PENGGUNAAN PUZZLE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI BILANGAN PECAHAN SEDERHANA : Penelitian Tindakan Kelas di Kelas III SD Negeri Pasirwangi Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat.

(1)

PENGGUNAAN PUZZLE UNTUK MENINGKATKAN

HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI

BILANGAN PECAHAN SEDERHANA

(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas III SD Negeri Pasirwangi Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh Siti Karimah NIM. 0902884

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PEDAGOGIK

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

2013

PENGGUNAAN PUZZLE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI BILANGAN PECAHAN SEDERHANA (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas III SD Negeri Pasirwangi Kecamatan

Lembang Kabupaten Bandung Barat)

Oleh Siti Karimah

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Guru

Sekolah Dasar

© Siti Karimah 2013 Universitas Pendidikan Indonesia


(3)

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, Dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI SITI KARIMAH (0902884)

PENGGUNAAN PUZZLE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI BILANGAN PECAHAN SEDERHANA

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :

Pembimbing 1

Dr. H. Babang Robandi, M. Pd NIP. 19610814 198603 1001

Pembimbing II

Mengetahui Ketua Jurusan Pedagogik


(4)

Dr. H. Babang Robandi, M. Pd NIP. 19610814 198603 1001


(5)

(6)

ABSTRAK

Siti Karimah. (0902884). Penggunaan Puzzle untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Bilangan Pecahan Sederhana (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas III SD Negeri Pasirwangi Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat). Penelitian ini bertujuan untuk melihat perencanaan, pelaksanaan serta perubahan hasil belajar siswa pada materi bilangan pecahan sederhana setelah menggunakan media puzzle saat proses pembelajaran. Media puzzle merupakan media yang membantu peneliti untuk mengkonkretkan bilangan pecahan dalam bentuk gambar, karena permasalahan terjadi pada proses pembelajaran siswa yang kurang menggunakan media konkret sehingga hal tersebut berpengaruh pada hasil belajar siswa yang sangat kurang. Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sehingga subjek penelitian terbatas pada siswa kelas III SD Negeri Pasirwangi Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat, sebanyak 31 orang. Teknik pengolahan data pada penelitian ini dengan cara menghitung rata-rata kelas, ketuntasan belajar siswa, gain serta gain yang dinormalisasikan. Proses penghitungan data tersebut menggunakan program MS. Excel 2010. Dari hasil analisis data penelitian diperoleh simpulan, yaitu: (1) Perencanaan pada penelitian ini dirancang dengan sumber dari hasil analisis dan refleksi peneliti akan pembelajaran-pembelajaran sebelumnya, sehingga kualitas perencanaan menjadi semakin baik dari setiap siklusnya. Sejalan dengan itu, pelaksanaan pun menjadi semakin terkoordinir dengan baik, sehingga berpengaruh pada hasil belajar siswa yang semakin meningkat pula. Dapat disimpulkan bahwa perencanaan yang baik ialah perencanaan yang sebelumnya diadakan refleksi terlebih dahulu, sehingga guru dapat mengetahui kesalahan-kesalahan yang harus diperbaiki pada pembelajaran selanjutnya. (2) penggunaan media puzzle pada pembelajaran bilangan pecahan sederhana memberikan pengaruh positif pada pelaksanaan proses pembelajaran. Pembelajaran bilangan pecahan dengan menggunakan media

puzzle memudahkan siswa untuk memahami bilangan pecahan sederhana terutama

dalam bentuk gambar. (3) Hasil belajar siswa pada pembelajaran bilangan pecahan sederhana mengalami peningkatan dilihat dari rata-rata skor tes dan ketuntasan belajar setiap siklusnya. Jumlah siswa dengan skor yang telah tuntas dari KKM setiap siklusnya mengalami peningkatan, sejalan dengan rata-rata kelas yang semakin naik. Namun bila dilihat berdasarkan rata-rata indeks gain, hasil belajar siswa setiap siklusnya mengalami penurunan dari siklus 1 hingga siklus 3 dengan kategori rendah. Penggunaan media puzzle pada pembelajaran bilangan pecahan merupakan salah satu alternatif tindakan yang telah terbukti dapat dilakukan untuk memperbaiki hasil belajar siswa. Namun, tindakan ini bukan satu-satunya yang dapat dilakukan, sehingga diharapkan dengan adanya penelitian ini semoga dapat mendorong guru-guru untuk terus mengeksplor


(7)

tindakan-tindakan yang lebih baik guna memperbaiki permasalahan pembelajaran yang terjadi di kelas dengan metode yang lebih luas juga agar dapat digeneralisasikan. Kata kunci: Media puzzle, Hasil belajar, bilangan pecahan sederhana.

ABSTRACT

Siti Karimah. (0902884). The use of Puzzle to improve student learning outcome

on simple matter fraction (Research Action Class on 3rd Grade in SD Pasirwangi Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat).

This Research aims to see the planning, implementation, and the changing of student learning outcome on simple matter fraction after using puzzle media on the learning process. Puzzle media is a media that helping researcher to concretize the fraction into shape of image, because the problem occur the student learning process which is less using a concrete media so that effect on student learning outcomes are very less. This research using Penelitian Tindakan Kelas (PTK) methods, so the subject of this research limits on the SD Negeri Pasirwangi Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat 3rd grade students, for 31 pupils. The collecting data technique on this research by counting the class average, students learning completeness, gain and normalize gain. This counting process used MS. Excel 2010. From the analysis data result it is concluded, that is: (1) planning on this research was designed by the source from analysis result and researcher reflection on previous learning method, that the quality of study planning getting better and better than before, in line with that the implementation will be more coordinated as well, so effected on improvement of the student learning result. In can be concluded that a good study planning is the study planning that previously held some reflection, so the teacher can discovers the mistake that need to be fixed on the next learning. (2) the application of puzzle media on simple matter fraction give positive effect to study process implementation. Learning fraction using puzzle media simplify student to understand the simple fraction especially in image shape. (3) Students result on learning simple matter fraction increased seen from the average test score and the completeness of study on every cycle. Number of student with complete score from KKM on each cycle improved, in line with improvement class averages. However, if we see based on the average gain index, students learning result having reduction form 1st cycle until 3rd cycle with lower categories. The using of puzzle media on the learning matter fraction is one alternative action that has been proven to do to fix the student learning outcome. Still, this action is not the only action that can we use, so this research hopefully can push the teacher to explore and fix the learning problem that happen in the class with wider method so it can be generalized.


(8)

(9)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PERNYATAAN

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penulisan ... 6

E. Hipotesis Tindakan ... 6

F. Definisi Operasional ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8

A. Pembelajaran Matematika ... 8

1. Hakikat Matematika ... 8

2. Teori Belajar Matematika ... 9

3. Pembelajaran Matematika di SD ... 13

4. Tujuan Pembelajaran Matematika di SD ... 15

B. Materi Bilangan Pecahan ... 16

1. Definisi Bilangan Pecahan ... 16

2. Jenis-Jenis Bilangan Pecahan ... 17

C. Media Pembelajaran ... 18

1. Konsep Media Pembelajaran ... 18

2. Jenis-Jenis Media Pembelajaran ... 20


(10)

1. Konsep Media Puzzle ... 21

2. Jenis-Jenis Media Puzzle ... 23

3. Kelebihan dan Kekurangan Media Puzzle ... 24

4. Media Puzzle dalam Penelitian ... 24

E. Hasil Belajar ... 28

1. Konsep Hasil Belajar ... 28

2. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 28

3. Penelitian yang Relevan ... 30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 31

A. Metode Penelitian ... 31

B. Setting Penelitian ... 33

C. Subyek Penelitian ... 34

D. Prosedur Penelitian ... 34

E. Instrumen Penelitian ... 41

F. Analisis dan Interpretasi Data ... 55

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 59

A. Hasil Penelitian ... 59

1. Deskripsi Awal Penelitian ... 59

2. Deskripsi Pelaksanaan Siklus 1 ... 60

3. Deskripsi Pelaksanaan Siklus 2 ... 75

4. Deskripsi Pelaksanaan siklus 3 ... 88

B. Pembahasan ... 104

1. Perencanaan ... 105

2. Pelaksanaan ... 108

3. Hasil Belajar ... 116

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 118

A. Simpulan ... 118

B. Rekomendasi ... 119

DAFTAR PUSTAKA ... 120


(11)

RIWAYAT HIDUP ... 301

DAFTAR TABEL 3.1 Tata Cara Penggunaan Puzzle Multifungsi ... 26

3.1 Kriteria Validitas Item Tes ... 43

3.2 Rekapan Validitas Item Tes Siklus 1 ... 44

3.3 Rekapan Validitas Item Tes Siklus 2 ... 44

3.4 Rekapan Validitas Item Tes Siklus 3 ... 45

3.5 Kriteria Reliabilitas Item Tes ... 46

3.6 Rekapan Hasil Reliabilitas Item Tes Siklus 1 ... 46

3.7 Rekapan Hasil Reliabilitas Item Tes Siklus 2 ... 47

3.8 Rekapan Hasil Reliabilitas Item Tes Siklus 3 ... 47

3.9 Kriteria Daya Pembeda Item Tes ... 48

3.10 Rekapan Hasil Daya Pembeda Item Tes Siklus 1 ... 49

3.11 Rekapan Hasil Daya Pembeda Item Tes Siklus 2 ... 49

3.12 Rekapan Hasil Daya Pembeda Item Tes Siklus 3 ... 50

3.13 Kriteria Tingkat Kesukaran Butir Soal ... 51

3.14 Rekapan Hasil Indeks Kesukaran Item Tes Siklus 1 ... 51

3.15 Rekapan Hasil Indeks Kesukaran Item Tes Siklus 2 ... 52

3.16 Rekapan Hasil Indeks Kesukaran Item Tes Siklus 3 ... 52

3.17 Rekapitulasi Hasil Analisis Validitas, Reliabilitas, Daya Pembeda, dan Indeks Kesukaran Item Tes Siklus 1 ... 53

3.18 Rekapitulasi Hasil Analisis Validitas, Reliabilitas, Daya Pembeda, dan Indeks Kesukaran Item Tes Siklus 2 ... 53

3.19 Rekapitulasi Hasil Analisis Validitas, Reliabilitas, Daya Pembeda, dan Indeks Kesukaran Item Tes Siklus 3 ... 54

3.20 Interpretasi Nilai Gain Ternormalisasi ... 58

4.1 Hasil Pengamatan Aktivitas Guru dan Siswa pada Siklus 1 ... 66

4.2 Hasil Penggunaan Media Puzzle pada Siklus 1 ... 68

4.3 Refleksi terhadap Aktivitas Pembelajaran Siklus 1 ... 70

4.4 Perolehan Skor Hasil Belajar Pra Siklus dan Siklus 1 ... 73

4.5 Soal-Soal yang Dijawab salah oleh Siswa ... 74

4.6 Hasil Pengamatan Aktivitas Guru dan Siswa pada Siklus 2 ... 81

4.7 Hasil Penggunaan Media Puzzle pada Siklus 2 ... 83


(12)

