Pengaruh Free Cash Flow, Leverage, Outsider Ownership Dan Kebijakan Dividen Terhadap Kos Keagenan.

PENGARUH FREE CASH FLOW, LEVERAGE, OUTSIDER OWNERSHIP,
DAN KEBIJAKAN DIVIDEN TERHADAP KOS KEAGENAN

SKRIPSI

Oleh :
NI LUH AYU SUKRISNA DEWI
NIM :1215351057

PROGRAM EKSTENSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2016

i

PENGARUH FREE CASH FLOW, LEVERAGE, OUTSIDER OWNERSHIP,
DAN KEBIJAKAN DIVIDEN TERHADAP KOS KEAGENAN

Oleh :

NI LUH AYU SUKRISNA DEWI
NIM :1215351057

Skripsi ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
di Program Ekstensi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Udayana
Denpasar
2016

i

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi ini telah diuji oleh tim penguji dan disetujui oleh Pembimbing, serta diuji
pada tanggal : 16 Februari 2016

Tim Penguji :
1. Ketua


Tanda tangan
: Dr. I Ketut Sujana, SE, M.Si., Ak

......………….

2. Sekretaris : Dr. Gerianta Wirawan Yasa, SE, M.Si

......………….

3. Anggota

......………….

: Ni Gusti Putu Wirawati, SE, M.Si

Mengetahui,
Ketua Jurusan Akuntansi

Dr. A.A.G.P. Widanaputra, SE, M.Si.,Ak.
NIP. 19650323 199103 1 004


Pembimbing

Dr. Gerianta Wirawan Yasa, SE, M.Si
NIP. 19650123 199303 1 002

ii

PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa sepanjang pengetahuan saya, di
dalam Naskah Skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh
orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu Perguruan Tinggi dan tidak
terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain,
kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar
pustaka.
Apabila ternyata di dalam naskah skripsi ini dapat dibuktikan terdapat
unsur-unsur plagiasi, saya bersedia di proses sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku.

Denpasar, Februari 2016

Mahasiswa,

Ni Luh Ayu Sukrisna Dewi
NIM: 1215351057

iii

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa / Tuhan Yang Maha
Esa, karena atas berkatrahmat-Nya, skripsi yang berjudul “Pengaruh Free Cash
Flow, Leverage, Outsider Ownership, dan Kebijakan Dividen terhadap Kos
Keagenan” dapat diselesaikan sesuai dengan yang direncanakan. Pada
kesempatan ini, penulis menyampaikan terimakasih kepada:
1.

Dr. I Nyoman Mahaendra Yasa, SE., M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Udayana.

2.


Prof. Dr. Ni Nyoman Kerti Yasa, SE., M.S., selaku Pembantu Dekan I
FakultasEkonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

3.

Dr. A. A. G. P. Widanaputra, SE, M.Si., Ak., selaku Ketua Jurusan
Akuntansi, serta Dr. I Dewa Nyoman Badera, SE, M.Si., selaku Sekretaris
Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

4.

Drs. I Ketut Suardika Natha, M.Si., selaku Ketua Program Ektensi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

5.

Dr. Bambang Suprasto H, SE, M.Si., Ak. Selaku Pembimbing Akademik

6.


Dr. Gerianta Wirawan Yasa, SE, M.Si selaku Dosen Pembimbing atas
waktu, bimbingan, masukan, serta motivasi sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.

7.

Dr. I Ketut Sujana, SE, M.Si.,Ak. selaku Dosen Pembahas atas masukan
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

8.

Kedua orang tua penulis I Wayan Sukarma dan Ni Nyoman Ratna Dewi atas
motivasi dan masukan yang diberikan dan semua anggota keluarga yang

iv

selalu memberikan dorongan semangat dan doa yang sangat berarti bagi
penulis.
9.


Teman-teman seperjuangan Meli Yuliana, Putu Kartika Wijayanthi, Luh
Made Dwi Parama Yogi, dan Dewi Octaviani yang telah memberikan
dukungan dan motivasi bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi.

10.

Teman-teman seperjuangan FEB Unud Angkatan 2012 atas kerjasama dan
kebersamaannya.

11.

Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih belum sempurna.

Oleh karena itu, kritik dan saran sangat diharapkan sebagai masukan yang
berharga. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan semua pihak yang
terkait.

Denpasar, Februari 2016


Penulis

v

Judul
Nama
NIM

: Pengaruh Free Cash Flow, Leverage, Outsider Ownership, dan
Kebijakan Dividen terhadap Kos Keagenan
: Ni Luh Ayu Sukrisna Dewi
: 1015351057
ABSTRAK

Hubungan keagenan antara pemegang saham dengan manajemen
menimbulkan konflik keagenan yang disebabkan karena adanya asimetri
informasi. Konflik keagenan memicu timbulnya kos keagenan. Free cash flow
dalam jumlah yang besar mengakibatkan meningkatnya kos keagenan, sehingga
untuk meminimalisir kos keagenan dapat digunakan dengan meningkatkan
leverage, kepemilikan saham dari luar seperti institusional dan asing, serta

kebijakan dividen. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
dari free cash flow, leverage, kepemilikan institusional, kepemilikan asing, dan
kebijakan dividen terhadap kos keagenan.
Penelitian ini dilakukan pada seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia dalam tahun pengamatan 2012-2014. Sampel dipilih dengan
teknik purposive sampling dan diperoleh 49 perusahaan yang memenuhi kriteria
dengan 147 pengamatan . Teknik analisis yang digunakan adalah regresi linear
berganda, dan terdapat uji tambahan yaitu uji sensitivitas untuk membandingkan
proksi kos keagenan diantaranya selling and general administrative dan asset
turnover.
Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan regresi linear berganda
diperoleh bahwa free cash flow berpengaruh positif terhadap kos keagenan,
leverage berpengaruh negatif terhadap kos keagenan, kepemilikan institusional
berpengaruh positif terhadap kos keagenan, dan kepemilikan asing serta kebijakan
dividen tidak berpengaruh terhadap kos keagenan. Sedangkan dalam uji
sensitivitas diketahui bahwa proksi selling and general administrative lebih
mampu menjelaskan kos keagenan dibandingkan dengan asset turnover.
Kata Kunci : free cash flow, leverage, kepemilikan institusional, kepemilikan
asing, kebijakan dividen, agency cost.


vi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................
PERNYATAAN ORISINALITAS ............................................................
KATA PENGANTAR ...............................................................................
ABSTRAK .................................................................................................
DAFTAR ISI ..............................................................................................
DAFTAR TABEL ......................................................................................
DAFTAR GAMBAR .................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN ..............................................................................
BAB I

