ANALISIS PENGARUH INSTITUSIONAL OWNERSHIP, FREE CASH FLOW, GROWTH OPPORTUNITIES, FINANCIAL LEVERAGE DAN FIRM SIZE TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN

(1)

commit to user

ANALISIS PENGARUH

INSTITUSIONAL OWNERSHIP, FREE CASH FLOW, GROWTH OPPORTUNITIES, FINANCIAL

LEVERAGE

DAN

FIRM SIZE

TERHADAP

KEBIJAKAN DIVIDEN

(Studi Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2006-2009)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi

Syarat-Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta

Disusun oleh: AZIFA AULIA

F0207043

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA


(2)

commit to user

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi dengan judul:

ANALISIS PENGARUH INSTITUSIONAL OWNERSHIP, F REE CASH

F LOW, GROWTH OPPORTUNITIES, F INANCIAL LEVERAGE DAN F IRM

SIZE TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN

(Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2006-2009)


(3)

commit to user

HALAMAN PENGESAHAN

Telah disetujui dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret guna melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen.


(4)

commit to user

PERSEMBAHAN

Karya ini penulis persembahkan untuk :

Ayah dan Ibuku tercinta

Adik-adikku tersayang

Keluarga besarku

Sahabat-sahabat terbaikku

Almamaterku


(5)

commit to user

MOTTO

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya

sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah

selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh

(urusan) yang lain, dan hanya kepada Tuhan-mu lah hendaknya kamu

berharap”

( QS. AL INSYIRAH : 5-8 )

“Aku tidak mampu mengubah masa lalu dan aku sekarang tidak

mampu untuk mengetahui apa yang bakal terjadi pada masa

mendatang. Untuk itu, mengapa aku harus menyesali masa lalu atau

merasa cemas dengan masa mendatang?”


(6)

commit to user

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr. wb.

Segenap puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat, hidayah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Pengaruh Institusional Ownership, Free Cash Flow,

Growth Opportunities, Financial Leverage dan Firm Size Terhadap Kebijakan

Dividen (Studi Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2006 – 2009)”, yang merupakan sebagian persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak dapat lepas dari bantuan banyak pihak. Dengan selesainya skripsi ini penulis ucapkan terima kasih dan penghargaan kepada :

1. Prof. Dr. Bambang Sutopo, M.Com, Ak, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.

2. Dra. Endang Suhari, M.Si, selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.

3. Prof.Dr.Hartono, M.S, selaku pembimbing skripsi yang selalu meluangkan waktu di sela-sela kesibukannya untuk memberikan kritik, saran, nasehat dan bimbingan sejak awal hingga akhir penulisan skripsi.


(7)

commit to user

4. Muh. Juan Suam Toro, SE, M.Si, yang telah memberikan gambaran dan pencerahan terkait teori-teori dalam penulisan skripsi.

5. Bapak dan Ibu Staff Pengajar Fakultas Ekonomi, yang telah memberikan bimbingan selama penulis menempuh studi.

6. Staff dan Karyawan Fakultas Ekonomi, yang telah memberikan kenyamanan dan kemudahan selama penulis menempuh proses studi. 7. Segenap keluarga penulis yang telah memberikan semangat, dorongan,

dan doa sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

8. Teman-teman Manajemen angkatan 2007 yang telah memberikan semangat, bantuan dan doa.

9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini.

Penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik demi perbaikan ke depan. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada penulis dan semua yang membacanya.

Surakarta, Maret 2011


(8)

commit to user

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

ABSTRAK ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

HALAMAN MOTTO ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL . ... xii

DAFTAR GAMBAR . ... xiii

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 10

C. Tujuan Penelitian ... 10

D. Manfaat Penelitian ... 11

BAB II. TELAAH PUSTAKA A. Pasar Modal ... 12

B. Kebijakan Dividen ... 13

1. Definisi Kebijakan Dividen. ... 13

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen ... 14


(9)

commit to user

4. Teori Kebijakan Dividen. ... 22

5. Prosedur Pembayaran Dividen. ... 26

C. Teori Keagenan (Agency Theory)... 26

D. Dividend Payout Ratio ... 28

E. Institusional Ownership ... 29

F. Free Cash Flow... 30

G. Growth Opportunities ... 32

H. Financial Leverage ... 34

I. Firm Size ... 35

J. Penelitian Terdahulu ... 36

K. Kerangka Pemikiran ... 44

L. Hipotesis... 45

BAB III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 52

B. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ... 52

C. Jenis dan Sumber Data ... 54

D. Metode Pengumpulan Data... 55

E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 56

F. Model Regresi... 59

G. Teknik Analisis Data ... 60

1. Analisis Statistik Desktiptif ... 60

2. Uji Normalitas Data ... 60


(10)

commit to user

4. Pengujian Hipotesis ... 63

BAB IV. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Sampel ... 66

B. Statistik Deskriptif... 67

C. Pengujian Normalitas Data ... 68

D. Pengujian Asumsi Klasik ... 70

E. Analisis Regresi Berganda ... 73

F. Hasil Pengujian Hipotesis ... 76

G. Koefisien Determinasi... 79

H. Pembahasan ... 80

BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan ... 87

B. Keterbatasan ... 88

C. Saran ... 89

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(11)

commit to user

DAFTAR TABEL

TABEL Halaman

Tabel III.1 Perhitungan Sampel Perusahaan... 54

Tabel IV.1 Hasil Pengambilan Sampel ... 66

Tabel IV.2 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian... 67

Tabel IV.3 Hasil Uji Normalitas Sebelum Transformasi Data ... 68

Tabel IV.4 Hasil Uji Normalitas Setelah Transformasi Data ... 69

Tabel IV.5 Hasil Uji Multikolinearitas ... 70

Tabel IV.6 Hasil Uji Autokorelasi ... 71

Tabel IV.7 Hasil Pengujian Regresi Berganda ... 74

Tabel IV.8 Hasil Uji F ... 76

Tabel IV.9 Hasil Uji t ... 77


(12)

commit to user

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR Halaman

Gambar II.1 Kerangka Pemikiran ... 44 Gambar IV.1 Hasil Pengujian Heteroskedastisitas... 72


(13)

commit to user

ABSTRAK

ANALISIS PENGARUH INSTITUSIONAL OWNERSHIP, F REE CASH

F LOW, GROWTH OPPORTUNITIES, F INANCIAL LEVERAGE DAN F IRM

SIZE TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN

(Studi Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2006 – 2009)

AZIFA AULIA NIM. F0207043

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh institusiona l ownership,

free ca sh flow, growth opportunities, financia l levera ge, dan firm size terhadap

kebijakan dividen.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang termasuk dalam sektor manufaktur pada periode 2006-2009. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive sa mpling dan diperoleh sampel sebanyak 147 perusahaan selama 4 tahun periode pengamatan. Data yang diteliti diperoleh dari laporan keuangan yang dipublikasikan di Indonesian Ca pita l Ma rket

Directory (ICMD) dan www.idx.co.id. Teknik analisis data yang digunakan

adalah analisis regresi linear berganda.

Hasil dari penelitian ini menemukan bahwa institusiona l ownership dan

free ca sh flow berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen.

Variabel lain dalam penelitian ini yaitu growth opportunities, fina ncia l levera ge

dan firm size tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen.

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kelima variabel independen yaitu institusiona l ownership, free ca sh flow, growth opportunities, fina ncia l

levera ge dan firm size secara simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel

dependen, yaitu kebijakan dividen. Sedangkan secara parsial, variabel yang berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen adalah variabel institusiona l

ownership dan free ca sh flow.

Kata kunci : kebijakan dividen, institusiona l ownership, free ca sh flow, growth opportunities, financia l levera ge, firm size.


(14)

commit to user

ABSTRACT

ANALYSIS OF INSTITUSIONAL OWNERSHIP, F REE CASH F LOW, GROWTH OPPORTUNITIES, F INANCIAL LEVERAGE AND F IRM SIZE

INF LUENCE TOWARD DIVIDEND POLICY

(Studies at the manufacturing companies listed on the Indonesian

Stock Exchange 2006-2009)

AZIFA AULIA NIM. F0207043

The objective of this research is to exa mine the influence of institusiona l ownership, free ca sh flow, growth opportunities, fina ncia l levera ge a nd firm size towa rd dividend policy.

The popula tion in this resea rch is that a ll compa ny including ma nufa cturing sector in 2006-2009. The sa mpling technique employed wa s purposive sa mpling and a ccuired 147 compa nies during 4 yea rs observation period. Data were provided by Indonesian Capita l Ma rket Directory (ICMD) a nd www.idx.co.id. The a na lysis technique employed wa s multiple regression.

The result of this resea rch finds that institusiona l ownership and free ca sh flow gives significant positive influence on dividend policy. The other va ria bles which is growth opportunities, financia l levera ge, a nd firm size do not gives significa nt influence on dividend policy.

From the observation result ca n be concluded that a ll of independent va ria ble such a s institusiona l ownership, free ca sh flow, growth opportunities, financia l levera ge a nd firm size influence simulta neously a nd significantly the dependent va ria ble, dividend policy. Meanwhile the va ria bles influence dividend policy pa rtia lly include institusiona l ownership a nd free ca sh flow.

Keyword: dividend policy, institusiona l ownership, free ca sh flow, growth opportunities, financia l levera ge, firm size.


(15)

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kebijakan dividen (dividend policy) mempunyai dampak yang sangat penting bagi investor maupun bagi perusahaan yang melakukan pembayaran dividen. Tujuan utama investor menanamkan modalnya ke dalam suatu perusahaan adalah untuk meningkatkan kemakmuran dengan memperoleh pendapatan atau tingkat pengembalian investasi, baik berupa dividen maupun pendapatan dari selisih harga jual saham terhadap harga belinya (ca pita l gain).

Menurut Saxena (1999), isu tentang kebijakan dividen sangat penting karena perusahaan menggunakan dividen sebagai cara untuk memperlihatkan kepada pihak luar atau calon investor sehubungan dengan stabilitas dan prospek pertumbuhan perusahaan di masa yang akan datang. Selain itu, dividen juga memegang peranan penting pada struktur permodalan perusahaan.

