FAKTOR-FAKTOR KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA DIKLAT MENGGAMBAR LAY-OUT DESAIN INTERIOR DAN EKSTERIOR (MLDIE) DI SMK NEGERI 1 KOTA SUKABUMI.

(1)

FAKTOR-FAKTOR KESULITAN BELAJAR SISWA

PADA MATA DIKLAT MENGGAMBAR LAY-OUT

DESAIN INTERIOR DAN EKSTERIOR (MLDIE)

(Penelitian terhadap Siswa SMK Negeri 1 Kota Sukabumi

Kompetensi Keahlian Teknik Gambar Bangunan Tahun Ajaran 2012/2013)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan di Jurusan Pendidikan Teknik Arsitektur FPTK UPI

Oleh:

DWI ISMIYANTI

0902049

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2013


(2)

Faktor-Faktor Kesulitan Belajar

Siswa Pada Mata Diklat

Menggambar Lay-Out Desain

Interior Dan Eksterior (MLDIE)

Oleh Dwi Ismiyanti

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan

© Dwi Ismiyanti 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

November 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

FAKTOR-FAKTOR KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA DIKLAT MENGGAMBAR LAY-OUT DESAIN INTERIOR DAN

EKSTERIOR (MLDIE)

OLEH DWI ISMIYANTI

0902049

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING: Pembimbing I,

Lilis Widaningsih M.T NIP. 19711022 199802 2 001

Pembimbing II,

Adi Ardiansyah, S.Pd., M.T. NIP. 19750123 200812 1 001

Mengetahui: Ketua

Jurusan Pendidikan Teknik Arsitektur

Dra. RR. Tjahyani Busono, M.T. NIP. 19621231 1988032 005


(4)

FAKTOR-FAKTOR KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA DIKLAT MENGGAMBAR LAY-OUT DESAIN INTERIOR DAN

EKSTERIOR (MLDIE) DI SMK NEGERI 1 KOTA SUKABUMI

(Penelitian terhadap Siswa SMK Negeri 1 Kota Sukabumi Kompetensi Keahlian Teknik Gambar Bangunan Tahun Ajaran 2012/2013)

Dwi Ismiyanti (0902049)

ABSTRAK

Belajar merupakan aktivitas yang dilakukan oleh seseorang untuk mendapatkan perubahan pada dirinya melalui pelatihan-pelatihan dan pengalaman-pengalaman yang dia dapatkan dari lingkungan sekitarnya. Menggambar Lay-out Desain Interior dan Eksterior (MLDIE) merupakan salah satu mata diklat di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 1 Kota Sukabumi. Pada mata diklat MLDIE ini peserta didik dituntut untuk dapat menggambar desain interior dan eksterior. Namun dalam pelaksaan pembelajaran MLDIE sering kali ditemui peserta didik yang mengalami kesulitan belajar, yang salah satunya ditandai dengan keterlambatan pengumpulan tugas siswa.

Maksud penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang menyebabkan kesulitan belajar peserta didik pada mata diklat MLDIE di SMK Negeri 1 Kota Sukabumi. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan deskriptif kuantitatif. Instrumen yang dipakai adalah kuesioner atau angket yang dibagikan kepada 32 responden, yaitu peserta didik kelas X TGB tahun pelajaran 2012/2013 di SMK Negeri 1 Kota Sukabumi.

Dari penelitian yang telah dilaksanakan, terdapat dua faktor kesulitan belajar pada peserta didik, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Berdasarkan dari data yang didapat, faktor internal peserta didik memiliki nilai lebih tinggi daripada faktor eksternal peserta didik pada kesulitan belajar (62.43% > 37.57%), dengan bakat peserta didik sebagai indikator pada aspek internal yang paling memiliki kecenderungan besar. Sedangkan Lingkungan Keluarga merupakan indikator yang paling memiliki kecenderungan paling tinggi pada aspek eksternal. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan untuk SMK Negeri 1 Kota Sukabumi dalam mengenal dan mengatasi kesulitan belajar pada peserta didik pada mata diklat MLDIE.

Kata kunci : Kesulitan belajar. Faktor Internal dan Eksternal. Mata Diklat Menggambar Lay-out Desain Interior dan Eksterior.


(5)

FACTORS ON STUDENT LEARNING DIFFICULTIES DRAWING LESSONS INTERIOR DESIGN LAY-OUT AND EXTERIOR (MLDIE)

(Research on the Students of SMK Negeri 1 Kota Sukabumi Skills Competency Architecture Engineering Academic Year 2012/2013)

Dwi Ismiyanti (0902049)

ABSTRACT

Learning is an activity undertaken by a person to obtain a change in him through training and experiences he got from the surrounding environment. Lay - out drawing Interior and Exterior Design (MLDIE) is one of the subjects in the Vocational School (SMKN) 1 Sukabumi. In the eyes of this MLDIE training students are required to draw the design of the interior and exterior. However, in the implementation of learning MLDIE often encountered students who have difficulty learning, which is marked by delay collecting student assignments.

Intent of this study was to determine what factors are causing learning difficulties of students in subjects MLDIE in SMKN 1 Sukabumi. This study uses descriptive quantitative approach. The instrument used was a questionnaire or a questionnaire which was distributed to 32 respondents, is a student of class X TGB school year 2012/2013 at SMKN 1 Sukabumi.

From the research that has been conducted, there are two factors in the learning difficulties of students, ie internal factors and external factors. Based on the data obtained, the internal factors learners have a higher value than external factors in the learning difficulties of students (62.43 % > 37.57 %), with the learner as an indicator of talent on the internal aspect has a great tendency. While the family environment is an indicator of the most have the highest propensity to external aspects. The results of this study are expected to be input to SMKN 1 Sukabumi in identifying and addressing learning difficulties of students in subjects MLDIE.

Keywords : Difficulty learning. Internal and External Factors. Drawing Lesson Lay Out Interior and Exterior Design.


(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK i

KATA PENGANTAR ii

UCAPAN TERIMA KASIH iii

DAFTAR ISI v

DAFTAR ISTILAH viii

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR BAGAN x

DAFTAR GAMBAR xi

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1.Latar Belakang Masalah 1

1.2.Identifikasi Masalah 3

1.3.Pembatasan Masalah 3

1.4.Perumusan Masalah 4

1.5.Tujuan Penelitian 4

1.6.Manfaat Penelitian 4

1.7.Penjelasan Istilah dalam Judul 5

BAB II LANDASAN TEORI 7

2.1.Teori Belajar 7

2.1.1. Pengertian Belajar 7

2.1.2. Proses Belajar 9

2.2.Pengertian Kesulitan Belajar 12

2.3. Faktor-Faktor Kesulitan Belajar 14

2.3.1. Faktor Internal 14

2.3.2. Faktor Eksternal 23

2.4.Tinjauan Mengenai Kesulitan Belajar 29

2.4.1. Pengertian dan Gejala Kesulitan Belajar 29

2.4.2. Jenis-Jenis Kesulitan Belajar 29


(7)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 33

3.1.Metode Penelitian 33

3.2.Alur Penelitian 34

3.3.Data dan Sumber Data 35

3.3.1. Data 35

3.3.2. Sumber Data 35

3.4.Populasi dan Sampel Penelitian 35

3.4.1. Populasi 35

3.4.2 Sampel 35

3.5. Teknik Pengumpulan Data 36

3.6. Kisi-Kisi dan Instrumen Penelitian 37

3.6.1. Kisi-Kisi Penelitian 37

3.6.2. Instrumen Penelitian 37

3.7. Teknik Pengujian Instrumen 38

3.7.1. Uji Validitas 38

3.7.2. Uji Reabilitas 39

3.8. Teknik Analisis Data 40

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 42

4.1. Deskripsi Data 42

4.1.1. Pelaksanaan Penelitian 44

4.1.2. Pengujian Instrumen Penelitian 45

4.1.2.1. Uji Validitas 45

4.1.2.2. Uji Realibilitas 46

4.2. Hasil Penelitian 48

4.2.1 Aspek Internal 48

4.2.2 Aspek Eksternal 54

4.2.3 Persentase Aspek Internal dan Aspek Eksternal 58


(8)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 62

5.1.Kesimpulan 62

5.2.Saran 63

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(9)

DAFTAR ISTILAH

SMK : Sekolah Menengah Kejuruan (hal. 1)

TGB : Teknik Gambar Bangunan (hal. 2)

MLDIE : Menggambar Lay-out Desain Interior dan Eksterior (hal. 2)


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Sampel Penelitian 36

Tabel 3.2 Kisi-kisi Penelitian 37

Tabel 4.1 Perolehan Skor Responden 43

Tabel 4.2 Hasil Pengujian Validitas Angket 46

Tabel 4.3 Interpretasi Tiap Indikator pada Aspek Internal 53

Tabel 4.4 Interpretasi Tiap Indikator pada Aspek Eksternal 57


(11)

DAFTAR BAGAN

Bagan 3.1 Alur Penelitian 34

Bagan 4.1 Diagram Batang Persentase Perolehan Skor pada Aspek Internal

Berdasarkan Indikator 48

Bagan 4.2 Diagram Pie Interpretasi Tiap Indikator pada Aspek Internal 53

Bagan 4.3 Diagram Batang Persentase Perolehan Skor pada Aspek Eksternal

Berdasarkan Indikator 54

Bagan 4.4 Diagram Pie Interpretasi Tiap Indikator pada Aspek Eksternal 57


(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Peneliti sedang Menjelaskan Cara Pengisian Kuesioner kepada

Responden 44

Gambar 4.2 Pelaksanaan Pengisian Kuesioner oleh Responden 44


(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Saat ini pendidikan merupakan kebutuhan primer setiap manusia. Pada umumnya pendidikan berarti daya upaya memajukan budi pekerti, pikiran dan jasmani selaras dengan alam dan masyarakat. Selain itu, pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang.

