila waktu yang dijanjikan oleh seorang dokter ternyata bersamaan dengan waktu yang dijanjikan oleh dokter lain atau secara sepihak dokter mengubah waktu yang telah dijanjikan, sehingga akhirnya janji itu menjadi batal.

Selain harus mengenal klien, MR juga harus bekerja dengan waktu kerja yang tidak pasti, yang berbeda dengan jam kerja karyawan pada umumnya. Jika karyawan biasa bekerja sekitar delapan jam per harinya, MR bisa bekerja hingga lima belas jam per harinya. Mereka harus menunggu dokter menyelesaikan prakteknya pada malam hari atau menemani dokter untuk makan malam. Besarnya tuntutan serta banyaknya kompetitor tersebut menyebabkan MR menampakkan gejala-gejala seperti sakit kepala, cemas dalam menghadapi pemenuhan target, juga menyebabkan turn over sekitar ±30% dari MR yang bekerja di PT. “X” dikarenakan tidak sanggup untuk memenuhi tuntutan yang diberikan oleh perusahaan atau tidak mempunyai kemampuan untuk menghadapi klien.

Berdasarkan hasil survey awal kepada lima orang MR, tuntutan tugas yang diberikan oleh perusahaan seringkali membuat kelima orang MR tersebut (100%) merasa cemas terutama jika pada awal bulan penjualan sudah terlihat tidak bagus.


(40)

5

Kenyataan itu dapat mempengaruhi cara kerja mereka pada bulan itu. Mereka menjadi malas untuk melakukan kunjungan ke dokter-dokter karena menurut perkiraan mereka target bulan ini tidak akan dapat terpenuhi.

Sebanyak 100% mengatakan bahwa tuntutan pekerjaan mereka dirasakan cukup berat. Mereka harus mencapai target yang setiap bulannya selalu mengalami peningkatan sedangkan penjualan tidak selamanya baik, kadang tergantung dengan ’trend’ penyakit. Misalnya pada awal tahun 2007 ini, obat-obatan untuk penyakit demam berdarah banyak yang terjual karena pada saat itu penyakit demam berdarah sedang mewabah. Pada bulan berikutnya penjualan mereka menurun karena wabah penyakit sudah berkurang. Hal lain yang mempengaruhi penjualan adalah berkurangnya permintaan obat-obatan yang mahal. Semua itu menghambat pencapaian target yang dituntut oleh perusahaan. Untuk mencapai target yang ditetapkan oleh perusahaan, mereka harus memperbanyak kunjungan ke klien dan membujuk klien untuk menggunakan produk yang mereka tawarkan. Hal tersebut membuat mereka merasa tertekan, bahkan sebanyak 40% MR mengalami gejala sakit kepala dan sakit perut jika usahanya pencapaian target mengalami hambatan.

Sebanyak 40% MR mengatakan bahwa walaupun tekanan yang dirasakan pada pekerjaan ini berat, namun mereka cukup bisa menikmatinya. Apalagi jika mereka sudah lebih mengenal dokter-dokter maupun apoteker yang menjadi klien sehingga lebih memudahkan dalam menawarkan produk-produknya. Sedangkan 60% lainnya tidak dapat menikmati pekerjaan ini.


(41)

6

Sebanyak 80% MR mengatakan bahwa kadang timbul rasa jenuh terhadap pekerjaan karena harus terus-menerus menghadapi berbagai karakter orang dan mereka harus tetap melayani klien tersebut dengan sebaik-baiknya. Rasa jenuh tersebut membuat mereka tidak bersemangat dalam bekerja sehingga pekerjaan mereka menjadi tidak optimal, misalnya tidak banyak berkomunikasi saat berkunjung ke dokter dan hanya menyerahkan lembaran kunjungan yang harus ditandatangani oleh dokter.

MR mempunyai jam kerja yang tidak pasti. Mereka dapat bekerja dari pagi hingga malam untuk menemui klien sehingga waktu untuk berkumpul bersama keluarga menjadi kurang Berdasarkan hasil survey awal, 100% MR mengatakan bahwa keluarga mendukung pekerjaan mereka walaupun mengeluhkan jam kerja yang tidak menentu. Sebanyak 40% MR mengalami kesulitan untuk berkonsentrasi pada pekerjaannya apabila sedang mengalami masalah pribadi seperti masalah keluarga.

