RESILIENSI PADA PENDERITA KANKER SERVIKS STADIUM LANJUT Resiliensi Pada Penderita Kanker Serviks Stadium Lanjut.

RESILIENSI PADA PENDERITA KANKER SERVIKS STADIUM
LANJUT

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Psikologi

Diajukan Oleh:
RAYI DWI VICA SHALLY
F. 100 070 161

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013

RESILIENSI PADA PENDERITA KANKER SERVIKS STADIUM
LANJUT

NASKAH PUBLIKASI


Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Psikologi

Diajukan Oleh:
RAYI DWI VICA SHALLY
F. 100 070 161

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013

i

RESILIENSI PADA PENDERITA KANKER SERVIKS STADIUM
LANJUT

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Psikologi


Diajukan Oleh:
RAYI DWI VICA SHALLY
F. 100 070 161

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013

ii

RESILIENSI PN)A PEIYDERITA KANKER SERYIKS STADIT]M

LANJUT

Yang diajukan oleh
RAYT DWI VICA SIIALLY
f,'. 100 070 161

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji

Pada tanggal Maret 2013
dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Penguji Utama

Dra. Juliani Prasetyaningnrm, M.Si.
Penguji Pendamping

I

Dra. Rini Lestari, M.Si.
Penguji Pendamping II

Dra. Wiwin Dinar Pratisti, M.Si

Surakarta,eO Maret 20I 3

Universitas Muhammadiyatr Surakarta

IV


RESILIENSI PADA PENDERITA KANKER SERVIKS STADIUM
LANJUT

ABSTRAKSI
Rayi Dwi Vica Shally
Juliani Prasetyaningrum
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

Kanker serviks pada stadium lanjut merupakan penyakit yang seringkali
tidak bisa disembuhkan dan mempunyai perjalanan penyakit kronik yang akhirnya
mematikan. Penderitaan mental yang dialami oleh penderita kanker serviks
diantaranya adalah ketakutan, trauma, shock, stres, tertekan, kesedihan, dan
kecemasan kematian pada setiap tahap perkembangan penyakitnya, dimulai dari
saat menemukan gejala pertama sewaktu didiagnosis, selama proses treatment,
dan bahkan setelah menjalani pengobatan. Penyakit kanker serviks yang
mengakibatkan penderita tidak bisa melakukan aktivitas sehari-hari secara normal
juga menimbulkan perasaan menjadi beban bagi orang lain. Penderita kanker
serviks stadium lanjut diharapkan memiliki kemampuan untuk bangkit dan pulih
sehingga dapat memberi motivasi untuk sembuh dan dapat menjalani
kehidupannya dengan lebih baik.

Penelitian ini bertujuan untuk memahami, mendalami dan
mendeskripsikan dinamika resiliensi pada penderita kanker serviks stadium lanjut.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode fenomenologi.
Metode pengumpulan data berupa interview, observasi dan dokumentasi. Dalam
penelitian ini diambil informan utama sebanyak 3 orang dengan karakteristik
sebagai berikut: 1). Informan usia > 40 tahun, 2). Informan didiagnosa menderita
kanker serviks stadium lanjut (stadium III-IV), 3). Informan sudah memiliki
keturunan. Adapun informan pendukung dalam penelitian ini yaitu keluarga
informan utama.
Berdasarkan hasil analisis data dapat diperoleh kesimpulan bahwa informan
memiliki resiliensi yang baik, informan yakin dapat sembuh dan berusaha agar dapat
menjalani kehidupannya dengan baik. Dinamika proses pembentukan resiliensi yang
dialami masing-masing informan berbeda-beda. Hal tersebut dipengaruhi oleh
kemampuan informan untuk bangkit dan bertahan dalam menjalani penyakit yang
dideritanya. Informan mengalami sejumlah reaksi seperti shock, encounter dan retreat.
Informan juga merasakan ketakutan akan kematian serta kecemasaan akan kondisinya
di masa yang akan datang. Faktor-faktor yang turut mendukung pembentukan resiliensi
pada informan yaitu keyakinan dan optimisme akan kesembuhan, spiritualitas dan
dukungan keluarga serta lingkungan sekitar.


