PENERAPAN PEMBELAJARAN TERPADU TEMA GUNUNG MELETUS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN PENANAMAN KARAKTER PESERTA DIDIK SMP.

(1)

PESERTA DIDIK SMP

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Fisika

Oleh

Fanni Zulaiha 0902061

JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

PENERAPAN PEMBELAJARAN TERPADU TEMA GUNUNG

MELETUS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

DAN PENANAMAN KARAKTER PESERTA DIDIK SMP

Oleh Fanni Zulaiha

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Fanni Zulaiha 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

PENERAPAN PEMBELAJARAN TERPADU TEMA GUNUNG MELETUS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN PENANAMAN KARAKTER PESERTA

DIDIK SMP

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:

Pembimbing I,

Winny Liliawati, S.Pd., M.Si. NIP. 197812182001122001

Pembimbing II,

Drs. Taufik Ramlan Ramalis, M.Si. NIP.195904011986011001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Fisika,

Dr. Ida Kaniawati, M.Si. NIP 196807031992032001


(4)

PENERAPAN PEMBELAJARAN TERPADU TEMA GUNUNG MELETUS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN PENANAMAN

KARAKTER PESERTA DIDIK SMP

ABSTRAK

Melihat adanya kesenjangan antara pelaksanaan pembelajaran IPA di tingkat SMP dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006 tentang standar isi yang menyatakan bahwa pembelajaran IPA diajarkan secara terpadu. Kesenjangan tersebut terjadi karena kurangnya kemampuan pendidik untuk meramu suatu pembelajaran terpadu. Padahal menurut NSTA (National Science Teachers Association), guru-guru IPA sekolah menengah direkomendasikan memiliki kecenderungan interdisipliner pada sains (IPA) atau integrated science. Selain itu, pada wacana kurikulum 2013, ternyata pembelajaran IPA untuk tingkat SMP harus dilaksanakan secara terpadu. Penelitian ini menyelidiki hubungan antara implentasi pembelajaran terpadu terhadap hasil belajar siswa dan penanaman karakter siswa SMP. Desain penelitian yang digunakan adalah one group pretest-posttest design. Sampel penelitian ini adalah salah satu kelas VIII di sebuah SMP Negeri di kota Bandung yang dipilih secara random sampling. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan instrumen berupa tes pilihan ganda terpadu untuk mengukur knowledge domain (domain I), lembar observasi aktivitas siswa untuk mengukur process of science domain (domain II), rubrik penilaian kreativitas untuk mengukur creativity domain (domain III), dan tes dilema moral untuk mengukur attitudinal domain (domain IV). Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar dan tertanamnya karakter pada siswa setelah diterapkannya pembelajaran terpadu model webbed pada tema gunung meletus. Peningkatan hasil belajar untuk knowledge domain (domain I) ini terlihat dari gain yang dinormalisasi sebesar 0,43 dengan kategori sedang. Pada process of science domain (domain II) terjadi peningkatan hasil belajar pada pertemuan pertama dan kedua, namun pada pertemuan ketiga terdapat penurunan hasil belajar. Berikut ini adalah profil kategori process of science domain setelah dilakukannya pembelajaran. Sebanyak 78% siswa dengan kategori baik, 15 % siswa dengan kategori cukup, dan 7% dengan kategori kurang. Sedangkan untuk creativity domain (domain III), peningkatan hasil belajar terlihat pada setiap pertemuannya. Profil kreativitas siswa untuk penilaian domain III yaitu 16% siswa dengan kategori baik, 45% siswa dengan kategori cukup dan 39% siswa dengan kategori kurang.. Profil karakter siswa setelah diterapkan pembelajaran terpadu model webbed dengan tema gunung meletus yaitu 87,09 % siswa memiliki moral knowing dan 74,19 % siswa memiliki moral feeling.

Kata kunci: Pembelajaran Terpadu Tema Gunung Meletus, Hasil Belajar, Karakter


(5)

IMPLEMENTED AN INTEGRATED LEARNING AT VOLCANO THEME THAT AIMED TO SEE STUDENT ACHIEVEMENT AND STUDENT

CHARACTER

ABSTRACK

Based on gap between the implementation of science teaching in junior high and Minister of National Education Number 22 2006 on content standards that states that learning science is integratedly. The disparity occurs because of the lack of of educators ability to formulate an integrated learning. According NSTA (National Science Teachers Association), science teacher in junior high school has a tendency to interdisciplinary science (IPA) or integrated science. Moreover, the discourse of the curriculum in 2013, turned science lesson for junior high schools should be implemented integratedly. Therefore, this research implemented an integrated learning at volcano theme that aimed to see student achievement and student character. The research used quasi experimental method with one group pretest-posttest design. The sample was one of the class VIII student numbers by 31 people. Data collection was performed using a multiple-choice test instrument for measuring domain knowledge (domain I), observation of student activity sheets to measure process of science domain (domain II), assessment rubric to measure creativity domain (domain III), and dilemma moral test to measure attitudinal domain (domain IV). The results showed that the implementation of integrated learning at volcano theme can improve student achievement based on a new taxonomy for science education and character profiles of students. Achievement for knowledge domain (domain I) is evident from the normalized gain of 0.43 with the medium category. In process of science domain (domain II) increasing achievement in the first and second meetings, but at the third meeting of the impairment of achievement. This is a profile of the category domain after the process of doing science learning. As many as 78% of students with a good category, 15% of students with enough categories, and 7% with less category. As for the creativity domain (domain III), improved learning outcomes seen in every meeting. Profile creativity domain III students for assessment is 16% of students with good category, 45% of students with enough category and 39% of students with less category. In attitudinal domain (domain IV), 87.09 % of students have a moral knowing and 74.19 % of students have a moral feeling.

Keywords : achievement, taxonomy for science education, integrated learning at volcanoes theme


(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

BAB I PENDAHULUAN A. ... Lat ar Belakang Penelitian ... 1

B. ... Ide ntifikasi dan Perumusan Masalah ... 7

C. ... Tuj uan Penelitian ... 10

D. ... Ma nfaat Penelitian ... 10

E... Stru ktur Organisasi Skripsi ... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. ... Pe mbelajaran Terpadu Tema Gunung Meletus ... 11

B. ... Has il Belajar ... 21

C. ... Kar akter ... 24

D. ... Ker angka Pemikiran ... 27

BAB III METODE PENELITIAN A. ... Met ode dan Desain Penelitian ... 29

B. ... Lok asi dan Sampel Penelitian ... 30

C. ... Pro sedur Penelitian ... 30

D. ... Inst rumen Penelitian ... 38

E... Tek nik Pengumpulan Data ... 38


(7)

F. ... Ana

lisis Data ... 40

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. ... Pe mbelajaran Terpadu Tema Gunung Meletus ... 44

B. ... Has il Belajar ... 46

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. ... Kes impulan ... 63

B. ... Sar an ... 64

DAFTAR PUSTAKA ... 65

DAFTAR TABEL Tabel 2.1. Pemetaan kompetensi dasar ... 18

2.2. Aspek kepribadian menurut Lickona ... 25

3.1. Nilai korelasi dan interpretasi validitas instrumen ... 32

3.2. Nilai korelasi dan interpretasi reliabilitas instrumen ... 33

3.3. Indeks kesukaran dan klasifikasi ... 34

3.4. Nilai daya pembeda dan tingkat kesukaran ... 34

3.5. Tabel hasil analisis instrumen soal terpadu dengan tema gunung meletus ... 35

3.6. Aspek karakter baik menurut Thomas Lickona ... 39

3.7. Kriteria skor gain ternormalisasi ... 41

3.8. Interpretasi aktivitas siswa ... 41

3.9. Interpretasi nilai kreativitas siswa ... 42

3.10. Rubrik aspek moral knowing ... 42

3.11. Rubrik aspek moral feeling ... 43

3.12. Rubrik aspek moral action ... 43

3.13. Interpretasi keterlaksanaan pembelajaran ... 43

4.1. Data hasil penelitian keterlaksanaan pembelajaran dengan model pembelajaran Susan Louck Horsley ... 42


(8)

4.2. Data hasil pengolahan gain ternormalisasi siswa ... 46

4.3. Data rata-rata gain ternormalisasi ... 47

4.4. Data nilai rata-rata kreativitas siswa ... 52

4.5. Data hasil penelitian domain IV (aspek moral knowing) ... 56

4.6. Data hasil penelitian domain IV (aspek moral feeling) ... 58

4.7. Profil karakter siswa dilihat dari kelompok prestasi ... 59

4.8. Profil hasil belajar siswa secara umum ... 60

DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1. Ilustrasi organisasi materi dalam pembelajaran terpadu ... 11

