INSIDER OWNERSHIP, DIVIDEN, DAN KEBIJAKAN HUTANG: PERAN MODERASI FREE CASH FLOW

INSIDER OWNERSHIP, DIVIDEN, DAN KEBIJAKAN HUTANG: PERAN MODERASI FREE CASH FLOW

Prita Sukma Ariyanti

Alumni Fakultas Bisnis Universitas Kristen Duta Wacana Jl. Dr. Wihidin Sudiro Husodo 5 - 25, Yogyakarta, 55224

ABSTRACT

The purpose of this study is to examine the moderating role of free cash flow to relationship between insider ownership and dividend toward debt policy. This studi uses non-banking and insurance firms, which listed in the indonesian stock market over 2004 - 2008. Empirical data are analyzed by using pooled least square method. The results show that insider ownership has positive influence on debt policy meanwhile dividend payout ratio has negative influence on debt policy. Free cash flow has the moderating effect on the relationship between insider ownership and dividend toward debt policy.

Keywords: Insider Ownership, Dividend Payout Ratio, Debt Policy, Free Cash Flow.

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji peran moderasi variabel Aliran Kas Bebas pada pengaruh kepemilikan dalam dan dividend payout ratio terhadap kebijakan hutang. Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan-perusahaan bukan perbankan dan asuransi yang terdaftar di bursa efek indonesia selama periode pengamatan tahun 2004 - 2008. Data diuji dengan metode pooled least square. Hasil penelitian menunjukkan insider ownership berpengaruh positif terhadap kebijakan hutang dan dividend payout ratio berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang. Aliran Kas Bebas berpengaruh positif terhadap kebijakan hutang. Selain itu dengan masuknya variabel Aliran Kas Bebas ternyata memoderasi hubungan antara kepemilikan dalam dan kebijakan hutang. Demikian juga, Aliran Kas Bebas terbukti memoderasi hubungan antara dividend payout ratio dan kebijakan hutang.

Kata kunci: Kepemilikan Dalam, Dividend Payout Ratio, Kebijakan Hutang, Aliran Kas Bebas.

PENDAHULUAN

didistribusikan kepada kreditor atau pemegang saham yang tidak diperlukan

Aliran kas bebas (free cash flow,FCF) untuk modal kerja atau investasi pada asset adalah salah satu dana dari internal

tetap.” Namun apabila aliran kas bebas perusahaan yang dapat digunakan oleh

perusahaan terbatas, mau tak mau manajer manajer untuk melakukan investasi

mengambil kebijakan untuk melakukan ataupun re-investasi bahkan untuk

pendanaan dari pihak ke tiga, misalkan dibagikan dalam bentuk dividen ke

hutang. Namun setelah mendapatkan pemegang saham. Ross et al. (2000) dalam

hutang, manajer dapat melakukan tindakan Tarjo (2005) mendefinisikan free cash flow

yang overinvesment.

merupakan “kas perusahaan yang dapat

JRAK, Volume 9, No.1, Februari 2013

Untuk mencegah manajer melaku- Hutomo dan Roland Perdana 2008). Hal kan tindakan yang opurtunistik, cara

tersebut mengakibatkan adanya konflik pertama yang dapat dilakukan adalah

keagenan atas aliran kas bebas antara memberikan sebagian saham perusahaan

manajer dan shareholder, karena di dalam kepada manajer (insider ownership).

aliran kas bebas terkandung informasi Dengan manajer memilki sebagian saham

mengenai gambaran kinerja perusahaan. perusahaan, maka manajer (insider) akan

Perusahaan yang memiliki nilai aliran kas ikut menanggung risiko apabila ia

bebas yang positif dinilai dapat bertahan melakukan tindakan yang merugikan

pada situasi yang buruk, dan sebaliknya perusahaan.

perusahaan yang memiliki aliran kas bebas Cara kedua yang dapat dilakukan

negatif akan sulit bertahan pada kondisi adalah dengan cara meningkatkan

kesulitan keuangan.

dividend payout ratio (DPR) kepada Perbedaan penelitian ini dengan pemegang saham. Sebagai seorang

penelitian sebelumnya adalah dengan manajer yang sekaligus menjadi pemilik

penambahan aliran kas bebas sebagai saham perusahaan maka tentu saja

variabel untuk memoderasi hubungan menginginkan rasio pembayaran dividen

antara variabel insider ownership dan yang tinggi. Dividen akan dibagikan ke

dividend payout ratio terhadap kebijakan pemegang saham apabila perusahaan

hutang dalam mengontrol konflik telah membayarkan bunga serta cicilan

keagenan. Selain itu dengan cara penge- hutangnya. Semakin tinggi bunga dan

lompokan aliran kas bebas, dari cicilan hutang yang dibayarkan, maka ada

pengelompokan tersebut dapat diketahui kemungkinan dividen yang dibayarkan

kondisi aliran kas bebas perusahaan yang semakin kecil bahkan perusahaan dapat

menjadi sampel penelitian. Dengan pula tidak membagikan devidennya.

mengetahui kondisi tersebut dapat Hubungan antara kepemilikan mana-

diketahui penyebab dan potensi kemung- jerial dan pembayaran dividen terhadap

kinan terjadinya konflik keagenan. Hal ini kebijakan hutang perusahaan dapat

memdorong penelitian ini untuk menguji dipengaruhi oleh aliran kas bebas. Dalam

peran moderasi aliran kas bebas (free cash hubungan ini, aliran kas bebas dapat

flow ) pada hubunhan antara insider berperan sebagai moderasi, yaitu

ownership, dividend payout ratio pada memperlemah maupun memperkuat kebijakan hutang. hubungan antara kepemilikan manajerial, dividen, dan utang. Perusahaan yang

KAJIAN LITERATUR

memiliki aliran kas bebas tinggi pada hubungannya dengan kepemilikan

Teori Keagenan

manajerial dan dividen rendah cenderung akan menaikkan hutang dan demikian

Teori keagenan berusaha untuk juga sebaliknya. Peran moderasi aliran kas

menjawab masalah keagenanan yang bebas mampu mengurangi biaya keagenan

terjadi jika pihak-pihak yang saling dari hubungan kepemilikan manajerial

bekerja sama memiliki tujuan dan (insider ownership) dan dividend payout

pembagian kerja yang berbeda. Secara ratio terhadap kebijakan utang.