Kata kunci : resiliensi, penderita kanker serviks, stadium lanjut.

v

PENDAHULUAN
kemudian diliputi oleh rasa takut,

P

enyakit

kanker

adalah

dan

penyakit

yang


sangat

penolakan, setelah fase ini berlalu,

dapat

akhirnya penderita akan sadar dan

Sampai

menerima kenyataan bahwa jalan

menjadi

hidupnya telah berubah (Hawari,

berbahaya

bahkan


mengakibatkan

kematian.

saat

ini

kanker

masih

momok bagi semua orang, hal ini

yang

disebabkan

penyakit


tersebut.

ataupun

reaksi

Cara,

oleh
sikap

Muncul

reaksi

2004).
Umumnya penderita kanker

disebabkan oleh tingginya angka

kematian

depresi.

akan terlihat adanya simtom-simtom
depresi

di

setiap

tahap

dalam

perkembangan penyakitnya, dimulai

menghadapi penyakit kanker pada

dari saat menemukan gejala pertama


dirinya, berbeda satu sama lain dan

sewaktu didiagnosis kanker, selama

individual

proses treatment, dan bahkan setelah

orang

sifatnya.

Hal

ini

tergantung kepada seberapa jauh

menjalani

kemampuan

dan kekhawatiran akan masa depan

individu

bersangkutan

yang

menyesuaikan

diri

pengobatan.

merupakan

respon

Kesedihan

yang

kerap

terhadap situasi yang mengancam

timbul, karena adanya suatu arti

kehidupannya (Lubis, 2009)b.

tertentu yang melekat pada penyakit

Kanker serviks pada stadium
lanjut merupakan penyakit

yang

seringkali tidak bisa disembuhkan

kanker,

yakni

ketakutan

ketidakmampuan

atau

akan

kematian

(Holland and Evcimen, 2009).
Menurut

dan mempunyai perjalanan penyakit

penelitian

yang

akhirnya

Lubis,

sehingga

dianggap

serviks

yang

penyakit yang mengerikan. Ada tiga

penderita

tidak

fase

penderita

aktivitas sehari-hari secara normal

ketika diberitahu bahwa penyakit

juga menimbulkan perasaan menjadi

yang dideritanya adalah kanker yang

beban bagi orang lain (becoming

sudah lanjut. Fase pertama, penderita

burden on others) dan menilai diri

yang

kronik

mematikan

akan

reaksi

emosional

merasakan

shock

mental,

sendiri

(2009)

hasil

Penyakit

negatif

kanker

mengakibatkan
bisa

melakukan

(discrediting
1

definition of self). Rasa cemas akibat

penderitaan,

penyakit

kekecewaan yang dihadapinya.

kanker

juga

membuat

dan

Suatu

penderita menarik diri dari pergaulan

memperbaiki

keadaan

ketika

(social isolation). Ketidakmampuan

individu dapat bertahan dan pulih

yang dialami oleh penderita kanker

dari situasi negatif secara efektif

juga akan menimbulkan perasaan

sedangkan

bersalah (guilt) pada penderitanya.

lainnya

Terdapat
kanker

serviks

kasus
yang

kebanyakan
gagal

individu

disebut

dengan

penderita

resiliensi. Grotberg, (dalam Rini

mengalami

2007) menyatakan bahwa resiliensi

depresi, tidak bisa menyesuaikan

adalah

diri, baik secara individual maupun

menghadapi, mengatasi, memperkuat

sosial, tidak bisa menerima diri

diri, dan tetap melakukan perubahan

sendiri, dan bergantung pada orang

sehubungan

lain

pemenuhan

dialami. Penelitian yang dilakukan

kebutuhan fisiologis dan psikologis.

oleh Hadjam (2000) terhadap pasien

Namun,

kanker menemukan bahwa pasien

dalam

berbagai

tidak

semua

penderita

kapasitas

individu

dengan

ujian

untuk

yang

kanker merasa hopeless dan depresi.