2.2. Ilustrasi keterkaitan mata pelajaran pada tema gunung meletus ... 13

2.3. Alur penyusunan perencanaan pembelajaran terpadu ... 18

2.4. Tiga aspek pada evaluasi komperhensif ... 25

2.5. Bagan kerangka pemikiran penelitian ... 27

3.1. Pola one shoot pre-test and post test group ... 39

3.2. Alur penelitian ... 37

4.1. Grafik batang kategori aktivitas siswa pada percobaan pertemuan pertama, kedua dan ketiga ... 49

4.2. Diagram batang process of science ... 51

4.3. Grafik batang kategori kreativitas siswa ... 54

4.4. Diagram rata-rata siswa yang telah memiliki moral knowing ... 55


(9)

DAFTAR LAMPIRAN

A. ... La mpiran 1 Perangkat Pembelajaran

Lampiran 1.1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 67

Lampiran 1.2. Lembar Kerja Siswa ... 77

B. ... La mpiran 2 Instrumen Penelitian Lampiran 2.1. Instrumen Domain I ... 85

Lampiran 2.2. Analisis Instrumen Domain I ... 91

Lampiran 2.3. Instrumen Domain II ... 145

Lampiran 2.4. Analisis Instrumen Domain II ... 151

Lampiran 2.5. Instrumen Domain III ... 153

Lampiran 2.6. Instrumen Domain IV ... 157

Lampiran 2.7. Analisis Instrumen Domain IV ... 160

Lampiran 2.8 Instrumen Keterlaksanaan Pembelajaran ... 165

C. ... La mpiran 3 Data Hasil Penelitian Lampiran 3.1. Data Hasil Penelitian Domain I ... 174

Lampiran 3.2. Data Hasil Penelitian Domain II ... 176

Lampiran 3.3. Data Hasil Penelitian Domain III ... 195

Lampiran 3.4. Data Hasil Penelitian Domain IV ... 196


(10)

Lampiran 3.6. Kelompok Prestasi Siswa ... 209

D. ... La mpiran 4 Pengolahan Data Hasil Penelitian Lampiran 4.1. Pengolahan Data Hasil Penelitian Domain I ... 211

Lampiran 4.2. Pengolahan Data Hasil Penelitian Domain II ... 213

Lampiran 4.3. Pengolahan Data Hasil Penelitian Domain III ... 216

Lampiran 4.4. Pengolahan Data Hasil Penelitian Domain IV ... 217

Lampiran 4.5. Profil Hasil Belajar Setiap Siswa ... 219

Lampiran 4.6. Pengolahan Data Keterlaksanaan Pembelajaran ... 225

E. ... Do kumentasi Penelitian ... 226

F. ... Ad ministrasi Penelitian ... 230


(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Berdasarkan prinsip pengembangan kurikulum yang tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006 tentang standar isi, disebutkan bahwa pengembangan kurikulum haruslah beragam dan terpadu. Keberagaman pengembangan kurikulum ini terkait dengan karakteristik peserta didik, kondisi daerah dan jenjang serta jenis pendidikan, tanpa membedakan agama, suku, budaya dan adat istiadat, serta status sosial, ekonomi dan gender. Kurikulum yang meliputi substansi komponen muatan wajib kurikulum, muatan lokal, dan pengembangan diri dikembangkan secara terpadu dan disusun dalam keterkaitan dan kesinambungan yang bermakna dan tepat antar substansinya. Selain itu, pada struktur kurikulum SMP dijelaskan bahwa substansi mata pelajaran IPA dan IPS pada SMP/MTs merupakan “IPA Terpadu” dan “IPS Terpadu”. Oleh karena itu, dalam mengembangkan kurikulum dalam pembelajaran haruslah terpadu. Agar dapat melaksanakan suatu pembelajaran terpadu maka digunakan pendekatan tematik sebagai pendekatan dalam pembelajarannya.

Dalam standar isi juga dijelaskan bahwa di tingkat SMP/MTs diharapkan ada penekanan pembelajaran Salingtemas (Sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat) secara terpadu yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana. Namun, ternyata hal ini tidak sesuai dengan kondisi di lapangan. Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan di salah satu SMP Negeri di kota Bandung, pembelajaran IPA yang ditemukan di lapangan masih terpisah dan tidak ada keterpaduan di dalamnya. Hal ini juga dikarenakan adanya ketidaksinergisan antara pembuat kebijakan dan instansi pendidikan yang menghasilkan pendidik. Ketidaksinergisan yang dimaksud adalah adanya ketidaksepadanan antara


(12)

2

tuntutan di lapangan dengan pembekalan yang didapat oleh calon pendidik selama perkuliahan, dalam hal ini adalah merancang suatu pembelajaran terpadu untuk tingkat SMP/MTs. Sehingga, pendidik yang dihasilkan oleh instansi tersebut kurang mampu untuk dapat mengajarkan IPA secara terpadu. Alhasil, kondisi yang terjadi di lapangan tidak sesuai dengan amanah dari peraturan yang dibuat yaitu naskah standar isi.

Pembelajaran secara terpadu ini tidak berhenti pada KTSP 2006 saja. Ternyata, di kurikulum baru yang akan digunakan dalam waktu dekat ini yaitu kurikulum 2013, pembelajaran IPA dan IPS harus dilaksanakan secara terpadu. Sehingga, kemampuan seorang pendidik untuk dapat meramu pembelajaran secara terpadu benar-benar dibutuhkan. Hal ini pun dijelaskan dalam National Science Teachers Association (NSTA) dan Permendiknas No 16 Tahun 2007 yang merekomendasikan bahwa guru-guru IPA sekolah menengah harus memiliki kecenderungan interdisipliner pada sains (IPA) atau integrated science. Salah satu kemampuan guru mata pelajaran IPA SMP/MTs adalah memahami hubungan antar berbagai cabang IPA dan hubungan IPA dengan matematika dan teknologi. Sebagai usaha untuk memenuhi tuntutan tersebut, guru-guru IPA SMP/MTs hendaknya disiapkan untuk memiliki kompetensi dalam biologi, kimia, fisika, bumi dan antariksa serta bidang IPA lainnya, seperti kesehatan, lingkungan, dan astronomi.

Pembelajaran terpadu sering juga disebut pembelajaran terintegrasi. Menurut Zuchdi (2012: 41), pembelajaran terintegrasi sebagai suatu pendekatan dapat memberikan pengalaman yang bermakna kepada murid-murid, karena mereka memahami konsep-konsep dan keterampilan-keterampilan yang mereka pelajari dengan menghubungkannya dengan konsep dan keterampilan lain yang sudah mereka pahami. Konsep dan keterampilan tersebut dapat berasal dari satu bidang studi (intrabidang studi), dapat pula dari beberapa bidang studi (antarbidang studi). Pengalaman ini sangat diperlukan dalam kehidupan, mengingat masalah yang kita hadapi hanya mungkin diatasi secara tuntas dengan memanfaatkan berbagai bidang ilmu secara terpadu.


(13)

Model pembelajaran terpadu atau terintegrasi ini banyak sekali macamnya. Menurut Fogarty (1991), ada sepuluh jenis model pembelajaran terpadu atau terintegrasi ini. Salah satunya adalah webbed model atau model terjala. Webbed model atau model terjala adalah pendekatan tematik dalam pengintegrasian mata pelajaran. Satu tema dijadikan rujukan untuk membahas materi sejumlah mata pelajaran yang sejalan atau memiliki keterkaitan ide dan tema. Tema menjadi sesuatu yang sangat penting untuk merajut topik materi dari sejumlah mata pelajaran menjadi uraian yang terpadu (Zuchdi, 2011: 59). Pembelajaran terintegrasi beranjak dari suatu tema sebagai pusat perhatian, yang digunakan untuk menguasai berbagai konsep dan keterampilan. Hal ini dapat mengembangkan pengetahuan dan keterampilan secara simultan. Dengan menggabungkan sejumlah konsep dan keterampilan, diharapkan murid-murid akan belajar dengan lebih baik dan bermakna.