khusus teori keagenan membahas tentang Variabel pemoderasi aliran kas bebas

adanya hubungan keagenan, dimana suatu saat ini belum banyak mendapatkan

pihak pemilik perusahaan (principal) perhatian dalam riset karena perusahaan-

mendelegasikan pekerjaan kepada pihak perusahaan tidak melaporkan secara

manajer (agent), yang melakukan eksplisit (Tarjo dan Hartono, 2003; Sigit

pekerjaan. Teori keagenan ditekankan

INSIDER OWNERSHIP, DIVIDEN, DAN KEBIJAKAN HUTANG: ……………………………………..……...(Prita Sukma Ariyanti)

untuk mengatasi dua permasalahan yang pemegang saham lebih menginginkan dapat terjadi dalam hubungan keagenan

pendanaan perusahaan dibiayai dengan (Eisenhardt, 1989 dalam Bakkrudin

utang. Karena dengan penggunaan utang, Zuhri, 2011). Pertama, adalah masalah

hak mereka terhadap perusahaan tidak keagenan yang timbul pada saat (a)

akan berkurang. Tetapi manajer tidak keinginan-keinginan atau tujuan-tujuan

menyukai pendanaan tersebut dengan dari prinsipal dan agen berlawanan dan

alasan bahwa utang mengandung risiko (b) merupakan suatu hal yang sulit atau

yang tinggi. Manajemen perusahaan mahal bagi prinsipal untuk melakukan

mempunyai kecenderungan untuk verifikasi tentang apa yang benar-benar

memperoleh keuntungan yang sebesar- dilakukan oleh agen. Permasalahannya

besarnya dengan pihak lain (Masdupi, adalah bahwa prinsipal tidak dapat

2005, dalam Nuri Rahmawati, 2009). memverifikasi apakah agen telah

Peningkatan penggunaan hutang melakukan sesuatu secara tepat. Kedua,

dapat mengurangi masalah agensi antara adalah masalah pembagian risiko yang

manajer dengan pemegang saham (Jensen timbul pada saat prinsipal dan agen

dan Meckling, 1976; Jensen, 1986; memiliki sikap yang berbeda terhadap

Crutchley dan Hansen, 1989; Chen dan risiko. Dengan demikian, prinsipal dan

Steiner, 1999 dalam Agus Harjito dan agen mungkin memiliki preferensi

Nurfauziah, 2006). Hutang dapat tindakan yang berbeda yang dikarenakan

mengurangi aliran kas bebas (free cash adanya perbedaan preferensi terhadap

flow ) yang berlebihan. Namun penggunaan risiko.

hutang juga menimbulkan konflik baru antara shareholders dan debtholders.

Kebijakan Hutang dan Debt Ratio

Chang dan Rhee (1990) dan Sutrisno (1999) seperti dikutip Risaptoko (2007)

Hutang adalah pengorbanan manfaat juga menunjukkan bahwa tingkat hutang ekonomi yang akan timbul dimasa yang

yang lebih rendah mengikuti pembayaran akan datang yang disebabkan oleh

dividen perusahaan yang lebih tinggi, kewajiban-kewajiban disaat sekarang dari

dengan demikian debt ratio mempunyai suatu badan usaha yang akan dipenuhi

hubungan yang negatif dengan dividen. dengan mentransfer aktiva atau Namun berdasarkan teori trade off model memberikan jasa kepada badan usaha lain

dan balancing theory, hutang dibenarkan dimasa datang sebagai akibat dari

kalau laba lebih besar daripada beban transaksi-transaksi yang sudah lalu

pembayaran bunga hutang.

(Baridwan, 2004 dalam Nuri Rahmawati, 2009).

Penggunaan hutang memiliki Kepemilikan Manajerial

kelemahan (a) hutang yang semakin tinggi meningkatkan risiko sehingga suku

Kepemilikan manajerial (insider bunganya akan semakin tinggi pula, (b)

ownership) merupakan kepemilikan bila kondisi perusahaan tidak dalam

saham perusahaan oleh pihak menajemen kondisi bagus, pendapatan operasi menjadi

perusahaan. Terdapat dua jalan menjadi rendah dan tidak cukup menutup biaya

insider. Cara pertama adalah pihak bunga sehingga kekayaan pemilik

manajemen membeli atau diberi sebagian berkurang. Pada kondisi ekstrim, kerugian

saham perusahaan. Yang kedua apabila tersebut dapat membahayakan perusahaan

manajer sekaligus pemilik seratus persen, karena dapat terancam kebangkrutan.

perusahaan dapat menjual sebagian porsi Untuk memenuhi kebutuhan pendanaan.

kepemilikannya kepada public.

JRAK, Volume 9, No.1, Februari 2013

Menurut Bathala et al. (1994) dalam Agus Harjito dan Nurfauziah, (2006) sesuai agency model yang dikemukakan oleh Jensen dan Meckling, perusahaan merupakan subjek terhadap mening-katnya konflik, karena adanya penye-baran keputusan dan risiko. Dalam konteks ini para manajer cenderung untuk menggunakan kelebihan keuntungan untuk konsumsi perilaku oportunistik yang lain. Mereka menerima manfaat penuh tapi tidak menanggung risiko ataupun biaya yang oleh Jensen dan Meckling disebut agency cost of equity.

Di sisi lain para manajer juga mempunyai kecenderungan untuk menggunakan hutang yang tinggi bukan atas dasar maksimalisasi nilai perusahaan, melainkan untuk kepentingan oportunis- tik. Ini jelas akan menimbulkan risiko kebangkrutan. Untuk menekan hal ini Jensen and Meckling (1976) menyaran- kan untuk meningkatkan kepemilikan insider dalam perusahaan. Dengan demikian akan memaksa para manajer untuk menanggung risiko sebagai konsekuensi apabila mereka melakukan kesalahan dalam keputusan. Kepemilikan saham oleh para manajer insider akan membuat mereka semakin hati-hati dalam menentukan hutang.

Keberadaan kepemilikan manajerial (insider ownership) berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang dan pembagian deviden. Insider akan berhati- hati dalam mengambil kebijakan hutang, namun masih ada faktor lain yang lebih berpengaruh terhadap kebijakan hutang daripada insider, antara lain tingkat bunga dan keuntungan saham. Pembagian deviden akan berkurang seiring dengan

berkurangnya agency cost karena

keberadaan insider itu sendiri.

Kebijakan Dividen dan Rasio Pembayaran Dividen

Kebijakan dividen juga biasa dikaitkan dengan nilai perusahaan. Dividend payout ratio (DPR) yang lebih rendah akan memaksimumkan nilai perusahaan. Pembayaran dividen sering diikuti dengan kenaikan harga saham. Kenaikan pembayaran dividen dilihat sebagai signal bahwa perusahaan memiliki prospek yang baik. Sebaliknya penurunan pembayaran dividen akan dilihat sebagai prospek perusahaan yang buruk. Pembayaran dividen dapat digunakan untuk mengurangi biaya keagenen. Pembayaran dividen bisa berpengaruh terhadap kebijakan pendanaan perusahaan, karena pemba- yaran dividen akan mengurangi arus kas perusahaan sehingga dalam memenuhi kebutuhan operasionalnya perusahaan akan dipaksa untuk mencari alternatif sumber pendanaan yang relevan.

Dalam penelitian tentang agency cost dan perilaku dividen, pembayaran dividen merupakan bagian dari mekanisme monitoring perusahaan. Jensen et al. (1992) menyatakan pemba- yaran dividen muncul sebagai pengganti hutang dalam struktur modal untuk mengawasi manajer. Dalam hal ini perusahaan yang mempunyai dividend payout ratio tinggi lebih menyukai pendanaan dengan modal sendiri, sehingga mengurangi biaya keagenan hutang. Disamping itu pembayaran dividen dapat dilakukan setelah kewajiban terhadap pembayaran bunga dan cicilan hutang dipenuhi. Adanya kewajiban tersebut akan membuat manajer semakin hati-hati dan efisien dalam menggunakan hutang. Hasil studi Jensen et al. (1992) menemukan bahwa

dividend payout ratio mempunyai pengaruh yang signifikan dan negatif dengan debt ratio.

Dividend Payout Ratio merupakan indikasi atas persentase jumlah pendapatan yang diperoleh yang didistribusikan kepada pemilik atau

INSIDER OWNERSHIP, DIVIDEN, DAN KEBIJAKAN HUTANG: ……………………………………..……...(Prita Sukma Ariyanti)

pemegang saham dalam bentuk kas.