BAB II

BAB III

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ...................................................
1.2 Rumusan Masalah Penelitian ...........................................
1.3 Tujuan Penelitian ..............................................................
1.4 Kegunaan Penelitian .........................................................
1.5 Sistematikan Penulisan .....................................................
KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS
2.1 Landasan Teori ..................................................................
2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) .........................
2.1.2 Mekanisme
Untuk
Mengurangi
Masalah
Keagenan ...............................................................
2.1.3 Kos Keagenan (Agency Cost) ................................
2.1.4 Struktur Kepemilikan (Ownes\rship Structure) ...
2.1.5 Free Cash Flow .....................................................
2.1.6 Leverage ................................................................
2.1.7 Kebijakan Dividen .................................................
2.2 Hipotesis Penelitian ...........................................................
2.2.1 Pengaruh Free Cash Flow Terhadap Kos
Keagenan ...............................................................
2.2.2 Pengaruh Leverage Terhadap Kos Keagenan .......
2.2.3 Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap
Kos Keagenan ........................................................
2.2.4 Pengaruh Kepemilikan Asing Terhadap Kos
Keagenan ...............................................................
2.2.5 Pengaruh Kebijakan Dividen Terhadap Kos
Keagenan ...............................................................
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian ...............................................................
3.2 Lokasi atau Ruang Lingkup Wilayah Penelitian ...............
3.3 Objek Penelitian ................................................................
3.4 Identifikasi Variabel ..........................................................
vii

i
ii
iii
iv
vi
vii
x
xi
xii

1
9
10
11
12

14
14
16
19
21
25
26
28
33
33
34
35
35
36

37
37
38
38

3.5 Definisi Operasional Variabel ...........................................
3.5.1 Kos Keagenan .......................................................
3.5.2 Free Cash Flow .....................................................
3.5.3 Leverage ................................................................
3.5.4 Kepemilikan Institusional .....................................
3.5.5 Kepemilikan Asing ................................................
3.5.6 Kebijakan Dividen .................................................
3.6 Jenis dan Sumber Data ......................................................
3.7 Populasi, Sampel dan Metode Penentuan Sampel ............
3.7.1 Populasi .................................................................
3.7.2 Sampel dan Metode Penentuan Sampel ................
3.8 Metode Pengumpulan Data ...............................................
3.9 Teknik Analisis Data .........................................................
3.9.1 Uji Statistik Deskriptif ..........................................
3.9.2 Uji Asumsi Klasik .................................................
3.9.3 Analisis Regresi Linear Berganda .........................
3.9.4 Koefisien Determinasi ...........................................
3.9.5 Uji Klayakan Model (Uji F) .................................
3.9.6 Uji Hipotesis (Uji t) ..............................................
3.9.7 Uji Sensitivitas ......................................................
BAB IV

PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Daerah atau Wilayah Penelitian ..........
4.2 Deskripsi Data Hasil Penelitian .........................................
4.3 Hasil Analisis Statistik Deskriptif .....................................
4.4 Hasil Uji Asumsi Klasik ....................................................
4.4.1 Hasil Uji Normalitas..............................................
4.4.2 Hasil Uji Heterokedastisitas ..................................
4.4.3 Hasil Uji Multikolinearitas ....................................
4.4.4 Hasil Uji Autokorelasi ...........................................
4.5 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda ............................
4.6 Koefisien Determinasi .......................................................
4.7 Uji Kelayakan Model (Uji F) ............................................
4.8 Hasil Uji Hipotesis.............................................................
4.9 Pembahasan Hasil Penelitian .............................................
4.9.1 Pengaruh Free Cash Flow Terhadap Kos
Keagenan ...............................................................
4.9.2 Pengaruh Leverage Terhadap Kos Keagenan .......
4.9.3 Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap
Kos Keagenan ........................................................
4.9.4 Pengaruh Kepemilikan Asing Terhadap Kos
Keagenan ...............................................................
4.9.5 Pengaruh Kebijakan Dividen Terhadap Kos
Keagenan ...............................................................
4.10 Pembahasan Hasil Uji Sensitivitas .................................
4.10.1 Uji Asumsi Klasik ..................................................
viii

39
39
39
40
41
41
41
42
42
42
42
43
43
43
44
47
48
48
48
49

51
52
53
57
58
58
59
60
61
62
62
62
65
65
65
66
67
68
69
69

4.10.2 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda..................

71

PENUTUP
5.1 Simpulan ............................................................................
5.2 Keterbatasan Penelitian .....................................................
5.3 Saran ..................................................................................

74
76
77

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................
LAMPIRAN-LAMPIRAN .......................................................................

79
85

BAB V

ix

DAFTAR TABEL
No.

Tabel

Halaman

Tabel 4.1
Tabel 4.2
Tabel 4.3
Tabel 4.4
Tabel 4.5
Tabel 4.6
Tabel 4.7
Tabel 4.8
Tabel 4.9
Tabel 4.10
Tabel 4.11
Tabel 4.12
Tabel 4.13

Seleksi Jumlah Sampel Penelitian .......................................
Statistik Deskriptif Variabel Penelitian ...............................
Hasil Uji Normalitas ............................................................
Hasil Uji Heterokedastisitas ................................................
Hasil Uji Multikolinearitas ..................................................
Hasil Uji Autokorelasi .........................................................
Hasil Analisis Regresi Linear Berganda..............................
Hasil Uji Normalitas Proksi Asset Turnover .......................
Hasil Uji Heterokedastisitas Proksi Asset Tunover .............
Hasil Uji Multikolinearitas Proksi Asset Tunover ...............
Hasil Uji Autokorelasi Proksi Asset Tunover ......................
Hasil Analisis Regresi Linear Berganda..............................
Perbandingan Hasil Uji Model Keseluruhan .......................

x

52
53
58
59
59
60
61
69
70
70
71
72
73

DAFTAR GAMBAR

No.

Gambar

Halaman

3.1

Desain Penelitian .................................................................

xi

37

DAFTAR LAMPIRAN

No.

Lampiran

1

Daftar Nama Perusahaan Sampel yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia Tahun 2012-2014 .......................................
Daftar Nama Perusahaan Sampel Proksi SGA ....................
Daftar Nama Perusahaan Sampel Uji Sensitivitas Proksi
AT ........................................................................................
Data Variabel Sampel Penelitian .........................................
Statistik Deskriptif Data Uji ................................................
Uji Normalitas .....................................................................
Uji Heteroskedastisitas ........................................................
Uji Multikolinearitas ...........................................................
Uji Autokorelasi ..................................................................
Regresi Linear Berganda .....................................................
Uji Normalitas AT ...............................................................
Uji Heteroskedastisitas AT ..................................................
Uji Multikolinearitas AT .....................................................
Uji Autokorelasi AT ............................................................
Regresi Linear Berganda AT ...............................................
Tabel Durbin Watson ..........................................................