4.9 Perolehan Skor Hasil Belajar Siswa Siklus 1 dan Siklus 2 ... 87

5.0 Hasil Pengamatan Aktivitas Guru dan Siswa pada Siklus 3 ... 93

5.1 Hasil Penggunaan Media Puzzle pada Siklus 3 ... 95

5.2 Hasil Angket Siswa ... 97

5.3 Refleksi terhadap Aktivitas Pembelajaran Siklus 3 ... 98

5.4 Perolehan Skor Hasil Belajar Siswa Siklus 2 dan Siklus 3 ... 100


(13)

DAFTAR GAMBAR

2.1 Media Puzzle Multifungsi ... 25

2.2 Model Siklus PTK Kemmis dan Taggart ... 33

4.1 Pekerjaan Siswa yang Mengalami Kesulitan pada Soal No. 5 dan 6 ... 75

4.2 Pekerjaan Siswa yang Mengalami Kesulitan pada Soal No. 5 ... 88

4.3 Pekerjaan Siswa yang Mengalami Kesulitan pada Soal No. 6 ... 101

4.4 Grafik Perolehan Rata-Rata Hasil Belajar Siswa ... 102

4.5 Grafik Perolehan Ketuntasan Belajar Siswa ... 103


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A ... 124

A.1 Surat-Surat ... 125

A.2 Kisi-Kisi Instrumen ... 130

A.3 Hasil Uji Instrumen ... 145

A.3.a Uji Validitas dan Reliabilitas ... 145

A.3.b Uji Indeks Kesukaran ... 160

A.3.c Uji Daya Pembeda ... 164

A.4 Kegiatan Bimbingan Penyusunan Skripsi ... 170

A.5 Instrumen Pembelajaran ... 172

A.5.a Rencana Program Pembelajaran (RPP) ... 172

A.6 Instrumen Pengumpul Data ... 209

A.6.a Soal-Soal Tes siklus ... 209

A.6.b Format Observasi Aktivitas Guru dan Siswa ... 216

A.6.c Format Observasi Media ... 218

A.6.d Format Observasi Keterlaksanaan RPP ... 220

A.6.e Format Angket Siswa ... 221

A.6.d Format Wawancara ... 222

LAMPIRAN B ... 223

B.1 Hasil Tes Siklus ... 224

B.2 Hasil LKS Siswa ... 252

B.3 Hasil Observasi ... 257

B.3.a Aktivitas Guru dan Siswa ... 257

B.3.b Penggunaan Media Puzzle ... 269

B.3.c Keterlaksanaan RPP ... 281

B.4 Hasil Angket Siswa ... 287

B.5 Hasil Wawancara ... 289

B.5.a Wawancara dengan Guru ... 289

B.5.b Wawancara dengan Siswa ... 289

LAMPIRAN C ... 290

C.1 Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa ... 291


(15)

(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam kurikulum terdapat beberapa mata pelajaran sebagai kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa. Pada jenjang Sekolah Dasar terdapat lima mata pelajaran pokok yang harus dikuasai, salah satunya yaitu mata pelajaran matematika. Pada Lampiran 1 Permendiknas No. 22/2006 (Depdiknas, 2009:117) terungkapkan bahwa matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia.

Pembelajaran matematika mempunyai manfaat umum yakni agar siswa dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah-ubah, tidak pasti dan kompetitif (Depdiknas, 2009:117). Dalam kehidupan ini manusia akan berusaha untuk bertahan hidup, melawan jaman yang dinamis, terus berubah, sehingga dunia bak kompetisi hidup, hanya manusia yang mampu beradaptasi dengan perubahan yang bisa berkembang. Menghadapi hal tersebut tentu manusia perlu berpikir secara logis dan kritis untuk menganalisis kehidupan ini, karena tidak semua perubahan yang ada itu berdampak positif. Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua siswa mulai dari sekolah dasar untuk membekali siswa dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama (Depdiknas, 2009:117).

Dalam Kurikulum 2006 terungkap hal terpenting dalam mata pelajaran matematika adalah agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut:


(17)

1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah

2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan mereka.

3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mepelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

(Depdiknas, 2009)

Melihat betapa pentingnya nilai guna mempelajari matematika dalam kehidupan bermasyarakat, pendidik pun tergerak untuk menciptakan suatu inovasi yang dapat memberi sugesti positif pada peserta didik terhadap mata pelajaran matematika. Inovasi-inovasi itu terlihat pada saat proses pembelajaran berlangsung, baik metode, model maupun media yang digunakannya.

Mata pelajaran matematika pada satuan pendidikan SD/MI hanya meliputi tiga aspek, yaitu bilangan, geometri dan pengukuran, serta pengolahan data. Di antara ketiga aspek tersebut, terdapat aspek bilangan dimana salah satu pokok bahasannya yaitu bilangan pecahan. Materi bilangan pecahan pertama kali diperkenalkan di kelas III. Materi ini hanya mengenal, membandingkan dan memecahkan masalah yang berkaitan dengan bilangan pecahan sederhana. Meski masih pada tahap pengenalan dan pemahaman konsep secara sederhana namun, pada seusianya siswa masih mengalami kesulitan. Untuk mencapai pemahaman siswa dalam pengenalan ini tidaklah terlalu sulit, jikalau dapat mengilustrasikan sesuai dengan tingkat pemahaman dan perkembangan siswa. Menurut teori Piaget (Ratmayati, 2011) pada umur 7


(18)

3

sampai 11 tahun anak berada pada tahap operasi konkret, dimana cara berpikirnya belum dapat memahami yang abstrak. Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran di kelas terutama di kelas rendah lebih baik memakai media agar pembelajaran menjadi lebih konkret.

Permasalahan yang terjadi pada siswa kelas III SDN Pasirwangi Kecamatan Lembang ini terdapat pada mata pelajaran matematika materi pokok bilangan pecahan sederhana. Berdasarkan analisis peneliti terhadap hasil tes awal yang telah dilakukan, hasilnya mengindikasikan para siswa tersebut mengalami kesulitan dalam memahami bilangan pecahan sederhana berbentuk gambar. Lebih dari 50% siswa mengalami kesalahan pada soal yang menuntut siswa untuk mengubah gambar bilangan pecahan ke dalam bentuk lambang bilangan pecahan begitupun sebaliknya yakni mengubah lambang bilangan pecahan ke dalam bentuk gambar bilangan pecahan. Hal tersebut berimbas pada hasil belajar siswa, dimana 87% hasil belajar siswa berada di bawah KKM.

Untuk mencari penyebab mengapa permasalahan tersebut bisa muncul di lapangan, peneliti melakukan observasi serta wawancara secara langsung kepada orang-orang yang terlibat dengan pembelajaran bilangan pecahan sederhana saat itu yakni guru dan siswa kelas III. Dari hasil observasi dan wawancara, penyebab permasalahan pembelajaran pada materi bilangan pecahan sederhana di kelas III adalah kurang menekankannya penggunaan media dalam pembelajaran terutama pada materi pokok bilangan pecahan sederhana. Siswa hanya mengenal bilangan pecahan dalam bentuk lambang bilangan pecahan saja, sehingga ketika lambang bilangan pecahan itu dikemas secara berbeda yakni berupa gambar siswa kurang memahaminya. Jika kondisi ini terus berlangsung, pembelajaran akan menjadi monoton dan kurang bermakna bagi siswa karena pembelajaran bilangan pecahan hanya mempelajari lambang-lambang bilangan saja tanpa mengetahui pengimplementasiannya dalam bentuk gambar, sementara bilangan pecahan


(19)

di kehidupan sehari-hari pengimplementasiannya mayoritas tidak hanya berbentuk lambang bilangan saja. Pada kasus ini guru sebaiknya melakukan upaya perbaikan sehingga pemahaman siswa tentang bilangan pecahan yang diharapkan dapat tercapai. Salah satu upaya yang dapat guru lakukan untuk memperbaiki pembelajaran yaitu dengan cara mempelajari dan memilih pendekatan atau metode dan alat peraga atau media yang baik, tepat dan bervariasi agar dapat memotivasi siswa dalam belajar dan melakukan pembelajaran yang bermakna sehingga pemahaman siswa dalam pembelajaran matematika tentang bilangan pecahan sederhana akan meningkat.

Salah satu alternatif media yang dapat digunakan dalam pembelajaran bilangan pecahan sederhana ini adalah puzzle. Dalam penelitian ini akan mencoba menggunakan puzzle yang dirancang dan dirakit oleh peneliti sendiri. Games puzzle merupakan bentuk permainan yang menantang daya kreatifitas dan ingatan siswa lebih mendalam dikarenakan munculnya motivasi untuk senantiasa mencoba memecahkan masalah, namun tetap menyenangkan sebab bisa di ulang-ulang (Syukron, 2011). Hal ini serupa dengan pendapat Epeni (2012) bahwa puzzle merupakan alat permainan edukatif yang dapat merangsang kemampuan matematika anak, yang dimainkan dengan cara membongkar pasang kepingan puzzle berdasarkan pasangannya.

Puzzle yang akan peneliti rakit ini bernama Puzzle Multifungsi. Puzzle

Multifungsi adalah suatu media belajar berupa gambar dan warna yang memiliki multifungsi yakni dapat membentuk sebuah gambar seri juga dapat membentuk satu warna. Melihat masalah yang ditemukan di lapangan terdapat pada kelas rendah yakni kelas III, dimana RPP yang dilaksanakan berbentuk tematik, maka Puzzle Multifungsi ini juga dapat digunakan secara tematis pada mata pelajaran matematika dan bahasa Indonesia. Maka dari itu, berdasarkan pemaparan diatas peneliti tertarik untuk mengetahui kontribusi


(20)

5

pengunaan media puzzle dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika, dan untuk mengatasi permasalahan tersebut maka akan dilakukan penelitian dengan topik “Penggunaan Puzzle untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Bilangan Pecahan

Sederhana”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan, secara umum permasalahan yang akan diteliti adalah “bagaimana penggunaan puzzle agar dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas III di SDN Pasirwangi Lembang pada materi bilangan pecahan sederhana?”

Masalah tersebut dijabarkan ke dalam rumusan masalah yang lebih khusus yaitu berupa pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana perencanaan pembelajaran dengan menggunakan puzzle pada materi bilangan pecahan sederhana?

2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan puzzle pada materi bilangan pecahan sederhana?