Dividend payout ratio (DPR) ini

ditentukan perusahaan untuk membayar dividen kepada para pemegang saham setiap tahun, penentuan DPR berdasarkan besar kecilnya laba setelah pajak.

Aliran Kas Bebas (Free Cash Flow)

Aliran kas bebas (free cash flow) adalah kelebihan dana kas setelah dipakai untuk mendanai seluruh proyek yang memberikan nilai sekarang neto positif yang didiskonto pada tingkat biaya modal yang relevan. Semakin besar arus kas yang ada, semakin besar fleksibilitas manajemen, semakin besar konflik kepentingan atas pemanfaatan aliran kas bebas tersebut.

Ross et al. (2000) seperti dikutip Dini, (2009) mendefinisikan aliran kas bebas sebagai kas perusahaan yang dapat didistribusi kepada kreditur atau pemegang saham yang tidak digunakan untuk modal kerja atau investasi pada aset tetap. Aliran kas bebas menunjukkan gambaran bagi investor bahwa dividen yang dibagikan oleh perusahaan tidak sekedar “strategi” menyiasati pasar dengan maksud meningkatkan nilai perusahaan. Bagi perusahaan yang melakukan pengeluaran modal, aliran kas bebas akan mencerminkan dengan jelas mengenai perusahaan manakah yang masih mempunyai kemampuan di masa depan dan yang tidak (Uyara dan Tuasikal, 2003; Dini, 2009) free cash flow dikatakan mempunyai kandungan informasi bila free cash flow memberi signal bagi pemegang saham. Dapat dikatakan pula bahwa free cash flow yang mempunyai kandungan informasi menunjukkan bahwa free cash flow mampu mempengaruhi hubungan antara rasio pembayaran dividen dan pengeluaran modal dengan earnings response coefficients (Uyara dan Tuasikal, 2003 dan Dini, 2009).

Dari beberapa pengertian di atas, dapat diketahui aliran kas bebas perusahaan dapat dihasilkan dengan cara pengurangan modal dan tambahan modal kerja bersih yang dihasilkan oleh perusahaan pada tahun yang bersangkutan. Aliran kas bebas memiliki manfaat untuk manajer dan juga pemegang saham. Manfaatnya adalah aliran kas bebas tersebut dapat dibagikan ke pemegang saham dalam bentuk dividen. Sehingga seorang manajer sekaligus pemegang saham akan menerima dividen tersebut. Apabila prosentase kepemilikan saham oleh manajer semakin besar maka ada kemungkinan laba yang akan diterima oleh manajer juga semakin besar.

Manajer sebenarnya dapat mengam- bil kebijakan menciptakan utang untuk investasi maupun pembayaran dividen. Namun, utang ini akan mengurangi biaya keagenan aliran kas bebas melalui pengurangan aliran kas yang tersedia sehingga membatasi jumlah aliran kas yang dapat dibelanjakan dengan leluasa berdasarkan kebijakan manajer. Sehingga untuk mengontrol tindakan manajer agar tidak terjadi overinvestment pada aliran kas bebas yang tinggi dalam perusahaan dengan cara memberlakukan hutang. Karena dengan adanya pendanaan dari pihak ke tiga, manajer tidak hanya akan diawasi oleh insider namun juga dari pihak debtholder.

Seorang kreditor tidak menyukai dividend payout ratio yang tinggi untuk para pemegang saham. Hal tersebut dikarenakan dividend payout ratio menempatkan kreditur pada posisi worse off (karena kreditur tidak menerima dividen), sehingga nantinya kreditur akan mengajukan klaim yang lebih tinggi dari deviden. Dengan adanya monitoring dalam dividend payout ratio yang dilakukan oleh kreditor dapat membuat dividen yang dibagikan semakin kecil. Perusahaan yang memiliki aliran kas

JRAK, Volume 9, No.1, Februari 2013

bebas yang banyak yang diikuti dengan perusahaan melainkan untuk kepentingan meningkatnya pendanaan dari eksternal

opprtunistik mereka. Hal ini menyebabkan (hutang), dimungkinan membayarkan

meningkatnya beban bunga perusahaan dividen dalam jumlah kecil daripada

karena resiko kebangkrutan semakin tinggi perusahaan yang memiliki aliran kas

sehingga biaya agensi hutang semakin bebas yang lebih rendah.

tinggi (Damayanti, 2006). Salah satu cara Seorang pemegang atau pemilik

untuk mengontrol tindakan manajer, saham (shareholder), termasuk juga

adalah memberikan kepemilikan saham kepemilikan manajerial (insider

perusahaan kepada manajer. Sehingga ownership ) akan senang apabila

manajer ikut menanggung risiko apabila perusahaan membagikan dividen

bertindak overinvesment.

kepadanya walaupun dividen yang

H 1 : Insider Ownership berpengaruh dibagikan merupakan hasil pendanaan

negatif terhadap kebijakan hutang dari eksternal seperti hutang. Namun

Hasil studi Jensen (1992), serta meningkat, dan pihak manajer terpaksa

ketika free cash flow perusahaan

Murni dan Andriana (2007) mengemuka- juga harus mengambil kebijakan hutang,

kan bahwa dividend payment mempunyai monitoring tindakan overinvestment oleh

pengaruh yang signifikan dan manajer, maka ada kencenderungan

berhubungan negatif dengan kebijakan insider ownership untuk mengurangi

utang. Juga, hasil penelitian yang bahkan melepas kepemilikan sahamnya.

dilakukan oleh ismiyanti dan hanafi Hal tersebut dikarenakan pekerjaannya

(2003) dalam Abdullah (2009) kini tidak hanya di monitoring oleh pihak

menemukan bukti bahwa pengaruh shareholder lainnya melainkan juga pihak

kebijakan dividen terhadap kebijakan kreditor.

hutang adalah positif.

Jensen et al (1992) menyatakan

PENGEMBANGAN HIPOTESIS

pembayaran dividen muncul sebagai pengganti hutang dalam struktur modal

Jensen et al. (1992) menguji untuk mengawasi manajer. Dalam hal ini pengaruh insider ownership terhadap

perusahaan yang mempunyai dividend kebijakan hutang (rasio) hutang pada

payout ratio tinggi lebih menyukai perusahaan publik dari berbagai sektor di

pendanaan dengan modal sendiri, Amerika Serikat. Hasil penelitian mereka

sehingga mengurangi biaya keagenan menyimpulkan bahwa terdapat hubungan

hutang. Apabila perusahaan mengguna- negatif antara insider ownership dengan

kan penggunaan dana dari pihak ketiga kebijakan hutang. Hasil ini mendukung

membuat dividen yang dibagikan hasil penelitian sebelumnya, Fried and

semakin kecil, karena dividen akan Lang (1988) bahwa insider ownership

dibagikan setelah perusahaan membayar berpengaruh negatif terhadap kebijakan

bunga dan cicilan pokok hutang. debt. Juga, Frend dan Hasbrouk (1998)

H 2 : Dividend Payout Ratio berpengaruh dalam Wahidahwati (2002) menemukan

negatif terhadap kebijakan hutang. bahwa struktur kepemilikan saham oleh pihak internal (managerial ownership)

Penelitian yang dilakukan oleh Gull mempunyai pengaruh negatif dengan

dan Jaggi (1999) menyebutkan bahwa rasio hutang.