Kebijakan dividen (dividend policy) merupakan keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan guna pembiayaan investasi di masa yang akan datang (Sartono,2001:281). Dalam menetapkan kebijakan dividen, seorang manajer keuangan menganalisis sampai seberapa jauh pembelanjaan dari dalam perusahaan sendiri yang akan dilakukan oleh perusahaan dapat dipertanggungjawabkan. Hal ini mengingat bahwa hasil operasi yang ditanamkan kembali dalam perusahaan sesungguhnya adalah dana yang


(16)

commit to user

2 dimiliki oleh pemegang saham yang tidak dibagikan sebagai dividen. Oleh karena itu, atas dasar pertimbangan antara return dan risiko, perlu diputuskan apakah lebih baik hasil operasi tersebut dibagikan sebagai dividen ataukah ditanamkan kembali dalam bentuk laba ditahan sebagai dana internal yang perlu dipertimbangkan pemanfaatannya untuk perluasan dan pengembangan usaha perusahaan.

Pemegang saham umumnya menginginkan pembagian dividen yang relatif stabil atau cenderung meningkat dari waktu ke waktu karena dengan stabilitas dividen tersebut dapat meningkatkan kepercayaan terhadap perusahaan sehingga mengurangi unsur ketidakpastian dalam investasi. Namun, apabila terjadi penurunan laba ataupun terbukanya kesempatan investasi yang profita ble maka pihak manajemen akan cenderung membatasi pembayaran dividen. Hal itu disebabkan keuntungan perusahaan akan dialokasikan pada laba ditahan sebagai sumber dana internal. Sumber dana internal tersebut merupakan salah satu dari sumber dana yang penting untuk membiayai pertumbuhan perusahaan.

Kebijakan dividen menjadi masalah yang menarik untuk dikaji karena kebijakan ini akan memenuhi harapan investor terhadap dividen, namun di sisi lain tidak harus menghambat pertumbuhan perusahaan. Semakin tinggi dividen yang dibagikan akan mengurangi kemampuan perusahaan untuk investasi sehingga menurunkan tingkat pertumbuhan perusahaan dan selanjutnya akan menurunkan harga saham (Sartono, 2001:281). Oleh karena itu, dalam menetapkan kebijakan dividen, perusahaan sebaiknya


(17)

commit to user

3 mempertimbangkan antara dividen saat ini dengan pertumbuhan perusahaan di masa mendatang sehingga akan memaksimalkan harga saham.

Terdapat tiga teori yang berlawanan tentang dividen. Menurut Modigliani dan Miller yang dikutip dalam (Sartono,2001:282), dividend

irreleva nt theory menyatakan bahwa besar kecilnya dividen tidak berpengaruh

terhadap nilai perusahaan tetapi yang berpengaruh adalah ea rning power dari aset perusahaan. Dengan demikian, nilai perusahaan ditentukan oleh keputusan investasi. Menurut Gordon dan Lintner yang dikutip dalam (Sartono,2001:284), dalam the bird in the ha nd theory, investor menginginkan dividen tinggi daripada ca pita l gain karena capita l gain yang diharapkan memiliki risiko yang lebih besar. Apabila perusahaan menerapkan sepenuhnya konsep ini, perusahaan memiliki sumber dana internal yang relatif rendah karena sebagian besar laba digunakan untuk mensejahterakan pemegang saham. Sebaliknya, the ta x preference theory yang dikutip dalam (Sartono,2001:288) menyatakan bahwa investor lebih memilih dividen rendah karena dividen cenderung dikenakan pajak yang lebih tinggi daripada ca pita l gain. Berdasarkan teori ini pemegang saham memilih dividen rendah untuk menghemat pembayaran pajak. Apabila perusahaan menerapkan konsep ini, maka perusahaan memiliki sumber dana internal yang besar sehingga dapat menunda menggunakan utang atau emisi saham baru. Dengan demikian, dari teori-teori tersebut preferensi pemegang saham dikelompokkan pada dua kelompok yang berbeda, yaitu pemegang saham yang cenderung menyukai dividen besar dan pemegang saham yang cenderung menyukai dividen kecil.


(18)

commit to user

4 Besar kecilnya dividen yang akan dibayarkan oleh perusahaan tergantung pada kebijakan dividen masing-masing perusahaan, sehingga pertimbangan pihak manajemen sangat diperlukan. Dengan demikian perlu bagi pihak manajemen untuk mempertimbangkan faktor-faktor apa saja yang akan mempengaruhi kebijakan dividen yang ditetapkan oleh perusahaan. Penelitian ini mengembangkan dari penelitian-penelitian sebelumnya mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kebijakan dividen perusahaan. Secara khusus, penelitian ini meneliti pengaruh institusiona l

ownership, free ca sh flow, growth opportunities, fina ncia l levera ge dan firm

size terhadap kebijakan dividen pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia tahun 2006-2009.

Struktur kepemilikan perusahaan-perusahaan publik di Indonesia sangat terkonsentrasi pada kepemilikan institusional. Apabila terkonsentrasi, maka pemilik besar atau pemilik dengan persentase kepemilikan tinggi dapat memainkan peranan dalam pengawasan manajemen. Menurut Jensen dan Meckling (1976), adanya kepemilikan institusional sebagai monitoring a gent

merupakan salah satu mekanisme yang digunakan untuk mengurangi a gency cost. Teori Clientele Effect dari Modigliani dan Miller menyatakan bahwa pemegang saham yang berbeda akan memiliki preferensi yang berbeda terhadap kebijakan dividen perusahaan. Hal tersebut mengindikasikan bahwa proporsi kepemilikan saham sangat mempengaruhi kebijakan dividen. Adanya kepemilikan oleh investor institusional seperti perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi dan kepemilikan oleh institusi lain akan mendorong


(19)

commit to user

5 peningkatan pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja insider pada perusahaaan (Moh’d et al, 1998) dalam Chasanah (2008). Penelitian yang dilakukan oleh Chasanah (2008) dan Istiqomah (2006) membuktikan bahwa kepemilikan institusional (institusiona l ownership) berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen. Hasil penelitian-penelitian tersebut sesuai dengan penelitian Han, Lee dan Suk (1999). Penelitian lain yang dilakukan oleh Kouki dan Guizani (2009) dan Amidu dan Abor (2006) menunjukkan hasil yang berbeda, hasil penelitian keduanya menemukan bahwa institusiona l ownership berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen. Penelitian lain yang dilakukan oleh Westri (2008) membuktikan bahwa kepemilikan institusional memiliki pengaruh positif namun tidak signifikan terhadap kebijakan dividen.

Menurut Sartono (2001: 293), kebutuhan dana bagi perusahaan pada kenyataannya merupakan faktor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan kebijakan dividen. Aliran kas perusahaan, pengeluaran modal, kebutuhan tambahan persediaan dan piutang, pola pengurangan hutang dan masih banyak faktor lain yang mempengaruhi posisi kas perusahaan harus dipertimbangkan dalam analisis kebijakan dividen. Dividen merupakan ca sh

outflow, maka semakin kuat posisi kas perusahaan akan semakin besar

kemampuan perusahaan untuk membayar dividen. Meskipun perusahaan dapat memperoleh laba yang tinggi namun apabila posisi kas menunjukkan keadaan yang tidak begitu baik, perusahaan mungkin tidak dapat membayar dividen. Posisi kas yang benar-benar tersedia bagi para pemegang saham


(20)

commit to user

6 akan tergambar pada free ca sh flow yang dimiliki oleh perusahaan (Rosdini,2009). Menurut Sartono (2001:101), free ca sh flow adalah ca sh flow

yang tersedia untuk dibagikan kepada investor setelah perusahaan melakukan investasi pada fixed asset dan working capita l yang diperlukan untuk mempertahankan kelangsungan usahanya. Dengan kata lain, free ca sh flow

adalah kas yang tersedia di atas kebutuhan investasi yang profita ble. Free

ca sh flow menyebabkan perbedaan kepentingan diantara kedua belah pihak

yaitu pemegang saham menginginkan sisa dana tersebut dibagikan untuk meningkatkan kesejahteraannya, sedangkan manajer berkeinginan dana tersebut digunakan untuk investasi pada proyek-proyek yang menguntungkan karena pada masa mendatang akan menambah insentif bagi manajer. Menurut Jensen (1986), apabila perusahaan memiliki free ca sh flow, perusahaan lebih baik membagikan dividen untuk mengurangi a gency cost. Penelitian yang dilakukan oleh Rosdini (2009) membuktikan bahwa free ca sh flow

berpengaruh positif dan signifikan terhadap dividend pa yout ratio. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa free ca sh flow dapat dijadikan sebagai salah satu indikator dalam penetapan kebijakan dividen dalam suatu perusahaan. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Holder, Langrehr dan Hexter (1998), Mollah, Keasey dan Short (2000), serta Kouki dan Guizani (2009) yang menemukan bahwa free cash flow berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen. Penelitian lain yang dilakukan oleh Hatta (2002) dan Kurniati (2007) menunjukkan hasil yang berbeda, hasil penelitiannya


(21)

commit to user

7 menemukan bahwa free ca sh flow tidak berpengaruh signifikan terhadap

dividend pa yout ratio.

Growth opportunities atau kesempatan pertumbuhan perusahaan

merupakan salah satu faktor yang dipertimbangkan dalam kebijakan dividen. Setiap perusahaan selalu menginginkan adanya pertumbuhan bagi perusahaan tersebut di satu pihak dan juga dapat membayarkan dividen kepada para pemegang saham di lain pihak. Semakin tinggi dividen yang dibayarkan, berarti semakin sedikit laba yang ditahan dan sebagai akibatnya dapat menghambat pertumbuhan dalam pendapatan dan harga sahamnya. Apabila perusahaan ingin menahan sebagian besar dari pendapatan yang tersedia maka semakin kecil dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa semakin tinggi dividen yang dibayarkan oleh perusahaan, maka semakin kecil dana yang tersedia untuk ditanamkan kembali di dalam perusahaan yang ini berarti akan menghambat pertumbuhan perusahaan (Riyanto,1994). Penelitian yang dilakukan oleh Westri (2008), Chasanah (2008), Amidu dan Abor (2006), Saxena (1999), Holder, Langrehr dan Hexter (1998) menemukan bahwa growth berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan dividen. Penelitian lain yang dilakukan oleh Kouki dan Guizani (2009) menemukan hasil yang berbeda, penelitian ini menemukan bahwa growth opportunities berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Istiqomah (2006), Hatta (2002), Mahadwarta (2002) membuktikan bahwa


(22)

commit to user

8

Fina ncia l levera ge menunjukkan proporsi atas penggunaan utang

untuk membiayai investasinya (Sartono,2001:120). Perusahaan yang tidak mempunyai levera ge berarti menggunakan modalnya sendiri 100%. Menurut Riyanto (1994), kebutuhan dana untuk membayar utang merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi rasio pembayaran dividen. Semakin tinggi tingkat financia l levera ge, maka semakin besar biaya tetap yang berupa bunga dan angsuran pokok pinjaman yang harus dibayar. Apabila perusahaan menetapkan bahwa pelunasan utangnya akan diambilkan dari laba ditahan, berarti perusahaan harus menahan sebagian besar pendapatannya untuk keperluan tersebut, yang ini berarti bahwa hanya sebagian kecil saja dari pendapatan atau ea rning yang dapat dibayarkan sebagai dividen (Riyanto,1994). Penelitian yang dilakukan oleh Nuringsih (2005) menemukan bahwa utang berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan dividen. Hasil penelitiannya sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Jensen, Solberg dan Zorn (1992), Kouki dan Guizani (2009) serta Gugler dan Yurtoglu (2003). Namun dalam penelitian lain yang dilakukan oleh Mahadwarta (2002) menunjukkan hasil yang bertentangan, penelitian ini membuktikan bahwa levera ge berpengaruh positif dan signifikan terhadap dividen. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Kurniati (2007) menemukan bahwa levera ge memiliki pengaruh negatif namun tidak signifikan terhadap dividend pa yout ratio.

