PENERAPAN PEMBELAJARAN TERPADU MODEL WEBBED PADA TEMA EFEK PENGGUNAAN ROKOK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN MENGHASILKAN KARAKTER SISWA SMP.
DAN MENGHASILKANKARAKTER SISWA SMP
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari
Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Fisika Program Pendidikan Fisika
Oleh:
Ifa Rifatul Mahmudah 0901970
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
(2)
PENERAPAN PEMBELAJARAN TERPADU PADA TEMA EFEK
PENGGUNAAN ROKOK UNTUK MENINGKATKAN HASIL
BELAJAR DAN MENGHASILKAN KARAKTER SISWA SMP
Oleh
Ifa Rifatul Mahmudah
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
© Ifa Rifatul Mahmudah 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Oktober 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.
(3)
EFEK PENGGUNAAN ROKOK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN MENGHASILKAN KARAKTER SISWA SMP
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:
PEMBIMBING I
Drs. Taufik Ramlan Ramalis, M.Si NIP.195904011986011001
PEMBIMBING II
Winny Liliawati, S.Pd, M.Si NIP.197812182001122001
Mengetahui
Ketua Jurusan Pendidikan Fisika
Dr. Ida Kaniawati, M.Si NIP.196807031992032001
(4)
PENERAPAN PEMBELAJARAN TERPADU MODEL WEBBED PADA TEMA EFEK PENGGUNAAN ROKOK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN MENGHASILKAN KARAKTER SISWA SMP
ABSTRAK
Sesuai dengan amanat Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 22 Tahun 2006 bahwa pengembangan kurikulum harus beragam dan terpadu, model pembelajaran terpadu merupakan salah satu implementasi yang dianjurkan untuk diaplikasikan pada semua jenjang pendidikan, terutama pada jenjang SMP. Namun, hasil studi pendahuluan menunjukkan bahwa implementasi dari pembelajaran tematik-terpadu masih belum banyak diterapkan oleh pihak sekolah. Oleh karena itu, dilakukan penelitian dengan menerapkan pembelajaran terpadu model webbed
pada tema efek penggunaan rokok yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar dan mengetahui profil karakter siswa SMP. Hasil belajar yang digunakan mengacu pada A new taxonomy for science education yang dikembangkan oleh McCormack. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen dengan desain penelitian one group pretest-posttest design. Sampel pada penelitian ini adalah salah satu kelas VIII SMP Negeri di Kota Bandung. Data penelitian diperoleh melalui tes soal terpadu, lembar observasi, lembar penilaian produk, dan tes dilema moral. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa siswa di sekolah tersebut mengalami peningkatan dalam hasil belajar pada domain I (knowledge domain) dengan gain yang dinormalisasi sebesar 49% dengan kategori sedang. Adapun hasil belajar pada domain II (process of science domain) memiliki kategori cukup dengan persentase 69,95%, pada domain III (creativity domain) memiliki kategori cukup dengan persentase sebesar 67,34%, dan pada domain IV (attitudinal domain), diketahui sebanyak 87,63% siswa memiliki moral knowing dan 82,09% memiliki moral feeling. Berdasarkan hasil yang diperoleh tersebut, dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran terpadu model webbed pada tema efek penggunaan rokok dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan menghasilkan karakter siswa SMP.
Kata Kunci : Hasil Belajar, Karakter, Pembelajaran Terpadu Model Webbed.
ABSTRACT
In accordance with the mandate of the Minister of Education No. 22 of 2006 that the preparation of lesson plans must accommodate integrated learning, integrated learning model is one of the recommended implementation for application at all levels of education, especially at the junior level. However, preliminary studies indicate that the implementation of the thematic - integrated learning is still not widely adopted by the school. Therefore, the research carried out by applying the model of integrated learning webbed on the theme of the effects of tobacco use
that aims to improve student’s achievement and junior high school students know
the character profiles. The method used in this study is experimental research design with one group pretest - posttest design. Sample in this study is one of the
(5)
eighth grade junior high school in Bandung. Data were obtained through integrated test questions, observation sheets, product sheets, and tests moral dilemma. The results obtained showed that the students in these schools have increased the learning outcomes in the first domain (domain knowledge) with a normalized gain of 49%, in the domain II (process of science domain) have enough categories with percentage 69.95%, the third domain (domain creativity) have enough categories with a percentage of 67.34%, and the domain IV (attitudinal domains), known as much as 87.63% of students have a moral knowing and 82.09% have a moral feeling. Based on the results obtained, it can be concluded that the application of integrated learning webbed models on the
theme of the effects of tobacco use to improve student’s acievement and generate
character junior high school students.
(6)
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... i
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GRAFIK ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Masalah ... 7
D. Manfaat Penelitian ... 7
E. Struktur Organisasi Skripsi ... 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 10
A. Pembelajaran Terpadu Model Webbed ... 10
B. Hasil Belajar ... 17
C. Karakter ... 20
D. Model Pembelajaran Susan Loucks-Horsley ... 22
E. Keterkaitan Pembelajaran Terpadu Model Webbed pada Tema Efek Penggunaan Rokok dengan Model Pembelajaran Susan Loucks-Horsley ... 23
(7)
BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 27
A. Metode Penelitian ... 27
B. Desain Penelitian ... 27
C. Lokasi dan Sampel Penelitian ... 28
D. Prosedur Penelitian ... 28
E. Instrumen Penelitian ... 34
F. Teknik Pengumpulan Data ... 35
G. Analisis data ... 36
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 41
A. Keterlaksanaan Model Pembelajaran Susan Loucks-Horsley ... 41
B. Hasil Belajar ... 43
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 56
A. Kesimpulan ... 58
B. Saran ... 59
DAFTAR PUSTAKA ... 60
(8)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Berdasarkan amanat Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 bahwa pengembangan kurikulum harus beragam dan terpadu. Salah satu jenis pembelajaran terpadu adalah pembelajaran terpadu model
webbed yaitu pembelajaran yang mengintegrasikan lintas disiplin ilmu ini diikat oleh suatu tema. Pemilihan tema pun mempunyai andil besar, sesuai dengan apa yang tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia nomor 22 tahun 2006 dijelaskan bahwa kurikulum dilaksanakan dengan memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar. Oleh karena itu perlu tema yang mengangkat fenomena lingkungan sekitar sehingga siswa merasa dekat dengan pembelajaran yang diberikan. Salah satu fenomena yang dapat diangkat adalah efek penggunaan rokok. Rokok merupakan benda yang biasa dibakar dan menghasilkan asap putih. Asap putih yang dihasilkan dapat masuk melewati alat pernafasan dengan mekanisme yang berkaitan dengan konsep tekanan udara. Rokok merupakan benda berbahaya karena zat kimia yang dikandungnya dapat menyebabkan kerusakan biologis bagi pengguna, orang-orang disekitarnya, dan lingkungan sekitar. Kerusakan biologis yang terjadi dapat terlihat pada sistem pernafasan. Efek penggunaan rokok dapat dikaji dari beberapa disiplin ilmu, yakni dari ilmu Kimia, ilmu Biologi, dan ilmu Fisika yang tergolong ke dalam IPA dan IPS. Berbicara mengenai bahaya merokok, jumlah pengguna rokok dari tahun ke tahun makin meningkat. Terkait peningkatan jumlah pengguna rokok dan bahayanya, pada kasus penggunaan rokok ini akan disajikan dalam bentuk soal cerita dan akan dihubungkan dengan mata pelajaran matematika dengan penyelesaian model matematika.