Masalah dengan klien juga sering dialami oleh 80% MR tersebut. Misalnya klien yang memiliki banyak permintaan sebelum akhirnya meresepkan produk obat yang ditawarkan oleh MR atau klien mengatakan bahwa mereka sudah meresepkan obat tetapi setelah disurvey oleh MR yang bersangkutan, klien tersebut (dokter) belum meresepkan obatnya. Klien lain ada yang cepat memarahi MR jika mereka salah waktu berkunjung atau melakukan suatu tindakan yang tidak sesuai dengan keinginan klien. Hal itu dapat menambah kesulitan MR untuk membujuk klien tersebut agar menggunakan produk yang mereka tawarkan. Keberhasilan MR membujuk para klien agar mau menggunakan produk yang


(42)

7

mereka tawarkan bergantung juga pada kemampuan MR untuk membuat dirinya disukai oleh klien.

Gejala-gejala seperti merasa cemas, jenuh, sulit berkonsentrasi, tertekan, mengindikasikan adanya stres yang terjadi pada MR PT. ”X”. Menurut Lazarus (1984), stres merupakan bentuk interaksi antara individu dengan lingkungan yang dinilai oleh individu sebagai tuntutan yang membebani atau melampaui kemampuan yang dimiliki, serta mengancam kesejahteraan dirinya. Setiap individu akan melakukan usaha-usaha jika mereka dihadapkan pada situasi penuh stres. Usaha untuk mengatasi stres itu disebut dengan strategi penganggulangan stres (coping stress). Strategi penanggulangan stres ini perlu dilakukan agar para MR dapat menyesuaikan diri dengan tuntutan yang diberikan oleh perusahaan, agar tuntutan tersebut tidak menjadi beban dalam proses pemenuhannya.

Lazarus dan Folkman (1984) mengatakan bahwa strategi penanggulangan stres adalah perubahan kognitif dan tingkah laku yang berlangsung terus menerus sebagai usaha individu untuk mengatasi tuntutan yang dinilai sebagai beban atau melampaui sumber daya yang dimilikinya, baik tuntutan eksternal maupun internal. Strategi penanggulangan stres ini dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu strategi penanggulangan stres yang terfokus pada masalah dan strategi penganggulangan stres yang terfokus pada emosi. Strategi penanggulangan stres yang terfokus pada masalah, yaitu strategi yang diarahkan untuk situasi yang dinilai oleh individu dapat diubah. MR akan memusatkan perhatiannya untuk menghadapinya, memecahkan masalahnya secara terencana, menerimanya dan memilih aspek-aspek positif dari lingkungannya. Sedangkan strategi


(43)

8

penanggulangan stres yang terfokus pada emosi yaitu strategi penanggulangan stres yang berfungsi untuk mengatur respon emosional terhadap masalah.

Dari lima orang MR, terungkap bahwa ada beberapa cara yang biasa dilakukan untuk mengatasi stres yang mereka alami. Sebanyak 20% MR tidak melakukan kunjungan ke klien dan memalsukan tanda tangan klien saat merasa jenuh dalam bekerja. Sebanyak 40% MR mencari hiburan seperti menonton, berkaraoke di sela-sela waktu kunjungan ke dokter atau bermain futsal bersama rekan-rekan sesama MR pada hari libur mereka. Sebanyak 20% menghadapi masalah yang mereka alami dengan berdoa dan berserah diri kepada Tuhan YME. Cara penanggulangan stres ini termasuk penanggulangan stres yang terfokus pada emosi.

Sebanyak 20% akan menceritakan masalah yang mereka alami kepada keluarga atau teman-teman baik teman sesama MR maupun teman di luar pekerjaan bahkan dengan atasan. MR tersebut berpikir masalah yang mereka alami akan memperoleh titik terang jika meminta nasehat pada atasan karena mereka menganggap atasan lebih banyak pengalamannya. Sebanyak 20% MR akan langsung memikirkan cara untuk mengatasi masalah yang dihadapinya seperti langsung berbicara pada klien atau mencoba untuk mendengarkan argumen-argumen dari klien. Strategi penanggulangan stres ini termasuk penanggulangan stres yang terfokus pada masalah.