Menurut Carter V. Good dalam Dictionary of Education, pendidikan adalah, (1) proses pengembangan kecakapan seseorang dalam bentuk sikap dan perilaku yang berlaku dalam masyarakat, (2) proses sosial ketika seseorang dipengaruhi oleh suatu lingkungan yang terpimpin (sekolah), sehingga dia dapat mencapai kecakapan sosial dan mengembangkan pribadinya.

Lingkungan pendidikan yang berpotensi besar untuk membantu peserta didik mencapai perkembangan salah satunya adalah sekolah. Sekolah adalah lembaga yang dirancang untuk pengajaran peserta didik dibawah pengawasan guru atau pendidik. Di sekolah seseorang dapat mempelajari banyak hal dan dapat memperoleh ilmu dari guru maupun dengan belajar sendiri. Dengan kegiatan belajar mengajar tersebut memberikan dampak perubahan bagi peserta didik. Dalam pendidikan formal di indonesia terdapat beberapa tingkatan sekolah yaitu sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah, sekolah menengah pertama/madrasah tsanawiyah dan sekolah menengah atas/sekolah menengak kejuruan/madrasah aliyah.

Sekolah menengah kejuruan (SMK) adalah suatu sekolah kejuruan yang memprioritaskan bidang keahlian, dimana peserta didik mempelajari bidang yang mereka pilih dan mereka diberi arahan. Tujuan pelatihan ini untuk mempersiapkan anak didiknya kedunia industri atau dunia kerja sebagai sumber daya manusia yang unggul. SMK Negeri 1 Kota Sukabumi merupakan salah satu sekolah kejuruan yang berstandar internasional yang berperan sebagai salah satu


(14)

lembaga formal di bidang teknologi dan industri. Terdapat delapan kompetensi keahlian yang salah satunya adalah Teknik Gambar Bangunan (TGB).

Salah satu mata diklat yang terdapat di kompetensi keahlian TGB di SMK Negeri 1 Kota Sukabumi adalah Menggambar Lay-out Desain Interior dan Eksterior (MLDIE). Standar Kompetensi Menggambar Lay-out Desain Interior dan Eksterior (MLDIE) Kompetensi Keahlian TGB Tahun 2012/2013 untuk memenuhi kompetensi dasar sebagai berikut: (1) Mengidentifikasi elemen ruang, dekorasi interior dan eksterior; (2) Mendeskripsikan ruangan, estetika, dekorasi interior dan eksterior; (3) Membaca gambar lay-out dekorasi interior dan eksterior; (4) Mendeskripsikan fungsi suasana, harmonisasi interior dan eksterior.

Peserta didik atau siswa adalah unsur yang sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar. Setiap peserta didik pada prinsipnya tentu berhak memperoleh peluang untuk mencapai kinerja akademik yang memuaskan. Namun, dari kenyataan sehari-hari tampak jelas bahwa peserta didik tertentu pasti memiliki perbedaan dalam hal kemampuan intelektual, kemampuan fisik, latar belakang keluarga, kebiasaan dan pendekatan belajar yang terkadang sangat mencolok antara seorang peserta didik dengan peserta didik lainnya.

Prestasi belajar yang memuaskan dapat diraih oleh setiap peserta didik jika mereka dapat belajar secara wajar, terhindar dari berbagai ancaman, hambatan dan gangguan. Namun ancaman, hambatan, dan gangguan tersebut dialami oleh peserta didik tertentu sehingga mereka mengalami kesulitan dalam belajar. Pada tingkat tertentu memang ada peserta didik yang dapat mengatasi kesulitan belajarnya tanpa harus melibatkan orang lain. Tetapi pada kasus-kasus tertentu, peserta didik belum mampu mengatasi kesulitan belajarnya maka bantuan guru atau orang lain sangat diperlukan oleh peserta didik.

Fenomena kesulitan belajar seorang peserta didik biasanya tampak jelas dari menurunnya kinerja akademik atau belajarnya. Namun, kesulitan belajar juga dapat dibuktikan denga munculnya kelainan prilaku (Misbehavior) peserta didik seperti kesukaan berteriak di dalam kelas, megusik teman, berkelahi, sering tidak masuk sekolah dan sering minggat dari sekolah. Menurut para ahli pendidikan, hasil belajar yang dicapai oleh para peserta didik dipengaruhi oleh dua faktor


(15)

3

utama, yakni faktor yang terdapat dalam diri peserta didik itu sendiri yang disebut faktor internal, dan yang terdapat diluar diri peserta didik yang disebut dengan eksternal.

Hal tersebut menjadi masalah yang peneliti lihat selama melakukan Praktek Latihan Profesi. Peneliti melihat hampir semua peserta didik yang mengikuti Standar Kompetensi Menggambar Lay-out Desain Interior dan Eksterior mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugas, sehingga terlambat dalam mengumpukan tugas. Selain itu dilihat dari nilai Ujian Tengah Semester, masih banyak peserta didik yang mendapatkan nilai yang rendah. Hal tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor kesulitan dalam belajar, baik dari faktor internal maupun faktor eksternal.

Berdasarkan kondisi tersebut di atas, untuk mengetahui lebih lanjut mengenai permasalahan yang terjadi, penulis melakukan penelitian mengenai “Faktor-faktor Kesulitan Belajar Peserta Didik pada Mata Diklat Menggambar Lay-out Desain Interior dan Eksterior (MLDIE)”.

1.2.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, masalah yang ada dapat diidentifikasikan untuk memperjelas kondisi. Adanya kesulitan belajar yang dialami oleh peserta didik pada Mata Diklat Menggambar Layout Desain Interior dan Eksterior (MLDIE), yaitu:

1. Adanya sejumlah peserta didik yang mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugas.

2. Banyaknya peserta didik yang terlambat mengumpulkan tugas karena diakibatkan belum selesai dikerjakan.

3. Adanya ketidaktelitian sejumlah peserta didik dalam mengerjakan tugas.

1.3.Pembatasan Masalah

Untuk mempermudah di dalam penelitian skripsi ini, penulis membatasi pembahasan dalam penelitian agar tidak terlalu meluas dari isi penelitian, penulis memberikan batasan masalah sebagai berikut:


(16)

1. Faktor internal (Fisiologis, Psikologis)

2. Faktor eksternal (Lingkungan Sosial, Lingkungan Non Sosial)

1.4.Perumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah, dapat penulis rumuskan masalah sebagia berikut:

1. Faktor internal apa saja yang dapat mempengaruhi kesulitan belajar peserta didik?

2. Faktor eksternal apa saja yang dapat mempengaruhi kesulitan belajar peserta didik?

1.5.Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui faktor internal apa yang dapat mempengaruhi kesulitan belajar pada Standar Kompetensi Menggambar Lay-out Desain Interior dan Eksterior (MLDIE) di SMK Negeri 1 Kota Sukabumi.

2. Mengetahui faktor eksternal apa yang dapat mempengaruhi kesulitan belajar pada Standar Kompetensi Menggambar Lay-out Desain Interior dan Eksterior (MLDIE) di SMK Negeri 1 Kota Sukabumi.

1.6.Manfaat Penelitian

1. Bagi guru mata diklat, memudahkan mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi peserta didik dalam proses belajar, untuk selanjutnya diantisipasi dan ditindaklanjuti, sehingga diharapkan guru dapat menentukan metode pembelajaran dan memberi perhatian kepada peserta didik agar tujuan pembelajaran tercapai.

2. Bagi SMK Negeri 1 Kota Sukabumi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu sekolah dalam memberikan informasi untuk menentukan kebijakan dan mengembangkan target kompetensi dasar dari Standar Kompetensi Menggambar Lay-out Desain Interior dan Eksterior baik bagi peserta didik maupun para pendidik.


(17)

5

3. Penelitian ini pun bermanfaat bagi peneliti agar peneliti dapat mengembangkan pemikiran dan pengetahuan dalam mengatasi masalah dan memberikan pengetahuan dan pengalaman yang bernilai di dalam penelitian tentang pendidikan.

1.7.Penjelasan Istilah dalam Judul

Untuk menghindari kesalah pahaman dalam menafsirkan istilah-istilah yang dipergunakan dalam judul penelitian ini, maka perlu dibuat penjelasan istilah sesuai dengan judul penelitian ini yaitu “Faktor-faktor Kesulitan Belajar Peserta Didik pada Mata Diklat Menggambar Lay-out Desain Interior dan Eksterior (MLDIE)”. Istilah-istilah yang dijelaskan diantaranya:

1. Faktor menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2000:93): adalah “hal (keadaan peristiwa) yang ikut menyebabkan (mempengaruhi) terjadinya sesuatu.”

2. Kesulitan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2000:337): adalah sesuatu (keadaan) tersembunyi, dirahasiakan, sukar diketahui, dan tidak terang-terangan

3. Belajar menurut Hintzman (Syah, 2010:88) adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme yang disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut.

4. Kesukaran belajar adalah sekelompok disorder yang mempengaruhi beberapa kemampuan akademis dan fungsional termasuk kemampuan untuk berbicara, mendengarkan, membaca, menullis, mengeja dan mengkoordinasikan informasi. (Aunurrahman, 2009:187)

5. Faktor-faktor kesulitan belajar siswa merupakan suatu keadaan yang ditandai dengan adanya hambatan-hambatan dalam suatu kegiatan mencapai tujuan tertentu. Kesulitan belajar yang bersumber dari dalam diri siswa itu sendiri (faktor internal) dan ada pula dari lingkungan luar siswa (faktor eksternal). 6. Teknik Gambar Bangunan merupakan salah satu kompetensi keahlian di

SMK Negeri 1 Kota Sukabumi yang berfokus pada keahlian di bidang ilmu gambar konstruksi dan bangunan.