Pembelajaran terpadu model webbed akan lebih bermakna bila siswa benar-benar belajar secara langsung dan mengalami sendiri. Menurut
(9)
Suryosubroto (2009:134), guru perlu menciptakan kondisi yang kondusif dan memfasilitasi tumbuhnya pengalaman yang bermakna. Oleh karena itu, dalam memilih model pembelajaran pun sejatinya harus memfasilitasi siswa belajar menemukan sendiri (kontruktivistis). Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan adalah model pembelajaran Susan Loucks-Horsley. Adanya anjuran pembelajaran tematik-terpadu beserta manfaatnya belum dapat dirasakan oleh salah satu SMP Negeri di Kota Bandung. Dari hasil studi pendahuluan didapatkan fakta bahwa pembelajaran terpadu belum diterapkan karena standar isi, yaitu standar kompetensi dan kompetensi dasar yang ada tidak mengarahkan menuju pembelajaran terpadu. Selain itu, bahan ajar yang ada pun tidak mendukung untuk dilaksanakannya pembelajaran terpadu. Faktor yang tidak kalah berpengaruh terhadap keterlaksanaan pembelajaran terpadu di lapangan yaitu faktor internal guru berupa kesiapan materi dari guru yang bersangkutan. Tidak banyak guru yang mampu menguasai beberapa mata pelajaran sekaligus untuk diajarkan secara terpadu sehingga saat terjun di lapangan, banyak mengalami kendala terkait kesiapan materi. Hal ini bermula dari institusi yang mewadahi mahasiswa calon pengajar. Beberapa institusi tersebut hanya membekali mahasiswa calon guru untuk satu mata pelajaran saja. Contohnya saat di bangku perkuliahan mahasiswa calon guru dipersiapkan untuk terjun ke sekolah menengah dengan dibekali pengetahuan mengenai konsep Fisika dan keprofesiannya saja, padahal khusus untuk sekolah menengah pertama, tidak ada mata pelajaran Fisika, melainkan IPA. Dengan demikian, bekal yang sudah diberikan di mata kuliah keprofesian tersebut tidak akan bersinergi dengan kebutuhan di lapangan yaitu guru IPA yang terpadu.
Perlunya guru yang terpadu senada dengan apa yang terdapat dalam
Standards for science teacher preparation yang merekomendasikan agar guru-guru IPA sekolah dasar dan menengah harus memilliki kecenderungan interdisipliner pada IPA. (Wilujeng, Insih dkk, 2010:353) Menurut salah seorang guru SMP Negeri di Kota Bandung, dengan pembelajaran masih terpisah Fisika Kimia Biologinya, siswa masih
(10)
kesulitan dalam memahami materi. Khusus untuk mata pelajaran Fisika, perlu waktu lama untuk memahami materi Fisika, apalagi dengan kendala matematisnya. Dengan penerapan pembelajaran yang belum terpadu, hasil belajar siswa masih tergolong rendah dalam IPA.
Untuk mengukur hasil belajar, Allan J. MacCormack dan Robert E Yager mengembangkan a new taxonomy for science education” yang terdiri dari
lima ranah, yaitu knowledge domain, process of science domain, creativity domain, attitudinal domain, and aplication and connection domain. Berdasarkan taksonomi yang dikembangkan oleh Alan tersebut, terlihat bahwa pengetahuan itu berhubungan dengan attitude. Hal ini mengingatkan pepatah Mahatma Gandhi bahwa ada tujuh hal yang menghancurkan kita yaitu kekayaan tanpa kerja, pengetahuan tanpa karakter, bisnis tanpa moralitas, ilmu pengetahuan tanpa kemanusiaan, ibadah tanpa pengorbanan, dan politik tanpa prinsip, ternyata memang sesuai dengan krisis moral yang terjadi saat ini. Tidak jauh berbeda dengan apa yang dikatakan Dr. Martin
Luther King yang pernah berkata: “Intelligence plus character, that is the goal of true education.
Jelaslah bahwa pendidikan karakter merupakan hal yang sangat penting dalam membentuk karakter seseorang. Namun, krisis moral yang terjadi saat ini menyuguhkan fakta terbalik dari yang seharusnya. Tidak bisa menutup mata, akhir-akhir ini krisis moral merupakan salah satu permasalahan yang penyelesaiannya tidak kunjung usai. Terbukti di lapangan, banyak siswa yang masih mencontek saat ulangan sebagai bukti ketidakpercayaan dan ketidakjujuran, merokok di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah, dan perkelahian antar pelajar.
Dari fakta-fakta ini, tugas besar bagi elemen pendidikan khususnya sekolah dalam memperbaiki moral yang dikenal dengan pendidikan karakter. Sekolah merupakan salah satu tahapan dari berbagai jenjang pendidikan yang akan dilalui oleh seorang individu. Secara tersirat, sekolah merupakan wadah sebuah bangsa yang akan menetaskan generasi mendatang yang mencerminkan karakter bangsa tersebut. Memang terlihat
(11)
mudah untuk menyampaikan pendidikan karakter sebagai sebuah pengetahuan tetapi dalam mengaktualisasikannya agar menjadi tata laku, itu yang menjadi tantangan utamanya. Pendidikan karakter bukan tentang bagaimana mengkonsumsi sebuah ilmu secara teori, tetapi pendidikan karakter merupakan proses internalisasi dan aktualisasi. Hal ini senada dengan UU nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 3 menyebutkan
bahwa “Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa”
Berdasarkan permasalahan mengenai pembelajaran terpadu yang belum diterapkan, hasil belajar yang rendah serta karakter yang belum berkembang, peneliti bermaksud menerapkan pembelajaran terpadu model
webbed pada tema efek penggunaan rokok untuk meningkatkan hasil belajar dan menghasilkan profil karakter pada siswa SMP.
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah
Dari permasalahan yang telah dipaparkan, maka dapat dirumuskan pertanyaan yang menjadi inti dari penilitian, batasan masalah, variabel-variabel penelitian serta definisi operasionalnya sebagai berikut:
1. Perumusan Masalah
a. Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa SMP setelah diterapkan pembelajaran terpadu model webbed pada tema efek penggunaan rokok?