2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16

Halaman

xii

85
87
89
90
94
95
96
97
98
99
100
101
102
103
104
105

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Perusahaan yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia (BEI) merupakan
perusahaan go public yang menjual sahamnya kepada masyarakat luas. Sesuai
dengan keputusan ketua Bapepam dan LK (Badan Pengawasan Pasar Modal dan
Lembaga Keuangan) Nomor: Kep-346/BL/2011 mengenai pasar modal dijelaskan
bahwa laporan keuangan tahunan wajib disampaikan oleh perusahaan go public
kepada Bapepam dan LK dan diumumkan kepada masyarakat paling lambat pada
akhir bulan ketiga setelah tanggal laporan keuangan tahunan. Masyarakat maupun
pihak-pihak yang memiliki kepentingan atas laporan keuangan tersebut dapat
mengakses ke situs resmi BEI. Para pemegang saham adalah pihak yang
menerima langsung dampak yang diakibatkan oleh keputusan yang dibuat oleh
manajemen. Ketika manajemen membuat suatu keputusan, manajemen tidak
selalu mengutamakan kesejahteraan dari pemegang sahamnya melainkan
pengambilan keputusan yang cenderung untuk meningkatkan utilitasnya sendiri.
Perusahaan-perusahaan besar seperti Enron, Tyco, WorldCom, London &
Commonwealth, dan perusahaan besar lainnya telah mengalami kebangkrutan
yang diakibatkan oleh kegagalan strategi dan kecurangan oleh manajemen puncak
yang telah berlangsung lama dikarenakan lemahnya pengawasan independen
(Kaihatu, 2006). Pengabaian kepentingan para pemegang saham tentang
pengembalian atas investasi yang telah dilakukannya menjadi permasalahan yang

1

serius. Isu terbaru terjadi di tahun 2012 yaitu skandal keuangan yang dialami oleh
lembaga keuangan seperti JP Morgan, Barclays, dan UBS yang membuktikan
bahwa lemahnya proteksi terhadap pemegang saham serta pelaporan keuangannya
yang tidak transparan menyebabkan terjadinya asimetri informasi antara
manajemen dan pemegang saham, hal ini menggambarkan adanya pihak yang
dapat menggelapkan dana yang telah diinvestasikan oleh pemegang saham
(Lestari, 2013 dalam Krisnauli, 2014:2).
Teori keagenan menjelaskan fenomena tersebut yang dipopulerkan oleh
Jensen dan Meckling (1976), yang menyatakan bahwa tujuan yang dimiliki oleh
pemegang saham perusahaan (prinsipal) berbenturan dengan tujuan yang dimiliki
oleh manajemen (agen). Hal ini akan menyebabkan terjadinya konflik
kepentingan dan sering disebut sebagai konflik keagenan. Konflik keagenan
disebabkan karena adanya perbedaan kepentingan dan asimetri informasi di antara
pemegang saham dengan manajemen. Asimetri informasi adalah informasi yang
tidak seimbang, di mana pihak manajemen mengetahui lebih banyak informasi
serta keadaan yang terjadi di perusahaan dibandingkan dengan pemegang saham.
Hubungan keagenan memiliki masalah yang terdiri dari dua kategori yaitu
adverse selection dan moral hazard. Adverse selection (keputusan serba salah)
terjadi ketika manajemen gagal memberikan kemampuannya dan cenderung
mengambil keputusan yang merugikan, sedangkan moral hazard (penyimpangan
moral) yaitu kondisi lingkungan di mana manajemen melalaikan tanggung jawab
atau bertindak sesuai dengan kepentingannya sendiri dan bertentangan dengan
kepentingan pemegang saham. Agar tidak terjadi kesulitan di masa depan yang

2

berdampak

buruk terhadap going concern

perusahaan, prinsipal harus

mengendalikan konflik keagenan ini.
Konflik keagenan memicu timbulnya kos keagenan (agency cost). Kos
keagenan dikeluarkan untuk mengurangi kerugian yang mungkin timbul akibat
ketidakpatuhan manajemen. Kos keagenan adalah kos yang timbul agar manajer
bertindak selaras dengan tujuan pemilik (Nuswandari, 2009). Terdapat tiga jenis
kos keagenan yaitu (1) monitoring cost adalah biaya yang timbul untuk mengukur
dan mengontrol tingkah laku manajer, (2) bonding cost adalah biaya untuk
menjamin bahwa agen tidak akan mengambil keputusan yang merugikan
prinsipal, dan (3) residual loss adalah biaya yang timbul akibat kerugian dari
keputusan manajemen yang seharusnya dapat mengoptimalkan utilitas pemegang
saham. Pemegang saham menginginkan agar kos keagenan ini dapat
diminimalisir.
Salah satu penyebab adanya konflik keagenan adalah ketika perusahaan
menghasilkan free cash flow dalam jumlah yang besar. Free cash flow merupakan
salah satu ukuran yang digunakan investor untuk mengukur kekuatan keuangan
perusahaan. Jensen (1986) mengemukakan free cash flow adalah arus kas bersih
yang setelah dikurangi dengan kebutuhan untuk mendanai proyek dengan Net
Present Value (NPV) positif. Perusahaan akan mengalami masalah ketika tidak
ada proyek dengan NPV positif, oleh karenanya manajer dapat menyalahgunakan
free cash flow tersebut seperti mengalokasikannya pada sumber daya yang tidak
efisien dan perilaku konsumtif contohnya adalah pembelian mobil dinas mewah.

