BABAD PAKUAN ( GURU GANTANGAN ) SEBAGAI IDE BERKARYA BONEKA PERTUNJUKAN KERAMIK.

(1)

Babad Pakuan ( Guru Gantangan ) Sebagai Ide

Berkarya Boneka Pertunjukan Keramik

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Seni Rupa

Oleh: Mia Meilia

0608056

JURUSAN PENDIDIKAN SENIRUPA

FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

BABAD PAKUAN ( GURU GANTANGAN ) SEBAGAI

IDE BERKARYA BONEKA PERTUNJUKAN

KERAMIK

Oleh Mia Meilia

Sebuah skripsi yang diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Seni Rupa

© Mia Meilia 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

September 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

MIA MEILIA

BABAD PAKUAN ( GURU GANTANGAN ) SEBAGAI IDE BERKARYA BONEKA PERTUNJUKAN KERAMIK

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PENGUJI :

Penguji I

Drs.H. Agus Nursalim,M.T. NIP. 196108181993011001

Penguji II

Drs. Untung Supriyanto,M.Pd. NIP. 195210161986011001

Penguji III

Drs. Yadi Rukmayadi. M.Pd. NIP. 196104011994031001


(4)

MIA MEILIA

BABAD PAKUAN ( GURU GANTANGAN ) SEBAGAI IDE BERKARYA BONEKA PERTUNJUKAN KERAMIK

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :

Pembimbing I

Drs.Yaya Sukaya, M.Pd. NIP. 195403031991031001

Pembimbing II

Drs. Hery Santosa, M.Sn. NIP. 196506181992031003

Diketahui oleh:

Ketua Jurusan Pendidikan Seni Rupa FPBS Universitas Pendidikan Indonesia,

Bandi Sobandi, M.Pd. NIP. 197206131999031001


(5)

ABSTRAK

Skripsi penciptaan Babad Pakuan ( Guru Gantangan ) sebagai Ide Berkarya Boneka Pertunjukan Keramik ini adalah perwujudan sebuah karya boneka pertunjukkan keramik yang dilatarbelakangi oleh sebuah karya sastra kuno masyarakat Sunda yakni Babad Pakuan. Babad Pakuan ( Guru Gantangan ) adalah salah satu karya sastra kuno masyarakat Sunda yang sudah jarang sekali dikenal oleh masyarakat Sunda. Babad Pakuan mengisahkan tentang perjalanan Guru Gantangan dalam menunaikan perintah ayahnya, yakni Prabu Siliwangi. Hingga Guru Gantangan akhirnya mendapatkan gelar sebagai manusia sempurna. Penulis ingin membangkitkan sebuah karya sastra tersebut lewat pembuatan karya boneka pertunjukkan tokoh – tokoh Babad Pakuan (Guru Gantangan) dengan media keramik yang menggabungkan teknik cetak tuang dengan teknik pembentukkan tangan langsung. Penulis melakukan pembuatan karya nyata di dalam skripsi penciptaan ini dengan menggunakan metode kualitatif dalam menganalisis ide dan melakukan proses kreasi di dalam berkarya. Selain sebagai eksplorasi di dalam berkarya, karya boneka pertunjukkan keramik ini dapat mengingatkan kita pada kebudayaan masa silam yang mulai terlupakan. Selain itu juga dengan tampilan boneka pertunjukkan keramik yang kekinian diharapkan dapat menjadi bahan alternatif di dalam mempelajari keramik dan budaya Sunda.


(6)

ABSTRACT

This literature is a realization of ceramic puppet show artwork which is taken from one of the almost forgotten Sundanese ancient folklore, Babad Pakuan. This folklore it self tells about Guru Gantangan as the main character in this story who had to take a long spiritual journey as a condition of fulfill the order he got from his father , Prabu Siliwangi. That made Guru Gantangan finally got the highest place as a human can get. The writer wants to popularize this folklore back through a creation of all the figures in this story using ceramic as the media which combines two different techniques in the process, slip casting technique and hand building technique. In the whole process of this literature making, the writer uses qualitative method to analyse the idea and does the process of creation. In addition to explore the idea, this ceramic puppet show also has a possibility to remind us about the culture of ancient Sundanesse. And appearantly, this artwork was made to have a modern look. So that the writer hopes it can be used as an alternative media to learn more about the study of ceramic in the global perspective and Sundanese culture as well


(7)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...i

UCAPAN TERIMA KASIH...ii

ABSTRAK...iii

DAFTAR ISI...iv

DAFTAR TABEL...viii

DAFTAR GAMBAR...ix

DAFTAR LAMPIRAN...xix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan...2

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah...7

C. Tujuan Penciptaan...8

D. Metode Penciptaan...8

E. Manfaat/Signifikansi Penciptaan...13

F. Struktur Organisasi...15

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Babad Pakuan...19


(8)

1. Pengertian Boneka Pertunjukkan...43

2. Sejarah dan Perkembangan Teater Boneka di Berbagai Negara...52

C. Seni Keramik...57

1. Pengertian Keramik...57

2. Sejarah Keramik...59

3. Alat dan Bahan Keramik...63

4. Teknik Pembentukkan Keramik...87

5. Glasir...99

6. Aplikasi Glasir dan Teknik Dekorasi Keramik...114

7. Tungku dan Pembakaran Keramik...130

D.Konsep Penciptaan...139

BAB III METODE PENCIPTAAN A. Teknik Penciptaan Boneka Pertunjukkan Keramik Tokoh – Tokoh Babad Pakuan (Guru Gantangan)...141

1. Alat dan Bahan...145

2. Teknik Pengerjaan...164

3. Aplikasi Teknik Pembentukkan Tangan Langsung (Hand Building) Terhadap Hasil Cetakan dari Teknik Cetak Tuang (Slip Casting)...170

4. Proses Pembuatan Glasir...171

5. Aplikasi Glasir...176

6. Pembakaran...177


(9)

BAB IV ANALISIS BONEKA PERTUNJUKKAN KERAMIK

TOKOH – TOKOH BABAD PAKUAN (GURU GANTANGAN)

A. Analisis visual Boneka Pertunjukan Keramik Tokoh – Tokoh Babad

Pakuan (Guru Gantangan)...184

1. Karya Satu...184

2. Karya Dua...189

3. Karya Tiga...193

4. Karya Empat...197

5. Karya Lima...200

6. Karya Enam...204

7. Karya Tujuh...208

8. Karya Delapan...211

9. Karya Sembilan...214

10.Karya Sepuluh...218

11.Karya Sebelas...221

12.Karya Duabelas...224

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan...228

B. Rekomendasi...229

DAFTAR PUSTAKA ...xx


(10)

A. BABAD PAKUAN (GURU GANTANGAN)...xxvii


(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penciptaan

Di dalam Kamus Basa Sunda susunan Danadibrata, R.A (2006:44) babad berarti “carita kajadian jaman baheula” , yang artinya adalah cerita kejadian zaman dahulu. Ensiklopedi Sunda mencatat bahwa, babad memiliki pengertian “cerita yang bertalian dengan sesuatu tempat atau kerajaan yang dipercaya sebagai sejarah...” (2000:73) . Babad merupakan karya sastra yang mengandung nilai – nilai sejarah sehingga babad juga seringkali disebut sebagai sastra sejarah. Kisah – kisah di dalam babad biasanya menceritakan tentang kerajaan Sunda dan petualangan para anggota atau keluarga kerajaannya. Di dalam babad, sebuah sejarah dituliskan menjadi karya sastra yang lebih menarik, romantis dan bermakna. Penulis mengangkat babad sebagai landasan berkarya karena penulis ingin mensosialisasikan babad sebagai alternatif cerita Sunda yang mengandung sejarah. Meskipun babad bukanlah sebuah sumber sejarah yang akurat, namun unsur – unsur sejarah dan kebudayaan Sunda pada zaman dahulu sudah dapat kita temukan di dalam sebuah babad.

Ada beberapa babad yang dimiliki oleh kesusastraan Sunda, diantaranya Babad Banten, Babad Panjalu, ,Babad Cirebon, Babad Pakuan dan yang lainnya. Namun, pada pembuatan skripsi penciptaan Babad Pakuan ( Guru Gantangan )


(12)

sebagai Ide Berkarya Boneka Pertunjukan Keramik ini penulis mendalami Babad Pakuan ( Guru Gantangan ) sebagai ide dalam berkarya. Babad Pakuan ( Guru Gantangan ) merupakan sebuah perjalanan manusia menuju kesempurnaan. Dimana yang menjadi tokoh utama dari Babad ini adalah Guru Gantangan. Suryalaga, H.R.H (2010:101) mengemukakan bahwa :

Guru Gantangan dapat diartikan sebagai fasilitator tercapainya kesejahteraan hidup yaitu dengan ilmu pengetahuan yang tinggi dan luas serta terampil dalam mengelola/memenej. Dalam idiomatika Sunda dikatakan “ Élmu luhung kasakti diri.

Babad ini mengisahkan sebuah perjalanan Guru Gantangan anak dari Prabu Siliwangi yang mengutus anaknya (Guru Gantangan) untuk mencarikan seorang perempuan yang hadir di dalam mimpinya. Perintah ayahnya ini adalah awal perjalanan Guru Gantangan yang secara tidak langsung merupakan perjalanannya menuju pencapaian sebagai manusia sempurna lewat perbuatan yang dilakukannya.

Kisah Guru Gantangan mengajarkan kita akan pentingnya kesetiaan, ketaatan, dan keikhlasan untuk selalu memaafkan. Sifat – sifat tersebut tentunya akan menjadikan setiap manusia menjadi seseorang yang lebih baik dalam berhubungan antar sesama manusia, mulia dihadapan makhluk lain juga mulia dihadapan Tuhan. Di dalam Babad Pakuan ( Guru Gantangan ) juga dapat ditemukan makna bahwa setiap manusia pasti memiliki perjalanan spiritual menuju sebuah kesempurnaan hidup lewat tingkah laku, pemikiran dan perbuatan. Selain makna cerita yang sarat akan nilai kehidupan, Babad Pakuan (


(13)

Guru Gantangan ) juga mengandung unsur budaya Sunda yang sarat akan nilai kosmologi Sunda. Kosmologi adalah cabang ilmu metafisika yang menyelidiki alam semesta sebagai sistem yang beraturan sedangkan kosmologi Sunda yang dimaksud adalah sebuah konsep kesatuan kosmos ( alam semesta ) yang diyakini oleh masyarakat Sunda yang selanjutnya diterapkan di dalam konsep hidup. Masyarakat Sunda meyakini bahwa kehidupan adalah kesatuan antara manusia dengan manusia lainnya, manusia dengan alam dan manusia dengan dunia gaib yang berisi roh serta dewa. Konsep kesatuan ini ada yang bersifat imanen ( nyata ) dan transenden ( gaib ). Salah satu dari bentuk keyakinan masyarakat Sunda akan konsep kosmologinya adalah dengan menerapkan bentuk visual tertentu yang bermakna kosmos di dalam kehidupan sehari – hari. Bentuk – bentuk visual inilah yang juga dihadirkan penulis di dalam karyanya guna mendukung perwujudan tokoh di dalam Babad Pakuan (Guru Gantangan) ke dalam bentuk boneka pertunjukkan.

