PENERAPAN MODEL STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA PADA MATERI POKOK BILANGAN PECAHAN :Penelitian Tindakan Kelas Dilaksanakan pada Siswa Kelas IV SDN 2 Cibogo Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat.

(1)

PENERAPAN MODEL STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA

PADA MATERI POKOK BILANGAN PECAHAN

(Penelitian Tindakan Kelas Dilaksanakan pada Siswa Kelas IV SDN 2 Cibogo Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh Lina Rohliana

1003484

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN PEDAGOGIK

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2014


(2)

PENERAPAN MODEL STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA

PADA MATERI POKOK BILANGAN PECAHAN

(Penelitian Tindakan Kelas Dilaksanakan pada Siswa Kelas IV SDN 2 Cibogo Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat)

Oleh Lina Rohliana

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh Gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

© Lina Rohliana 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

(4)

DAFTAR ISI

HALAMAN PERNYATAAN

ABSTRAK ...i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMAKASIH ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR DIAGRAM ...ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan MasalahPenelitian ... 5

C. Tujuan Penelitian Tindakan ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Hipotesis Tindakan ... 6

F. Definisi Operasional ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Cooperative Learning ... 8

B. Model Cooperative Learning Tipe Student Team Achievement Division (STAD)... 9

C. Keunggulan dan Kelemahan model Cooperative Learning Tipe STAD ... 12

D. Kemampuan Kognitif ... 12

E. Hakikat Belajar dan Pembelajaran ... 18

F. Pembelajaran Matematika SD ... 19

G. Bilangan Pecahan ... 20

H. Penelitian yang Relevan ... 22


(5)

vi

Lina Rohliana, 2014

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian ... 24

B. Model Penelitian ... 25

C. Lokasi, Waktu, dan Subjek Penelitian ... 27

D. Prosedur Penelitian ... 28

E. Instrumen Penelitian ... 33

F. Pengolahan dan Analisis Data ... 35

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 39

1. Siklus I ... 41

2. Siklus II... 52

B. Pembahasan ... 63

1. Pelaksanaan Model Cooperative Learning Tipe Student Team Achievement Division (STAD) ... 63

2. Peningkatan Kemampuan Kognitif ... 71

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ... 77

B. Rekomendasi ... 78

DAFTAR PUSTAKA ... 79


(6)

DAFTAR TABEL Tabel

1.1 Nilai pre-test Matematika materi pokok pecahan kelas IV SDN 2 Cibogo 3

3.1 Lembar Observasi Guru dan Siswa ... 34

3.2 Interpretasi Keterlaksanaan Model Pembelajaran ... 36

4.1 Nilai Data Awal Siswa Kelas IV SDN 2 Cibogo ... 40

4.2 Nilai Siswa Kelas IV SDN 2 Cibogo Siklus I ... 45


(7)

viii

Lina Rohliana, 2014

DAFTAR GAMBAR Gambar

2.1 Ikhtisar Taksonomi Bloom ... 13

2.2 Hubungan Antarkomponen dalam Pembelajaran... 19

2.3 Kerangka Berpikir ... 23


(8)

DAFTAR DIAGRAM Diagram

4.1 Ketuntasan Hasil Belajar Siklus I ... 47 4.2 Ketuntasan Hasil Belajar Siklus II ... 58 4.3 Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Setiap Siklus ... 61 4.4 Peningkatan Kemampuan Kognitif Siswa pada Bilangan Pecahan


(9)

x

Lina Rohliana, 2014

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran

A – Instrumen pembelajaran  RPP siklus I dan siklus II  LKS siklus I dan siklus II  Tabel prestasi

 Piagam penghargaan B – Instrumen pengumpulan data

 Lembar observasi siklus I dan siklus II  Lembar evaluasi siklus I dan siklus II  Kisi-kisi soal siklus I dan siklus II C – Dokumentasi


(10)

ABSTRAK

PENERAPAN MODEL STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA

PADA MATERI POKOK BILANGAN PECAHAN (Penelitian Tindakan Kelas Dilaksanakan pada Siswa Kelas IV SDN 2 Cibogo Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat)

Lina Rohliana (1003484)

