Tafsir Sejarah Soni FM.

KOMPAS
() Se~sa
456
20

() Rabu
7
22

21

() Mar 0 Apr

() Kamis 0 Jumat () Sabtu () Minggu
12
13
14
15
16
8
9

10
11
27
28
29
30
31
23
24
25
26

0 Mei OJun

0 Jut 0 Ags OSep

OOkt

ONov


ODes

Tafsir Sejarah Soni FM
Oleh

NINA
- ------

HERLINA

LUBIS

.
ยท

B

uku Selintas Pintas Puisi Indonesia

ditu lis Soni Farid


Yangmerekasebutpah/awan?

Maulana, penyair Sunda moyan (terkemuka) pada
.

Darice/ahrangkaianhuruf biografi
mereka

pergantianabadke-20menujuabadke-21.Yang

Adakenta/air mata, danamisdarah
Nenek-moyangku,
yangmerekabantai
Disebuahpesisir danbukit pasir

membuatpenulis tertegun, buku ini tidak lain merupakan tulisan sejarah tentangpuisi dan penyaimya di Indonesia yang
ditulis justru oleh seorangpenyair, bukan sejarawan. Buku
yang diterbitkan pertamakali tahun 2004 ini menjadi buku
bacaan siswa SMA dan sudah pasti dicetak ulang berkali-kali.

Sejarah memang merupakan
bidang ilmu yang terbuka. Artinya,
siapa saja yang berminat bisa
menulis sebuah kisah sejarah,
terlepas dari kaidalt-kaidah ihniah yang mutlak harus dipenuhi seorang sejarawan akademis. Soni
FM, sastrawan yang juga wartawan kelahiran Tasilonalaya, 19
Februari 1962,ini ternyata mampu
menulis sejarah yang bersifat akademis.
Bagi Soni, tidak ada kesulitan
untuk memahami perilaku seorang penyair dan puisi karyanya
karena ia sendiri adalah seorang
penyair. Tepat sekali kata-kata Jakob Sumardjo yang menulis bahwa Soni menulis sejarah puisi melalui puisi~puisi itu sendiri. Sungguh suatu karya yang sulit dihasilkan seorang sejarawan.
Memang pada abad ke-19 sampai awal abad ke-20 para penulis
sejarah tradisional umumnya menulis sejarah dalam bentuk puisi
(dangdin~ dengan pupuh tertentu
(asmarandana, sinom, pangkur,
magatru, wijil, dan jenis pupuh
lain yang dipilih sesuai dengan isi
bait-bait tersebut). Karya sastra
sejarah ini memiliki berbagai bentuk, seperti babad, wawacan, dan

carita. Namun, berbeda dengan
Soni, para penulis tradisional itu
bukan penyair yang menulis seja-

rah. Penulisan sastra sejarah dalam bentuk puisi pada masa itu
merupakan tuntutan zaman.
Ternyata Soni tidak saja menulis sejarah dengan visi within (dari
dalam pm penulis yang sangat kenal dengan obyek sejarahnya), tetapi karya-karya puisinya banyak
berisi tafsir sejarah untuk peristiwa .yang sudah lewat berabadabad. Ketika diajak WS Rendra
(alm) ke negeri Belanda, Soni
menghasilkan beberapa puisi berisi tafsirannya tentang kolonialisme.
Misalnya, potongan puisi yang
dimuat dalam buku kumpulan sajaknya, Tepi Waktu TepiSalju,dengan judul "Di Negeri Salju"yang
menunjukkan ketajaman pemikiran sejarahnya bahwa penjajahan
di Indonesia ini tetap berlangsung
meski dalam bentuk lain.
AkuMerenung
di tepiSungaiAmste/
Takhabispikirpenguasa
di tanahJawa

Bertekuk
/ututdikakiVOC?
Punhadini
Masihjugabersimpuh
dikaki/MF?

Berikuf ini potongan puisinya
yang lain dengan judul "Dari Sebuah Museum, Den Haag" yang
menunjukkan bahwa Soni menyadari benar visi sejarah kita dan visi
sejarah penjajah memang berbeda.
Mengapaaku menggigi/tiba-tiba
Membacasejum/ahnama

Gadis-gadisremaja,kekayaana/am
Danhasilbum;' merekaembatjuga.
":Perampok?
Tidak,merekaada/ahpah/awanbagi
bangsa
Dannegerikami!" katanya...