3. Bagaimana hasil belajar siswa setelah menggunakan puzzle pada materi bilangan pecahan sederhana?

C. Tujuan Penelitian

Sejalan dengan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk mendeskripsikan penggunaan

puzzle pada materi bilangan pecahan sederhana agar dapat meningkatkan

hasil belajar siswa kelas III di SDN Pasirwangi Lembang sebagai upaya perbaikan dan peningkatan proses pembelajaran. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah:


(21)

1. Mengembangkan perencanaan pembelajaran dengan menggunakan puzzle pada materi bilangan pecahan sederhana.

2. Mengetahui gambaran pelaksanaan pembelajaran yang mencakup aktivitas siswa dan guru pada pembelajaran materi bilangan pecahan sederhana menggunakan puzzle.

3. Mengetahui hasil belajar siswa pada materi bilangan pecahan sederhana setelah menggunakan puzzle.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil melalui penelitian tindakan kelas ini diantaranya adalah :

1. Bagi Siswa

a. Siswa dapat memahami konsep materi bilangan pecahan dengan suasana yang tidak monoton, konkret dan menyenangkan karena menggunakan media yang tidak asing bagi siswa.

b. Siswa mengalami pembelajaran dengan mempergunakan puzzle yang dapat siswa gunakan langsung, dalam hal ini melibatkan siswa secara langsung sehingga dapat menghilangkan kejenuhan dalam belajar. 2. Bagi Guru

a. Memberikan suatu alternatif model pembelajaran dengan mempergunakan media pembelajaran yang dapat diterapkan pada pembelajaran khususnya mata pelajaran matematika berikutnya. b. Memberikan gambaran tentang penggunaan puzzle dalam

pembelajaran bilangan pecahan sederhana. 3. Bagi Sekolah

Memberikan sedikit sumbangan positif terhadap kemajuan sekolah akan salah satu cara meningkatkan hasil belajar siswa sebagai upaya perbaikan


(22)

7

dan peningkatan proses pembelajaran dengan diterapkannya pembelajaran mempergunakan puzzle khususnya dalam pembelajaran matematika.

E. Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan ini diambil untuk memberi jawaban sementara pada rumusan masalah adalah sebagai berikut :

Jika digunakan puzzle dalam pembelajaran materi bilangan pecahan sederhana di kelas III SDN Pasirwangi, maka hasil belajar siswa dapat

meningkat.”

F. Definisi Operasional

Adapun definisi operasional dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Puzzle

Puzzle merupakan suatu media belajar dengan menggunakan teknik

permainan teka-teki yang mengasah otak dan dapat dibongkar pasang.

Puzzle terdiri dari papan dan beberapa kepingan dimana

kepingan-kepingan tersebut jika disusun hingga menutupi bagian papan yang sedikit menjorok ke dalam akan membentuk satu wajah. Dalam pembelajaran bilangan pecahan di penelitian ini, puzzle dapat mengembangkan pemahaman siswa tentang pembagian suatu benda menjadi beberapa pecahan sesuai dengan instruksi yang diberikan serta mengasah ketelitian siswa dalam menyusun kepingan-kepingan puzzle yang cocok dengan bentuk papannya.

2. Bilangan Pecahan

Bilangan pecahan adalah bilangan yang dapat dinyatakan sebagai ; a, b I ; a, b 0, b 1, FPB (a,b) = 1. Dalam penelitian ini yang dimaksud


(23)

dengan bilangan pecahan adalah bilangan yang dapat dinyatakan dengan ; a, b I ; a, b 0, b 1, FPB (a,b) = 1 dan a b.

3. Hasil Belajar

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan hasil belajar adalah kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal bilangan pecahan sederhana setelah memperoleh pembelajaran materi pokok bilangan pecahan dengan menggunakan puzzle. Kemampuan ini ditunjukkan melalui skor tes setelah pembelajaran.


(24)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian (research) merupakan rangkaian kegiatan ilmiah dalam rangka pemecahan suatu permasalahan. Jadi, penelitian merupakan bagian dari usaha pemecahan masalah. Dimana masalah itu dipecahkan dengan menggunakan cara ilmiah sehingga menghasilkan serangkaian data yang dapat membantu dalam proses pemecahan masalah itu sendiri.

Seperti yang dikemukakan oleh Arikunto (2006:2) mengenai pengertian penelitian itu sendiri adalah sebagai berikut.

Penelitian menunjuk pada suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.

Sementara itu, penelitian menurut Suhardjono (2006:53) merupakan aktivitas kegiatan mencermati suatu objek tertentu dengan menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat. Penelitian juga menuntut objektivitas, baik dalam proses maupun dalam penyimpulan hasilnya.

Lebih spesifik pada pendidikan Ruswandi, dkk (2010:6) mengungkapkan sebagai berikut :

Metode penelitian pendidikan dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk memperoleh data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan melalui cara tertentu sesuai dengan ciri pengetahuan, sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, mengantisipasi dan memecahkan masalah dalam bidang pendidikan.


(25)

Pada dasarnya terdapat beragam jenis penelitian, diantaranya yaitu penelitian deskriptif, studi kasus, penelitian eksperimen, penelitian survey, penelitian korelasional serta penelitian tindakan (Ruswandi, dkk, 2010:7). Beberapa penelitian tersebut dapat dilakukan oleh pendidik sesuai dengan jenis kebutuhan dan masalah yang ada.

Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research). Penelitian Tindakan kelas (PTK) yang dikenal dengan nama Classroom Action Reserch merupakan suatu model penelitian yang dikembangkan di kelas.

Menurut Kasihani (Sukayati, 2008:8) menyatakan bahwa yang dimaksud PTK adalah penelitian praktis, bertujuan untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan dalam pembelajaran di kelas dengan cara melakukan tindakan-tindakan. Sementara itu Suyanto (Sukayati 2008:8) berpendapat bahwa PTK merupakan suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu, untuk memperbaiki dan atau meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas secara lebih profesional.

Jadi, ketika pembelajaran berlangsung terdapat hal-hal yang terjadi sehingga mengakibatkan proses pembelajaran menjadi tidak sesuai dengan harapan, untuk memperbaiki hal tersebut maka perlu dilakukan suatu penelitian yakni berupa tindakan-tindakan perbaikan, penelitian tersebut yang disebut PTK.

Pada PTK terdapat beberapa model yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam bertindak diantaranya yaitu model Kurt Lewin, model Kemmis dan Mc Taggart, Model John Elliot, Model Hopkins, dan Model Cohen dkk. Untuk penelitian yang akan dilakukan ini akan menggunakan model daur siklus yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Taggart. Model ini mencakup empat komponen, yaitu: rencana (planning), tindakan (action), observasi (observation) dan refleksi (reflection). Berikut ini merupakan gambar dari siklus penelitian tindakan kelas menurut Kemmis dan Mc Taggart :


(26)

33

Gambar 3.1

Model Siklus PTK dari Kemmis dan Taggart (diadaptasi dari Arikunto, 2009:16)

Dalam penelitian tindakan kelas, siklus merupakan daur yang dilakukan secara bertahap dan sesuai dengan kebutuhan pembelajaran di kelas. Jumlah siklus tidak ditentukan secara pasti dalam setiap penelitian tindakan kelas. Setiap siklusnya memiliki tujuan pembelajaran yang telah disesuaikan dengan kebutuhan pembelajaran yang akan diteliti. Pada penelitian ini rencana siklus yang akan dilakukan sebanyak tiga buah siklus, apabila pada saat pelaksanaannya hasil belajar yang diharapkan belum tercapai, jika waktu dan

Perencanaan

Pelaksaanaan Pengamatan

Refleksi

Perencanaan Pelaksanaan

Pengamatan

Refleksi dst

SIKLUS I


(27)

tempat memungkinkan, peneliti akan melakukan lebih dari tiga siklus yang seperti sebelumnya telah direncanakan.

B. Setting Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di kelas III SDN Pasirwangi yang beralamat di Kampung Pasirwangi, Desa Gudang Kahuripan, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat. Kondisi geografis sekolah ini ialah terletak diantara pemukiman warga dan perkebunan. Akses jalan cukup sulit karena kondisi jalan yang naik turun dan rusak.

SDN Pasirwangi memiliki enam ruang belajar yang cukup luas untuk siswa berjumlah 35 anak. Kondisi kelas khususnya untuk kelas III A cukup memadai, adapun sarana yang terdapat di kelas tersebut antara lain :

a) Kursi plastik : 33 buah b) Meja siswa : 17 buah

c) Papan tulis : 2 buah (White dan Blackboard)

d) Buku sumber : 43 buah buku matematika untuk 2 kelas e) Gambar-gambar pengetahuan yang ditempel di dinding. f) Tempat sampah : 4 buah

g) Ventilasi dan penerangan yang cukup baik

Pendidik sebagian besar telah menjadi PNS, begitupun wali kelas III A, beliau adalah PNS semenjak tahun 1994, lulusan D2 dan sedang studi S1 di jurusan PGSD. Dalam hal ini membuktikan bahwa pendidikan guru sesuai dengan profesinya saat ini.

Penelitian ini akan dilaksanakan pada semester dua tahun ajaran 2012/2013, yakni pada bulan April hingga Juni 2013. Pelaksanaan penelitian juga mengacu pada kalender akademik sekolah, dimana akan dilaksanakan pada saat proses kegiatan belajar mengajar pada waktu yang efektif. Selain itu, materi yang akan dibahas pada penelitian ialah materi yang berada pada semester dua yakni materi bilangan pecahan sederhana.


(28)

35

C. Subyek Penelitian

Dalam penelitian tindakan kelas ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas III SDN Pasirwangi Lembang yang berjumlah 31 orang. Terdiri dari 13 orang siswa laki-laki dan 18 orang siswa perempuan.

D. Prosedur Penelitian

Prosedur yang ditempuh dalam penelitian ini mengacu pada model yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Taggart.

Adapun tahapan-tahapannya adalah sebagai berikut : a. Kegiatan Awal

Pada kegiatan awal ini, peneliti melakukan persiapan awal yaitu observasi yang bertujuan untuk mendapatkan masalah yang terjadi di lapangan, adapun rincian kegiatan tersebut adalah sebagai berikut :

1) Pembuatan surat ijin observasi untuk sekolah yang bersangkutan, 2) Observasi langsung ke tempat,

a) Observasi dilakukan ke beberapa kelas terhadap kegiatan pembelajaran untuk memperoleh gambaran pembelajaran terutama pada pembelajaran matematika selama ini,

b) Mengidentifikasi masalah-masalah pembelajaran yang terjadi di lapangan berdasarkan pada hasil observasi yang telah dilakukan. 3) Pembuatan proposal,

4) Melakukan bimbingan dengan dosen pembimbing 1 yakni dosen yang membimbing ketika kegiatan PLP.