Berdasarkan data yang diperoleh peneliti dari survey awal, diketahui bahwa terdapat perbedaan cara penanggulangan stres pada MR PT. ”X” yaitu ada yang terfokus pada emosi, ada yang terfokus pada masalah, dan adapula yang


(44)

9

menggunakan kedua strategi penanggulangan stres tersebut. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengetahui gambaran mengenai strategi penanggulangan stres pada Medical Representative PT. ”X”.

1.2IDENTIFIKASI MASALAH

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan dalam latar belakang masalah, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah :

Bagaimana bentuk strategi penanggulangan stres pada Medical Representative (MR) di Perusahaan Farmasi ”X” Bandung.

1.3MAKSUD DAN TUJUAN PENELITIAN 1.3.1 MAKSUD PENELITIAN

Maksud penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai strategi penanggulangan stres pada Medical Representative di Perusahaan Farmasi ”X” Bandung.

1.3.2 TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh pemahaman yang lebih menyeluruh mengenai bentuk strategi penanggulangan stres yang lebih sering digunakan oleh Medical Representative di Perusahaan Farmasi ”X” Bandung.


(45)

10

1.4KEGUNAAN PENELITIAN 1.4.1 KEGUNAAN ILMIAH

• Sebagai masukan bagi ilmu Psikologi, khususnya Psikologi Industri dan Organisasi mengenai strategi penanggulangan stres yang digunakan oleh Medical Representative (MR).

• Diharapkan penelitian ini dapat menambah informasi bagi mahasiswa psikologi yang ingin meneliti lebih lanjut mengenai strategi penanggulangan stres dalam setting industri dan organisasi, khususnya pada Medical Representative.

1.4.2 KEGUNAAN PRAKTIS

• Dapat bermanfaat bagi para MR untuk memahami diri dalam kecenderungan menggunakan strategi penanggulangan stres.

• Memberikan informasi kepada PT. ”X” khususnya pada supervisor dan regional manager mengenai gambaran strategi penaggulangan stres yang dilakukan oleh para MR, sehingga mereka dapat memanfaatkan informasi tersebut untuk meningkatkan kualitas kerja MR.

1.5 KERANGKA PEMIKIRAN

Medical Representative adalah orang-orang yang bekerja di perusahaan

farmasi dan mempunyai tugas mempromosikan/mengenalkan, mempresentasikan, dan membujuk para klien (dokter, apoteker) untuk menggunakan obat-obatan yang diproduksi oleh perusahaan farmasi tersebut. MR juga dituntut untuk mampu mencapai target yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Target tersebut berupa


(46)

11

jumlah produk yang berhasil dipasarkan serta hasil dari pemasaran produk tersebut. Pencapaian target ini sangat tergantung pada keterampilan MR dalam hal presentasi dan komunikasi, kemampuan MR dalam membina relasi interpersonal, serta keinginan MR untuk mempunyai motivasi yang kuat dalam mengembangkan bisnisnya. Oleh karena itu MR mempunyai peranan penting dalam memasarkan produk-produk yang dihasilkan oleh perusahaan farmasi termasuk juga di PT. “X”

Para MR yang berusia 19 sampai 34 tahun ini menurut Santrock (2004 : 440) masuk dalam fase perkembangan dewasa awal. Dua ciri yang menunjukkan akhir masa remaja dan permulaan masa dewasa adalah kemandirian ekonomi dan kemandirian dalam membuat keputusan (Santrock, 2004 : 441). Pada masa dewasa awal ini juga ditandai dengan perkembangan kognitif. Menurut Piaget (dalam Santrock, 2004 : 459-460), masa dewasa awal berada pada tahap perkembangan kognitif operasional formal yang memungkinkan mereka untuk merencanakan dan membuat hipotetik tentang masalah-masalah secara lebih sistematis dibandingkan pada masa remaja. Sementara itu terdapat juga orang yang walaupun sudah memasuki tahap perkembangan dewasa awal tetapi belum mampu untuk berpikir dengan cara operasional formal (Keating, 1980,1990 dalam Santrock, 1995). Dalam hal ini para MR yang telah berada pada tahap perkembangan masa dewasa awal diharapkan dapat menyelesaikan masalah dan menanggulangi stres yang mereka alami selama bekerja sebagai MR.