3

Penggunaan free cash flow yang efektif adalah ketika digunakan sesuai
dengan kepentingan pemegang saham seperti berinvestasi dalam proyek dengan
NPV positif dan/atau didistribusikan kepada pemegang saham dalam bentuk
dividen (Crutchley dan Hansen, 1989). Free cash flow ini juga memiliki
keterkaitan dengan bonding cost di mana manajemen menggunakannya sebagai
mekanisme untuk membuktikan bahwa manajemen tidak akan menyalahgunakan
dana perusahaan dan berani mengambil risiko kehilangan pekerjaan apabila tidak
mengelola perusahaan dengan baik.
Terkait kasus perusahaan Enron yang melebih-lebihkan laba bersihnya dan
menutupi semua utangnya sehingga menyebabkan kebangkrutan serta kerugian
yang besar, maka perusahaan yang menyatakan menghasilkan laba harus
didukung dengan informasi arus kas. Alasannya adalah apabila perusahaan
menghasilkan laba yang besar tetapi arus kas yang rendah atau bahkan arus kas
negatif dapat menimbulkan permasalahan yang serius. Begitupula sebaliknya,
perusahaan yang menderita kerugian namun memiliki arus kas positif masih
mampu

bergerak

dan

dapat

merencanakan

kembali

strateginya

untuk

menghasilkan laba di periode berikutnya. Hal ini sesuai dengan SFAC (Statement
of Financial Accounting Concept) yang dikeluarkan pada tahun 2000 yaitu Using
Cash Flow Information and Present Value in Accounting Measurement.
Salah satu cara untuk mengatasi konflik keagenan dapat dilakukan dengan
meningkatkan pendanaan melalui utang (leverage). Perusahaan memiliki
kewajiban untuk mengembalikan pinjaman dan membayar beban bunga secara
periodik. Penggunaan leverage dalam struktur modal dapat mencegah pengeluaran

4

perusahaan yang tidak perlu dan memberikan dorongan pada manajer untuk
mengoperasikan perusahaan dengan lebih efisien (Fachrudin, 2011). Manajemen
juga harus menyediakan kas yang cukup untuk membayar utang serta bunganya,
dan dari pemilik dana (debtholder) sendiri akan memantau serta memonitoring
perusahaan untuk mengetahui apakah dana yang diberikan telah dimanfaatkan
dengan tepat. Bank dan lembaga keuangan lainnya merupakan pemilik dana yang
mampu memonitoring kinerja manajemen dengan baik. Alasan penggunaan
leverage dalam penelitian ini dikarenakan banyak perusahaan di Indonesia yang
didanai oleh utang yang dapat dilihat dari annual report perusahaan-perusahaan
yang terdaftar di BEI.
Struktur kepemilikan adalah suatu mekanisme yang dapat digunakan untuk
mengurangi konflik antara manajemen dan pemegang saham. Struktur
kepemilikan merupakan bagian dari mekanisme internal corporate governance
(Denis dan McConnell, 2003). Masalah keagenan dapat dikurangi dengan adanya
struktur kepemilikan (Faizal, 2004). Outsider ownership atau kepemilikan saham
oleh pihak dari luar perusahaan diantaranya adalah kepemilikan saham oleh
institusi dan kepemilikan saham oleh pihak asing. Kepemilikan institusional
merupakan saham yang dimiliki oleh institusi keuangan, institusi pemerintah,
institusi berbadan hukum, perusahaan investasi dan kepemilikan institusi lain.
Struktur kepemilikan perusahaan publik di Indonesia terkonsentrasi pada institusi.
Untuk kepemilikan asing, merupakan saham yang dimiliki oleh perorangan, badan
hukum, pemerintah serta bagian-bagiannya yang berstatus luar negeri dan
termasuk pula perusahaan multinasional.

5

Kepemilikan saham oleh institusi dan asing dapat menurunkan kos
keagenan karena adanya monitoring untuk memengaruhi keputusan manajemen.
Investor institusional memiliki dorongan untuk memonitor dan memengaruhi
manajemen agar melindungi investasi mereka. Sedangkan dengan adanya
kepemilikan asing dalam perusahaan, hal ini dianggap concern terhadap
peningkatan good corporate governance (Simerly dan Li, 2000). Banyak
perusahaan-perusahaan yang terdaftar di BEI yang memiliki kepemilikan asing
dalam daftar shareholder-nya, ini artinya bahwa di Indonesia telah mengalami
peningkatan good corporate governance dari semenjak krisis moneter tahun 1998.
Salah satu contoh perusahaan yang memiliki kepemilikan institusi dan asing
adalah PT Bank Danamon Indonesia Tbk. yang menjadikan perusahaan tersebut
masuk dalam sepuluh besar dengan GCG terbaik di Indonesia tahun 2013
(bisnis.tempo.co).
Kos keagenan juga dapat dikurangi dengan kebijakan membagikan sejumlah
laba yang diperoleh perusahaan dalam bentuk dividen. Kebijakan dividen
ditentukan oleh Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) sehingga besar kecilnya
dividen yang dibayarkan per lembar saham sangat dipengaruhi oleh keinginan
pemegang saham serta kondisi keuangan di perusahaan. Kebijakan dividen dinilai
dapat menciptakan keseimbangan antara masa sekarang dengan pertumbuhan di
masa depan sehingga dapat memaksimumkan harga saham. Dalam penelitian ini,
kebijakan dividen diukur berdasarkan dividen tunai melalui dividend payout ratio
(DPR). Dividen tunai adalah pemegang saham diberikan dividen berupa uang
tunai dalam jumlah rupiah tertentu untuk setiap lembar saham yang dimilikinya.

6

Kelebihan kas yang ada di perusahaan sebaiknya dibagikan dalam bentuk
dividen (Karen, 2003), namun manajemen lebih memilih untuk menjadikannya
sebagai laba ditahan yang akan digunakan untuk membayar utang, mendanai
proyek atau ekspansi agar perusahaan dapat terus tumbuh dan berkembang. Peran
dari dividen itu sendiri adalah bentuk penawaran distribusi pendapatan karena
ketika perusahaan membayar dividen, pemegang saham meyakini bahwa
perusahaan telah dikelola dengan baik oleh manajemen dan sesuai dengan
keinginannya sehingga dengan membayar dividen dapat mengurangi konflik
keagenan.
Beberapa penelitian terdahulu telah meneliti hubungan kos keagenan yang
ditimbulkan oleh konflik keagenan. Namun, penelitian-penelitian ini memberikan
hasil yang tidak konsisten, yang mungkin disebabkan oleh faktor-faktor lain yang
tidak dijelaskan dalam teori. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Wang (2010)
yang melakukan pengujian mengenai pengaruh free cash flow terhadap kos
keagenan pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Taiwan. Hasil penelitian
Wang menunjukkan bahwa free cash flow yang dihasilkan dari efisiensi
manajemen operasi dapat menurunkan kos keagenan. Namun, free cash flow juga
dapat meningkatkan kos keagenan karena berpengaruh menurunkan asset
turnover sehingga menyebabkan peningkatan kos keagenan. Hasil ini konsisten
dengan temuan dari Jensen dan Meckling (1976), Brush et al. (2000) dan Fosberg
et al. (2003) bahwa free cash flow dapat meningkatkan kos keagenan.
Selain mengenai pengaruh free cash flow terhadap kos keagenan, beberapa
studi empiris juga meneliti mengenai hubungan struktur kepemilikan terhadap kos

