Analisis Kebutuhan Truk Sampah di Kecamatan Denpasar Utara.

(1)

ANALISIS KEBUTUHAN TRUK SAMPAH DI KECAMATAN

DENPASAR UTARA

Oleh :

I Ketut Gd Yoga Satria Wibawa NIM: 1104105124

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA


(2)

(3)

(4)

(5)

i

ABSTRAK

Pertumbuhan jumlah penduduk yang terus meningkat dengan pola hidup yang semakin konsumtif sudah tentu diikuti dengan meningkatnya produksi sampah. Di kota-kota besar sampah selalu menimbulkan berbagai masalah yang rumit untuk diselesaikan, contohnya di Kecamatan Denpasar Utara. Kecamatan Denpasar Utara memiliki penduduk berjumlah 187.690 jiwa, terdiri dari 95.980 jiwa laki-laki dan 91.710 jiwa wanita. Jadi tidak dapat di pungkiri akan menghasilkan produksi sampah yang banyak. Dalam hal ini diperlukan pengelolaan yang baik, terutama dalam sistem pengangkutan sampah, agar semua sampah yang di hasilkan oleh penduduk di Kecamatan Denpasar Utara dapat di angkut.

Analisis memerlukan data pendukung, yaitu data survei timbulan sampah dan pengangkutan sampah, kapasitas bak truk pengangkut sampah, waktu memuat dan menurunkan sampah, waktu perjalanan, jarak perjalanan, kecepatan perjalanan, rute perjalanan, peta Kecamatan Denpasar Utara, rute kendaraan pengangkut, jumlah alat angkut dump truck, dan jumlah penduduk yang bertujuan untuk mencari data timbulan sampah yang terangkut di Kecamatan Denpasar Utara, Setelah timbulan sampah didapatkan, dianalisis jumlah dump truck yang dibutuhkan..

Besar timbulan sampah yang dihasilkan di Kecamatan Denpasar Utara pada tahun 2015 yaitu sebesar 718,93 m3/hari, setelah diprediksikan menggunakan metode geometri meningkat menjadi 741,8 m3/hari pada tahun 2018. Dan kebutuhan kendaraan pengangkut sampah untuk memenuhi sampah yang diangkut pada tahun 2018, yaitu 24 unit dump truck dan Jumlah trip yang diperlukan adalah 58 trip/hari,

Kata kunci: timbulan sampah, sistem pengangkutan, pengelolaan sampah, Kecamatan Denpasar Utara, kebutuhan kendaraan pengangkut


(6)

ii

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunia-Nya tugas akhirdengan judul “Analisis Pengangkutan Sampah Perkotaan di Kecamatan Denpasar Utara” ini dapat diselesaikan.

tugas akhir ini dapat rampung tak lepas dari bimbingan, bantuan, dorongan, dan semangat dari berbagai pihak, sehingga melalui kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada: Ibu Ida Ayu Rai Widhiawati, ST., MT selaku dosen pembimbing I, dan Bapak Ir. Gede Made Konsukartha, MSi selaku dosen pembimbing II, dosen dan pegawai di lingkungan Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Udayana. Orang tua dan keluarga tercinta yang senantiasa memberikan doa, dukungan dan motivasi dalam menyelesaikan studi S1. Teman-teman yang selalu memberikan semangat sehingga tugas akhir ini dapat terlesaikan tepat pada waktunya. Orang-orang yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang sudah banyak membantu dalam kelancaran tugas akhir ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tugas akhir ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu diharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun guna penyempurnaan tugas akhir ini. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih dan semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Denpasar, 4 Maret 2016


(7)

iii

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

DAFTAR ISI... iii

DAFTAR GAMBAR ...v

DAFTAR TABEL ... vi

BAB I PENDAHULUAN...1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan Penelitian... 2

1.4 Manfaat Penelitian... 3

1.5 Batasan Masalah ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...4

2.1 Pengertian Sampah ... 4

2.2 Timbulan Sampah... 4

2.2.1 Definisi Timbulan Sampah ... 4

2.2.2 Sumber Timbulan Sampah ... 4

2.2.3 Besar Timbulan Sampah ... 5

2.2.4 Standar Timbulan Sampah ... 6

2.2.5 Jenis Sampah ... 7

2.3 Pengelolaan Sampah... 9

2.3.1 Teknik operasional pengelolaan sampah... 9

2.3.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi sistem pengelolaan sampah ... 10

2.3.3 Faktor penentu kualitas operasional pelayanan ... 10

2.3.4 Frekuensi pelayanan ... 10

2.4 Teknik Operasional ... 11

2.4.1 Tahap pewadahan sampah... 11

2.4.2 Tahap Pengumpulan Sampah ... 11

2.4.3 Pemindahan Sampah ... 18

2.4.4 Pengangkutan sampah ... 19

2.5 Jenis Kendaraan Pengangkut Sampah ... 25

2.5.1 Gerobak ... 26

2.5.2 Mobil Angkutan Bak Terbuka (Pick Up)... 26

2.5.3 Truk Datar ... 26

2.5.4 Truk Hidrolik (Dump Truck)... 27

2.5.5 Truk Lengan Tarik Hidrolik (Arm-Roll Truck) ... 27


(8)

iv

2.6.1 Rasio sampah terangkut ... 28

2.6.2 Kecepatan perjalanan ... 28

2.6.3 Kecepatan Memuat Sampah... 29

2.6.4 Rasio Tenaga Kerja ... 29

2.6.5 Estimasi Kebutuhan Jumlah Perangkat Sampah ... 30

2.6.6 Metode pengambilan sampel... 30

BAB III METODE PENELITIAN ...33

3.1 Kerangka Penelitian ... 33

3.2 Identifikasi Masalah dan Lokasi Penelitian... 34

3.3 Pengumpulan Data ... 34

3.3.1 Pengumpulan Data Primer ... 35

3.3.2 Pengumpulan Data Skunder ... 36

3.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 37

3.4.1 Volume Timbulan Sampah di Kecamatan Denpasar Utara .... 37

3.4.2 Prediksi penambahan Jumlah Sampah di Kecamatan Denpasar Utara... 38

3.4.3 Estimasi Jumlah Armada Pengangkutan sampah... 38

BAB IV ANALISIS DATA ...39

4.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian... 39

4.2 Kondisi Pengelolaan Sampah Saat Ini di Kecamatan Denpasar Utara... 40

4.2.1 Pengumpulan Sampah di Kecamatan Denpasar Utara ... 40

4.2.2 Moda Angkutan Sampah di Kecamatan Denpasar Utara... 45

4.3 Timbulan Sampah Per hari di Kecamatan Denpasar Utara ... 50

4.3.1 Besar Timbulan Sampah Permukiman... 50

4.3.2 Besar Timbulan Sampah Non-Permukiman ... 55

4.3.3 Volume Sampah Total di Kecamatan Denpasar Utara Tahun 2018... 58

4.4 Analisis Pengelolaan Angkutan Sampah Berdasarkan Armada, Rute, dan Waktu ... 63

4.4.1 HCS (Hauled Container System)/Sistem Kontainer Angkat .. 63

4.4.2 Sistem Kontainer Tetap/SCS (Stationary Container System) . 65 BAB V PENUTUP...68

5.1 Simpulan... 68

5.2 Saran ... 68

DAFTAR PUSTAKA ...69


(9)

v

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Diagram Teknik Operasional Pengelolaan Persampahan ...9

Gambar 2.2 Pola Individual Langsung ...12

Gambar 2.3 Pola Individual Tidak Langsung ...13

Gambar 2.4 Pola Komunal Langsung ...14

Gambar 2.5 Pola Komunal Tidak Langsung...15

Gambar 2.6 Pola Penyapuan Jalan ...15

Gambar 2.7 Jenis – Jenis Pola Pengumpulan Sampah...17

Gambar 2.8 Pola Pengangkutan Sampah Sistem Individual Langsung ...19

Gambar 2.9 Pola Pengangkutan Sistem Transfer Depo ...19

Gambar 2.10 Pola Pengangkutan Dengan Sistem Pengosongan Kontainer Cara I ...21

Gambar 2.11 Pola Pengangkutan Dengan Sistem Pengosongan Kontainer Cara II...22

Gambar 2.12 Pola Pengangkutan Dengan Sistem Pengosongan Kontainer Cara III ...23

Gambar 2.13 Pola Pengangkutan dengan sistem Kontainer Tetap ...25

Gambar 3.1 Kerangka Penelitian ...33

Gambar 3.2 Gambar Tepat Denpasar Utara yang Terlihat Dari Peta ...34

Gambar 4.1 Gambar Sketsa Ukuran Truck DKP ...47

Gambar 4.2 Gambar Sketsa Ukuran Kontainer DKP ...49

Gambar 4.3 Diagram Persentase Jumlah Hari Kerja, Hari Raya, dan Hari libur Tahun 2015 ...52