(18)

7. Menggambar Lay-out Desain Interior dan Eksterior (MLDIE) adalah salah satu mata diklat yang diajarkan di SMK Negeri 1 Kota Sukabumi pada program keahlian Teknik Gambar Bangunan pada kelas X TGB.

Jadi, faktor-faktor kesulitan belajar Teknik Gambar Bangunan di SMK Negeri 1 Kota Sukabumi dapat diartikan sebagai keadaan yang ikut menyebabkan terjadinya kesukaran belajar yang memengaruhi kemampuan akademis dan fungsional pada Standar Kompetensi Menggambar Lay-out Desain Interior dan Eksterior (MLDIE).


(19)

Dwi Ismiyanti, 2013

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian

Dalam sebuah penelitian, perlu ditetapkan metode yang harus dipakai untuk memberikan gambaran kepada peneliti tentang bagaimana langkah-langkah penelitian dilakukan sehingga permasalahan dapat dipecahkan. Dalam penelitian ini metode yang penulis gunakan adalah metode penelitian kuantitatif deskriptif. Metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan interprestasi yang tepat, dengan tujuan untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.

Menurut Mahsyuri (2008), Metode deskriptif (survey) mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1. Memberikan gambaran terhadap fenomena-fenomena 2. Menerapkan hubungan (kolerasi)

3. Menguji hipotesis yang diajukan 4. Membuat prediksi kejadian

5. Memberikan arti atau makna atau implikasi pada suatu masalah yang diteliti. Jadi penelitian ini memiliki cakupan yang luas.

Data hasil analisis dalam kuantitatif biasanya disajikan menggunakan tabel, tabel distribusi frekuensi, grafik garis atau batang, diagram lingkaran (piechart), dan pictogram. Pembahasan terhadap hasil penelitian akan disertakan penjelasan yang mendalam dan interprestasi terhadap data-data yang telah disajikan untuk kemudian menghasilkan kesimpulan yang berisikan jawaban singkat terhadap rumusan masalah berdasarkan data yang telah dikumpulkan.


(20)

Dwi Ismiyanti, 2013 3.2 Alur Penelitian

TEMUAN / HASIL PENELITIAN ANALISIS DATA

PENELITIAN

Menurut Slameto (2003:54)

 Lingkungan sosial

 Lingkungan masyarakat  Lingkungan keluarga  Lingkungan sekolah  Lingkungan non sosial

 Lingkungan alamiah  Faktor instrumental

Menurut Slameto (2003:54)

 Faktor Fisiologis

 Kondisi fisik

 Faktor Psikologis  Motivasi / motif

 Minat

 Perhatian

 Kebiasaan belajar

 Intelegensi

 Sikap

 Bakat

 Cita-cita FAKTOR EKSTERNAL FAKTOR INTERNAL FAKTOR KESULITAN BELAJAR INSTRUMEN PENELITIAN Angket METODE PENELITIAN Deskriptif Kuantitatif Siswa Kelas X TGB SMKN 1


(21)

35

Dwi Ismiyanti, 2013

3.3 Data dan Sumber Data 3.3.1.Data

Data merupakan keseluruhan objek penelitian yang akan menjadi materi dalam penelitian yaitu berupa kuesioner mengenai tingkat kesulitan belajar pada Standar Kompetensi Menggambar Lay-out Desain Interior dan Eksterior (MLDIE).

3.3.2.Sumber Data

Menurut Arikonto (2006), “sumber data penelitian adalah subjek dimana data dapat diperoleh”. Apabila penelitian menggunakan kuesioner

atau wawancara dalam pengumpulan data, maka sumber data disebur responden, yaitu orang yang merespon atau menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti, baik pertanyaan tertulis maupun lisan. Responden yang menjadi sumber data dalam penelitian ini merupakan peserta didik kelas X TGB SMK Negeri 1 Kota Sukabumi.

3.4 Populasi dan Sampel 3.4.1.Populasi

Populasi merupakan keseluruhan dari subjek penelitian. Sugiyono mengemukakan bahwa (2006) ”Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.”

Berdasarkan definisi di atas dan berdasarkan masalah yang diteliti maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas X pada Kompetensi Keahlian Teknik Gambar Bangunan SMK Negeri 1 Kota Sukabumi.

KESIMPULAN Bagan 3.1. Alur Penelitian


(22)

Dwi Ismiyanti, 2013 3.4.2.Sampel

Sampel adalah sebagian populasi yang diambil sebagai sumber data dengan menggunakan cara tertentu sehingga sampel tersebut mewakili populasi keseluruhan.

Dalam penentuan sampel untuk penelitian ini penulis mengacu pada pendapat Suharsimi Arikunto sebagai berikut:

"...apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi.

Tabel 3.1. Sampel Penelitian

No. Kelas Sampel

1. X TGB 32 orang

Jumlah 32 orang

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Untuk melaksanakan penelitian dan memperoleh data yang diperlukan, maka teknik pengumpulan data perlu ditentukan. Untuk teknik pengumpulan data yang penulis gunakan adalah teknik angket.

Menurut Suharsimi Arikunto (2002), " kuesioner atau angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal- hal yang ia ketahui".

Dalam hal ini angket digunakan untuk mendapatkan gambaran sejauh mana kesulitan belajar yang dihadapi siswa pada waktu mempelajari mata diklat MLDIE.

Bentuk angket yan g disebar adalah angket tertutup, yaitu pada setiap penyataan disediakan sejumlah alternatif jawaban untuk dipilih oleh setiap responden dengan menggunakan kategori likert skala penilaian empat. Angket yang disebarkan sebanyak 32 eksemplar dan kembali dengan lengkap.


(23)

37

Dwi Ismiyanti, 2013

3.6 Kisi-kisi dan Instrumen Penelitian 3.6.1.Kisi-kisi Penelitian

Tabel 3.2. Kisi-kisi Penelitian

NO. ASPEK INDIKATOR NO. ITEM RESPONDEN

1. Internal

 Faktor Fisiologis

Peserta didik kelas X TGB SMK Negeri 1 Kota Sukabumi

 Kondisi fisik 10,15,24,31,40,58

 Faktor Psikologis

 Motivasi / motif 11,25,32,52

 Minat 4,17,46,60

 Perhatian 3,22,34,51

 Kebiasaan belajar 14,23,38,44

 Intelegensi 2,19,33,49

 Sikap 12,20,37,39

 Bakat 7, 26,45,50

 Cita-cita 1,16,47,57

2. Eksternal

 Lingkungan sosial

 Lingkungan

masyarakat 13,21,42,53

 Lingkungan

keluarga 9,27,35,56

 Lingkungan

sekolah 5,18,30,43,48

 Lingkungan non sosial

 Lingkungan

alamiah 6,28,36,55

 Faktor instrumental 8,29,41,54


(24)

Dwi Ismiyanti, 2013

Menurut Arikunto (2002:151), tentang instrumen penelitian pendidikan bahwa:

“instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. Aspek pokok yang dijadikan kriteria penilaian, yaitu sikap, gerak dan tingkah laku saat objek berada dilokasi.”

Dari pengertian instrumen tersebut dapat diketahui bahwa instrument penelitian digunakan untuk melakukan pengukuran dengan tujuan menghasilkan data yang akurat. Pengujian keakuratan data dari instrumen penelitian dapat menggunakan skala. Peneliti menggunakan skala Likert dalam penelitian ini.

Menurut Sugiyono (2013), “skala likert digunakan untuk mengukur sikap,

pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena

sosial”.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis instrument dengan menggunakan angket atau kuesioner dengan pemberian 4 tingkatan skor dengan ketentuan sebagai berikut:

SS : Sangat Setuju = 4

S : Setuju = 3

TS : Tidak Setuju = 2

STS : Sangat Tidak Setuju = 1

3.7 Teknik Pengujian Instrumen 3.7.1.Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan kevalidan dari suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas yang tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang memiliki validitas rendah. Dalam uji validitas ini digunakan teknik korelasi product moment dikemukakan oleh Pearson dengan rumus sebagai berikut:


(25)

39

Dwi Ismiyanti, 2013

  

 

 

2 2 2 2

Y Y N X X N Y X XY N xy

r

(Arikunto, 2002) dimana:

r

XY = Koefisien kolerasi butir

X = Jumlah skor tiap item

Y = Jumlah skor total item

X2 = Jumlah skor-skor X yang dikuadratkan

Y2 = Jumlah skor-skor Y yang dikuadratkan

XY = Jumlah perkalian X dan Y

N

=

Jumlah sampel

Perhitungannya merupakan perhitungan setiap item, hasil perhitungan tersebut kemudian dikonsultasikan ke dalam tabel harga product moment dengan taraf signifikansi atau pada tinggkat kepercayaan 95 %.

Hasil yang sudah didapat dari rumus product moment terus didistribusikan ke dalam rumus t, dengan rumus sebagai berikut:

2 1 2 t r n r  

 (Riduwan, 2004:137)

Keterangan:

t = uji signifikansi korelasi n = jumlah sampel

r = nilai koefisien korelasi

hasil thitung tersebut kemudian dikonsultasikan dengan harga distribusi ttabel


(26)

Dwi Ismiyanti, 2013

setiap item akan terbukti bila harga thitung > ttabel dengan taraf kepercayaan 95 %

serta derajat kebebasannya(dk) = n - 2. Kriteria pengujian item adalah jika thitung

lebih besar dari harga ttabel maka item tersebut valid.