yang

Ada juga penderita kanker yang

memperlihatkan adanya stres yang

dapat bangkit dan menerima keadaan

ditunjukkan dengan perasaan sedih,

dirinya

menjalankan

putus asa, pesimis, merasa diri gagal,

kehidupannya dengan baik. Bahkan

tidak puas dalam hidup, merasa lebih

penderita kanker tidak merasa putus

buruk dibandingkan dengan orang

asa, dan optimis serta memiliki

lain,

keyakinan bahwa penyakitnya hanya

tubuhnya, dan merasa tidak berdaya.

bersifat

dan

dapat

sementara

disembuhkan.

dan

penilaian

Stres

kanker

rendah

yang

terhadap

dialami

oleh

(1999)

pasien kanker cenderung membuat

orang-orang

cara berpikir menjadi tidak akurat.

seperti inilah yang disebut sebagai

Hal itu membawa individu menjadi

individu yang resilien, yaitu individu

tidak resilien dalam menghadapi

yang dapat bangkit, berdiri di atas

masalah. Individu dengan resiliensi

mengatakan

Bobey

dapat

menderita

bahwa

yang

baik

mampu

menghadapi

2

masalah

dengan

baik,

mampu

mengontrol diri, mampu mengelola

dapat

menjalankan

dengan

baik

kehidupannya

sehingga

penderita

stres dengan baik dengan mengubah
cara

berpikir

dengan

ketika

stres.

berhadapan

Individu

dengan

resiliensi yang baik adalah individu

kanker stadium lanjut tidak merasa
putus asa, dan optimis serta memiliki
keyakinan bahwa penyakitnya hanya

yang optimis, yang percaya bahwa
segala
menjadi

sesuatu

dapat

berubah

lebih

baik.

Individu

mempunyai harapan terhadap masa

bersifat

sementara

dan

dapat

disembuhkan. Dalam hal ini, yang
akan diteliti adalah resiliensi pada

depan dan percaya bahwa individu
dapat

mengontrol

arah

penderita kanker serviks stadium
lanjut yaitu stadium III-IV.

kehidupannya.
Berdasarkan uraian di atas

Informan Penelitian

maka penulis melakukan penelitian
dengan

judul

”Resiliensi

Informan dalam penelitian ini

Pada

Penderita Kanker Serviks Stadium

adalah

Lanjut”.

stadium lanjut. Dalam penelitian ini

METODE PENELITIAN

diambil informan utama sebanyak 3

Gejala Penelitian

orang dengan karakteristik sebagai

Resiliensi

pada

penderita

penderita

kanker

serviks

berikut: 1). Informan usia > 40

kanker serviks stadium lanjut adalah

tahun,

kemampuan atau kapasitas individu

menderita kanker serviks stadium

untuk beradaptasi dengan keadaan

lanjut (stadium III-IV). 3). Informan

menekan

sudah memiliki keturunan. Adapun

atau

terpuruk,

dengan

merespon secara sehat dan produktif

2).

informan

Informan

pendukung

didiagnosa

dalam

untuk menerima keadaan dirinya dan

3

penelitian ini yaitu keluarga atau

ingin dijawab dalam penelitian ini,

kerabat terdekat informan utama.

yaitu: tentang pengendalian emosi,

Metode Pengumpulan Data

kemampuan

Data dalam penelitian ini
diperoleh

dengan

menggunakan

impuls,

optimis,

berempati,

Materi

pencapain.

adalah

permasalahan- permasalahan yang
NO.

Identitas

mengontrol
kemampuan

menganalisis masalah, kemamapuan

metode wawancara dan observasi.
wawancara

untuk

efikasi

diri

dan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Informan 1

Informan 2

Informan 3

1.
2.
3.

Nama
Usia
Pekerjaan

Ks
50 tahun
Buruh

Yn
47 tahun
Ibu rumah tangga

In
50 tahun
Ibu rumah tangga

4.
5.
6.
7

Agama
Status
Alamat
Pendidikan

Islam
Menikah
Solo
SD

Islam
Menikah
Klaten
SMA

Islam
Menikah
Solo
SD

8

Mulai sakit

Desember 2011

Maret 2011

Desember 2011

9

Stadium

IIIA

IIIB

IIIA

10.