Gambar 4.4 Diagram Volume Timbulan Sampah Permukiman Hari Kerja, Hari libur, dan Hari Raya Tahun 2015 ...49


(10)

vi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Besar Timbulan Sampah Berdasarkan Klasifikasi Kota ...5

Tabel 2.2 Besar Timbulan Sampah Berdasarkan Sumber Sampah ...6

Tabel 2.3 Tipe Pemindahan (Transfer) ...18

Tabel 2.4 Konstanta Empiris Waktu Angkut a dan b ...24

Tabel 4.1 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, dan Jumlah KK di Kecamatan Denpasar Utara ...40

Tabel 4.2 Hasil observasi Pola-Pola yang Digunakan di Sebelas Desa di Kecamatan Denpasar Utara, Menggunakan Beberapa Sampel Jalan (1/5)...42

Tabel 4.3 Jenis, Jumlah, dan Kondisi Sarana Pengangkut Sampah DKP Kota Denpasar ...46

Tabel 4.4 Data Hasil On-Board Survey Dump Truck Pembuangan Sampah ke TPA Suwung ...48

Tabel 4.5 Data Hasil On-Board Survey Dump Truck Pembuangan Sampah ke TPA Suwung ...48

Tabel 4.6 Titik Penempatan Kontainer Sampah yang Tercatat di Kecamatan Denpasar Utara ...49

Tabel 4.7 Jadwal Oprasional Pengumpulan Sampah yang Dilayani Oleh DKP...50

Tabel 4.8 Jumlah Sampel Timbulan Sampah Permukiman ...51

Tabel 4.9 Volume Timbulan Sampah Permukiman Per Hari Tahun 2015 ....53

Tabel 4.10 Tingkat Pertumbuhan Penduduk di Kecamatan Denpasar Utara ..54

Tabel 4.11 Proyeksi Tingkat Pertumbuhan Penduduk di Kecamatan Denpasar Utara 2014 Sampai Dengan 2018 ...54

Tabel 4.12 Volume Sampah Permukiman Setiap Kelurahan/Desa di Kecamatan Denpasar Utara Per Hari Tahun 2015 ...55

Tabel 4.13 Jumlah Sampel Timbulan Sampah non Permukiman (SD) ...56

Tabel 4.14 Jumlah Sampel Timbulan Sampah non Permukiman (Toko) ...56

Tabel 4.15 Jumlah Sampel Timbulan Sampah non Permukiman (Kantor Pemerintah) ...56

Tabel 4.16 Jumlah Sampel Timbulan Sampah non Permukiman (Pasar) ...56

Tabel 4.17 Volume Sampah Non-Permukiman di Kecamatan Denpasar Utara Tahun 2015 ...57

Tabel 4.18 Volume Total Sampah Permukiman dan Non-Permukiman Per hari pada Tahun 2015 di Kecamatan Denpasar Utara ...58

Tabel 4.19 Tingkat Pertumbuhan Penduduk di Kecamatan Denpasar Utara ...59

Tabel 4.20 Proyeksi Tingkat Pertumbuhan Penduduk di Kecamatan Denpasar Utara 2014 Sampai Dengan 2018 ...60

Tabel 4.21 Volume Sampah Permukiman Setiap Kelurahan/Desa di Kecamatan Denpasar Utara Per Hari Tahun 2018 ...60

Tabel 4.22 Volume Sampah non-Permukiman Setiap Kelurahan/Desa di Kecamatan Denpasar Utara Per Hari Tahun 2018 ...61

Tabel 4.23 Volume Total Sampah Permukiman dan Non-Permukiman Per hari pada Tahun 2018 di Kecamatan Denpasar Utara ...62


(11)

vi

Tabel 4.25 Hasil On-Board Survey Sistem Kontainer Angkat

(Arm-Roll Truck)

...63

Tabel 4.26 Hasil Rata-Rata On-Board Survey Sistem Kontainer Tetap ...65

Tabel 4.27 Hasil Perhitungan Kebutuhan Dump Truck Dari Tahun 2015 Sampai Dengan Tahun 2018

...66

Tabel 4.25 Hasil On-Board Survey Sistem Kontainer Angkat

(Arm-Roll Truck)


(12)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertumbuhan jumlah penduduk yang terus meningkat dengan pola hidup yang semakin konsumtif sudah tentu diikuti dengan meningkatnya produksi sampah. Pesatnya perkembangan pembangunan wilayah perkotaan di Indonesia, diikuti oleh peningkatan perpindahan sebagian rakyat pedesaan ke kota dengan anggapan akan memperoleh kehidupan yang lebih baik. Hal ini tentunya sangat berdampak pada peningkatan jumlah penduduk kota yang juga sebanding dengan limbah yang akan dihasilkan.

Sampah perkotaan di Indonesia saat ini sudah menjadi masalah yang sangat serius. Hal ini tampak dari berbagai pihak yang ikut serta dalam peningkatan mutu kesehatan masyarakat dan lingkungan permukiman Di kota- kota besar, sampah selalu menimbulkan berbagai masalah yang rumit untuk diselesaikan. Hal ini disebabkan karena dampak yang ditimbulkan menjadi masalah bagi lingkungan hidup.

Di Kota Denpasar khususnya di Kecamatan Denpasar Utara adalah wilayah yang sudah berkembang dengan masyarakat yang memiliki berbagai aktivitas. Pesatnya perkembangan jumlah penduduk di Kecamatan Denpasar Utara, menyebabkan jumlah produksi sampah hasil dari aktivitas penduduk dari tahun ke tahun semakin meningkat. Hal ini tentunya harus diimbangi dengan penyediaan lahan untuk menampung dan mengolah sampah. Terdapat dua aspek dalam pengelolaan sampah, yaitu aspek teknis dan aspek non teknis. Adapun aspek teknis yaitu pengangkutan sampah, pengumpulan sampah, pembuangan akhir, pengomposan, dan daur ulang, Sedangkan aspek non teknis terdiri atas keuangan, institusi dan instansi pemerintahan, partisipasi masyarakat, partisipasi pihak swasta, pungutan retribusi, perundang-undangan, peraturan pemerintahan, serta peran pemerintahan dalam bekerja sama membangun kota yang bersih.

Pengelolaan dan pengangkutan sampah di Kecamatan Denpasar Utara masih banyak mengalami permasalahan. Jika kita perhatikan, masalah yang


(13)

2

timbul adalah pengangkutan sampah yang melewati jalan raya mengakibatkan kemacetan. Banyak armada pengangkut sampah mengangkut sampah dengan kapasitas muatan over dan sampah yang diangkut kadangkala kembali berserakan dan beterbangan mengotori jalan. Fenomena ini terjadi karena jumlah armada pengangkut sampah di Kecamatan Denpasar Utara yang terbatas dan tidak cukup untuk mengangkut timbulan sampah setiap hari.

Dalam meningkatkan pelayanan kepada masyarakat perlu dilakukan perbaikan pada sistem pengangkutan sampah perkotaan berdasarkan jumlah transportasi yang dipergunakan. Jika perbaikan sistem pengangkutan sampah mampu dilaksanakan maka diharapkan permasalahan dalam pengangkutan sampah yang menumpuk di Kecamatan Denpasar Utara dapat terselesaikan. Oleh sebab itu penelitian yang akan dilakukan adalah tentang pengangkutan sampah, dengan tujuan utama untuk meminimalisir dampak dari penumpukan sampah yang memberikan dampak langsung bagi kesehatan masyarakat dan keindahan kota.

1.2 Rumusan Masalah

adalah:

Dari uraian di atas yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini

1. Bagaimana pola pengumpulan dan sistem pengangkutan sampah di Kecamatan Denpasar Utara.

2. Berapa volume timbulan sampah pada tahun 2015 di Kecamatan Denpasar Utara.

3. Berapakah kebutuhan alat pengangkut sampah sesuai dengan volume sampah yang dihasilkan di Kecamatan Denpasar Utara sampai tahun 2018. 1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Menganalisis pola pengumpulan dan sistem pengangkutan sampah di Kecamatan Denpasar Utara.