Contoh dari kosmologi Sunda yang terkandung di dalam Babad Pakuan ( Guru Gantangan ) adalah pembagian alam menjadi tiga bagian yakni alam atas yang dihuni oleh para dewa, alam tengah yang merupakan alam manusia dan alam bawah yang berisi mahluk gaib serta manusia yang telah meninggal. Selain itu juga terdapat simbol – simbol empat arah mata angin dan satu pusat ( madhab papat kalima pancer ) yang merupakan simbol dari Dewa – Dewa yang mengelilingi alam semesta. Simbol arah mata angin tersebut adalah panduan hidup dan bentuk penghargaan manusia Sunda terhadap alam.


(14)

Dengan dibuatnya skripsi penciptaan Babad Pakuan ( Guru Gantangan ) sebagai Ide Berkarya Boneka Pertunjukan Keramik maka akan terwujudlah sebuah karya yang memiliki nilai sastra, sejarah dan budaya. Di dalam karya ini peran kesenirupaan terhadap kesusastraan daerah akan sangat terasa, karena penulis mengangkat ide berkarya dari sebuah karya sastra Sunda. Sehingga dapat dijadikan sebagai media alternatif dalam mengenali, mendalami dan mensosialisasikan kesusastraan Sunda.

Bentuk karya yang akan diwujudkan dalam skripsi penciptaan Babad Pakuan ( Guru Gantangan ) sebagai Ide Berkarya Boneka Pertunjukan Keramik adalah boneka pertunjukan (puppet) keramik yang sesuai dengan tokoh - tokoh di dalam Babad Pakuan (Guru Gantangan). Setiap tokoh di dalam Babad Pakuan (Guru Gantangan) memiliki kedudukan dan sifat – sifat tertentu. Penulis menganalogikan kedudukan dan sifat dari masing – masing tokoh tersebut lewat babasan, paribasa dan simbol – simbol kosmologi Sunda yang divisualisasikan lewat bentuk , motif baju serta aksesoris pada boneka pertunjukkan itu sendiri.

Babasan memiliki pengertian ringkesan tina kecap babasaan nyaéta basa nu dipake nyaruakeun, lir ibarat, saupamana“ (Danadibrata, R.A, 2006:45) dan paribasa memiliki pengertian basa nu digambarkeunana supaya leuwih tétéla kahartina jeung bédana karasa jauhna“( Danadibrata, R.A, 2006:504). Di dalam bahasa Indonesia, babasan adalah ungkapan dan paribasa adalah peribahasa yang masing – masing memiliki arti yakni “ ungkapan : kelompok kata atau gabungan kata yang memiliki makna khusus( makna unsur – unsurnya seringkali menjadi kabur) “(KBBI Edisi Ketiga, 2001:1247) dan peribahasa memiliki arti yakni “


(15)

kelompok kata atau kalimat yang tetap susunannya, biasanya mengiaskan maksud tertentu “ (KBBI Edisi Ketiga,2001:858). Di dalam budaya Sunda, babasan dan paribasa ada yang lahir secara lisan dan turun – temurun. Namun ada juga yang lahir dari karya sastra Sunda seperti karya sastra Sanghiang Lutung Kasarung, Asmaramurka, Payung Butut dan karya sastra Sunda lainnya yang sangat dikenal oleh masyarakat Sunda. Babasan dan paribasa biasanya memiliki arti yang berisi nasihat, perumpamaan, perbandingan, prinsip hidup dan tingkah laku atau hal menunjukkan sifat serta keadaan seseorang. Dengan hal tersebut penulis dapat memvisualisasikan sifat, keadaan dan kedudukan masing – masing tokoh lewat isi kalimat dari babasan dan paribasa yang memiliki makna sesuai dengan karakter masing – masing tokoh boneka pertunjukkan.

Boneka pertunjukkan sendiri telah populer selama ribuan tahun yang lalu dibeberapa belahan dunia. Boneka pertunjukkan digunakan sebagai boneka yang memiliki karakter yang disesuaikan dengan tema dan isi cerita sebuah pertunjukkan teater boneka. Boneka jenis ini dimainkan oleh dalang (puppeteers) sehingga seolah - olah hidup dengan gerakan – gerakan yang ditampilkannya.

Terdapat banyak sekali material yang digunakan di dalam pembuatan boneka pertunjukkan. Diantaranya adalah kayu, kain, logam dan kertas. Pada pembuatan skripsi penciptaan Babad Pakuan ( Guru Gantangan ) sebagai Ide Berkarya Boneka Pertunjukan Keramik, penulis menggunakan keramik sebagai materialnya. Keramik merupakan salah satu cabang dan media seni rupa. Keramik adalah teknik dalam membentuk tanah liat yang dilanjutkan dengan proses


(16)

lebih kuat. Jenis keramik tergantung dari tanah liat yang digunakan dan ketinggian suhu pada saat pembakarannya. Merupakan sebuah eksplorasi bagi penulis untuk menghasilkan sebuah karya dengan material ini. Karena di Indonesia sendiri, boneka pertunjukkan tradisional (wayang) terbuat dari kayu dan kulit. Selain itu juga penulis ingin membangkitkan kehidupan masa lalu lewat cerita kuno dengan material boneka yang sudah dikenal sejak zaman kuno pula yakni keramik. Boneka yang terbuat dari keramik telah dikenal dari zaman Mesir Kuno di tahun 3000 SM. Sehingga karya yang akan dibuat oleh penulis dapat menjadi alternatif dalam membangkitkan perasaan masa silam.

Selain akan menambah pengetahuan dan pengalaman estetik dalam berkarya, skripsi penciptaan Babad Pakuan ( Guru Gantangan ) sebagai Ide Berkarya Boneka Pertunjukan Keramik juga dapat dijadikan salah satu bentuk apresiasi dalam seni dan budaya daerah di Indonesia.

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Rumusan masalah pada skripsi penciptaan Babad Pakuan ( Guru Gantangan ) sebagai Ide Berkarya Boneka Pertunjukan Keramik dibuat ke dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut :

1. Bagaimana cara memvisualisasikan tokoh - tokoh Babad Pakuan (Guru Gantangan) ke dalam bentuk boneka pertunjukkan keramik?

2. Bagaimana tampilan boneka pertunjukkan keramik tokoh – tokoh Babad Pakuan (Guru Gantangan) yang mengadaptasi dari babasan dan paribasa Sunda?


(17)

3. Bagaimana tampilan boneka pertunjukkan keramik tokoh – tokoh Babad Pakuan yang mengadaptasi dari simbol – simbol kosmologi Sunda ?

C. Tujuan Penciptaan

Berdasarkan pada rumusan masalah di atas, maka tujuan yang menjadi target pencapaian dalam pembuatan skripsi penciptaan Babad Pakuan ( Guru Gantangan ) sebagai Ide Berkarya Boneka Pertunjukan Keramik adalah sebagai berikut :

1. Dapat menambah pengalaman estetik lewat eksplorasi dalam berkarya boneka pertunjukkan keramik.

2. Dengan tampilan boneka pertunjukkan keramik yang mengadaptasi dari babasan, paribasa dan simbol – simbol kosmologi Sunda maka dapat digunakan sebagai media di dalam mempelajari hal – hal tersebut.

3. Dapat digunakan sebagai upaya melestarikan kesusastraan dan budaya Sunda. D. Metode Penciptaan

Di dalam proses berkarya, penulis melakukan metode penelitian secara kualitatif dalam memahami dan menganalisa isi dari Babad Pakuan (Guru Gantangan). Moleong,L.J. (2011:6) menarik kesimpulan mengenai pengertian penelitian secara kualitatif. Ia menyatakan bahwa :

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya prilaku, persepsi, motivasi,dll., secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata – kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah


(18)

Penulis menggunakan metode ini di dalam menganalisa karena metode ini dianggap sesuai dengan tahapan yang dilakukan penulis dalam mengkaji isi dari subjek penelitian, sehingga menghasilkan analisis data yang menjawab rumusan masalah. Untuk memperoleh data tersebut penulis melakukan tahapan metode penelitian kualitatif sesuai dengan sistematika yang dipaparkan oleh Sarwono,J dan Lubis,H.(2007:95) sebagai berikut:

1. Rumusan Masalah,

Menentukan rumusan atas apa yang akan diteliti dan dikaji secara jelas agar tidak menimbulkan salah tafsir.

2. Teknik Sampling

Pertimbangan pertama dalam pengambilan sampel di dalam metode penelitian kualitatif adalah tidak berdasarkan pada formulasi statistik, namun teknik tersebut meliputi kesesuaian ( convenience ) dan penilaian ( judgement ). Sedangkan pertimbangan kedua adalah penentuan kualitas responden.

3. Jenis Data

Data yang diperoleh dalam metode ini dibedakan menjadi dua, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dengan cara wawancara langsung dari narasumber dan dijadikan sebagai sampel penelitian, sedangkan data sekunder adalah data yang didapat dari studi literatur. Kategori yang masuk dalam data ini adalah data dalam bentuk teks seperti referensi buku, makalah, dokumen dan lainnya. Selain itu juga data yang temasuk dalam data sekunder adalah gambar, suara dan kombinasi dari keduanya contohnya film, video dll.


(19)

4. Alat Pengambilan Data

Alat pengambilan data dalam metode kualitatif terbagi menjadi dua, yaitu panduan wawancara dan peneliti sendiri. Panduan wawancara merupakan sarana dalam mempermudah proses diskusi dalam mendapatkan informasi agar tetap fokus ke dalam masalah yang sedang dikaji. Sedangkan alat pengambilan data dari peneliti sendiri adalah dengan melakukan observasi sendiri dan peneliti terlibat langsung dalam riset partisipatori ataupun review dokumen.