Pengobatan

Kemoterapi dan
sinar

Kemoterapi dan
sinar

Kemoterapi, sinar
dan obat tradisional

Berdasarkan tema-tema yang

penderita ketika diberitahu bahwa

muncul pada analisis data di atas,

penyakit yang dideritanya adalah

penulis

kanker stadium lanjut. Fase pertama,

meringkas

tema-

tema

tersebut ke dalam pembahasan.

penderita akan merasakan shock

1. Pengendalian emosi

mental, kemudian diliputi oleh rasa

Hawari (2004) menyatakan
bahwa ada tiga fase reaksi emosional

takut, dan depresi. Muncul reaksi
penolakan

dan

kemurungan,
4

terkadang penderita menjadi panik.

bagian

tubuh

lainnya.

Menurut

Hal ini sesuai dengan data hasil

Holland

and

Evcimen

(2009),

penelitian bahwa penderita kanker

perasaan

cemas,

serviks

kekhawatiran

yang

dalam

menjadi

peneltian

masa

depan

merupakan respon yang kerap timbul

pertama kali mengetahui penyakit

karena adanya suatu arti tertentu

yang diderita adalah shock, cemas,

yang melekat pada penyakit kanker,

bingung,

yakni

pertama

kali

dan

pada

akan

dan

saat

sedih

ini

informan

kesedihan

takut

mengetahui

saat
bahwa

informan menderita kanker serviks.
Ketiga

informan

merasa

ketakutan

akan

ketidakmampuan atau kematian. Hal
ini juga ditunjukan berdasarkan hasil
wawancara yang dilakukan, yang

cemas dan khawatir karena adanya

menyatakan

pandangan masyarakat luas bahwa

terkadang juga merasakan cemas dan

banyak penderita kanker serviks

khawatir akan kondisi kesehatan

tidak

informan di masa yang akan datang,

dapat

disembuhkan

dan

berakhir pada kematian. Hal ini

yang

sesuai pendapat (Lubis, 2009)b, yang

adalah kematian.

menyatakan

bahwa

bahwa

kemungkinan

informan

terburuknya

kanker

Dalam mengatasi perasaan

suatu

cemas dan takut yang muncul setelah

proses pertumbuhan dan penyebaran

mengetahui penyakit yang diderita,

yang

sel

ketiga informan bersikap pasrah,

mempunyai

berdoa kepada Tuhan YME agar

dikarakteristikkan

tidak

abnormal,
kecenderungan

sebagai

terkontrol
yang

dari

menyebar

pada

5

diberi

kesembuhan,

dan

ikhlas

memperoleh

Informan

2. Kemampuan mengontrol impuls
Reivich dan Shatte (2002)

merasa

masih

memiliki tanggung jawab dalam

kemampuan

mengentaskan anak-anaknya. Hal ini

impuls

menjadi suatu motivasi informan

berhubungan dengan pengendalian

dalam diri informan sendiri dan juga

emosi.

kuat

merupakan harapan terbesar dari

cenderung

informan untuk dapat melihat anak-

mampu mengendalikan emosinya.

anak dapat menjalani masa depannya

Perasaan

dengan baik, tentu dengan bimbingan

untuk

bahwa

dari

penyakit yang dideritanya.

menerima keadaannya sekarang.

menyatakan

kesembuhan

mengontrol

Individu

mengontrol

yang

impulsnya

yang menantang dapat

meningkatkan

kemampuan

untuk

dan kasih sayang informan. Menurut

mengontrol impuls dan menjadikan

Holaday

pemikiran

yang

kognitif berpengaruh penting pada

mengarahkan kepada pengendalian

resiliensi individu. Resiliensi juga

emosi

dihubungkan

lebih

yang

akurat,

lebih

baik,

dan

(1997)

dengan

keterampilan

kemampuan

menghasilkan perilaku yang lebih

untuk

resilient. Hal ini sesuai dengan hasil

trauma dengan menggunakan fantasi

wawancara yang menyatakan bahwa

dan

para penderita kanker serviks dalam

ditumbuhkan pada diri individu yang

penelitian ini dapat lebih bersikap

bersangkutan.

melepaskan

pikiran

harapan-harapan

dari

yang

sabar dan tetap berusaha untuk

6

apakah

2. Optimis

Menurut

Hawari

(2004),

dapat

bertahan

dengan

penyakit yang dideritanya.