2. Untuk menganalisisi volume timbulan di Kecamatan Denpasar Utara di tahun 2015.


(14)

3

dihasilkan sampai tahun 2018.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi: 1. Mahasiswa.

Menambah pengetahuan, khususnya tentang alat pengangkut sampah di Kecamatan Denpasar Utara. Dapat memberikan gambaran tentang kondisi lingkungan sekitar, khususnya tentang sampah, serta dapat memberikan saran atau masukan kepada pemerintah Kota Denpasar tentang perbaikan pengelolaan pengangkutan sampah di Kecamatan Denpasar Utara.

2. Pemerintah

Sebagai acuan dalam menetapkan teknik operasional pengelolaan sampah yang baik, terutama dalam tahap pengumpulan dan pengangkutan sampah ke Tempat Pembuangan Akhir.

3. Masyarakat

Dapat menambah wawasan dan mengetahui informasi tentang pengelolaan sampah terutama yang berkaitan dengan pengumpulan dan pengangkutan sampah.

1.5 Batasan Masalah

Dengan pertimbangan keterbatasan biaya dan waktu pada penulisan tugas akhir ini maka diperlukan adanya pembatasan masalah guna memperdalam masalah yang ditinjau:

1. Pada perhitungan volume sampah digunakan data dari tahun 2009 sampai dengan 2015 dan memperhitungkan prediksi sampai 3 Tahun kedepan dengan data jumlah timbulan sampah yang sama dengan Tahun 2015.

2. Retribusi dan semua biaya yang ditimbulkan tidak di analisi.

3. Dalam analisis mengenai jumlah armada pengangkut sampah yang digunakan, dampak terhadap volume lalu lintas tidak diperhitungkan.


(15)

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Sampah

Sampah adalah limbah yang bersifat padat yang terdiri atas bahan organik

dan bahan anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar tidak membahayakan lingkungan dan melindungi investasi pembangunan (Standar Nasional Indonesia No. 19-3964-1994a).

2.2 Timbulan Sampah

Timbulan sampah, adalah banyaknya jumlah sampah yang dihasilkan di satu wilayah. Hal ini penting, karena untuk merencanakan jumlah peralatan yang diperlukan, merencanakan fasilitas TPA (Tchobanoglous et al, 1993), merencanakan rute pengumpulan dan merencanakan jumlah armada pengangkut.

Metode yang digunakan untuk menentukan jumlah timbulan sampah adalah pengukuran berat dan volume. Volume merupakan ukuran yang penting dalam penentuan kendaraan pengangkut sampah, karena jumlah muatan yang dapat dimuat oleh satu kendaraan dibatasi oleh volume. Menurut SNI, 19-3964-1994a, Berat dapat mengukur timbulan secara langung, dan apabila menggunakan volume sebagai metode penentuan, maka harus diperhatikan kembali derajat kepadatannya, atau berat spesifik sampah penyimpanan.

2.2.1 Definisi Timbulan Sampah

Dikutip dari Standar Nasional Indonesia nomor 19-2454-2002 Tahun 2002, timbulan sampah ialah banyaknya sampah yang timbul dari masyarakat dalam satuan volume atau berat per kapita perhari, atau perluas bangunan, atau perpanjang jalan (SNI 19-2454-2002).

2.2.2 Sumber Timbulan Sampah

Menurut SNI nomor 19-3983-1995, timbulan sampah terbagi atas dua bagian besar, yaitu sumber timbulan non-perumahan dan sumber timbulan perumahan. Dari dua sumber timbulan tersebut, dapat dibagi lagi menjadi:


(16)

5

a) Sumber sampah non-perumahan - Pasar

- Toko - Sekolah - Kantor

- Tempat ibadah - Hotel

- Restoran - Industri - Jalan

- Rumah sakit

- Fasilitas umum lainnya b) Sumber sampah perumahan

- Rumah non-permanen - Rumah semi permanen - Rumah permanen

2.2.3 Besar Timbulan Sampah

Besar timbulan sampah dapat dibedakan menjadi dua, yaitu berdasarkan klasifikasi kota dan komponen-komponen sumber sampah (SNI, 19-3983-1995 Tahun 1995). Standar besar timbulan dapat dilihat pada tabel 2.1 dan 2.2

Tabel 2.1 Besar Timbulan Sampah Berdasarkan Klasifikasi Kota No. Satuan

Klasifikasi Kota

Volume (liter/orang/hari)

Berat (kg/orang/hari) 1. Kota sedang 2,75–3,25 0,70–0,80 2. Kota kecil 2,5–2,75 0,625–0,70


(17)

6

Tabel 2.2 Besar Timbulan Sampah Berdasarkan Sumber Sampah No. Komponen Sumber

Sampah Satuan Volume (liter) Berat (kg) 1. Rumah permanen Per orang/hari 2,25-2,50 0,350-0,400 2. Rumah semi permanen Per orang/hari 2,00-2,25 0,300-0,350 3. Rumah non permanen Per orang/hari 1,75-2,00 0,250-0,300

4. Kantor Per

pegawai/hari 0,50-0,75 0,025-0,100 5. Toko/ruko Per

petugas/hari 2,50-3,00 0,150-0,350 6. Sekolah Per murid/hari 0,10-0,15 0,010-0,020 7. Jalan arteri sekunder Per meter/hari 0,10-0,15 0,020-0,100 8. Jalan kolektor sekunder Per meter/hari 0,10-0,15 0,010-0,050 9. Jalan lokal Per meter/hari 0,05-0,10 0,005-0,025

10. Pasar Per

meter2/hari 0,20-0,60 0,10-0,30

Sumber: SNI,1995

2.2.4 Standar Timbulan Sampah

Standar timbulan sampah atau bisa disebut juga dengan spesifikasi timbulan sampah adalah standar hasil timbulan yang diproduksi oleh sumber sampah. Standar ini disusun, oleh Badan Standar Nasional dengan maksud untuk memberikan kriteria perencanaan persampahan di kota kecil maupun sedang di Indonesia, dan untuk kota besar diharuskan melakukan pengukuran serta pengambilan contoh timbulan sampah (SNI, 19-3983-1995 Tahun 1995).. Adapun yang dimaksud dengan kota kecil dan kota sedang adalah:

- Kota kecil yaitu kota yang memiliki jumlah penduduk kurang dari 100.000 jiwa

- Kota sedang adalah kota yang memiliki jumlah penduduk berkirsaran 100.000 dan 500.000 jiwa


(18)

7

Denpasar merupakan masuk kategori kota besar, karena memiliki jumlah penduduk lebih dari 500.000 jiwa, maka untuk mengetahui banyaknya jumlah timbulan sampahnya harus dilakukan pengukuran secara langsung.

2.2.5 Jenis Sampah

yaitu:

Menurut Undang-Undang No.18 Tahun 2008, sampah dibagi menjadi 3,

1. Sampah rumah tangga, sampah yang dihasilkan oleh kegiatan sehari-hari dari rumah tangga, tidak termasuk tinja,dan sampah spesifik lainnya.

2. Sampah sejenis rumah tangga, yaitu sampah yang berasal dari kawasan industri, kawasan komersial, kawasan khusus, fasilitas sosisal dan fasilitas lainnya.

3. Sampah spesifik, sampah yang meliputi:

a. Sampah yang mengandung limbah berbahaya dan beracun. b. Sampah yang timbul akibat bencana.

c. Puing bongkaran bangunan.

d. Sampah yang timbul secara periodik.

e. Sampah yang secara teknologi belum dapat diolah.

Selain itu Penggolongan Sampah dapat dibagi atas beberapa kriteria, yaitu asal, komposisi, bentuk, lokasi, proses terjadinya, sifat, dan jenis-jenisnya, yaitu: 1. Penggolongan sampah berdasarkan komposisinya.

Pada suatu kegiatan mungkin akan menghasilkan jenis sampah yang sama, sehingga, komponen-komponen penyusunannya juga akan sama. Karena itu berdasarkan komposisinya, sampah dibedakan menjadi dua macam, yaitu: a. Sampah yang seragam. Sampah dari kegiatan industri pada umumnya

termasuk golongan ini. Sampah dari kantor sering terdiri atas kertas, kertas karbon, karton, dan masih digolongkan dalam sampah yang seragam. b. Sampah yang tidak seragam (campuran), misalnya sampah yang berasal

dari pasar atau sampah dari tempat-tempat umum. 2. Penggolongan sampah berdasarkan bentuknya.