5. Metode Pengambilan Data

Metode pengumpulan data di dalam metode penelitian kualitatif berupa mengumpulkan data secara manual ataupun online dengan metode pokok seperti partisipasi, observasi, wawancara, dan studi literatur.

6. Teknik Analisis

Di dalam metode penelitian kualitatif, terdapat beberapa teknik analisis yang dapat diterapkan. Diantaranya adalah analisis domain, analisis taksonomi, analisis komponensial, analisis tema kultural dan analisis komparasi konstan. Dalam skripsi penciptaan Babad Pakuan ( Guru Gantangan ) sebagai Ide Berkarya Boneka Pertunjukan Keramik, penulis melakukan analisis tema kultural yang melakukan analisis bersumber pada satu pandangan yang utuh.

Namun di dalam membuat karya seni, terdapat kajian analisis tersendiri yang lebih spesifik yang dapat membantu penulis dalam melakukan proses berkarya. Seperti yang telah dijelaskan oleh Tabrani, Primadi (2000:9) bahwa “manusia memiliki tiga kemampuan utama, yaitu kemampuan fisik,


(20)

kemampuan kreatif, dan kemampuan rasio”. Semua kemampuan manusia itu berintegrasi dan membentuk “ Limas Citra Manusia” (Tabrani, Primadi 2000:5).

Gambar 1.1 Limas Citra Manusia (Sumber:Primadi Tabrani, 2000:5)

Maka di dalam skripsi penciptaan Babad Pakuan (Guru Gantangan)sebagai Ide Berkarya Boneka Pertunjukkan Keramik penulis melakukan metode penelitian kualitatif analisis tema kultural digabungkan dengan tahapan ide yang terdapat di dalam sebuah rangkaian proses kreasi. Proses kreasi sendiri memiliki pengertian sebagai sebuah proses integrasi kemampuan manusia yang digunakan dalam menganalisis sebuah ide yang kelak akan di wujudkan ke dalam karya.

Menurut Tabrani, Primadi (2000:24) “ Proses kreasi dibagi dalam dua tahap. Pertama, tahap ide, yaitu apa yang terjadi sampai dengan matangnya suatu ide. Kedua, tahap pelaksanaan, yaitu tindak lanjut tahap ide tersebut”. Di dalam proses berkarya tahapan analisis dilakukan ketika proses tahap ide berlangsung. Tahap ide merupakan hasil dari proses berintegrasinya imajinasi,


(21)

indera dan pengahyatan penulis menjadi sebuah ide. Tahap ide dimulai dari proses persiapan. Proses persiapan dibagi dalam dua aspek, yakni aspek luar dan dalam. Contoh dari aspek luar adalah kondisi lingkungan yang dibutuhkan demi kenyamanan penulis dalam mempersiapkan dan membangun imajinasi – imajinasinya, misalnya udara yang sejuk atau kondisi lingkungan tertentu. Hal ini dapat membantu proses imajinasi penulis dalam membentuk image image yang konkret atau abstrak di dalam alam pikirannya. Sedangkan aspek dalam, meliputi perenungan atau kontemplasi, imanjinasi dan meditasi. Setelah tahap persiapan dilakukan, maka penulis mulai mengumpulkan bahan. Pengumpulan bahan ini berupa apa saja yang telah menjadi imajinasi – imajinasi penulis baik image yang konkret maupun abstrak yang telah didapatkan dari proses persiapan, kemudian dipilih dan dikategorikan untuk disatukan. Setelah itu pendekatan secara empirik dilakukan sehingga dapat menimbulkan empati tersediri. Tahap ide berakhir ketika penulis sudah melakukan penetasan ide dimana tahapan – tahapan dari proses ide telah melebur menjadi satu kesatuan menjadi satu kesatuan ide yang utuh.

Dengan mengkolaborasikan metode penelitian kualitatif analisis tema kultural dan tahapan proses ide maka tahapan pembuatan sebuah karya dapat dimulai. Untuk mempermudah pemahaman dari metode penciptaan ini maka dibuatlah tabel sebagai berikut:


(22)

Tabel 1.1 Bagan Proses Berkarya

E. Manfaat / Signifikansi Penciptaan

Manfaat / signifikansi penciptaan dalam pembuatan skripsi penciptaan Babad Pakuan ( Guru Gantangan ) sebagai Ide Berkarya Boneka Pertunjukan Keramik dapat dilihat dari beberapa aspek diantaranya adalah :

1. Manfaat / signifikansi dari segi teori

Manfaat yang didapatkan dalam aspek ini adalah timbulnya persepsi baru lewat sudut pandang penulis dalam meneliti dan mengkaji babad Pakuan (Guru Gantangan), selain itu juga eksplorasi yang dilakukan dalam membuat boneka pertunjukkan keramik dapat menambah teori pembentukan keramik


(23)

secara teknis dengan mengaplikasikan keramik di dalam bahan pembentukan boneka pertunjukkan.

2. Manfaat / signifikansi dari segi kebijakan

Dalam beberapa literatur yang membahas Babad Pakuan ( Guru Gantangan ) memang dijelaskan pemaknaan isi dari babad mengenai prilaku masyarakat Sunda pada masa itu, namun sangat sedikit sekali penjelasan mengenai karakteristik fisik setiap tokoh, yang dijelaskan hanya karakter yang bersifat simbolik. Dengan dibuatnya karya ini penulis mencoba merepresentasikan penggambaran simbolik tersebut menjadi bentuk nyata sesuai dengan karakteristik gambar penulis dalam berkarya. Sehingga dapat dijadikan alternatif gambaran agar Babad Pakuan (Guru Gantangan) bisa lebih diapresiasi oleh masyarakat secara bentuk.

3. Manfaat / signifikansi dari segi praktik

Setiap manusia hendaknya bisa lebih menghargai budaya leluhurnya, karena atas jasanya pula suatu kebudayaan bisa lahir. Namun pada masa kini, masyarakat cenderung menyepelekan kekayaan budaya Sunda seperti pada makna – makna dari babasan dan Paribasa Sunda, simbol – simbol kosmologi Sunda dan teks - teks kuno karena dianggap tidak masuk akal dan kurang bermanfaat. Saini K.M. (Sumardjo,J. 2004:XI) mengemukakan bahwa “Mereka yang biasa berfikir linear seperti yang diterapkan dalam sejarah modern, pasti merasa asing terhadap cara berfikir para leluhur yang siklik dan atau puitik”. Lewat skripsi penciptaan Babad Pakuan ( Guru Gantangan ) sebagai Ide Berkarya Boneka Pertunjukan Keramik inilah penulis


(24)

mencoba menelaah cara berfikir masyarakat Sunda yang puitik menuliskan babadnya ke dalam bentuk karya boneka pertunjukkan keramik. Sehingga dapat memahami isi dan makna dari peninggalan para leluhur kita dulu dari segi praktik.

4. Manfaat / signifikansi dari segi isu serta aksi sosial

Skripsi penciptaan Babad Pakuan ( Guru Gantangan ) sebagai Ide Berkarya Boneka Pertunjukan Keramik akan menghasilkan karya yang mengangkat ide dari cerita zaman dahulu di dalam kebudayaan Sunda. Selain itu juga skripsi penciptaan Babad Pakuan ( Guru Gantangan ) sebagai Ide Berkarya Boneka Pertunjukan Keramik memiliki nilai fungsional di dalam pertunjukkan teater boneka, sehingga bisa dijadikan media pembelajaran budaya Sunda. Manfaat skripsi penciptaan Babad Pakuan ( Guru Gantangan ) sebagai Ide Berkarya Boneka Pertunjukan Keramik tentu saja merupakan salah satu upaya sosialisasi kembali kesusastraan dan Budaya Sunda sehingga pelestarian budaya dapat terus terlaksana sebagai sumbangsih penulis kepada para leluhurnya.

F. Struktur Organisasi

Agar mempermudah pembacaan dan pemahaman isi dari skripsi penciptaan ini, dibuatlah struktur organisasi dengan susunan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penciptaan.


(25)

C. Tujuan Penciptaan. D. Metode Penciptaan.

E. Manfaat/Signifikansi Penciptaan. F. Struktur Organisasi.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Babad Pakuan

B. Boneka Pertunjukkan

1. Pengertian Boneka Pertunjukkan.

2. Sejarah dan Perkembangan Teater Boneka di Berbagai Negara. C. Seni Keramik.

1. Pengertian Keramik. 2. Sejarah Keramik.

3. Alat dan Bahan Keramik. 4. Teknik Pembentukkan Keramik. 5. Glasir.

6. Aplikasi Glasir dan Teknik Dekorasi Keramik. 7. Tungku dan Pembakaran Keramik.

D. Konsep Penciptaan.

BAB III METODE PENCIPTAAN


(26)

B. Teknik Penciptaan Boneka Pertunjukkan Keramik Tokoh – Tokoh Babad Pakuan (Guru Gantangan).

BAB IV ANALISIS BONEKA PERUNJUKKAN KERAMIK TOKOH –

TOKOH BABAD PAKUAN (GURU GANTANGAN)

A. Analisis visual Boneka Pertunjukan Keramik Tokoh – Tokoh Babad Pakuan (Guru Gantangan).

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Berisi kesimpulan hasil penciptaan karya dan saran serta rekomendasi berkenaan dengan skripsi penciptaan Babad Pakuan ( Guru Gantangan ) sebagai Ide Berkarya Boneka Pertunjukan Keramik


(27)

140

BAB III

METODE PENCIPTAAN

A. Teknik Penciptaan Boneka Pertunjukkan Keramik Tokoh – Tokoh Babad Pakuan (Guru Gantangan).

Di dalam proses penciptaan boneka pertunjukkan keramik tokoh – tokoh Babad Pakuan (Guru Gantangan), penulis melakukan penelitian terlebih dahulu untuk mengkaji Babad Pakuan (Guru Gantangan) dan tokoh – tokohnya sebagai landasan berkarya. Metode penelitian kualitatif yang dilakukan penulis adalah metode kualitatif menurut Sarwono, J dan Lubis,H(2007:95) dengan tahapan – tahapan sebagai berikut :

1. Merumuskan masalah 2. Teknik Sampling

Di dalam mengambil sampel, penulis memilih unit – unit sampel yang dianggap sesuai dengan apa yang akan dikaji dan dibuat berdasarkan atas informasi yang telah tersedia. Penulis membagi sampel menjadi tiga bagian yakni sampel mengenai Babad Pakuan (Guru Gantangan) yang meliputi isi dari Babad Pakuan, makna dari Babad Pakuan dan karakter – karakter tokoh Babad Pakuan (Guru Gantangan). Kemudian sampel mengenai boneka pertunjukkan yang meliputi pengertian boneka pertunjukkan, jenis – jenis boneka pertunjukkan, dan sejarah boneka pertunjukkan. Sampel terakhir


(28)

141

adalah sampel yang berkaitan dengan keramik baik dari segi pengertian keramik, sejarah keramik dan proses pengerjaan keramik.