7

keagenan, diantaranya Ang et al (2000) meneliti tentang kos keagenan dan
struktur kepemilikan di 1708 perusahaan kecil yang diambil dari FRB/NSSBF
database. Hasil yang diperoleh adalah kos keagenan akan semakin tinggi ketika
outsider memiliki saham perusahaan.
Berbeda dengan Gul et al. (2012) yang meneliti mengenai agency cost,
corporate governance, and ownership structure pada perusahaan yang terdaftar di
Karachi Stock Exchange tahun 2003-2006, memeroleh hasil struktur kepemilikan
manajerial, kepemilikan institusional, kepemilikan eksternal dan tata kelola
perusahaan dapat menurunkan kos keagenan. Hasil yang sama diperoleh oleh
Rahmadiyani (2012) yang meneliti tentang pengaruh struktur kepemilikan
terhadap kos keagenan dengan aktivitas pengawasan dewan komisaris sebagai
pemoderasi pada perusahaan manufaktur periode 2008-2010, menyimpulkan
bahwa struktur kepemilikan keluarga, struktur kepemilikan institusi, dan struktur
kepemilikan asing yang dimoderasi oleh pengawasan dewan komisaris
berpengaruh negatif terhadap kos keagenan.
Selanjutnya oleh Hadiprajitno (2013) mengenai struktur kepemilikan dan
mekanisme corporate governance terhadap kos keagenan pada perusahaan yang
terdaftar di BEI tahun 2008-2009 yang menghasilkan temuan bahwa struktur
kepemilikan keluarga, struktur kepemilikan institusi, dan struktur kepemilikan
pemerintah berpengaruh negatif terhadap kos keagenan dan struktur kepemilikan
asing berpengaruh positif terhadap kos keagenan.
Purnami (2011) meneliti mengenai pengaruh kepemilikan manajerial,
kepemilikan institusional, kebijakan dividen, dan leverage pada kos keagenan

8

menemukan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh negatif, namun
kepemilikan institusional, kebijakan dividen, dan leverage tidak memiliki
pengaruh terhadap kos keagenan. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh
Widanaputra dan Ratnadi (2008) yang meneliti pengaruh kebijakan dividen,
leverage, dan kepemilikan manajerial terhadap kos keagenan menyimpulkan
bahwa leverage berpengaruh negatif yang signifikan, kepemilikan manajerial
dapat mengurangi kos keagenan sedangkan kebijakan dividen tidak berpengaruh
terhadap kos keagenan. Namun, Schooley et al. (1994) mengungkapkan bahwa
kebijakan dividen dan kepemilikan manajerial digunakan untuk menurunkan kos
keagenan. Schooley et al (1994) menguji kebijakan dividen dan kepemilikan
saham sebagai suatu hal yang dapat mengurangi kos keagenan.
Penelitian ini meneliti seluruh perusahaan yang telah terdaftar di Bursa Efek
Indonesia karena seluruh perusahaan publik selalu memiliki kos keagenan, selain
itu penelitian ini juga bertujuan melanjutkan studi empiris sebelumnya dari
Widanaputra dan Ratnadi (2008) untuk memperluas jumlah sampel, menambah
variabel yang mungkin memengaruhi kos keagenan dan menambah proksi
pengukuran kos keagenan. Adanya hasil yang berbeda dalam penelitian
sebelumnya (research gap) maka diperlukan penelitian lebih lanjut dari variabelvariabel tersebut. Jadi, penelitian ini bermaksud untuk meneliti pengaruh free cash
flow, outsider ownership, leverage dan kebijakan dividen terhadap kos keagenan.

1.2 Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan, maka yang
menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

9

1) Apakah free cash flow berpengaruh positif terhadap kos keagenan?
2) Apakah leverage berpengaruh negatif terhadap kos keagenan?
3) Apakah kepemilikan institusional negatif berpengaruh terhadap kos
keagenan?
4) Apakah kepemilikan asing berpengaruh negatif terhadap kos
keagenan?
5) Apakah kebijakan dividen berpengaruh negatif terhadap kos keagenan?

1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan penelitian
ini adalah sebagai berikut.
1) Untuk membuktikan secara empiris pengaruh positif free cash flow
terhadap kos keagenan.
2) Untuk membuktikan secara empiris pengaruh negatif leverage
terhadap kos keagenan.
3) Untuk membuktikan secara empiris pengaruh negatif kepemilikan
institusional terhadap kos keagenan.
4) Untuk membuktikan secara empiris pengaruh negatif kepemilikan
asing terhadap kos keagenan.
5) Untuk membuktikan secara empiris pengaruh negatif kebijakan
dividen terhadap kos keagenan.

10

1.4 Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak- pihak yang
berkepentingan, meliputi :
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan sebagai berikut.
1) Kegunaan Teoritis
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi dalam bidang
akuntansi mengenai teori keagenan khususnya mengenai kos keagenan.
Penelitian ini berusaha untuk menunjukkan bahwa variabel-variabel
yang diteliti dapat memengaruhi kos keagenan karena adanya konflik
keagenan. Penelitian ini juga bertujuan untuk mendukung temuantemuan riset sebelumnya dan dapat dijadikan sebagai referensi untuk
penelitian selanjutnya.
2) Kegunaan Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada
para

pelaku

bisnis

sebagai

salah

satu

pertimbangan

dalam

menanamkan investasinya dan kos keagenan sangat penting dipahami
untuk menilai suatu perusahaan. Penelitian ini dapat memberikan
informasi tambahan untuk menganalisis kualitas laporan keuangan
agar investor tidak hanya melihat berapa laba yang diperoleh, karena
laba saja tidak cukup untuk digunakan sebagai pertimbangan investasi.
Penelitian ini juga diharapkan menjadi referensi bagi perusahaan dalam
meminimalisir kos keagenan.

11

1.5 Sistematika Penulisan
Skripsi ini terdiri dari lima bab dan berkaitan erat antara satu dengan yang
lainnya. Secara garis besar, isi dari masing-masing bab adalah sebagai berikut.
Bab I

: Pendahuluan
Merupakan bab yang menguraikan tentang latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, serta sistematika
penyajian.

Bab II

: Kajian Pustaka dan Rumusan Hipotesis
Bab ini menjelaskan mengenai kajian pustaka yang digunakan
untuk mendukung penelitian ini dalam memecahkan permasalahan
yang ada, menguraikan tentang teori-teori yang berkaitan dengan
pembahasan pada skripsi ini yaitu mengenai teori keagenan,
mekanisme untuk mengurangi masalah keagenan, agency cost,
struktur kepemilikan, free cash flow, leverage dan kebijakan
dividen. Bab ini juga menguraikan rumusan hipotesis.