Firm size atau ukuran perusahaan juga merupakan salah satu faktor


(23)

commit to user

9 dan Rhee (1990) dalam Nuringsih (2005), perusahaan yang memiliki ukuran besar akan lebih mudah memasuki pasar modal sehingga dengan kesempatan ini perusahaan membayar dividen besar kepada pemegang saham. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Holder, Langrehr dan Hexter (1998), firm size

berpengaruh positif dan signifikan terhadap dividend pa yout ratio. Hasil penelitian tersebut konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Westri (2008), Chasanah (2008) dan Hatta (2002). Penelitian lain yang dilakukan oleh Kouki dan Guizani (2009) menunjukkan hasil yang bertentangan yaitu menemukan bahwa firm size berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan dividen. Sedangkan Nuringsih (2005) menemukan bahwa firm size

tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen.

Hasil penelitian-penelitian terdahulu yang telah diuraikan diatas menunjukkan hasil penelitian yang berbeda satu sama lain mengenai pengaruh institusiona l ownership, free ca sh flow, growth opportunities,

financia l levera ge dan firm size terhadap kebijakan dividen. Hasil

penelitian-penelitian tersebut menimbulkan kesenjangan penelitian-penelitian (resea rch gap). Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul:

“ANALISIS PENGARUH INSTITUSIONAL OWNERSHIP, F REE CASH F LOW, GROWTH OPPORTUNITIES, F INANCIAL LEVERAGE

DAN F IRM SIZE TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN (Studi Pada

Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2006-2009)”.


(24)

commit to user

10

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, hal-hal yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah institusiona l ownership berpengaruh terhadap kebijakan dividen? 2. Apakah free ca sh flow berpengaruh terhadap kebijakan dividen?

3. Apakah growth opportunities berpengaruhterhadap kebijakan dividen? 4. Apakah fina ncia l levera ge berpengaruh terhadap kebijakan dividen? 5. Apakah firm size berpengaruh terhadap kebijakan dividen?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk menunjukkan bukti mengenai pengaruh institusiona l ownership

terhadap kebijakan dividen.

2. Untuk menunjukkan bukti mengenai pengaruh free ca sh flow terhadap kebijakan dividen.

3. Untuk menunjukkan bukti mengenai pengaruh growth opportunities

terhadap kebijakan dividen

4. Untuk menunjukkan bukti mengenai pengaruh fina ncia l levera ge terhadap kebijakan dividen.

5. Untuk menunjukkan bukti mengenai pengaruh firm size terhadap kebijakan dividen.


(25)

commit to user

11

D. Manfaat Penelitian

Dengan penelitian ini diharapkan akan ada penguatan bukti empiris mengenai ada tidaknya pengaruh institusiona l ownership, free ca sh flow,

growth opportunities, fina ncia l levera ge, dan firm size terhadap kebijakan

dividen. Oleh karena itu, penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat bagi:

1. Perusahaan

Bagi perusahaan, diharapkan penelitian ini dapat dijadikan dasar pertimbangan dan masukan dalam penentuan kebijakan dividen yang ditetapkan oleh perusahaan.

2. Investor

Bagi investor, diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan yang bermanfaat untuk pengambilan keputusan investasi di pasar modal terutama bagi investor yang memiliki tujuan investasi untuk memperoleh dividen.

3. Akademisi

Untuk kalangan akademisi, penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi pengetahuan tentang pengaruh institusiona l

ownership, free ca sh flow, growth opportunities, fina ncia l levera ge dan

firm size terhadap kebijakan dividen. Dengan bertambahnya referensi

mengenai ini, diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan apabila akan diadakan penelitian yang lebih lanjut oleh kalangan akademisi.


(26)

commit to user

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pasar Modal

Pasar modal adalah tempat terjadinya transaksi aset keuangan jangka panjang. Pasar modal merupakan salah satu sarana pembentukan modal dan alokasi dana untuk meningkatkan partisipasi masyarakat guna menunjang pembiayaan pembangunan nasional.

Pasar modal secara umum dapat diartikan sebagai pasar yang memperjualbelikan produk berupa dana yang bersifat abstrak. Sedangkan dalam bentuk konkritnya, produk yang diperjualbelikan di pasar modal berupa surat-surat berharga di bursa efek. Jenis surat berharga yang diperjualbelikan di pasar modal memiliki jatuh tempo lebih dari satu tahun. Setiap jenis instrumen pasar modal tersebut merupakan bukti kepemilikan modal dari lembaga yang mengeluarkannya yang dapat diperjualbelikan. Bentuk umum surat berharga yang diperjualbelikan di pasar modal adalah obligasi, saham preferen, dan saham biasa (Sartono, 2001:21).

Pasar modal pada dasarnya bertujuan untuk menjembatani aliran dana dari pihak yang memiliki dana (investor), dengan pihak perusahaan yang memerlukan dana (Jogiyanto, 2008). Beberapa sekuritas yang umumnya diperdagangkan di pasar modal antara lain: saham, obligasi, reksadana dan instrument derivatif. Masing-masing sekuritas tersebut memberikan return dan risiko yang berbeda-beda.


(27)

commit to user

13

B. Kebijakan Dividen

1. Definisi Kebijakan Dividen

Kebijakan dividen adalah keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi di masa yang akan datang (Sartono,2001:281). Apabila perusahaan memilih untuk membagikan laba sebagai dividen, maka akan mengurangi laba yang ditahan dan selanjutnya mengurangi total sumber dana internal atau

interna l financing. Sebaliknya jika perusahaan memilih untuk menahan

laba yang diperoleh, maka kemampuan pembentukan dana internal akan semakin besar.

Menurut Riyanto (1994), kebijakan dividen bersangkutan dengan penentuan pembagian pendapatan (earning) antara penggunaan pendapatan untuk dibayarkan kepada para pemegang saham sebagai dividen atau untuk digunakan di dalam perusahaan, yang berarti laba tersebut harus ditahan di dalam perusahaan. Laba ditahan (retained

ea rning) merupakan salah satu dari sumber dana yang paling penting

untuk membiayai pertumbuhan perusahaan. Sedangkan dividen merupakan aliran kas yang dibayarkan kepada para pemegang saham.

Kebijakan dividen dipandang penting karena mampu menciptakan keseimbangan antara dividen saat ini dan pertumbuhan di masa mendatang sehingga diharapkan dapat memaksimumkan harga saham perusahaan. Jika suatu perusahaan memotong dividennya, maka investor yang lebih


(28)

commit to user

14 menyukai dividen yang tinggi akan menjual sahamnya dan membeli saham yang mempunyai pembayaran dividen yang lebih tinggi, sedangkan investor yang memilih saham dengan dividen rendah akan menggantikan investor yang menjual sahamnya dengan membeli saham-saham tersebut.

Menurut Brigham dan Houston (2004:66), kebijakan dividen yang optimal adalah kebijakan dividen yang menciptakan keseimbangan diantara dividen saat ini dan pertumbuhan di masa mendatang yang memaksimumkan harga saham.

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen

Menurut Sartono (2001:293), faktor-faktor yang sesungguhnya terjadi dan harus dianalisis dalam kaitannya dengan kebijakan dividen adalah:

a. Kebutuhan Dana Perusahaan

Kebutuhan dana perusahaan dalam kenyataannya merupakan faktor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan kebijakan dividen yang akan diambil. Aliran kas perusahaan yang diharapkan, pengeluaran modal di masa yang akan datang yang diharapkan, kebutuhan tambahan piutang dan persediaan, pola (skedul) pengurangan piutang dan masih banyak faktor lain yang mempengaruhi posisi kas perusahaan harus dipertimbangkan dalam analisis kebijakan dividen.


(29)

commit to user

15 b. Likuiditas

Likuiditas perusahaan merupakan pertimbangan utama dalam banyak kebijakan dividen. Dividen bagi perusahaan merupakan kas keluar, maka semakin besar posisi kas dan likuiditas perusahaan secara keseluruhan akan semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar dividen. Perusahaan yang sedang mengalami pertumbuhan dan profita ble akan memerlukan dana yang cukup besar guna membiayai investasinya. Oleh karena itu, mungkin akan kurang likuid karena dana yang diperoleh lebih banyak diinvestasikan pada aktiva tetap dan aktiva lancar yang permanen. c. Kemampuan Meminjam

Posisi likuiditas perusahaan dapat diatasi dengan kemampuan perusahaan untuk meminjam dalam jangka pendek. Kemampuan meminjam dalam jangka pendek tersebut akan meningkatkan fleksibilitas likuiditas perusahaan. Perusahaan yang semakin besar dan sudah esta blish akan memiliki akses yang lebih baik di pasar modal. Kemampuan meminjam yang lebih besar, fleksibilitas yang lebih besar akan memperbesar kemampuan membayar dividen. d. Keadaan Pemegang Saham

Jika perusahaan itu kepemilikan sahamnya relatif tertutup, manajemen biasanya mengetahui dividen yang diharapkan oleh pemegang saham dan dapat bertindak dengan tepat. Jika hampir semua pemegang saham berada dalam golongan high ta x dan lebih


(30)

commit to user

16 suka memperoleh capita l gain, maka perusahaan dapat mempertahankan dividend pa yout yang rendah. Dengan dividend

pa yout yang rendah tentunya dapat diperkirakan apakah perusahaan

akan menahan laba untuk kesempatan investasi yang profita ble.