free cash flow berpengaruh signifikan dan Manajer mempunyai kecenderungan

memiliki arah hubungan yang positif untuk menggunakan hutang yang tinggi

dengan utang untuk perusahaan dengan bukan atas dasar maksimalisasi nilai

pertumbuhan rendah. Penelitian yang

INSIDER OWNERSHIP, DIVIDEN, DAN KEBIJAKAN HUTANG: ……………………………………..……...(Prita Sukma Ariyanti)

dilakukan oleh Putri Indahningrum dan hutang (Jensen et al. 1992; Faisal, 2004; Handayani (2009), mengemukakan

Damayanti, 2006). Hasil ini mendukung bahwa Free Cash Flow berpengaruh

hasil penelitian sebelumnya, bahwa Positif dan Signifikan kepada kebijakan

insider ownership berpengaruh negatif Hutang.

terhadap kebijakan debt. Sebaliknyanya Jensen et al. (1992) dalam Sigit

hasil penelitian Agrawal dan Mendelker Hutomo dan Roland Perdana, 2008

(1987) dalam Putri Indahningrum dan menyatakan bahwa hutang dapat

Handayani (2009) menunjukkan bahwa mengurangi keleluasaan manajemen

kepemilikan manajerial berpengaruh dalam penggunaan aliran kas bebas untuk

positif dengan kebijakan hutang. Hal ini kegiatan yang bersifat non maximizing

menngindikasikan adanya peran moderasi value . Karena pada saat aliran kas bebas

aliran kas bebas.

perusahaan tinggi maka manajer Peningkatan penggunaan hutang dapat berkesempatan untuk melakukan tindakan

mengurangi masalah agensi antara manajer yang overinvestment. Namun dengan

dengan pemegang saham (Jensen dan adanya pendanaan dari debtholder, maka

Meckling, 1976; Jensen, 1986; Crutchley manajer akan merasa mendapat

dan Hansen, 1989; Chen dan Steiner, 1999 pengawasan dari pihak ketiga sehingga

dalam Agus Harjito dan Nufauziah, 2006). manajer tidak akan melakukan tindakan

Hutang dapat mengurangi aliran kas bebas yang nantinya akan merugikan

(free cash flow) yang berlebihan. perusahaan hingga tidak dapat membayar

Penggunaan hutang akan mengurangi hutang. Free cash flow yang memadai

aliran kas karena perusahaan harus diharapkan mampu mempengaruhi

membayar bunga hutang dan pokok kebijakan hutang. Aliran kas bebas (free

pinjaman. Penurunan aliran kas cash flow ) yang tersedia mencerminkan

menyebabkan berkurangnya uang yang ada kemampuan perusahaan dalam memba-

pada manajer. Keadaan ini akan yarkan hutangnya. Hutang yang

membatasi keinginan manajer mengguna- digunakan perusahaan dibayar dengan

kan aliran kas untuk menambah menggunakan free cash flow sehingga

pendapatan mereka dan melakukan jika perusahaan ingin menggunakan

investasi yang berlebihan (overinvest- tingkat hutang yang tinggi perusahaan

ment ). Dengan jumlah free cash flow yang juga harus menyediakan aliran kas bebas

meningkat tentunya akan dikontrol dengan (free cash flow) yang memadai untuk

peningkatan hutang sehingga meningkat- dapat membayar hutang. Semakin besar

kan risiko yang akan ditanggung free cash flow yang tersedia maka

pemegang saham sehingga dapat perusahaan dinilai semakin mampu untuk

menurunkan kepemilikan manajerial membayar hutangnya sehingga (insider ownership) di perusahaan. memungkinkan perusahaan untuk juga

H 4 : Free Cash Flow mempengaruhi menggunakan hutang yang tinggi.

hubungan antara Insider Ownership

H 3 : Free Cash Flow berpengaruh dengan kebijakan hutang. positif terhadap kebijakan hutang. Tarjo dan Jogiyanto (2003) yang Hasil penelitian sebelum masih

menggunakan sampel 295 perusahaan inkonsisten tentang pengaruh kepemilik-

manufaktur di Indonesia dengan periode an manajerial terhadap utang. Disatu

pengamatan tahun 1996-2000. Hasil pihak hasil penelitian menyimpulkan

analisis menunjukkan bahwa perilaku bahwa terdapat hubungan negatif antara

perusahaan publik di Indonesia yang insider ownership dengan kebijakan

memiliki IOS rendah, ketika free cash flow

JRAK, Volume 9, No.1, Februari 2013

tinggi cenderung menggunakan hutang Berdasarkan teori dan hasil empiris untuk kegiatan pendanaan perusahaan.

maka dapat disimpulkan bahwa insider Penggunaan aliran kas bebas (free

ownership berpengaruh negatif terhadap cash flow ) untuk membayar bunga dan

kebijakan hutang. Dividend payout ratio pokok pinjaman kurang disetujui oleh

berpengaruh negatif terhadap kebijakan pemegang saham, karena mereka

hutang. Dengan kata lain ketika terjadi menghendaki aliran kas tersebut dapat

kenaikan proporsi insider ownership dibagikan sebagai dividen untuk ataupun dividend payout ratio maka akan menambah kekayaan mereka atau

terjadi penurunan proporsi kebijakan diinvestasikan kembali ke dalam proyek-

hutang.

proyek yang menghasilkan return positif. Untuk hipotesis free cash flow Oleh karena itu, peningkatan penggunaan

berpengaruh positif terhadap kebijakan hutang akan mengurangi masalah agensi

hutang. Hal tersebut berarti apabila free antara manajer dengan pemegang saham

cash flow perusahaan tinggi akan (Agus Harjito dan Nufauziah, 2006).

membuat kenaikan pada proporsi hutang Namun dengan adanya peningkatan hutang

perusahaan. Semetara itu, penambahan karena untuk mengontrol penggunaan free

variabel aliran kas bebas (free cash flow) cash flow dalam investasi oleh manajer,

sebagai variabel pemoderasi, diharapkan akan membuat kemungkinan dividen yang

dapat memperkuat atau memperlemah akan dibayarkan ke pemegang saham

hubungan antara insider ownership semakin kecil.

terhadap kebijakan hutang dan hubungan

H 5 : Free Cash Flow mempengaruhi antara dividend payout ratio terhadap hubungan antara Dividend Payout

kebijakan hutang. Model hubungan Ratio dengan kebijakan hutang.

antara variabel insider ownership, dividen, kebijakan hutang dengan free cash flow sebagai pemoderasi dijelas

Model Teoretis

dalam gambar 1.