5) Revisi proposal berdasarkan hasil bimbingan. 6) Pembuatan SK penelitian.


(29)

Pada kegiatan inti, peneliti melakukan sebuah perlakuan yakni melakukan siklus penelitian yang terdiri dari tiga siklus. Rancangan penelitian ini seperti yang telah dikemukakan yakni mengacu pada model yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Taggart dimana terdiri dari empat tahapan setiap siklusnya yaitu tahap perencanaan (planning), tahap pelaksanaan (action), tahap pengamatan (observation), dan tahap refleksi (reflection). Adapun tahapan setiap siklus diuraikan sebagai berikut:

1) Siklus 1

a)Tahap Perencanaan (Planning)

Sesuai dengan hasil observasi, pokok bahasan yang akan digunakan dalam penelitian adalah materi bilangan pecahan sederhana. Pada pokok bahasan ini terdapat permasalahan yang menyebabkan hasil belajar siswa tidak sesuai dengan harapan. Sehingga pada penelitian ini akan memfokuskan penggunaan cara alternatif yang dapat dilakukan dalam pembelajaran tersebut sebagai upaya memperbaiki hasil belajar siswa yang masih kurang. Adapun upaya yang peneliti akan lakukan yakni penggunaan media puzzle.

Peneliti merancang dan menyusun rencana pembelajaran matematika materi pokok bilangan pecahan sederhana dengan mempergunakan media

puzzle. Peneliti menyiapkan segala keperluan dalam pembelajaran seperti

media puzzle dan instrumen pembelajaran seperti Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS), lembar observasi dan soal-soal tes siklus. (terlampir).

Pada siklus 1 ini peneliti akan membahas dua Kompetensi Dasar (KD) dan dua mata pelajaran karena penelitian dilaksanakan di kelas rendah sehingga proses pembelajaran berlangsung secara tematis. Untuk mata pelajaran matematika yaitu mengenal pecahan sederhana sementara untuk bahasa Indonesia yaitu menulis karangan sederhana berdasarkan gambar


(30)

37

seri menggunakan pilihan kata dan kalimat yang tepat dengan memperhatikan penggunaan ejaan, huruf kapital, dan tanda titik.

Sebelum pelaksanaan siklus, peneliti melakukan bimbingan tentang media dan instrumen yang akan dipakai. Instrumen penelitian yang telah direvisi akan diujikan terlebih dahulu di lapangan agar dapat diketahui tingkat validitas, reliabilitas, daya pembeda dan indeks kesukarannya. Hal ini dilakukan agar dapat menghasilkan instrumen yang baik dan berkualitas.

b)Tahap Pelaksanaan (Action)

Pada tahap pelaksanaan, peneliti melaksanakan langkah-langkah sesuai perencanaan serta menerapkan pembelajaran mempergunakan media puzzle yang peneliti rakit sendiri. Kegiatan yang dilakukan pada siklus 1 yaitu saat kegiatan awal siswa diberikan apersepsi mengenai bilangan pecahan dengan kehidupan sehari-hari. Apersepsi ini dilakukan dengan cara bercerita interaktif antara guru dengan siswa, metode ini dilakukan sehubungan dengan KD bahasa Indonesia yaitu membuat karangan sederhana dimana dimulai dari sebuah cerita. Pada kegiatan inti siswa ikut serta dalam demonstrasi yang dilakukan oleh guru tentang pengenalan bilangan pecahan sederhana menggunakan media real yaitu coklat dan media puzzle. Kemudian siswa mengerjakan beberapa soal matematika dan bahasa Indonesia dengan berkelompok. Pada saat diskusi, masing-masing kelompok siswa difasilitasi LKS dan satu buah puzzle. Kemudian pada akhir pembelajaran siswa diberikan evaluasi berupa tes siklus yang bertujuan untuk mengukur hasil belajar siswa pada siklus 1.

c) Tahap Pengamatan (observation)

Pada tahap ini dilakukan pengamatan terhadap penggunaan media puzzle pada proses pembelajaran, proses pembelajaran itu sendiri berupa aktivitas guru dan siswa serta keterlaksanaan langkah-langkah pembelajaran sesuai RPP. Selain itu juga mencatat serta merekam setiap kegiatan dan perubahan yang terjadi saat penggunaan media puzzle dalam pembelajaran tersebut.


(31)

d)Tahap Refleksi (Reflection)

Pada tahap refleksi, peneliti melakukan refleksi dengan cara berdiskusi bersama observer membahas pelaksanaan pembelajaran dengan penggunaan media puzzle serta menganalisis kelemahan dan kekurangannya berdasarkan temuan saat melakukan pembelajaran pun dari hasil observasi. Selain itu peneliti melakukan evaluasi hasil belajar siswa dalam pembelajaran sehingga terlihat hasil pencapaiannya. Setelah dilakukan analisis tersebut, peneliti mempertimbangkan rencana dengan segala perbaikannya sebagai tindak lanjut untuk langkah selanjutnya pada siklus ke II.

2) Siklus 2

a) Tahap Perencanaan (Planning)

Peneliti merancang dan menyusun rencana pembelajaran matematika materi pokok bilangan pecahan sederhana dengan mempergunakan media

puzzle berdasarkan hasil refleksi yang telah dilakukan pada siklus 1. Peneliti

menyiapkan segala keperluan dalam pembelajaran seperti media puzzle dan instrumen pembelajaran seperti Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS), lembar observasi dan soal-soal tes siklus. (terlampir).

Pada siklus 2 ini peneliti akan membahas dua KD dan dua mata pelajaran. Untuk mata pelajaran matematika yaitu membandingkan pecahan sederhana sementara untuk bahasa Indonesia yaitu menulis puisi berdasarkan gambar dengan pilihan kata yang menarik. Sama halnya pada siklus 1, di siklus 2 pun sebelum melaksanakan siklus, peneliti melakukan bimbingan tentang media dan instrumen yang akan dipakai.

b) Tahap Pelaksanaan (Action)

Pada tahap pelaksanaan, peneliti melaksanakan langkah-langkah sesuai perencanaan serta menerapkan pembelajaran mempergunakan media puzzle yang peneliti rakit sendiri. Kegiatan yang dilakukan pada siklus 2 yaitu saat kegiatan awal siswa diberikan apersepsi yakni mengaitkan materi pada


(32)

39

siklus 1 dengan materi yang akan dibahas di siklus 2. Apersepsi ini dilakukan dengan cara bercerita interaktif antara guru dengan siswa, metode ini dilakukan sehubungan dengan KD bahasa Indonesia yaitu membuat puisi dimana dengan bercerita siswa dapat menemukan tema-tema yang akan dijadikan sebuah puisi. Pada kegiatan inti siswa dibimbing untuk melakukan demonstrasi tentang membandingkan bilangan pecahan sederhana menggunakan media puzzle. Kemudian siswa mengerjakan beberapa soal latihan matematika dan bahasa Indonesia secara individu dan berkelompok. Pada saat diskusi, masing-masing kelompok siswa difasilitasi LKS dan satu buah puzzle. Kemudian pada akhir pembelajaran siswa diberikan evaluasi berupa tes siklus yang bertujuan untuk mengukur hasil belajar siswa pada siklus 2.

c) Tahap Pengamatan (observation)

Pada siklus 2 ini aspek yang diamati bertambah yaitu dengan keterlaksanaan hasil refleksi berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan sebelumnya, selain itu observer yang dilakukan oleh dua guru kelas ini juga tetap harus terfokus dengan aspek sebelumnya yaitu pengamatan terhadap penggunaan media puzzle pada proses pembelajaran, proses pembelajaran itu sendiri berupa aktivitas guru dan siswa serta keterlaksanaan langkah-langkah pembelajaran sesuai RPP. Selain itu juga mencatat serta merekam setiap kegiatan dan perubahan yang terjadi saat penggunaan media puzzle dalam pembelajaran tersebut.

d) Tahap Refleksi (Reflection)

Pada tahap refleksi, seperti pada siklus 1, peneliti melakukan refleksi dengan cara berdiskusi bersama observer membahas pelaksanaan pembelajaran serta menganalisis kelemahan dan kekurangannya berdasarkan temuan saat melakukan pembelajaran pun dari hasil observasi. Pada siklus 2 ini juga dilakukan evaluasi terhadap keterlaksanaan hasil refleksi siklus 1, jika perlakuan siklus 2 masih belum bisa mengatasi permasalahan pada


(33)

siklus 1 atau memunculkan masalah baru maka peneliti harus mencari solusi lain agar dapat memecahkan masalah-masalah tersebut. Selain itu peneliti melakukan evaluasi hasil belajar siswa dalam pembelajaran sehingga terlihat hasil pencapaiannya. Setelah dilakukan analisis tersebut, peneliti mempertimbangkan rencana dengan segala perbaikannya sebagai tindak lanjut untuk langkah selanjutnya pada siklus ke 3.

3) Siklus 3

a) Tahap Perencanaan (Planning)

Sama halnya pada siklus 1 dan 2, pada siklus 3 ini pun peneliti merancang dan menyusun rencana pembelajaran matematika materi pokok bilangan pecahan sederhana dengan mempergunakan media puzzle berdasarkan hasil refleksi yang telah dilakukan pada siklus 1 dan 2. Peneliti menyiapkan segala keperluan dalam pembelajaran seperti media puzzle dan instrumen pembelajaran seperti Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS), lembar observasi dan soal-soal tes siklus. (terlampir).