kanker serviks pada stadium lanjut

Ketiga informan memiliki

merupakan penyakit yang seringkali

resiliensi yang baik walaupun lebih

tidak

dan

bersikap pasrah dengan menerima

mempunyai perjalanan penyakit yang

keadaan. Namun penderita kanker

kronik yang akhirnya mematikan

serviks dalam penelitian ini juga

sehingga dianggap penyakit yang

tetap merasa optimis untuk dapat

mengerikan. Hal ini sesuai dengan

sembuh

hasil wawancara yang menunjukan

melakukan hal-hal yang membantu

bahwa informan pertama dan kedua

proses

memiliki pemikiran bahwa penyakit

melakukan pengobatan di rumah

kanker serviks merupakan penyakit

sakit

yang mematikan dan tidak banyak

radioterapi

dari penderita penyakit ini yang telah

pengobatan alternatif .

berada pada stadium lanjut untuk

4.

bisa

dapat

disembuhkan

disembuhkan.

Dalam

dengan

tetap

berusaha

penyembuhannya

berupa

dengan

kemotrapi
serta

dan

mencoba

Kemampuan

menganalisis

masalah

yang

Dalam memandang penyakit

dideritanya, informan awal mulanya

yang dideritanya informan tidak

merasa sedih, takut, dan putus asa

terlalu memikirkannya sebab hal itu

hal

akan membuat informan menjadi

menyikapi

ini

penyakit

ditunjukan

dari

sikap

informan yang merasa tidak yakin

down.

Informan

memikirkan

lebih

hal-hal

senang
tentang

7

keluarganya di hari esok. Holaday

terutama anak-anak

(1997)

bahwa

meninggal nanti karena menurut

keterampilan kognitif berpengaruh

mereka anak-anaknya masih sangat

penting pada resiliensi individu.

membutuhkan kasih sayang ibunya.

Resiliensi

Selain itu informan merasa masih

menyatakan

dihubungkan

kemampuan
pikiran

untuk

dari

dengan

melepaskan

trauma

dengan

memiliki

mereka jika

tanggung jawab

untuk

membesarkan anak-anaknya.

menggunakan fantasi dan harapan-

Informan menyatakan bahwa

harapan yang ditumbuhkan pada diri

rasa sakit yang diderita informan

individu yang bersangkutan. Hal ini

juga menyebabkan munculnya rasa

seperti yang dialami oleh ketiga

cemas

informan yang selalu memikirkan

menghambat

hal-hal yang membuat informan

melakukan aktivitas sehari-hari. Hal

merasa senang, seperti menginginkan

ini juga diperkuat dengan hasil

anak-anaknya sukses, dan memiliki

penelitian

cucu, hal ini lah yang membuat

menyatakan bahwa penyakit kanker

ketiga informan terus berusaha untuk

serviks

yang

sembuh.

penderita

tidak

Tidak

bisa

dipungkiri

dan

takut

yang

informan

Lubis,

(2009)

dapat
untuk

yang

mengakibatkan
bisa

melakukan

bahwa penyakit kanker merupakan

aktivitas sehari-hari secara normal

penyakit yang menakutkan, dari hasil

juga menimbulkan perasaan menjadi

penelitian

beban bagi orang lain (becoming

ditemukan

bahwa

informan masih merasa tidak siap

burden on others).

jika harus meninggalkan keluarga

8

Hal ini dirasakan oleh ketiga

kerap bercanda dengan lingkungan

informan karena ketika sebelum

sosial di sekitarnya dan menunjukan

informan

penyakit

bahwa ketiga informan tidak terlalu

dapat

memikirkan dan merasakan rasa

melaksanakan aktivitas sehari-hari

sakit penyakitnya. Menurut Reivich

dengan baik, namun setelah informan

dan Shatte (2002), individu yang

menderita

resilien

menderita

kankernya,

informan

penyakitnya

informan

mahir

dalam

merasa frekuensi dalam aktivitasnya

menginterpretasikan

bahasa

mulai berkurang, hal ini disebabkan

verbal

lain,

oleh kondisi tubuh informan yang

ekspresi wajah, nada suara, bahasa

mulai lemah, sehingga aktivitas yang

tubuh dan menentukan apa yang

biasanya dilakukan oleh informan

orang lain pikirkan dan rasakan.