Pada pembelajaran terpadu model webbed dibutuhkan suatu tema yang mengikat dan membahas materi sejumlah mata pelajaran yang sejalan atau memiliki keterkaitan ide. Sebisa mungkin, tema yang diangkat merupakan fenomena atau hal-hal yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan dekat dengan lingkungan peserta didik. Hal ini sesuai dengan peraturan menteri pendidikan nasional republik Indonesia nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah, pada prinsip pelaksanaan kurikulum, yaitu kurikulum dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan multistrategi dan multimedia, sumber belajar dan teknologi yang memadai, dan memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar, dengan prinsip alam takambang jadi guru (semua yang terjadi, tergelar dan berkembang di masyarakat dan lingkungan sekitar serta lingkungan alam semesta dijadikan sumber belajar, contoh dan teladan). Tema yang diambil untuk dijadikan alat pemadu dalam pembelajaran terpadu model webbed adalah gunung meletus. Pemilihan tema ini didasarkan pada kondisi alam Indonesia, yaitu terdapat banyak gunung berapi yang masih aktif contohnya seperti gunung Tangkuban Perahu di Bandung dan gunung Merapi di Yogyakarta. Gunung berapi yang


(14)

4

masih aktif itu dapat meletus kapanpun. Sehingga pengetahuan tentang hal-hal yang terkait peristiwa gunung meletus sangat penting untuk diketahui oleh masyarakat luas umumnya dan peserta didik khususnya.

Pada pembelajaran terpadu model webbed dengan tema gunung meletus ini, mata pelajaran yang diintegrasikan meliputi IPA Fisika, IPA Biologi, IPS Sosiologi, dan Matematika. Karena dalam peristiwa gunung meletus, banyak aspek yang dapat dikaji dan didapat oleh siswa melalui pembelajaran semacam ini.

Pada peristiwa gunung meletus aspek-aspek yang dapat dikaji dan diajarkan kepada siswa, antara lain berupa proses meletusnya sebuah gunung merapi serta dampaknya bagi makhluk hidup dan lingkungan. Proses meletusnya gunung merapi ini terkait dengan materi yang diajarkan pada mata pelajaran IPA Fisika yaitu materi tekanan. Pada saat terjadinya gunung meletus ini tentu saja akan berdampak bagi makhluk hidup, baik dampak yang dirasakan secara langsung atau tidak langsung. Setelah terjadinya gunung meletus, banyak material–material letusan gunung yang bertebaran di udara. Hal ini dapat mengganggu sistem pernafasan, karena material yang bertebaran di udara tersebut adalah material yang berbahaya jika terhisap dan masuk ke dalam tubuh. Untuk mempelajari hal tersebut maka dibutuhkanlah ilmu IPA Biologi untuk menjelaskannya. Setelah gunung merapi tersebut meletus, ternyata material hasil letusan tersebut tidak hanya berdampak pada kesehatan, namun juga dari segi sosial masyarakat. Warga yang berada di kawasan gunung merapi dan menerima dampak langsung dari letusan itu harus mengungsi ke tempat yang aman dan meninggalkan harta bendanya. Di pengungsian ini biasanya terjadi interaksi sosial, seperti saling menolong, rasa simpatik pada korban dari masyarakat yang tidak terkena dampak langsung dari meletusnya gunung berapi. Mata pelajaran yang membahas tentang masalah tersebut adalah IPS Sosiologi. Material letusan yang dimuntahkan oleh gunung berapi dapat diukur dengan cara menghitung volume material tersebut. Untuk dapat menghitung volume material letusan


(15)

digunakanlah sebuah disiplin ilmu untuk dapat membantu siswa, yaitu Matematika.

Pada penelitiannya, Syaadah (2013) mengungkapkan bahwa pembelajaran terpadu dengan tema air dan kesehatan dapat meningkatkan literasi sains siswa dengan nilai N-gain sebesar 0,62 yang termasuk kriteria sedang. Pada penelitian ini, bukan literansi sains yang akan dilihat, namun hasil belajar. Hasil belajar pada penelitian ini merujuk pada Taxonomi for science education yang dikembangakan oleh Allan J. MacComarck dan Robert E Yager. Pada taksonomi ini terdapat lima ranah atau domain, yaitu knowledge domain, process of science domain, creativity domain, attitudinal domain, dan application and connection domain. Lima ranah ini merupakan perluasan, pengembangan dan pendalaman tiga ranah Bloom yang mampu meningkatkan aktivitas pembelajaran sains di kelas dan mengembangakan sikap positif terhadap mata pelajaran itu. (Zuchdi, 2012)

Pada Taxonomi for science education, attitudinal domain, berisi tentang penanaman nilai-nilai etika dan moral atau karakter pada diri siswa. Hal ini sesuai dengan perkembangan pembelajaran pendidikan karakter yang dewasa ini mulai ditekankan di Indonesia. Menurut Ki Hajar Dewantara (Samani dan Hariyanto, 2012), pendidikan merupakan upaya menumbuhkan budi pekerti (karakter), pikiran (intellect), dan tubuh anak. Ketiganya tidak boleh dipisahkan, agar anak tumbuh dengan sempurna. Pendidikan karakter merupakan bagian penting yang tidak boleh dipisahkan dalam isi pendidikan. Penekananan karakter dalam pendidikan ternyata tidak hanya terjadi di Indonesia. Sejak awal tahun 1990-an di Cina, pendidikan karakter mendapat perhatian ekstra dari pemerintah Cina. Li Lnaqing (Samani dan Hariyanto, 2012), mantan Wakil Perdana Menteri Cina menyebutkan bahwa pembaruan pendidikan karakter merupakan reformasi pendidikan paling signifikan di Cina. UNESCO sebagai badan dunia, mendorong aspek karakter sebagai bagian penting dalam pendidikan. Melalui empat pilar yang diajukan yaitu learning to know, learning to do, learning to be, dan leraning to live together, tampak sekali UNESCO berkeinginan kuat untuk memberi penekanan pada


(16)

6

pendidikan karakter sebagai bagian penting yang tidak dapat dipisahkan dalam sistem pendidikan. Pada awal tahun 1990-an di Amerika Serikat telah muncul gagasan serupa tentang pendidikan karakter dengan dilatarbelakangi kerisauan masyarakat terhadap perilaku kurang baik di kalangan generasi muda. Salah satu tokoh pendidikan karakter di sana adalah Thomas Lickona.

Selain hal-hal tersebut, dari hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan, ternyata di beberapa sekolah menengah pertama di kota Bandung telah melaksanakan pendidikan karakter. Namun, untuk mengetahui karakter baik dari peserta didik ini sudah tertanam atau belum, pendidik belum menggunakan alat ukur untuk mengukur pencapaian dari program pembelajaran tersebut. Berangkat dari hal tersebut, dalam penelitian ini peneliti akan menstimulus karakter-karakter pada diri peserta didik selama proses pembelajaran. Kemudian, melalui instrumen tes dilema moral dinalisis kecenderungan karakter yang muncul dilihat dari aspek kepribadian manusia menurut Thomas Lickona.

Pendidikan karakter ini pun sesuai dengan amanat dari Undang Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3 yang menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Betapa penanaman karakter pada seorang individu begitu penting. Karena dengan penanaman karakter ini, sebisa mungkin dapat mereduksi permasalahan kebangsaan yang sekarang berkembang, yaitu krisis moral.

Atas dasar pemikiran di atas dan dalam rangka implementasi Standar Isi yang termuat dalam Standar Nasional Pendidikan serta manjalankan amanat dari Undang Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3, maka peneliti akan melakukan penelitian dengan judul “Penerapan


(17)

Pembelajaran Terpadu Tema Gunung Meletus untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Penanaman Karakter Siswa SMP”.

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah 1. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah dipaparkan, maka dapat dirumuskan masalah penelitian yang dirangkum dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut,

a. Bagaimana peningkatan hasil belajar peserta didik SMP setelah diterapkan pembelajaran terpadu tema gunung meletus?

b. Bagaimana profil karakter peserta didik SMP setelah diterapkan pembelajaran terpadu tema gunung meletus?

2. Batasan Masalah

Agar penelitian ini lebih terfokus, maka terdapat pembatasan masalah, model pembelajaran terpadu yang digunakan adalah pembelajaran terpadu model webbed tema gunung meletus dengan mata pelajaran yang diintegrasikan yaitu IPA (Fisika dan Biologi), IPS, dan Matematika. Hasil belajar pada penelitian ini berupa domain I-IV menurut Taxonomy for Science Education yang dikembangkan oleh Allan J. MacComack dan Robert E Yager (1989). Domain yang dimaksud adalah knowledge domain (domain I), process of science domain (domain II), creativity domain (domain III), dan attitudinal domain (domain IV). Dari keempat domain ini, terdapat satu domain yaitu domain IV (attitudinal domain) yang digunakan untuk mengetahui profil karakter siswa. Sehingga domain IV ini tidak dilihat peningkatannya, tetapi akan menghasilkan gambaran profil siswa secara keseluruhan.