3. Jenis Data

Jenis data yang dipilih oleh penulis adalah data primer dan data sekunder. Data primer berupa teks hasil wawancara penulis mengenai teknis pembentukkan, pengerjaan keramik dan teknik membuat glasir dengan praktisi keramik. Sedangkan data sekunder didapatkan penulis berupa data dari studi pustaka yang berkaitan dengan rumusan masalah dan hal - hal yang berkenaan dengan Babad Pakuan (Guru Gantangan), boneka pertunjukkan dan teknik pembuatan keramik. Adapun sumber – sumber dari studi pustaka yang digunakan penulis adalah buku, karya ilmiah, kamus, website dan lain – lain. 4. Alat Pengambilan Data

Alat pengambilan data yang dilakukan penulis adalah wawancara dan mengkaji dokumen yang menghasilkan studi pustaka berkenaan dengan Babad Pakuan, boneka pertunjukkan dan proses pengerjaan keramik.

5. Metode Pengambilan Data

Di dalam pengambilan data, selain melakukan wawancara dan kajian dokumen yang menghasilkan studi pustaka penulis juga memilih metode pengambilan data secara partisipasi. Metode pengambilan data secara partisipasi adalah pengumpulan data melalui keterlibatan langsung peneliti dengan objek yang akan diteliti. Hal ini sesuai dengan skripsi penciptaan yang dibuat oleh penulis dimana penulis memiliki keterlibatan langsung karena penulis sendiri yang membuat karya dan meneliti karya tersebut menjadi


(29)

142

sebuah jawaban dari rumusan masalah pada skripsi penciptaan Babad Pakuan ( Guru Gantangan ) sebagai Ide Berkarya Boneka Pertunjukkan Keramik.

6. Teknik Analisis

Teknik analisis yang digunakan penulis di dalam skripsi penciptaan Babad Pakuan ( Guru Gantangan ) sebagai Ide Berkarya Boneka Pertunjukkan Keramik adalah analisis tema kultural. Analisis tema kultural adalah “analisis berpangkal pada pandangan bahwa segala sesuatu yang kita teliti pada dasarnya merupakan sesuatu yang utuh (keseluruhan), tidak terpecah –pecah.” Sarwono, J dan Lubis,H(2007:95). Di dalam penelitian ini penulis melakukan analisis terhadap hasil karya boneka pertunjukkan keramik Babad Pakuan (Guru Gantangan) yang telah dibuat sehingga menghasilkan sebuah kesimpulan untuk menjawab rumusan masalah.

Setelah penulis mendapatkan cukup data mengenai Babad Pakuan dan tokoh – tokohnya sebagai ide yang merupakan tahapan kreasi yang pertama yang dilanjutkan dengan tahapan pelaksanaan. Untuk memperjelas proses berkarya penulis maka penulis membuat bagan yang tertera di dalam Tabel 1.1.

Karya keramik yang dibuat adalah karya keramik yang menggabungkan beberapa macam teknik keramik diantaranya teknik keramik tangan langsung (hand building), cetak tuang (slip casting) dan aplikasi glasir dengan bentuk boneka pertunjukkan. Di dalam teknik tangan langsung (hand building) terdapat tiga macam teknik pembentukan yakni teknik pijit (pinching), pilin (coiling) dan


(30)

143

lempeng (slab). Ketiga teknik ini memberikan keleluasaan bentuk dengan ciri khas dimana satu karya dengan karya yang lain akan berbeda karena pembentukkannya menggunakan tangan sebagai media berkarya. Sehingga tidak mungkin menghasilkan beberapa karya yang sama persis. Sedangkan teknik cetak tuang (slip casting) bertujuan agar benda keramik bisa diproduksi masal, karena pada teknisnya teknik ini menggunakan cetakan gips sebagai media pembentuknya dan bisa dilakukan secara berulang ulang sehingga menghasilkan benda keramik yang sama persis.

Selain memiliki keunggulan, kedua jenis teknik pembentukan ini memiliki kekurangan. Pada teknik tangan langsung (hand building) benda keramik yang dihasilkan akan sedikit rapuh pada saat benda keramik masih dalam keadaan greenware. Selain itu juga bentuk yang dibuat tidak akan sama persis jika diperbanyak dan akan mengurangi efisiensi waktu jika hal tersebut dilakukan. Sedangkan kelemahan teknik cetak tuang (slip casting), benda keramik yang dibuat memiliki keterbatasan bentuk karena prinsip cetakan dan hasil cetakan pada teknik cetak tuang (slip casting) tidak boleh saling mengunci sehingga antara cetakan dan hasil cetakannya bisa terlepas.

Dari keterangan di atas maka penulis memiliki ide untuk bereksplorasi menggabungkan kedua teknik tersebut sehingga menghasilkan sebuah karya yang memiliki bentuk dasar yang sama namun tetap memiliki perbedaan pada bentuk – bentuk detailnya. Pengerjaan teknik seperti ini juga memperkaya pengalaman penulis dalam memperlakukan tanah liat sebagai media di dalam berkarya.


(31)

144

1. Alat dan Bahan a. Tanah Liat

Tanah liat merupakan bahan utama di dalam pembuatan skripsi penciptaan Babad Pakuan ( Guru Gantangan ) sebagai Ide Berkarya Boneka Pertunjukkan Keramik. Penulis menggunakan dua jenis tanah liat yakni tanah liat jenis stoneware sebagai bahan karya jadi dan tanah liat earthenware sebagai bahan model cetakan.

Gambar 3.1 Stoneware ( Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Gambar 3.2 Earthenware ( Sumber : Dokumentasi Pribadi) b. Gips

Gips atau calci sulfat berfungsi sebagai bahan pembuatan cetakan keramik.


(32)

145

Gambar 3.3 Gips

( Sumber : Dokumentasi Pribadi)

c. Air

Gambar 3.4 Air

( Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Air berfungsi untuk membasahi tanah liat agar tetap plastis dan sebagai campuran di dalam membuat slip.

d. Waterglass

Waterglass adalah bahan deflocculant yakni bahan yang membuat tanah liat melayang – layang di air sehingga tanah liat tidak mengendap di bawah. Bentuk dari waterglass adalah pasta atau cair. Penambahan waterglass adalah sekitar 0,3% sampai dengan 0,7 % dari


(33)

146

lumpur yang tersedia. Untuk memudahkan pencampuran, waterglass dapat dicampur dengan air hangat dengan perbandingan 1:3 untuk waterglass dan air.

Gambar 3.5 Waterglass ( Sumber : Dokumentasi Pribadi) e. Penggaris

Untuk mengukur panjang, lebar dan tinggi benda keramik yang dibuat.

Gambar 3.6 Penggaris ( Sumber : Dokumentasi Pribadi) f. Rolling Pen

Rolling pen berfungsi sebagai alat dalam membuat lempengan tanah liat.


(34)

147

Gambar 3.7 Rolling Pen ( Sumber : Dokumentasi Pribadi) g. Butsir Kawat

Butsir Kawat berfungsi sebagai alat untuk membentuk, merapikan, menghaluskan, mengerok atau membuat detail dan tekstur pada saat proses pembentukkan.

Gambar 3.8 Butsir Kawat ( Sumber : Dokumentasi Pribadi)

h. Butsir Kayu

Fungsi dari butsir kayu sama dengan butsir kawat yakni untuk membentuk, merapikan, mengerok, membuat tekstur ataupun detail pada proses pembentukan keramik.


(35)

148

Gambar 3.9 Butsir Kayu ( Sumber : Dokumentasi Pribadi)

i. Pisau Pemotong/cutter

Berfungsi untuk memotong dan mengiris lempengan tanah liat.

Gambar 3.10 Pisau Pemotong/cutter ( Sumber : Dokumentasi Pribadi)

j. Ember


(36)

149

Gambar 3.11 Ember ( Sumber : Dokumentasi Pribadi)

k. Pensil

Pensil berguna untuk membuat sketsa bentuk pada benda keramik sebelum diglasir.

Gambar 3.12 Pensil ( Sumber : Dokumentasi Pribadi)

l. Gelas Ukur

Sebagai alat untuk menuang tanah liat slip ataupun untuk mengukur jumlah air yang akan dicampurkan pada tanah liat dan gips.


(37)

150

Gambar 3.13 Gelas Ukur ( Sumber : Dokumentasi Pribadi)

m. Saringan 120 mesh

Saringan 120 mesh berfungsi untuk menyaring tanah liat dan glasir agar memiliki besar partikel yang sama.

Gambar 3.14 Saringan 120 mesh ( Sumber : Dokumentasi Pribadi)

n. Meteran

Meteran berfungsi sebagai alat ukur panjang, tinggi dan lebar dalam pembentukan atau alat untuk mengukur susut benda keramik.


(38)

151

Gambar 3.15 Meteran ( Sumber : Dokumentasi Pribadi)

o. Timbangan

Timbangan berfungsi untuk menimbang berat bahan pada saat pembuatan resep glasir.

Gambar 3.16 Timbangan ( Sumber : Dokumentasi Pribadi)

p. Amplas

Amplas berfungsi untuk menghaluskan permukaan keramik dalam keadaan greenware sebelum pengaplikasian glasir


(39)

152

Gambar 3.17 Amplas ( Sumber : Dokumentasi Pribadi)

q. Vaselin

Vaselin berfungsi sebagai separator agar tiap bagian cetakan gips tidak saling menempel dan bisa dilepaskan antara cetakan satu dengan cetakan lainnya.

Gambar 3.18 Vaselin ( Sumber : Dokumentasi Pribadi)

r. Kain Lap

Selain berfungsi sebagai alat untuk membersihkan ruang kerja, kain lap juga berfungsi sebagai lapisan pemisah antara gips dan lumpur tanah liat ketika tanah liat akan dikurangi kandungan airnya sehingga


(40)

153

menjadi plastis. Tujuannya adalah agar debu gips tidak tercampur dengan tanah liat.