3.7.2.Uji Reliabilitas

Reliabilitas digunakan untuk mengetahui apakah alat pengumpulan data tersebut menunjukan tingkat ketepatan, tingkat keakuratan, kestabilan atau konsistensi dalam mengungkapkan gejala tertentu dari sekelompok individu walaupun dilaksanakan pada waktu yang berbeda. Uji reliabilitas dilakukan dengan perhitungan menggunakan rumus Spearman Brown:

rb

rb

ri

1

2

(Sugiyono, 2010:185) Dimana:

ri = reabilitas internal seluruh instrument

rb = korelasi product moment antara belahan pertama dan kedua

3.8 Teknik Analisis Data

Tahap ini merupakan tahap analisis data untuk menguji hipotesis dan membuat interpretasi data dari hasil penelitian. Untuk kemudian peneliti memutuskan menyusun data-data apa yang akan dilaporkan dan menguraikannya dalam kesimpulan yang tepat. Dalam penelitan ini, peneliti memakai Uji Kecenderungan untuk menginterpretasikan data.

Uji kecenderungan dilakukan untuk mengetahui gambaran umum variable. Langkah yang dilakukan yaitu dengan cara menaksir rata-rata skor yang diperoleh dibandingkan dengan skor ideal untuk selanjutnya interval skor yang didapatkan kemudian dikategorikan dalam interpretasi tertentu.


(27)

41

Dwi Ismiyanti, 2013

X + 1,5 (Si) > µ = Sangat Tinggi X + 1,5 (Si) < µ > 1,5 (Si) = Tinggi

X - 0,5 (Si) < µ > X + 0,5 (Si) = Cukup X - 1,5 (Si) < µ > X – 0,5 (Si) = Rendah µ < X – 1,5 (Si) = Sangat Rendah Dengan ketentuan:

Xmax = Skor maksimum/tertinggi

Xmin = Skor minimum/terendah

Rata-rata ideal (X) =

2 x xmaxmin

Standar deviasi ideal (Si) =

6

min max x

x

Sedangkan untuk memperoleh persentase perolehan skor digunakan rumus

%

100

x

N

fo

P

(Riduwan, 2007:95) Dengan:

P : Persentase jawaban fo : Jumlah skor yang muncul N : Jumlah skor total/skor ideal

Persentase hasil yang diperoleh kemudian diinterpretasikan melalui interval berikut:

90% - 100% : Sangat Tinggi

61% -89% : Tinggi

50% - 60% : Cukup

35% - 49% : Rendah Kurang dari 35% : Sangat Rendah


(28)

Dwi Ismiyanti, 2013

Kriteria pengujian reliabilitas adalah jika r hit > r tab dengan tingkat kepercayaan 95%, maka angket variable tersebut dikatakan reliabel.


(29)

Dwi Ismiyanti, 2013

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Data

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif deskriptif, sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah siswa kelas X TGB SMK Negeri 1 Kota Sukabumi tahun ajaran 2012/2013, melalui instrumen penelitian angket yaitu faktor-faktor kesulitan belajar siswa dalam mata diklat MLDIE.

Pada saat data untuk melakukan penelitian telah terkumpul, selanjutnya dilakukan pembuatan instrumen penelitian berupa koesioner. Langkah-langkah yang dilakukan adalah membuat kisi-kisi instrumen penelitian, menyusun instrumen penelitian berupa kuesioner yang lalu disampaikan kepada responden. Responden yang dipercaya untuk memberikan penilaian pada instrumen penelitian ini berjumlah 32 responden yang berasal dari sampel penelitian yang adalah kelas X TGB SMK Negeri 1 Kota Sukabumi. Kemudian dilakukan uji validitas dan reliabilitas instrumen, untuk mengetahui apakah data yang didapat valid atau tidak.

Pekerjaan terakhir adalah perhitungan statistik dan pelaporan hasil. Data hasil angket yang telah diperoleh dari responden kemudian ditabulasi ke dalam tabel yang dapat mendeskripsikan semua nilai dan jumlah dari data respon. Tabulasi data ini dibuat untuk mempermudah perhitungan statistik berikutnya, yaitu guna mengetahui nilai kecenderungan. Selanjutnya, hasil perhitungan yang telah dianalisis dituangkan dalam hasil pembahasan penelitian.


(30)

Dwi Ismiyanti, 2013

Berikut data yang diapat dari hasil pengisian kuesioner berupa total skor dari item soal yang telah dijawab oleh responden:

NO. KODE

RESPONDEN SKOR TOTAL

1 R1 114

2 R2 143

3 R3 135

4 R4 160

5 R5 147

6 R6 122

7 R7 122

8 R8 146

9 R9 115

10 R10 131

11 R11 134

12 R12 162

13 R13 136

14 R14 128

15 R15 148

16 R16 138

17 R17 127

18 R18 128

19 R19 136

20 R20 121

21 R21 126

22 R22 145

23 R23 145

24 R24 151

25 R25 127

26 R26 129

27 R27 138

28 R28 132

29 R29 133

30 R30 147

31 R31 157

32 R32 125

Tabel 4.1


(31)

44

Dwi Ismiyanti, 2013

4.1.1. Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan pengisian kuesioner dilakukan pada akhir jam pelajaran sekolah sehingga tidak mengganggu jadwal belajar peserta didik seperti biasanya. Peserta didik diminta untuk mengisi kuesioner dengan cara men-checklist jawaban pada kolom yang dianggap sesuai dengan kenyataan di lapangan. Instrumen penelitian berupa kuesioner dengan soal sebanyak 60 item.

Gambar 4.1

Peneliti sedang Menjelaskan Cara Pengisian Kuesioner kepada Responden Sumber: Dokumentasi Peneliti

Dari jumlah total siswa X TGB sebanyak 32 siswa, peneliti dapat mencapai angka maksimal yaitu 32 siswa. Angka tersebut adalah angka maksimal yang dapat diperoleh oleh peneliti, hal ini karenakan semua siswa kelas X TGB mengikuti proses pembelajaran pada hari penelitian.

Gambar 4.2


(32)

Dwi Ismiyanti, 2013

Sumber: Dokumentasi Peneliti

Gambar 4.3

Pelaksanaan Pengisian Kuesioner oleh Responden Sumber: Dokumentasi Peneliti

4.1.2. Pengujian Instrumen Penelitian

Pengujian instumen merupakan bangian penting dalam penelitian. Dengan instrument yang valid dan reliable dalam pengumpulan data, diharapkan hasil penelitian akan menjadi valid dan realiable. Jadi instrument yang telah teruji validitas dan reabilitasnya akan menjadi penentu syarat mutlak untuk mendapatkan hasil penelitian yang valid dan reliabel.

4.1.2.1. Uji Validitas

Analisis validitas butir instrumen penelitian berupa kuesioner dengan memakai tabel harga product moment dan taraf signifikansi pada tingkat interval 95%.

Perhitungan validitas dilakukan dengan tabulasi menggunakan program Microsoft Excel degan 60 item soal yang diujicobakan pada 32 responden, terdapat 13 item soal yang tidak valid yaitu nomor item 2,6,7,14,18,20,21,29,30,49,52,58 dan 60. Hal tersebut dikarenakan nilai koefisien korelasi item soal tersebut memiliki nilai lebih kecil dari pada koefisien tabel. Oleh sebab itu, dari 60 butir soal yang


(33)

46

Dwi Ismiyanti, 2013

dibuat, hanya 47 butir soal yang akan digunakan pada perhitungan selanjutnya.

NO NO

ITEM KETERANGAN NO

NO

ITEM KETERANGAN

1 1 Valid 31 31 Valid

2 2 Tidak Valid 32 32 Valid

3 3 Valid 33 33 Valid

4 4 Valid 34 34 Valid

5 5 Valid 35 35 Valid

6 6 Tidak Valid 36 36 Valid

7 7 Tidak Valid 37 37 Valid

8 8 Valid 38 38 Valid

9 9 Valid 39 39 Valid

10 10 Valid 40 40 Valid

`11 11 Valid 41 41 Valid

12 12 Valid 42 42 Valid

13 13 Valid 43 43 Valid

14 14 Tidak Valid 44 44 Valid

15 15 Valid 45 45 Valid

16 16 Valid 46 46 Valid

17 17 Valid 47 47 Valid

18 18 Tidak Valid 48 48 Valid

19 19 Valid 49 49 Tidak Valid

20 20 Tidak Valid 50 50 Valid

21 21 Tidak Valid 51 51 Valid

22 22 Valid 52 52 Tidak Valid

23 23 Valid 53 53 Valid

24 24 Valid 54 54 Valid

25 25 Valid 55 55 Valid

26 26 Valid 56 56 Valid

27 27 Valid 57 57 Valid

28 28 Valid 58 58 Tidak Valid

29 29 Tidak Valid 59 59 Valid

30 30 Tidak Valid 60 60 Tidak Valid

Tabel 4.2

Hasil Pengujian Validitas Angket


(34)

Dwi Ismiyanti, 2013

Untuk mengetahui apakah instrumen yang digunakan dapat dipercaya atau tidak sebagai alat pengumpul data maka peneliti menguji reliabilitas dari suatu instrumen yang sudah dibuat. Untuk mengujinya, digunakan Teknik Belah Dua (split half). Dari hasil uji validitas, diambil butir-butir yang valid kemudian di belah menjadi dua kelompok, yaitu kelompok instrumen ganjil dan kelompok instrumen genap. Untuk itu instrument faktor kesulitan belajar dikorelasikan adalah: 1, 3, 5, 9, . . . , 59 dengan 4, 8, 10,12 . . . , 56 (dapat dilihat dari lampiran uji reabilitas).