Pada siklus 3 ini peneliti akan membahas tiga KD dan dua mata pelajaran. Untuk mata pelajaran matematika yaitu memecahkan masalah yang berkaitan dengan pecahan sederhana sementara untuk bahasa Indonesia yaitu menulis karangan sederhana berdasarkan gambar seri menggunakan pilihan kata dan kalimat yang tepat dengan memperhatikan penggunaan ejaan, huruf kapital, dan tanda titik serta menulis puisi berdasarkan gambar dengan pilihan kata yang menarik. Sama halnya pada siklus 1 dan 2, di siklus 3 pun sebelum melaksanakan siklus, peneliti melakukan bimbingan tentang media dan instrumen yang akan dipakai.

b) Tahap Pelaksanaan (Action)

Pada tahap pelaksanaan, peneliti melaksanakan langkah-langkah sesuai perencanaan serta menerapkan pembelajaran mempergunakan media puzzle yang peneliti rakit sendiri. Kegiatan yang dilakukan pada siklus 3 yaitu saat


(34)

41

kegiatan awal siswa diberikan apersepsi yakni mengaitkan materi pada siklus 2 dengan materi yang akan dibahas di siklus 3. Apersepsi ini dilakukan dengan cara bercerita interaktif antara guru dengan siswa, metode ini dilakukan sehubungan dengan KD bahasa Indonesia yaitu membuat puisi dan karangan sederhana dimana dengan bercerita, imajinatif serta perbendaharaan kata siswa dapat semakin bertambah. Pada kegiatan inti siswa dibimbing untuk melakukan demonstrasi tentang memecahkan masalah yang berkaitan dengan bilangan pecahan sederhana menggunakan media puzzle. Kemudian siswa mengerjakan beberapa soal latihan matematika dan bahasa Indonesia secara individu dan berkelompok. Pada saat diskusi, masing-masing kelompok siswa difasilitasi LKS dan satu buah

puzzle. Kemudian pada akhir pembelajaran siswa diberikan evaluasi berupa

tes siklus yang bertujuan untuk mengukur hasil belajar siswa pada siklus 3. c) Tahap Pengamatan (observation)

Pada siklus 3 ini observer mengamati keterlaksanaan hasil refleksi berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan sebelumnya, penggunaan media puzzle pada proses pembelajaran, proses pembelajaran itu sendiri berupa aktivitas guru dan siswa serta keterlaksanaan langkah-langkah pembelajaran sesuai RPP. Selain itu juga mencatat serta merekam setiap kegiatan dan perubahan yang terjadi saat penggunaan media puzzle dalam pembelajaran tersebut.

d) Tahap Refleksi (Reflection)

Pada tahap refleksi, peneliti melakukan refleksi dengan cara berdiskusi bersama observer membahas pelaksanaan pembelajaran serta menganalisis kelemahan dan kekurangannya berdasarkan temuan saat melakukan pembelajaran pun dari hasil observasi. Pada siklus 3 ini juga dilakukan evaluasi terhadap keterlaksanaan hasil refleksi siklus 2, Selain itu peneliti melakukan evaluasi hasil belajar siswa dalam pembelajaran sehingga terlihat hasil pencapaiannya. Sementara jika data telah jenuh refleksi tidak lagi


(35)

dilakukan melainkan menganalisis hasil belajar, namun jika data masih belum jenuh idealnya siklus dilanjutkan ke siklus IV dan seterusnya hingga data telah jenuh.

c. Kegiatan Akhir

Kegiatan akhir penelitian adalah melaporkan hasil penelitian yang akan dilaksanakan pada bulan Juli. Laporan tersebut akan dilaporkan dalam bentuk skripsi.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data, adapun intrumen penelitian yang akan digunakan dalam penelitian kali ini adalah :

a. Instrumen Pembelajaran

1) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana pelaksanaan pembelajaran dibuat persiklus yang memuat standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, materi pokok, metode pembelajaran, skenario pembelajaran dan evaluasi. Tujuannya adalah untuk dijadikan pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran.

Pada penelitian ini rencana siklus yang akan dilakukan sebanyak tiga buah siklus, apabila pada saat pelaksanaannya hasil belajar yang diharapkan belum tercapai jika waktu dan tempat memungkinkan, peneliti akan melakukan lebih dari tiga siklus yang seperti sebelumnya telah direncanakan.

2) Lembar Kerja Siswa

Lembar kerja siswa memuat masalah-masalah yang harus diselesaikan oleh siswa dalam proses pembelajaran. Penyajian teori dalam LKS ini diawali dengan petunjuk kegiatan yang harus dilakukan siswa dan dilanjutkan dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan siswa untuk memahami konsep matematika sesuai dengan standar kompetensi yang ingin dicapai.


(36)

43

Lembar kerja siswa digunakan pedoman atau prosedur agar siswa aktif dalam kelompok untuk melakukan eksplorasi terbimbing.

b.Instrumen Pengumpulan Data 1) Instrumen Tes

Tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan (Arikunto, 2009:53). Tes dalam penelitian ini merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur kemampuan siswa kelas III dalam pembelajaran bilangan pecahan sederhana dengan menggunakan media puzzle. Tes yang dipergunakan dalam penelitian ini berupa tes siklus. Tes siklus ini akan diberikan di akhir pembelajaran untuk mengukur kemampuan siswa sesudah pembelajaran.

Tes yang baik ialah tes yang telah teruji validitas, reliabilitas, daya pembeda dan indeks kesukarannya. Seperti yang dikemukakan oleh Arikunto (2009:57) sebuah tes yang dapat dikatakan baik sebagai alat pengukur harus memenuhi persyaratan tes yaitu memiliki validitas, reliabilitas, objektivitas, praktikabilitas, dan ekonomis.

Pada penelitian ini, uji coba instrumen tersebut dilakukan kepada salah satu kelas yang telah mempelajari pokok bahasan yang diteskan, yaitu siswa kelas IV SDN Pasirwangi Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat. Sebelum diuji coba, instrumen tes dikonsultasikan kepada dosen pembimbing untuk mengetahui validiatas isi dan validitas susunannya, berkenaan dengan ketepatan antara alat ukur dengan materi yang diuji. Setelah uji coba instrumen, maka diketahui tingkat validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda sebagai berikut:


(37)

Suatu alat evaluasi atau sebuah tes dapat dikatakan valid (sahih) apabila tes tersebut mampu mengukur apa yang harusnya diukur. Arikunto (Riduwan, 2011:97) menjelaskan bahwa validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keandalan atau kesahihan suatu alat ukur. Teknik yang digunakan untuk mengetahui validitas dalam penelitian ini adalah teknik korelasi product moment dengan angka kasar dengan rumus sebagai berikut:

√{ }{ }

(Riduwan, 2011:72) Keterangan :

rxy = koefisien korelasi

N = jumlah responden

X = jumlah skor total (seluruh item)

Y = jumlah skor item

Tabel 3.1

Kriteria Validitas Item Tes

Indeks Korelasi Kategori

0,800 sampai dengan 1,000 Sangat Tinggi

0,600 sampai dengan 0,799 Tinggi

0,400 sampai dengan 0,599 Cukup

0,200 sampai dengan 0,399 Rendah

0,000 sampai dengan 0,199 Sangat Rendah (tidak valid)

Berdasarkan hasil perhitungan uji coba butir soal instrumen maka didapat validitas item soal sebagai berikut:


(38)

45

Tabel 3.2

Rekapan Hasil Validitas Item tes Siklus 1

No Soal rxy Interpretasi

1 0.408 Cukup

2 0.533 Cukup

3 0.111 Sangat Rendah

4 0.647 Cukup

5 0.453 Cukup

6 0.391 Rendah

7 0.526 Cukup

8 0.601 Cukup

9 0.313 Rendah

Tabel 3.3

Rekapan Hasil Validitas Item tes Siklus 2

No Soal rxy Interpretasi

1 0.362 Rendah

2 0.519 Cukup

3 0.150 Sangat. Rendah

4 0.762 Tinggi

5 0.655 Cukup

6 0.839 Tinggi

7 0.451 Cukup

8 0.587 Cukup


(39)

Tabel 3.4

Rekapan Hasil Validitas Item tes Siklus 3

No Soal rxy Interpretasi

1 0.493 Cukup

2 0.492 Cukup

3 0.558 Cukup

4 0.332 Rendah

5 0.255 Rendah

6 0.514 Cukup

7 0.766 Tinggi

8 0.673 Cukup

9 0.716 Cukup

Data perhitungan secara lengkap dapat dilihat di lampiran. b)Reliabilitas

Instrumen yang baik adalah instrumen yang dapat dengan ajeg memberikan data yang sesuai dengan kenyataan (Arikunto, 2009:86). Untuk menghasilkan instrumen yang ajeg dalam memberikan data maka digunakan suatu alat ukur atau alat evaluasi yang disebut reliabilitas. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode belah dua dengan memberikan sebuah tes dan dicobakan satu kali, atau disebut juga single-test-single-trial

method dengan menggunakan rumus Spearman Brown; yang


(40)

47

(Riduwan, 2011:102) Keterangan:

r11 = koefisien reliabilitas internal seluruh item

rb = korelasi Product Moment antara belahan (ganjil-genap)

Tabel 3.5

Kriteria Relibilitas Item Tes

Koefisien Reliabilitas Kategori

0,80 < r11≤ 1,00 sangat tinggi

0,60 < r11≤ 0,80 Tinggi

0,40 < r11≤ 0,60 Sedang

0,20 < r11≤ 0,40 Rendah

r11≤ 1,00 sangat rendah

Berdasarkan hasil perhitungan uji coba butir soal instrumen maka didapat Reliabilitas item soal sebagai berikut:

Tabel 3.6

Rekapan Hasil Reliabilitas Item tes Siklus 1

No Soal r11 Interpretasi

1 0.579 Reliabel

2 0.695 Reliabel

3 0.200 Tidak Reliabel

4 0.786 Reliabel

5 0.623 Reliabel

6 0.562 Reliabel

7 0.690 Reliabel


(41)

9 0.477 Reliabel

Dari hasil perhitungan diperoleh nilai koefisien relibilitas soal pada siklus satu yaitu 0,374 maka reliabilitas soal termasuk rendah.

Tabel 3.7

Rekapan Hasil Reliabilitas Item tes Siklus 2

No Soal r11 Interpretasi

1 0.532 Reliabel

2 0.684 Reliabel

3 0.261 Tidak Reliabel

4 0.865 Reliabel

5 0.791 Reliabel

6 0.912 Reliabel

7 0.621 Reliabel

8 0.739 Reliabel

9 0.621 Reliabel

Dari hasil perhitungan diperoleh nilai koefisien relibilitas soal pada siklus dua yaitu 0,677 maka reliabilitas soal termasuk cukup.