Dalam menyelesaikan tugas-tugas dari perusahaan, para MR seringkali dihadapkan dalam berbagai masalah, baik masalah dalam usaha pemenuhan


(47)

12

tuntutan tugas dari perusahaan, masalah dengan klien yang terlalu banyak menuntut, maupun masalah dengan waktu kerja yang tidak pasti. Jika tuntutan dan masalah yang dihadapi dirasakan sebagai sesuatu yang membebani atau di luar kemampuan yang dimiliki para MR, maka dapat menimbulkan stres.

Stres akan muncul apabila individu menghayati masalah atau situasi sebagai suatu hal yang mengancam atau membebani. Menurut Lazarus & Folkman (1984: 19), stres merupakan suatu bentuk interaksi antara individu dengan lingkungannya yang dinilai sebagai tuntutan yang membebani atau melebihi kemampuan yang dimilikinya, serta mengancam kesejahteraan dirinya. Stres merupakan fenomena individual dan menunjukkan respon individu terhadap lingkungan. Dengan kata lain stres dihayati secara individual. Walaupun situasi atau stresornya sama, penghayatan stres tiap MR berbeda tergantung dari penilaian kognitifnya.

Dalam menghadapi masalahnya, para MR akan melakukan suatu penilaian yang disebut dengan penilaian kognitif (cognitive appraisal). Menurut Lazarus & Folkman (1984: 31-38), penilaian kognitif ini terdiri atas penilaian primer (primary appraisal) dan penilaian sekunder (secondary appraisal). Pada penilaian primer, para MR akan mengkaji apakah suatu masalah yang sedang dihadapi relevan atau tidak dengan keadaan dirinya, apakah akan mengancam kesejahteraan dirinya atau tidak. Proses penilaian primer ini akan menghasilkan tiga bentuk penghayatan, yaitu irrelevant, benign-positive, stress appraisal. Irrelevant adalah suatu penghayatan ketika para MR merasakan bahwa masalah


(48)

13

dirinya. Benign-poisitive menunjukkan masalah atau situasi dihayati oleh MR sebagai suatu hal yang positif dan dapat meningkatkan kesejahteraan dirinya. Jika para MR menghayati masalah atau situasi yang dihadapi sebagai sesuatu yang irrelevant maupun benign-positive maka masalah atau situasi tersebut tidak akan

menimbulkan stres. Stres akan timbul apabila masalah atau situasi dihayati oleh MR sebagai tuntutan yang dapat mengancam kesejahteraan dirinya. Bentuk penghayatan ini disebut dengan stress appraisal.

Pada penilaian sekunder, para MR akan menentukan apa yang dapat dan harus dilakukan terhadap suatu masalah atau situasi, sekaligus menilai potensi-potensi yang dimilikinya untuk menghadapi masalah atau situasi tersebut. Penilaian MR terhadap masalah atau situasi yang dihadapi serta penilaiannya terhadap potensi yang dimilikinya akan mempengaruhi strategi penanggulangan yang akan digunakan. Jika MR menilai bahwa strategi yang digunakan tidak berhasil atau gagal, maka MR akan melakukan penilaian kembali (reappraisal) terhadap masalah atau situasi tersebut dan mengevaluasi strategi mana yang lebih tepat.

Menurut Lazarus & Folkman (1984: 141), coping stress (strategi penanggulangan stres) adalah perubahan kognitif dan tingkah laku yang terus-menerus sebagai usaha individu untuk mengatasi tuntutan eksternal dan internal yang dinilainya sebagai beban atau melampaui sumber daya yang dimilikinya. Strategi penanggulangan stres pada dasarnya dilakukan untuk mengurangi atau menghilangkan stres yang ditimbulkan oleh masalah yang ada. Jadi setiap kali MR mengalami stres, maka ia akan berupaya untuk mengatasi stres tersebut.


(49)

14

Menurut Lazarus & Folkman (1984: 150-153), strategi penanggulangan stres ada dua macam, yaitu problem focused coping (strategi penanggulangan stres yang terfokus pada masalah) dan emotion focused coping (strategi penanggulangan stres yang terfokus pada emosi).