Gambar 3.19 Kain Lap ( Sumber : Dokumentasi Pribadi)

s. Spon

Spon berfungsi sebagai alat untuk merapikan tekstur permukaan keramik dan juga alat untuk menghapus lapisan glasir yang tidak diinginkan pada permukaan benda keramik.

Gambar 3.20 Spon


(41)

154

t. Kuas Berbagai Ukuran

Kuas berfungsi sebagai alat untuk mengolesi lumpur tanah liat (slip) pada benda tanah liat yang akan disambung. Selain itu juga kuas berfungsi sebagai alat dalam mengaplikasikan glasir pada saat proses dekorasi.

Gambar 3.21 Kuas Berbagai Ukuran ( Sumber : Dokumentasi Pribadi) u. Sendok Plastik

Berfungsi sebagai alat dalam teknik dekorasi burnish dan alat untuk menuangkan bahan – bahan yang akan dicampurkan ke dalam tanah liat ataupun mencampur bahan glasir.

Gambar 3.22 Sendok Plastik ( Sumber : Dokumentasi Pribadi)


(42)

155

v. Kantung Plastik Besar

Kantung plastik besar berfungsi sebagai wadah pada saat memeram tanah liat, menutup benda tanah liat yang sudah dibentuk agar proses pengeringannya berjalan perlahan untuk menghindari keretakan.

Gambar 3.23 Kantung Plastik Besar ( Sumber : Dokumentasi Pribadi)

w. Karet Ban

Berfungsi untuk mengikat cetakan gips satu dengan yang lainnya agar cetakan tidak bocor pada saat lumpur tanah liat (Slip) dituangkan.

Gambar 3.24 Karet Ban ( Sumber : Dokumentasi Pribadi)


(43)

156

x. Bahan – bahan pembuat glasir diantaranya adalah

1) Feldspar

Merupakan bahan utama di dalam membuat resep glasir dan merupakan unsur fluks (pelebur) utama.Feldspar mengandung soda, potash, alumina dan silica. Jika feldspar dibakar akan menghasilkan lapisan seperti kaca sehingga feldspar disebut juga glasir alami.

Gambar 3.25 Feldspar ( Sumber : Dokumentasi Pribadi)

2) Silica

Pada pembuatan glasir, silica atau kuarsa berfungsi sebagai bahan pembentuk gelas yang juga merupakan zat untuk mengurangi retak pada glasir (crazing).


(44)

157

Gambar 3.26 Silica

( Sumber : Dokumentasi Pribadi) 3) Kapur

Kapur juga berfungsi sebagai unsur flux (pelebur) pada glasir. Jika kapur dicampur dengan zinc maka glasir yang dihasilkan akan berpermukaan matt.

Gambar 3.27 Kapur

( Sumber : Dokumentasi Pribadi)

4) Kaolin

Di dalam pembuatan glasir, kaolin berfungsi sebagai penambah kekuatan dan kekerasan pada glasir karena kaolin merupakan sumber alumina (elemen pembentuk rangka pada glasir) dan


(45)

158

silica. Selain sebagai elemen pembentuk rangka, kaolin juga dapat menghasilkan kilap pada glasir.

Gambar 3.28 Kaolin

( Sumber : Dokumentasi Pribadi) 5) Stain

Stain merupakan pewarna di dalam keramik. Sifat stain lebih stabil bila dibandingkan dengan oksida, meskipun stain juga berasal dari oksida. Hal yang menyebabkan warna pada stain lebih stabil dibandingkan oksida biasa adalah karena stain merupakan oksida yang sudah melalui proses pembakaran terlebih dahulu. Cara menggunakan stain adalah dengan menambahkan 5 sampai dengan 15% stain dari jumlah berat glasir dasar ke dalam glasir dasar tersebut.


(46)

159

Gambar 3.29 Stain dalam Berbagai Warna ( Sumber : Dokumentasi Pribadi) y. Glasir Tipe 107

Glasir tipe 107 adalah glasir dasar siap pakai yang berada di pasaran. Glasir jenis ini merupakan glasir bakaran tinggi karena memiliki titik leleh 1250˚C sampai dengan 1300˚C. Glasir jenis ini bisa digunakan pada stoneware ataupun porcelain. Glasir tipe 107 juga bisa ditambahkan stain untuk menghasilkan glasir yang berwarna.

Gambar 3.30 Glasir Tipe 107 ( Sumber : Dokumentasi Pribadi)

z. Glasir Tipe 107 P


(47)

160

Gambar 3.31 Glasir Tipe 107 P ( Sumber : Dokumentasi Pribadi)

aa. Gas 50 Kg

Gas 50 Kg adalah sumber bahan bakar utama di dalam pembakaran. pada jenis tungku yang digunakan oleh penulis, 2 tabung gas 50 Kg ini dapat digunakan untuk 2 kali bakaran tinggi dan satu kali bakaran rendah.

Gambar 3.32 Gas 50 Kg ( Sumber : Dokumentasi Pribadi)


(48)

161

bb.Tungku Keramik

Tungku keramik berfungsi sebagai alat untuk membakar benda tanah liat menjadi keramik. Ukuran interior tungku yang digunakan penulis adalah 80 cm x 80 cm x 80 cm.

Gambar 3.33 Tungku Keramik ( Sumber : Dokumentasi Pribadi)

cc. Plat Bakar

Gambar 3.34 Plat Bakar ( Sumber : Dokumentasi Pribadi)


(49)

162

Plat Bakar berfungsi sebagai alas untuk menyimpan benda tanah liat yang akan dibakar.

dd.Bata Api

Bata api berfungsi sebagai landasan plat di dalam menyusun rak – rak di dalam interior tungku.

Gambar 3.35 Bata Api ( Sumber : Dokumentasi Pribadi)

ee. Thermocouple

Thermocouple digunakan sebagai alat pengukur suhu di dalam tungku keramik saat pembakaran berlangsung.

Gambar 3.36 Thermocouple ( Sumber : Dokumentasi Pribadi)


(50)

163

2. Teknik Pengerjaan

Di dalam pengerjaan karya untuk skripsi penciptaan Babad Pakuan ( Guru Gantangan ) sebagai Ide Berkarya Boneka Pertunjukkan Keramik penulis melakukan dua tahapan teknik pembentukan yakni teknik pembentukan cetak tuang ( slip casting) dan teknik pembentukan tangan langsung (hand building). Pertama tama penulis melakukan pembentukan dengan teknik cetak tuang ( Slip Casting) dengan tahapan pengerjaan sebagai berikut :

a. Skatsa bentuk dasar

Pertama penulis membuat sketsa bentuk dasar sebagai rencana bentuk yang akan dibuat.

Gambar 3.37 Sketsa Bentuk Dasar Boneka ( Sumber : Dokumentasi Pribadi)


(51)

164

b. Tahapan Pembuatan Model

Sealnjutnya, penulis membuat model bentuk dasar dari badan boneka pertunjukkan dengan media tanah earthenware karena earthenware memiliki karakter yang lebih kuat dan tidak mudah retak dalam keadaan plastis.

Gambar 3.38 Model Cetakan ( Sumber : Dokumentasi Pribadi)

c. Membuat Cetakan

Penulis kemudian memulai dengan proses mencetak model dengan adonan gips. Cetakan yang dibuat pada masing – masing bentuk bagian badan boneka pertunjukkan adalah dua bagian yakni bagian depan dan belakang. Model diposisikan dalam posisi tidur kemudian pada setiap bagian sisi belakang dari model diberi bantalan tanah liat. Bagian model kemudian diolesi vaselin sebagai separator agar model mudah dilepas ketika adonan gips sudah


(52)

165

mengeras. Selanjutnya setiap sisi dari bantalan tanah liat dikelilingi oleh Papan plastik dan tanah liat di bagian sambungannya agar adonan gips tidak bocor ketika dituang. Adapun perbandingan gips dengan air yang digunakan penulis dalam membuat adonan gips adalah 1:1,25 yakni di dalam 1 liter air terdapat 1,25 Kg tepung Gips.

Gambar 3.39 Model Cetakan yang Sudah diberi Bantalan dan Penampang ( Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Selanjutnya adonan gips dituangkan ke dalam model cetakan yang sudah diberi penampang dan didiamkan beberapa saat hingga adonan gips mengeras.


(53)

166

Gambar 3.40 Model Cetakan yang Sudah diberi Adonan Gips ( Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Ketika adonan gips sudah mengeras dan papan plastik serta bantalan tanah liat dapat dibuka maka cetakan pertama selesai. Pengerjaan dilanjutkan dengan membuat cetakan kedua. Pada pembuatan cetakan kedua, penulis kemudian membuat cekungan pada empat sisi cetakan dengan butsir kawat. Fungsinya adalah sebagai kuncian agar cetakan kesatu dan kedua tidak bergeser posisinya ketika disambung. Cetakan dan model kemudian diolesi vaselin dan setiap sisi cetakan diberi penampang papan plastik serta tanah liat lagi seperti pada proses pembuatan cetakan yang kesatu.


(54)

167

Setelah itu adonan gips dituang kembali dan didiamkan hingga mengeras. Pada proses perubahan adonan gips menjadi keras, gips akan mengalami kenaikan suhu terlebih dahulu sehingga cetakan gips menjadi hangat. Pada saat itulah penulis membuka penampang dan melepaskan sisi cetakan kesatu dan kedua. Menurut pengalaman empirik penulis, tindakan ini lebih baik dilakukan dari pada menunggu cetakan gips kembali dingin. Adapun penyebab dari mudahnya kedua cetakan dan model tersebut dilepas karena pada saat cetakan gips mulai mengalami kenaikan suhu, vaselin akan mencair sehingga lapisan vaselin diantara cetakan satu dengan yang lainnya akan lebih licin dan cetakan menjadi mudah terlepas. Namun hal ini harus dilakukan dengan sangat hati – hati karena cetakan gips belum mengeras sepenuhnya sehingga cetakan masih beresiko untuk rusak dan patah.