3. Variabel Penelitian

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran terpadu tema gunung meletus. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar dan karakter peserta didik.


(18)

8

4. Definisi Operasional

a. Pembelajaran terpadu tema gunung meletus.

Pembelajaran terpadu yang digunakan adalah model terjala (webbed). Pembelajaran terpadu model webbed adalah pembelajaran yang mengaitkan isi bahan belajar dari sejumlah mata pelajaran dengan batas-batas nama mata pelajaran sudah tidak nampak dalam satu fokus tertentu. Tema yang dipilih adalah fenomena gunung meletus. Mata pelajaran yang diintegrasikan yaitu IPA (Fisika dan Biologi), IPS, dan Matematika. Pada mata pelajaran IPA Fisika, materi yang terkait adalah tekanan dan getaran gelombang. Sedangkan pada mata pelajaran IPA Biologi yaitu sistem pernafasan, mata pelajaran IPS yaitu hubungan sosial, dan mata pelajaran matematika yaitu volume bangun ruang. Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah Model pembelajaran Susan Louck Horsley. Model pembelajaran ini terdiri dari empat tahap, yaitu tahap I invited, tahap II explore and discover, tahap III purpose of thinking, dan tahap IV taking action.

b. Peningkatan hasil belajar

Hasil belajar yang diukur meliputi empat domain berdasarkan pada Taxonomy for Science Education yang dikembangkan oleh Allan J. MacComarck dan Robert E. Yager. Peningkatan hasil belajar pada knowledge domain (domain I) dapat diketahui melalui nilai gain skor pretest dan posttest. Nilai gain yang didapat ini akan dianalisis dan dikategorikan peningkatannya. Pengkategorian ini didasarkan pada Hake (1998), termasuk ke dalam kategori tinggi, sedang atau rendah peningkatan nilai gainnya. Peningkatan hasil belajar untuk process of science domain (domain II) dan creativity domain (domain III) akan dilihat dari setiap pertemuannya. Peningkatan process of science domain (domain II) dan creativity domain (domain III) akan dipresentasikan menjadi profil hasil belajar siswa untuk process of science domain (domain II) dan creativity domain (domain III). Sedangkan untuk attitudinal domain (domain IV) tidak dilihat


(19)

peningkatannya, namun akan dilihat profil karakter siswa. Empat domain yang diukur adalah:

1) Domain I –Knowing and understanding (knowledge domain). Instrumen yang digunakan untuk mengukur domain ini adalah soal tes tertulis pilihan ganda. Soal tes tertulis pilihan ganda yang digunakan berjumlah 20 butir soal. Soal ini digunakan pada saat pretest dan posttest.

2) Domain II – Exploring and Discovering (process of science domain). Proses sains yang dimaksud dalam penelitian ini adalah proses sains dasar berupa observasi dan prediksi. Instrumen yang digunakan untuk mengukur domain ini yaitu lembar observasi kegiatan siswa. 3) Domain III – Imagining and Creating (creativity domain). Instrumen

yang digunakan untuk mengukur domain ini adalah LKS yang akan dinilai menggunakan rubrik penilaian kreativitas.

4) Domain IV – Feeling and Valuing (attitudinal domain). Instrumen yang digunakan untuk mengukur domain ini yaitu berupa soal tes dilema moral. Tes dilema moral adalah tes studi kasus untuk mengetahui moral feeling, moral knowing dan moral action siswa. c. Karakter

Karakter adalah watak, tabiat. Akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak. Proses penanaman karakter pada pembelajaran dilakukan melalui pembekalan pada tahapan pembelajaran.

Hasil profil karakter yang akan terlihat pada penelitian ini adalah penalaran moral siswa yang diukur dengan menggunakan tes dilema moral. Tes dilema moral adalah tes studi kasus yang digunakan untuk melihat moral feeling, moral knowing, dan moral behavior siswa. Jadi, dalam tes ini, siswa diberikan teks berupa suatu permasalahan berikut pertanyaannya. Untuk menilai tes dilema moral, peneliti akan menilainya secara deskriptif, yakni dengan melihat kecenderungan


(20)

10

jawaban siswa ke arah mana, apakah sudah mengandung moral feeling, moral knowing, dan moral action atau salah satunya, atau bahkan belum terlihat ketiga moral tersebut.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk memperoleh gambaran tentang peningkatan hasil belajar peserta didik SMP setelah diterapkan pembelajaran terpadu tema gunung meletus. 2. Untuk memperoleh profil karakter siswa SMP yang muncul setelah

diterapkan pembelajaran terpadu tema gunung meletus.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari segi teori dari penelitian ini adalah memberikan gambaran tentang pengaruh pembelajaran terpadu model webbed pada tema gunung meletus terhadap peningkatan hasil belajar dan karakter yang tertanam pada siswa SMP. Sedangkan dari segi kebijakan, pembelajaran ini dapat dijadikan alternatif pembelajaran yang mendukung kebijakan baru pemerintah yaitu penerapan kurikulum 2013. Selain hal tersebut manfaat lain, dari segi praktik, bahwa model pembelajaran yang digunakan yaitu Susan Louck Horsley dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran sains di kelas dan mengembangkan sikap positif terhadap mata pelajaran.

E. Struktur Organisasi Skripsi

Pada Bab I berisi uraian tentang pendahuluan. Pendahuluan berisi latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat atau signifikansi penelitian. Bab II berisi tentang kajian pustaka dan kerangka pemikiran Bab III berisi penjabaran rinci tentang metode penelitian yaitu metode dan desain penelitian, lokasi dan sampel penelitian, prosedur penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, dan analisis data. Bab IV berisi tentang hasil penelitian dan pembahasan. Dan, Bab V berisi tentang kesimpulan dan saran.


(21)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen. Menurut Suharsimi (2010: 9-10), dengan cara ini peneliti sengaja membangkitkan timbulnya suatu kejadian atau keadaan, kemudian diteliti bagaimana akibatnya. Kejadian yang ditimbulkan yaitu berupa pembelajaran terpadu model webbed dengan tema gunung meletus. Sedangkan akibat yang diteliti adalah peningkatan hasil belajar dan profil karakter pada siswa SMP. Desain penelitian yang digunakan adalah Pre Experimental Design atau Quasi Experiment dengan one shoot pre-test and post test group yang menggunakan satu kelas sampel sebagai kelas eksperimen. Penggunaan desain penelitian pre experimental design atau quasi experiment ini menurut Suharsimi (2010) karena adanya variabel yang tidak bisa dikontrol seperti: 1. Kemampuan intelegensi siswa

2. Minat dan motivasi

3. Sarana dan prasarana pembelajaran

Pola one shoot pre-test and post test Group menurut Campbell (1963: 7). 01 X 02

Gambar 3.1. Pola one shoot pre-test and post test group

Di dalam desain ini observasi dilakukan sebanyak 2 kali yaitu sebelum pembelajaran terpadu model webbed dengan tema gunung meletus dan sesudah pembelajaran terpadu model webbed dengan tema gunung meletus. Observasi yang dilakukan sebelum pembelajaran terpadu model webbed dengan tema gunung meletus (01) disebut pre-test, dan observasi sesudah pembelajaran terpadu model webbed dengan tema gunung meletus (02) disebut post-test. Pembelajaran terpadu model webbed dengan tema gunung meletus disebut dengan treatment (X).


(22)

30

B. Lokasi dan Sampel Penelitian

Penelitian di lakukan di salah satu Sekolah Menengah Pertama Negeri di kota Bandung. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII di salah satu Sekolah Menengah Pertama Negeri di kota Bandung tahun ajaran 2012/2013. Sedangkan yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah salah satu kelas dari keseluruhan populasi yang dipilih secara random sample. Jumlah siswa dalam kelas yang dijadikan sampel penelitian ini adalah 31 orang.

C. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian yang dilakukan terdiri dari tiga tahap, yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap pengolahan dan analisis data. Tahap persiapan ini berisi kegiatan persiapan sebelum implementasi pembelajaran terpadu model webbed pada tema gunung meletus. Sedangkan, tahap pelaksanaan yang dimaksud adalah tahap pelaksanaan implementasi pembelajaran terpadu model webbed pada tema gunung meletus. Tahap pengolahan dan analisis data adalah kegiatan mengolah dan menganalisis data yang didapat selama proses implementasi pembelajaran terpadu model webbed dengan tema gunung meletus.

