Bingung dengan Pria Pilihan

Bingung dengan Pria Pilihan
Tanya: Assalamu’alaikum Wr. Wb.
mBak Emmy yang saya hormati, saya wanita yang sekarang berusia 23 th. Sejak kecil hingga SMU
rasanya saya tak punya masalah sebesar masalah saya sekarang. Aku belum pernah pacaran. Hingga
saya lulus SMU, saya baru mulai mengenal dan dekat dengan cowok. Tapi ini tak berlangsung lama,
karena setelah kursus saya mencari pekerjaan di luar kota. Di sinilah peristiwa yang pahit, amat
tragis dan menakutkan menimpa saya.
Awalnya saya melamar pekerjaan, Saya diterima sebagai „sales“ atau memasarkan barang dagangan
dari rumah ke rumah. Saya pulang agak kesorean, saya kesulitan mencari kendaraan jurusan ke kota
saya. Lalu ada dua lelaki yang bersedia, mengantar saya, sebelumnya mereka mengajak saya
mampir ke rumahnya. Saya dipersilahkan istirahat di sebuah kamar. Ternyata aku malah diperkosa.
Rasanya hancur sekali, aku jadi trauma pada lelaki.
Setelah peristiwa itu aku pulang ke kotaku, sedikit demi sedikit aku mencoba untuk bangkit. Aku
berusaha melamar pekerjaan lagi dan diterima jadi staf pengajar komputer di sebuah SMK. Meski
gajinya kecil tapi aku bersyukur karena aku diberi kesempatan kuliah di perguruan tinggi di bawah
yayasan yang sama dengan biaya uang kuliah bayar 50%.
Setahun kemudian saya mengenal cowok yang tadinya suka mengantar dan main ke rumah saya.
Kami jadi saling suka, hati saya yang semula trauma pada laki-laki terhapus oleh dia. Saya jadi
bersemangat lagi, sampai-sampai saya mengabaikan keyakinan kami yang berbeda.
Karena dia sudah lulus, saya ngajak dia nikah. Tapi dia bilang orang tuanya tak akan setuju karena
beda keyakinan, saya harus ikut keyakinan dia atau kalau tidak saya berzina dulu supaya saya

hamil, sehingga mau tak mau orang tuanya menyetujui. Entah syetan apa yang lewat sehingga saya
terbujuk rayuannya. Setelah peristiwa itu aku mendesak dia untuk segera menikahi saya. Tapi dia
tidak segera menikahi, saya pura-pura hamil dan menuntut orang tuanya untuk menikahkan kami.
Tapi orang tuanya tetap tidak setuju bahkan ibunya marah-marah dan mengata-ngatai saya sebagai
wanita nakal bahkan dia mendatangi kepala sekolah dimana saya mengajar dan menjelek-jelekkan
saya dihadapannya. Saya memang salah, saya sudah bertobat dab shalat istikharah, tapi saya kok
masih yakin bahwa dia jodoh saya.
Kini rasanya saya jadi bingung, bagaimana caranya supaya ibunya tidak menjelek-jelekkan saya,
saya takut bila nanti sampai dikeluarkan. Apa yang harus saya perbuat?
Nn X, di kota X.
Jawab: Wa’alaikum Wr. Wb.
Nn. X yang saya sayangi. Saya bisa merasakan betapa hancur hati Nona karena telah mengalami
peristiwa yang sangat tragis. Saya juga maengerti kalau Nona jadi trauma pada laki-laki. Memang
kehilangan kegadisan dengan cara seperti itu meninggalkan luka yang sangat membekas.
Kalau kemudia Nona bisa bangkit lagi dan menata diri dengan kembali mencari pekerjaan itu
sesuatu yang luar biasa, artinya Nona bisa mengalahkan perasaan-perasaan „hopeless“ atau
perasaan negatif yang ada pada diri Nona. Tentu ini membutuhkan perjuangan yang besar dari
Nona maupun orang-orang yang dekat dengan Nona.
Ternyata, mempertahankan hasil perjuangan itu tidak mudah ya. Pengalaman menyakitkan masa
lalu ternyata jug atidak mampu membuat Nona untuk behati-hati menghadapi makhluk yang

bernama laki-laki.
Sungguh ini sangat disayangkan. Saya kira Nona tak pernah punya teman diskusi/ngobrol tentang
orang atau laki-laki yang baik itu seperti apa, kok Nona begitu mudah digombali . Laki-laki yang
baik dan benar-benar ingin memperistri seorang wanita tentu akan sangat menghargai, memuliakan
dan menjaganya, bukan malah menuntut berbuat sesuatu yang sangat dilarang.
Semoga ini adalah pengalaman pahit yang terakhir yang berhubungan dengan laki-laki. Kalau
sekarang seperti Nona bilang sudah bertobat dan sudah shalat istikharah, namun Nona masih
mengharapkan dia, yang perlu dipertanyakan adalah tobat dan shalat istikharah Nona. Sebab antara

nafsu dan cinta batasnya sangat tipis sekali. Sudah menjadi sifat manusia yang tidak sabaran, seperti
diri Nona. Nona mengharap petunjuk dari Tuhan tapi belum-belum sudah membuat kesimpulan
sendiri.
Bersabarlah dan jangan takut hidup bersama Allah, karena Allah-lah yang Maha Tahu hal-hal yang
ghaib. Sesuatu yang “sepertinya” keyakinan kita benar (bahwa dia jodoh Nona), tapi ternyata
kebalikannya. Saran saya bersungguh-sungguhlah bertobat pada Allah, tidak hanya dalam shalat
saja tapi juga berbuat baiklah kepada terutama pada orang-orang di sekitar Nona, perbanyak juga
shadaqah. Dan yang tak kalah penting segeralah jauhi dia. Sudah jelas bahwa dia adalah “pria
gombal”, yakinlah suatu saat Nona akan mendapat pria yang jauh lebih baik dari dia. Mengenai
ibunya, cobalah Nona berterus terang tentang masalah Nona pada kepala sekolah. Bila Nona dapat
menjelaskan dengan baik dengan diikuti sikap dan perbuatan Nona yang terjaga dengan baik maka

saya yakin kepala sekolah akan lebih percaya pada Nona daripada pada ibunya.
Oke, surati saya bila ada perkembangan baru, insya Allah perkembangan baik. Amin.
Sumber:
Suara Muhammadiyah
Edisi 20 2004