1) Bagaimana peningkatan hasil belajar pada domain I (knowledge domain)?
2) Bagaimana profil hasil belajar pada domain II (process of science domain)?
3) Bagaimana profil hasil belajar pada domain III (creativity domain)? b. Bagaimana profil karakter siswa SMP setelah diterapkan pembelajaran terpadu model webbed pada tema efek penggunaan rokok pada siswa?
(12)
2. Batasan Masalah
a. Hasil belajar berdasarkan a new taxonomy for science yang dikembangkan Alan J. McCormack dan Robert E. Yager (1989) yang terdiri dari lima domain. Namun, pada penelitian ini akan dibatasi hanya empat domain, yakni knowledge domain, process of science domain, dan creativity domain yang dibahas pada bagian hasil belajar, dan attitudinal domain yang dibahas khusus pada bagian profil karakter.
b. Karakter yang dimunculkan adalah karakter menurut Thomas Lickona yang terdiri dari moral knowing, moral feeling, dan moral
action. Namun pada penelitian ini karakter yang dimunculkan hanya moral knowing dan moral feeling.
3. Variabel Penelitian
Variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah pembelajaran terpadu model webbed sebagai variabel bebas serta peningkatan hasil belajar dan profil karakter siswa sebagai variabel terikat.
4. Definisi Operasional
a. Pembelajaran terpadu model webbed pada tema efek penggunaan rokok.
Pembelajaran terpadu model webbed merupakan pembelajaran yang mengintegrasikan beberapa disiplin ilmu dalam suatu tema tertentu. Dalam pembelajaran terpadu ini, peneliti mengintegrasikan beberapa mata mata pelajaran yakni IPA (Kimia, Fisika, dan Biologi), IPS, dan Matematika dalam satu tema untuk mengkaji efek penggunaan rokok. Rokok dan efek penggunaannya merupakan masalah yang kompleks, yakni tidak hanya melibatkan satu aspek saja, misalnya aspek kimiawi mengenai zat-zat berbahaya yang dikandungnya. Namun, efek dari penggunaannya itu sendiri dapat menjalar ke aspek-aspek lain, yaitu aspek biologis seperti sistem pernafasan dan lingkungan. Selain dari IPA yang
(13)
terdiri dari Kimia, Biologi, dan Fisika, peneliti pun mengintegrasikan IPA dengan mata pelajaran Matematika yang berkaitan dengan model matematika.
Pada pelaksanaannya, peneliti menjalankan pembelajaran terpadu menggunakan model Susan Loucks-Horsley. Untuk mengetahui keterlaksanaan pembelajaran model Susan Loucks-Horsley, diukur dengan lembar observasi.
b. Peningkatan Hasil Belajar
Hasil belajar yang diukur meliputi 4 domain menurut a new taxonomy for science education. Peningkatan yang dilihat hanya pada domain I (knowledge domain) sedangkan pada domain lainnya, hanya dilihat profilnya saja.
1) Knowledge domain
Knowledge domain berkaitan dengan pengetahuan siswa yang terukur melalui tes konsep berupa 20 soal pilihan ganda pada saat pretest dan posttest. Pretest dan posttest diberikan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar. Dari hasil pretest
dan posttest ini, peneliti menghitung gain skor. Nilai gain yang didapat ini dikelompokkan berdasarkan kategori yang dikemukakan oleh Hake (1998).
2) Process of science domain
Process of science domain berkaitan dengan sikap ilmiah yang terukur melalui Lembar Observasi.
3) Creativity domain
Creativity domain berkaitan dengan kemampuan menciptakan. Dalam domain ini, siswa dituntut untuk membuat produk berupa poster yang berkaitan dengan efek penggunaan rokok.
c. Profil Karakter
Karakter berkaitan dengan domain IV yakni attitudinal domain. Untuk mengukur domain ini, peneliti menggunakan tes dilema
(14)
moral. Tes dilema moral adalah tes studi kasus yang dapat mengukur moral feeling dan moral knowing siswa. Pada prosesnya, siswa diberikan teks berupa suatu permasalahan berikut pertanyaannya. Untuk menilai tes dilema moral, peneliti menilainya secara deskriptif, yakni dengan melihat kecenderungan jawaban siswa ke arah mana, apakah sudah mengandung moral
knowin dan moral feeling atau salah satunya, atau bahkan belum terlihat ketiga moral tersebut. Jumlah siswa yang menjawab akan dipersentasekan sehingga akan terlihat berapa persen moral
knowing dan moral feeling yang sudah terlihat dalam diri siswa.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk memperoleh gambaran tentang peningkatkan hasil belajar siswa SMP setelah diterapkan pembelajaran terpadu model webbed pada tema efek penggunaan rokok.
2. Untuk memperoleh gambaran tentang profil karakter siswa SMP setelah diterapkan pembelajaran terpadu model webbed pada tema efek penggunaan rokok.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah: 1. Manfaat dari segi teori
Penelitian ini akan menambah daftar penelitian mengenai penerapan pembelajaran terpadu. Pada penelitian, implikasi dari pembelajaran terpadu dapat dilihat dari peningkatan hasil belajar siswa menurut Taksonomi untuk Pendidikan Sains, yang didalamnya terdapat ranah pengetahuan, proses sains, produk, dan karakter.
2. Manfaat dari segi kebijakan
Dari studi pustaka yang telah dilakukan, didapat bahwa penerapan pembelajaran terpadu sangat perlu terutama di jenjang SD dan SMP.
(15)
Penerapan ini rupanya belum terlihat di lapangan. Artinya kebijakan pemerintah Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 22 Tahun 2006 belum terlaksana di beberapa jenjang SMP. Untuk itulah, semoga penelitian ini dapat memberikan gambaran mengenai bagaimana penerapan pembelajaran terpadu di jenjang SMP. Selain itu, penelitian ini akan bermanfaat dalam memenuhi tuntutan kurikulum terbaru 2013.
E. Struktur Organisasi Skripsi
Skripsi ini terdiri dari empat BAB dengan rincian sebagai berikut:
BAB I berisi pembahasan mengenai dasar dilakukannya penelitian terkait masalah yang terjadi di lapangan yaitu pembelajaran terpadu yang belum sepenuhnya dilaksanakan di SMP, hasil belajar siswa yang masih rendah dalam IPA, serta krisis moral yang masih sering terjadi di lapangan. Dari masalah-masalah tersebut, kemudian diperoleh variabel penelitian yang akan digunakan, yakni pembelajaran terpadu, hasil belajar serta karakter.
BAB II berisi teori yang menjadi landasan dilakukannya penelitian yaitu mengenai definisi serta prinsip pembelajaran terpadu model webbed, sintaks model pembelajaran Susan Loucks-Horsley, keterkaitan pembelajaran terpadu model webbed dengan model pembelajaran Susan Loucks-Horsley, hasil belajar menurut a new taxonomy for science education, serta definisi dan komponen karakter menurut Lickona.