Tabel 3.8

Rekapan Hasil Reliabilitas Item tes Siklus 3

No Soal r11 Interpretasi


(42)

49

2 0.660 Reliabel

3 0.716 Reliabel

4 0.498 Reliabel

5 0.406 Tidak Reliabel

6 0.679 Reliabel

7 0.867 Reliabel

8 0.805 Reliabel

9 0.834 Reliabel

Dari hasil perhitungan diperoleh nilai koefisien relibilitas soal pada siklus tiga yaitu 0,790 maka reliabilitas soal termasuk tinggi. Data perhitungan secara lengkap dapat dilihat di lampiran.

c) Daya Pembeda

Daya pembeda adalah kemampuan soal dalam suatu alat tes yang dapat membedakan kemampuan siswa yang berkemampuan rendah dengan yang berkemampuan tinggi. Hal ini terlihat dari nilai tes uji coba yang didapat siswa, dimana terdapat siswa yang dapat menjawab benar juga yang tidak dapat menjawab benar soal-soal tersebut. Daya pembeda suatu soal dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

(Prabawanto, 2013) Adapun untuk menentukan kriteria daya pembeda tiap butir soal, dapat disesuaikan dengan kriteria daya pembeda sperti berikut ini:

Tabel 3.9


(43)

Indeks Diskriminasi Klasifikasi

DP 0,00 Sangat jelek

0,00 < DP 0,20 Jelek

0,20 < DP 0,40 Cukup

0,40 < DP 0,70 Baik

0,70 < DP 1,00 Sangat baik

Berdasarkan hasil perhitungan uji coba butir soal maka didapat daya pembeda item soal sebagai berikut:

Tabel 3.10

Rekapan Hasil Daya Pembeda Item tes Siklus 1

No Soal DP Interpretasi

1 0.100 Jelek

2 0.300 Cukup

3 0.000 Sangat Jelek

4 0.400 Cukup

5 0.300 Cukup

6 0.100 Jelek

7 0.400 Cukup

8 0.700 Baik

9 0.300 Cukup

Tabel 3.11


(44)

51

Siklus 2

No Soal DP Interpretasi

1 0.200 Jelek

2 0.300 Cukup

3 0.100 Jelek

4 0.500 Baik

5 0.600 Baik

6 0.700 Baik

7 0.100 Jelek

8 0.300 Cukup

9 0.100 Jelek

Tabel 3.12

Rekapan Hasil Daya Pembeda Item tes Siklus 3

No Soal DP Interpretasi

1 0.200 Jelek

2 0.300 Cukup

3 0.200 Jelek

4 0.200 Jelek

5 0.100 Jelek

6 0.400 Cukup

7 0.500 Baik

8 0.400 Cukup


(45)

Data perhitungan secara lengkap dapat dilihat di lampiran. d)Indeks Kesukaran

Indeks kesukaran merupakan suatu cara untuk menunjukkan apakah suatu butir soal tergolong sukar, sedang, atau mudah. Butir soal yang baik adalah butir soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Adapun untuk menghitung indeks kesukaran soal dapat digunakan rumus sebagi berikut:

(Prabawanto, 2013)

Untuk mengetahui tingkat kesukaran maka digunakan kiteria pada tabel sebagai berikut :

Tabel 3.13

Kriteria Tingkat Kesukaran Butir Soal

Indeks Tingkat kesukaran Kriteria

IK = 0,00 Terlalu sukar

0,00 < IK < 0,30 Sukar

0,30 < IK < 0,70 Cukup

0,70 < IK < 1,00 Mudah

IK = 1,00 Terlalu mudah

Berdasarkan hasil perhitungan uji coba butir soal maka didapat indeks kesukaran item soal sebagai berikut:


(46)

53

Rekapan Hasil Indeks Kesukaran Item tes Siklus 1

No Soal IK Interpretasi

1 0.45 Cukup

2 0.225 Sukar

3 0.425 Cukup

4 0.25 Sukar

5 0.6 Cukup

6 0.475 Cukup

7 0.575 Cukup

8 0.475 Cukup

9 0.3 Sukar

Tabel 3.15

Rekapan Hasil Indeks Kesukaran Item tes Siklus 2

No Soal IK Interpretasi

1 0.325 Cukup

2 0.425 Cukup

3 0.55 Cukup

4 0.85 Mudah

5 0.6 Cukup


(47)

7 0.475 Cukup

8 0.5 Cukup

9 0.475 Cukup

Tabel 3.16

Rekapan Hasil Indeks Kesukaran Item tes Siklus 3

No Soal IK Interpretasi

1 0.450 Cukup

2 0.350 Cukup

3 0.050 Sukar

4 0.450 Cukup

5 0.400 Cukup

6 0.225 Sukar

7 0.300 Sukar

8 0.200 Sukar

9 0.100 Sukar

Data perhitungan secara lengkap dapat dilihat di lampiran.

Berikut ini adalah rekapitulasi hasil analisis validitas, reliabilitas, daya pembeda dan indeks kesukaran pada setiap siklusnya:

Tabel 3.17

Rekapitulasi Hasil Analisis Validitas, Reliabilitas, Daya Pembeda dan Indeks Kesukaran Item Tes Siklus 1

No Validitas Reliabilitas Indeks

Kesukaran Daya Pembeda Keterangan 1 0.408 Cukup 0.579 Reliabel 0.45 Cukup 0.100 Jelek Dibuang 2 0.533 Cukup 0.695 Reliabel 0.225 Sukar 0.300 Cukup Dipakai 3 0.111 Sangat 0.200 Tidak 0.425 Cukup 0.000 Sangat


(48)

55

Rendah Reliabel

4 0.647 Cukup 0.786 Reliabel 0.25 Sukar 0.400 Cukup Dipakai 5 0.453 Cukup 0.623 Reliabel 0.6 Cukup 0.300 Cukup Dibuang 6 0.391 Rendah 0.562 Reliabel 0.475 Cukup 0.100 Jelek Dipakai 7 0.526 Cukup 0.690 Reliabel 0.575 Cukup 0.400 Cukup Dipakai 8 0.601 Cukup 0.751 Reliabel 0.475 Cukup 0.700 Baik Dipakai 9 0.313 Rendah 0.477 Reliabel 0.3 Sukar 0.300 Cukup Dipakai

Reliabilitas Keseluruhan : 0.374 (Rendah) Tabel 3.18

Rekapitulasi Hasil Analisis Validitas, Reliabilitas, Daya Pembeda dan Indeks Kesukaran Item Tes Siklus 2

No Validitas Reliabilitas Indeks

Kesukaran Daya Pembeda Keterangan 1 0.362 Rendah 0.532 Reliabel 0.325 Cukup 0.200 Jelek Dipakai 2 0.519 Cukup 0.684 Reliabel 0.425 Cukup 0.300 Cukup Dipakai 3 0.150 Sangat.

Rendah 0.261

Tidak

Reliabel 0.55 Cukup 0.100 Jelek Dibuang 4 0.762 Tinggi 0.865 Reliabel 0.85 Mudah 0.500 Baik Dibuang 5 0.655 Cukup 0.791 Reliabel 0.6 Cukup 0.600 Baik Dipakai 6 0.839 Tinggi 0.912 Reliabel 0.55 Cukup 0.700 Baik Dipakai 7 0.451 Cukup 0.621 Reliabel 0.475 Cukup 0.100 Jelek Dipakai 8 0.587 Cukup 0.739 Reliabel 0.5 Cukup 0.300 Cukup Dipakai 9 0.451 Cukup 0.621 Reliabel 0.475 Cukup 0.100 Jelek Dibuang

Reliabilitas keseluruhan : 0.677 (Cukup)

Tabel 3.19

Rekapitulasi Hasil Analisis Validitas, Reliabilitas, Daya Pembeda dan Indeks Kesukaran Item Tes Siklus 3

No Validitas Reliabilitas Indeks

Kesukaran Daya Pembeda Keterangan 1 0.493 Cukup 0.661 Reliabel 0.450 Cukup 0.200 Jelek Dipakai 2 0.492 Cukup 0.660 Reliabel 0.350 Cukup 0.300 Cukup Dipakai


(49)

3 0.558 Cukup 0.716 Reliabel 0.050 Sukar 0.200 Jelek Dibuang 4 0.332 Rendah 0.498 Reliabel 0.450 Cukup 0.200 Jelek Dibuang 5 0.255 Rendah 0.406 Tidak

Reliabel 0.400 Cukup 0.100 Jelek Dibuang 6 0.514 Cukup 0.679 Reliabel 0.225 Sukar 0.400 Cukup Dipakai 7 0.766 Tinggi 0.867 Reliabel 0.300 Sukar 0.500 Baik Dipakai 8 0.673 Cukup 0.805 Reliabel 0.200 Sukar 0.400 Cukup Dipakai 9 0.716 Cukup 0.834 Reliabel 0.100 Sukar 0.400 Cukup Dipakai

Reliabilitas keseluruhan : 0.790 (Tinggi) Ket :

Indikator 1 Indikator 2 Indikator 3

2) Instrumen Non Tes

Instrumen non tes yang akan digunakan pada penelitian ini adalah lembar observasi, angket dan wawancara. Lembar observasi merupakan lembar yang digunakan dalam proses observasi ketika dalam pembelajaran yang mencakup pengamatan aktivitas siswa dan guru pada saat pembelajaran menggunakan media puzzle berlangsung. Lembar observasi yang digunakan merujuk pada RPP yang telah dirancang oleh guru untuk melakukan penelitian serta pedoman observasi yang telah dibuat sebelumnya. Adapun lebih lengkapnya untuk lembar observasi dapat dilihat pada lampiran.

Angket pada penelitian ini merupakan cara untuk memperoleh data tentang pendapat seluruh siswa akan kesan setelah melaksanakan pembelajaran materi bilangan pecahan sederhana menggunakan media

puzzle. Pengisian angket dilakukan oleh seluruh siswa kelas III A

yang telah melaksanakan pembelajaran materi bilangan pecahan sederhana menggunakan media puzzle. Aspek-aspek pada angket diangkat secara bebas dan kondisional oleh peneliti. Hasil angket akan menjadi sumber data untuk mengetahui sejauh mana pengaruh


(50)

57

penggunaan media puzzle pada proses pembelajaran terutama pengalaman siswa.

Sementara wawancara merupakan proses tanya jawab lisan untuk memperoleh bahan atau informasi yang dilaksanakan sepihak, berhadapan muka, dan dengan arah serta tujuan yang telah ditentukan (Poerwanti dalam Prihardina, 2012). Pada penelitian ini wawancara akan dilaksanakan apabila terjadi penurunan hasil belajar pada siswa. Wawancara ini dilaksanakan dengan maksud untuk mengetahui penyebab menurunnya hasil belajar siswa tersebut. Objek yang diwawancarai pun merupakan siswa yang mengalami penurunan hasil besar saja, selain itu juga guru wali kelas agar terjadi kesingkronan hasil wawancara antara siswa dan guru. Untuk pedoman wawancara dirumuskan berdasarkan masalah yang terjadi di lapangan. Adapun pedoman wawancara secara lebih lengkapnya dapat dilihat pada lampiran.