Untuk perusahaan yang jumlah pemegang sahamnya besar hanya dapat menilai dividen yang diharapkan pemegang saham dalam konteks pasar.

e. Stabilitas Dividen

Bagi para investor, faktor stabilitas dividen akan lebih menarik daripada dividend pa yout yang tinggi. Stabilitas ini dalam arti tetap memperhatikan tingkat pertumbuhan perusahaan, yang ditunjukkan oleh koefisien arah yang positif. Apabila faktor lain sama, saham yang memberikan dividen yang stabil selama periode tertentu akan mempunyai harga yang lebih tinggi daripada saham yang membayar dividennya dalam persentase yang tetap terhadap laba.

Sedangkan menurut Riyanto (1994:202), faktor-faktor yang mempengaruhi rasio pembayaran dividen suatu perusahaan adalah sebagai berikut:

a. Posisi Likuiditas Perusahaan

Posisi kas atau likuiditas dari suatu perusahaan merupakan faktor penting yang harus dipertimbangkan sebelum mengambil keputusan untuk menetapkan besarnya kebijakan dividen yang akan dibayarkan kepada para pemegang saham. Oleh karena dividen


(31)

commit to user

17 merupakan ca sh outflow, maka makin kuatnya posisi likuiditas perusahaan, berarti makin besar kemampuannya untuk membayar dividen.

Suatu perusahaan yang sedang tumbuh mungkin tidak begitu kuat posisi likuiditasnya karena sebagian besar dari dananya tertanam dalam aktiva tetap dan modal kerja, dengan demikian kemampuannya untuk membayar ca sh dividen pun sangat terbatas. Dengan sendirinya likuiditas suatu perusahaan ditentukan oleh keputusan-keputusan di bidang investasi dan cara pemenuhan kebutuhan dananya.

Dari uraian diatas dapat dikatakan bahwa semakin kuat posisi likuiditas suatu perusahaan terhadap prospek kebutuhan dana di masa mendatang, semakin tinggi dividend pa yout ratio nya.

b. Kebutuhan dana untuk membayar hutang

Apabila suatu perusahaan memperoleh hutang baru atau menjual obligasi baru untuk membiayai perluasan perusahaan, sebelumnya harus sudah direncanakan bagaimana caranya untuk membayar kembali hutang tersebut. Hutang dapat dilunasi pada hari jatuh temponya dengan mengganti hutang tersebut dengan hutang baru atau alternatif lain ialah perusahaan harus menyediakan dana sendiri yang berasal dari keuntungan untuk melunasi hutang tersebut. Apabila perusahaan menetapkan bahwa pelunasan hutangnya akan diambilkan dari laba ditahan, berarti perusahaan harus menahan


(32)

commit to user

18 sebagian besar pendapatannya untuk keperluan tersebut, yang ini berarti bahwa hanya sebagian kecil saja dari pendapatan atau ea rning

yang dapat dibayarkan sebagai dividen. Dengan kata lain, perusahaan harus menetapkan dividend pa yout ratio yang rendah. c. Tingkat pertumbuhan perusahaan

Semakin cepat pertumbuhan perusahaan, semakin besar kebutuhan dana untuk membiayai pertumbuhan perusahaan tersebut. Semakin besar kebutuhan dana di masa mendatang untuk membiayai pertumbuhannya, perusahaan tersebut biasanya lebih senang untuk menahan labanya daripada dibayarkan sebagai dividen kepada pemegang saham dengan mengingat batasan-batasan biayanya. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa semakin cepat tingkat pertumbuhan perusahaan semakin besar dana yang dibutuhkan, semakin besar kesempatan untuk memperoleh keuntungan, semakin besar bagian dari pendapatan yang ditahan dalam perusahaan, yang ini berarti semakin rendah dividend pa yout ratio nya.

Apabila perusahaan telah mencapai tingkat pertumbuhan sedemikian rupa sehingga telah well esta blished, dimana kebutuhan dananya dapat dipenuhi dengan dana yang berasal dari pasar modal atau sumber dana eksternal lainnya, maka keadaannya adalah berbeda. Dalam hal yang demikian, perusahaan dapat menetapkan


(33)

commit to user

19 d. Pengawasan terhadap perusahaan

Variabel penting lainnya adalah control atau pengawasan terhadap perusahaan. Ada perusahaan yang mempunyai kebijakan hanya membiayai ekspansinya dengan dana yang berasal dari sumber internal saja. Kebijakan tersebut dijalankan atas dasar pertimbangan bahwa ekspansi dibiayai dengan dana yang berasal dari hasil penjualan saham baru akan melemahkan control dari kelompok dominan di dalam perusahaan. Demikian pula jika perusahaan membiayai ekspansi dengan menggunakan hutang maka risiko finansialnya akan lebih besar. Mempercayakan pada pembelanjaan internal dalam rangka usaha mempertahankan control terhadap perusahan, berarti mengurangi dividend pa yout ratio nya.

3. Berbagai Macam Kebijakan Dividen

Menurut Riyanto (1994:204), terdapat berbagai macam kebijakan dividen yang dilakukan oleh perusahaan, antara lain:

a. Kebijakan dividen stabil

Banyak perusahaan yang menjalankan kebijakan dividen yang stabil, artinya jumlah dividen per lembar saham yang dibayarkan setiap tahunnya relatif tetap selama jangka waktu tertentu meskipun pendapatan per lembar saham per tahunnya berfluktuasi. Dividen yang stabil ini dipertahankan untuk beberapa tahun, kemudian apabila ternyata pendapatan perusahaan meningkat dan kenaikan pendapatan


(34)

commit to user

20 tersebut nampak mantap dan relatif permanen, barulah besarnya dividen per lembar saham dinaikkan. Alasan-alasan yang mendorong perusahaan menjalankan kebijakan dividen stabil antara lain:

1. Kebijakan dividen stabil yang dijalankan oleh suatu perusahaan akan memberikan kesan kepada para investor bahwa perusahaan tersebut mempunyai prospek yang baik di masa-masa mendatang. Apabila pendapatan suatu perusahaan berkurang tetapi perusahaan tersebut tidak mengurangi dividen yang dibayarkan, maka kepercayaan pasar terhadap perusahaan tersebut lebih besar dibandingkan apabila dividennya dikurangi. Dengan demikian, manajemen dapat mempengaruhi harapan para investor dengan melalui politik dividen yang stabil.

2. Banyak pemegang saham yang hidup dari pendapatan yang diterima dari dividen. Golongan ini dengan sendirinya tidak akan menyukai adanya dividen yang tidak stabil. Mereka lebih senang membayar harga ekstra bagi saham yang akan dapat memberikan dividen yang sudah dapat dipastikan jumlahnya.

3. Pada banyak negara terdapat ketentuan dalam pasar modalnya bahwa organisasi atau yayasan-yayasan sosial, perusahaan-perusahaan asuransi, bank-bank tabungan, dan lain-lain hanya diizinkan menanamkan dananya dalam saham-saham yang dikeluarkan oleh perusahaan yang menjalankan kebijakan dividen stabil.


(35)

commit to user

21 b. Kebijakan dividen yang penetapan jumlah dividen minimal plus

jumlah ekstra tertentu.

Kebijakan ini menetapkan jumlah rupiah minimal dividen per lembar saham setiap tahunnya. Dalam keadaan keuangan yang lebih baik, perusahaan akan membayarkan dividen ekstra atas jumlah minimal tersebut. Bagi pemodal ada kepastian akan menerima jumlah dividen yang minimal setiap tahunnya meskipun keadaan keuangan perusahaan agak memburuk. Tetapi di lain pihak apabila keadaan keuangan perusahaan baik, maka pemodal akan menerima dividen minimal tersebut ditambah dengan dividen tambahan. Apabila keadaan keuangan memburuk lagi maka yang dibayarkan hanya dividen yang minimal saja.

c. Kebijakan dividen dengan penetapan dividend pa yout ratio yang konstan.

Perusahaan menjalankan kebijakan ini menetapkan dividend

pa yout ratio yang konstan, misalnya 50%. Ini berarti bahwa jumlah

dividen per lembar saham yang dibayarkan setiap tahunnya akan berfluktuasi sesuai dengan perkembangan laba bersih yang diperoleh setiap tahunnya.

d. Kebijakan dividen yang fleksibel

Yaitu penetapan dividend pa yout ratio yang fleksibel, yang besarnya setiap tahunnya disesuaikan dengan posisi finansial dan kebijakan finansial dari perusahaan yang bersangkutan.


(36)

commit to user

22

4. Teori Kebijakan Dividen

Ada beberapa teori mengenai kebijakan dividen (Sartono, 2001:282), antara lain:

1) Dividend Irreleva nce Theory

Menurut Modigliani dan Miller, kebijakan dividen perusahaan tidak mempunyai pengaruh terhadap nilai perusahaan. Lebih lanjut, Modigliani dan Miller berpendapat bahwa nilai perusahaan ditentukan oleh ea rning power dari aset perusahaan. Dengan demikian, nilai perusahaan ditentukan oleh keputusan investasi. Modigliani dan Miller membuktikan pendapatnya secara matematis dengan berbagai asumsi:

a. Pasar modal yang sempurna dimana semua investor bersikap rasional.

b. Tidak ada pajak perseorangan dan pajak penghasilan perusahaan.

c. Tidak ada biaya emisi atau floa tation cost dan biaya transaksi. d. Kebijakan dividen tidak berpengaruh terhadap biaya modal

sendiri perusahaan.

e. Informasi tersedia untuk setiap individu terutama yang menyangkut tentang kesempatan investasi.

2) Bird In The Ha nd Theory

Teori ini menyatakan bahwa kebijakan dividen tidak mempengaruhi tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh investor. Menurut Gordon dan Lintner, tingkat keuntungan yang disyaratkan


(37)

commit to user

23 oleh investor akan naik apabila pembagian dividen dikurangi karena investor lebih yakin terhadap penerimaan dividen daripada kenaikan nilai modal (ca pita l gain) yang akan dihasilkan dari laba ditahan. Gordon dan Lintner berpendapat bahwa kemungkinan ca pita l gain

yang diharapkan lebih besar risikonya dibandingkan dividend yield

yang pasti.