Penelitian ini dilaksanakan di kelas IV SDN 2 Cibogo yang berjumlah 41 siswa dengan jumlah siswa laki-laki sebanyak 17 orang dan jumlah siswa perempuan sebanyak 24 orang. Latar belakang penelitian ini adalah rendahnya kemampuan kognitif siswa pada materi pokok bilangan pecahan yang diakibatkan oleh metode mengajar guru, yaitu metode konvensional. Hal ini berdasarkan hasil data awal dan observasi yang dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan mengenai pembelajaran Matematika dengan menerapkan model Student Team Achievement Division (STAD) serta untuk mengetahui peningkatan kemampuan kognitif siswa pada materi pokok bilangan pecahan dengan menerapkan model Student Team Achievement Division (STAD). Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas dengan Model Kemmis & Mc.Taggart melalui dua siklus. Untuk memperoleh data hasil penelitian, dibuat instrumen pembelajaran dan instrumen pengumpulan data. Data dianalisis dengan cara kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian ini yaitu pelaksanaan pembelajaran selama penelitian secara umum telah berlangsung dengan baik, terdapat peningkatan kemampuan kognitif siswa pada materi pokok bilangan pecahan yang cukup signifikan selama penelitian berlangsung. Peningkatan kemampuan kognitif siswa pada materi pokok bilangan pecahan tersebut dibuktikan dengan persentase ketuntasan hasil belajar pada siklus I sebesar 63,41% dan siklus II sebesar 82,92%. Sedangkan berdasarkan analisis skor rata-rata kelas pada siklus I sebesar 70,00 dan siklus II 76,95. Diharapkan guru dapat menerapkan model Student Team Achievement Division (STAD) dengan pelaksanaan yang baik agar kemampuan kognitif siswa pada materi pokok bilangan pecahan dapat meningkat.

Kata kunci: model Student Team Achievement Division (STAD), kemampuan kognitif, materi bilangan pecahan


(11)

ii

Lina Rohliana, 2014

ABSTRACT

THE APPLICATION OF STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) MODEL TO INCREASE STUDENTS’ COGNITIVE ABILITY IN

SUBJECT MATTER OF FRACTIONS

(Classroom Action Research Implemented in Class IV Students of SDN 2 Cibogo Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat)

Lina Rohliana (1003484)

This study is implemented in class IV students of SDN 2 Cibogo totaling 41 students with the amount of male students are 17 people and female students are

24 people. The background of this study is the low of students’ cognitive ability in

subject matter of fractions which is caused by teachers’ teaching method, which is conventional method. It is based on pre-test result and observation that has been done. The aims of this study are to discover how learning Mathematics by applying Student Team Achievement Division (STAD) model is implemented and

to find out the increasing of students’ cognitive ability in subject matter of

fractions by applying Student Team Achievement Division (STAD) model. The methodology used in this study is Classroom Action Research by Kemmis and Mc. Taggart Model through two cycles. To gain study result data, learning instrument and data collection instrument have been made. The data were analyzed by using qualitative and quantitative ways. The result of the study is learning implementation during the study generally has been going well, and there

is also significant increasing in students’ cognitive ability in subject matter of fractions during the study. The increasing in students’ cognitive ability in subject

matter of fractions is proven by the percentage of study result completeness in cycle I in the amount of 63.41% and cycle II in the amount of 82.92%. Whereas, according to class average score analysis in cycle I in the amount of 70.00 and cycle II 76.95%. The teachers are expected to apply Student Team Achievement

Division (STAD) model with well implementation so that students’ cognitive

ability can increase.

Keywords: Student Team Achievement Division (STAD) model, cognitive ability,


(12)

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi mengenai latar belakang peneliti mengambil judul skripsi. Selain itu, dalam bab ini peneliti membahas rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian tindakan, manfaat penelitian, hipotesis tindakan, dan definisi operasional.

A. Latar Belakang Masalah

Menurut Nasution (dalam Karso, 2008: 1.39) istilah Matematika berasal dari

kata bahasa Yunani “mathein” atau “manthenein” artinya mempelajari. Menurut

Johnson dan Rising (dalam Karso, 2008: 1.39) menyatakan bahwa “Matematika adalah adalah pola pikir, pola mengorganisasikan pembuktian yang logik”. Sedangkan menurut Reys (dalam Karso, 2008: 1.39) mengatakan bahwa “Matematika adalah telaahan tentang pola dan hubungan, suatu jalan atau pola berpikir, suatu seni, suatu bahasa dan suatu alat”. Jadi Matematika merupakan ilmu pasti mengenai pola pikir dan mengorganisasikan secara logis yang bertujuan untuk membantu manusia dalam kehidupan bermasyarakat.

Mata pelajaran Matematika diajarkan dari Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi. Tujuan pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar, mengacu pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2007, Depdiknas (dalam Nurhazariah, 2013: 2) yaitu “…agar siswa sanggup menghadapi perubahan keadaaan di dalam kehidupan dan di dunia yang selalu berkembang, melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, efektif dan efisien”.