Sampah dari rumah makan pada umumnya merupakan sisa air pencuci, sisa makanan yang bentuknya berupa cairan atau seperti bubur. Sedangkan


(19)

8

beberapa pabrik menghasilkan sampah berupa gas, uap air, debu atau sampah- sampah berbentuk padatan. Dengan demikian berdasarkan bentuknya ada dua macam sampah, yaitu:

a. Sampah berbentuk padatan (solid), misalnya daun, kertas, karton, kaleng, plastik, dsb.

b. Sampah berbentuk cairan (termasuk bubur), misalnya bekas air pencuci, bahan cairan yang tumpah. Limbah industri banyak juga yang berbentuk cair atau bubur, misalnya blotong (tetes) yaitu sampah dari pabrik tebu. 3. Penggolongan sampah berdasarkan lokasinya.

Baik di kota maupun luar kota, banyak dijumpai sampah bertumpuk-tumpuk. Berdasarkan lokasi terdapatnya sampah, dapat dibedakan:

a. Sampah kota (urban), yaitu sampah yang terkumpul di kota-kota besar. b. Sampah daerah, yaitu sampah yang terkumpul di luar perkotaan, misalnya

di desa, permukiman, dan di daerah pantai. 4. Penggolongan sampah berdasarkan proses terjadinya.

Berdasarkan atas proses terjadinya, dibedakan menjadi 2, yaitu:

a. Sampah alami, adalah sampah yang terjadi karena proses alami, misalnya rontoknya daun-daun tanaman di pekarangan rumah.

b. Sampah non-alami, adalah sampah yang terjadi karena kegiatan-kegiatan manusia.

5. Penggolongan sampah berdasarkan sifatnya.

Terdapat dua macam sampah yang sifat-sifatnya berlainan, yaitu:

a. Sampah organik, yang terdiri atas daun-daunan, kayu, kertas, karton, tulang, sisa makanan ternak, sayur dan buah. Sampah organik, dan oleh karenanya tersusun oleh unsur-unsur karbon, hidrogen dan oksigen. Bahan-bahan ini mudah didegradasi oleh mikroba.

b. Sampah anorganik, yang terdiri dari kaleng, plastik, besi dan logam-logam lainnya, gelas, mika, atau bahan-bahan yang tidak tersusun oleh senyawa- senyawa organik. Sampah ini tidak didegradasi oleh mikroba.


(20)

9

2.3 Pengelolaan Sampah

Pengelolaan sampah adalah sebagai kontrol terhadap timbulan sampah, pewadahan, pengumpulan, pengangkutan, proses dan pembuangan akhir sampah, dimana seluruh hal tersebut dikaitkan dengan prinsip-prinsip terbaik untuk kesehatan, ekonomi, konservasi, estetika lingkungan, keteknikan/enginering, dan juga sikap masyarakat.

Dalam menentukan strategi pengelolaan sampah ini diperlukan informasi mengenai timbulan sampah, laju penimbunan sampah, serta komposisi dan karakteristik sampah.

2.3.1 Teknik operasional pengelolaan sampah

Teknik operasional pengelolaan sampah merupakan sebuah proses kegiatan dalam mengelola sampah mulai dari pewadahan sampah, pengangkutan hingga pembuangan akhir yang bersifat terpadu dengan melakukan pemilahan dari sumber.

Pada Gambar 2.1 dapat dilihat Skema Teknik Operasional Pengelolaan Persampahan.

TIMBULAN SAMPAH

PEMILAHAN, PEWADAHAN, DAN PENGOLAHAN DI SUMBER

PENGUMPULAN

PEMINDAHAN

PENGANGKUTAN

PEMILAHAN DAN PENGOLAHAN

PEMBUANGAN AKHIR

Gambar 2.1 Diagram Teknik Operasional Pengelolaan Persampahan


(21)

10

2.3.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi sistem pengelolaan sampah Menurut SNI nomor 19 - 2454 - 2002 Tahun 2002 dijelaskan ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi sistem pengolahan sampah, diantaranya:

1. Karakteristik lingkungan dan sosial ekonomi; 2. Kepadatan dan penyebaran penduduk;

3. Timbulan dan karakteristik sampah; 4. Budaya sikap dan perilaku masyarakat;

5. Jarak dari sumber ke tempat pembuangan akhir sampah; 6. Rencana tata ruang dan pengembangan kota;

7. Sarana· pengumpulan, pengangkutan, pengolahan, dan pembuangan akhir sampah;

8. Biaya yang tersedia; 9. Peraturan daerah setempat.

2.3.3 Faktor penentu kualitas operasional pelayanan

Beberapa faktor yang mempengaruhi operasional pelayanan adalah sebagai berikut:

1. Tipe kota

2. Frekuensi pelayanan

3. Sampah terangkut dari lingkungan 4. Jenis peralatan dan jumlahnya 5. Restribusi

6. Peran aktif masyarakat 7. Timbulan sampah

8. K3 (kesehatan, keamanan, dan keselamatan) 2.3.4 Frekuensi pelayanan

Berdasarkan hasil penentuan skala kepentingan daerah pelayanan, frekuensi pelayanan dapat dibagi dalam beberapa kondisi sebagai berikut:

1. Pelayanan intensif antara lain: untuk jalan protokol, pusat kota, dan daerah komersil.


(22)

11

2. Pelayanan menengah antara lain: untuk kawasan permukiman teratur. 3. Pelayanan rendah antara lain: untuk daerah pinggiran kota.

2.4 Teknik Operasional

Dalam penentuan pemilihan teknik operasional yang akan digunakan, diperlukan beberapa faktor, yaitu faktor kondisi topografi, lingkungan daerah pelayanan, kondisi sosial, ekonomi, partisipasi masyarakat, jumlah, dan jenis timbulan sampah. Berdasarkan SNI 19 - 2454 - 2002, ada beberapa tahapan yang akan dilalui sampah sebelum sampah tersebut sampai di TPA. Adapun tahapan- tahapan tersebut diantaranya:

2.4.1 Tahap pewadahan sampah

Pewadahan sampah adalah aktivitas menampung sampah sementara yang lakukan oleh penghasil sampah. Aktivitas ini menggunakan tempat sampah atau kantong plastik yang besarnya disesuaikan dengan tingkat volume sampah yang dihasilkan oleh masing-masing sumber sampah. Pola pewadahan sampah dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Pewadahan individual adalah proses penampungan sampah sementara dalam suatu wadah khusus untuk dan dari sampah individu.

2. Pewadahan komunal adalah proses penampungan sampah sementara dalam suatu wadah bersama baik dari berbagai sumber maupun sumber umum. 2.4.2 Tahap Pengumpulan Sampah

Pengumpulan sampah adalah aktivitas penanganan yang tidak hanya mengumpulkan sampah dari wadah individual dan atau dari wadah komunal (bersama) melainkan juga mengangkutnya ke tempat terminal tertentu, baik dengan pengangkutan langsung maupun tidak langsung (SNI, No. 19-2454-2002 Tahun 2002).

Pola pengumpulan sampah berdasarkan SNI No. 19-2454-2002 Tahun 2002 adalah:

1. Pola individual langsung (door to door) adalah kegiatan pengambilan sampah dari rumah-rumah/sumber sampah dan diangkut langsung ke tempat


(23)

12

e. Bagi penghuni yang beroperasi di jalan protokol.

eteran

.

pembuangan akhir tanpa melalui kegiatan pemindahan, sesuai dengan gambar 2.2, dengan persyaratan sebagai berikut:

a. Kondisi topografi bergelombang (>15-40%), hanya alat pengumpul mesin yang dapat beroperasi.

b. Kondisi jalan yang cukup lebar dan tidak mengganggu pemakai jalan lainnya.

c. Kondisi dan jumlah alat memadai. d. Jumlah timbulan sampah > 0,3 m3/hari.

. . . . . .

. . . . .

Gambar 2.2 Pola Individual Langsung

TPA

(Sumber: SNI 19-2454-2002)

: Sumber timbulan sampah pewadahan individual. K gan untuk gambar 2.2:

: Gerakan alat pengangkut. : Gerakan alat pengumpul.

2. Pola individual tidak langsung adalah kegiatan pengambilan sampah dari sumber-sumber sampah dibawa ke lokasi pemindahan untuk kemudian diangkut ke tempat pembuangan akhir, sesuai dengan gambar 2.3, dengan persyaratan sebagai berikut:

a. Bagi daerah yang partisipasi masyarakatnya pasif, lahan untuk lokasi pemindahan tersedia.

b. Bagi kondisi topografi relatif datar (rata-rata < 5%) dapat menggunakan alat pengumpul non-mesin (gerobak, becak).

c. Alat pengumpul masih dapat menjangkau secara langsung.