Insider Ownership

Kebijakan Hutang

Dividend Payout Ratio (DPR)

Variabel Pemoderasi: Free Cash Flow (Aliran Kas Bebas)

Gambar 1. Model Teoretis

INSIDER OWNERSHIP, DIVIDEN, DAN KEBIJAKAN HUTANG: ……………………………………..……...(Prita Sukma Ariyanti)

METODA PENELITIAN

direktur dan dewan komisaris. Prosentase tersebut dapat dihitung melalui rumus :

Sampel yang diamati dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

selain perusahaan keuangan (finance) dan

asuransi selama periode pengamatan Dividend Payout Ratio (DPR) yaitu dari tahun 2004 samapai dengan

adalah rasio jumlah pembayaran dividen tahun 2008. Teknik pengambilan sampel

yang diperoleh dari laba setelah pajak menggunakan purposive sampling, yaitu

oleh perusahaan kepada para pemegang pemilihan anggota sample berdasarkan

atau pemilik saham. Rasio tersebut dapat kriteria tertentu (Cooper dan Emory,

dihitung melalui rumus : 1995 dalam Erni 2005). Kriteria yang

digunakan adalah: 1) Perusahaan yang memiliki dan melaporkan laporan

keuangan selama periode pengamatan

yaitu tahun 2004-2008. 2) Memiliki data Kebijakan hutang (Debt Ratio) tentang kepemilikan manajerial serta

adalah merupakan perbandingan antara memiliki data EBIT (Earning Before

nilai buku hutang jangka panjang dengan Interest Tax ) atau laba sebelum beban

jumlah hutang jangka panjang tahunan pajak dan bunga yang positif. 3)

ditambah Shareholders Equity tahunan. membagikan deviden kepada pemegang

Perbandingan tersebut dapat dihitung saham selama 5 tahun berturut-turut atau

melalui rumus:

selama periode tahun pengamatan (tahun

2004-2008). 4. Memiliki Free Cash Flow (FCF) yang positif. Berdasarkan kriteria di atas ada 9 perusahaan dalam kurun

waktu pengamatan 5 tahun dari tahun Free cash flow merupakan kas lebih

2004 sampai dengan tahun 2008 yang perusahaan yang dapat didistribusikan

dapat dijadikan sampel dalam penelitian kepada pemegang saham atau kreditor

ini. yang tidak diperlukan untuk modal kerja Data yang digunakan adalah data

atau investasi pada asset tetap (Ross et al, sekunder yang meliputi Kepemilikan

2000) yang dikutip dari Tarjo dan Manajerial (Insider Ownership),

Jogiyanto (2003). Free cash flow dihitung Dividend Payout Ratio (DPR), Total

dengan menggunakan rumus Ross et al ( Aktiva/Total Asset, Total Ekuitas,dan

2000 ) yaitu:

Total Hutang Jangka Panjang. Data

tersebut diperoleh dari Indonesian FCF= Log (Net Operatint Profit After Text

Capital Market Directory (ICMD), +Modal Kerja Bersih)

www.idx.co.id, dan laporan bulanan dan

kuartal dari idx.

Model Empiris

Pengukuran Variabel

Dalam pengujian hipotesis, yang

digunakan adalah pengujian regresi linier Kepemilikan saham manajerial

ganda. Dari hasil regresi linier berganda (Insider Ownership) adalah prosentase

dapat kita ketahui hasil uji t-statistik, kepemilikan saham yang dimiliki oleh

hasil uji R 2 dan uji F-statistik. Dan

JRAK, Volume 9, No.1, Februari 2013

keseluruhan data tersebut akan diuji DPR *FCF : Interaksi antara variabel menggunakan aplikasi Eviews 4 dan 6.

prosentase Dividend Payout Sebelum melakukan pengujian data,

Ratio (DPR) dengan variabel terlebih dahulu melakukan pengujian

Free Cash Flow asumsi klasik. Hal tersebut penting untuk

: Standard Error

dilakukan sebelum pengujian hipotesis

karena untuk memastikan bahwa data Sesuai dengan konsep pemoderasi yang akan diuji harus bebas dari

dinyatakan bahwa variabel moderasi penyimpangan agar hasil dari pengujian

adalah variabel independen yang akan hipotesis dapat diyakini kebenarannya.

menguatkan atau melemahkan hubungan Pengujian Asumsi klasik dilakukan

antara variabel independen lainnya dengan cara: uji heterokedastisistas, uji

terhadap variabel dependen (Ghozali, multikolinieritas, uji autokorelasi, uji

2009). Sharma, Durand dan Arie (1981) normalitas residual, dan uji linieritas.

dalam Sunarto, 2008) menyatakan bahwa Setelah data-data yang akan diregresikan

variabel pemoderasi dapat dibedakan ke sudah BLUE maka data dapat di gunakan

dalam dua tipe, yaitu quasi dan pure untu menuji hipotesis.

moderator . Apabila varibel moderator dan Model persamaan yang dipakai dalam

interaksinya dengan predictors secara penelitian ini sebagai berikut:

statistik signifikan mempengaruhi variabel criterion (dependen), maka variabel

DR = α - β1 INSDR- β2 DPR+β3 FCF + pemoderasi tersebut digolongkan sebagai

β4 INSDR* FCF + β5DPR*FCF + quasi moderator . Sedangkan jika variabel

pemoderasi tidak signifikan; tetapi variabel Dimana :

interaksinya signifikan, maka pemoderasi DR : Proporsi kebijakan hutang,

tersebut merupakan pure moderator. yang digunakan sebagai objek

Pengujian peran moderasi melalui penelitian adalah hutang jangka

pembentukan persamaan-persamaan yang panjang.

kemudian diuji melalui uji regresi: α

: Konstanta (Intercept).

β1 - β5 : Koefisian Regresi. DR = α-β 1 INSDR - β 2 DPR + ε (1) INSDR : Proporsi atau prosentase kepe-

milikan manajerial (Insider DR = α-β 1 INSDR - β 2 DPR –

β 3 FCF +ε

Ownership ), yaitu proporsi

(2) saham yang dimili oleh

manajer atau dewan direksi. DR = α+β 3 FCF + β 4 FCF_INSDR +

DPR : Proporsi atau prosentase β 5 FCF_DPR + ε (3)

Dividend Payout Ratio (DPR),

merupakan dividen kas yang DR = α -β 1 INSDR - β 2 DPR +

dibagi net income. β 3 FCF + β 4 FCF_INSDR +

FCF : Proporsi atau prosentase Free β 5 FCF_DPR + ε (4)

Cash Flow (FCF), merupakan

hasil logaritma dari nilai arus

kas Jika hasil regresi dari persamaan (1) INSDR*FCF: Interaksi antara variabel

dan (2) tidak berbeda secara signifikan Insider Ownership dimana

atau (β 3 = 0;β 2 ≠ 0), maka variabel FCF dengan variabel Free Cash

bukanlah variabel moderator, tetapi hanya Flow sebagai prediktor (kuadran 1). Jika

persamaan (1) dan (2) tidak berbeda,

INSIDER OWNERSHIP, DIVIDEN, DAN KEBIJAKAN HUTANG: ……………………………………..……...(Prita Sukma Ariyanti)

namun berbeda dengan persamaan (4) atau Berdasarkan hasil tabel 2 dapat diketahui (β 2 = 0;β 3 ≠ 0), maka dapat disimpulkan

bahwa jumlah data yang dapat digunakan variabel FCF merupakan pure moderator

dalam penelitian ini jumlah data yang (seperti kuadran 4). Apabila persamaan

digunakan adalah 45, data tersebut berasal (1), (2), dan (4) berbeda satu dengan yang

dari 9 perusahaan selam periode tahun

2004 sampai dengan 2008. Nilai minimum FCF merupakan variabel quasi moderator.

lainnya ata u (β 2 ≠ 0;β 3 ≠ 0), maka variabel

variabel Insider Ownership (INSDR) Sebelum hipotesis dapat diuji,

adalah 0,00%, nilai maksimumnya adalah sebelumnya model pengujian di uji

0,65%, nilai rata-ratanya adalah ,12%, dan dengan menggunakan Redundant Test.