dilakukan oleh lingkungan terdekat

6. Efikasi diri

dari

orang

non
seperti

informan. Hal ini yang membuat

Informan juga merasakan

informan merasa bersalah, tidak

sedih akan keadaan yang dialaminya

dapat

namun tetap memiliki rasa percaya

melakukan

pekerjaannya

seperti semula.

diri dan keyakinan yang besar untuk

5. Kemampuan berempati

dapat sembuh. Sikap optimis yang

Ketiga informan terkadang
tidak

memperlihatkan

rasa

sakit

ditunjukan oleh ketiga informan
menunjukan

bahwa

informan

dalam dirinya agar lingkungan sosial

memiliki resiliensi yang baik dan hal

disekitarnya

yang

sedih

ini diperkuat oleh pendapat Reivich

memikirkan

informan.

Informan

dan Shatte (dalam Rini, 2007) yang

merasa

9

menyatakan bahwa individu dengan

yang

resiliensi

individu.

yang

baik

mampu

menghadapi masalah dengan baik,

mencintai

dan

menerima

KESIMPULAN DAN SARAN

mampu mengontrol diri, mampu

Berdasarkan hasil penelitian

mengelola stres dengan baik dengan

yang telah penulis lakukan mengenai

mengubah

resiliensi

cara

berpikir

ketika

pada

penderita

kanker

berhadapan dengan stres.

serviks stadium lanjut maka dapat

7.

disimpulkan

Pencapaian

Dukungan yang diberikan
oleh

lingkungan

sosial

terhadap

memiliki

bahwa

resiliensi

berusaha

sekitar. Dukungan moral berupa

kehidupannya

semangat

Dinamika

diberikan

oleh

yang

baik,

informan yakin dapat sembuh dan

informan berupa motivasi, informasi

yang

informan

agar

dapat
dengan

proses

menjalani
baik.

pembentukan

keluarga informan dan lingkungan di

resiliensi

sekitar informan dapat menambah

masing informan berbeda-beda. Hal

kemampuan resiliensi pada ketiga

tersebut

informan

kemampuan informan untuk bangkit

yang

ditandai

dengan

yang

dialami

dipengaruhi

masing-

oleh

munculnya semangat informan untuk

dan

sembuh. Hal ini sesuai dengan

penyakit yang dideritanya. Informan

pernyataan dari Grotberg (1995)

mengalami sejumlah reaksi seperti

yang menyatakan bahwa hubungan

shock, encounter dan retreat. Reaksi

terdekat dari individu seperti suami,

tersebut sebagai bentuk respon yang

anak, orang tua merupakan orang

dilakukan

bertahan

dalam

informan

menjalani

setelah

10

mendapatkan diagnosis menderita

Informan juga menganggap seolah-

kanker

lanjut.

olah semuanya baik-baik dan tidak

Informan juga merasakan ketakutan

terlalu memikirkan penyakit yang

akan kematian serta kecemasaan

dideritanya

akan kondisinya di masa yang akan

istirahat

datang. Kanker serviks yang dialami

keluarga. Faktor-faktor yang turut

informan

mendukung pembentukan resiliensi

serviks

stadium

menimbulkan

permasalahan-permasalahan
cukup

mengganggu

yang

kehidupan

informan baik fisik maupun psikis.
Informan

bersikap

dan

cara

banyak

bercanda

dengan

pada informan yaitu spiritualitas dan
dukungan

keluarga

besar

serta

lingkungan sekitar.

dan

Berdasarkan hasil penelitian

menyerahkan semuanya pada Tuhan,

yang telah dilakukan, maka peneliti

walaupun informan bersikap pasrah

dapat

informan

sebagai berikut:

tetap

memperoleh
penyakit

yang

pasrah

dengan

berusaha

untuk

kesembuhan

dari

diderita

dengan

melakukan

hal-hal

yang

dapat

membantu

proses

penyembuhan

1.