BAB III berisi metodologi penelitian yang digunakan dalam penilitian ini yakni metode, desain penelitian, instrumen, teknik pengumpulan data, dan analisis data yang didapatkan.
BAB IV berisi pembahasan hasil penelitian. Dalam BAB ini disajikan bagaimana peningkatan hasil belajar serta profil karakter siswa setelah diterapkan pembelajaran terpadu model webbed.
BAB V berisi kesimpulan yang didapat penulis dari rangkaian penelitian yang telah dilakukan serta beberapa saran yang berguna untuk peneliti maupun pembaca.
(16)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen. Dalam penelitian ini, peneliti akan memberikan treatment berupa pembelajaran terpadu model webbed untuk memperoleh gambaran tentang peningkatan hasil belajar dan profil karakter siswa. Namun, dalam penelitian menyisihkan beberapa faktor, seperti kondisi intelektual siswa dan motivasi belajar siswa.
B. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah one group pretest posttest. Pada penelitian ini, tahap pertama yang dilakukan adalah pemberian tes berupa pretest 20 soal terpadu pilihan ganda kemudian akan diberi treatment
yaitu pembelajaran terpadu model webbed dengan perangkat pembelajaran model pembelajaran Susan Loucks-Horsley. Setelah treatment selesai diberikan, sampel akan diberi posttest berupa 20 soal terpadu pilihan ganda dan 1 soal tes dilema moral. Pola desain one group pretest posttest dapat terlihat pada gambar 3.1.
O1 X O2
Gambar 3.1
Pola desain penelitian one group pretest posttest
Stanley and Campbell (1963) Keterangan:
O1: tes yang diberikan sebelum dilakukan treatment (pretest).
X : treatment yaitu pembelajaran terpadu model webbed dengan perangkat pembelajaran model Susan Loucks Horsley. O2 : tes yang diberikan sesudah dilakukan treatment (posttest).
(17)
C. Lokasi Dan Sampel
Subjek populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII salah satu SMP Negeri di Kota Bandung. Sedangkan sampel penelitian dilakukan pada salah satu kelas VIII di salah satu SMP Negeri di Kota Bandung.
D. Prosedur Penelitian
Gambar 3.2 Bagan Prosedur Penelitian
1. Studi Kepustakaan a. Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 b. Pembelajaran
Terpadu c. Hasil belajar
menurut A New Taxonomy for Science Education d. Karakter menurut Thomas Lickona
2. Studi Lapangan a. Penerapan
pembelajaran terpadu di lapangan. b. Hasil belajar
siswa SMP c. Karakter siswa
SMP.
1. Penyusunan Perangkat Pembelajaran Terpadu
a. Penetapan tema b. Penentuan SK
dan KD yang terkait dengan tema
c. Penyusunan perangkat pembelajaran 2. Draft Perangkat
Pembelajaran a. Rencana
Perangkat Pembelajaran b. Lembar Kerja
Siswa c. Lembar
observasi d. Tes soal terpadu e. Tes dilema moral
1. Judgement 2. Revisi 3. Uji coba 4. Analisis
Studi Pendahuluan Perancangan
(18)
1. Studi Pendahuluan a. Studi Kepustakaan
Dalam studi kepustakaan ini, peneliti mengkaji adanya tuntutan pembelajaran terpadu yakni Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006. Kemudian peneliti mengkaji pembelajaran terpadu itu seperti apa, bagaimana karakteristik dan prinsip-prinsipnya. Setelah mengetahui pembelajaran terpadu, peneliti mencari alat untuk mengukur hasil belajar yang cocok dengan pembelajaran terpadu itu sendiri, yakni taksonomi untuk pendidikan sains, yang mana hasil belajar itu tidak hanya terdiri dari pengetahuan saja, tetapi berhubungan dengan karakter. Berkaitan dengan karakter, peneliti melakukan studi kepustakaan mengenai karakter menurut Lickona.
b. Studi Lapangan
Dalam studi lapangan ini, peneliti mencari tahu keterlaksanaan pembelajaran terpadu di SMP, hasil belajar, dan krisis moral siswa SMP.
2. Perancangan Perangkat
a. Penyusunan Perencanaan Pembelajaran Terpadu
Diawali dari penetapan tema yaitu efek penggunaan rokok, peneliti kemudian mengkaji SK dan KD beberapa mata pelajaran SMP kelas VIII untuk mengaitkannya dengan tema yang diangkat. Hasil dari pengkajian diperoleh beberapa KD yang berkaitan yaitu: 1) Mata pelajaran Kimia
KD 4.4 Mendeskripsikan sifat/ pengaruh zat adiktif dan psikotoprika.
2) Mata pelajaran Biologi
KD 1.5 Mendeskripsikan sistem pernafasan pada manusia dan hubungannya dengan kesehatan.
(19)
KD 5.5 Menyelidiki tekanan pada benda padat, cair, dan gas serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
4) Mata pelajaran Matematika
KD 2.2 Membuat model matematika dari masalah yang
berkaitan dengan sistem persamaan linear dua variabel. KD 2.3 Menyelesaikan model matematika dari masalah yang
berkaitan dengan sistem persamaan linear dua variabel dan penafsirannya
5) Mata pelajaran IPS
KD 1.3 Mendeskripsikan permasalahan lingkungan hidup dan penanggulangannya dalam pembangunan berkelanjutan b. Draft Perangkat Pembelajaran
Dalam tahap ini, peneliti membuat RPP untuk proses pembelajaran, RPP terdiri dari tiga kali pertemuan. Kemudian dilanjutkan dengan pembuatan instrumen, yang terdiri dari 20 soal terpadu pilihan ganda untuk mengukur domain I (knowledge domain), tiga soal tes dilema moral untuk mengukur domain IV (attitudinal domain), lembar penilaian produk untuk mengukur domain III (creativity domain), lembar kerja siswa, lembar observasi untuk menilai domain II (process of science), dan lembar observasi untuk mengukur keterlaksanaan model Susan Loucks-Horsley
3. Pengujian Perangkat
a. Tujuh instrumen yang telah dibuat melewati proses judgment oleh para ahli yang kemudian mengalami beberapa revisi dan sampai pada tahap uji coba di lapangan.
b. Sebagai tindak lanjut dari proses uji coba, peneliti menganalisis hasil uji coba dengan melihat validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda dari soal-soal yang telah diujikan.