standar deviasinya 0,15. Untuk varibel Dari hasil pengujian ini dapat diketahui

Dividend Payout Ratio (DPR), nilai apakah pengujian hipotesis dapat

minimumnya adalah 0,14%, nilai menggunakan model Common Effects

maksimumnya adalah 114,30%, nilai rata- atau Fixed Effects. Apabila F statistic dari

ratanya adalah 30,19%, dan standar Cross section/Period signifikan, hal

deviasinya 21,51. Nilai minimum variabel tersebut menunjukkan model yang dapat

Free Cash Flow (FCF) adalah 20,32, nilai dipakai adalah model Common Effects

maksimumnya adalah 30,24, nilai rata- dan sebaliknya.

ratanya adalah 26,29, dan standar Analisis lanjutan dilakukan untuk

deviasinya 1,60.

menguji kelompok Free Cash Flow (FCF) Untuk variabel interkasi antara Free tinggi dan rendah. Pengujian ini bertujuan

Cash Flow dengan Insider Ownership untuk mengetahui kondisi Free Cash Flow

(FCF_INSDR) nilai minimumnya adalah (FCF) perusahaan yang menjadi sampel

0,00, nilai maksimumnya adalah 17,53, penelitian. Pengujian ini dilakukan dengan

nilai rata-ratanya adalah 3,19 dan nilai cara mengelompokkan FCF dalam 3

standar deviasinya adalah 4,15. Dan untuk kelompok: FCF tinggi, sedang, dan rendah

variabel interaksi antara Free Cash Flow yang kemudian keseluruhannya di

Dividend Payout Ratio regresikan dengan variabel independennya.

dengan

(FCF_DPR), dari tabel diatas dapat Berdasarkan hasil regresi yang signifikan

diketahui nilai minimumnya adalah 2,84. tersebut kemudian dapat disimpulkan letak

Nilai Maksimumnya adalah 3119 ,05 nilai potensi kemungkinan terjadinya konflik

rata-ratanya adalah 777,06; dan nilai keagenan.

standar deviasinya adalah 579,85. Sedangkan untuk variabel Debt Ratio

HASIL PENELITIAN

(DR=Y), nilai minimumnya adalah 0,01 %, nilai maksimumnya adalah 0,79 %,

Data Deskriptif

nilai rata-ratanya adalah 0,24 %, dan standar deviasinya 0,24.

Data deskriptif untuk variabel penelitian disajikan pada tabel 1.

JRAK, Volume 9, No.1, Februari 2013

Tabel 1 Statistik Deskriptif

Mean

Median Maximum Minimum Std. Deviasi

45 26.29 26.40 30.24 20.32 1.60 FCF*INSDR

45 3.19 1.81 17.53 0.00 4.15 FCF*DPR

2.84 579.85 Sumber: hasil olahan data

Hasil uji multikolieritas dengan regresi dapat diketahui, nilai durbin pendekatan matrik korelasi menunjukkan

Watson-nya sebesar 1,858456. Dan hasil bahwa tidak ada gejala multikolieritas

peletakkan dalam gambar dapat dilihat untuk semua variabel. Demikian juga,

posisi nilai DW hitung berada diposisi dU setelah dilakukan pengujian dengan

< d< 4- dU, karena nilai DW hitung adalah metode glejser, dapat dilihat tidak ada

1,858456 dan berada diantara nilai 1,7632- variabel independen yang terindikasi

2,2312. Jadi berdasarkan posisi tersebut heterokedastisitas. Hal tersebut dapat

dapat diartikan tidak ada autokorelasi. dilihat pada variabel independen yang

Uji linier juga digunakan untuk diregresikan dengan absolute nilai

menguji apakah model yang digunakan residualnya, nilai probibilitasnya dari

linier atau tidak. Berdasarkan pengujian variabel Insider Ownership adalah 0,082;

menggunakan metode Ramsey RESET Dividend Payout Ratio adalah 0,848;

Test. Dari hasil pengujian di atas dapat Variabel Free Cash Flow adalah 0,101;

diketahui nilai probabilitas F-Statistiknya variabel interaksi Free Cash Flow dengan

= 0,9287. Setelah dibandingkan dengan Insider Ownership adalah 0,557; dan

nilai alpha 5 %, sehingga dapat variabel Interaksi Free Cash Flow dengan

disimpulkan nilai F statistic 0,9287 > 0,05, Dividend Payout Ratio adalah 0,051.

maka model linier. Atau dengan kata lain Dapat kita ketahui seluruh variabel nilai

model regresi linier berganda dapat probabilitasnya di atas α 5% (0,05), maka

digunakan sebagai model penguji data dan dapat disimpulkan seluruh variabel

hipotesis.

independennya tidak terindikasi gejala Dari hasil uji normalitas residual heterokedastisistas. Uji asumsi klasik

merupakan gambaran distribusi residual autokorelasi merupakan suatu gambaran

dari data atau sample. Dari hasil penelitian bahwa faktor pengganggu (error term)

dapat diketahui nilai Jarque Bera = yang satu dengan yang lain saling

0,804452 dan nilai probabilitasnya berhubungan. Dari hasil penelitian di atas

0,668830 > 0,05. Hasil ini menunjukkan dapat diketahui nilai durbin watsonnya

bahwa residual data yang diuji normal. adalah 1,858456. Hasil pengujiannya nilai DW hasil hitung harus dicari letaknya untuk memberikan keputusan terjadi

Hasil Pengujian Hipotesis

autokorelasi atau tidak. Berdasarkan hasil

INSIDER OWNERSHIP, DIVIDEN, DAN KEBIJAKAN HUTANG: ……………………………………..……...(Prita Sukma Ariyanti)

Pengujian ini bertujuan untuk dengan prediktor secara statistik harus mengidentifikasi peran modersi free cash

signifikan. Pada pure moderator, variabel flow (FCF). Sharma et al. (1981) dalam

moderator harus tidak signifikan; Sunarto (2008) menunjukkan bahwa

sedangkan variabel interaksi antara variabel moderator dapat dibedakan ke

moderator dan prediktor harus signifikan. dalam quasi dan pure moderator. Sharma

Hasil regresi pada uji model moderator menyatakan bahwa pada quasi moderator,

murni disajikan pada Tabel 2. variabel moderator dan interaksinya

Tabel 2 Hasil Uji Pemoderasi Murni

2 Prob Model

FCF*INSDR FCF*DPR

R (F-stat)

Sumber: hasil olahan data

Dari hasil pengujian regresi pada model pengujian yang dapat digunakan persamaan-persamaan di atas, dapat

adah Common Effects.

diketahui persamaan (1), (2), dan (4) nilai Berdasarkan hasil pengujian koefisien beta- nya (β) berbeda signifikan

menggunakan metode Common Effects antara satu dengan yang lainnya, sehingga

dapat diketahui bahwa, nilai koefisien dapat disimpulkan variabel free cash flow

variabel Insider Ownership (INSDR) (FCF) merupakan variabel quasi modera-

adalah 10,21145. Untuk variabel Dividend tor (moderator semu) (sesuai dengan

Payout Ratio (DPR) nilai koefisiennya kuadran 4). Karena variabel free cash flow

adalah -0,122753. Untuk variabel Free (FCF) selain sebagai variabel predictor

Cash Flow (FCF) nilai koefisiennya adalah (independen) dia juga berinteraksi dengan