1. Tahap Persiapan

a. Melakukan studi literatur untuk memperoleh teori-teori yang sesuai dengan permasalahan yang dikaji, yaitu pembelajaran terpadu model webbed, hasil belajar menurut taxonomy for science education, dan karakter menurut Lickona.

b. Melakukan studi pendahuluan ke lapangan untuk mengetahui pembelajaran terpadu dan pendidikan karakter. Kegiatan ini dilakukan dengan cara mengamati proses pembelajaran IPA apakah sudah sesuai dengan standar proses dan standar isi atau belum. Kemudian mewawancarai guru IPA di sekolah tersebut terkait pelaksanaan pembelajaran IPA dan pembelajaran terpadu di tingkat SMP serta pendidikan karakter di SMP.


(23)

c. Telaah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mengenai pokok bahasan yang dijadikan materi pembelajaran dalam penelitian dengan maksud untuk mengetahui kompetensi dasar yang hendak dicapai.

d. Memilih suatu tema penghubung yang relevan dan menarik yaitu tema gunung meletus.

e. Menentukan standar kompetensi dan kompetensi dasar dari berbagai mata pelajaran yang akan diintegrasikan. Untuk metapelajaran IPS, KD yang digunakan adalah KD 6.1 Mendeskripsikan bentuk-bentuk hubungan sosial. Mata pelajaran IPA, KD yang digunakan adalah KD 1.5 Mendeskripsikan sistem pernapasan pada manusia dan hubungannya dengan kesehatan dan KD 5.5 Menyelidiki tekanan pada benda padat, cair, dan gas serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari serta KD 6.1. Mendeskripsikan konsep getaran dan gelombnag serta parameter-parameternya. Pada mata pelajaran matematika, kompetensi dasar yang digunakan yaitu KD 5.3. Menghitung luas permukaan dan volume kubus, balok, prisma dan limas.

f. Menyiapkan perangkat pembelajaran seperti rencana pelaksanaan pembelajaran pembelajaran terpadu model webbed dengan tema gunung meletus, dengan model pembelajaran Susan Louck-Horsley kemudian mengkonsultasikannya pada dosen pembimbing;

g. Membuat instrumen penelitian berupa soal tes terpadu, soal tes dilema moral, lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran terpadu model webbed dengan tema gunung meletus dengan perangkat pembelajaran model Susan Louck Horsley dan lembar observasi process of science, dan lembar penilaian produk.

h. Menentukan sekolah yang akan dijadikan tempat penelitian i. Menyiapkan administrasi perizinan penelitian

j. Menghubungi pihak sekolah dan melakukan konsultasi dengan guru pengajar yang mengajar di tempat penelitian


(24)

32

k. Menentukan sampel penelitian dengan pemilihan sampel secara acak (random)

l. Melakukan judgment ahli untuk soal terpadu, soal tes dilema moral, RPP, dan lembar observasi, baik observasi keterlaksanaan pembelajaran terpadu model webbed maupun observasi kegiatan siswa. Serta lembar penilaian kreativitas.

m.Melakukan uji coba soal pilihan ganda terpadu dan soal tes dilema moral.

n. Menganalisis hasil dari uji coba instrumen 1) Analisis Validitas Instrumen

Di dalam buku Encyclopedia of Educational Evaluation yang ditulis oleh Scarvia B. Anderson dan kawan-kawan (Arikunto, 2012: 80) disebutkan: A test is valid if it measures what it purpose to measure. Atau jika diartikan lebih kurang demikian: sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur. Dalam bahasa

Indonesia “valid” disebut dengan istilah “shahih”.

Menurut Arikunto (2012: 87), nilai validitas dapat dihitung dengan menggunakan persamaan:

Keterangan:

: koefisien korelasi antara variabel X dan Y X : skor tiap butir soal

Y : skor total tiap butir soal N : jumlah peserta didik

Tabel 3.1. Nilai Korelasi dan Interpretasi Validitas Instrumen

Nilai rxy Interpretasi

0, 800 – 1, 00 Sangat tinggi

0,600 – 0,800 Tinggi

0,400 – 0,600 Cukup

0,200 – 0,400 Rendah

0,00 – 0,200 Sangat rendah

(Arikunto, 2012: 89)


(25)

2) Analisis Realibilitas Instrumen

Realibilitas didefinisikan sebagai kestabilan hasil yang diperoleh orang yang sama jika dites dengan instrumen yang sama pada waktu yang berbeda. Teknik yang digunakan untuk mengukur tingkat relibilitas suatu instrumen adalah dengan menggunakan metoda belah dua (split half method). Dalam menggunakan metode ini penguji hanya menggunakan sebuah tes dan dicobakan satu kali. Menurut Arikunto (2012: 107) realibilitas tes dapat dihitung dengan persamaan:

Keterangan:

: realibilitas instrumen

:korelasi antara skor-skor setiap belahan tes

Tabel 3.2. Nilai Korelasi dan Interpretasi Realibilitas Instrumen

Nilai r11 Interpretasi

0, 800 – 1, 00 Sangat tinggi

0,600 – 0,800 Tinggi

0,400 – 0,600 Cukup

0,200 – 0,400 Rendah

0,00 – 0,200 Sangat rendah

(Arikunto, 2012: 89) 3) Analisis Tingkat Kesukaran Butir Soal

Analisis tingkat kesukaran dimaksudkan untuk mengetahui apakah soal yang diujikan tergolong soal yang mudah, sedang atu sukar. Menurut Arikunto (2012: 223), untuk menghitung tingkat kesukaran tiap butir soal digunakan persamaan:

Keterangan:

P : Indeks kesukaran

B : Banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar Js : Jumlah peserta tes

… (Persamaan 3.2)


(26)

34

Tabel 3.3. Indeks Kesukaran dan Klasifikasi

P-P Klasifikasi

0,00 – 0, 30 Sukar

0,31 – 0,70 Sesang

0,71 – 1,00 Mudah

(Arikunto, 2012: 225) 4) Analisis Daya Pembeda

Menurut Arikunto (2012: 226), daya pembeda soal, adalah kemampuan sesuatu soal untuk membeda-bedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh (berkemampuan rendah). Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi, disingkat D ( d besar).

Daya pembeda butir soal dapat ditentukan dengan rumusan sebagai berikut (Arikunto, 2012: 228):

= = PA - PB Keterangan:

D = Daya pembeda butir soal

BA= Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar

BB = Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar

JA = Banyaknya peserta kelompok atas JB = Banyaknya peserta kelompok bawah

PA = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar PB = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

Kategori daya pembeda butir soal yang telah diujicobakan dapat ditentukan berdasarkan interprestasi daya pembeda butir soal pada Tabel 3.4. di bawah ini:

Tabel 3.4. Nilai Daya Pembeda dan Tingkat Kesukaran Nilai Daya Pembeda Tingkat Kesukaran

Negatif Soal dibuang 0, 00 – 0, 20 Jelek


(27)

Nilai Daya Pembeda Tingkat Kesukaran 0, 21 – 0, 40 Cukup

0, 41 – 0, 70 Baik 0, 71 – 1, 00 Baik sekali

(Arikunto, 2012: 232) 5) Hasil Ujicoba

Berdasarkan pengolahan data, diperoleh hasil analisis instrumen soal terpadu yang dirangkum dalam Tabel 3.5. Pengolahan data selengkapanya dapat dilihat pada Lampiran 2.2.

Tabel 3.5. Tabel Hasil Analisis Instrumen Soal Terpadu dengan Tema Gunung Meletus

No. Soal

Validitas Tingkat

Kesukaran Daya Pembeda Keterangan Indeks Kriteria Indeks Kriteria Indeks Kriteria

1 0,26 Rendah 0,08 Sukar 0,18 Jelek Diperbaiki

2 0,77 Tinggi 0,89 Mudah 0,20 Jelek Diperbaiki

3 0,68 Tinggi 0,91 Mudah 0,20 Jelek Diperbaiki

4 0,19 Sangat Rendah 0,20 Sukar 0,20 Jelek Diperbaiki

5 0,34 Rendah 0,94 Mudah 0,10 Jelek Diperbaiki

6 0,32 Rendah 0,89 Mudah 0,10 Jelek Diperbaiki

7 0,40 Cukup 0,77 Mudah 0,30 Cukup Digunakan

8 0,33 Rendah 0,86 Mudah 0,00 Jelek Diperbaiki

9 0,25 Rendah 0,03 Sukar 0,10 Jelek Diperbaiki

10 0,46 Cukup 0,89 Mudah 0,10 Jelek Diperbaiki

11 0,25 Rendah 0,03 Sukar 0,10 Jelek Diperbaiki

12 0,61 Tinggi 0,63 Sedang 0,60 Baik Digunakan

13 0,45 Cukup 0,29 Sukar 0,40 Baik Digunakan

14 0,55 Cukup 0,80 Mudah 0,30 Cukup Digunakan

15 0,79 Tinggi 0,86 Mudah 0,30 Cukup Digunakan

16 0,34 Rendah 0,97 Mudah 0,10 Jelek Diperbaiki

17 0,67 Tinggi 0,71 Mudah 0,40 Cukup Digunakan

18 0,80 Tinggi 0,80 Mudah 0,30 Cukup Digunakan

19 0,34 Rendah 0,94 Mudah 0,10 Jelek Diperbaiki

20 0,40 Cukup 0,86 Mudah 0,30 Cukup Digunakan

Dari hasil analisis tersebut tidak ada soal yang dibuang, namun sebanyak 12 soal harus diperbaiki. Perbaikan itu meliputi susunan kalimat pada soal, tata bahasa serta keterkaitan soal dengan wacana.