(24)

13

pamakai jalan lainnya.


(25)

14

eteran

.

TPA

. . . . . .

. . . .

. . . . . .

Gambar 2.3 Pola Individual tidak langsung

(Sumber: SNI 19-2454-2002)

: Sumber timbulan sampah pewadahan individual. K gan untuk gambar 2.3:

: Lokasi Pemindahan. : Gerakan alat pengangkut. : Gerakan alat pengumpul.

3. Pola komunal langsung adalah kegiatan pengambilan sampah dari masing- masing titik komunal dan diangkut ke lokasi pembuangan akhir, sesuai dengan gambar 2.4, dengan persyaratan sebagai berikut:

a. Bila alat angkut terbatas.

b. Bila kemampuan pengendalian personil dan peralatan relatif rendah. c. Alat pengumpul sulit menjangkau sumber-sumber sampah individual

(kondisi daerah berbukit, gang/jalan sempit). d. Peran serta masyarakat tinggi.

e. Wadah komunal ditempatkan sesuai dengan kebutuhan dan lokasi yang mudah dijangkau oleh alat pengangkut (truk).


(26)

15

terang

.

TPA

Gambar 2.4 Pola komunal langsung

(Sumber: SNI 19-2454-2002)

: Sumber timbulan sampah pewadahan individual. Ke an untuk gambar 2.4:

: Pewadahan Komunal. : Gerakan alat pengangkut. : Gerakan alat pengumpul.

: Gerakan penduduk ke arah komunal.

4. Pola komunal tidak langsung adalah kegiatan pengambilan sampah dari masing-masing titik pewadahan komunal ke lokasi pemindahan untuk diangkut selanjutnya ke tempat pembuangan akhir, sesuai dengan gambar 2.5, dengan persyaratan sebagai berikut:

a. Peran serta masyarakat tinggi.

b. Lahan untuk lokasi pemindahan tersedia.

c. Wadah komunal di tempatkan sesuai dengan kebutuhan dan lokasi yang mudah dijangkau oleh alat pengumpul.

d. Tempat dengan kondisi topografi relatif datar (rata-rata < 5%) dapat menggunakan alat pengumpul non-mesin (gerobak, becak), bagi kondisi topografi > 5% dapat menggunakan cara lain seperti pikulan, kontainer kecil beroda dan karung.


(27)

16

e. Kondisi/lebar gang dapat dilalui alat pengumpul tanpa mengganggu pemakai jalan lainnya.


(28)

17

eranga : :

.

f. Harus ada organisasi pengumpulan sampah.

TPA

Gambar 2.5 Pola Komunal Tidak Langsung

(Sumber: SNI 19-2454-2002)

Sumber timbulan sampah pewadahan individual. Ket n untuk gambar 2.5:

Pewadahan Komunal. : Lokasi Pemindahan. : Gerakan alat pengangkut. : Gerakan alat pengumpul.

: Gerakan penduduk ke arah komunal

5. Pola penyapuan jalan adalah kegiatan pengumpulan sampah hasil penyapuan jalan, khususnya untuk jalan protokol, lapangan parkir, lapangan rumput dan lain-lain. Hasil penyapuan diangkut ke lokasi pemindahan untuk kemudian diangkut ke TPA, penanganan dilakukan berbeda untuk setiap daerah sesuai fungsi daerah yang dilayani, seperti gambar 2.6.


(29)

18

TPA


(30)

19

eteran

Gambar 2.6 Pola Penyapuan Jalan

(Sumber: SNI 19-2454-2002)

.

: Sumber timbulan sampah pewadahan individual. K gan untuk gambar 2.6:

: Pewadahan Komunal. : Gerakan alat pengangkut. : Gerakan alat pengumpul.


(31)

17

Gambar 2.7 Jenis–Jenis Pola Pengumpulan Sampah


(32)

18

2.4.3 Pemindahan Sampah

Pemindahan sampah adalah proses kegiatan memindahkan sampah hasil pengumpulan ke dalam alat pengangkut untuk dibawa ke tempat pembuangan akhir. Tipe pemindahan (transfer) ditampilkan dalam tabel 2.3.

Tabel 2.3 Tipe Pemindahan (Transfer)

No. Uraian Transfer Depo

Tipe I Transfer Depo Tipe II Transfer Depo Tipe III 1 2. 3. Luas lahan Fungsi Daerah pemakai

> 200 m2

 tempat pertemuan peralatan pengumpul dan pengangkutan sebelum

pemindahan.

 tempat penyimpanan atau kebersihan.  bengkel sederhana.  kantor wilayah

/pengendali.  tempat pemilahan.  tempat

pengomposan.

 baik sekali untuk daerah yang mudah mendapat lahan.

60 m2 – 200 m2

 tempat pertemuan peralatan pengumpul dan pengangkutan sebelum pemindahan.  tempat parkir

gerobak.  tempat

pemilahan.

10 m2– 20 m2

 tempat pertemuan gerobak dan kontainer (6- 10 m3).  lokasi

penempatan kontainer komunal (1-10 m3).

- daerah yang sulit mendapat lahan yang kosong dan daerah protokol.


(33)

19

2.4.4 Pengangkutan sampah

Pengangkutan sampah adalah proses memindahkan sarnpah dari lokasi pemindahan atau langsung dari sumber sampah menuju ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir). Menurut Standar Nasional Indoesia 19 - 2454 – 2002, pengangkutan sampah dibagi menjadi 3 pola pengangkutan, yaitu:

1. Pengangkutan sampah dengan sistem pengumpulan individu langsung (door to door), yaitu:

a. Truk pengangkut sampah dari pool menuju titik sumber sarnpah pertama untuk mengambil sampah;

b. Selanjutnya mengambil sampah pada titik-titik sumber sampah berikutnya sampai truk penuh sesuai dengan kapasitasnya;

c. Selanjutnya diangkut ke TPA sampah;

d. Setelah pengosongan di TPA, truk menuju ke lokasi sumber sampah berikutnya Sampah terpenuhi ritasi yang telah ditetapkan.

Pada gambar 2.8 adalah tahapan kegiatan dari pola pengangkutan sampah sistem individual langsung.

Dump Truck

Tong/Bin TPA Compactor Truck

Gambar 2.8 Pola Pengangkutan Sampah Sistem Individual Langsung

(Sumber : SNI 19-2454-2002)

2. Pengumpulan sampah melalui sistem pemindahan di transfer depo tipe I dan II, pada pola ini dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a. Kendaraan pengangkut sampah keluar dari pool langsung menuju lokasi pemindahan di transfer depo untuk mengangkut sampah ke TPA.

b. Dari kendaraan tersebut kembali ke transfer depo untuk pengambilan pada rute berikutnya.

Pool Kendaraan

Transfer depo

Tipe I dan II TPA Gambar 2.9 Pola Pengangkutan Sistem Transfer Depo


(34)

20

Keterangan untuk gambar 2.9

Pengangkutan sampah

Kembali ke transfer depo untuk ritasi berikutnya 3. Pengumpulan sampah dengan sistem kontainer transfer depo tipe (III). Pola

pengangkutan sampah ini dapat dibagi menjadi 4 pola pengangkutan: (1) Pola pengangkutan dengan sistem pengosongan kontainer cara 1.

Tahapan kegiatan dari sistem pengosongan container adalah sebagai berikut:

1. Kendaraan dari pool bergerak menuju lokasi kontainer pertama yang berisi penuh sampah.

2. Kendaraan membawa kontainer isi dari lokasi awal kontainer pertama menuju ke TPA.

3. Setelah isi kontainer dikeluarkan, kontainer yang sudah kosong dikembalikan ke tempat semula.

4. Kendaraan menuju lokasi kontainer yang berisi sampah berikutnya. 5. Kembali kendaran membawa kontainer yang berisi sampah ke

TPA.

6. Setelah isi kontainer dikeluarkan, kontainer yang sudah kosong dikembalikan ke tempat semula.

7. Proses ini terus berlangsung hingga semua kontainer yang berisi sampah dikosongkan dan dikembalikan ke tempat asal semula kontainer.