0.060932. Sedangkan untuk variabel variabel predictor (independen) lainnya.

interaksi anatara Free Cash Flow dengan Berdasarkan

Redundant Fixed Insider Ownership (FCF_INSDR) nilai Effects diketahui bahwa probabilitas untuk

koefisiennya adalah -0,393620. Dan untuk Cross Section F dan Cross-Section/Period

variabel interaksi antara Free Cash Flow

F menunjukkan probabilitas 0,0045 dan dan Dividend Payout Ratio (FCF_DPR) 0,0125, ke duanya berada di bawah α 5%.

nilai koefisiennya adalah 0,004466. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa

JRAK, Volume 9, No.1, Februari 2013

Nilai R-squared sebesar 0,680402 Hasil rangkuman hasil pengujian dan nilai Adjusted R-squared 0,639428.

hipotesis disajikan pada tabel 3. Nilai adjusted R squared 0,639428 atau

Berdasarkan tabel 3 variabel insider 63,9428% menunjukkan bahwa variabel

ownership memiliki koefisien positif independen belum dapat belum

(10.21145) dengan p-value atau tingkat menjelaskan seluruh variasi nilai debt

signifikansi 0.04985 < α 5%,.Hal itu ratio sebagai variabel dependen. Atau

berarti insider ownership berpengaruh dengan kata lain besarnya variasi

positif dan signifikan terhadap kebijakan perubahan nilai pada variabel dependen

hutang. Hasil ini menunjukkan terjadi hanya dapat digambarkan oleh variabel

kenaikan proporsi kepemilikan manajerial independen sebesar 63,9428 %. Sementara

(insider ownership) akan menaikan pula iti, hasil Uji F regresi menunujukkan nilai

kebijakan hutang perusahaan, dan juga probabilitas F-statistiknya adalah sebaliknya. Walaupun hasil penelitian 0,000000. Jika dibandingkan dengan nilai

menunjukkan hasil yang signifikan, namun α 5% (0,05), maka nilai probabilitasnya

adanya perbedaan arah pengaruh regresi, 0,000000 < 0,05 dan hal tersebut berarti

sehingga membuat hipotesis 1 (H1), variabel bebas atau variabel independen

“Insider Ownership berpengaruh negatif secara bersama-sama atau simultan

terhadap kebijakan hutang” dalam berpengaruh pada variabel dependen.

penelitian ini tidak didukung.

Tabel 3 Hasil Pengujian Hipotesis

DR = α-β 1 INSDR - β 2 DPR + ε DR = α-β 1 INSDR - β 2 DPR - β 3 FCF +ε DR = α + β 3 FCF + β 4 FCF* INSDR + β 5 FCF* DPR + ε

DR = α -β 1 INSDR - β 2 DPR + β 3 FCF + β 4 FCF* INSDR + β 5 FCF* DPR + ε

Pre-

Hip Variabel

Kepemilikan Tidak

H 1 INSDR (-) 10.21 1.69 (0.04985)*

Manjerial Didukung

Dividend

Didukung Payout Ratio

H 2 DPR

(-) -0.12 -4.19

Free Cash

0.06 3.05 (0,00205)* Didukung Flow

FCF*IN

H 4 Kepemilikan -0.39 -1.74 0.0893*** Didukung

SDR

Manjerial FCF .

FCF*

H 5 Dividend

Payout Ratio Keterangan *Signifikan pada 1%; ** Signifikan pada level 5%; *** Signifikan pada level 10%

INSIDER OWNERSHIP, DIVIDEN, DAN KEBIJAKAN HUTANG: ……………………………………..……...(Prita Sukma Ariyanti)

Variabel dividend payout ratio dari hasil regresi awal (model 1), maka memiliki koefisien negative, -0.122753

hipotesis 3 (H3), “Free Cash Flow dengan p-value atau tingkat signifikansi,

mempengaruhi hubungan antara Insider 0.0001 < α=1%. Hal tersebut berarti

Ownership dengan kebijakan hutang” dividend payout ratio berpengaruh negatif

dalam penelitian ini didukung. dan signifikan terhadap kebijkan hutang.

Variabel interaksi antara Free Cash Hasil ini menunjukkan apabila perusahaan

Flow dengan dividend payout ratio menaikan hasil pembagian dividen kepada

memiliki koefisien positif (0.004466) para pemegang saham justru akan

dengan p-value atau tingkat signifikansi membuat pengurungan penggunaan dana

0,0002 < α=5% (signifikan pada α=1%). dara pihak ketiga (hutang). Dengan

Hal ini menunjukkan interaksi antara Free

Cash Flow dengan dividend payout ratio “dividend payout ratio berpengaruh negatif

demikian disimpulkan hipotesis 2 (H 2 ),

berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan hutang” dalam

terhadap kebijakan hutang. Hal tersebut penelitian ini didukung.

berarti adanya Free Cash Flow justru Variabel free cash flow memiliki

melemahkan hubungan dividend payout koefisien positif, 0.060932 dengan p-value

ratio dengan kebijakan hutang. Dengan atau tingkat signifikansi, 0,00205 < α=5%.

demikian hasil regresi yang signifikan dan Hal ini berarti free cash flow berpengaruh

hasil yang berbeda arah dengan regresi positif dan signifikan terhadap kebijakan

awal (regresi DPR terhadap Dividen), hutang. Hal tersebut berarti apabila terjadi

maka hipotesis 4 (H4), “Free Cash Flow kenaikan aliran kas bebas perusahaan (free

mempengaruhi hubungan antara dividend cash flow ) akan menaikan pula kebijakan

payout ratio dengan kebijakan hutang” hutang perusahaan, dan juga sebaliknya.

dalam penelitian ini didukung. Dengan hasil regresi yang menunjukkan

Pengujian lanjutan sampel dengan signifikan dan arahnya sesuai dengan

melakukan pengelompokan tingkat Free hipotesis, maka hipotesis 3 (H3), “Free

Cash Flow (FCF). Pengujian lanjutan ini Cash Flow berpengaruh positif terhadap

bertujuan untuk mengetahui kondisi kebijakan hutang” dalam penelitian ini

tingkat free cash flow yang tinggi, sedang, didukung.

dan rendah pada perusahaan-perusahaan Variabel interaksi antara Free Cash

yang menjadi sampel penelitian. Dari 45 Flow dengan insider ownership (X4)

sampel free cash flow yang ada, kemudian memiliki koefisien negative, -0.393620

diklasifikasikan dari nilai free cash flow dengan p-value atau tingkat signifikansi,

tertinggi, sedang, hingga terendah. Dan 0.0893 > α=5% (namun signifikan pada α

dari hasil pengklasifikasian dipilih 10%). Hal ini berarti interaksi antara Free

33,333% data tertinggi, 33,333% data Cash Flow dengan insider ownership

sedang dan 33,333% terendah yang berpengaruh negatif dan signifikan

kemudian data-data tersebut di regresikan terhadap kebijakan hutang. Hal tersebut

pada seluruh variabel independennya. menunjukkan adanya free cash flow justru

Hasil pengujian pada tingkat Free Cash memperlemah hubungan insider ownership

Flow disajikan pada tabel 4. dengan kebijakan hutang. Dengan hasil yang signifikan dan adanya perubahan arah

JRAK, Volume 9, No.1, Februari 2013

Tabel 4 Hasil Pengujian Pada Tingkat Free Cash Flow (FCF) Tinggi, Sedang, dan Rendah