Problem focused coping merupakan cara MR yang dengan aktif mencari

penyelesaian dari masalah yang sedang dihadapi, menghilangkan kondisi atau situasi yang menimbulkan stres. Problem focused coping biasanya digunakan MR terhadap situasi yang dinilainya dapat diubah. MR merumuskan masalah, membuat beberapa alternatif jalan keluar, mempertimbangkan keuntungan dan kerugian setiap alternatif, memilih alternatif terbaik, dan akhirnya mengambil keputusan untuk bertindak. Ada dua bentuk problem focused coping, yaitu planful problem solving dan confrontative coping.

Planful problem solving menunjukkan usaha untuk memecahkan masalah

dengan tenang dan hati-hati disertai dengan pendekatan analistis untuk memecahkan masalah secara terencana. Dalam hal ini para MR berusaha keras dan mengatur strategi untuk memenuhi tuntutan target dari perusahaan atau bahkan berusaha untuk melebihi dari target yang telah ditetapkan. Confrontative coping menunjukkan usaha-usaha untuk memecahkan masalah atau mengubah

keadaan yang dilakukan secara agresi, juga menunjukkan tingkat kemarahan. MR yang memiliki masalah dengan pekerjaan, mengatasi masalahnya dengan memperihatkan kemarahannya kepada orang lain, atau mencoba berulang kali untuk mengatasi masalahnya sampai selesai.


(50)

15

Emotion focused coping merupakan cara MR untuk menghadapi stres yang

melibatkan usaha-usaha untuk mengatur emosi dalam menyesuaikan diri terhadap dampak yang akan ditimbulkan oleh situasi yang penuh tekanan. Emotion focused coping biasanya digunakan oleh MR jika berhadapan pada suatu situasi yang

harus diterimanya dan tidak dapat diubah. Emotion focused coping ini sebagian besar terdiri dari proses kognisi yang ditujukan untuk mengurangi tekanan emosi. Ada enam bentuk emotion focused coping, yaitu distancing, self control, escape avoidance, positive reappraisal, seeking social support, dan accepting

responsibility.

Distancing menggambarkan reaksi yang melepaskan diri atau tidak

melibatkan diri dalam masalah. Dalam hal ini MR yang mengalami masalah dengan klien (dokter), untuk sementara waktu mengatasi stres yang dialaminya dengan melupakan masalahnya dan melakukan kegiatan lain seperti berolahraga sampai dapat mengurangi stresnya. Setelah itu mereka akan berusaha mengatasi permasalahannya lagi. Self control, yakni usaha untuk mengawasi diri sendiri agar tetap terkendali dalam menghadapi kondisi yang menekannya. MR berusaha untuk mengendalikan tingkah laku serta perasaan kesalnya seperti saat MR berhadapan dengan klien yang terlalu banyak permintaan. Escape avoidance, menggambarkan reaksi berkhayal dan menghindar dari masalah yang sedang dihadapi. MR yang mengalami kesulitan dalam menghadapi klien (dokter), menjadi malas untuk mendatangi dokter yang bersangkutan dan memalsukan tanda tangan dokter tersebut di surat kunjungan yang dibawanya agar tidak usah bertemu dengan dokter tersebut. Positive reappraisal, yakni individu berusaha


(51)

16

untuk menciptakan makna yang positif dengan memusatkan pada pengembangan personal dan juga melibatkan hal-hal yang bersifat religius. Dalam hal ini MR yang mengalami stres karena masalah yang dihadapi akan berdoa kepada Tuhan untuk diberi kemudahan dan petunjuk untuk mengatasi permasalahan yang dialaminya tersebut. Seeking social support merupakan usaha mencari dukungan dari pihak luar baik berupa informasi, bantuan nyata, maupun dukungan emosional. Dalam hal ini, MR mengatasi stresnya dengan meminta nasehat dan bertanya kepada rekan kerja atau supervisornya tentang tentang masalah yang mereka alami saat berhadapan dengan klien. Accepting responsibility merupakan usaha untuk mengakui peran dirinya dalam permasalahan yang dihadapi dan mencoba untuk menempatkan segala sesuatu dengan benar sebagaimana mestinya. MR menyadari bahwa kesulitan yang dialaminya untuk memenuhi tuntutan perusahaan maupun dalam menghadapi klien merupakan konsekuensi dalam menjalankan perannya sebagai MR.