3) Ta x Differentia l Theory

Jika ca pita l gain dikenakan pajak dengan tarif lebih rendah daripada pajak atas dividen, maka saham yang memiliki tingkat pertumbuhan yang tinggi menjadi lebih menarik. Tetapi sebaliknya jika ca pita l gain dikenakan pajak yang sama dengan pendapatan atas dividen, maka keuntungan capita l gain menjadi berkurang. Namun demikian, pajak atas ca pita l gain masih lebih baik dibandingkan dengan pajak atas dividen karena pajak atas ca pita l gain baru dibayar setelah saham dijual sementara pajak atas dividen harus dibayar setiap tahun setelah pembayaran dividen. Selain itu, periode investasi juga mempengaruhi pendapatan investor. Jika investor hanya membeli saham untuk jangka waktu satu tahun, maka tidak ada bedanya antara pajak atas ca pita l gain dan pajak atas dividen. Dengan demikian, investor cenderung lebih suka untuk menerima ca pita l gain yang tinggi dibandingkan dengan dividen yang tinggi. Dengan kata lain investor menghendaki perusahaan untuk menahan laba setelah pajak dan dipergunakan untuk pembiayaan investasi daripada pembayaran


(38)

commit to user

24 dividen dalam bentuk kas. Teori ini menyarankan bahwa perusahaan sebaiknya menentukan dividend pa yout ratio yang rendah atau bahkan tidak membagikan dividen.

4) Information Content or Signa ling Hypotesis

Information Content or Signa ling Hypotesis menyatakan bahwa

pembagian dividen yang tinggi memberi signal bahwa harga saham naik dan kemakmuran pemegang saham meningkat. Perubahan dividen sebagai isyarat dari peningkatan laba.

5) Clientele Effect

Adanya perbedaan pendapat mengenai proporsi pembagian dividen mengakibatkan munculnya suatu kelompok pemegang saham. Setiap pemegang saham memiliki preferensi yang berbeda mengenai proporsi pembagian dividen atau kecenderungan perusahaan untuk menarik sekelompok investor yang menyukai kebijakan dividen sesuai yang direncanakan manajemen. Hal ini biasa disebut dengan Clientele Effect.

Teori lain yang berkaitan dengan kebijakan dividen antara lain: 1) Hipotesis Pecking Order

Hipotesis Pecking Order yang dikemukakan oleh Myers dan Majluf (1984) dalam Rosdini (2009) menyatakan bahwa perusahaan yang

profita ble memiliki dorongan untuk membayar dividen relatif rendah

dalam rangka memiliki dana internal lebih banyak untuk membiayai proyek-proyek investasinya. Dalam Hipotesis Pecking Order


(39)

commit to user

25 perusahaan lebih mengutamakan dana internal daripada dana eksternal dalam aktivitas pendanaan. Kecukupan dana dapat dilihat dari laba, laba ditahan atau arus kas. Apabila dana ekstenal dibutuhkan, maka perusahaan lebih mengutamakan penggunaan utang daripada emisi saham.

2) Residua l Dividend Policy

Kebijakan ini menyatakan bahwa dividen yang dibayarkan merupakan sisa dari laba perusahaan setelah dikurangkan dengan yang dibayarkan untuk membiayai perencanaan modal perusahaan (Weston dan Brigham,1993). Artinya, perusahaan membayarkan dividen hanya jika terdapat kelebihan dana atas laba perusahaan yang digunakan untuk membiayai proyek yang telah direncanakan. Dasar dari kebijakan ini adalah bahwa investor lebih menyukai perusahaan menahan dan menginvestasikan kembali laba daripada membagikannya dalam bentuk dividen apabila laba yang diinvestasikan kembali tersebut dapat menghasilkan return yang lebih tinggi daripada return rata-rata yang dapat dihasilkan investor dari investasi lain dengan risiko yang sebanding.


(40)

commit to user

26

5. Prosedur Pembayaran Dividen

Menurut Brigham dan Houston (2004:84), prosedur pembayaran dividen adalah sebagai berikut:

a. Tanggal Pengumuman (decla ration date)

Yaitu tanggal pada saat direksi perusahaan mengeluarkan pernyataan berisi pengumuman pembagian dividen.

b. Tanggal pencatatan pemegang saham (holder-of-record date)

Yaitu jika perusahaan mencatat seorang pemegang saham sebagai pemilik pada tanggal ini, pemegang saham tersebut berhak menerima dividen.

c. Tanggal Ex-dividen (ex-dividend date)

Yaitu pada saat hak atas dividen periode berjalan tidak lagi menyertai saham tersebut, biasanya jangka waktunya adalah empat hari kerja sebelum tanggal pencatatan pemegang saham.

d. Tanggal Pembayaran (pa yment date)

Yaitu tanggal pada saat perusahaan benar-benar mengirimkan cek dividen.

C. Teori Keagenan (Agency Theory)

Teori keagenan menjelaskan bahwa kepentingan manajer dan kepentingan pemegang saham seringkali bertentangan, sehingga dapat menyebabkan terjadi konflik diantara keduanya (Jensen dan Meckling, 1976). Hal ini terjadi karena manajer berusaha untuk mengutamakan kepentingan pribadinya yang tidak sesuai dengan keinginan pemegang saham dimana


(41)

commit to user

27 kepentingan manajer dapat menambah biaya perusahaan yang mengurangi keuntungan perusahaan. Menurunnya keuntungan perusahaan menyebabkan penerimaan pemegang saham juga menurun.

Konflik keagenan (a gency conflict) dapat dikurangi dengan adanya suatu mekanisme kontrol atau pengawasan sehingga dapat mensejajarkan kepentingan manajer dan pemegang saham. Guna memperkecil konflik keagenan tersebut perusahaan harus mengeluarkan biaya-biaya yang kemudian disebut dengan biaya keagenan atau a gency cost (Sartono, 2001:12). Menurut Jensen dan Meckling (1976), terdapat beberapa mekanisme untuk mengurangi a gency cost :

1. Meningkatkan kepemilikan saham perusahaan oleh manajemen. Manajer akan merasakan langsung manfaat dari keputusan yang diambil, selain itu manajer juga menanggung risiko apabila ada kerugian yang timbul sebagai konsekuensi dari pengambilan keputusan yang salah. Penambahan kepemilikan manajerial memiliki keuntungan untuk mensejajarkan kepentingan manajer dan pemegang saham. 2. Meningkatkan dividend pa yout ratio. Peningkatan dividen yang

dibagikan kepada pemegang saham menyebabkan tidak tersedia cukup banyak free cash flow dan manajemen terpaksa mencari pendanaan dari luar untuk membiayai investasinya. Pembayaran dividen adalah bagian dari monitoring perusahaan, ini berarti perusahaan cenderung untuk membayar dividen yang tinggi jika manajer memiliki proporsi saham yang lebih rendah. Pembayaran dividen pada pemegang saham


(42)

commit to user

28 akan mengurangi sumber-sumber dana yang dikendalikan manajer, sehingga mengurangi kekuasaan manajer.

3. Meningkatkan pendanaan melalui hutang. Peningkatan hutang akan menurunkan besarnya konflik antara pemegang saham dengan manajemen. Disamping itu, hutang juga akan menurunkan excess ca sh flow yang ada dalam perusahaan sehingga menurunkan kemungkinan pemborosan yang dilakukan oleh manajemen.

4. Adanya kepemilikan institusional sebagai monitoring agent. Kepemilikan pemegang saham dari luar yaitu kepemilikan institusional seperti perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi, dan kepemilikan institusi lain akan mendorong peningkatan pengawasan yang optimal terhadap kinerja manajemen. Monitoring a gent

memainkan peranan secara aktif dan konsisten di dalam melindungi investasi saham yang mereka pertaruhkan di dalam perusahaan. Mekanisme monitoring tersebut akan menjamin peningkatan kesejahteraan pemegang saham, sehingga diharapkan dapat meminimalisir timbulnya konflik keagenan.

D. Dividend Payout Ratio

Menurut Brigham dan Houston (2004:65), dividend pa yout ratio

adalah persentase laba bersih yang dibayarkan sebagai dividen tunai. Dividend

pa yout ratio (DPR) merupakan perbandingan antara Dividend Per Sha re

(DPS) dengan Ea rning Per Sha re (EPS). Ketika perusahaan memutuskan berapa banyak uang kas yang akan dibagikan sebagai dividen kepada


(43)

commit to user

29 pemegang saham, manajer perusahaan harus mengingat bahwa tujuan perusahaan adalah memaksimalkan nilai pemegang saham dan pemegang saham akan menilai dividen sebagai pengembalian investasi atas modal yang ditanamkan pada perusahaan.

E. Institusional Ownership

Teori Clientele Effect dari Modigliani dan Miller menyatakan bahwa pemegang saham yang berbeda akan memiliki preferensi yang berbeda terhadap kebijakan dividen perusahaan. Hal tersebut mengindikasikan bahwa proporsi kepemilikan saham sangat mempengaruhi kebijakan dividen. Menurut Jensen dan Meckling (1976), kepemilikan institusional merupakan salah satu mekanisme corporate governance utama yang membantu mengendalikan masalah keagenan.

Institusiona l ownership menggambarkan tingkat kepemilikan saham

oleh institusional di dalam perusahaan sebagai monitoring a gent. Pemilik institusional merupakan pemegang saham yang berasal dari perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi dan kepemilikan oleh institusi lain. Tingkat kepemilikan institusional yang tinggi akan menimbulkan pengawasan yang lebih besar dari investor institusional sehingga menghalangi perilaku opportunistik manajer. Adanya kepemilikan institusional dimaksudkan untuk mengawasi manajemen agar dapat menjalankan tugasnya dengan baik. Selain itu, monitoring a gent memainkan peranan secara aktif dan konsisten di dalam melindungi investasi saham yang mereka pertaruhkan di dalam perusahaan. Mekanisme monitoring tersebut akan menjamin peningkatan kesejahteraan


(44)

commit to user

30 pemegang saham. Kepemilikan saham yang terkonsentrasi oleh kepemilikan institusional akan lebih mengoptimalkan efektivitas pengawasan aktivitas manajemen karena besarnya dana yang ditanamkan. Monitoring dapat dilakukan pada saat rapat umum pemegang saham dengan memberikan penilaian dan pendapat-pendapat bagi insiders dalam menjalankan usaha. Semakin besar persentase saham yang dimiliki oleh investor institusional akan menyebabkan monitoring menjadi semakin efektif melalui pengendalian perilaku opportunistik para manajer (Bathala, 1994) dalam (Haryono, 2005).