Setelah dikelompokan kemudian dicari skor total dari masing-masing kelompok, yang kemudian ketika sudah didapat hasilnya akan dicari korelasinya antara kelompok ganjil dan kelompok genap. Setelah dihitung didapatkan indeks korelasi antara keduanya sebesar 0,964. Selanjutnya indeks korelasi yang diperoleh baru menunjukan hubungan antara dua belahan variable instrument, maka untuk memperoleh indeks reabilitas soal harus menggunakan rumus Spearman Brown yaitu:

rb

rb

ri

1

2

(Sugiyono, 2010:185) Dimana:

ri = reabilitas internal seluruh instrument

rb = korelasi product moment antara belahan pertama dan kedua

Jadi reabilitas dari instrumen faktor kesulitan belajar = 0,982. Karena

r

i >

r

b (0,982 > 0,964) maka instrument ini reliabel. Berdasarkan uji coba validitas dan reabilitas instrument ini sudah valid dan reliabel maka instrument ini dapat digunakan untuk pengukuran dalam rangka pengolahan data.


(35)

48

Dwi Ismiyanti, 2013

4.2. Hasil Penelitian

Untuk memberikan deskripsi ketercapaian presentase kedua aspek berdasarkan perolehan skor responden dibanding dengan skor ideal, maka presentase skor akan diinterpretasikan melalui interval sebagai berikut:

90% - 100% : Sangat Tinggi

61% -89% : Tinggi

50% - 60% : Cukup

35% - 49% : Rendah Kurang dari 35% : Sangat Rendah

Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh persentase perolehan skor kedua aspek sebagai berikut:

4.2.1. Aspek Internal

Terdapat 9 indikator pada aspek internal yang menyebabkan kesulitan belajar siswa. Dari hasil pengolahan data yang dilakukan, diperoleh data bahwa persentase dan interpretasi angka tiap indikator faktor-faktor kesulitan belajar pada Standar Kompetensi Menggambar Lay-out Desain Interior dan Eksterior yang muncul dalam aspek internal peserta didik adalah sebagai berikut:


(36)

Dwi Ismiyanti, 2013

Bagan 4.1

Diagram Batang Persentase Perolehan Skor pada Aspek Internal Berdasarkan Indikator

Dilihat pada Bagan 4.1, hasil perhitungan menjelaskan bahwa gambaran umum untuk aspek internal dengan perolehan hasil tertinggi adalah intelegensi dan bakat peserta didik. Berikut ini adalah rincian dari perolehan persentase dan interpretasi angka dari setiap indikator:

1. Kondisi Fisik termasuk dalam kategori sangat rendah dengan skor

persentase yang diperoleh adalah 23.75%. Menurut Shadiq (2007) Peserta didik dengan kondisi fisik yang positif seperti: koordinasi tubuh yang baik (dapat mengatur kerja dari organ-organ tubuh untuk dapat menerima respon/tanggapan terhadap rangsangan), ketahanan tubuh, kesehatan dan fungsionalisasi anggota tubuh yang baik, akan cenderung lebih besar untuk tidak mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran. Namun sebaliknya, peserta didik yang memiliki kondisi fisik yang negatif akan memiliki kencenderungan untuk mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran. Namun kenyataan yang ada peserta didik kelas X TGB di SMK Negeri 1 Kota Sukabumi tidak ada yang menyandang cacat fisik. Seluruh siswa memiliki kondisi fisik yang normal, tetapi ada beberapa peserta didik yang memiliki sedikit gangguan pada penglihatan seperti mata minus atau silindris.


(37)

50

Dwi Ismiyanti, 2013

2. Motivasi/motif termasuk dalam kategori sangat rendah dengan skor persentase yang diperoleh adalah 22.14%. Menurut Mulyasa (2003:112) motivasi adalah tenaga pendorong atau penarik yang menyebabkan adanya tingkah laku ke arah suatu tujuan tertentu. Peserta didik akan bersungguh-sungguh karena memiliki motivasi yang tinggi. Peserta didik yang memiliki motivasi yang tinggi cenderung akan lebih besar untuk tidak mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran. Sedangkan peserta didik yang memiliki motivasi yang rendah akan mudah mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran. Motivasi yang ada pada peserta didik kelas X TGB di SMK Negeri 1 Kota Sukabumi dapat dikategorikan memiliki motivasi belajar yang tinggi dengan diperolehnya hasil penelitian seperti diatas. Artinya hanya beberapa peserta didik yang memiliki motivasi belajar yang kurang.

3. Minat termasuk dalam kategori sangat rendah dengan skor persentase yang diperoleh adalah 25.78%. Peserta didik yang mempunyai minat yang tinggi terhadap belajar cenderung tidak akan mengalami kesulitan dapam proses pembelajaran. Namun sebaliknya, paserta didik yang mempunyai minat yang rendah cenderung akan mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran. Menurut H.C. Witherington yang dikutip Suharsini Arikunto (1983:100), “Minat adalah kesadaran seseorang terhadap suatu objek, suatu masalah atau situasi yang mengandung kaitan dengan

dirinya.” Peserta didik kelas X TGB di SMK Negeri 1 Kota

Sukabumi mempunyai minat belajar yang tinggi dengan indikasi hasil penelitian mengenai minat belajar. Hanya terdapat beberapa peserta didik yang memiliki minat belajar yang kurang, dimana sebagian besar siswa menyukai mata diklat MLDIE.

4. Perhatian termasuk dalam kategori sangat rendah dengan skor persentase yang diperoleh adalah 22.85%. Peserta didik yang


(38)

Dwi Ismiyanti, 2013

memiliki perhatian tinggi terhadap pelajaran misalnya selalu mengikuti pelajaran sampai dengan selesai, akan cenderung lebih bsear untuk tidak mengalami kesulitan dalama belajar. Sebaliknya, peserta didik yang tingkat perhatian terhadap pelajaran yang randah akan cenderung lebih besar mengalami kesulitan dalam proses belajar. Menurut Gazali dalam Slameto (1995:56) "Perhatian adalah keaktifan yang dipertinggi, jiwa itu pun semata-mata tertuju kepada suatu objek (benda/hal) atau sekumpulan objek". Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya, jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa, maka timbulah kebosanan, sehingga ia tidak lagi suka belajar. Bedasarkan hasil dari penelitian dengan banyaknya siswa yang merespon positif pada saat pelajaran MLDIE berlangsung, sehingga terdapat suasana pembelajaran yang aktif dan interaktif.

5. Kebiaasaan termasuk dalam kategori sangat rendah dengan skor persentase yang diperoleh adalah 23.70%. Peserta didik yang memiliki kebiasaan yang positif akan cenderung lebih besar untuk tidak mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran. Namun sebaliknya, peserta didik yang memiliki kebiasaan yang negatif atau buruk akan mudah mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran. Kebiasaan belajar disebabkan oleh ketidakmengertian peserta didik pada arti belajar bagi diri sendiri. Hal ini dapat diperbaiki dengan pembinaan disiplin dan membelajarkan diri. Pemberian penguat dalam keberhasilan belajar dapat mengurangi kebiasaan kurang baik dan membangkitkan harga diri peserta didik. Seperti yang terlihat pada hasil penelitian sebagian besar siswa memiliki kebiasaan belajar yang baik, seperti mengikuti pelajaran MLDIE sampai waktu pelajaran selesai. Selain itu adanya kebiasaan peserta didik yang mencari materi tambahan diluar jam pelajaran.


(39)

52

Dwi Ismiyanti, 2013

6. Intelegensi termasuk dalam kategori sangat rendah dengan skor persentase yang diperoleh adalah 25.78%. Peserta didik yang memiliki intelegensi yang tinggi akan cenderung lebih besar untuk tidak mengalami kesulitan dalam belajar. Sebaliknya untuk peserta didik yang memiliki intelegensi yang rendah akan mudah untuk mengalami kesulitan belajar. Menurut Reber (Syah, 2010:131), intelegensi pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan psikofisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan cara yang tepat. Jadi, intelegensi sebenarnya bukan persoalan kualitas otak saja, melaikan juga kualitas organ-organ tubuh lainnya. Berdasarkan hasil penelitian hanya terdapat beberapa peserta didik yang memiliki intelegensi belajar yang kurang. Dapat dilihat banyaknya peserta didik yang belajar dengan rajin untuk mendapatkan nilai yang baik.

7. Sikap termasuk dalam kategori sangat rendah dengan skor persentase yang diperoleh adalah 22.14%. Peserta didik dengan sikap belajar yang positif (menerima dan peduli) memiliki kecenderungan yang besar untuk tidak mengalami kesulitan belajar. Sebaliknya dengan peserta didik yang memiliki sikap belajar yang negatif (mengacuhkan/ mengabaikan dan menolak) akan mengalami kecenderungan yang lebih besar untuk mengalami kesulitan belajar. Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon (response tendency) dengan cara yang relatif tetap terhadap objek orang, barang, dan sebagainya baik secara positif maupun negatif. Dengan demikian peserta didik kelas X TGB di SMK Negeri 1 Kota Sukabumi telah memiliki sikap yang baik untuk mendukung pembelajaran, dimana tidak adanya penolakan atau mengabaikan selama pelajaran berlangsung. Hanya ada beberapa siswa yang memiliki sikap yang kurang baik, seperti mengobrol dikelas saat pelajaran berlangsung.