Bab III

: Metode Penelitian
Merupakan bab yang berisikan tentang metode penelitian yang
meliputi desain penelitian, lokasi penelitian, objek penelitian,
variabel

penelitian,

definisi

operasional

variabel, jenis dan

sumber data, populasi, sampel dan metode penentuan sampel,
metode pengumpulan data, teknik analisis data, dan uji sensitivitas.

12

Bab IV

: Pembahasan Hasil Penelitian
Merupakan bab yang terdiri dari deskripsi variabel penelitian, hasil
pengujian atas uji asumsi klasik, dan hasil pengujian masingmasing hipotesis yang ada dalam penelitian ini termasuk hasil
pengujian atas uji analisis regresi linear berganda dan uji
sensitivitas.

Bab V

: Penutup
Merupakan bab yang memuat simpulan dari hasil pembahasan pada
bab sebelumnya, keterbatasan penelitian dan saran-saran yang
diharapkan akan bermanfaat bagi pembaca.

13

BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

2.1

Landasan Teori

2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory)
Menurut Anthony dan Govindarajan (2005) hubungan keagenan ada ketika
salah satu pihak (prinsipal) menyewa pihak lain (agen) untuk melaksanakan suatu
jasa. Teori keagenan juga disebut teori kontraktual yang memandang suatu
perusahaan sebagai suatu perikatan kontrak antara anggota-anggota perusahaan
(Jensen dan Meckling, 1986). Manajemen merupakan pihak yang dikontrak oleh
pemegang saham untuk bekerja demi kepentingan pemegang saham. Oleh karena
itu manajemen diberikan sebagian kekuasaan untuk membuat keputusan bagi
kepentingan pemegang saham (diskresi manajemen), sehingga manajemen wajib
mempertanggungjawabkan semua kinerjanya kepada pemegang saham.
Teori keagenan secara umum dibahas dua hal (Mahadwartha dan Jogiyanto,
2002) yaitu: (1) positive agency memfokuskan pembahasan mengenai hubungan
antara pihak agen dengan prinsipal. (2) principal agent research membahas
cakupan yang lebih luas yaitu mengenai semua hubungan atau konflik
kepentingan antara satu pihak dengan pihak lainnya dimana pihak yang satu tidak
melaksanakan instruksi atau perintah pihak kedua.
Messier et al. (2006) menyatakan bahwa hubungan keagenan ini
menimbulkan

dua permasalahan,

yaitu

asimetri

informasi

dan

konflik

kepentingan. Asimetri informasi terjadi ketika manajemen mengetahui lebih
banyak informasi serta keadaan di dalam perusahaan jika dibandingkan dengan

14

pemegang saham. Sedangkan konflik keagenan disebabkan oleh tindakan
manajemen yang tidak selalu mementingkan kesejahteraan pemegang saham dan
kedua belah pihak memiliki tujuan yang berbeda.
Menurut Jensen dan Meckling (1976) ada dua jenis permasalahan yang
ditimbulkan oleh asimetri informasi, yaitu:
1) adverse selection, adalah keadaan dimana pemegang saham tidak dapat
mengetahui apakah suatu keputusan yang diambil oleh agen benar-benar
didasarkan atas informasi yang telah diperolehnya, atau terjadi sebagai
sebuah kelalaian dalam tugas.
2) moral hazard, yaitu permasalahan yang muncul jika manajemen tidak
melaksanakan hal-hal yang telah disepakati bersama dalam kontrak kerja
dan cenderung bertindak oportunis.
Kontrak kerja akan menjadi optimal bila kontrak dapat fairness yaitu
mampu menyeimbangkan antara prinsipal dan agen yang secara matematis
memperlihatkan pelaksanaan kewajiban yang optimal oleh agen dan pemberian
imbalan khusus yang memuaskan dari prinsipal kepada agen. Inti dari teori
keagenan adalah pendesainan kontrak yang tepat untuk menyelaraskan
kepentingan prinsipal dan agen dalam hal terjadi konflik kepentingan (Scott, 1997
dalam Purnami, 2011).
Teori keagenan dilandasi oleh tiga buah asumsi (Eisenhardt, 1989) yaitu.

15

1) Asumsi tentang sifat manusia
Manusia pada dasarnya memiliki karakteristik mementingkan diri sendiri
(self interest), memiliki keterbatasan rasionalitas (bounded rationality), dan
tidak menyukai risiko (risk aversion).
2) Asumsi tentang keorganisasian
Asumsi keorganisasian adalah adanya konflik antar anggota organisasi,
efisiensi sebagai kriteria produktivitas, dan adanya asumsi asimetris antara
prinsipal dan agen.
3) Asumsi tentang informasi
Sebuah informasi memiliki nilai yang dianggap dapat diperjualbelikan
sehingga para pihak yang membutuhkan informasi perlu melakukan
pengorbanan untuk memeroleh informasi tersebut.
Teori keagenan memberikan landasan utama dalam kaitannya dengan
penyediaan informasi mengenai aktivitas yang telah terjadi. Informasi merupakan
salah satu cara untuk mengurangi ketidakpastian, sehingga sangat dibutuhkan
pihak yang kompeten dalam menyediakan informasi berkaitan dengan risiko dan
kemungkinan mengendalikan sifat opportunistic manajemen.

2.1.2

Mekanisme Untuk Mengurangi Masalah Keagenan
Jensen dan Meckling (1976) mengidentifikasikan ada dua cara untuk

mengurangi kesempatan manajemen melakukan tindakan yang merugikan
pemegang saham, yaitu pemegang saham luar melakukan pengawasan
(monitoring) dan manajemen sendiri melakukan pembatasan atas tindakantindakannya (bonding). Pada satu sisi, kedua kegiatan tersebut akan mengurangi

16

kesempatan penyimpangan oleh manajer sehingga nilai perusahaan akan
meningkat sedangkan pada sisi yang lain keduanya akan memunculkan biaya
sehingga akan mengurangi nilai perusahaan. Jensen dan Meckling juga
menyatakan bahwa calon investor akan mengantisipasi adanya kedua biaya
tersebut ditambah dengan kerugian yang masih muncul meskipun sudah ada
monitoring dan bonding, yang disebut dengan residual loss. Beberapa mekanisme
kontrol yang dapat digunakan untuk mengurangi masalah keagenan, meliputi:
1) mekanisme kontrol dengan monitoring
Ada beberapa mekanisme untuk mengurangi kos keagenan. Berikut
mekanisme-mekanisme kontrol dengan monitoring yang dapat dipakai untuk
mengurangi masalah keagenan.
(1)

Pembentukan dewan komisaris
Pembentukan dewan komisaris adalah salah satu mekanisme yang banyak
dipakai untuk memonitor manajer. Dewan yang didominasi oleh anggota
dari luar (independent board of director) akan dapat memonitoring
manajemen lebih efektif. Komisaris independen adalah anggota dewan
komisaris yang tidak terafiliasi dengan direksi, anggota dewan komisaris
lainnya serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang
dapat memengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen.