Pada kenyataannya individu menggunakan kedua bentuk coping stress tersebut dalam menghadapi tuntutan baik internal maupun eksternal (Lazarus & Folkman, 1984 : 157). Cara seseorang menanggulangi stres sebagian ditentukan oleh sumber daya yang dimilikinya. Sumber daya yang dimiliki oleh MR adalah kesehatan dan energi, keterampilan memecahkan masalah, keyakinan yang positif, keterampilan sosial, dukungan sosial, dan sumber material (Lazarus & Folkman, 1984: 158-164).

Kesehatan dan energi dibutuhkan oleh para MR untuk menyelesaikan masalahnya. Bila para MR berada dalam keadaan sehat maka akan lebih mudah


(52)

17

menangani permasalahan yang ada karena mereka memiliki cukup energi. Keterampilan memecahkan masalah adalah kemampuan mencari informasi, menganalisa, mengidentifikasi masalah, mempertimbangkan, memilih, dan menerapkan rencana yang tepat dalam bertindak Jika para MR memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah, maka akan membantu mereka dalam menyelesaikan masalah yang mereka hadapi terutama masalah yang berhubungan dengan pekerjaan. Keyakinan yang positif adalah sikap optimis, pandangan yang positif terhadap kemampuan diri. Hal tersebut merupakan sumber daya psikologis yang penting dalam upaya menanggulangi masalah dan dapat membangkitkan motivasi individu untuk terus berupaya mencari alternatif penanggulangan masalah yang paling tepat. Jika para MR memiliki pandangan positif terhadap kemampuan dirinya maka akan mempermudah mereka dalam menyelesaikan setiap masalah yang mereka hadapi, karena mereka merasa mampu untuk menyelesaikan masalahnya sehingga mereka tidak mudah menyerah.

Keterampilan sosial yang adekuat dan efektif memudahkan para MR untuk menyelesaikan masalahnya karena MR dapat menyelesaikan masalahnya tersebut dengan bekerja sama dengan orang lain misalnya rekan kerja. Dukungan sosial maksudnya adalah MR memperoleh informasi, bantuan, atau dukungan emosional dari orang lain sehingga dapat membantu mereka dalam menanggulangi masalahnya. Sumber-sumber material dapat berupa uang, barang, fasilitas lain yang dapat mendukung terlaksananya penanggulangan secara lebih efektif. Dalam hal ini jka para MR merasa bahwa gaji, tunjangan, serta fasilitas-fasilitas yang diberikan oleh perusahaan cukup memadai maka akan dapat membantu mereka


(53)

18

untuk mengatasi stres yang muncul selama mereka menjalankan pekerjaannya sebagai MR. Jika MR memiliki sumber-sumber daya tersebut, maka mereka akan lebih mudah mengatasi stres yang disebabkan karena masalah-masalah yang muncul baik di bidang pekerjaan maupun pribadi.

Berdasarkan uraian-uraian di atas dapat digambarkan sebuah skema kerangka pikir, yaitu sebagai berikut :


(54)

(55)

20

1.6 ASUMSI PENELITIAN

1. Pekerjaan sebagai Medical Representative (MR) merupakan suatu pekerjaan yang rentan terhadap stres, walaupun situasi atau stresornya sama namun penghayatan stres tiap MR berbeda tergantung dari penilaian kognitifnya. 2. MR melakukan penilaian kognitif melalui dua tahap yaitu primary appraisal

dan secondary appraisal.

3. Saat menghadapi stres, MR akan berusaha untuk melakukan strategi penanggulangan stres

4. MR memiliki strategi penanggulangan stres yang berbeda-beda, ada yang menggunakan strategi penanggulangan stres yang berpusat pada masalah (problem focused coping), ada yang menggunakan strategi penanggulangan stres yang berpusat pada emosi (emotion focused coping), dan adapula MR yang menggunakan kedua bentuk strategi penanggulangan stres tersebut. 5. Cara seseorang menanggulangi stres berkaitan juga dengan sumber daya yang

dimilikinya baik sumber daya intenal seperti kesehatan dan energi maupun sumber daya eksternal seperti dukungan sosial.