HlnggaLeiden
Dalam majalah sastra Honson
terbitan Juni 2009, lebih tepatnya
dalam lembaran Kakilangit, penyair CeeepSyamsul Hari menulis
tentang penyair Soni FM dengan
judul "Orang Sunda yang Berprestasi." Dalam lembaran tersebut
Ceeep tidak hanya menulis apa
dan bagaimana sosok Soni sebagai
. penyair, tetapi juga menulis biograft Soni dengan data-data yang
eukup informatif.
Ceeep memang tidak salah bila
menyebut Sonisebagaiorang Sunda yang berprestasi. Diakui atau tidak, sungguh sedikit penyair dari
generasinya yang muneul dan dikenal secara nasion~ dari Jawa
Barat. Paling tidak penyair seangkatan Soni yang dikenal secara nasional dari Jabar adalah Aeep
Zamzam Noor, Ahmad Syubbanuddin Alwy,dan Agus R SaIjono.
Puisi yang ditulis Soni, sebagaimana ditulis h Aeep dan Agus, telah
diterjemahkan ke dalam bahasa
Belanda,Inggris,dan Jerman.
Indonesianis asal Australia, Ian
Campbell, dalam bukunya, Contempormy Indonesian Language

Poetry from WestJava(VDMVerlag Dr Miiller,Germany,2008), seeara esensial menyebutkan bahwa

Kliping Humas Unpad 2010

Soni tennasuk pen~
penting dari Jabar
yang puisi-puisinya tidak hanya
mengungkap
tema sosial,
tetapi juga
tema alam
dan
religius.
Malah
Indonesianis asal Jerman yang
menerjemahkan sejuinlah
puisi Soni untuk
majalah Orientierungen yang terbit di
Jennan, Berthold Damshauser, dalam sampul belakang buku puisi OperaMalam
(PT Kiblat Buku Utama,

2008) mengatakan, Soni termasuk penyair Indonesia
yang paling produktif. Tak
henti-henti pena yang dituliskannya menghasilkan
puisi-puisi yang meyakinkan, terkadang memesona, yang ditulis oleh seniman bahasa yang dikarunia bakat luar biasa.
Sebagai pen~, Soni
banyak menerbitkan
buku puisi. Tiga buku

SALOMO

Khatulistiwa
Literary Award
2008-2009.

..

puisi yang ditulisnya

adalah Sehampar Kabut (Ultimus, 2006)
dan Angsana (Ultimus, 2007), masingmasing masuk dalam

kategori lima besar
Khatulistiwa Literary
Award tahun 20062007 dan 2007-2008, serta kumpulan puisi Pemetik Bintang (Kiblat Buku Utama, 2008) yang masuk dalam kategori
besar
--'-"' sepuluh
--.;L .:...>0

_

Sangat sedlklt
Dalam peta sejarah
puisi Indonesia modern,
sastrawan yang namanya dikenal secara nasional dan bahkan internasional sangat sedikit.
Mereka, antara lain, Mh Rustandi
Kartakusumah (alm), Toto Sudarto Bachtiar (alm), Ramadhan KH
(alm),Wing Kardjo (alm),Dodong
Djiwapradja (alm), Ajip Rosidi,
dan_Saini
berlanjut
_ KM,kemudian

::0. __

ke generasi Juniarso Ridwan,Beni
Setia, Acep Zarnzam Noor, Soni
FM, AgusR Sardjono,dan Nenden
Litis Aisyah. Selain itu, tentu saja
masih ada para penyair lain yang
kini tengah berproses kreatif menunjukkan kemampuan mereka
untuk tampillebihjauh.
Sebagai penyair, Soni berkalikali pula menghadiri acara sastra
berskala nasional dan internasional. Dewan Kesenian Jakarta berkali-kali mengundang Soni untuk
membacakan sejumlah puisi yang
ditulisnya di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, antara lain dalam forum Puisi Indonesia
1987 dan Cakrawala
Sastra Indonesia
2005.
Pada tahun
1990
Soni mengikuti South
d
East Asian
Writers Conference di Queezon City, Fitipina,
bersama pen~
Dorothea Rosa Herliany, cerpenis Arie Tamba, Laela S Chudori, dan novelis Mochtar Lubis. Pada 1999 ia mengikuti Festival de
Winternachten di Den Haag, Belanda, bersama pen~ WS Rendra, Agus R SarjonDldan Nenden
Litis Aisyah. Pada 2002 ia mengikuti Festival Puisi Internasional
Indonesia di Bandung.
Ditengah-tengah semua itu, sosok Soni menjauh dari sorotan
publik, yang bila kita bertemu seakan-akan ia tidak punya prestasi
apa-apa. Ya, itulah Soni FM, penyair urang Tasik,tetapi memiliki
prestasi internasional.
NINAHERLINALUBIS
GuruBesarIlmu Sejarah
UniversitasPadjadjaran