F. F ree Cash F low

Menurut Sartono (2001: 293), kebutuhan dana bagi perusahaan pada kenyataannya merupakan faktor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan kebijakan dividen. Aliran kas perusahaan, pengeluaran modal, kebutuhan tambahan persediaan dan piutang, pola pengurangan hutang dan masih banyak faktor lain yang mempengaruhi posisi kas perusahaan harus dipertimbangkan dalam analisis kebijakan dividen. Dividen merupakan ca sh

outflow, maka semakin kuat posisi kas perusahaan akan semakin besar

kemampuan perusahaan untuk membayar dividen. Meskipun perusahaan dapat memperoleh laba yang tinggi namun apabila posisi kas menunjukkan keadaan yang tidak begitu baik, perusahaan mungkin tidak dapat membayar dividen. Posisi kas yang benar-benar tersedia bagi para pemegang saham akan tergambar pada free ca sh flow yang dimiliki oleh perusahaan (Rosdini,2009).


(45)

commit to user

31

Free ca sh flow (aliran kas bebas) adalah ca sh flow yang tersedia untuk

dibagikan kepada investor setelah perusahaan melakukan investasi pada fixed

a sset dan working ca pita l yang diperlukan untuk mempertahankan

kelangsungan usahanya (Sartono, 2001: 101). Dengan kata lain, free ca sh flow

adalah kas yang tersedia di atas kebutuhan investasi yang profita ble. Free

ca sh flow ini sebenarnya merupakan hak pemegang saham. Free ca sh flow

digunakan untuk membayar bunga dan hutang kepada kreditur, membayar dividen pada pemegang saham, dan membeli kembali saham perusahan dan saham di pasar saham. Jika tidak ada kepastian yang besar dalam peramalan

free ca sh flow, maka yang terbaik adalah bersikap konservatif dan menetapkan

dividen tunai masa berjalan yang rendah.

Free ca sh flow inilah yang sering menjadi pemicu timbulnya

perbedaan kepentingan antara pemegang saham dan manajer. Sedangkan ketika free ca sh flow tersedia, manajer disinyalir akan menghamburkan free

ca sh flow tersebut sehingga terjadi inefisiensi dalam perusahaan atau akan

menginvestasikan free ca sh flow dengan return yang kecil. Menurut Sartono (2001:11), salah satu cara yang digunakan untuk mengendalikan konflik keagenan adalah dengan membayarkan dividen dalam jumlah besar sehingga tidak terdapat free ca sh flow.


(46)

commit to user

32

G. Growth Opportunities

Menurut Riyanto (1994), semakin cepat tingkat pertumbuhan suatu perusahaan, semakin besar kebutuhan dana di waktu mendatang untuk membiayai pertumbuhannya. Perusahaan tersebut biasanya akan lebih senang untuk menahan pendapatannya daripada dibayarkan sebagai dividen dengan mengingat batasan-batasan biayanya. Apabila perusahaan telah mencapai tingkat pertumbuhan sedemikian rupa sehingga perusahaan telah well

esta blished, dimana kebutuhan dananya dapat dipenuhi dengan dana yang

berasal dari pasar modal atau sumber dana eksternal lainnya, maka keadaannya adalah berbeda. Dalam hal yang demikian perusahaan dapat menetapkan dividend pa yout ratio yang tinggi.

Teori free ca sh flow hypothesis yang disampaikan oleh Jensen (1986) menyebutkan bahwa perusahaan dengan kesempatan pertumbuhan yang lebih tinggi akan memiliki free ca sh flow yang rendah karena sebagian besar dana yang ada digunakan untuk investasi pada proyek yang memiliki nilai Net

Present Va lue (NPV) yang positif sehingga perusahaan yang kesempatan

pertumbuhannya tinggi cenderung membayar dividen yang rendah. Adanya hubungan yang negatif antara kesempatan pertumbuhan dengan dividen tersebut sesuai dengan pendapat Myers dan Majluf (1984) dalam Al-Malkawi (2009) bahwa perusahaan yang memiliki kesempatan pertumbuhan yang tinggi akan membayar dividen yang rendah daripada perusahaan yang kesempatan pertumbuhannya rendah.


(47)

commit to user

33 Smith dan Watts (1992) & Gaver dan Gaver (1993) dalam Mahadwartha (2002) menemukan bahwa perusahaan high growth

mempunyai dividend yang rendah. Perusahaan high growth mempunyai kesempatan investasi yang lebih tinggi daripada perusahaan low growth

sehingga memerlukan dana yang cukup besar untuk investasi. Mencari dana internal akan lebih mudah dibandingkan dengan mencari pendanaan eksternal

(levera ge dan atau penerbitan ekuitas baru) sehingga penggunaan dana

internal yang tinggi akan mengurangi porsi ea rnings yang dibagikan sebagai dividen.

Dalam penelitian ini, growth opportunities diproksikan dengan rasio

ma rket to book va lue of equity. Rasio ma rket to book va lue of equity adalah

perbandingan antara nilai pasar (ma rket va lue) saham beredar dan nilai buku ekuitas (book va lue). Menurut Jogiyanto (2008:125), nilai pasar adalah harga saham yang terjadi di pasar bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar. Nilai pasar ini ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham bersangkutan di pasar bursa. Sedangkan nilai buku adalah nilai yang dicatat pada saat saham dijual oleh perusahaan. Dengan mengetahui nilai pasar dan nilai buku, pertumbuhan perusahaan dapat diketahui (Jogiyanto, 2008:117). Smith dan Watts (1992) juga Gaver dan Gaver (1993) dalam Jogiyanto (2008:117) menggunakan rasio nilai pasar dibagi dengan nilai buku untuk mengukur pertumbuhan perusahaan. Perusahaan yang mengalami pertumbuhan mempunyai rasio lebih besar dari satu yang berarti pasar percaya bahwa nilai pasar perusahaan tersebut lebih besar dari nilai bukunya.


(48)

commit to user

34 Rasio ini memberikan sinyal kepada investor tentang bagaimana kinerja perusahaan dalam memperoleh modal dan prospeknya di masa yang akan datang. Apabila suatu perusahaan dapat memanfaatkan modalnya dengan baik dalam menjalankan usaha, maka semakin besar kemungkinan perusahaan tersebut untuk tumbuh. Rasio ini dapat diperoleh dengan mengalikan jumlah lembar saham beredar dengan harga penutupan saham terhadap total ekuitas.

H. F inancial Leverage

Menurut Sartono (2001:120), fina ncia l levera ge menunjukkan proporsi atas penggunaan hutang untuk membiayai investasinya. Dalam penelitian ini,

financia l levera ge diproksikan dengan Debt to Equity Ratio. Debt to Equity

Ra tio (DER)mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh

kewajibannya yang ditunjukkan oleh beberapa bagian modal sendiri yang digunakan untuk membayar hutang (Sartono, 2001). Semakin besar Debt to

Equity Ratio menandakan struktur permodalan usaha lebih banyak

memanfaatkan hutang dibandingkan dengan ekuitas. Jika perusahaan menggunakan hutang semakin banyak, maka semakin besar beban tetap yang berupa bunga dan angsuran pinjaman pokok yang harus dibayar. Apabila perusahaan menentukan bahwa pelunasan hutangnya akan diambilkan dari laba ditahan, berarti perusahaan harus menahan sebagian besar dari pendapatannya untuk keperluan tersebut, sehingga hanya sebagian kecil pendapatan yang dapat dibayarkan sebagai dividen. Dengan kata lain


(49)

commit to user

35 perusahaan harus menetapkan dividend pa yout ratio yang rendah (Riyanto,1994).

I. F irm Size

Besar kecilnya perusahaan (firm size) merupakan salah satu faktor yang dapat dipertimbangkan investor dalam melakukan investasi. Ukuran untuk menentukan firm size adalah dengan log natural dari total aset (Crutchley dan Hansen, 1989) dalam Nuringsih (2005). Total aset merupakan jumlah keseluruhan kekayaan perusahaan baik dalam bentuk kas, investasi, maupun aktiva tetap. Suatu perusahaan besar yang sudah mapan akan memiliki akses yang mudah menuju pasar modal, sementara perusahaan yang baru dan yang masih kecil akan mengalami banyak kesulitan untuk memiliki akses ke pasar modal. Karena kemudahan akses ke pasar modal cukup berarti untuk fleksibilitas dan kemampuannya untuk memperoleh dana yang lebih besar, sehingga perusahaan mampu memiliki rasio pembayaran dividen yang lebih tinggi daripada perusahaan kecil. Tujuan pembayaran dividen yang tinggi ini untuk menjaga reputasi perusahaan di kalangan investor. Sebaliknya pada perusahaan yang memiliki aset rendah akan membagikan dividen yang rendah. Logika ini dikarenakan profit dialokasikan pada laba ditahan yang digunakan untuk menambah aset. Berdasarkan alasan ini perusahaan cenderung membayar dividen yang rendah (Nuringsih, 2005).


(50)

commit to user

36

J. Penelitian Terdahulu

Westri (2008) meneliti tentang pengaruh kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional terhadap kebijakan dividen dan kebijakan hutang pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2003-2007. Hasil penelitian ini menemukan bahwa kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen dan kebijakan hutang. Dalam penelitian ini kepemilikan institusional memiliki pengaruh positif namun tidak signifikan terhadap kebijakan dividen. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa firm size berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen dan growth berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan dividen, namun variabel firm size dan growth

tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang perusahaan.

Rosdini (2009) meneliti tentang pengaruh free ca sh flow terhadap

dividend pa yout ratio pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia tahun 2000-2002. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa free

ca sh flow berpengaruh positif dan signifikan terhadap dividend pa yout ratio.

Penelitian yang dilakukan oleh Nuringsih (2005) meneliti tentang pengaruh kepemilikan manajerial, kebijakan utang, ROA dan ukuran perusahaan terhadap kebijakan dividen pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta tahun 1995-1996. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen, variabel kebijakan utang dan ROA


(51)

commit to user

37 berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan dividen, variabel firm size berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen namun tidak signifikan.