(56)

BABBV

KESIMPULANBDANBSARAN

5.1BKesimpulan

Dari hasil pembahasan penelitian, dapat disimpulkan beberapa hal, yakni sebagai berikut:

1. Strategi penanggulangan stres yang digunakan sebagian besar MR di PT.”X” Bandung adalah strategi penanggulangan stres yang terfokus pada masalah dan terfokus pada emosi (problem focused coping dan emotion focused coping) yang digunakan dengan frekuensi seimbang. Dimensi yang paling menonjol adalah penggunaan planful problem solving dan accepting responsibility sekara bersama.

2. Selanjutnya MR di PT. “X” Bandung juga menggunakan strategi penanggulangan stres yang terfokus pada emosi (emotion focused coping). Dimensi yang paling menonjol digunakan adalah escape avoidance dan seeking social support.

3. Penggunaan strategi penanggulangan stres pada MR di PT.”X” Bandung tampaknya kenderung berkaitan dengan kesehatan dan energi yang dimiliki oleh MR, keyakinan positif terhadap kemampuannya, keterampilan dalam memekahkan masalah, keterampilan dan dukungan sosial yang didapat oleh MR.


(57)

5.2BSaran

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, peneliti perlu mengajukan beberapa saran yang diharapkan dapat bermanfaat bagi penelitian lebih lanjut. Adapun saran tersebut adalah:

1. Untuk penelitian lebih lanjut, disarankan untuk meneliti juga mengenai efektifitas dari strategi penanggulangan stres yang digunakan oleh MR di PT.”X” Bandung untuk memekahkan masalah yang dihadapi dalam pekerjaan.

2. Peneliti menyarankan pihak perusahaan untuk mengadakan pelatihan mengenai managemen stres kepada para MR agar mereka dapat lebih memahami stres yang mereka rasakan sehingga mereka dapat melakukan penanggulangannya sekara lebih efektif dan efisien ketika mereka dihadapkan pada masalah.

3. Peneliti menyarankan pada MR untuk tetap memberikan dukungan pada rekan kerjanya bila menghadapi masalah karena hal itu dapat sangat membantu untuk keberhasilan penanggulangan stres akibat masalah yang dihadapi.


(58)

DAFTAR PUSTAKA

Gibson, James L, Ivancevich, John M & H. Donnely JR, James. 1996.

Organisasi: Edisi 8, Jilid 1. Jakarta: Binarupa Aksara.

GulÖ, W. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta: Penerbit Grasindo.

Lazarus, Richard S, Susan Folkman. 1984. Stress, Appraisal, And Coping. New York: Springer Publishing Company.

Luthans, Fred. 2006. Perilaku Organisasi Edisi Sepuluh. Yogjakarta: Penerbit ANDI.

Robbins, Stephen P. 2003. Perilaku Organisasi Edisi 9, Jilid 2. Jakarta: PT INDEKS Kelompok Gramedia.

Santrock, John W. 2004. Life-Span Development, Ninth Edition. New York : The McGraw-Hill Companies.

Siegel, Sidney. 1997. Statistik Nonparametrik: Untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta: Penerbit PT. Gramedia.

Sudjana. 2002. Metoda Statistika, Edisi ke 6. Bandung: Penerbit Tarsito.

Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Penerbit ALFABETA.


(59)

DAFTAR RUJUKAN

Nurhayati, Lany. 2006. Skripsi : Studi Deskriptif Mengenai Profil Strategi Penanggulangan Stres pada Guru Sekolah Luar Biasa CSLB) Bagian C Bandung. Fakultas Psikologi Unoversitas Kristen Maranatha.

Wijayani, Pandam T. 2007. Seminar Outline: Studi Deskriptif Mengenai Strategi Penanggulangan Stress pada Anak Buah Kapal di Kapal “X” TNI-AL.

Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

www.pt”x”.com


(1)

(2)

1.6 ASUMSI PENELITIAN

1. Pekerjaan sebagai Medical Representative (MR) merupakan suatu pekerjaan yang rentan terhadap stres, walaupun situasi atau stresornya sama namun penghayatan stres tiap MR berbeda tergantung dari penilaian kognitifnya. 2. MR melakukan penilaian kognitif melalui dua tahap yaitu primary appraisal

dan secondary appraisal.