(28)

36

Perbaikan inipun berlaku untuk wacana yang tersedia pada soal pilihan ganda terpadu dengan tema gunung meletus ini. Pemberian nomor-nomor pada setiap baris wacana, akan mempermudah siswa dalam menyelesaikan soal-soal tersebut. Selain itu kejelasan gambar yang diberikan pada soal akan membantu siswa dalam menjawab soal yang diberikan.

Teknik yang digunakan dalam menentukan reliabilitas tes dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metoda belah dua (split half method) awal dan akhir. Setelah dilakukan perhitungan, didapatkan nilai reliabilitas untuk soal ini sebesar 0,74 dengan kriteria tinggi. 2. Tahap Pelaksanaan Implementasi Model

a. Melakukan pretest untuk mengetahui peningkatan hasil belajar dan karakter yang dibangun peserta didik sebelum diberikan perlakuan terhadap objek penelitian. Pelaksanaan pretest dilakukan pada hari Jumat 17 Mei 2013.

b. Memberikan treatment berupa pembelajaran terpadu model webbed dengan menggunakan model Susan Louck Horsley. Pemberian treatment ini sebanyak tiga kali pertemuan yaitu pada tanggal 23 dan 30 Mei 2013 (pada tanggal 30 Mei 2013 dilakukan dua kali pertemuan). c. Pada saat pelaksanaan pembelajaran, observer mengamati aktivitas

peserta didik dan ketercapaian model yang digunakan guru.

d. Melakukan posttest terhadap objek penelitian untuk mengukur penguasaan konsep dan karakter yang dibangun peserta didik setelah diberi perlakuan. Pelaksanaan posttest dilakukan pada hari Jumat tanggal 31 Mei 2013.

3. Tahap Pengolahan dan Analisis Data

a. Melakukan pengolahan data hasil pretest dan posttest serta menganalisis instrumen tes lainnya, seperti data dari lembar observasi dan soal tes dilema moral.


(29)

b. Membandingkan hasil analisis data sebelum diberi perlakuan dan setelah diberi perlakuan untuk mengetahui efektivitas penerapan model webbed yang digunakan pada sampel atau kelas tersebut.

c. Menarik kesimpulan penelitian

d. Menyajikan kekurangan dan faktor pendukung selama penelitian sebagai patokan untuk penelitian selanjutnya.

Gambar 3.2. Alur Penelitian

Studi kepustakaan Studi pendahuluan lapangan

Penyusunan perencanaan pembelajaran terpadu model webbed dengan tema gunung

meletus

Perizinan penelitian dan pengurusan administrasi penelitian

Judgment isntrumen

Uji instrumen

Analisis uji instrumen Tahap Persiapan

Pengolahan Data Analisis Data

Kesimpulan dan Saran Menulis Laporan

Tahap Pengolahan dan Analisis Data

Pretest Treatment Posttest


(30)

38

D. Instrumen Penelitian

1. Perangkat Pembelajaran

Perangkat pembelajaran yang digunakan adalah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kegiatan Siswa (LKS)

2. Tes Kemampuan Terpadu

Tes kemampuan terpadu ini berkaitan domain I yaitu knowledge domain. Tes ini berfungsi untuk mengukur kemampuan kognitif siswa berupa fakta, konsep, hipotesis, dan rumus.

3. Kemampuan Proses Sains

Kemampuan proses sains berkaitan dengan domain II yaitu process of science domain. Tujuan dari pengukuran kemampuan ini adalah menilai aktivitas siswa pada saat melakukan percobaan.

4. Kemampuan Kreativitas

Kemampuan kreativitas siswa berkaitan dengan domain III yaitu creativity domain. Tujuan pengukuran kemampuan ini adalah untuk menilai kreativitas siswa.

5. Tes Pengukuran Karakter

Tes pengukuran karakter berkaitan dengan domain IV yaitu attitudinal domain. Tes ini bertujuan untuk mengetahui karakter baik siswa yang terlihat setelah pembelajaran terpadu model webbed dengan tema gunung meletus

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Soal pilihan ganda terpadu dengan tema gunung meletus

Soal pilihan ganda terpadu dengan tema gunung meletus ini berjumlah 20 soal. Soal pilihan ganda ini untuk mengukur domain I (Knowledge domain) menurut taxonomy for science education (Lampiran 2.1). Terdapat dua kali tes dalam penelitian ini, yaitu pretest dilakukan untuk mengetahui penguasaan konsep awal peserta didik (sebelum diberi perlakuan), posttest dilakukan untuk penguasaan konsep peserta didik setelah diberi perlakuan


(31)

2. Soal tes dilema moral

Soal tes dilema moral berupa soal essay. soal tes dilema moral ini digunakan untuk mengetahui kecenderungan karakter peserta didik yang muncul setelah diberikan pembelajaran terpadu model webbed dengan tema gunung meletus, dalam hal ini mengukur domain IV (attitudinal domain) menurut taxonomy for science education.(Lampiran 2.6). Aspek karakter ini mengacu pada aspek karakter baik yang dikemukakan oleh Thomas Lickona dalam bukunya yang berjudul Educating for Character.

Tabel 3.6. Aspek Karakter Baik Menurut Thomas Lickona

Moral Knowing Moral Feeling Moral Action

Moral awareness Conscience (nurani) Competence

Knowing moral values

Self- esteem (percaya diri) Will (keinginan )

Perspective taking Empathy (merasakan

penderitaan orang lain)

Habit (kebiasaan )

Moral reasoning Loving the good

(mencintai kebenaran)

Decision making Self-control (mampu

mengontrol diri)

Self-knowledge Humility (kerendahan hati)

3. Lembar Observasi

Lembar observasi dalam penelitian ini berupa lembar keterlaksanaan penerapan pembelajaran terpadu model webbed dengan perangkat pembelajaran model pembelajaran Susan Louck-Horsley pada tema gunung meletus (Lampiran 2.8). Selain itu digunakan juga lembar observasi kegiatan siswa untuk mengukur domain II (process of science domain) dalam hal ini adalah proses sains dasar (Lampiran 2.3). Untuk mengukur domain III (creativity domain) digunakan lembar penilaian kreativitas (Lampiran 2.5)


(32)

40

F. Analisis Data

1. Soal Tes Pilihan Ganda Terpadu dengan Tema Gunung Meletus Analisis data dilakukan terhadap data tes soal pilihan ganda pretest dan postest. Teknik pengolahan data instrumen menggunakan analisis kuantitatif yaitu menghitung gain yang dinormalisasikan. Gain yang dinormalisasikan yaitu perbandingan dari skor gain aktual dengan skor gain maksimum. Skor gain aktual yaitu skor gain yang diperoleh peserta didik dari selisih skor tes awal dan skor tes akhir sedangkan skor gain maksimum adalah skor gain tertinggi yang mungkin diperoleh peserta didik.

Langkah-langkah perhitungannya adalah sebagai berikut: a) Menghitung gain skor pretest dan skor posttest.

Gain adalah selisih antara skor pretest dan skor posttest. Gain dapat ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut.

1 2 T T

g  

Dengan T1 adalah skor tes awal (pretest) dan T2 adalah skor tes akhir (posttest).

b) Menghitung gain ternormalisasi untuk setiap peserta didik. Gain ternormalisasi merupakan perbandingan antara skor gain yang diperoleh peserta didik dan dirumuskan sebagai berikut. 1 1 2 T S T T g i   

Dengan T1 adalah skor tes awal (pretest), T2 adalah skor tes akhir (posttest), dan Si adalah skor ideal.

c) Menentukan nilai rata-rata gain ternormalisasi untuk seluruh peserta didik.

d) Menentukan kriteria efektivitas model pembelajaran berdasarkan kriteria yang tercantum pada Tabel 3.7. berikut.