(40)

Dwi Ismiyanti, 2013

8. Bakat termasuk dalam kategori sangat rendah dengan skor persentase yang diperoleh adalah 32.29%. Peserta didik yang memiliki bakat yang tinggi terhadap belajar akan cenderung lebih besar untuk tidak mengalami kesulitan dalam belajar. Sebaliknya untuk peserta didik yang memiliki bakat dalam belajar yang rendah akan mudah untuk mengalami kesulitan belajar. Menurut Chaplin,

1972 (Syah, 2010:133) “secara umum, bakat (aptitude) adalah

kemampuan potensial yang dimiliki seorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang.” Berdasarkan dari penelitian terdapat beberapa peserta didik yang kurang memiliki bakat dalam bidang menggambar.

9. Cita-cita termasuk dalam kategori sangat rendah dengan skor persentase yang diperoleh adalah 17.97%. Peserta didik yang memiliki cita-cita yang tinggi akan cenderung lebih besar untuk tidak mengalami kesulitan dalam belajar. Sebaliknya untuk peserta didik yang memiliki intelegensi yang rendah akan mudah untuk mengalami kesulitan belajar. Cita-cita merupakan wujud eksplorasi dan emansipasi diri peserta didik. Didikan pemilikan dan pencapaian cita-cita sebaiknya berpangkal dari kemampuan berprestasi, dimulai dari hal yang sederhana ke yang semakin sulit. Berdasarkan dari penelitian banyak peserta didik memiliki cita-cita dibidang yang berhubungan dengan teknik gambar bangunan.

Dari semua indikator pada aspek internal, maka didapat rincian tingkat persentase interpretasi faktor-faktor kesulitan belajar sebagai berikut:

NO INTERNAL PERSENTASE

1 Kondisi Fisik 10.98%

2 Motivasi/motif 10.23%

3 Minat 11.91%

4 Perhatian 10.56%


(41)

54

Dwi Ismiyanti, 2013

6 Intelegensi 11.91%

7 Sikap 10.23%

8 Bakat 14.92%

9 Cita-cita 8.30%

Jumlah 100%

Tabel 4.3

Interpretasi Tiap Indikator pada Aspek Internal Sumber: Data Peneliti

Bagan 4.2

Diagram Pie Interpretasi Tiap Indikator pada Aspek Internal 4.2.2. Aspek Eksternal

Terdapat 5 indikator pada aspek eksternal yang menyebabkan kesulitan belajar siswa. Dari hasil pengolahan data yang dilakukan, diperoleh data bahwa persentase dan interpretasi angka tiap indikator faktor-faktor kesulitan belajar pada Standar Kompetensi Menggambar Lay-out Desain Interior dan Eksterior yang muncul dalam aspek eksternal peserta didik adalah sebagai berikut:


(42)

Dwi Ismiyanti, 2013

Bagan 4.3

Diagram Batang Persentase Perolehan Skor pada Aspek Eksternal Berdasarkan Indikator

Dilihat pada Bagan 4.3, hasil perhitungan menjelaskan bahwa gambaran umum untuk aspek eksternal dengan perolehan hasil tertinggi adalah Cita-cita pesert didik. Berikut ini adalah rincian dari perolehan persentase dan interpretasi angka dari setiap indikator:

1. Lingkungan masyarakat termasuk dalam kategori sangat rendah dengan skor persentase yang diperoleh adalah 23.70%. Lingkungan masyarakat yang mendukung dan nyaman akan cenderung lebih besar untuk tidak mempengaruhi peserta didik mengalami kesulitan dalam belajar. Sebaliknya, apabila lingkungan masyarakat yang kurang mendukung akan cenderung lebih besar untuk mempengaruhi peserta didik mengalami kesulitan belajar. Kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal peserta didik akan memengaruhi belajar siswa. Lingkungan peserta didik yang kumuh, banyak pengangguran dan anak telantar juga dapat memengaruhi aktivitas belajar siswa, paling tidak siswa kesulitan ketika memerlukan teman belajar, diskusi, atau meminjam alat-alat belajar yang kebetulan belum


(43)

56

Dwi Ismiyanti, 2013

dimilikinya. Berdasarkan persentase hasil penelitian sebagian besar peserta didik berada pada lingkungan masyarakat yang mendukung proses pembelajaran.

2. Lingkungan keluarga termasuk dalam kategori sangat rendah dengan skor persentase yang diperoleh adalah 29.30%. Lingkungan keluarga (perhatian dari orangtua, komunikasi peserta didik dengan orangtua dan keluarga) yang mendukung dan nyaman akan cenderung lebih besar untuk tidak mempengaruhi peserta didik mengalami kesulitan dalam belajar. Sebaliknya, apabila lingkungan keluarga yang kurang mendukung akan cenderung lebih besar untuk mempengaruhi peserta didik mengalami kesulitan belajar. Lingkungan ini sangat memengaruhi kegiatan belajar. Ketegangan keluarga, sifat-sifat orangtua, demografi keluarga (letak rumah), pengelolaan keluarga, semuanya dapat memberi dampak terhadap aktivitas belajar siswa. Hubungan antara anggota keluarga, orangtua, anak, kakak, atau adik yang harmonis akan membantu siswa melakukan aktivitas belajar dengan baik. Berdasarkan dari hasil penelitian ada beberapa peserta didik yang memiliki hubungan yang kurang harmonis dengan keluarganya.

3. Lingkungan sekolah termasuk dalam kategori sangat rendah dengan skor persentase yang diperoleh adalah 26.30%. Lingkungan sekolah (pesepsi peserta didik terhadap guru, relasi antar peserta didik) yang mendukung dan nyaman akan cenderung lebih besar untuk tidak mempengaruhi peserta didik mengalami kesulitan dalam belajar. Sebaliknya, apabila lingkungan sekolah yang kurang mendukung akan cenderung lebih besar untuk mempengaruhi peserta didik mengalami kesulitan belajar. Guru, administrasi, dan teman-teman sekelas dapat memengaruhi proses belajar seorang siswa. Hubungan yang harmonis antara ketiganya dapat menjadi motivasi bagi siswa untuk belajar lebih baik di sekolah. Maka para pendidik, orangtua,


(44)

Dwi Ismiyanti, 2013

dan guru perlu memperhatikan dan memahami bakat yang dimiliki oleh anaknya atau peserta didiknya, antara lain dengan mendukung, ikut mengembangkan, dan tidak memaksa anak untuk memilih jurusan yang tidak sesuai dengan bakatnya. Berdasarkan dari hasil penelitian terdapat beberapa peserta didik yang memiliki masalah atau hubungan yang krang baik di lingkungan sekolah.

4. Lingkungan alamiah termasuk dalam kategori sangat rendah dengan skor persentase yang diperoleh adalah 25.00%. Lingkungan alamiah (iklim dan cuaca) yang mendukung akan cenderung lebih besar untuk tidak mempengaruhi peserta didik mengalami kesulitan dalam belajar. Sebaliknya, apabila lingkungan alamiah yang kurang mendukung akan cenderung lebih besar untuk mempengaruhi peserta didik mengalami kesulitan belajar. Lingkungan alamiah tersebut merupakan faktor-faktor yang dapat memengaruhi aktivitas belajar siswa. Sebaliknya, bila kondisi lingkungan alam tidak mendukung, proses belajar siswa akan terhambat. Dengan demikian hanya beberapa peserta didik yang mengalami keterhambatan belajar ketika kondisi lingkungan kurang mendukung.

5. Instrumental termasuk dalam kategori sangat rendah dengan skor persentase yang diperoleh adalah 25.26%. Instrumental (sarana dan prasarana) yang mendukung akan cenderung lebih besar untuk tidak mempengaruhi peserta didik mengalami kesulitan dalam belajar. Sebaliknya, apabila instrumental yang kurang mendukung akan cenderung lebih besar untuk mempengaruhi peserta didik mengalami kesulitan belajar. Perangkat belajar yang dapat digolongkan dua macam. Pertama, hardware, seperti gedung sekolah, alat-alat belajar, fasilitas belajar, lapangan olahraga dan lain sebagainya. Kedua, software, seperti kurikulum sekolah, peraturan-peraturan sekolah, buku panduan, silabus, dan lain sebagainya. Faktor instrumental sangat berpengaruh dengan hasil belajar peserta didik.


(45)

58

Dwi Ismiyanti, 2013

Berdasarkan dari hasil penelitian terdapat beberapa instrument belajar yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran, seperti kondisi meja gambar yang sudah dimakan usia, kondisi sejumlah kursi peserta didik yang kurang baik, ruang studio yang terdapat kolom di tengah ruangan sehingga penglihatan peserta didik terganggu.

Tabel 4.4

Interpretasi Tiap Indikator pada Aspek Eksternal Sumber: Data Peneliti

Bagan 4.4

Diagram Pie Interpretasi Tiap Indikator pada Aspek Eksternal 4.2.3. Persentase Aspek Internal dan Aspek Eksternal

Dari pengolahan data yang dilakukan, diperoleh data bahwa persentase besarnya faktor-faktor kesulitan belajar siswa pada Mata

NO INTERNAL PERSENTASE

1 Lingkungan Masyarakat 18.29% 2 Lingkungan Keluarga 22.62%

3 Lingkungan Sekolah 20.30%

4 Lingkungan Alamiah 19.30%

5 Instrumental 19.50%


(46)

Dwi Ismiyanti, 2013

Diklat Menggambar Lay-out Desain Interior dan Eksterior (MLDIE) yang muncul dalam aspek internal peserta didik sebanyak 62.43%. Sedangkan pada aspek eksternal peserta didik sebanyak 37.57%.