F. Analisis dan Interpretasi Data

Analisis data ialah upaya yang dilakukan guru yang berperan sebagai peneliti untuk mengolah serta merangkum data secara akurat. Data yang dikumpulkan dari setiap pelaksanaan siklus dan kegiatan observasi dianalisis secara deskriptif. Adapun analisis data yang akan dilakukan terdiri dari dua macam yaitu diantaranya :

a. Analisis data kualitatif

Dalam pengolahan data kualitatif, digunakan analisis data deskriptif berdasarkan data yang telah diperoleh dari hasil observasi tentang aktivitas siswa dan guru, penggunaan media puzzle dan keterlaksanaan RPP oleh observer dalam proses pembelajaran matematika. Hasil angket akan menjadi sumber data untuk mengetahui sejauh mana pengaruh penggunaan media


(51)

untuk hasil wawancara yang dilakukan peneliti terhadap guru dan siswa yang mengalami penurunan hasil belajar juga akan diolah secara deskriptif dan dibahas pada bab selanjutnya.

b. Analisis data kuantitatif

Data kuantitatif diperoleh dari hasil tes siklus untuk melihat ketercapaian hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika di setiap siklus sehingga dapat disimpulkan bagaimana hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika materi pokok bilangan pecahan sederhana menggunakan puzzle. Analisis data dilakukan dengan penskoran yang disesuaikan dengan masing-masing bobot pada butir soal. Sistem penskoran jawaban siswa terhadap soal tes siklus mengadaptasi teknik penskoran Focused Holistic Scoring Point

Scale yang dikemukakan oleh Charles NCTM (Novianti, 2010:29) yaitu

penskoran yang dilakukan bertahap sesuai dengan kunci jawaban. Kriteria penskoran jawaban tes siklus siswa pada penelitian ini adalah 0-2 adapun indikatornya sebagai berikut:

0 = Siswa tidak mengerjakan sama sekali atau menuliskan jawaban yang salah dan tidak sesuai dengan pertanyaan soal.

1 = Siswa menuliskan jawaban akhir sesuai dengan pertanyaan soal secara benar namun cara penyelesaian tidak ada atau salah begitupun sebaliknya.

2 = Siswa mencantumkan cara penyelesaian sesuai dengan pertanyaan soal sampai jawaban akhir secara benar.

Data kuantitatif berasal dari tes sikus yang dilakukan pada akhir siklus. Perhitungan data kuantitatif dalam penelitian ini meliputi:

a. Penentuan rata-rata ( ̅) kelas berdasarkan skor yang diperoleh dicari dengan menggunakan rumus :


(52)

59

b. Penentuan presentase ketuntasan belajar (TB) siswa dicari dengan menggunakan rumus :

TB =

x 100%

(Adaptasi dari Novianti, 2010) Kriteria yang ditetapkan pada kurikulum 1994 menurut Alhamidi (Novianti, 2010 : 31) adalah siswa diakatakan telah belajar tuntas jika sekurang-kurangnya dapat mengerjakan soal dengan benar sebesar 65% dari skor total. Sedangkan belajar secara klasikal dikatakan baik apabila sekurang-kurangnya 85% siswa telah mencapai ketuntasan belajar, apabila hanya mencapai 75%, maka secara klasikal dinyatakan cukup.

c. Penentuan peningkatan kemampuan siswa pada setiap siklusnya ditentukan dari besarnya gain antar siklusnya dengan perhitungan sebagai berikut :

Gain = Skor tes siklus ke-i + 1 – Skor tes siklus ke-i

(Prabawanto,2013) Untuk mengetahui peningkatan kemampuan siswa setiap siklus yang telah dilakukan dengan mengetahui gain rata-rata yang telah dinormalisasikan berdasarkan efektivitas pembelajaran. Menurut Hake rumus yang digunakan untuk perhitungan gain ternormalisasi adalah sebagai berikut :

< g > =

(Prabawanto,2013) Adapun kriteria efektivitas pembelajaran menurut Hake R. R (Novianti, 2010) adalah sebagai berikut :


(53)

Tabel 3.20

Interpretasi Nilai Gain Ternormalisasi

Nilai <g> Interpretasi Efektifitas

0.00 – 0.30 Rendah

0.31 – 0.70 Sedang

0.71 – 1.00 Tinggi

Pengolahan data baik data yang berbentuk kualitatif maupun kuantitatif dilakukan pada setiap aktivitas, situasi atau kejadian yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan. Dalam penelitian ini pengumpulan data secara garis besar dilakukan pada saat:

1) Observasi awal sebagai pencarian permasalahan yang terjadi di lapangan. 2) Analisis permasalahan dan mencari alternatif pemecahan masalah yang

dapat menyelesaikan permasalahan yang terjadi di lapangan.

3) Persiapan pelaksanaan perilaku yang akan diberikan sebagai usaha dalam memecahkan permasalahan yang ada seperti membuat, RPP, media, LKS, lembar observasi dan pedoman wawancara.

4) Pelaksanaan yang terdiri dari tiga buah siklus dimana di tiap siklusnya dilakukan suatu refleksi yang membuat siklus tersebut berbeda dalam pelaksanaannya. Pada pelaksanaan terdapat beberapa sumber data antara lain :

a) Lembar observasi b) Hasil tes siklus c) Hasil wawancara

5) Proses analisis pelaksanaan pembelajaran tiap siklusnya (refleksi).


(54)

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas III SDN Pasirwangi Lembang. Masalah yang diteliti adalah hasil belajar siswa pada pembelajarn bilangan pecahan sederhana. media yang digunakan untuk perbaikan dalam penelitian ini adalah media puzzle. Berdasarkan rumusan masalah, hasil penelitian dan pembahasan peneliti mengambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Perencanaan pada penelitian ini pada dasarnya sama dengan perencanaan pembelajaran pada umumnya, namun yang membedakan ialah pada tindakan. Tindakan yang diberikan ialah penggunaan media puzzle. Perencanaan pada penelitian ini dirancang dengan sumber dari hasil analisis dan refleksi peneliti akan pembelajaran-pembelajaran sebelumnya, sehingga kualitas perencanaan menjadi semakin baik dari setiap siklusnya. Sejalan dengan itu, pelaksanaan pun menjadi semakin terkoordinir dengan baik, sehingga berpengaruh pada hasil belajar siswa yang semakin meningkat pula. Dapat disimpulkan bahwa perencanaan yang baik ialah perencanaan yang sebelumnya diadakan refleksi terlebih dahulu, sehingga guru dapat mengetahui kesalahan-kesalahan yang harus diperbaiki pada pembelajaran selanjutnya.

2. Penggunaan media puzzle pada pembelajaran bilangan pecahan sederhana memberikan pengaruh positif pada pelaksanaan proses pembelajaran. Hal ini tampak pada hasil observasi dimana secara keseluruhan media mampu meningkatkan dan memelihara minat siswa terhadap materi yang disajikan serta mampu mendorong siswa untuk memahami materi dengan lebih jelas. Siswa dengan cepat mudah memahami bilangan pecahan dalam bentuk gambar. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran bilangan pecahan dengan menggunakan media puzzle memudahkan siswa


(55)

untuk memahami bilangan pecahan sederhana terutama dalam bentuk gambar.

3. Hasil belajar siswa pada pembelajaran bilangan pecahan sederhana mengalami peningkatan dilihat dari rata-rata skor tes dan ketuntasan belajar setiap siklusnya. Jumlah siswa dengan skor yang telah tuntas dari KKM setiap siklusnya mengalami peningkatan, sejalan dengan rata-rata kelas yang semakin naik. Namun bila dilihat berdasarkan rata-rata indeks gain, hasil belajar siswa setiap siklusnya mengalami penurunan dari siklus 1 hingga siklus 3 dengan kategori rendah.

B. Rekomendasi

Berdasarkan paparan simpulan di atas maka rekomendasi yang bisa peneliti berikan dari hasil penelitian adalah sebagai berikut :

1. Penggunaan media puzzle pada pembelajaran bilangan pecahan merupakan salah satu alternatif tindakan yang telah terbukti dapat dilakukan untuk memperbaiki hasil belajar siswa. Namun, tindakan ini bukan satu-satunya yang dapat dilakukan, sehingga diharapkan dengan adanya penelitian ini semoga dapat mendorong guru-guru untuk terus mengeksplor tindakan-tindakan yang lebih baik untuk memperbaiki permasalahan pembelajaran yang terjadi di kelas.

2. Pada penelitian ini masih terdapat kekurangan-kekurangan seperti rata-rata indeks gain yang menurun. Oleh karena itu pada penelitian selanjutnya, diharapkan dapat memperbaiki hal tersebut dengan tindakan yang lebih relevan. Selain itu, peneliti menyadari bahwa penelitian masih sangat terbatas karena menggunakan metode PTK, dimana hasilnya hanya dapat digunakan pada siswa yang memiliki karakteristik serupa dengan subjek penelitian serta materi pokok yang sama. Sehingga diharapkan untuk penelitian selanjutnya semoga dapat melakukan


(56)

120

penelitian dengan metode yang lebih luas seperti metode eksperimen sehingga hasil penelitian dapat digeneralisir.


(57)

DAFTAR PUSTAKA

Ardiansyah, M. Asrori. (2011). Prestasi Belajar Siswa. [online]. Tersedia:

http://www.majalahpendidikan.com/2011/05/prestasi-belajar-siswa.html. [20 Februari 2013]

Arikunto, Suharsimi, Suhardjono dan Supardi. (2006). Penelitian Tindakan

Kelas. Jakarta:Bumi Aksara.

Arikunto, Suharsimi. (2009). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta:Bumi Aksara.

Chimala, Nurul. (2012). Penggunaan Media Puzzle Geografi untuk Meningkatkan Minat dan Hasil Belajar Ips-Geografi Siswa Kelas IXD SMP Muhammadiyah 2. [online]. Tersedia : http://mala_ting2.guru-indonesia.net/artikel_detail-21695.html. [20 Februari 2013]

Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas). (2006). Bahan 02 : Pendidikan

dan Pelatihan Kurikulum Tinkat Satuan Pendidikan Sekolah Dasar.

Jakarta: BSNP.

Dimyati dan Mudjiono. (1999). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:Depdikbud dan Rineka Cipta.

Epeni, Hani. (2012). Puzzle. [online]. Tersedia:

http://kuliah.itb.ac.id/course/info.php?id=435. [20 Februari 2013]

Heruman. (2007). Model Pembelajaran Matematika. Bandung:Remaja Rosdakarya.

Ian. (2010). Perbedaan Media dan Alat Peraga. [online]. Tersedia: http://ian43.wordpress.com/2010/11/03/perbedaan-media-dan-alat-peraga/. [20 Februari 2013]


(58)

121

Kesuma Dharma dan Moh Salimi. (2011). Perencanaan Pembelajaran. Program Pendidikan Guru sekolah Dasar FIP UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan.

Misbach, Muzamil. (2012). Media Puzzle. [online]. Tersedia: http://economicsjurnal.blogspot.com/2010/06/media-puzzle.html. [20 Februari 2013]

Novianti, (2010). Penggunaan Alat Peraga Gambar untuk Meningkatkan Hasil

Belajar Penjumlahan Pecahan SIswa Kelas V SDN Gudang Kahuripan 1 Lembang. Skripsi UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

Prabawanto, Sufyani. (2013). Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah

Komunikasi dan Self-Eficacy Matematis Mahasiswa Melalui Pembelajaran dengan Pendekatan Metacognitive Scaffolding. Disertasi

UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

Prihardina, Meidiana. (2012). Penerapan Model Pembelajaran Learning Cycle

Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V Pada Pembelajaran Ipa Materi Pokok Sifat-Sifat Cahaya. Skripsi UPI Bandung. Tidak

diterbitkan.