Gambar 3.42 Kedua Bagian Cetakan yang Sudah Terlepas ( Sumber : Dokumentasi Pribadi)


(55)

168

Gambar 3.43 Cetakan Gips yang Menjadi Bentuk Dasar Boneka Pertunjukkan Keramik

( Sumber : Dokumentasi Pribadi) d. Hasil Akhir Cetakan

Setelah cetakan gips selesai dan kering, selanjutnya dilakukan tahap pengecoran slip ke dalam cetakan yang telah diikat dengan karet di setiap sisi cetakannya agar cetakan gips tidak bocor ketika slip dituangkan. Cetakan gips akan menyerap air di dalam slip hingga terbentuk lapisan tanah liat yang lebih padat di setiap sisi dalam cetakan. Semakin lama lapisan tanah liat di dalam cetakan akan menebal dan jika ketebalan tanah liat telah cukup maka sisa cairan slip dikeluarkan dan cetakan didiamkan beberapa saat hingga lapisan slip agak mengeras dan sudah tidak menempel di permukaan gips.


(56)

169

Gambar 3.44 Hasil Cetakan Bentuk Dasar Boneka Pertunjukkan Keramik yang Sudah Terlepas dari Cetakan Gipsnya.

( Sumber : Dokumentasi Pribadi)

3. Aplikasi Teknik Pembentukkan Tangan Langsung (Hand Building) Terhadap Hasil Cetakan dari Teknik Cetak Tuang (Slip Casting)

Setelah hasil cetakan dikeluarkan dari cetakannya, proses selanjutnya adalah menambahkan bentuk – bentuk lain dan detail pada boneka pertunjukkan keramik dengan teknik pembentukan tangan langsung (Hand Building) yang diantaranya adalah teknik pijit (pinching), pilin (coiling) dan lempeng (slab). Teknik pijit (pinching) diaplikasikan dalam membuat detail aksesoris boneka seperti bentuk bunga pada mahkota boneka. Sedangkan teknik pilin (coiling) diaplikasikan pada bagian baju boneka, rambut dan juga pegangan boneka yang terdapat di bagian


(57)

170

belakang boneka dan teknik lempeng (slab) diaplikasikan pada pembuatan baju dan aksesoris kepala boneka.

Gambar 3.45 Proses Penerapan Teknik Tangan Langsung (Hand Building) ke dalam Hasil Benda Tanah Liat dengan Teknik Cetak Tuang (Slip Casting)

( Sumber : Dokumentasi Pribadi)

4. Proses Pembuatan Glasir

Glasir merupakan lapisan seperti kaca yang menempel tipis pada lapisan keramik. Selain menambah nilai estetik pada keramik, fungsi glasir adalah sebagai lapisan penguat permukaan keramik. Karakter glasir adalah dapat meleleh pada suhu tertentu sesuai dengan suhu matang glasir tersebut. Di dalam skripsi penciptaan Babad Pakuan ( Guru Gantangan ) sebagai Ide Berkarya Boneka Pertunjukkan Keramik ini penulis menggunakan glasir sebagai ornamen dekorasi karya. Hingga saat ini sangat sulit untuk mendapatkan glasir siap pakai dalam berbagai warna di pasaran. Pada umumnya pemasok bahan baku keramik hanya menjual bahan – bahan untuk membuat glasir saja. Meskipun ada jenis glasir siap pakai, itu hanya berupa base glaze atau glasir dasar saja sehingga penulis tetap harus mencampur base glaze tersebut dengan stain atau oksida untuk


(58)

171

membuat warna yang diinginkan. Adapun cara di dalam proses pembuatan glasir diantaranya adalah :

a. Membuat Resep Glasir

Ada tiga jenis bahan yang penting pada saat membuat glasir yakni bahan yang mengandung unsur pelebur (fluks), bahan pembentuk gelas dan bahan pembentuk rangka. Di dalam membuat karya skripsi penciptaan Babad Pakuan ( Guru Gantangan ) sebagai Ide Berkarya Boneka Pertunjukkan Keramik, penulis membuat glasir bakaran tinggi (memiliki tingkat kematangan dengan suhu 1200˚C-1350˚C) agar sesuai dengan tingkat kematangan tanah liat yang penulis gunakan di dalam pembuatan karya yakni stoneware. Glasir dan tanah liat yang matang bersamaan bertujuan agar penggunaan gas pada saat pembakaran lebih efisien. Adapun bahan – bahan utama pembuat glasir yakni feldspar, kalsia atau kapur dan silica atau kuarsa. Feldspar merupakan bahan yang paling dominan digunakan di dalam glasir karena feldspar mengandung soda, potash, alumina dan silica yang dapat berguna sebagai unsur fluks sehingga kandungan feldspar harus lebih banyak dari kapur dan silica. Penulis membuat resep glasir dengan hitungan persentase karena hitungan seperti ini memang lazim digunakan para praktisi keramik dalam membuat resep glasir. Penulis membuat resep glasir sesuai dengan yang dipaparkan oleh Setiabudi, Natas (2011:64) dengan persentase jumlah feldspar sebanyak 60%, kapur sebanyak 20% dan silica sebanyak 20%. Agar lebih mudah dalam menghitung persentase masing masing bahan, penulis membuat glasir seberat 100 gram sehingga untuk membuat resep


(59)

172

glasir seberat 100 gram penulis membutuhkan 60 gram feldspar, 20 gram kapur dan 20 gram silica. Dari resep tersebut penulis bisa langsung menambahkan stain atau oksida untuk menghasilkan warna tertentu pada glasir. Penambahan stain atau oksida yang dilakukan penulis adalah sebanyak 5% sampai dengan 15% dari jumlah glasir dasar yang telah dibuat. Misalnya untuk menghasilkan warna kuning, penulis menambahkan stain berwarna kuning sebanyak 15% dari 100 gram glasir dasar ke dalam glasir dasar tersebut. 15% dari 100 gram adalah 15 gram, jika stain kuning tersebut ditambahkan maka jumlahnya menjadi 115 gram. Semakin banyak stain yang ditambahkan maka akan semakin pekat warna yang dihasilkan. Adapun resep – resep glasir yang dibuat penulis diantaranya adalah :

1) Glasir Hitam

Feldspar 60 gram Kapur 20 gram Silica 20 gram Stain Hitam 15 gram 2) Glasir Biru Cobalt

Feldspar 60 gram Kapur 20 gram Silica 20 gram Stain Biru Cobalt 15 gram 3) Glasir Merah


(60)

173

Kapur 20 gram Silica 20 gram Stain Merah 15 gram 4) Glasir Orange

Feldspar 60 gram Kapur 20 gram Silica 20 gram Stain Orange 15 gram 5) Glasir Kuning

Feldspar 60 gram Kapur 20 gram Silica 20 gram Stain Kuning 15 gram 6) Glasir Pink

Feldspar 60 gram Kapur 20 gram Silica 20 gram Stain Pink 15 gram 7) Glasir Hijau

Feldspar 60 gram Kapur 20 gram Silica 20 gram Stain Hijau 15 gram


(61)

174

8) Glasir Cokelat Tua

Feldspar 60 gram Kapur 20 gram Silica 20 gram Stain Cokelat Tua 15 gram 9) Glasir Cokelat Muda

Feldspar 60 gram Kapur 20 gram Silica 20 gram Stain Cokelat Tua 15 gram 10)Glasir Ungu

Feldspar 60 gram Kapur 20 gram Silica 20 gram Stain Merah 10 gram Stain Biru Cobalt 10 gram b. Menimbang Resep Glasir

Setelah resep dibuat, masing – masing bahan kemudian ditimbang dengan berat sesuai dengan keterangan di dalam resep. Bahan – bahan tersebut kemudian dicampurkan dalam sebuah wadah berisi air dengan perbandingan campuran bahan dan air sebanyak 1:1,4 dan direndam selama 12 jam.


(62)

175

Resep yang telah direndam kemudian disaring menggunakan saringan 120 mesh agar semua bahan glasir tercampur rata dan glasir siap dipakai.

Setelah campuran glasir dibuat, penulis kemudian melakukan uji coba glasir dengan suhu matang bakar 1230˚C.

Gambar 3.46 Hasil Uji Coba Glasir ( Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Selain membuat glasir sendiri, penulis juga menggunakan glasir siap pakai 107P dan glasir matt berwarna cokelat tua.

5. Aplikasi Glasir

Aplikasi glasir yang digunakan di dalam pembuatan karya skripsi penciptaan Babad Pakuan ( Guru Gantangan ) sebagai Ide Berkarya Boneka


(63)

176

Pertunjukan Keramik adalah aplikasi glasir kuas. Selain akan memberikan efek warna dan tekstur yang unik yakni jejak – jejak sapuan kuas, aplikasi glasir kuas juga dianggap paling memungkinkan dilakukan agar detail motif pada boneka pertunjukkan keramik dapat terglasir dengan baik. Selain aplikasi glasir kuas, penulis juga menggunakan teknik dekorasi glasir hapus pudar untuk membentuk bagian wajah dan aksesoris boneka pertunjukkan keramik.

6. Pembakaran

Pembakaran boneka pertunjukkan keramik dilakukan di dalam tungku berukuran 80cm x 80cm x80cm dengan suhu matang 1230˚C. Hal pertama yang dilakukan penulis adalah menyiapkan interior tungku seperti plat bakar dan bata api untuk membuat rak bakar. Selain itu penulis memastikan gas, burner dan tungku dalam keadaan baik jika digunakan sehingga resiko yang dapat membahayakan dapat dihindari. Setelah semua hal telah siap, penulis kemudian menyusun boneka pertunjukkan keramik ke dalam tungku dan mulai melakukan proses pembakaran pada keesokan harinya. Hal ini dimaksudkan agar benda keramik yang akan dibakar disusun dengan baik dan teliti agar resiko kegagalan benda keramik dapat dihindari.


(64)

177

Gambar 3.47 Kondisi Karya dan Interior Tungku Sebelum Mengalami Proses Pembakaran

( Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Setiap keramikus biasanya selalu membuat grafik pembakaran pada saat pembakaran keramik. Hal ini dilakukan sebagai dokumentasi atas proses pembuatan karya keramik yang mereka lakukan agar dapat dipelajari kembali sebagai pengalaman empirik di dalam proses berkarya keramik. Adapun grafik proses pembakaran yang dicatat oleh penulis adalah sebagai berikut:


(65)

178

Gambar 3.48 Grafik Pembakaran Keramik (Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Pada proses awal pembakaran, pintu keramik dibuka selama satu jam untuk menghilangkan sisa uap air yang terkandung di dalam benda keramik. Setelah satu jam, pintu tungku ditutup dan suhu dinaikkan secara lambat hingga suhu mencapai sekitar 650˚C. Selanjutnya kenaikan suhu dapat dipercepat hingga panas tungku mencapai sekitar 900˚C hingga 1000˚C. Setelah mencapai suhu tersebut, kenaikan diperlambat lagi hingga pembakaran mencapai suhu matangnya yakni 1230˚C dan didiamkan selama lima belas menit agar suhu di dalam tungku benar – benar merata.