NO ASPEK PERSENTASE

1 Internal 62.43%

2 Eksternal 37.57%

JUMLAH 100%

Tabel 4.5

Interpretasi Tiap Indikator pada Aspek Internal dan Aspek Eksternal

Bagan 4.5

Diagram PiePerbandingan Persentase Aspek Internal dan Eksternal

4.3. Pembahasan Hasil Penelitian

Pembahasan penelitian bertujuan untuk memberikan gambaran dan hasil yang diperoleh dari penelitian ini. Dari hasil penyebaran angket responden terbagi dalam lima kategori yaitu sangat tinggi, tinggi, cukup, rendah dan sangat rendah. Secara umum, berdasarkan skor yang diperoleh peserta didik yang sudah mengikuti kegiatan pembelajaran Mata Diklat Menggambar Lay-out Desain Interior dan Eksterior termasuk pada kategori sangat rendah. Setelah data responsi peserta didik di deskripsikan, pada umumnya peserta didik memiliki masalah pada semua indikator yang ada namun frekuensinya berbeda-beda, hal ini bisa terlihat dari berbagai indikasi yang telah ditanyakan kepada peserta didik.


(47)

60

Dwi Ismiyanti, 2013

Setelah dilakukan perhitungan pada aspek internal, dapat disimpulkan bahwa indikator yang memiliki nilai tertinggi adalah bakat peserta didik dengan perolehan persentase sebesar 14.92% dari sembilan indikator yang ada. Hal ini antara lain disebabkan oleh kemampuan menggambar peserta didik yang kurang sehingga mengerjakan tugas tidak maksimal. Latihan menggambar yang kurang dari peserta didik sehingga gambar yang dihasilkan kurang maksimal. Menurut Michael, (H. Sunarto, B. Agung Hartono, 1999: 116-117) “kemampuan individu untuk melakukan suatu tugas, yang sedikit sekali atau tidak tergantung pada latihan sebelumnya”.

Selain itu adanya beberapa orangtua yang memaksakan kehendaknya agar peserta didik masuk di jurusan gambar, sedangkan bakat peserta didik tersebut kurang mendukung. Menurut Chaplin, 1972 (Syah, 2010:133) “secara umum, bakat (aptitude) adalah kemampuan potensial yang dimiliki seorang

untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang.” Dari definisi di

atas, bakat dapat dipahami sebagai kamampuan khusus atau suatu pertanda kemampuan yang sangat menonjol atau lebih mencolok yang terdapat pada diri seseorang, yang secara cepat dapat menyelesaikan, merespon dan menerima latihan-latihan, tugas-tugas, atau hal-hal tertentu.

Dengan demikian, sebetulnya setiap orang pasti memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ke tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing. Jadi secara umum bakat itu mirip dengan intelegensi, itulah sebabnya seorang anak memiliki intelegensi sangat cerdas (superior) atau cerdas luar biasa (very superior) disebut juga sebagai talented

child, yakni anak berbakat.

Jadi dapat disimpulkan, bahwa indikator bakat peserta didik dalam aspek internal memiliki kecenderungan muncul pada aspek internal dari pada indikator yang ada pada aspek internal lainnya. Hal ini berarti, jika faktor internal pada indikator bakat tidak dapat mendukung dalam proses pembelajaran, maka akan menyebabkan kesulitan belajar pada peserta didik.


(48)

Dwi Ismiyanti, 2013

Sedangkan pada perhitungan pada aspek eksternal, indikator tertinggi merupakan lingkungan keluarga dengan perolehan persentase sebesar 22.62% dari lima indikator yang ada. Hal ini antara lain disebabkan oleh kurangnya rasa kepedulian dari keluarga kepada peserta didik untuk saling membantu, jika adanya peserta didik yang mengalami kesulitan belajar. Komunikasi siswa dengan orangtua dan keluarga lainnya yang kurang, sehingga siswa merasa tidak mendapat perhatian. Adapula keinginan siswa dengan orangtua yang bertentangan sehingga peserta didik merasa mendapat paksaan. Letak rumah peserta didik yang berada pada lingkungan yang padat dan kumuh sehingga aktivitas belajarnya kurang baik. Lingkungan ini sangat memengaruhi kegiatan belajar. Ketegangan keluarga, sifat-sifat orangtua, demografi keluarga (letak rumah), pengelolaan keluarga, semuanya dapat memberi dampak terhadap aktivitas belajar siswa. Hubungan antara anggota keluarga, orangtua, anak, kakak, atau adik yang harmonis akan membantu siswa melakukan aktivitas belajar dengan baik.

Maka dapat disimpulkan bahwa lingkungan keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama yang mempengaruhi perkembangan dan tingkah laku anak. Di lingkungan keluarga anak mendapatkan perhatian, kasih sayang, dorongan, bimbingan, keteladanan, dan pemenuhan kebutuhan ekonomi dari orangtua sehingga anak dapat mengembangkan segala potensi yang dimilikinya demi perkembangannya di masa mendatang.

Dari penjelasan diatas, bahwa indikator lingkungan keluarga pada aspek eksternal memiliki kecenderungan muncul pada kesulitan belajar peserta didik dari pada aspek lainya. Hal ini berarti, jika faktor eksternal pada indikator lingkungan keluarga peserta didik tidak dapat mendukung dalam proses pembelajaran, maka akan menyebabkan kesulitan belajar pada peserta didik.

Pada umumnya peserta didik memiliki masalah pada semua indikator yang ada namun dengan frekuensi yang berbeda-beda Berdasarkan dari data diatas, dapat dilihat bahwa setiap indikator pada setiap aspek internal dan eksternal termasuk pada kategori sangat rendah. Dimana setiap indikator


(49)

62

Dwi Ismiyanti, 2013

memperoleh skor tidak lebih dari 35%. Dengan demikian, hanya terdapat beberapa peserta didik yang mengalami kesulitan belajar.

Dari interpretasi kedua aspek, yaitu aspek internal dan aspek eksternal, diperoleh data bahwa persentase besarnya faktor-faktor kesulitan belajar siswa pada mata diklat Menggambar Lay-out Desain Interior dan Eksterior yang muncul pada aspek internal sebanyak 62.43%. Sedangkan pada aspek eksternal peserta didik sebanyak 37.57%. Dimana bakat peserta didik tampaknya menjadi masalah yang paling dominan.

Maka dapat disimpulkan bahwa faktor dalam aspek internal memiliki kecenderungan muncul pada kesulitan belajar peserta didik dari pada aspek eksternal. Hal ini berarti, jika faktor-faktor pada aspek internal tidak dapat mendukung dalam proses pembelajaran, maka akan menyebabkan kesulitan belajar pada peserta didik.


(50)

Dwi Ismiyanti, 2013

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono.2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: RinekaCipta

Arifin, Zaenal. 2009. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Rosda Karya

Arikunto, Suharsimi. 2006. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi. Jakarta: Bumi Aksara

Arikunto, Suharsimi, 2010. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek Edisi

Revisi. Jakarta: PT.Rineka Cipta.

Barnadib, Sutari Imam. 1999. Pengantar Ilmu Pendidikan Sistematis. Yogyakarta: Andi Offset.

Budiningsih, Asri, 2004. Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Rineka Cipta. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2000. Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Jakarta: Depdikbud.

Dimyati. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Depdikbud. Djamarah, B.S. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta. Djiwandono. 2002. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Grasindo.

Gunarsa, Singgih, D. 2004. Psikologi Perkembangan Anak, Remaja dan

Keluarga. Jakarta: PT. Gunung Mulia.

Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Hasbullah. 2008. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Mardiyati, Siti dkk. 1994 Layanan Bimbingan Belajar. Surakarta: Penerbit UNS. Mulyasa, E. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Rosdakarya.

Purwanto. 2010. Metodologi Penelitian Kuantitatif untuk Psikologi dan

Pendidikan. Yogyakatra: Pustaka Pelajar.

Purwanto, N. 2004. Psikologi Pendidikan. Bandung: Rosda Karya.

Riduwan. 2009. Metode dan Teknik Menyusun Proposal Penelitian. Bandung: Alfabeta


(51)

Dwi Ismiyanti, 2013

S. Nasution. 2000. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Bandung: Rajawali Pers

Sagala, S. 2007. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Sardiman, A.M. 2006. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Grafindo.

Sudjana, Nana. 2004. Penilaian Hasil Proses Belajar dan Mengajar. Bandung: Rosda Karya

Sudjana, Nana. 1997. Metode Statistik. Bandung: Tarsito.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Sugiyono, 2009. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sunarto, H. B. Agung Hartono. 1999. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Surachmad Winarno. 1980. Metodologi Pengajaran Nasional. Jemmars.

Surya, Moh .1985. Psikologi Pendidikan, Bandung: Publikasi Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan UPI. Surya, Muhibbin. 2004. Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung:

Pustaka Bani Quraisy.

Suryabrata, Sumadi, 1988. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Syah, Muhibbin. 2006. Psikologi Belajar. Bandung: Rajawali Pers.

Syah, Muhibbin. 2010. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatana Baru Edisi

Revisi. Bandung: Rosda Karya.

Syamsudin, A. 2004. Psikologi Kependidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya. Universitas Pendidikan Indonesia. 2009. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah.

Bandung: UPI.