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang ada dalam kurikulum sekolah sebagaimana tercantum dalam UU No. 20 tahun 2003 pasal 37 ayat 1 (dalam Nurhazariah, 2013: 3) bahwa “satu diantara semua mata pelajaran yang wajib diikuti peserta didik pada pendidikan dasar adalah Matematika”. Untuk siswa pendidikan dasar (SD), Matematika sangat berguna sekali bagi mereka untuk mengembangkan proses berpikir mereka mulai dari hal-hal yang sederhana sampai kepada hal-hal yang rumit. Untuk mengembangkan proses berpikir siswa,


(13)

2

Lina Rohliana, 2014

seorang guru harus dapat menciptakan pembelajaran yang kreatif. Untuk menciptakan pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan, diperlukan berbagai keterampilan diantaranya adalah keterampilan membelajarkan atau keterampilan mengajar. Sesuai menurut Turney (dalam Wahyuni, 2013) ada delapan keterampilan mengajar yang sangat berperan dan menentukan kualitas

pembelajaran, yaitu “…keterampilan bertanya, memberi penguatan, mengadakan

variasi, menjelaskan, membuka dan menutup pelajaran, membimbing diskusi kelompok kecil, mengelola kelas, serta mengajar kelompok kecil atau perorangan”.

Pada pembelajaran Matematika guru harus menyiapkan kondisi bagi siswanya agar mampu menguasai konsep-konsep yang akan dipelajari mulai dari yang sederhana sampai pada yang lebih kompleks. Perlu kita sadari bahwa tujuan akhir dari belajar Matematika adalah pemahaman terhadap konsep-konsep Matematika yang relatif abstrak. Sedangkan strategi teori-teori belajar tentang pengalaman lingkungan dan manipulasi benda konkrit hanyalah sebagai jembatan dalam memahami konsep-konsep Matematika tersebut yang pada akhirnya tetap siswa harus belajar sesuai dengan hakikat Matematika. Pada proses pembelajaran, peran seorang guru sangat penting dalam membelajarkan peserta didik. Guru harus pintar dalam menentukan cara pembelajaran yang baik dan sesuai kebutuhan peserta didiknya.

Setelah melaksanakan observasi di SDN 2 Cibogo Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat, terdapat beberapa masalah yang terjadi yang berkaitan dengan pembelajaran. Diantaranya yaitu masih banyak peserta didik yang merasa kesulitan pada mata pelajaran Matematika, tepatnya materi pokok bilangan pecahan, proses pembelajaran tidak kondusif, hasil belajar yang kurang memuaskan. Berikut diperoleh data siswa kelas IV SDN 2 Cibogo Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat dari hasil ulangan harian pada materi pokok bilangan pecahan untuk mengukur kemampuan kognitif siswa sebelum dilakukannya tindakan, yang dilaksanakan pada tanggal 8 Maret 2014.


(14)

3

Tabel 1.1

Tabel nilai ulangan harian Matematika materi pokok pecahan kelas IV SDN 2 Cibogo

Kelas Banyak Siswa

Jumlah Nilai

Pre-test

KKM Rata-rata Nilai Matematika Ketuntasan Hasil Belajar Banyak Siswa Tuntas Banyak Siswa Belum Tuntas

IV 41 2314 63 56,44 41,46% 17 24

Sumber: Daftar nilai ulangan harian kelas IV SDN 2 Cibogo, dikutip tanggal 8 Maret 2014

Berdasarkan tabel tersebut, terlihat bahwa rata-rata nilai Matematika siswa kelas IV belum mencapai KKM. Masih ada siswa yang nilainya berada di bawah KKM, yaitu sebanyak 24 orang. Hal itu menunjukkan bahwa kemampuan kognitif siswa masih rendah. Sedangkan 17 siswa lainnya mendapatkan nilai di atas KKM. Oleh karena itu peneliti mengambil kelas IV sebagai objek dalam penelitian ini.

Penyebab rendahnya nilai siswa kelas IV SDN 2 Cibogo dikarenakan siswa tidak fokus dalam memperhatikan penjelasan guru. Selain itu jumlah siswa yang terlalu banyak dalam satu kelas juga mempengaruhi konsentrasi siswa. Sehingga tidak semua siswa dapat terkontrol secara langsung oleh guru. Beberapa masalah konkrit lainnya dari siswa yang ditemukan antara lain adalah siswa terlihat tidak antusias dalam mengikuti pembelajaran Matematika, sering mengobrol ketika pembelajaran berlangsung, malas mendengarkan penjelasan guru, ramai sendiri ketika diterangkan, dan sering keluar masuk kelas. Perilaku siswa tersebut menyebabkan anak sangat sulit untuk menerima dan memahami materi pembelajaran. Dampak dari hal tersebut adalah tingkat kesukaran siswa dalam pemahaman konsep yang menyebakan kemampuan kognitif siswa rendah.