3. Saat menghadapi stres, MR akan berusaha untuk melakukan strategi penanggulangan stres

4. MR memiliki strategi penanggulangan stres yang berbeda-beda, ada yang menggunakan strategi penanggulangan stres yang berpusat pada masalah (problem focused coping), ada yang menggunakan strategi penanggulangan stres yang berpusat pada emosi (emotion focused coping), dan adapula MR yang menggunakan kedua bentuk strategi penanggulangan stres tersebut. 5. Cara seseorang menanggulangi stres berkaitan juga dengan sumber daya yang

dimilikinya baik sumber daya intenal seperti kesehatan dan energi maupun sumber daya eksternal seperti dukungan sosial.


(3)

5.1BKesimpulan

Dari hasil pembahasan penelitian, dapat disimpulkan beberapa hal, yakni sebagai berikut:

1. Strategi penanggulangan stres yang digunakan sebagian besar MR di PT.”X” Bandung adalah strategi penanggulangan stres yang terfokus pada masalah dan terfokus pada emosi (problem focused coping dan emotion focused coping) yang digunakan dengan frekuensi seimbang. Dimensi yang paling menonjol adalah penggunaan planful problem solving dan accepting responsibility sekara bersama.

2. Selanjutnya MR di PT. “X” Bandung juga menggunakan strategi penanggulangan stres yang terfokus pada emosi (emotion focused coping). Dimensi yang paling menonjol digunakan adalah escape avoidance dan seeking social support.

3. Penggunaan strategi penanggulangan stres pada MR di PT.”X” Bandung tampaknya kenderung berkaitan dengan kesehatan dan energi yang dimiliki oleh MR, keyakinan positif terhadap kemampuannya, keterampilan dalam memekahkan masalah, keterampilan dan dukungan sosial yang didapat oleh MR.


(4)

5.2BSaran

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, peneliti perlu mengajukan beberapa saran yang diharapkan dapat bermanfaat bagi penelitian lebih lanjut. Adapun saran tersebut adalah:

1. Untuk penelitian lebih lanjut, disarankan untuk meneliti juga mengenai efektifitas dari strategi penanggulangan stres yang digunakan oleh MR di PT.”X” Bandung untuk memekahkan masalah yang dihadapi dalam pekerjaan.

2. Peneliti menyarankan pihak perusahaan untuk mengadakan pelatihan mengenai managemen stres kepada para MR agar mereka dapat lebih memahami stres yang mereka rasakan sehingga mereka dapat melakukan penanggulangannya sekara lebih efektif dan efisien ketika mereka dihadapkan pada masalah.

3. Peneliti menyarankan pada MR untuk tetap memberikan dukungan pada rekan kerjanya bila menghadapi masalah karena hal itu dapat sangat membantu untuk keberhasilan penanggulangan stres akibat masalah yang dihadapi.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Gibson, James L, Ivancevich, John M & H. Donnely JR, James. 1996. Organisasi: Edisi 8, Jilid 1. Jakarta: Binarupa Aksara.

GulÖ, W. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta: Penerbit Grasindo.

Lazarus, Richard S, Susan Folkman. 1984. Stress, Appraisal, And Coping. New York: Springer Publishing Company.

Luthans, Fred. 2006. Perilaku Organisasi Edisi Sepuluh. Yogjakarta: Penerbit ANDI.

Robbins, Stephen P. 2003. Perilaku Organisasi Edisi 9, Jilid 2. Jakarta: PT INDEKS Kelompok Gramedia.

Santrock, John W. 2004. Life-Span Development, Ninth Edition. New York : The McGraw-Hill Companies.

Siegel, Sidney. 1997. Statistik Nonparametrik: Untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta: Penerbit PT. Gramedia.

Sudjana. 2002. Metoda Statistika, Edisi ke 6. Bandung: Penerbit Tarsito.

Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Penerbit ALFABETA.


(6)

DAFTAR RUJUKAN

Nurhayati, Lany. 2006. Skripsi : Studi Deskriptif Mengenai Profil Strategi Penanggulangan Stres pada Guru Sekolah Luar Biasa CSLB) Bagian C Bandung. Fakultas Psikologi Unoversitas Kristen Maranatha.

Wijayani, Pandam T. 2007. Seminar Outline: Studi Deskriptif Mengenai Strategi Penanggulangan Stress pada Anak Buah Kapal di Kapal “X” TNI-AL. Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.