(35)

21 ISI KOSONG

A B A B A B 1

POOL

4 7 5

6 8 9 3

2

TPA

Gambar 2.10 Pola pengangkutan dengan sistem pengosongan kontainer cara 1 Keterangan gambar 2.10:

A = Kontainer isi

B = Kontainer kosong

= Pengangkutan sampah

(2) Pola pengangkutan dengan sistem pengosongan kontainer cara II

Tahapan kegiatan dari sistem pengosongan container adalah sebagai berikut:

1. Kendaraan dari pool menuju ke lokasi kontainer isi sampah pertama. 2. Kendaraan membawa kontainer yang berisi sampah pertama ke TPA. 3. Dari TPA Kendaraan membawa kontainer kosong menuju lokasi

kedua untuk menukar kontainer kosong dengan container isi. 4. Kendaraan membawa kontainer isi sampah kedua ke TPA. 5. Dari TPA Kendaraan membawa kontainer kosong menuju lokasi

ketiga untuk menukar kontainer kosong dengan container isi. 6. Kendaraan membawa kontainer isi ketiga ke TPA.

7. Kendaraan dari TPA dengan kontainer kosong menuju lokasi pertama untuk menurunkan kontainer kosong, kemudian kembali ke pool.


(36)

22 Kosong Isi

B A B A B A 7 1

2

POOL

6

4

3 5

6 TPA

Gambar 2.11 Pola pengangkutan dengan sistem pengosongan kontainer cara II

Keterangan gambar 2.11: A = Kontainer isi

B = Kontainer kosong

=Kembali ke transfer depo untuk ritasi berikutnya = Pengangkutan sampah

(3) Pola pengangkutan dengan sistem pengosongan kontainer cara III, Adapun tahapan kegiatannya:

1. Kendaraan dari pool dengan membawa kontainer kosong menuju ke lokasi kontainer isi pertama untuk mengganti / mengambil kontainer kosong dengan kontainer isi.

2. Kendaraan membawa kontainer isi pertama ke TPA.

3. Kendaraan dari TPA membawa kontainer kosong ke lokasi kedua untuk mengganti/menukar kontainer kosong dengan kontainer isi 4. Kendaraan membawa kontainer isi kedua ke TPA.

5. Kendaraan dari TPA membawa kontainer kosong ke lokasi ketiga untuk mengganti/menukar kontainer kosong dengan kontainer isi 6. Kendaraan membawa kontainer isi ketiga ke TPA.


(37)

23

KOSONG ISI

B A B A B A

1

2

POOL

7

4

3 5

6

TPA

Gambar 2.12 Pola pengangkutan dengan sistem pengosongan kontainer cara III

Keterangan pada gambar 2.12: A = Kontainer isi B = Kontainer kosong

= Pengangkutan sampa

Jumlah dan Waktu ritasi yang dapat dilakukan kendaraan sampah per hari dapat dihitung dengan persamaan (Tchobanoglous,Theisen,Vigil,1993):

THCS = PHCS + S + h………(2.1)

dimana:

THCS = Waktu per trip dari sistem kontainer bergerak (jam/trip)

PHCS = Waktu menuju lokasi berikut setelah meletakkan kontainer

kosong di lokasi sebelumnya, waktu mengambil kontainer penuh dan waktu mengembalikan kontainer kosong

S = Waktu terpakai di lokasi untuk menunggu dan membongkar sampah di TPA, jam/trip

h = waktu perjalanan menuju TPA dari lokasi kontainer

Untuk hauled container system nilai PHCS dan S relativ konstan,

tetapi waktu perjalanan dari TPS ke TPA tergantung pada jarak dan kecepatan yang ditempuh oleh kendaraan. Nilai h dapat ditentukan dari persamaan berikut:

h = a + (b.x) ………(2.2) dimana:


(38)

24

h = hauled time konstan (jam/trip)

a,b = konstanta, bersifat empiris, a (jam/trip) dan b (jam/km) x = jarak rata-rata lokasi kontainer/TPS ke TPA, km/trip Tabel 2.4 Konstanta empiris waktu angkut a dan b

No. Batas kecepatan a B

km/jam mil/jam jam/trip jam/km jam/mil

1. 88 55 0,016 0,011 0,018

2. 72 45 0,022 0,014 0,022

3. 56 35 0,034 0,018 0,029

4. 40 25 0,050 0,025 0,040

Sumber: Tchobanoglous, 1993

Dengan demikian didapat persamaan:

THCS = PHCS + S + a +(b.x)………...(2.3)

Waktu pick up per trip (PHCS) untuk hauled container system

dirumuskan sebagai berikut:

PHCS = pc + uc + dbc ………(2.4)

dimana:

pc = waktu meletakkan sampah dari truk (jam/trip) uc = waktu mengangkut sampah ke truk (jam/trip) dbc = waktu tempuh antara kontainer (jam/trip) Jumlah trip per hari:

Nd = { H (1 – W ) – ( t1 – t2 ) } / THcs ………...(2.5)

dimana:

Nd = jumlah trip (trip/hari)

H = waktu kerja per hari (jam/hari)

W = faktor waktu non produktif ( waktu untuk checking pagi dan sore, perbaikan dan hal tak terduga lainnya diperkirakan ) t1 = waktu dari pool ke lokasi pertama (jam)


(39)

25

(4) Pola pengangkutan dengan sistem pengosongan kontainer tetap, biasanya untuk kontainer kecil serta alat angkut berupa truk pemadat atau dump truk atau truk biasa. Adapun tahapannya sebagai berikut:

1. kendaraan dari pool menuju kontainer pertama, sampah di dalam container dituangkan ke dalam truk compactor dan meletakkan kembali kontainer yang kosong

2. kendaraan menuju ke kontainer berikutnya sehingga truk penuh. untuk kemudian langsung ke TPA

3. `demikian seterusnya sampai pada rit terakhir

Gambar 2.13 Pola pengangkutan dengan sistem kontainer tetap

Keterangan gamabar 2.13: = Kontainer isi = Kontainer kosong = Pengangkutan sampa

= meletakan kembali kontainer = rute kendaraan

2.5 Jenis Kendaraan Pengangkut Sampah

Kendaraan pengangkutan sampah adalah kendaraan pengumpul sampah dan mengangkut sampah dari tempat pengumpulan sampah menuju ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir). Di berbagai negara kendaraan pengangkut sampah


(40)

26

mempunyai standar bentuk konstruksi, ukuran, dan cara kerja yang berbeda. Oleh karena itu, berdasarkan penggeraknya, kendaraan pengangkut sampah dapat digolongkan menjadi dua. Yaitu kendaraan konvesional atau kendaraan tradisional yang digerakkan dengan tenaga manusia atau hewan, seperti gerobak sampah dan becak sampah. Sadangkan yang kedua adalah kendaraan modern atau kendaraan yang digerakkan dengan motor atau mesin seperti arm-roll truck. Berikut adalah penjelasan lebih lengkap dari masing-masing jenis kendaraan pengangkut sampah. 2.5.1 Gerobak

Gerobak adalah alat pengangkut sampah yang menggunakan tenaga manusia untuk menariknya. Terdapat berbagai macam bentuk dan volume gerobak pengangkut sampah. Volume gerobak 0,8 m3 sampai dengan 1,5 m3. Umumnya gerobak terbuat dari bahan plat besi, namun ada juga yang terbuat dari kayu dan papan. Gerobak dioperasikan sampai dengan 200 kepala keluarga (KK). Jumlah rit gerobak bervariasi antara 1-4 rit/hari, tergantung jarak perjalanan pengumpulan sampah.

2.5.2 Mobil Angkutan Bak Terbuka (Pick Up)

Mobil pick up adalah sejenis kendaraan bak terbuka yang digunakan untuk mengumpulkan dan mengangkut sampah. Kendaraan jenis ini tidak dilengkapi dengan peralatan hidrolik sehingga proses pembongkaran sampah di TPA berlangsung secara manual. Konstruksi bak kendaraan jenis ini biasanya terbuat dari plat besi dengan volume pengangkutanya antara 1,5 sampai 2 m3. Banyak keunggulan yang dimiliki oleh mobil pick up, mobil jenis ini mampu melewati jalan-jalan sempit dan biaya operasinya lebih rendah dibandingkan dengan dump truck. Maka dari itu banyak pengelola sampah swasta yang menggunakan mobil

pick up untuk mengumpulkan dan mengangkut sampah. 2.5.3 Truk Datar

Truk datar adalah truk pengangkut sampah tanpa dilengkapi peralatan

hidrolik, Sehingga proses pembongkaran sampah di TPA berlangsung secara manual. Truk datar hampir mirip dengan pick up, bedanya konstruksi bak truk datar biasanya terbuat dari kayu yang mudah diperbaiki dan murah, dapat


(41)

27

mengangkut sampah 8-10 m3. Bagian atas terbuka dan selama pengangkutan ditutup dengan jaring plastik agar sampah tidak berjatuhan.