1) Analisis Validitas Instrumen
Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan suatu instrumen.Sebuah instrumen dikatakan valid
(20)
jika instrumen tersebut mengukur yang hendak diukur (Arikunto, 2011: 65). Nilai validitas dapat dihitung dengan menggunakan persamaan:
∑ ∑ ∑
√ ∑ ∑ ∑ ∑
Keterangan:
: koefisien korelasi antara variabel X dan Y
X : skor tiap butir soal Y : skor total tiap butir soal N : jumlah siswa
Tabel 3.1
Nilai korelasi dan interpretasi validitas (Arikunto, 2011: 75)
Nilai rxy Interpretasi
0,80 – 1,00 Sangat tinggi
0,60 – 0,80 Tinggi
0,40 – 0,60 Cukup
0,20 – 0,40 Rendah
0,00 – 0,20 Sangat rendah
2) Analisis Realibilitas Instrumen
Realibilitas didefinisikan sebagai kestabilan hasil yang diperoleh orang yang sama jika dites dengan instrumen yang sama pada waktu yang berbeda. Teknik yang digunakan untuk mengukur tingkat relibilitas suatu instrumen adalah dengan menggunakan metoda belah dua (split half method). Dalam menggunakan metode ini penguji hanya menggunakan sebuah tes dan dicobakan satu kali. Realibilitas tes dapat dihitung dengan persamaan:
⁄ ⁄
⁄ ⁄
Keterangan:
(21)
⁄ ⁄ : korelasi antara skor-skor setiap belahan tes
Nilai r11 Interpretasi
0,80 – 1,00 Sangat tinggi
0,60 – 0,80 Tinggi
0,40 – 0,60 Cukup
0,20 – 0,40 Rendah
0,00 – 0,20 Sangat rendah
3) Tingkat Kesukaran
Menurut Suharsimi Arikunto (2011: 207), tingkat kesukaran adalah bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya sesuatu soal disebut indeks kesukaran. Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar.
Rumus mencari indeks kesukaran:
Keterangan:
P = Indeks kesukaran
B = Banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes
(Arikunto, 2011: 208) Tabel 3.3
Indeks Kesukaran (Arikunto, 2011: 210)
Nilai p Kategori
0,00 – 0,30 Sukar
0,30 – 0,70 Sedang
0,70 – 1,00 Mudah
4) Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan abtara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh (berkemampuan rendah). Angka yang
Tabel 3.2
(22)
menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi, disingkat D. (Arikunto, Suharsimi. 2011: 211). Rumus untuk menentukan indeks diskriminasi adalah:
Keterangan:
J = jumlah peserta tes
JA = banyaknya peserta kelompok atas
JB = banyaknya peserta kelompok bawah
BA = banyaknya kelompok atas yang menjawab benar
BB = banyaknya kelompok bawah yang menjawab benar
PA = proporsi kelompok atas yang menjawab benar
PB = proporsi kelompok bawah yang menjawab benar
(Arikunto, 2011: 213-214) Tabel 3.4
Klasifikasi Daya Pembeda (Arikunto, 2011: 218)
D Kategori
0,00 – 0,20 Jelek
0,20 – 0,40 Cukup
0,40 – 0,70 Baik
0,70 – 1,00 Baik sekali
Negatif
Semuanya tidak baik, jadi semua butir soal yang mempunyai nilai D negatif sebaiknya
(23)
c. Melakukan pretest pada tanggal 17 Mei 2013 untuk mengetahui peningkatan hasil belajar dan karakter yang dibangun siswa sebelum diberikan perlakuan terhadap objek penelitian.
d. Melakukan pembelajaran fisika secara terpadu dengan menggunakan model webbed sebanyak tiga kali pertemuan, yakni pertemuan pertama pada tanggal 24 Mei 2013 dan pertemuan kedua dan ketiga pada tangggal 30 Mei 2013.
e. Pada saat pelaksanaan pembelajaran, observer mengamati aktivitas siswa dan keterlaksanaan model yang digunakan guru.
f. Melakukan posttest pada tanggal 31 Mei 2013 untuk mengukur penguasaan konsep dan karakter yang dibangun siswa setelah diberi perlakuan.
g. Melakukan pengolahan data hasil pretest dan posttest serta menganalisis instrumen tes lainnya, seperti data dari lembar observasi.
h. Membandingkan hasil analisis data sebelum diberi perlakuan dan setelah diberi perlakuan untuk mengetahui efektivitas penerapan model webbed yang digunakan pada sampel atau kelas tersebut. i. Menarik kesimpulan penelitian
E. Instrumen Penelitian
1. Kemampuan terpadu
Kemampuan terpadu berkaitan dengan domain pengetahuan pada domain I. Tes kemampuan terpadu ini bertujuan untuk melihat pengetahuan siswa terkait materi terpadu efek penggunaan rokok.
2. Kemampuan proses sains
Kemampuan proses sains berkaitan dengan domain II. Proses sains yang diukur merupakan proses sains dasar yang terlihat di setiap pertemuan selama pembelajaran.
(24)
Kemampuan kreatifitas berkaitan dengan domain III. Kemampuan kreatifitas yang diukur merupakan kemampuan membuat produk yang tidak hanya menguji kreatifitas tetapi pengetahuan terkait tema efek penggunaan rokok yang telah dipelajari.
4. Karakter
Karakter berkaitan dengan domain IV. Karakter yang dimaksud pada penelitian ini mencakup bagaimana respon siswa terkait permasalahan mengenai efek penggunaan rokok yang disajikan dalam soal.
5. Perangkat pembelajaran
Perangkat pembelajaran yang digunakan pada penelitian ini mencakup Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kegiatan Siswa (LKS).
F. Teknik Pengumpulan Data
1. Tes soal terpadu
Tes soal terpadu adalah tes pilihan ganda yang dimaksudkan untuk mengukur hasil belajar pada domain I (knowledge domain) sebelum diterapkan model pembelajaran webbed (pretest) dan setelah diterapkan model pembelajaran webbed (posttest). Soal yang diberikan berjumlah 20 soal.
2. Tes dilema moral
Tes dilema moral yang dimaksudkan untuk memunculkan domain IV (attitudinal domain) sehingga peneliti dapat memperoleh gambaran profil karakter siswa yang muncul setelah diterapkan model pembelajaran
webbed.
3. Lembar observasi proses sains
Kemampuan proses sains (domain II) diukur menggunakan lembar observasi. Penilaian yang dilakukan sebanyak tiga kali di setiap proses pembelajaran.
(25)
Kemampuan kreatifitas (domain III) diukur menggunakan lembar penilaian produk. Penilaian dilakukan di luar proses pembelajaran. 5. Lembar observasi keterlaksanaan model
Keterlaksanaan model pembelajaran Susan Loucks-Horsley akan diukur menggunakan lembar observasi.
G. Analisis Data
Pengolahan data dilakukan terhadap data skor tes soal terpadu pretest dan
posttest, tes dilema moral, produk, lembar observasi process of science serta lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran Susan Louck-Horsley.