Purwanto. (2008). Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta:Pustaka Pelajar.

Rahmawati, Ati. (2008). Penggunaan Alat Peraga Benda Manipulatif untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa tentang Pemahan Konsep Pecahan Pada Mata Pelajaran Matematika. Skripsi UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Ratmayati, Tati. (2011). Penggunaan Benda Manipulatif dalam Pembelajaran Matematika di Kelas I SD untuk Meningkatkan Kemampuan Menyelesaikan Operasi Hitung Penjumlahan dan Pengurangan. Skripsi UPI Bandung: Tidak diterbitkan.


(59)

Riduwan, (2011). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan

Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta.

Russefendi. (1979). Dasar-Dasar Matematika Modern. Bandung:Tarsito.

Ruswandi, Mujono dan Ayi Suherman. (2007). Metode Penelitian Pendidikan Sekolah Dasar. Bandung: UPI Press.

Sadiman, Arief S, dkk (2009). Media Pendidikan. Jakarta:Raja Grafindo Persada.

Sagala, Syaiful. (2003). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung:Alfabeta.

Sudrajat, Akhmad. (2008). Konsep Media Pembelajaran. [online]. Tersedia :

http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/12/konsep-media-pembelajaran/. [20 Februari 2013]

Sukayati. (2008). Penelitian Tindakan Kelas di SD. Yogyakarta:Depdiknas.

Susilana, Rudi dan Cepi Riyana. (2008). Media Pembelajaran: Hakikat,

Pengembangan, Pemanfaatan, dan Penilaian. Bandung: Jurusan

Kurtekpend FIP UPI.

Syukron, Muh. (2011). Penggunaan Media Games Puzzle. [online]. Tersedia: http://syukronsahara.blogspot.com/2011/05/penggunaan-media-games-puzzle.html. [20 Februari 2013]

Tim Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar. (2011). Pedoman Pembelajaran

Matematika Sekolah Dasar. Jakarta: Depdikbud.

Tim Sertifikasi Guru dalam Jabatan Rayon 110 UPI. (2010). Bahan Ajar


(60)

123


(1)

untuk memahami bilangan pecahan sederhana terutama dalam bentuk gambar.

3. Hasil belajar siswa pada pembelajaran bilangan pecahan sederhana mengalami peningkatan dilihat dari rata-rata skor tes dan ketuntasan belajar setiap siklusnya. Jumlah siswa dengan skor yang telah tuntas dari KKM setiap siklusnya mengalami peningkatan, sejalan dengan rata-rata kelas yang semakin naik. Namun bila dilihat berdasarkan rata-rata indeks gain, hasil belajar siswa setiap siklusnya mengalami penurunan dari siklus 1 hingga siklus 3 dengan kategori rendah.

B. Rekomendasi

Berdasarkan paparan simpulan di atas maka rekomendasi yang bisa peneliti berikan dari hasil penelitian adalah sebagai berikut :

1. Penggunaan media puzzle pada pembelajaran bilangan pecahan merupakan salah satu alternatif tindakan yang telah terbukti dapat dilakukan untuk memperbaiki hasil belajar siswa. Namun, tindakan ini bukan satu-satunya yang dapat dilakukan, sehingga diharapkan dengan adanya penelitian ini semoga dapat mendorong guru-guru untuk terus mengeksplor tindakan-tindakan yang lebih baik untuk memperbaiki permasalahan pembelajaran yang terjadi di kelas.

2. Pada penelitian ini masih terdapat kekurangan-kekurangan seperti rata-rata indeks gain yang menurun. Oleh karena itu pada penelitian selanjutnya, diharapkan dapat memperbaiki hal tersebut dengan tindakan yang lebih relevan. Selain itu, peneliti menyadari bahwa penelitian masih sangat terbatas karena menggunakan metode PTK, dimana hasilnya hanya dapat digunakan pada siswa yang memiliki karakteristik serupa dengan subjek penelitian serta materi pokok yang sama. Sehingga diharapkan untuk penelitian selanjutnya semoga dapat melakukan


(2)

120

penelitian dengan metode yang lebih luas seperti metode eksperimen sehingga hasil penelitian dapat digeneralisir.


(3)

120

DAFTAR PUSTAKA

Ardiansyah, M. Asrori. (2011). Prestasi Belajar Siswa. [online]. Tersedia:

http://www.majalahpendidikan.com/2011/05/prestasi-belajar-siswa.html. [20 Februari 2013]

Arikunto, Suharsimi, Suhardjono dan Supardi. (2006). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:Bumi Aksara.

Arikunto, Suharsimi. (2009). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta:Bumi Aksara.

Chimala, Nurul. (2012). Penggunaan Media Puzzle Geografi untuk Meningkatkan Minat dan Hasil Belajar Ips-Geografi Siswa Kelas IXD SMP Muhammadiyah 2. [online]. Tersedia : http://mala_ting2.guru-indonesia.net/artikel_detail-21695.html. [20 Februari 2013]

Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas). (2006). Bahan 02 : Pendidikan dan Pelatihan Kurikulum Tinkat Satuan Pendidikan Sekolah Dasar. Jakarta: BSNP.

Dimyati dan Mudjiono. (1999). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:Depdikbud dan Rineka Cipta.

Epeni, Hani. (2012). Puzzle. [online]. Tersedia: http://kuliah.itb.ac.id/course/info.php?id=435. [20 Februari 2013]

Heruman. (2007). Model Pembelajaran Matematika. Bandung:Remaja Rosdakarya.

Ian. (2010). Perbedaan Media dan Alat Peraga. [online]. Tersedia: http://ian43.wordpress.com/2010/11/03/perbedaan-media-dan-alat-peraga/. [20 Februari 2013]


(4)

121

Kesuma Dharma dan Moh Salimi. (2011). Perencanaan Pembelajaran. Program Pendidikan Guru sekolah Dasar FIP UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan.

Misbach, Muzamil. (2012). Media Puzzle. [online]. Tersedia: http://economicsjurnal.blogspot.com/2010/06/media-puzzle.html. [20 Februari 2013]

Novianti, (2010). Penggunaan Alat Peraga Gambar untuk Meningkatkan Hasil Belajar Penjumlahan Pecahan SIswa Kelas V SDN Gudang Kahuripan 1 Lembang. Skripsi UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

Prabawanto, Sufyani. (2013). Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah

Komunikasi dan Self-Eficacy Matematis Mahasiswa Melalui

Pembelajaran dengan Pendekatan Metacognitive Scaffolding. Disertasi UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

Prihardina, Meidiana. (2012). Penerapan Model Pembelajaran Learning Cycle Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V Pada Pembelajaran Ipa Materi Pokok Sifat-Sifat Cahaya. Skripsi UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

Purwanto. (2008). Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta:Pustaka Pelajar.

Rahmawati, Ati. (2008). Penggunaan Alat Peraga Benda Manipulatif untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa tentang Pemahan Konsep Pecahan Pada Mata Pelajaran Matematika. Skripsi UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Ratmayati, Tati. (2011). Penggunaan Benda Manipulatif dalam Pembelajaran Matematika di Kelas I SD untuk Meningkatkan Kemampuan Menyelesaikan Operasi Hitung Penjumlahan dan Pengurangan. Skripsi UPI Bandung: Tidak diterbitkan.


(5)

Riduwan, (2011). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta.

Russefendi. (1979). Dasar-Dasar Matematika Modern. Bandung:Tarsito.

Ruswandi, Mujono dan Ayi Suherman. (2007). Metode Penelitian Pendidikan Sekolah Dasar. Bandung: UPI Press.

Sadiman, Arief S, dkk (2009). Media Pendidikan. Jakarta:Raja Grafindo Persada.

Sagala, Syaiful. (2003). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung:Alfabeta.

Sudrajat, Akhmad. (2008). Konsep Media Pembelajaran. [online]. Tersedia :

http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/12/konsep-media-pembelajaran/. [20 Februari 2013]

Sukayati. (2008). Penelitian Tindakan Kelas di SD. Yogyakarta:Depdiknas.

Susilana, Rudi dan Cepi Riyana. (2008). Media Pembelajaran: Hakikat, Pengembangan, Pemanfaatan, dan Penilaian. Bandung: Jurusan Kurtekpend FIP UPI.

Syukron, Muh. (2011). Penggunaan Media Games Puzzle. [online]. Tersedia: http://syukronsahara.blogspot.com/2011/05/penggunaan-media-games-puzzle.html. [20 Februari 2013]

Tim Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar. (2011). Pedoman Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar. Jakarta: Depdikbud.

Tim Sertifikasi Guru dalam Jabatan Rayon 110 UPI. (2010). Bahan Ajar Matematika SD/MI. Bandung: UPI


(6)

123


Dokumen yang terkait

PENGGUNAAN ALAT PERAGA TULANG NAPIER DALAM PEMBELAJARAN OPERASI PERKALIAN BILANGAN CACAH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA: Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas IV Semester II SDN6 Cikidang Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat Tahun Ajaran

23 350 42

PENGGUNAAN MEDIA KERTAS LIPAT UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN PECAHAN : Penelitian Tindakan Kelas akan dilaksanakan terhadap siswa kelas V di SDN 1 Cibodas, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat.

1 2 37

PENERAPAN MODEL STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA PADA MATERI POKOK BILANGAN PECAHAN :Penelitian Tindakan Kelas Dilaksanakan pada Siswa Kelas IV SDN 2 Cibogo Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat.

0 2 37

PENGGUNAAN MEDIA PERMAINAN KARTU DOMINO PECAHAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN PECAHAN : Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas IV di SDN 4 Cibodas Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat Tahun Ajaran

0 0 30

PENERAPAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MATERI POKOK PECAHAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA : Penelitian Tindakan Kelas Dilaksanakan pada Siswa Kelas IV SDN Banyuhurip Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat Tahun Pelaj

0 0 39

PENERAPAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SD PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA MATERI POKOK BANGUN DATAR :Penelitian Tindakan Kelas di Kelas V SDN Barunagri Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat.

1 3 26

PENERAPAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI BILANGAN BULAT :Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Negeri Cibeunying Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat Tahun Ajaran 2012/2013.

0 0 36

PENERAPAN METODE DISCOVERY UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SD PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA MATERI POKOK BANGUN RUANG :Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV SDN Barunagri Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat.

1 5 32

PENERAPAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA MATERI PECAHAN : Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas V SD Negeri Banyuhurip Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat Tahun Pelajaran 20

0 0 41

PENERAPAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI KONSEP OPERASI BILANGAN BULAT : Penelitian Tindakan Kelas Pada Kelas IV SD Negeri Pasirwangi Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat.

0 2 40