Buruh Demo dan Pengusaha Bingung.

Buruh Demo dan Pengusaha Bingung
Oleh : Dr. Sulaeman Rahman

Pada hari Kamis tanggal 13 November 2008 di harian PR terdapat head line yang sangat
jelas dari Bapak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, agar para pengusaha tidak
melakukan lay-off atau PHK terhadap para pegawainya, dikarenakan adanya kesulitan
yang dialami oleh para pengusaha dengan berkurangnya permintaan terhadap produk –
produk ekspor terutama pengusaha industri tekstil dan produk tekstil , elektronik, alas
kaki, dan produk ekspor lainnya. Sementara itu pada hari Rabu tanggal 12 November
2008, Para Buruh juga berdemo menolak pemberlakuan

SKB 4 Menteri tentang

pengupahan di Jawa Barat, meninjau ulang besaran UMP (Upah Minimum Provinsi)
yang hanya naik Rp 60.000,- , dan meminta agar Bapak Gubernur tidak memberlakukan
SKB 4 Menteri di Jawa Barat.
Khususnya di Jawa Barat , berdasarkan informasi yang disampaikan oleh Asosiasi
Pertekstilan Indonesia Jabar, bahwa ada sekitar ribuan pegawai akan terancam PHK, bila
pembatalan dari beberapa importir negara-negara tujuan ekspor masih berlansung, dan
tidak ada strategi untuk mengatasi hal – hal yang menghambat laju ekspor komoditi
tesktil dan produk tekstil. Sehingga wajar bila pengusaha menuntut kepada pemerintah

untuk penambahan stimulus ekonomi seperti penundaan pajak bagi pengusaha,
khususnya sektor industri padat karya, full blanket guarantee (jaminan penuh) untuk
perbankan terhadap simpanan di Bank supaya sumber-sumber dana dalam negeri aman
dan murah, penurunan suku bunga perbankan, perlu ada kerja sama satu paket antara
pengusaha, pemerintah, dan perbankan untuk mencari pasar baru.
Saat ini memang kondisinya sangat tidak stabil dan sulit, sehingga semua pihak
semestinya bisa berperan masing-masing dengan baik, misalnya para buruh sekarang
seolah olah tidak menyadari bahwa saat ini perusahaan yang dituntut untuk membayar
lebih tinggi sedang mengalami kesulitan untuk mengatasi tingginya nilai tukar rupiah
terhadap dolar AS, dan menurunnya permintaan , sehingga bagi perusahaan yang bahan
bakunya harus impor akan mengalami kesulitan dalam memprediksi kebutuhan bahan
baku yang semakin mahal , dan akibatnya biaya produksi naik. Para pimpinan Serikat
Pekerja atau Buruh selayaknya memiliki tenggang rasa terhadap masalah – masalah yang