2.5.4 Truk Hidrolik (Dump Truck)

Dump truck adalah truk dengan bak terbuat dari plat besi/baja yang bisa ditumpahkan dengan alat hidrolik. Dapat mengangkut sampah sampai dengan 8 m3. Pemuatan sampah di tempat pembuangan sementara lebih lama dibandingkan dengan arm-roll truck, karna dikerjakan dengan manual, tetapi pembongkaran di tempat pembuangan akhir lebih cepat dibandingkan dengan truk datar. Dump truck jauh lebih murah dibandingkan dengan arm roll truck, tetapi lebih mahal dibandingkan dengan truk datar. Jumlah rit yang dapat ditempuh dump truck

dihitung berdasarkan jarak menuju TPA. Untuk jarak dibawah 20 km jumlah rit maksimal sebanyak 4 kali, dan 2-3 rit untuk jarak antara 30-40 km. Namun perhitungan ini juga tergantung dengan waktu memuat sampah.

2.5.5 Truk Lengan Tarik Hidrolik (Arm-Roll Truck)

Arm roll truck adalah truk chasis yang dilengkapi dengan lengan tarik

hidrolik untuk mengangkat kontainer. Kontainer yang dibawa oleh arm roll truck

dibedakan menjadi 2 jenis berdasarkan volumenya, yaitu kontainer bervolume 6 m3 dan kontainer 8 m3. Arm roll truck relatif efektif dan efisien untuk mengangkut kontainer sampah karena waktu memuat dan membongkar sampah lebih singkat dibandingkan dengan alat pengangkut sampah yang lainnya sehingga harganya pun jauh lebih mahal. Jumlah rit arm roll truck dihitung sebanyak 6 kali sehari untuk jarak dibawah 20 km, dan 3-4 rit untuk jarak 30-40 km.

2.6 Analisis Tingkat Pelayanan Pengangkutan sampah

Yang dimaksud dengan sistem pengankutan sampah adalah sistem pengumpulan dan pengangkutan sampah secara keseluruhan. Metode sistem pengankutan barang tidak jauh beda dengan sistem angkutan barang atau sistem angkutan manusia. Indikator yang di gunakan untuk mengukur tingkat pelayanan pengangkutan sampah adalah rasio sampah terangkut, kecepatan perjalanan kecepatan memuat sampah, rasio tenaga kerja dan indeks efisiensi ppengangkutan.


(42)

28

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi dalam menganalisis tingkat pelayanan pengangkutan sampah adalah:

a. Jumlah penduduk dan jaumlah timbulan sampah orang per hari. b. Volume sampah

c. Jarak perjalan mengangkut sampah d. Waktu perjalan mengangkut sampah e. Waktu memuat sampah

f. Jenis, dan jumlah rit kendaraan pengankut sampah g. Jumlah tenaga kerja

2.6.1 Rasio sampah terangkut

Rasio sampah terangkut adalah perbandingan antara jumlah sampah yang dapat dikumpulkan dan diangkut ke TPA dengan jumlah sampah yang dihasilkan salam satu daerah tertentu. Untuk daerah yang digunakan dalam penelitian ini adalah daerah Kecamatan Denpasar Utara. Dalam menghitung rasio sampah terangkut, digunakan persamaan berikut ini:

RST = VSt …..... (2.6)

VS

dengan:

RST = Rasio sampah yang terangkut

VSt = Volume sampah yang terangkut ( M3 )

VS = Volume sampah yang dihasilkan pada satu daerah Jika,

RST < 1 maka dibutuhkan kendaraan/jumlah rit (supply) tampahan

RST = 1 maka volume yang terangkut dan yang dihasilkan seimbang

RST > maka sistem perangkutanya tidak efisien

2.6.2 Kecepatan perjalanan

Kecepatan perjalanan adalah kecepatan rata-rata kendaraan pengumpulan dan pengangkutan sampah. Nilai ini diperoleh dari perbandigan jarak perjalanan dan waktu perjalanan. Bila nilai kecepatan semakin besar maka semakin tinggi pola pengumpulan/pengankutan dan kendaraan. Persamaan yang digunakan adalah:


(43)

29

Jp

v = …..... (2.7)

Wp

dengan:

v = Kecepatan rata-rata perjlanan (km/jam)

Jp =jarak perjalanan ( km )

WM= Waktu perjalanan (jam) 2.6.3 Kecepatan Memuat Sampah

Kecepatan memuat sampah (loading time) ialah kecepatan rata-rata memuat sampah ke kendaraan pengumpul dan pengangkut sampah. Nilai ini di peroleh dari perbandingan volume bak kendaraan dengan waktu memuat sampah. Semakin besar nilai kecepatan memuat sampah, maka semakin tinggi efiensi pola dan kendaraan pengangkutan dan pengupulan. Persamaan rumus yang digunakan sebagai berikut:

vm = VB …..... (2.8)

WM

dengan:

vm = Kecepatan rata-rata memuat sampah (m3/jam)

VB= Volume bak/ kontainer ( M3 )

WM= Waktu memuat sampah (jam) 2.6.4 Rasio Tenaga Kerja

Rasio tenaga kerja adalah perbandingan antara jumlah tenaga kerja dalam satu kendaraan dengan kapasitas kontainer/bak kedaraan yang digunakan. Semakin kecil nilai rasio tenaga kerja berarti semakin tinggi tingkat efisiensi pola pengankutan dan kendaraan. Rumus persamaan yang digunakan adalah:

RTK =

dengan:

NTK …..... (2.9) VB

RTK = Rasio Tenaga Kerja (orang/m3)

VB = Volume bak/ kontainer ( M3 )


(44)

30

2.6.5 Estimasi Kebutuhan Jumlah Perangkat Sampah

Untuk memperkirakan jumlah kendaraan dan jenis perangkutan sampah dilakukan perhitungan berdasarkan dengan jumlah timbulan sampah per daerah dibagi dengan perkalian antara volume kontainer/bak dan jumlah rit kendaraan. Rumus persamaan yang digunakan untuk estimasi kebutuhan jumlah perangkat sampah adalah:

NK = VS

NRK .VB …..

... (2.10) dengan:

NK = Jumlah kendaraan (unit)

VS = Volume sampah ( m3 )

NRK =Jumlah rit kendaraan dalam satu hari

VB = Volume bak/ kontainer ( m3 ) 2.6.6 Metode pengambilan sampel

Sebelum melakukan pengambilan sampel, dilakukan perhitungan dengan metode standar dari SNI 19-3954-1994, yang bertujuan agar kita mengetahui berapa sampel yang kita jadikan rata-rata timbulan sampah perharinya. Ada pun rumus persamaannya sebagai berikut:

Jumlah sampel.

Pengambilan sampel dilakukan secara acak dengan jumlah sebagai berikut 1. Jumlah sampel jiwa dan KK dihitung berdasarkan persamaan 2.11

dan 2.12

S = Cd ……….(2.11) Dimana:

S : jumlah sampel ( jiwa )

Cd : Koefisien Perumahan Dengan

Koefisien kota besar = 1 Koefisien kota kecil sampai sedang = 0.5

Ps : Populasi ( Jiwa )


(45)

31

K = ………(2.12) Dimana:

K: Jumlah sampel (KK)

N: Jumlah jiwa per keluarga

2. Jumlah timbulan dari perumahan sebagai berikut:

- Sampel dari perumahan semi permanen = (S1xK)keluarga

- Samapel dari perumahan permanen = (S2 x K)keluarga

- Samapel dari perumahan non-permanen = (S3 x K)keluarga

Dimana:

S1 = proporsi jumlah KK semi permanen (%)

S2 = proporsi jumlah KK permanen (%)

S3 = proporsi jumlah KK non-permanen (%)

(Sumber: SNI 19-3954-1994)

3. Perhitungan laju pertumbuhan penduduk. Hal ini dikarenakan agar kita dapat mempredikisi jumlah sampah yang diproduksi oleh penduduk yang tumbuh. Perhitungan pertumbuhan penduduk dapat dihitung dengan menggunakan dua cara, sebagai berikut:

- Laju pertumbuhan penduduk eksponensial

Laju pertumbuhan penduduk yang menggunakan asumsi bahwa pertumbuhan penduduk berlangsung terus-menerus akibat adanya kelahiran dan kematian di setiap waktu. Dengan rumus:

Pt= Poert………(2.13)

Atau

r= In( )………(2.14) dimana:

Pt = Jumlah penduduk pada Tahun t Po = Jumlah penduduk pada Tahun dasar

t = jangka waktu

r = laju pertumbuhan penduduk


(46)

32

- Laju pertumbuhan penduduk geometrik

Laju pertumbuhan penduduk menggunakan asumsi bahwa laju pertumbuhan penduduk sama setiap Tahunnya. Dengan rumus:

………(2.15)

Atau

( ) ………(2.16) Dimanan

= jumlah penduduk pada Tahun t

= jumlah penduduk pada Tahun dasar

t = jangka waktu

r = laju pertumbuhan penduduk

(google, rumus pertumbuhan penduduk)

 Jumlah sampel timbulan sampah dari non perumahan dihitung berdasarkan Rumus 2.17

S = Cd Ts ……… (2.17)

(Sumber: SNI 19-3954-1994)

dengan:

S : jumlah sampel masing-masing sumber sampah non perumahan Cd : koefisien non perumahan

koefisien kota besar (jumlah penduduk > 500.000 jiwa) = 1 koefisien kota sedang (jumlah penduduk 100.000-500.000 jiwa)= 0,5 koefisien kota kecil (jumlah penduduk < 100.000 jiwa) = 0,5 Ts : jumlah sumber non perumahan


(47)

(1)

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi dalam menganalisis tingkat pelayanan pengangkutan sampah adalah:

a. Jumlah penduduk dan jaumlah timbulan sampah orang per hari. b. Volume sampah

c. Jarak perjalan mengangkut sampah d. Waktu perjalan mengangkut sampah e. Waktu memuat sampah

f. Jenis, dan jumlah rit kendaraan pengankut sampah g. Jumlah tenaga kerja

2.6.1 Rasio sampah terangkut

Rasio sampah terangkut adalah perbandingan antara jumlah sampah yang dapat dikumpulkan dan diangkut ke TPA dengan jumlah sampah yang dihasilkan salam satu daerah tertentu. Untuk daerah yang digunakan dalam penelitian ini adalah daerah Kecamatan Denpasar Utara. Dalam menghitung rasio sampah terangkut, digunakan persamaan berikut ini:

RST = VSt …..... (2.6) VS

dengan:

RST = Rasio sampah yang terangkut

VSt = Volume sampah yang terangkut ( M3 )

VS = Volume sampah yang dihasilkan pada satu daerah

Jika,

RST < 1 maka dibutuhkan kendaraan/jumlah rit (supply) tampahan

RST = 1 maka volume yang terangkut dan yang dihasilkan seimbang

RST > maka sistem perangkutanya tidak efisien

2.6.2 Kecepatan perjalanan

Kecepatan perjalanan adalah kecepatan rata-rata kendaraan pengumpulan dan pengangkutan sampah. Nilai ini diperoleh dari perbandigan jarak perjalanan dan waktu perjalanan. Bila nilai kecepatan semakin besar maka semakin tinggi pola pengumpulan/pengankutan dan kendaraan. Persamaan yang digunakan


(2)

Jp

v = …..... (2.7)

Wp

dengan:

v = Kecepatan rata-rata perjlanan (km/jam)

Jp =jarak perjalanan ( km )

WM= Waktu perjalanan (jam)

2.6.3 Kecepatan Memuat Sampah

Kecepatan memuat sampah (loading time) ialah kecepatan rata-rata memuat sampah ke kendaraan pengumpul dan pengangkut sampah. Nilai ini di peroleh dari perbandingan volume bak kendaraan dengan waktu memuat sampah. Semakin besar nilai kecepatan memuat sampah, maka semakin tinggi efiensi pola dan kendaraan pengangkutan dan pengupulan. Persamaan rumus yang digunakan sebagai berikut:

vm = VB …..... (2.8) WM

dengan:

vm = Kecepatan rata-rata memuat sampah (m3/jam)

VB= Volume bak/ kontainer ( M3 )

WM= Waktu memuat sampah (jam)

2.6.4 Rasio Tenaga Kerja

Rasio tenaga kerja adalah perbandingan antara jumlah tenaga kerja dalam satu kendaraan dengan kapasitas kontainer/bak kedaraan yang digunakan. Semakin kecil nilai rasio tenaga kerja berarti semakin tinggi tingkat efisiensi pola pengankutan dan kendaraan. Rumus persamaan yang digunakan adalah:

RTK =

dengan:

NTK …..... (2.9) VB

RTK = Rasio Tenaga Kerja (orang/m3)

VB = Volume bak/ kontainer ( M3 )


(3)

2.6.5 Estimasi Kebutuhan Jumlah Perangkat Sampah

Untuk memperkirakan jumlah kendaraan dan jenis perangkutan sampah dilakukan perhitungan berdasarkan dengan jumlah timbulan sampah per daerah dibagi dengan perkalian antara volume kontainer/bak dan jumlah rit kendaraan. Rumus persamaan yang digunakan untuk estimasi kebutuhan jumlah perangkat sampah adalah:

NK = VS

NRK .VB …..

... (2.10) dengan:

NK = Jumlah kendaraan (unit)

VS = Volume sampah ( m3 )

NRK =Jumlah rit kendaraan dalam satu hari

VB = Volume bak/ kontainer ( m3 )

2.6.6 Metode pengambilan sampel

Sebelum melakukan pengambilan sampel, dilakukan perhitungan dengan metode standar dari SNI 19-3954-1994, yang bertujuan agar kita mengetahui berapa sampel yang kita jadikan rata-rata timbulan sampah perharinya. Ada pun rumus persamaannya sebagai berikut:

Jumlah sampel.

Pengambilan sampel dilakukan secara acak dengan jumlah sebagai berikut 1. Jumlah sampel jiwa dan KK dihitung berdasarkan persamaan 2.11

dan 2.12

S = Cd ……….(2.11)

Dimana:

S : jumlah sampel ( jiwa )

Cd : Koefisien Perumahan

Dengan

Koefisien kota besar = 1 Koefisien kota kecil sampai sedang = 0.5


(4)

K = ………(2.12) Dimana:

K: Jumlah sampel (KK)

N: Jumlah jiwa per keluarga

2. Jumlah timbulan dari perumahan sebagai berikut:

- Sampel dari perumahan semi permanen = (S1xK)keluarga

- Samapel dari perumahan permanen = (S2 x K)keluarga

- Samapel dari perumahan non-permanen = (S3 x K)keluarga

Dimana:

S1 = proporsi jumlah KK semi permanen (%)

S2 = proporsi jumlah KK permanen (%)

S3 = proporsi jumlah KK non-permanen (%)

(Sumber: SNI 19-3954-1994)

3. Perhitungan laju pertumbuhan penduduk. Hal ini dikarenakan agar kita dapat mempredikisi jumlah sampah yang diproduksi oleh penduduk yang tumbuh. Perhitungan pertumbuhan penduduk dapat dihitung dengan menggunakan dua cara, sebagai berikut:

- Laju pertumbuhan penduduk eksponensial

Laju pertumbuhan penduduk yang menggunakan asumsi bahwa pertumbuhan penduduk berlangsung terus-menerus akibat adanya kelahiran dan kematian di setiap waktu. Dengan rumus:

Pt= Poert………(2.13)

Atau

r= In( )………(2.14)

dimana:

Pt = Jumlah penduduk pada Tahun t Po = Jumlah penduduk pada Tahun dasar

t = jangka waktu

r = laju pertumbuhan penduduk


(5)

- Laju pertumbuhan penduduk geometrik

Laju pertumbuhan penduduk menggunakan asumsi bahwa laju pertumbuhan penduduk sama setiap Tahunnya. Dengan rumus:

………(2.15)

Atau

( ) ………(2.16) Dimanan

= jumlah penduduk pada Tahun t

= jumlah penduduk pada Tahun dasar

t = jangka waktu

r = laju pertumbuhan penduduk

(google, rumus pertumbuhan penduduk)

 Jumlah sampel timbulan sampah dari non perumahan dihitung berdasarkan Rumus 2.17

S = Cd Ts ……… (2.17) (Sumber: SNI 19-3954-1994)

dengan:

S : jumlah sampel masing-masing sumber sampah non perumahan Cd : koefisien non perumahan

koefisien kota besar (jumlah penduduk > 500.000 jiwa) = 1 koefisien kota sedang (jumlah penduduk 100.000-500.000 jiwa)= 0,5 koefisien kota kecil (jumlah penduduk < 100.000 jiwa) = 0,5 Ts : jumlah sumber non perumahan


(6)