mengajukan

Bagi

informan

saran-saran

penelitian,

disarankan agar tetap berusaha
untuk

mendapatkan

kesembuhan

dengan

seperti melakukan kemoterapi, sinar,

melakukan pengobatan yang

dan pengobatan alternatif, hal ini

dapat mendukung kesembuhan

dikarenakan

penyakit yang diderita. Selain

informan

masih

memiliki tanggung jawab dalam

itu

mengentaskan

yakin

anak-anaknya.

disarankan
dan

untuk

optimis

tetap
dalam

11

menjalani kehidupan di masa

pada

yang akan datang dengan baik.

memiliki kemampuan resiliensi

Karena

dalam

keyakinan

dan

keinginan yang kuat untuk
dapat

sembuh

berpengaruh

2.

sangat

pada

kondisi

agar

bisa

menghadapi

penyakitnya.
4.

Bagi peneliti lain, diharapkan
dapat memberi pengetahuan

penderita kanker serviks.

dan mendorong peneliti lain

Bagi

yang

keluarga

informan,

akan

melakukan

disarankan untuk memberikan

penelitian dengan tema sejenis

perhatian dan dukungan moril

untuk dapat mengkorelasikan

maupun spiritual yang lebih

dengan variabel lain sehingga

kepada informan karena hal itu

akan didapat data yang lebih

sangat

kompleks dan berguna bagi

berpengaruh

pada

proses terbentuknya resiliensi.
3.

penderita

penderita kanker serviks.

Bagi masyarakat, disarankan
untuk lebih mengenal tentang
perilaku
serviks

penderita
yang

resilien

kanker
baik

melalui media cetak, media
elektronik
lisan,

dan

pembicaraan

sehingga

memberikan

motivasi

dapat
dan

memberikan dorongan moral

DAFTAR PUSTAKA
Bobey, M. (1999). Resilience: The
Ability to Bounce Back from
Adversity. American of
Pediatric. Http:// www.
Crhahealth.ab.ca/clin/womwn
102 Mar Apr. HTM.
Diakses pada tanggal 20
November 2011.
Grotberg, E. (1995). A Guide to
Promoting Resilience in
Children: Strengthening The

12

Human Spirit. Benard Van
Leer Fondation.
Hadjam,

N.R. (2000). Tinjauan
Psikologis Tentang Kanker:
Studi Kasuistik Tentang
Kondisi Aspek Psikologis
Penyebab Kanker. Laporan
Penelitian.
Tidak
Diterbitkan.
Yogyakarta:
Fakultas Psikologi UGM.

Hawari, D. (2004). Al Quran: Ilmu
Kedokteran
Jiwa
dan
Kesehatan Jiwa. Jakarta:
Bhakti Prima Yasa.
Holaday, M. (1997). Resilience and
Severe Burns. Journal of
Counseling
and
Development.75. 346-357
Holland, J, & Evcimen, Y. (2009).
Depression
in
cancer
patients. Supportive care in
cancer
therapy.
USA:
Humana Press.
Lubis,

N.L. (2009)a. Depresi:
Tinjauan
Psikologis.
Jakarta: Kencana Prenada
Media Group.
, (2009)b. Makna Hidup
Pada Penderita Kanker
Leher Rahim. Majalah
Kedokteran
Nusantara
Volume 42. No. 1.

Rini, I.R.S. (2007). Resiliensi Pada
Penderita Kanker Ditinjau
Dari Dukungan Sosial. Tesis
(tidak diterbitkan). Program
Pasca
Sajana
Fakultas
Psikologi. Universitas Gajah
Mada. Yogyakarta.
Schoon, I. (2006). Risk & Resilience:
Adaptations in Changing
Times.
Cambridge
University Press.
Tugade M.M & B.L. Fredrickson.
(2004). Resilient Individual
Use Positive Emotions To
Bounce
Back
From
Negative
Emotional
Experiences. Journal of
Personality and Social
Psychology, Volume 24, no
2. 320-333.
Umaroh. (2008). Ketakutan Akan
Kematian Pada Penderita
Kanker Stadium Lanjut.
Skripsi (tidak diterbitkan).
Universitas Muhammadiyah
Surakarta:
Fakultas
Psikologi.

.

Reivich, K. & Shatte, A. (2002). The
Resilience
Factor:
7
Essential
Skills
For
Overcoming
Life’s
Inevitable
Obstacles.
Newyork: Broadway Book.

13