(2)

Pasar corporate control
Manne (1967) menyatakan bahwa adanya pasar untuk corporate control
dimana perusahaan yang menurun nilainya akibat adanya masalah

17

keagenan akan diambil alih oleh perusahaan lain. Hal ini merupakan
mekanisme untuk mengurangi masalah keagenan.
(3)

Pemegang saham besar
Model pengurangan masalah keagenan yang dibuat Jensen dan Meckling
(1976) mengasumsikan bahwa pemegang saham terdiri dari investorinvestor kecil. Oleh karena itu biaya monitoring terhadap manajemen oleh
para investor tersebut akan sangat besar sehingga mereka akan cenderung
tidak melakukan monitoring.

(4)

Kepemilikan terkonsentrasi
Mekanisme pengurangan kos keagenan yang agak mirip dengan
mekanisme pemegang saham besar adalah mekanisme lewat kepemilikan
yang lebih terkonsentrasi. Kepemilikan dikatakan lebih terkonsentrasi jika
untuk

mencapai

kontrol

dominasi

atau

mayoritas

dibutuhkan

penggabungan lebih sedikit investor. Dibandingkan dengan mekanisme
pemegang saham besar, kepemilikan terkosentrasi memiliki kekuatan
kontrol yang lebih rendah karena mereka tetap harus melakukan
koordinasi untuk menjalankan hak kontrolnya. Namun pada sisi yang lain
mekanisme kepemilikan terkosentrasi juga memiliki kemungkinan yang
lebih kecil untuk memunculkan peluang bagi kelompok investor yang
terkosentrasi untuk mengambil tindakan yang merugikan investor lain.
(5)

Pasar manajer
Fama (1980) menyatakan bahwa masalah keagenan akan berkurang
dengan sendirinya karena manajer akan dicatat kinerjanya oleh pasar

18

manajer, baik yang ada dalam perusahaan sendiri maupun yang berasal
dari luar perusahaan. Persaingan di pasar manajer ini akan memaksa
manajer bertindak sebaik mungkin untuk kemajuan perusahaan.
2) mekanisme kontrol dengan bonding
Jensen (1986) melihat masalah keagenan dari sudut keterbatasan uang yang
dapat digunakan manajer untuk kegiatan konsumtif. Jika kos keagenan ingin
dikurangi maka free cash flow harus dikurangi terlebih dahulu. Dengan kata
lain manajer harus menunjukkan kepada pemegang saham bahwa dia telah
melakukan upaya menahan diri (bonding) dengan tindakan-tindakannya.

2.1.3

Kos Keagenan (Agency Cost)
Adanya konflik kepentingan antara manajemen (agen) dan pemegang saham

(prinsipal) mendasari adanya kos keagenan. Kos keagenan adalah biaya yang
dikeluarkan untuk memonitor dan menjamin perilaku manajemen sesuai dengan
tujuan dari pemegang saham. Teori keagenan mengatakan bahwa sulit untuk
mempercayai bahwa manajemen akan selalu bertindak berdasarkan kepentingan
pemegang saham, sehingga diperlukan monitoring dari pemegang saham
(Copeland dan Weston, 1992:20).
Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa terdapat tiga jenis kos
keagenan.
1) Biaya Pengawasan (Monitoring Cost)
Biaya ini merupakan biaya yang dikeluarkan oleh pemegang saham untuk
mengawasi aktivitas dan perilaku manajer antara lain membayar auditor
untuk mengaudit laporan keuangan perusahaan dan premi asuransi untuk

19

melindungi aset perusahaan, pembatasan anggaran, biaya untuk menetapkan
rencana kompensasi manajer, dan aturan-aturan operasi
2) Biaya Ikatan (Bonding Cost)
Biaya yang ditanggung oleh manajemen untuk menetapkan dan mematuhi
mekanisme yang menjamin bahwa manajemen bertindak untuk kepentingan
pemegang saham. Contohnya biaya untuk menyediakan laporan keuangan
kepada pemegang saham, dan kelancaran dalam membayar bunga bank
(Purnami,2011).
3) Residual Loss
Biaya ini juga dikeluarkan oleh manajemen yang diakibatkan oleh
pengambilan keputusan yang salah dan lolos dari pengawasan. Biaya ini
didefinisikan sebagai kerugian atau penurunan tingkat kesejahteraan
pemegang saham maupun manajemen setelah terjadinya hubungan keagenan.
Contohnya adalah pengeluaran untuk perjalanan dinas dan akomodasi kelas
satu (Purnami, 2011 ; Piramita, 2012).
Menurut Crutchley and Hansen (1989) dalam Vivin (2005: 16) untuk
mengurangi kos keagenan dapat dilakukan dengan cara, yaitu:
1) meningkatkan pembayaran dividen, yang akan meningkatkan jumlah modal
eksternal. Pada saat jumlah modal eksternal meningkat, manajer akan diawasi
oleh bursa, komisi bursa dan efek, dan investor luar. Lagi pula penggunaan
dividen tersebut tidak memerlukan biaya.
2) meningkatkan penggunaan utang dalam pendanaan, karena utang mewajibkan
perusahaan untuk membayarnya kembali, maka free cash flow yang tersedia

20

untuk manajer dalam melakukan tindakan-tindakan yang tidak semestinya
menjadi terbatas.
Berdasarkan beberapa studi empiris, pengukuran untuk kos keagenan dapat
digunakan dengan proksi asset turnover (Ang et al. 2000; Faizal, 2004; Wang,
2010) dan selling and general administrative (Widanaputra dan Ratnadi, 2008;
Purnami, 2011; Nanda, 2015). Dalam menjawab hipotesis pada penelitian ini
digunakan dengan proksi selling and general administrative (SGA) untuk
mereprensentasikan diskresi manajerial dalam menggunakan sumber daya
perusahaan. SGA diukur menggunakan rasio antara beban operasional dengan
penjualan, di mana beban operasional merupakan kebijakan manajemen yang
dikeluarkan perusahaan. Peningkatan

rasio

SGA mencerminkan

adanya

pemborosan seperti jamuan serta fasilitas kantor yang digunakan untuk
kepentingan pribadi. Semakin besar rasio SGA maka semakin besar pula kos
keagenan perusahaan. Sedangkan untuk pengukuran kos keagenan dengan proksi
asset turnover akan dilakukan analisis sensitivitas.