1. Soal Terpadu (Domain I)
Soal terpadu yang diberikan pada penelitian terlebih dahulu melalui proses uji coba. Berikut disajikan analisis hasil uji coba dalam tabel 3.5.
No. Soal
Validitas Daya Pembeda Taraf Kesukaran
Keterangan Nilai Interpretasi Nilai Interpretasi Nilai Interpretasi
1 0,45 Cukup 0 Jelek 1 Mudah Digunakan
2 0,45 Cukup 0,3 Cukup 0,71 Mudah Digunakan 3 0,05 Sangat
rendah -0,1 Jelek 0,16 Sukar
Tidak digunakan 4 0,39 Rendah 0,13 Jelek 0,94 Mudah Tidak
digunakan 5 0,49 Cukup 0,34 Baik 0,74 Mudah Digunakan 6 0,84 Sangat
tinggi 0,05 Jelek 0,71 Mudah Digunakan 7 0,75 Tinggi 0,44 Baik 0,77 Mudah Digunakan 8 0,25 Rendah 0,25 Jelek 0,81 Mudah Digunakan 9 0,25 Rendah -0,1 Jelek 0,06 Sukar Digunakan 10 0,26 Rendah 0,15 Jelek 0,26 Sukar Digunakan 11 0,36 Rendah 0,25 Jelek 0,81 Mudah Digunakan 12 0,57 Cukup 0,55 Baik 0,45 Sedang Digunakan 13 0,71 Tinggi 0,56 Baik 0,65 Sedang Digunakan 14 0,06 Sangat
rendah 0 Jelek 0,42 Sedang
Tidak digunakan 15 0,84 Sangat
tinggi 0,05 Jelek 0,71 Mudah Digunakan 16 0,27 Rendah 0,18 Jelek 0,84 Mudah Digunakan 17 -0,01 Tidak valid 0,06 Jelek 0,97 Mudah Tidak
digunakan 18 0,27 Rendah 0,17 Jelek 0,65 Sedang Digunakan
Tabel 3.5
(26)
Dari 26 butir soal yang diujicobakan, terdapat 6 soal yang tidak digunakan, yaitu soal no 3, 4, 14, 17, 19, dqn 26. Soal-soal ini tidak digunakan karena tidak valid sehingga jumlah soal yang digunakan untuk uji instrumen saat pretest dan posttest hanya berjumlah 20 butir soal. Dua puluh soal yang telah dipilih merupakan soal yang digunakan
untuk pretest dan posttest. Untuk pengolahan data skor pilihan ganda diolah menggunakan analisis kuantitatif dengan cara menghitung gain
yang dinormalisasikan yaitu perbandingan dari skor gain aktual dengan skor gain maksimum. Skor gain aktual yaitu skor gain yang diperoleh siswa dari selisih skor tes awal dan skor tes akhir sedangkan skor gain
maksimum adalah skor gain tertinggi yang mungkin diperoleh siswa. Langkah-langkah perhitungannya adalah sebagai berikut:
a. Menghitung gain skor pretest dan skor posttest.
Gain adalah selisih antara skor pretest dan skor posttest. Gain
dapat ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut.
1
2 T
T
g ………3.5
Dengan T1 adalah skor tes awal (pretest) dan T2 adalah skor tes
akhir (posttest).
b. Menghitung gain yang dinormalisasi untuk setiap siswa.
Gain yang dinormalisasi merupakan perbandingan antara skor gain
yang diperoleh siswa dan dirumuskan sebagai berikut.
19 -0,1 Tidak valid -0,1 Jelek 0,97 Mudah Tidak digunakan 20 0,73 Tinggi 0,56 Baik 0,65 Sedang Digunakan 21 0,73 Tinggi 0,56 Baik 0,65 Sedang Digunakan 22 0,84 Sangat
tinggi 0,69 Baik 0,65 Sedang Digunakan 23 0,29 Rendah 0,06 Jelek 0,97 Mudah Digunakan 24 0,76 Tinggi 0,63 Baik 0,68 Sedang Digunakan 25 0,76 Tinggi 0,63 Baik 0,68 Sedang Digunakan 26 -0,01 Tidak valid 0 Jelek 1 Mudah Tidak
digunakan
Reliabilitas 0,73 Interpretasi Tinggi
(27)
1 1 2 T S T T g i ………...3.6
Dengan T1 adalah skor tes awal (pretest), T2 adalah skor tes akhir
(posttest), dan Si adalah skor ideal.
c. Menentukan nilai rata-rata gain yang dinormalisasi untuk seluruh siswa.
d. Menentukan kriteria efektivitas model pembelajaran berdasarkan kriteria yang tercantum pada tabel berikut.
Tabel 3.6
Kriteria gain menurut Hake (1998)
<g> Kriteria
7 , 0
Tinggi
0,7 3,
0 g Sedang
3 , 0
Rendah
2. Lembar Observasi proses sains (Domain II)
Pengolahan data process of science dilakukan dengan mengubah skor yang diperoleh setiap kelompok ke dalam kategori berdasarkan Mundilarto (2012:68)
Tabel 3.7
Kategori Process of Science
No. Rentang Skor Kategori
1 11-21 Kurang
2 22-32 Cukup
3 33-44 Baik
3. Produk (Domain III)
Produk berupa poster yang telah dibuat oleh setiap kelompok akan dinilai sesuai rubrik pada Lampiran C.4.1. Kemudian skor yang didapat siswa akan diubah ke nilai dengan persamaan
(28)
Nilai yang didapat dikategorikan berdasarkan kategori dalam Mardiah (2011:62)
Tabel 3.8 Kategori Nilai Produk
Interval Kategori nilai Keterangan
85-100 A Baik sekali
75-84 B Baik
60-74 C Cukup
40-59 D Kurang
0-39 E Kurang sekali
4. Tes Dilema Moral (Domain IV)
Setelah siswa diberi soal tes dilema moral, peneliti mendapatkan jawaban siswa yang bermacam-macam. Kemudian peneliti menganalisis jawaban siswa dengan melihat aspek-aspek dalam moral knowing dan moral feeling. Setelah itu jumlah siswa yang menjawab dipersentasekan sesuai persamaan 3.8 sehingga didapat persentase semua aspek karakter yang telah dimiliki oleh siswa.
∑ ∑
5. Keterlaksanaan model
Pengolahan lembar observasi keterlaksanaan model diolah dengan menghitung persentase keterlaksanaan sesuai persamaan 3.9. Kemudian persentase yang didapat dikategorikan ke dalan kriteria keterlaksanaan menurut Mundilarto (2012:68)sesuai tabel 3.9.