Setelah suhu tungku sesuai dengan suhu matang benda keramik, burner dimatikan secara perlahan dan semua lubang yang ada di dalam tungku ditutup.


(66)

179

Lubang tungku yang ditutup meliputi lubang cerobong, lubang burner dan lubang intip untuk menghindari angin yang berpotensi masuk karena dapat menyebabkan keretakan benda keramik karena thermal shock. Lamanya pembakaran berbanding lurus dengan lamanya pendinginan. Tungku dibiarkan selama satu hari dan baru dibuka keesokan harinya ketika suhu tungku sudah kembali pada suhu ruangan.

Gambar 3.49 Kondisi Karya dan Interior Tungku Setelah Mengalami Proses Pembakaran

( Sumber: Dokumentasi Pribadi)

7. Perakitan Boneka Pertunjukkan Keramik

Setelah benda keramik sudah matang, proses selanjutnya adalah merangkai boneka pertunjukkan agar bisa dimainkan. Penulis menggunakan tali dan kawat untuk menyambungkan bagian – bagian dari boneka pertunjukkan dan menambahkan stik kayu sebagai alat untuk memainkannya.


(67)

180

Gambar 3.50 Proses Perakitan Boneka Pertunjukkan ( Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Gambar 3.51 Salah Satu Hasil Karya Boneka Pertunjukkan yang Telah Selesai ( Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Demikian proses berkarya yang dilakukan penulis di dalam membuat boneka pertunjukkan tokoh – tokoh Babad Pakuan ( Guru Gantangan ). Untuk mempermudah memahami proses yang dilakukan penulis maka penulis membuat bagan seperti di bawah ini:


(68)

181


(69)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Adapun Kesimpulan dari skripsi penciptaan Babad Pakuan ( Guru Gantangan ) sebagai Ide Berkarya Boneka Pertunjukkan Keramik adalah karya Sastra kuno Babad Pakuan ( Guru Gantangan ) dapat diperkenalkan kembali lewat bentuk karya seni rupa yakni boneka keramik yang dapat dimainkan sebagai media di dalam sebuah Pertunjukkan Boneka. Sumber teori dari Babad Pakuan (Guru Gantangan) yang asli sangat sulit dicari karena minimnya sumber teori yang berkenaan dengan Babad Pakuan ( Guru Gantangan ). Hal ini mungkin disebabkan karena sedikitnya ilmuan yang mengkaji dan meneliti karya sastra kuno Sunda sebagai objek penelitiannya. Selain itu juga bukti – bukti sejarah Sunda dan kerajaannya sangat minim bila dibandingkan dengan bukti sejarah suku lainnya di Indonesia, Hal ini bisa disebabkan karena masyarakat Sunda pada zaman dahulu tidak mendokumentasikan sejarah serta artefaknya dengan baik. Sehingga Sulit untuk menggambarkan keadaan masyarakat Sunda pada masa lalu.

Selain itu, menerapkan tokoh – tokoh yang ada di dalam Babad Pakuan (Guru Gantangan) yang mengadaptasi dari babasan, paribasa dan simbol – simbol kosmologi Sunda juga dapat dilakukan dengan teknik pembentukan keramik cetak tuang yang dilanjutkan dengan teknik pembentukan tangan langsung. Kesulitan dari penggabungan kedua teknik tersebut adalah di dalam proses pemilihan tanah dan ketelitian di dalam proses pengerjaan. Karena apabila tanah yang digunakan


(70)

tidak sesuai, benda tanah liat terlalu tebal atau terlalu tipis dan kondisi kelembapan benda tanah liat yang akan digabungkan tidak sama, maka benda tanah liat dengan teknik cetak tuang tidak dapat digabungkan dengan tanah liat lain di dalam teknik pembentukkan tangan langsung karena akan mengalami keretakan bahkan pecah. Selain itu proses pengglasiran dengan teknik kuas yang baik akan memberikan efek sapuan kuas yang unik pada glasir. Namun untuk mendapatkan keberhasilan dalam teknik ini penulis harus memperkirakan ketebalan glasir yang dioleskan ke dalam benda keramik. Karena jika lapisan glasir terlalu tipis, maka warna glasir tidak akan matang, namun jika proses pengglasiran terlalu tebal maka glasir akan menggulung gulung atau crawling. Pada Hasil akhirnya, meskipun keramik yang dibuat agak berat dan menggelas namun boneka keramik dapat tetap dimainkan dengan baik.

Dengan adanya karya boneka pertunjukkan keramik tokoh – tokoh Babad Pakuan ( Guru Gantangan ) ini penulis dapat ikut serta mengingatkan kembali akan cerita sejarah masyarakat Sunda sehingga dapat membangkitkan perasaan masa silam agar kebuadayaan asli Sunda dapat tetap lestari.

B. Rekomendasi

Hal yang direkomendasikan oleh penulis adalah membentuk boneka pertunjukkan dengan teknik keramik sangat bisa diwujudkan dengan baik, namun di dalam teknik pembuatannya para kreator harus benar – benar memahami karakteristik keramik dengan baik. Selain itu juga para kreator harus memperhatikan bagaimana cara kerja boneka pertunjukkan yang akan dibuat agar


(71)

pada teknis pembuatannya, cara kerja gerak boneka dapat disesuaikan dengan karakteristik keramik. Hal ini bertujuan bertujuan untuk mewujudkan boneka pertunjukkan yang benar – benar bisa dimainkan dengan baik. Selain itu juga Babad ataupun karya sastra kuno lainnya dapat dikemas dengan gaya kekinian sebagai alternatif bentuk visual yang baru dalam menampilkan keadaan masa silam. Semoga dengan adanya karya boneka pertunjukkan keramik Babad Pakuan (Guru Gantangan) ini dapat memberikan inspirasi di dalam berkarya keramik sehingga akan muncul karya – karya lain yang terispirasi dari keramik ataupun dari kekayaan budaya lokal.


(72)

DAFTAR PUSTAKA

Akip-Prawira, R. (1982). Upacara Adat Di Pasundan. Bandung: Sumur Bandung. Alwasilah, A.C. (2002). Pokoknya Kualitatif: dasar-dasar merancang dan

melakukan penelitian kualitatif. Jakarta: Pustaka Jaya.

Arbuckle, Linda. (2010).The Colorful of Majolica. Ceramic Publication Company.

B.Burnett, Jason. (2012). Slip Transfers. Ceramic Publication Company.

Chappel, J. (1991). The Potter’s Complete Book Of Clay And Glazes. New York: Watson-Guptill Publications.

Consentino, P. (1992). The Encyclopedia Of Pottery Techniques. Singapore: PAGE ONE.

Danadibrata, R.A. (2006). Kamus Basa Sunda. Bandung: Kilat Buku Utama.

Danasasmita, S., Iskandar, Y. dan Atmadibrata, E. (1984). Rintisan Penelusuran Masa Silam Sejarah Jawa Barat. Bandung: Kerta Mukti Gapuraning Rahayu.

Danasasmita, S. (2003). Nyukcruk Sajarah Pakuan Pajajaran jeung Prabu Siliwangi. Bandung: Kiblat Buku Utama.

Departemen Pendidikan Nasional. (2001). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Pustaka Jaya.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1997). Babad Pakuan atau Babad Pajajaran. Jakarta: Depdikbud.


(73)

Tersedia: http://disparbud.jabarprov.go.id/wisata/dest-det.php?id=134 [ 16 Mei 2012 ]

Ekadjati, E.S. (2005). Kebudayaan Sunda Zaman Pajajaran. Jakarta: Pustaka Jaya.

Friess, Kayla.(2010).New Student Work: Ceramics.[Online]

Tersedia:http://aaw3dart.blogspot.com/2010/01/new-student-work-ceramics.html [14 Agustus 2012]

Gates, Linda. (2011). How To Make and Apply Decal to Slip Cast Vessel. .Ceramic Publication Company.

Green, Amanda W. (2012). Clay Slab Project: Plates. Ceramic Publication Company.

Hatch, Molly. (2012). Using Simple Tools to Decorate Ceramic with Complex Design. Ceramic Publication Company.

Hidayat-Suryalaga, H.R. (2010). Filsafat Sunda: Sekilas Interpretasi Folklor Sunda. Bandung: Yayasan Nur Hidayah.

Iwan.(1997). Selamat untuk Emha dan Novia.[Online]

Tersedia:http://www.tempo.co.id/ang/min/02/06/pokok2.htm [23 Mei 2012]

Kay,Ursula.(2008).Internationally renowned Chinese puppet troupe performs at Melbourne’s Chinese Museum during winter school holiday.[Online]

Tersedia:

http://www.tourism.vic.gov.au/piecesofvictoria/june_2008/index.php?page =09 [2 Juni 2013]

Moleong, L.J. (2011). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.


(74)

Tersedia:http://citizenimages.kompas.com/citizen/view/54568-Pertunjukan-Wayang-Golek-Asep-Sunandar [23 Mei 2012]

Muppet Wiki. Sesame Street.[Online].

Tersedia:http://muppet.wikia.com/wiki/Sesame_Street[ 17 Mei 2012 ]

Murray, Rene.(2004).Country Pottery Compound.[Online]

Tersedia:http://renemurrayceramics.com/bldgs3.html [14 Agustus 2012]

Northon, F.H. (1956). Ceramics For The Artist Potter. United States of America: Addison-Wesley Publishing Company, Inc.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2011).Pedoman Penulisan Karya Ilmiah.

Bandung : UPI

Peterson, Beth E . Slab Pots 101.[Online]

Tersedia:http://pottery.about.com/od/slabpots/tp/slabs.htm [14 Agustus 2012]

Primadi. (2000). Proses Kreasi, Apresiasi, Belajar. Bandung: ITB.

Reason, Emily. (2011). Considerations for Carving. Cermic Publication Company.

Rosidi, A. dkk. (2000). Ensiklopedi Sunda: Alam, manusia, dan Budaya. Jakarta: Pustaka Jaya.

Rosidi, A. (2005). Babasan & Paribasa Kabeungharan Basa Sunda. Bandung: Kiblat Buku Utama.