2.1.4

Struktur Kepemilikan (Ownership Structure)
Menurut Iturragia dan Sanz (1998) struktur kepemilikan dapat dijelaskan

dari dua sudut pandang yaitu pendekatan keagenan (agency approach) dan
pendekatan ketidakseimbangan informasi (asymmetric information approach).
Pendekatan keagenan menganggap struktur kepemilikan sebagai sebuah
instrumen atau alat untuk mengurangi konflik kepentingan diantara berbagai
pemegang

klaim.

Sedangkan

pendekatan

ketidakseimbangan

informasi

memandang mekanisme struktur kepemilikan sebagai suatu cara untuk

21

mengurangi ketidakseimbangan informasi antara insider dan outsider melalui
pengungkapan informasi di pasar modal.
Struktur kepemilikan saham mencerminkan distribusi kekuasaan dan
pengaruh diantara pemegang saham atas kegiatan operasional perusahaan. Salah
satu karakteristik struktur kepemilikan adalah konsentrasi kepemilikan yang
terbagi dalam dua bentuk struktur kepemilikan yaitu kepemilikan terkonsentrasi
dan kepemilikan menyebar. Kepemilikan terkonsentrasi merupakan fenomena
yang lazim ditemukan di negara dengan ekonomi yang sedang bertumbuh seperti
Indonesia dan di negara-negara continental Europe. Sebaliknya, kepemilikan yang
menyebar (banyak pemilik dengan persentase kecil) hanya terjadi pada negara
dengan perlindungan legal yang sangat baik terhadap pemegang saham yaitu di
negara-negara Anglo Saxon seperti Inggris dan Amerika Serikat (La Porta dan
Silanez, 1999). Dengan demikian, struktur kepemilikan perusahaan berbeda di
setiap negara.
Selain struktur kepemilikan terkonsentrasi dan menyebar, ada pula model
struktur kepemilikan insider ownership dan outsider ownership. Insider
ownership adalah saham yang dimiliki oleh pemilik perusahaan dan merupakan
pengelola perusahaan yang bisa juga disebut dengan kepemilikan saham
manajerial. Sedangkan outsider ownership adalah kepemilikan saham oleh pihak
dari luar perusahaan, dalam penelitian ini diproksikan dengan kepemilikan saham
oleh institusi dan kepemilikan saham oleh pihak asing.
Struktur kepemilikan saham oleh pihak luar (outsider ownership) biasanya
mempunyai

persentase

kepemilikan

lebih

22

dari

50%

sehingga

mampu

memengaruhi kondisi dan hasil kinerja serta memonitoring secara efektif. Adanya
monitoring dari outsider ownership ini maka pihak manajemen dituntut harus
mampu menunjukkan kinerja yang baik. Upaya manajemen untuk menunjukkan
hasil kinerja yang optimal adalah dengan menyediakan informasi mengenai
keuangan dan kinerja perusahaan. Outsider ownership memiliki kekuatan yang
besar untuk menekan manajemen dalam menyajikan informasi secara tepat waktu,
karena ketepatan waktu pelaporan akan memengaruhi pengambilan keputusan
yang tepat.
1) Kepemilikan institusional
Kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham perusahaan yang
dimiliki oleh institusi atau lembaga seperti perusahaan asuransi, bank, perusahaan
investasi dan kepemilikan institusi lain (Tarjo, 2008). Mayoritas bentuk institusi
adalah Perseroan Terbatas (PT). Perusahaan yang memiliki investor institusional
mencerminkan bahwa perusahaan tersebut memiliki monitoring external sehingga
dapat memonitor tindakan manajemen.
Institutional shareholders dengan kepemilikan saham yang besar memiliki
insentif untuk memantau pengambilan keputusan perusahaan (Barnae dan Rubin,
2005). Semakin besar kepemilikan institusi akan berdampak semakin besar pula
kekuatan suara (votting) dan dorongan untuk memonitoring manajemen sehingga
akan dapat mengoptimalkan nilai perusahaan. Curthley, et al (1999) menemukan
bahwa monitoring yang dilakukan institusi mampu mensubstitusi kos keagenan,
sehingga kos keagenan dapat diminimalisir. Gedajlovic dan Shapiro (2002)
berpendapat bahwa kepemilikan saham oleh institusi akan mampu memberikan

23

pengendalian yang efektif bagi manajemen karena padatnya jaringan bisnis, utang,
dan modal perusahaan.
2) Kepemilikan asing (foreign ownership)
Kepemilikan asing adalah kepemilikan saham biasa (common stock)
perusahaan yang yang dimiliki oleh perorangan, badan hukum, pemerintah, serta
bagian-bagiannya yang berstatus luar negeri (Aryani, 2011). Menurut Anggraini
(2011) kepemilikan asing merupakan kepemilikan saham yang dimiliki oleh
perusahaan multinasional. Biasanya perusahaan yang sahamnya sebagian besar
dimiliki oleh investor asing cenderung menghadapi masalah asimetri informasi
yang disebabkan oleh hambatan geografis, budaya, dan bahasa. Investor asing
menghadapi risiko yang cukup besar dalam berinvestasi di negara yang masih
berkembang, termasuk risiko politik, risk bearing dan hukum di negara tersebut.
La Porta, et al. (1999) mengungkapkan bahwa karena investor asing menghadapi
risiko yang besar maka monitoring yang dilakukan oleh investor asing relatif lebih
tinggi sehingga dapat memberikan tekanan terhadap perusahaan agar lebih efisien
memanfaatkan sumber daya sehingga mampu mengurangi kos keagenan.
Investor asing cenderung lebih pintar dan memiliki berbagai inovasi,
sehingga perusahaan dengan kepemilikan asing akan memiliki pengetahuan lebih
baik yang berdampak pada peningkatan nilai perusahaan. Menurut Almilia
(2008), perusahaan yang memiliki investor asing dalam daftar shareholder-nya
cenderung melakukan pengungkapan yang lebih luas, karena perusahaan tersebut
memiliki teknologi yang cukup untuk menciptakan sistem informasi manajemen
yang lebih efisien sehingga lebih mudah memberi akses dalam sistem

24

pengendalian intern. Perusahaan dengan kepemilikan asing juga akan memberikan
pelatihan bagi tenaga kerjanya terkait dengan pekerjaan yang dilakuka