(29)
Tabel 3.9
Kriteria Keterlaksanaan Model Pembelajaran
% Keterlaksanaan Model Kriteria
0-32 Kurang
33-65 Cukup
(30)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Dari beberapa rangkaian penyelesaian skripsi yang dimulai dengan studi literatur dan studi lapangan, kajian pustaka, pelaksanaan penelitian hingga proses pengolahan data, maka dapat diperoleh kesimpulan dan saran yang akan bermanfaat bagi pelaksanaan pembelajaran di lapangan serta penelitian-penelitian selanjutnya.
A.Kesimpulan
Setelah diterapkan pembelajaran terpadu model webbed pada tema efek penggunaan rokok, ada peningkatan hasil belajar pada domain I (knowledge domain) serta diperoleh profil karakter siswa.
1. Hasil Belajar
a. Pada domain I, terdapat peningkatan hasil belajar dengan gain yang dinormalisasi sebesar 0,49 yang berkategori sedang. Hal ini menandakan bahwa ada penerapan pembelajaran terpadu model webbed
dapat dirasakan manfaatnya walapun beberapa siswa masih lemah dalam soal fakta yang berkaitan dengan mata pelajaran Matematika. b. Pada domain II, profil proses sains siswa sudah agak terlihat. Beberapa
aspek proses sains seperti membuat prediksi, menyusun alat, melakukan pengamatan, dan presentasi sudah terlihat dengan aspek paling tinggi yaitu melakukan presentasi dan aspek paling rendah yaitu penyusunan alat. Skor rata-rata yang diperoleh adalah 30,78 dengan kategori cukup. c. Pada domain III, profil kreatifitas siswa dalam pembuatan produk
berupa poster sains sudah terlihat. Rata-rata nilai yang didapat adalah 23,57 dengan kategori cukup. Salah satu hal yang membuat domain ini belum maksimal adalah penguasaan konsep siswa pada domain I yang belum maksimal.
(31)
2. Profil Karakter
Setelah diterapkan pembelajaran terpadu model webbed, beberapa aspek karakter siswa sudah muncul. Karakter moral knowing yang muncul sebesar 87,63% dengan aspek paling tinggi yaitu aspek kesadaran moral dan pemikiran moral dengan persentase 96,29% dan aspek paling rendah adalah aspek penentuan perspektif dengan persentase sebesar 66,67%. Sedangkan persentase moral feeling adalah 82, 09% dengan aspek paling tinggi yaitu aspek hati nurani dengan persentase 100% dan aspek paling rendah adalah aspek kerendahan hati dengan persentase 51,85%.
B.Saran
1. Supaya materi pembelajaran yang diterima siswa utuh, kegiatan penyampaian dalam pembelajaran harus lebih kreatif lagi. Salah satu yang harus ditekankan adalah bagaimana penyampaian yang lebih efektif dalam mata pelajaran Matematika supaya siswa tidak menghafal cara pengerjaan satu jenis soal tetapi siswa dapat memahami berbagai macam soal.
2. Hal yang seringkali ditemui dalam diri siswa saat proses eksperimen adalah malas memahami Lembar Kegiatan Siswa yang diberikan sehingga kegiatan banyak terulur. Untuk itu, diperlukan cara untuk menekankan siswa dalam memahami LKS atau dengan membuat LKS yang lebih mudah dipahami siswa tingkat SMP.
3. Saat pembuatan produk, pastikan peneliti menyampaikan dengan jelas kriteria penilaian produk sehingga produk yang dihasilkan akan maksimal dan tidak keluar dari kriteria yang telah disepakati.
4. Karakter yang muncul dalam penelitian ini masih belum maksimal. Oleh karena itu diperlukan aktifitas dalam setiap sintaks model pembelajaran yang lebih membangkitkan karakter siswa. Selain itu, instrumen yang digunakan untuk mengukur karakter harus lebih dikembangkan sehingga dapat membangkitkan karakter yang belum muncul.
(32)
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, S. (2011). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Ajie, W.S. (2012). Penerapan Metode Science Literacy (SLC) untuk Meningkatkan Literasi Sains dan Membangun Karakter Siswa SMP. Skripsi pada FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Cameron, J.R, Skofronik, J.G, dan Grant, R.M. (2006). Fisika Tubuh Manusia edisi 2. Jakarta: CV Sagung Seto.
Campbell, D. dan Julian C.S. (1963). Experimental and Quasi Experimental Design for Research. Chicago: Ran Mc. Nally Publishing.
Hake, R. (1998). “Interactive-engagement versus traditional methods: A six-thousand-student survey of mechanics test data for introductory physics courses”. 61, (1), 65.
Kurniawan, D. (2011). Pembelajaran Terpadu. Bandung: Pustaka Cendekia Utama.
Mundilarto. (2012). Penilaian Hasil Belajar Fisika. Yogyakarta: UNY Press. Lickona, T. (2012). Educating for character. Jakarta: PT Bumi Aksara. Mardiah. (2011). Penerapan Model Proyek Respons Kreatif Sebagai Upaya
untuk Meningkatkan Pembelajaran Menulis Poster. Skripsi pada FPBS UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Marzuki. (2012). Pendidikan Karakter dan Pengintegrasiannya dalam Pembelajaran. Makalah pada Seminar dan Lokakarya, Kediri.
Pusat Kurikulum dan Perbukuan. (2011). Pembangunan karakter bangsa. Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 65. (2013). Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: tidak diterbitkan.
Sahlan, A. dan Prasetyo, A.T. (2012). Desain Pembelajaran Berbasis Pendidikan Karakter. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Syaadah, E. (2013). Implementasi Pembelajaran IPA Terpadu pada Tema Air dan Kesehatan untuk Meningkatkan Literasi Sains siswa SMP. Skripsi pada FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.
(33)
Sudjana, N. (2010). Penilaian Hasil Belajar Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Suryosubroto. (2009). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Trianto. (2010). Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara. Undang-undang No 20 Tahun 2003. Sistem Pendidikan Nasional.
Wilujeng, I., Setiawan, A., dan Liliasari. (2010). “Kompetensi IPA Terpadu Melalui Pendekatan Keterampilan Proses Mahasiswa S-1 Pendidikan IPA”. Jurnal Cakrawala Pendidikan. (3), 353.
Zuchdi, D. (2011). Pendidikan Karakter. Yogyakarta: UNY Press.
Zuchdi, D. et.al. (2012). Model Pendidikan Karakter. Yogyakarta: UNY Press.
(1)
Nilai yang didapat dikategorikan berdasarkan kategori dalam Mardiah (2011:62)
Tabel 3.8 Kategori Nilai Produk
Interval Kategori nilai Keterangan
85-100 A Baik sekali
75-84 B Baik
60-74 C Cukup
40-59 D Kurang
0-39 E Kurang sekali
4. Tes Dilema Moral (Domain IV)
Setelah siswa diberi soal tes dilema moral, peneliti mendapatkan jawaban siswa yang bermacam-macam. Kemudian peneliti menganalisis jawaban siswa dengan melihat aspek-aspek dalam moral knowing dan moral feeling. Setelah itu jumlah siswa yang menjawab dipersentasekan sesuai persamaan 3.8 sehingga didapat persentase semua aspek karakter yang telah dimiliki oleh siswa.