Penelitian Istiqomah (2006) yang berjudul “Analisis Interdependensi Kepemilikan Manajerial, Kebijakan Hutang, Kebijakan Dividen dan Kepemilikan Institusional dalam Teori Keagenan”. Penelitian ini mengembangkan empat model penelitian dengan menggunakan teknik 2SLS

(2 Sta ge Lea st Squa re). Hasil pengujian model yang pertama menunjukkan

bahwa kebijakan hutang dan kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap kepemilikan manajerial, sedangkan kebijakan dividen berpengaruh positif terhadap kepemilikan manajerial. Hasil pengujian variabel kontrol didapatkan hasil bahwa risiko bisnis dan investment berpengaruh negatif terhadap kepemilikan manajerial. Hasil pengujian model yang kedua menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial, kebijakan dividen dan kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang. Hasil pengujian variabel kontrol didapatkan hasil bahwa risiko bisnis berpengaruh positif terhadap kebijakan hutang, ROA berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang dan fixed a sset tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Hasil pengujian model yang ketiga menunjukkan bahwa kebijakan hutang berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen, sedangkan kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen. Hasil pengujian variabel kontrol didapatkan hasil bahwa risiko bisnis dan investment berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen, sedangkan ROA berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen dan


(52)

commit to user

38

growth memiliki pengaruh positif namun tidak signifikan terhadap kebijakan

dividen. Model persamaan yang keempat menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial dan kebijakan hutang berpengaruh negatif terhadap kepemilikan institusional, sedangkan kebijakan dividen tidak berpengaruh terhadap kepemilikan institusional. Hasil pengujian variabel kontrol didapatkan hasil bahwa ROA berpengaruh negatif terhadap kepemilikan institusional sedangkan size dan beta tidak berpengaruh terhadap kepemilikan institusional.

Penelitian yang dilakukan oleh Chasanah (2008) meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi Dividend Pa yout Ratio pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2004-2006 dengan menggunakan enam variabel independen, yaitu: Debt to Tota l Asset (DTA), ca sh ratio, ukuran perusahaan,

Return On Asset (ROA), kepemilikan institusional, dan growth. Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa Debt To Tota l Asset (DTA) berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap Dividen Pa yout Ratio (DPR), Ca sh Ratio

berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap Dividen Pa yout Ratio

(DPR), ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap

Dividen Pa yout Ratio (DPR), Return On Asset (ROA) berpengaruh positif dan

signifikan terhadap Dividen Pa yout Ratio (DPR), kepemilikan institusional berpengaruh positif dan signifikan terhadap Dividen Pa yout Ratio (DPR),

Growth berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Dividen Pa yout Ratio

(DPR).

Hatta (2002) meneliti faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kebijakan dividen dengan menggunakan variabel FS (Fokus Perusahaan), firm


(53)

commit to user

39

size, insider ownership, jumlah pemegang saham biasa, free ca sh flow, dan

growth terhadap kebijakan dividen. Variabel FS dan firm size berpengaruh

positif dan signifikan terhadap dividend pa yout ratio. Sedangkan variabel free

ca sh flow dan growth berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap

dividend pa yout ratio, variabel jumlah pemegang saham biasa dan insider

ownership berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap dividend pa yout

ratio.

Kouki dan Guizani (2009) meneliti tentang struktur kepemilikan dan kebijakan dividen pada perusahaan-perusahaan di Tunisia tahun 1995-2001. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel free ca sh flow, growth

opportunities dan ownership concentration berpengaruh positif dan signifikan

terhadap kebijakan dividen. Sedangkan variabel fina ncia l levera ge, firm size,

institusiona l ownership dan state ownership berpengaruh negatif dan

signifikan terhadap kebijakan dividen.

Amidu dan Abor (2006) meneliti tentang pengaruh profita bility, risk,

ca sh flow, ta x, institusiona l holding, growth dan market to book va lue

terhadap dividend pa yout ratio pada perusahaan di Ghana tahun 1998-2003. Hasil penelitian ini menemukan bahwa profita bility, cash flow, dan ta x

berpengaruh positif terhadap dividend pa yout ratio. Sedangkan risk,

institusiona l holding, growth dan ma rket to book va lue berpengaruh negatif

terhadap dividend pa yout ratio.

Han, Lee dan Suk (1999) meneliti pengaruh institusiona l ownership


(54)

commit to user

40

ownership sebagai variabel independen dan menggunakan variabel kontrol

(insider ownership, sa les growth rate, ca pita l expenditure to a sset, debt to

a sset, ROA, operating income to a sset, dan ta rget dividend yield). Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa institusiona l ownership berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen.

Saxena (1999) menguji pengaruh variabel growth, beta coefficient,

number of common stockholders, insider, investment opportunity set terhadap

dividend pa yout ratio. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel

growth, insider dan beta berpengaruh negatif terhadap dividend pa yout ratio,

sedangkan variabel investment opportunity set dan number of common

stockholder berpengaruh positif terhadap dividend pa yout ratio.

Penelitian Jensen, Solberg dan Zorn (1992) yang berjudul

“Simultaneous Determination of Insider Ownership, Debt, a nd Dividend

Policy” mengembangkan tiga model penelitian. Model pertama menguji

pengaruh variabel dividend pa yout ratio, insider ownership, business risk,

profita bility, R& D dan fixed a sset terhadap debt ratio. Hasil pengujian regresi

menunjukkan bahwa dividend pa yout ratio dan fixed a sset berpengaruh positif dan signifikan terhadap debt ratio. Sedangkan insider ownership, business

risk, profita bility dan R&D berpengaruh negatif dan signifikan terhadap debt

ratio. Model kedua menguji pengaruh debt ratio, insider ownership, business

risk, growth, investment dan profita bility terhadap dividend pa yout ratio. Hasil

pengujian regresi menunjukkan bahwa debt ratio, insider ownership, business


(55)

commit to user

41

ratio. Sedangkan profita bility berpengaruh positif terhadap dividend pa yout

ratio. Model ketiga menguji pengaruh debt ratio, dividend pa yout, business

risk, R &D, size dan divisions terhadap insider ownership. Hasil pengujian

regresi menunjukkan bahwa debt ratio, dividend pa yout, R&D, size, divisions

berpengaruh negatif dan signifikan terhadap insider ownership. Sedangkan

business risk berpengaruh positif dan signifikan terhadap insider ownership.

Penelitian yang dilakukan oleh Holder, Langrehr dan Hexter (1998) meneliti pengaruh variabel focus of firm (FS), firm size, insider ownership,

number of common shareholder, free ca sh flow dan growth terhadap dividend

pa yout ratio. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel FS, insider

ownership, dan growth berpengaruh signifikan negatif terhadap dividend

pa yout ratio. Sedangkan variabel firm size, number of common sha reholder

dan free ca sh flow berpengaruh signifikan positif terhadap dividend pa yout

ratio.

Gugler dan Yurtoglu (2003) dalam penelitiannya menemukan bahwa

financia l levera ge berpengaruh negatif terhadap dividend pa yout ratio.

Mahadwarta (2002) meneliti interdependensi antara kebijakan levera ge

dengan kebijakan dividen dalam perspektif teori keagenan. Penelitian dilakukan pada perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada tahun 1997-1999 dengan menggunakan variabel-variabel independen, yaitu:

common stock diversification, ea rnings volatility, sta ndard deviation of

common stock return, firm size, growth, ma na geria l ownership serta dua


(56)

commit to user

42 menemukan bahwa pada persamaan levera ge, hanya variabel firm size,

ma na jeria l ownership dan dividen yang berpengaruh signifikan. Hasil

pengujian menunjukkan bahwa firm size berpengaruh signifikan positif terhadap levera ge, mana jeria l ownership berpengaruh signifikan positif terhadap levera ge, dividen berpengaruh positif terhadap levera ge. Sedangkan pada persamaan dividen, hanya variabel levera ge yang berpengaruh signifikan terhadap dividen. Hasil pengujian menunjukkan bahwa levera ge berpengaruh signifikan positif terhadap dividen.

Kurniati (2007) meneliti pengaruh profitabilitas, likuiditas, levera ge,

free ca sh flow dan kesempatan investasi terhadap tingkat pengembalian

investasi pada equity securities. Dalam penelitian ini tingkat pengembalian investasi diproksikan dengan dividend pa yout ratio. Hasil penelitian ini menemukan bahwa profitabilitas berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap dividend pa yout ratio, likuiditas berpengaruh positif dan signifkan

dividend pa yout ratio, levera ge berpengaruh negatif dan tidak signifikan

terhadap dividend pa yout ratio, free ca sh flow berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap dividend pa yout ratio. Sedangkan variabel kesempatan investasi tidak berpengaruh signifikan terhadap dividend pa yout ratio.

Penelitian yang dilakukan oleh Al-Malkawi (2009) meneliti tentang faktor-faktor yang menjadi penentu keputusan dividen di Jordania, dengan menggunakan lima variabel independen, yaitu: variabel a gency cost, size,

profita bility, financia l levera ge, growth dan investment opportunity. Hasil


(57)

commit to user

43 proksi dari variabel a gency cost berpengaruh negatif namun tidak signifikan terhadap dividen, insider ownership sebagai proksi kedua dari variabel a gency cost berpengaruh negatif dan signifikan terhadap dividen, firm size

berpengaruh positif dan signifikan terhadap dividen, profita bilitas

berpengaruh positif dan signifikan terhadap dividen, financia l levera ge

berpengaruh negatif dan signifikan terhadap dividen, growth dan investment

opportunities berpengaruh positif terhadap dividen.

Mollah, Keasey dan Short (2000) meneliti tentang pengaruh agency cost terhadap kebijakan dividen dengan menggunakan empat variabel independen, yaitu: insider ownership, dispersion of ownership, free ca sh flow,

dan colla teriza ble a sset. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa insider

ownership berpengaruh negatif terhadap dividend pa yout ratio sedangkan

dispersion of ownership, colla teriza ble a sset dan free cash flow berpengaruh

positif terhadap dividend pa yout ratio.

Rozeff (1982) melakukan penelitian yang berjudul “ Growth, Beta a nd

Agency Cost As Determinants of Dividend Pa yout Ratios”. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa pa st growth dan future growth, beta coefficient, insider

ownership berpengaruh negatif dan signifikan terhadap dividend pa yout ratio.

Sedangkan number of common shareholder berpengaruh positif dan signifikan terhadap dividend pa yout ratio.


(58)

commit to user

44

K. Kerangka Pemikiran

Gambar II.1 Kerangka Pemikiran

Dari skema kerangka pemikiran tersebut, dapat diketahui bahwa model dalam penelitian ini adalah meneliti mengenai pengaruh institusiona l

ownership, free ca sh flow, growth opportunities, fina ncia l levera ge dan firm

size terhadap kebijakan dividen dengan menempatkan kebijakan dividen sebagai variabel dependen dan institusiona l ownership, free ca sh flow,

growth opportunities, fina ncia l levera ge dan firm size sebagai variabel

independen.

Kebijakan Dividen

Free Ca sh Flow

Growth Opportunities Institusiona l

Ownership

Fina ncia l Levera ge


(59)

commit to user

45

L. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara tentang rumusan masalah penelitian yang belum dibuktikan kebenarannya. Berdasarkan kerangka penelitian tersebut, hipotesis-hipotesis yang dibentuk dalam penelitian ini bersumber pada penelitian terdahulu.