Interkasi Tingkat FCF Mean

Interkasi

C INSDR

DPR

FCF

FCF*INSDR FCF*DPR

FCF-HIGH

-0.00021 Prob

3.33 3.4937 -2.4616 0.0058 -0.0075

FCF-SEDANG 3.27 3.5701 -3.0022 -0.0026 -0.0118

3.21 5.2302 -27.84 0.0003 -0.0798

0.9802 Sumber: hasil olahan data

Dari tabel 4 menunjukkan nilai rata-

PEMBAHASAN

rata antara satu kelompok dengan kelompok free cash flow yang lain tidak

Pengaruh Insider Ownership dan

terlalu jauh. Dan dari tabel di atas,

Kebijakan Hutang

diketahui bahwa hasil pengujian kelompok Free Cash Flow tinggi (FCF_HIGH) dan

Variabel independen Insider Free Cash Flow rendah (FCF_LOW)

Ownership yang diprediksikan berpe- terhadap interaksi seluruh variabel

ngaruh negatif terhadap kebijakan hutang independen. Dapat diketahui pada

justru berpengaruh positif dan signifikan. FCF_HIGH hanya konstantanya saja yang

Hal tersebut bertentangan dengan teori signifikan (p-value 0,0006 < α =5%). Pada

yang yang diilhami oleh peneliti. saat kondisi FCF_SEDANG diketahui

Berdasarkan penelitian-penelitian sebe- variabel insider berkoefisien negative, -

lumnya, peneliti beranggapan bahwa 3.0022 dan signifikan, p-value 0.0442 < α

seorang dewan direksi dan juga dewan =5%, dan untuk variabel interaksi antara

komisaris tidak menghendaki hutang yang Free Cash Flow dengan Insider Ownership

tinggi. Hal tersebut dikarenakan semakin (FCF_INSDR) nilai koefisiennya adalah

tingginya hutang maka kemungkinan 0.127063 dan signifikan, p-value 0.0351<

perusahaan menghadapi risiko keuangan α =5%.

semakin tinggi.

Untuk pengujian pada saat kondisi Namun hasil regresi justru FCF_LOW dapat diketahui tidak hanya

menunjukkan hasil yang sebaliknya, hal variabel konstanta yang signifikan (0,000),

tersebut menunjukkan insider justru namun ada variabel lain yang juga

menyukai penggunaan hutang oleh signifikan yaitu variabel INSDR (Insider

manajerial. Penggunaan hutang dimung- Ownership ) yang memiliki koefisien, -

kinkan karena kondisi keuangan 27,84 dan signifikan (p-value 0,0081< α

perusahaan yang tidak stabil atau Free =5%) dan viriabel lainnya adalah variabel

Cash Flow in re-invesment sangat terbatas hasil interaksi anatara Free Cash Flow

sehingga dibutuhkan dana tambahan dari dengan Insider Ownership (FCF_INSDR)

pihak ke 3 atau kreditor. Dengan adanya dengan koefisien 1,126932 yang juga

dana dari pihak ketiga membuat seorang signifikan (p-value 0,0075< α =5%).

insider merasa yakin kalau manajer tidak akan melakukan overinvestment karena pengwasan tidak hanya dari internal

INSIDER OWNERSHIP, DIVIDEN, DAN KEBIJAKAN HUTANG: ……………………………………..……...(Prita Sukma Ariyanti)

(pemegang saham yang lain) melainkan seharusnya diambil oleh manajer semakin juga dari pihak ketiga (Kreditor).

kecil.

Dari hasil analisis lanjutan dari Namun karena kondisi keuangan pengujian kelompok free cash flow (FCF)

perusahaan yang menunjukkan kondisi dapat diketahui kondisi FCF perusahaan

Free Cash Flow yang sangat terbatas, yang berada dalam kondisi sedang justru

membuat manajer mengambil keputusan menunjukkan hasil negatif (-3.0022) dan

pendanaan dari pihak ketiga agar dapat signifikan (0.0442). Hasil ini menunjuk-

melakukan investasi atau re-investasi. kan hasil yang justru bertolak belakang

Namun keputusan yang diambil oleh dengan hasil pengujian hipotesis. Namun

manajer tidak disetujui oleh pemegang dengan demikian justru dapat diketahui

saham lain, hal tersebut dikarenakan para bahwa insider yang awalnya tidak

pemilik saham yang lain tidak menginginkan manajer mengambil menginginkan perusahaan menghadapi kebijakan hutang, justru berbalik mendu-

risiko financial. Mereka berpikir, apabila kung keputusan tersebut. Hal tersebut

investasi atau re-investasi yang dilakukan dikarenakan kondisi aliran kas bebas

oleh manajer perusahaan tidak berhasil, perusahaan yang terbatas membuat perusa-

maka akan timbul kemungkinan haan tidak dapat melakukan kegiatan

perusahaan tidak dapat membayar bunga investasi, sehingga para insider pun

ataupun cicilan pinjaman dari pihak ketiga akhirnya menyutujui penggunaan hutang.

dan akan berdampak juga tidak Dan hasil pengujian regresi yang

dibagikannnya dividen ke para pemegang menunjukkan arah positif yang signifikan

saham.

menunjukkan hipotesis 1 “Insider Dari hasil analisis lanjutan dari Ownership berpengaruh negatif terhadap

pengujian kelompok free cash flow (FCF) kebijakan hutang” tidak didukung. Hasil

dapat diketahui kondisi fcf perusahaan pengujian menunjukkan hasil yang tidak

yang berada dalam kondisi sedang justru konsisten dengan hasil penelitian Jensen et

menunjukkan hasil negatif (-0.0026) dan al dan juga Fried and Lang yang

tidak signifikan (0.337). Hasil ini menyatakan Insider Ownership berpenga-

menunujukkan arah hasil pengujian yang ruh negatif terhadap kebijakan hutang.

sesuai dengan hasil pengujian hipotesis Namun hasil pengujian ini konsisten

namun hasil analisis lanjutan menunjukkan dengan hasil penelitian yang dilakukan

hasil yang tidak signifikan. Hal ini tersebut oleh Agrawal dan Mendelker (1987).

berarti ketika kondisi FCF perusahaan sedang perusahaan menunrunkan jumlah

Dividend Payout Ratio dan Kebijakan

pembagian dividen walaupun jumlah

Hutang

penurunannya tidak begitu signifikan. Alran kas bebas yang tersedia dalam

Untuk variabel Dividend Payout perusahaan lebih digunakan untuk Ratio yang awalnya berdasarkan peneliti-

membayar dividen kepada para pemegang an-penelitian sebelumnya juga diprediksi

saham sedangkan untuk investasi manajer berhubungan negatif oleh peneliti, dan

menggunakan hutang. Namun ketika ternyata hasilnya juga arah pengaruhnya

terjadi proporsi hutang perusahaan yang regresinya negatif (-0.122753) dan juga

besar membuat laba bersih hasil investasi signifikan di level 0,0001. Berdasarkan

semakin kecil karena dikurangi untuk penelitian sebelumnya, maka penguji

pembayaran bunga dan cicilan hutang. beragumen bahwa semakin tinggi rasio

Sehingga dividen yang dibagikan pembagian dividen yang diharapkan oleh

kepemegang saham terjadi penurunan hasil pemilik saham maka proporsi hutang yang

yang signifikan.

JRAK, Volume 9, No.1, Februari 2013