∑ ∑ 5. Keterlaksanaan model
Pengolahan lembar observasi keterlaksanaan model diolah dengan menghitung persentase keterlaksanaan sesuai persamaan 3.9. Kemudian persentase yang didapat dikategorikan ke dalan kriteria keterlaksanaan menurut Mundilarto (2012:68)sesuai tabel 3.9.
(2)
Tabel 3.9
Kriteria Keterlaksanaan Model Pembelajaran
% Keterlaksanaan Model Kriteria
0-32 Kurang
33-65 Cukup
(3)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Dari beberapa rangkaian penyelesaian skripsi yang dimulai dengan studi literatur dan studi lapangan, kajian pustaka, pelaksanaan penelitian hingga proses pengolahan data, maka dapat diperoleh kesimpulan dan saran yang akan bermanfaat bagi pelaksanaan pembelajaran di lapangan serta penelitian-penelitian selanjutnya.
A.Kesimpulan
Setelah diterapkan pembelajaran terpadu model webbed pada tema efek penggunaan rokok, ada peningkatan hasil belajar pada domain I (knowledge domain) serta diperoleh profil karakter siswa.
1. Hasil Belajar
a. Pada domain I, terdapat peningkatan hasil belajar dengan gain yang dinormalisasi sebesar 0,49 yang berkategori sedang. Hal ini menandakan bahwa ada penerapan pembelajaran terpadu model webbed
dapat dirasakan manfaatnya walapun beberapa siswa masih lemah dalam soal fakta yang berkaitan dengan mata pelajaran Matematika. b. Pada domain II, profil proses sains siswa sudah agak terlihat. Beberapa
aspek proses sains seperti membuat prediksi, menyusun alat, melakukan pengamatan, dan presentasi sudah terlihat dengan aspek paling tinggi yaitu melakukan presentasi dan aspek paling rendah yaitu penyusunan alat. Skor rata-rata yang diperoleh adalah 30,78 dengan kategori cukup. c. Pada domain III, profil kreatifitas siswa dalam pembuatan produk
berupa poster sains sudah terlihat. Rata-rata nilai yang didapat adalah 23,57 dengan kategori cukup. Salah satu hal yang membuat domain ini belum maksimal adalah penguasaan konsep siswa pada domain I yang belum maksimal.
(4)
2. Profil Karakter
Setelah diterapkan pembelajaran terpadu model webbed, beberapa aspek karakter siswa sudah muncul. Karakter moral knowing yang muncul sebesar 87,63% dengan aspek paling tinggi yaitu aspek kesadaran moral dan pemikiran moral dengan persentase 96,29% dan aspek paling rendah adalah aspek penentuan perspektif dengan persentase sebesar 66,67%. Sedangkan persentase moral feeling adalah 82, 09% dengan aspek paling tinggi yaitu aspek hati nurani dengan persentase 100% dan aspek paling rendah adalah aspek kerendahan hati dengan persentase 51,85%.
B.Saran
1. Supaya materi pembelajaran yang diterima siswa utuh, kegiatan penyampaian dalam pembelajaran harus lebih kreatif lagi. Salah satu yang harus ditekankan adalah bagaimana penyampaian yang lebih efektif dalam mata pelajaran Matematika supaya siswa tidak menghafal cara pengerjaan satu jenis soal tetapi siswa dapat memahami berbagai macam soal.
2. Hal yang seringkali ditemui dalam diri siswa saat proses eksperimen adalah malas memahami Lembar Kegiatan Siswa yang diberikan sehingga kegiatan banyak terulur. Untuk itu, diperlukan cara untuk menekankan siswa dalam memahami LKS atau dengan membuat LKS yang lebih mudah dipahami siswa tingkat SMP.
3. Saat pembuatan produk, pastikan peneliti menyampaikan dengan jelas kriteria penilaian produk sehingga produk yang dihasilkan akan maksimal dan tidak keluar dari kriteria yang telah disepakati.
4. Karakter yang muncul dalam penelitian ini masih belum maksimal. Oleh karena itu diperlukan aktifitas dalam setiap sintaks model pembelajaran yang lebih membangkitkan karakter siswa. Selain itu, instrumen yang digunakan untuk mengukur karakter harus lebih dikembangkan sehingga dapat membangkitkan karakter yang belum muncul.
(5)
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, S. (2011). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Ajie, W.S. (2012). Penerapan Metode Science Literacy (SLC) untuk Meningkatkan Literasi Sains dan Membangun Karakter Siswa SMP. Skripsi pada FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Cameron, J.R, Skofronik, J.G, dan Grant, R.M. (2006). Fisika Tubuh Manusia edisi 2. Jakarta: CV Sagung Seto.
Campbell, D. dan Julian C.S. (1963). Experimental and Quasi Experimental Design for Research. Chicago: Ran Mc. Nally Publishing.
Hake, R. (1998). “Interactive-engagement versus traditional methods: A six-thousand-student survey of mechanics test data for introductory
physics courses”. 61, (1), 65.
Kurniawan, D. (2011). Pembelajaran Terpadu. Bandung: Pustaka Cendekia Utama.
Mundilarto. (2012). Penilaian Hasil Belajar Fisika. Yogyakarta: UNY Press. Lickona, T. (2012). Educating for character. Jakarta: PT Bumi Aksara. Mardiah. (2011). Penerapan Model Proyek Respons Kreatif Sebagai Upaya
untuk Meningkatkan Pembelajaran Menulis Poster. Skripsi pada FPBS UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Marzuki. (2012). Pendidikan Karakter dan Pengintegrasiannya dalam Pembelajaran. Makalah pada Seminar dan Lokakarya, Kediri.
Pusat Kurikulum dan Perbukuan. (2011). Pembangunan karakter bangsa. Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 65. (2013). Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: tidak diterbitkan.
Sahlan, A. dan Prasetyo, A.T. (2012). Desain Pembelajaran Berbasis Pendidikan Karakter. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
(6)
Sudjana, N. (2010). Penilaian Hasil Belajar Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Suryosubroto. (2009). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Trianto. (2010). Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara. Undang-undang No 20 Tahun 2003. Sistem Pendidikan Nasional.
Wilujeng, I., Setiawan, A., dan Liliasari. (2010). “Kompetensi IPA Terpadu Melalui Pendekatan Keterampilan Proses Mahasiswa S-1 Pendidikan IPA”. Jurnal Cakrawala Pendidikan. (3), 353.
Zuchdi, D. (2011). Pendidikan Karakter. Yogyakarta: UNY Press.
Zuchdi, D. et.al. (2012). Model Pendidikan Karakter. Yogyakarta: UNY Press.