… (Persamaan 3.5)


(33)

Tabel 3.7. Kriteria Skor Gain Ternormalisasi

<g> Kriteria

7 , 0

 Tinggi

0,7

3 ,

0  g  Sedang

3 , 0

 Rendah

(Hake, 1998)

2. Lembar Observasi Process of sains

Data yang sudah didapat pada lembar observasi kemudian dianalisis berdasarkan rubrik yang telah dibuat dan didiskusikan dengan pakar. Lembar observasi tersebut berisi tentang aktivitas siswa. Aktivitas siswa dalam hal ini adalah aktivitas siswa ketika melakukan percobaan. Melalui lembar observasi yang telah diisi oleh observer, aktivitas siswa selama melaksanakan percobaan dapat diketahui. Total skor dari lembar observasi itu kemudian direntangkan. Rentang skor dimulai dari kemungkinan skor paling rendah dan kemungkinan skor paling tinggi. Kemudian menurut Mundilarto (2012), dari rentang tersebut dibagi manjadi tiga kategori, yaitu kategori kurang, cukup dan baik. Berikut interpretasi jumlah skor yang didapat dengan kategori seperti yang dijelaskan oleh Mundilarto.

Tabel 3.8. Interpretasi Aktivitas Siswa

Jumlah Skor Kategori

4 – 7 Kurang

8 – 11 Cukup

12 – 16 Baik

3. Kreativitas

Pengolahan data dilakukan setelah dilakukan penilaian pada desain produk yang dibuat oleh setiap kelompok. Data yang sudah didapat kemudian dianalisis berdasarkan rubrik penilaian. Total skor dari lembar penilaian itu kemudian direntangkan. Rentang skor dimulai dari kemungkinan skor paling rendah dan kemungkinan skor paling tinggi. Menurut Mundilarto (2012), dari rentang tersebut dibagi manjadi tiga


(34)

42

kategori, yaitu kategori kurang, cukup dan baik. Berikut interpretasi jumlah skor yang didapat dengan kategori seperti yang dijelaskan oleh Mundilarto.

Tabel 3.9. Interpretasi Nilai Kreativitas

Jumlah Skor Kategori

3 - 5 Kurang

6 - 8 Cukup

9 - 12 Baik

4. Soal Tes Dilema Moral

Analisis data dilakukan pada soal essay tes dilema moral. Data yang sudah didapat kemudian dianalisis berdasarkan rubrik yang telah dibuat dan didiskusikan dengan pakar. Dari rubrik tersebut akan diketahui kecenderungan jawaban siswa. Dari jawaban siswa tersebut kemudian akan dipresentasikan masing-masing aspek karakter baik tersebut. Sehingga akan didapat persentase rata-rata dari jumlah komponen karakter baik tersebut.

Rubrik yang digunakan seperti pada Tabel 3.10 s.d. 3.12 di bawah ini. Tabel 3.10. Rubrik aspek moral knowing (pengetahuan moral) No. Aspek Moral Knowing

(Pengetahuan Moral) Indikator 1

Moral awareness (Kesadaran moral)

Memiliki kesadaran akan adanya dampak dari peristiwa gunung meletus.

2 Knowing moral values

(Mengetahui nilai moral)

Menerapkan nilai-nilai yang bersangkutan dalam berbagai macam situasi.

3 Perspective taking

(Penentuan perspektif)

Mengambil sudut pandang orang lain, melihat situasi sebagaimana adanya, membayangkan bagaimana mereka berpikir, bereaksi, dan merasakan masalah yang ada.

4 Moral reasoning

(Pemikiran moral)

Pemahaman tentang moral.

5 Decision making

(Pengambilan Keputusan)

Pengambilan keputusan atas kejadian yang terjadi.

6 Self-knowledge

(Pengetahuan pribadi)


(35)

Tabel 3.11. Rubrik aspek moral feeling (perasaan moral) No. Aspek Moral Feeling

(Perasaan Moral) Indikator

1 Conscience

(Hati nurani)

Mengetahui apa yang benar dan merasa

berkewajiban untuk melakukan apa yang benar.

2 Self- esteem

(Harga diri)

Menilai diri sendiri Rasa percaya diri terhadap kebebasan berpendapat mengenai permasalahan akibat gunung meletus.

3 Empathy

(empati)

Merasa seolah-olah merasakan keadaan orang lain.

4 Loving the good

(mencintai hal yang baik)

Merasa senang melakukan hal yang

baik,memiliki moralitas keinginan bukan hanya moral tugas.

5 Self-control

(Kendali diri)

Menahan diri agar tidak memanjakan diri kita sendiri

6 Humility

(kerendahan hati)

Melakukan tindakan tanpa disertai sifat sombong

Tabel 3.12. Rubrik aspek moral action (tindakan moral) No. Aspek Moral Action

(Tindakan Moral) Indikator

1 Competence (kompetensi) Mengubah penilaian dan perasaan moral ke

dalam tindakan moral yang efektif.

2 Will (keinginan ) Melakukan apa yang kita pikir kita harus

lakukan

3 Habit (kebiasaan ) Melakukan tindakan secara berulang

5. Lembar Observasi Keterlaksanaan pembelajaran

Melalui lembar observasi yang telah diisi oleh observer, keterlaksanaan pembelajaran selama melaksanakan percobaan dapat diketahui. Total skor dari lembar observasi itu kemudian direntangkan. Rentang skor dimulai dari kemungkinan skor paling rendah dan kemungkinan skor paling tinggi. Menurut Mundilarto (2012), dari rentang tersebut dibagi manjadi tiga kategori, yaitu kategori kurang, cukup dan baik. Berikut interpretasi jumlah skor yang didapat dengan kategori seperti yang dijelaskan oleh Mundilarto.

Tabel 3.13. Interpretasi Keterlaksanaan Pembelajaran

Jumlah Skor Kategori

0-5 Kurang

6-11 Cukup


(36)

(37)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, secara umum dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar dan tertanamnya karakter baik pada siswa setelah diterapkannya pembelajaran terpadu tema gunung meletus. Secara khusus kesimpulan dalam penelitian ini akan dijabarkan sebagai berikut:

1. Penerapan pembelajaran terpadu tema gunung meletus dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Peningkatan hasil belajar untuk knowledge domain (domain I) ini terlihat dari gain yang dinormalisasi sebesar 0,43 dengan kategori sedang. Pada process of science domain (domain II) terjadi peningkatan hasil belajar pada pertemuan pertama dan kedua, namun pada pertemuan ketiga terdapat penurunan hasil belajar. Berikut ini adalah profil kategori process of science domain setelah dilakukannya pembelajaran. Sebanyak 78% siswa dengan kategori baik, 15 % siswa dengan kategori cukup, dan 7% siswa dengan kategori kurang. Sedangkan untuk creativity domain (domain III), peningkatan hasil belajar terlihat pada setiap pertemuannya. Profil kreativitas siswa untuk penilaian domain III yaitu 16% siswa dengan kategori baik, 45% siswa dengan kategori cukup dan 39% siswa dengan kategori kurang.

2. Profil karakter siswa setelah diterapkan pembelajaran terpadu model webbed dengan Tema Gunung Meletus yaitu 87,09 % siswa memiliki moral knowing dengan aspek moral awareness dan moral reasoning sebesar 100% , perspective taking sebesar 97,9 %, decision making sebesar 95,7%, dan knowing moral values sebesar 46,2 %. Sedangkan untuk moral feeling, sebanyak 74,19 % siswa memiliki moral feeling.


(38)

64

Aspek moral feeling yaitu conscience sebesar 86 %, empathy sebesar 62,4 %, dan loving the good sebesar 78,5 %.

B. Saran

1. Wacana pada soal terpadu jangan terlalu panjang dan bahasa yang digunakan harus mudah dipahami. Selain wacana, sebaiknya soal-soal yang disajikan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti dan kalimat yang tidak terlalu panjang.

2. Eksperimen atau percobaan pada saat pembelajaran harus menarik. Agar, siswa merasa tertarik dan termotivasi untuk mengerjakan percobaan tersebut. Selain menarik, eksperimen atau percobaan yang dipakai pada saat pembelajaran, sebaiknya eksperimen atau percobaan yang melatihkan kemampuan proses sains siswa.