Rosidi, A. dkk. (2008). Seri Sundalana 7: Kujang, Bedog, dan Topeng. Bandung: Yayasan Pusat Studi Sunda.


(75)

Sarwono, J. dan Lubis, H. (2007). Metode Riset Untuk Desain Komunikasi Visual. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Setiabudhi, N. (2011). Belajar Sendiri Membuat Keramik. Bandung: Penerbit Bejana.

Setiabudhi, Natas.(2011).Product of Slip Casting #2.[Online]

Tersedia: http://butterflyceramic.blogspot.com/2011/03/slip-cast-technique-2.html [ 14 Agustus 2012]

Setiabudhi, Natas.(2011). Product of Pinching and Coiling.[Online]

Tersedia: http://butterflyceramic.blogspot.com/2011/03/pinch-and-coil-technique.html

[ 14 Agustus 2012]

Smith, Gay. ( 2011). The Function of Pots in Storage. Ceramic Publication Company.

Sumardjo, J. (2003). Simbol-Simbol Artefak Budaya Sunda: tafsir-tafsir pantun sunda. Bandung: Kelir.

Sumardjo, J. (2004). Hermeneutika Sunda: Simbol-Simbol Babad Pakuan/Guru Gantangan. Bandung: Kelir.

Tabrani, P. (2009). Bahasa Rupa. Bandung: Kelir.

Tony.(2011). More Carved Characters. [Online].

Tersedia:http://www.puppethub.com/photo/more-carved-characters?xg_source=activity [2 Juni 2013]

.(2010). Amazing Bunraku.[Online]

Tersedia:http://ajapaneseandchinesemajor.aznaddict.com/?s=bunraku [23 Mei 2012]

(2012).Hijiri Yahagi I’m a puppet 2012 ceramic glaze blass cotton polyester steel wood.[Online] Tersedia:


(76)

(2010). Lukisan Prabu Siliwangi Ngahiang karya Baskara koleksi Museum Sri

Baduga.[Online].Tersedia:http://sketsalaku.wordpress.com/2010/10/21/pra bu-siliwangi-galeri-lukisan/[ 16 Mei 2012 ]

Microsoft student 2008 DVD(1998-2007). Encharta World English Dictionary. Microsoft Corporation by Bloomsbury Publishing Plc.

Bunraku [Online]

Tersedia:http://global.britannica.com/EBchecked/topic/84740/Bunraku [23 Mei 2012]

Water Puppet Show.[Online]

Tersedia:http://www.wisatavietnam.com/wv/WATER%20PUPPET%20S HOW.htm [23 Mei 2013]

Venus of Dolní Vĕstonice[Online]

Tersedia:http://en.wikipedia.org/wiki/Venus_of_Doln%C3%AD_V%C4% 9Bstonice


(1)

pada teknis pembuatannya, cara kerja gerak boneka dapat disesuaikan dengan karakteristik keramik. Hal ini bertujuan bertujuan untuk mewujudkan boneka pertunjukkan yang benar – benar bisa dimainkan dengan baik. Selain itu juga Babad ataupun karya sastra kuno lainnya dapat dikemas dengan gaya kekinian sebagai alternatif bentuk visual yang baru dalam menampilkan keadaan masa silam. Semoga dengan adanya karya boneka pertunjukkan keramik Babad Pakuan (Guru Gantangan) ini dapat memberikan inspirasi di dalam berkarya keramik sehingga akan muncul karya – karya lain yang terispirasi dari keramik ataupun dari kekayaan budaya lokal.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Akip-Prawira, R. (1982). Upacara Adat Di Pasundan. Bandung: Sumur Bandung. Alwasilah, A.C. (2002). Pokoknya Kualitatif: dasar-dasar merancang dan

melakukan penelitian kualitatif. Jakarta: Pustaka Jaya.

Arbuckle, Linda. (2010).The Colorful of Majolica. Ceramic Publication Company.

B.Burnett, Jason. (2012). Slip Transfers. Ceramic Publication Company.

Chappel, J. (1991). The Potter’s Complete Book Of Clay And Glazes. New York: Watson-Guptill Publications.

Consentino, P. (1992). The Encyclopedia Of Pottery Techniques. Singapore: PAGE ONE.

Danadibrata, R.A. (2006). Kamus Basa Sunda. Bandung: Kilat Buku Utama.

Danasasmita, S., Iskandar, Y. dan Atmadibrata, E. (1984). Rintisan Penelusuran Masa Silam Sejarah Jawa Barat. Bandung: Kerta Mukti Gapuraning Rahayu.

Danasasmita, S. (2003). Nyukcruk Sajarah Pakuan Pajajaran jeung Prabu Siliwangi. Bandung: Kiblat Buku Utama.

Departemen Pendidikan Nasional. (2001). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Pustaka Jaya.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1997). Babad Pakuan atau Babad Pajajaran. Jakarta: Depdikbud.


(3)

Tersedia: http://disparbud.jabarprov.go.id/wisata/dest-det.php?id=134 [ 16 Mei 2012 ]

Ekadjati, E.S. (2005). Kebudayaan Sunda Zaman Pajajaran. Jakarta: Pustaka Jaya.

Friess, Kayla.(2010).New Student Work: Ceramics.[Online]

Tersedia:http://aaw3dart.blogspot.com/2010/01/new-student-work-ceramics.html [14 Agustus 2012]

Gates, Linda. (2011). How To Make and Apply Decal to Slip Cast Vessel. .Ceramic Publication Company.

Green, Amanda W. (2012). Clay Slab Project: Plates. Ceramic Publication Company.

Hatch, Molly. (2012). Using Simple Tools to Decorate Ceramic with Complex Design. Ceramic Publication Company.

Hidayat-Suryalaga, H.R. (2010). Filsafat Sunda: Sekilas Interpretasi Folklor Sunda. Bandung: Yayasan Nur Hidayah.

Iwan.(1997). Selamat untuk Emha dan Novia.[Online]

Tersedia:http://www.tempo.co.id/ang/min/02/06/pokok2.htm [23 Mei 2012]

Kay,Ursula.(2008).Internationally renowned Chinese puppet troupe performs at

Melbourne’s Chinese Museum during winter school holiday.[Online] Tersedia:

http://www.tourism.vic.gov.au/piecesofvictoria/june_2008/index.php?page =09 [2 Juni 2013]

Moleong, L.J. (2011). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.


(4)

Tersedia:http://citizenimages.kompas.com/citizen/view/54568-Pertunjukan-Wayang-Golek-Asep-Sunandar [23 Mei 2012]

Muppet Wiki. Sesame Street.[Online].

Tersedia:http://muppet.wikia.com/wiki/Sesame_Street[ 17 Mei 2012 ]

Murray, Rene.(2004).Country Pottery Compound.[Online]

Tersedia:http://renemurrayceramics.com/bldgs3.html [14 Agustus 2012]

Northon, F.H. (1956). Ceramics For The Artist Potter. United States of America: Addison-Wesley Publishing Company, Inc.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2011).Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung : UPI

Peterson, Beth E . Slab Pots 101.[Online]

Tersedia:http://pottery.about.com/od/slabpots/tp/slabs.htm [14 Agustus 2012]

Primadi. (2000). Proses Kreasi, Apresiasi, Belajar. Bandung: ITB.

Reason, Emily. (2011). Considerations for Carving. Cermic Publication Company.

Rosidi, A. dkk. (2000). Ensiklopedi Sunda: Alam, manusia, dan Budaya. Jakarta: Pustaka Jaya.

Rosidi, A. (2005). Babasan & Paribasa Kabeungharan Basa Sunda. Bandung: Kiblat Buku Utama.

Rosidi, A. dkk. (2008). Seri Sundalana 7: Kujang, Bedog, dan Topeng. Bandung: Yayasan Pusat Studi Sunda.


(5)

Sarwono, J. dan Lubis, H. (2007). Metode Riset Untuk Desain Komunikasi Visual. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Setiabudhi, N. (2011). Belajar Sendiri Membuat Keramik. Bandung: Penerbit Bejana.

Setiabudhi, Natas.(2011).Product of Slip Casting #2.[Online]

Tersedia: http://butterflyceramic.blogspot.com/2011/03/slip-cast-technique-2.html [ 14 Agustus 2012]

Setiabudhi, Natas.(2011). Product of Pinching and Coiling.[Online]

Tersedia: http://butterflyceramic.blogspot.com/2011/03/pinch-and-coil-technique.html

[ 14 Agustus 2012]

Smith, Gay. ( 2011). The Function of Pots in Storage. Ceramic Publication Company.

Sumardjo, J. (2003). Simbol-Simbol Artefak Budaya Sunda: tafsir-tafsir pantun sunda. Bandung: Kelir.

Sumardjo, J. (2004). Hermeneutika Sunda: Simbol-Simbol Babad Pakuan/Guru Gantangan. Bandung: Kelir.

Tabrani, P. (2009). Bahasa Rupa. Bandung: Kelir.

Tony.(2011). More Carved Characters. [Online].

Tersedia:http://www.puppethub.com/photo/more-carved-characters?xg_source=activity [2 Juni 2013]

.(2010). Amazing Bunraku.[Online]

Tersedia:http://ajapaneseandchinesemajor.aznaddict.com/?s=bunraku [23 Mei 2012]

(2012).Hijiri Yahagi I’m a puppet 2012 ceramic glaze blass cotton polyester steel wood.[Online] Tersedia: http://doodletv.wordpress.com/2012/09/20/hijiri-yahagi-im-a-puppet-2012-ceramic-glaze-brass-cotton-polyester-steel-wood/ [ 2 Juni 2013]


(6)

(2010). Lukisan Prabu Siliwangi Ngahiang karya Baskara koleksi Museum Sri

Baduga.[Online].Tersedia:http://sketsalaku.wordpress.com/2010/10/21/pra bu-siliwangi-galeri-lukisan/[ 16 Mei 2012 ]

Microsoft student 2008 DVD(1998-2007). Encharta World English Dictionary. Microsoft Corporation by Bloomsbury Publishing Plc.

Bunraku [Online]

Tersedia:http://global.britannica.com/EBchecked/topic/84740/Bunraku [23 Mei 2012]

Water Puppet Show.[Online]

Tersedia:http://www.wisatavietnam.com/wv/WATER%20PUPPET%20S HOW.htm [23 Mei 2013]

Venus of Dolní Vĕstonice[Online]

Tersedia:http://en.wikipedia.org/wiki/Venus_of_Doln%C3%AD_V%C4% 9Bstonice