Pengaruh Institusional Ownership Terhadap Kebijakan Dividen

Adanya perbedaan kepentingan antara manajer dan para pemegang saham menyebabkan adanya konflik keagenan. Hal ini terjadi karena manajer berusaha untuk mengutamakan kepentingan pribadinya yang tidak sesuai dengan keinginan pemegang saham. Konflik ini dapat dikurangi dengan adanya suatu sistem pengawasan yang dapat mensejajarkan kepentingan-kepentingan yang berbeda antara manajer dan pemegang saham. Tingkat kepemilikan institusional yang tinggi akan menimbulkan pengawasan yang lebih besar dari investor institusional sehingga menghalangi perilaku opportunistik manajer. Adanya kepemilikan institusional dimaksudkan untuk mengawasi manajemen agar dapat menjalankan tugasnya sesuai dengan kepentingan pemegang saham dan dana berlebih yang tersedia di perusahaan tidak disalahgunakan untuk kepentingan pribadi manajer. Selain itu,

monitoring agent memainkan peranan secara aktif dan konsisten di dalam

melindungi investasi saham yang mereka pertaruhkan di dalam perusahaan. Menurut Chasanah (2008), kepemilikan saham institusi akan meningkatkan pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja manajemen, sehingga manajemen akan menunjukkan kinerja yang baik yang akan dapat


(1)

commit to user

85 hubungan yang negatif ini sesuai dengan hasil penelitian Gugler dan Yurtoglu (2003), Jensen, Solberg dan Zorn (1992), Kouki dan Guizani (2009), Al-Malkawi (2009), Nuringsih (2005), dan Istiqomah (2006) namun hasil penelitian ini tidak signifikan.

5. Pengaruh F irm Size terhadap Kebijakan Dividen

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi variabel firm size yaitu sebesar 0,057 dengan probabilitas signifikansi sebesar 0,114 yang berarti lebih besar dari α (0,05), maka Ha5 ditolak.

Berdasarkan hasil pengujian ini dapat disimpulkan bahwa firm size tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Nuringsih (2005) yang juga menemukan bahwa

firm size memiliki pengaruh positif namun tidak signifikan terhadap

kebijakan dividen.

Koefisien regresi yang positif menunjukkan adanya arah hubungan yang positif antara firm size dengan kebijakan dividen. Hasil ini mengindikasikan bahwa semakin besar firm size atau ukuran perusahaan, maka semakin besar dividen yang dibagikan kepada pemegang saham. Suatu perusahaan besar dan sudah mapan memiliki akses yang mudah menuju pasar modal. Kemudahan akses ke pasar modal ini cukup berarti bagi fleksibilitas dan kemampuan perusahaan untuk memperoleh dana yang lebih besar sehingga tidak hanya tergantung oleh dana internal. Dengan demikian, perusahaan yang besar dapat membayarkan dividen


(2)

commit to user

86 yang besar kepada pemegang saham. Sebaliknya, perusahaan dengan skala kecil tidak mudah melakukan penambahan modal karena terbatasnya informasi dan akses ke pasar modal. Oleh karena itu, perusahaan kecil memandang laba ditahan merupakan sumber dana terbaik yang dapat dihimpun untuk memenuhi tambahan modal baru. Sehingga perusahaan kecil cenderung membayarkan dividen yang rendah. Adanya arah hubungan yang positif antara firm size dengan kebijakan dividen ini sesuai dengan penelitian Crutchley dan Hansen (1989) dalam Nuringsih (2005), Holder, Langrehr dan Hexter (1998), Hatta (2002), Westri (2008) dan Chasanah (2008), namun hasil penelitian ini tidak signifikan.


(3)

commit to user

87 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, beberapa kesimpulan dari penelitian ini adalah:

1. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 11,8% variabel kebijakan dividen dapat dijelaskan oleh variabel independen yang diteliti, sedangkan sisanya sebesar 88,2% dijelaskan oleh variabel-variabel lain di luar model penelitian.

2. Hasil pengujian secara simultan menunjukkan bahwa kelima variabel independen yaitu institusiona l ownership, free ca sh flow, growth

opportunities, financia l levera ge dan firm size mempunyai pengaruh

yang signifikan terhadap kebijakan dividen.

3. Hasil pengujian secara parsial menunjukkan bahwa institusiona l

ownership berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan

dividen. Hasil ini sesuai dengan penelitian Istiqomah (2006), Chasanah (2008), dan Han, Lee, dan Suk (1999).

4. Hasil pengujian secara parsial menunjukkan bahwa free ca sh flow

berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen. Hasil ini sesuai dengan penelitian Rosdini (2009), Mollah, Keasey dan Short (2000), Holder, Langrehr, dan Hexter (1998), serta Kouki dan Guizani (2009).


(4)

commit to user

88 5. Hasil pengujian secara parsial menunjukkan bahwa growth opportunities

tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen. Hasil ini sesuai dengan penelitian Istiqomah (2006).

6. Hasil pengujian secara parsial menunjukkan bahwa fina ncia l levera ge

tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Kurniati (2007).

7. Hasil pengujian secara parsial menunjukkan bahwa firm size tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen. Hasil ini sesuai dengan penelitian Nuringsih (2005).

B. Keterbatasan

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, antara lain sebagai berikut: 6. Penelitian ini hanya menggunakan satu jenis industri yakni perusahaan

manufaktur sehingga hasil dari penelitian ini belum dapat

digeneralisasikan untuk semua jenis industri yang ada.

7. Dalam penelitian ini, tahun pengamatan masih terbatas yaitu empat tahun penelitian dari tahun 2006 sampai dengan 2009.

8. Perusahaan yang dijadikan sampel tidak membayarkan dividen

berturut-turut selama empat tahun periode penelitian (2006-2009). Hal ini dikarenakan sesuai laporan keuangan masing-masing perusahaan sampel yang ada di Indonesia n Ca pita l Ma rket Directory (ICMD), banyak perusahaan manufaktur yang tidak membayarkan dividen secara berturut-turut selama periode penelitian.


(5)

commit to user

89

C. Saran

Setelah mendapatkan hasil dan mempertimbangkan keterbatasan penelitian yang ada, penulis memberikan saran sebagai berikut:

1. Bagi perusahaan

a. Dalam menentukan kebijakan dividen, manajemen perusahaan perlu

memperhatikan besarnya proporsi kepemilikan institusional dan besarnya free cash flow yang dimiliki oleh perusahaan karena peningkatan proporsi kepemilikan institusional dan peningkatan free

ca sh flow akan mampu meningkatkan besarnya dividen yang

dibayarkan kepada investor.

b. Perusahaan sebelum melakukan kebijakan membagikan dividen

sebaiknya mengkaji terlebih dahulu faktor-faktor yang

mempengaruhi besar kecilnya pembagian dividen sehingga dalam pelaksanaannya nanti akan saling menguntungkan antara pihak perusahaan dan investor.

2. Bagi Investor

Bagi investor yang memiliki tujuan investasi untuk memperoleh

dividen perlu memperhatikan besarnya proporsi kepemilikan

institusional dan besarnya free ca sh flow yang dimiliki oleh perusahaan agar memperoleh keuntungan dari investasinya karena peningkatan proporsi kepemilikan institusional dan peningkatan free ca sh flow akan mampu meningkatkan besarnya dividen yang dibayarkan kepada investor.


(6)

commit to user

90 3. Bagi penelitian selanjutnya

a. Penelitian selanjutnya dapat menggunakan sektor industri yang berbeda dan memperpanjang tahun penelitian dari penelitian ini agar penelitian selanjutnya dapat memberikan penjelasan yang lebih sempurna mengenai kebijakan dividen perusahaan.

b. Penelitian selanjutnya dapat memisahkan perusahaan sampel sesuai dengan karakteristik industrinya, karena hasil penelitian yang didapat akan lebih bermakna jika sampel yang digunakan dipisahkan berdasarkan karakteristik industrinya.

c. Hendaknya untuk penelitian selanjutnya lebih mengembangkan lagi variabel- variabel lain yang mempengaruhi kebijakan dividen karena berdasarkan hasil analisis dalam penelitian ini, variabel independen yang digunakan yaitu institusiona l ownership, free cash flow, growth

opportunities, fina ncia l levera ge dan firm size hanya mampu

menjelaskan variasi variabel dependen yaitu kebijakan dividen sebesar 11,8% sehingga menunjukkan bahwa masih banyak variabel-variabel lain yang dapat mempengaruhi kebijakan dividen.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Variabel Free Cash Flow, Profitabilitas, dan Kebijakan Hutang Terhadap Kebijakan Pembayaran Dividen Pada Perusahaan yang Tergabung dalam Indeks Saham LQ45

2 95 71

ANALISIS PENGARUH FREE CASH FLOW, KEPEMILIKAN MANAJEMEN DAN KEBIJAKAN DIVIDEN TERHADAP KEBIJAKAN UTANG

0 15 23

ANALISIS PENGARUH PROFITABILITAS, LEVERAGE, GROWTH DAN INSIDER OWNERSHIP TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN

1 60 56

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembayaran dividen dan tingkat dividen: studi empiris pada emitten non Bank dan asuransi yang termasuk kedalam perhitungan indeks saham syariah Indonesia Per 15 Januari 2014 periode Tahun 2009-2013

0 64 175

PENGARUH KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, FREE CASH FLOW DAN KEBIJAKAN DIVIDEN TERHADAP KEBIJAKAN UTANG PERUSAHAAN

0 3 44

Pengaruh Profitability, Liquidity, Free Cash Flow, dan Firm Size Terhadap Kebijakan Dividend Payout Ratio Pengaruh Profitability, Liquidity, Free Cash Flow, dan Firm Size Terhadap Kebijakan Dividend Payout Ratio(Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur

1 6 16

Pengaruh Free Cash Flow, Leverage, Outsider Ownership Dan Kebijakan Dividen Terhadap Kos Keagenan.

0 2 50

INSIDER OWNERSHIP, DIVIDEN, DAN KEBIJAKAN HUTANG: PERAN MODERASI FREE CASH FLOW

0 0 23

MODERASI ESOP (EMPLOYEE STOCK OWNERSHIP PLAN) MEMPERKUAT PENGARUH FREE CASH FLOW TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN

0 0 14

PENGARUH PROFITABILITAS, FREE CASH FLOW, LEVERAGE TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN DENGAN KEPEMILIKAN MANAJERIAL DAN KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI - Unika Repository

0 1 16