3. Menyediakan waktu yang cukup untuk siswa dalam membuat desain (kreativitas).

4. Ketika pembelajaran perlu ditanamkan aspek-aspek karakter baik selama pembelajaran berlangsung. Penanaman itu dapat dimasukkan ke dalam konten materi pembelajaran.

5. Agar aspek karakter baik yang terlihat lebih banyak, maka instrumen soal tes dilema moral sebaiknya dikembangkan lagi dan dimodifikasi agar semua aspek karakter baik dapat dimunculkan.


(39)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta

Arikunto, S. (2012). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi 2. Jakarta: Bumi Aksara

Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan. (2013). Rasional Kurikulum 2013. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

Campbell, D T. dan Stanley, J C. (1963). Experimental and Quasi-Experimental Design for Research. USA: Houghton Mifflin Company.

Fogarty, R. (1991). The Mindful School: How to integrate the curricula. Illinois: IRI/Skylight.

Hake, R R. (1998). “Interactive-engagement versus traditional methods: A six-thousand-student survey of mechanics test data for introductory physics courses.” Am J Phys, 66 (1), 64-67.

Kurniawan, D. (2011). Pembelajaran Terpadu: Teori, Praktik dan Penilaian. Bandung: cv. Pustaka Cendikia Utama

Mardiah. (2011). Penerapan Model Proyek Respons Kreatif Sebagai Upaya untuk Meningkatkan Pembelajaran Menulis Poster. Skripsi pada FPBS UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

Mundilarto. (2012). Penilaian Hasil Belajar Fisika. Jogjakarta: UNY Press. Mustaqim, dan Wahib, A.(2010). Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Rineka

Cipta.


(40)

66

Nuryanti, S. (2012). Penerapan Model Pembelajaran Learning Cycle dengan

Berbantuan Prototype Media berbasis CMAPTOOLS untuk

meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMP. Skripsi Sarjana Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007

Purwanto, M, N. (2011). Psikologi Pendidikan. Bandung: Rosda Karya

Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang. (2011). Pembangunan Karakter Bangsa. Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional.

Sahlan, A, dan Prastyo, A, T. (2012). Desain Pembelajaran Berbasis Pendidikan Karakter. Yogyakarta:Ar-Ruzz Media.

Samani, M., dan Hariyanto. (2012). Konsep dan Model Pendidikan Karakter. Bandung: Rosda Karya

Suryabrata, S. (2010). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajagrafindo Persada Syaadah, E. (2013). Implementasi Pembelajaran IPA Terpadu pada Tema Air

dan Kesehatan untuk Meningkatkan Literasi Sain Siswa SMP. Skripsi Sarjana pada Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

Yager, R E. dan McCormack, A J. (1989). “Assesing Teaching/Learning Successes in Multiple Domains of Science and Science Education.” Journal of Science Education 73(1): 45-58

Zuchdi, D. (2011). Pendidikan Karakter. Yogyakarta: UNY Press.

Zuchdi, D, et all. (2012). Model Pendidikan Karakter. Yogyakarta: UNY Press.


(41)

(1)

(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, secara umum dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar dan tertanamnya karakter baik pada siswa setelah diterapkannya pembelajaran terpadu tema gunung meletus. Secara khusus kesimpulan dalam penelitian ini akan dijabarkan sebagai berikut:

1. Penerapan pembelajaran terpadu tema gunung meletus dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Peningkatan hasil belajar untuk

knowledge domain (domain I) ini terlihat dari gain yang dinormalisasi

sebesar 0,43 dengan kategori sedang. Pada process of science domain (domain II) terjadi peningkatan hasil belajar pada pertemuan pertama dan kedua, namun pada pertemuan ketiga terdapat penurunan hasil belajar. Berikut ini adalah profil kategori process of science domain setelah dilakukannya pembelajaran. Sebanyak 78% siswa dengan kategori baik, 15 % siswa dengan kategori cukup, dan 7% siswa dengan kategori kurang. Sedangkan untuk creativity domain (domain III), peningkatan hasil belajar terlihat pada setiap pertemuannya. Profil kreativitas siswa untuk penilaian domain III yaitu 16% siswa dengan kategori baik, 45% siswa dengan kategori cukup dan 39% siswa dengan kategori kurang.

2. Profil karakter siswa setelah diterapkan pembelajaran terpadu model webbed dengan Tema Gunung Meletus yaitu 87,09 % siswa memiliki

moral knowing dengan aspek moral awareness dan moral reasoning

sebesar 100% , perspective taking sebesar 97,9 %, decision making sebesar 95,7%, dan knowing moral values sebesar 46,2 %. Sedangkan untuk moral feeling, sebanyak 74,19 % siswa memiliki moral feeling.


(3)

Aspek moral feeling yaitu conscience sebesar 86 %, empathy sebesar 62,4 %, dan loving the good sebesar 78,5 %.

B. Saran

1. Wacana pada soal terpadu jangan terlalu panjang dan bahasa yang digunakan harus mudah dipahami. Selain wacana, sebaiknya soal-soal yang disajikan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti dan kalimat yang tidak terlalu panjang.

2. Eksperimen atau percobaan pada saat pembelajaran harus menarik. Agar, siswa merasa tertarik dan termotivasi untuk mengerjakan percobaan tersebut. Selain menarik, eksperimen atau percobaan yang dipakai pada saat pembelajaran, sebaiknya eksperimen atau percobaan yang melatihkan kemampuan proses sains siswa.

3. Menyediakan waktu yang cukup untuk siswa dalam membuat desain (kreativitas).

4. Ketika pembelajaran perlu ditanamkan aspek-aspek karakter baik selama pembelajaran berlangsung. Penanaman itu dapat dimasukkan ke dalam konten materi pembelajaran.

5. Agar aspek karakter baik yang terlihat lebih banyak, maka instrumen soal tes dilema moral sebaiknya dikembangkan lagi dan dimodifikasi agar semua aspek karakter baik dapat dimunculkan.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta

Arikunto, S. (2012). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi 2. Jakarta: Bumi Aksara

Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan. (2013). Rasional Kurikulum 2013. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

Campbell, D T. dan Stanley, J C. (1963). Experimental and

Quasi-Experimental Design for Research. USA: Houghton Mifflin

Company.

Fogarty, R. (1991). The Mindful School: How to integrate the curricula. Illinois: IRI/Skylight.

Hake, R R. (1998). “Interactive-engagement versus traditional methods: A six-thousand-student survey of mechanics test data for introductory

physics courses.” Am J Phys, 66 (1), 64-67.

Kurniawan, D. (2011). Pembelajaran Terpadu: Teori, Praktik dan Penilaian. Bandung: cv. Pustaka Cendikia Utama

Mardiah. (2011). Penerapan Model Proyek Respons Kreatif Sebagai Upaya untuk Meningkatkan Pembelajaran Menulis Poster. Skripsi pada FPBS UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

Mundilarto. (2012). Penilaian Hasil Belajar Fisika. Jogjakarta: UNY Press. Mustaqim, dan Wahib, A.(2010). Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Rineka

Cipta.


(5)

Nuryanti, S. (2012). Penerapan Model Pembelajaran Learning Cycle dengan

Berbantuan Prototype Media berbasis CMAPTOOLS untuk

meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMP. Skripsi Sarjana Jurusan

Pendidikan Fisika FPMIPA UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007

Purwanto, M, N. (2011). Psikologi Pendidikan. Bandung: Rosda Karya

Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang. (2011). Pembangunan Karakter

Bangsa. Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional.

Sahlan, A, dan Prastyo, A, T. (2012). Desain Pembelajaran Berbasis

Pendidikan Karakter. Yogyakarta:Ar-Ruzz Media.

Samani, M., dan Hariyanto. (2012). Konsep dan Model Pendidikan Karakter. Bandung: Rosda Karya

Suryabrata, S. (2010). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajagrafindo Persada Syaadah, E. (2013). Implementasi Pembelajaran IPA Terpadu pada Tema Air

dan Kesehatan untuk Meningkatkan Literasi Sain Siswa SMP. Skripsi

Sarjana pada Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

Yager, R E. dan McCormack, A J. (1989). “Assesing Teaching/Learning

Successes in Multiple Domains of Science and Science Education.” Journal of Science Education 73(1): 45-58

Zuchdi, D. (2011). Pendidikan Karakter. Yogyakarta: UNY Press.

Zuchdi, D, et all. (2012). Model Pendidikan Karakter. Yogyakarta: UNY Press.


(6)