Walgito, Bimo. 2004. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: ANDI Yogyakarta,


(52)

Dwi Ismiyanti, 2013

Winkel. W. S. 2009. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Media Abadi

Zainuddin-Mahsyuri, M. 2009. Metodologi Penelitian: Pendekatan Praktis dan


(1)

60

Dwi Ismiyanti, 2013

FAKTOR-FAKTOR KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA DIKLAT MENGGAMBAR LAY-OUT DESAIN INTERIOR DAN EKSTERIOR (MLDIE) DI SMK NEGERI 1 KOTA SUKABUMI

Setelah dilakukan perhitungan pada aspek internal, dapat disimpulkan bahwa indikator yang memiliki nilai tertinggi adalah bakat peserta didik dengan perolehan persentase sebesar 14.92% dari sembilan indikator yang ada. Hal ini antara lain disebabkan oleh kemampuan menggambar peserta didik yang kurang sehingga mengerjakan tugas tidak maksimal. Latihan menggambar yang kurang dari peserta didik sehingga gambar yang dihasilkan kurang maksimal. Menurut Michael, (H. Sunarto, B. Agung Hartono, 1999: 116-117) “kemampuan individu untuk melakukan suatu tugas, yang sedikit sekali atau tidak tergantung pada latihan sebelumnya”.

Selain itu adanya beberapa orangtua yang memaksakan kehendaknya agar peserta didik masuk di jurusan gambar, sedangkan bakat peserta didik tersebut kurang mendukung. Menurut Chaplin, 1972 (Syah, 2010:133) “secara umum, bakat (aptitude) adalah kemampuan potensial yang dimiliki seorang

untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang.” Dari definisi di atas, bakat dapat dipahami sebagai kamampuan khusus atau suatu pertanda kemampuan yang sangat menonjol atau lebih mencolok yang terdapat pada diri seseorang, yang secara cepat dapat menyelesaikan, merespon dan menerima latihan-latihan, tugas-tugas, atau hal-hal tertentu.

Dengan demikian, sebetulnya setiap orang pasti memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ke tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing. Jadi secara umum bakat itu mirip dengan intelegensi, itulah sebabnya seorang anak memiliki intelegensi sangat cerdas (superior) atau cerdas luar biasa (very superior) disebut juga sebagai talented

child, yakni anak berbakat.

Jadi dapat disimpulkan, bahwa indikator bakat peserta didik dalam aspek internal memiliki kecenderungan muncul pada aspek internal dari pada indikator yang ada pada aspek internal lainnya. Hal ini berarti, jika faktor internal pada indikator bakat tidak dapat mendukung dalam proses pembelajaran, maka akan menyebabkan kesulitan belajar pada peserta didik.


(2)

61

Dwi Ismiyanti, 2013

FAKTOR-FAKTOR KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA DIKLAT MENGGAMBAR LAY-OUT DESAIN INTERIOR DAN EKSTERIOR (MLDIE) DI SMK NEGERI 1 KOTA SUKABUMI

Sedangkan pada perhitungan pada aspek eksternal, indikator tertinggi merupakan lingkungan keluarga dengan perolehan persentase sebesar 22.62% dari lima indikator yang ada. Hal ini antara lain disebabkan oleh kurangnya rasa kepedulian dari keluarga kepada peserta didik untuk saling membantu, jika adanya peserta didik yang mengalami kesulitan belajar. Komunikasi siswa dengan orangtua dan keluarga lainnya yang kurang, sehingga siswa merasa tidak mendapat perhatian. Adapula keinginan siswa dengan orangtua yang bertentangan sehingga peserta didik merasa mendapat paksaan. Letak rumah peserta didik yang berada pada lingkungan yang padat dan kumuh sehingga aktivitas belajarnya kurang baik. Lingkungan ini sangat memengaruhi kegiatan belajar. Ketegangan keluarga, sifat-sifat orangtua, demografi keluarga (letak rumah), pengelolaan keluarga, semuanya dapat memberi dampak terhadap aktivitas belajar siswa. Hubungan antara anggota keluarga, orangtua, anak, kakak, atau adik yang harmonis akan membantu siswa melakukan aktivitas belajar dengan baik.

Maka dapat disimpulkan bahwa lingkungan keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama yang mempengaruhi perkembangan dan tingkah laku anak. Di lingkungan keluarga anak mendapatkan perhatian, kasih sayang, dorongan, bimbingan, keteladanan, dan pemenuhan kebutuhan ekonomi dari orangtua sehingga anak dapat mengembangkan segala potensi yang dimilikinya demi perkembangannya di masa mendatang.

Dari penjelasan diatas, bahwa indikator lingkungan keluarga pada aspek eksternal memiliki kecenderungan muncul pada kesulitan belajar peserta didik dari pada aspek lainya. Hal ini berarti, jika faktor eksternal pada indikator lingkungan keluarga peserta didik tidak dapat mendukung dalam proses pembelajaran, maka akan menyebabkan kesulitan belajar pada peserta didik.

Pada umumnya peserta didik memiliki masalah pada semua indikator yang ada namun dengan frekuensi yang berbeda-beda Berdasarkan dari data diatas, dapat dilihat bahwa setiap indikator pada setiap aspek internal dan eksternal termasuk pada kategori sangat rendah. Dimana setiap indikator


(3)

62

Dwi Ismiyanti, 2013

FAKTOR-FAKTOR KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA DIKLAT MENGGAMBAR LAY-OUT DESAIN INTERIOR DAN EKSTERIOR (MLDIE) DI SMK NEGERI 1 KOTA SUKABUMI

memperoleh skor tidak lebih dari 35%. Dengan demikian, hanya terdapat beberapa peserta didik yang mengalami kesulitan belajar.

Dari interpretasi kedua aspek, yaitu aspek internal dan aspek eksternal, diperoleh data bahwa persentase besarnya faktor-faktor kesulitan belajar siswa pada mata diklat Menggambar Lay-out Desain Interior dan Eksterior yang muncul pada aspek internal sebanyak 62.43%. Sedangkan pada aspek eksternal peserta didik sebanyak 37.57%. Dimana bakat peserta didik tampaknya menjadi masalah yang paling dominan.

Maka dapat disimpulkan bahwa faktor dalam aspek internal memiliki kecenderungan muncul pada kesulitan belajar peserta didik dari pada aspek eksternal. Hal ini berarti, jika faktor-faktor pada aspek internal tidak dapat mendukung dalam proses pembelajaran, maka akan menyebabkan kesulitan belajar pada peserta didik.


(4)

Dwi Ismiyanti, 2013

FAKTOR-FAKTOR KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA DIKLAT MENGGAMBAR LAY-OUT DESAIN INTERIOR DAN EKSTERIOR (MLDIE) DI SMK NEGERI 1 KOTA SUKABUMI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono.2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: RinekaCipta

Arifin, Zaenal. 2009. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Rosda Karya

Arikunto, Suharsimi. 2006. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi. Jakarta: Bumi Aksara

Arikunto, Suharsimi, 2010. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek Edisi

Revisi. Jakarta: PT.Rineka Cipta.

Barnadib, Sutari Imam. 1999. Pengantar Ilmu Pendidikan Sistematis. Yogyakarta: Andi Offset.

Budiningsih, Asri, 2004. Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Rineka Cipta. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2000. Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Jakarta: Depdikbud.

Dimyati. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Depdikbud. Djamarah, B.S. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta. Djiwandono. 2002. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Grasindo.

Gunarsa, Singgih, D. 2004. Psikologi Perkembangan Anak, Remaja dan

Keluarga. Jakarta: PT. Gunung Mulia.

Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Hasbullah. 2008. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Mardiyati, Siti dkk. 1994 Layanan Bimbingan Belajar. Surakarta: Penerbit UNS. Mulyasa, E. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Rosdakarya.

Purwanto. 2010. Metodologi Penelitian Kuantitatif untuk Psikologi dan

Pendidikan. Yogyakatra: Pustaka Pelajar.

Purwanto, N. 2004. Psikologi Pendidikan. Bandung: Rosda Karya.

Riduwan. 2009. Metode dan Teknik Menyusun Proposal Penelitian. Bandung: Alfabeta


(5)

Dwi Ismiyanti, 2013

FAKTOR-FAKTOR KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA DIKLAT MENGGAMBAR LAY-OUT DESAIN INTERIOR DAN EKSTERIOR (MLDIE) DI SMK NEGERI 1 KOTA SUKABUMI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

S. Nasution. 2000. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Bandung: Rajawali Pers

Sagala, S. 2007. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Sardiman, A.M. 2006. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Grafindo.

Sudjana, Nana. 2004. Penilaian Hasil Proses Belajar dan Mengajar. Bandung: Rosda Karya

Sudjana, Nana. 1997. Metode Statistik. Bandung: Tarsito.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Sugiyono, 2009. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sunarto, H. B. Agung Hartono. 1999. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Surachmad Winarno. 1980. Metodologi Pengajaran Nasional. Jemmars.

Surya, Moh .1985. Psikologi Pendidikan, Bandung: Publikasi Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan UPI. Surya, Muhibbin. 2004. Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung:

Pustaka Bani Quraisy.

Suryabrata, Sumadi, 1988. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Syah, Muhibbin. 2006. Psikologi Belajar. Bandung: Rajawali Pers.

Syah, Muhibbin. 2010. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatana Baru Edisi

Revisi. Bandung: Rosda Karya.

Syamsudin, A. 2004. Psikologi Kependidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya. Universitas Pendidikan Indonesia. 2009. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah.

Bandung: UPI.

Walgito, Bimo. 2004. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: ANDI Yogyakarta,


(6)

Dwi Ismiyanti, 2013

FAKTOR-FAKTOR KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA DIKLAT MENGGAMBAR LAY-OUT DESAIN INTERIOR DAN EKSTERIOR (MLDIE) DI SMK NEGERI 1 KOTA SUKABUMI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Winkel. W. S. 2009. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Media Abadi

Zainuddin-Mahsyuri, M. 2009. Metodologi Penelitian: Pendekatan Praktis dan