Proses pembelajaran yang berlangsung kebanyakan berpusat pada guru (teaching center) dengan menggunakan metode konvensional (ceramah). Dalam hal ini, siswa hanya menerima ilmu dari guru tanpa adanya peran serta dari peserta didik tersebut. Sehingga hanya beberapa siswa saja yang bisa memahami


(15)

4

Lina Rohliana, 2014

pembelajaran tersebut, dan sebagiannya tidak dapat memahami pembelajaran. Proses pembelajaran yang monoton di dalam kelas dikarenakan proses pembelajaran yang berpusat pada guru sehingga mengakibatkan tidak berpartisipasinya siswa dalam pembelajaran.

Dari identifikasi masalah di atas, peneliti memberikan dua alternatif pemecahan masalah, yaitu dengan penerapan model RME dan penerapan model STAD. Model Realistic Mathematics Education (RME) menitikberatkan pada hal-hal yang nyata, yang dialami langsung oleh siswa. Sedangkan model Student Team Achievement Division (STAD) ini melibatkan kompetisi antarkelompok untuk mendapatkan skor sebesar-besarnya. Pada model ini, siswa yang berkemampuan tinggi dapat membantu siswa yang berkemampuan rendah untuk menguasai materi pelajaran. Sehingga peran tutor sebaya sangat berpengaruh dan membantu terhadap siswa lainnya.

Setelah mengkaji kedua alternatif tersebut, peneliti memilih model STAD yang akan dijadikan variabel dalam penelitiannya. Karena sesuai kebutuhan siswa SDN 2 Cibogo untuk meningkatkan kemampuan kognitif siswa, terutama dalam pembelajaran Matematika. Adapun alasan peneliti memilih model Student Team Achievement Division (STAD) karena dalam model ini siswa yang memiliki kemampuan akademik tinggi diharapkan dapat menerima dan membantu siswa lain, menghadapi tantangan dan dapat bekerja dalam tim. Sehingga terjalin tutor sebaya. Student Team Achievement Division (STAD) merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Slavin (Huda, 2013: 201) yang didalamnya beberapa kelompok siswa dengan level kemampuan akademik yang berbeda-beda saling bekerja sama untuk menyelesaikan tujuan pembelajaran. Selain itu menurut Slavin (2005: 143) STAD merupakan model yang paling baik untuk permulaan bagi para guru yang baru menggunakan pendekatan kooperatif.

Berdasarkan uraian dari latar belakang tersebut maka dalam penelitian ini, peneliti memilih judul Penerapan Model Student Team Achievement Division (STAD) untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Siswa pada Materi Pokok Bilangan Pecahan” (Penelitian Tindakan Kelas Dilaksanakan pada Siswa Kelas IV SDN 2 Cibogo Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat).


(16)

5

B. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan di atas, secara umum

permasalahan yang akan diteliti adalah “bagaimana penerapan model Student

Team Achievement Division (STAD) untuk meningkatkan kemampuan kognitif siswa pada materi pokok bilangan pecahan pada siswa kelas IV SDN 2 Cibogo Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat?”. Masalah tersebut dijabarkan dalam rumusan masalah yang lebih khusus yaitu berupa pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana pelaksanaan penerapan model Student Team Achievement Division (STAD) pada materi pokok bilangan pecahan pada siswa di kelas IV SDN 2 Cibogo Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat?

2. Bagaimana peningkatan kemampuan kognitif siswa dalam pembelajaran Matematika materi pokok bilangan pecahan setelah menerapkan model Student Team Achievement Division (STAD) di kelas IV SDN 2 Cibogo Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat?

C. Tujuan Penelitian Tindakan

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan “penerapan model Student Team Achievement Division (STAD) untuk meningkatkan kemampuan kognitif siswa pada materi pokok bilangan pecahan pada siswa kelas IV SDN 2 Cibogo Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat.” Tujuan khusus dari penelitian tindakan ini adalah untuk mengetahui:

1. Pelaksanaan penerapan model Student Team Achievement Division (STAD) pada materi pokok bilangan pecahan pada siswa di kelas IV SDN 2 Cibogo Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat.

2. Peningkatan kemampuan kognitif siswa dalam pembelajaran Matematika materi pokok bilangan pecahan setelah menerapkan model Student Team Achievement Division (STAD) di kelas IV SDN 2 Cibogo Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat.


(17)

6

Lina Rohliana, 2014

D. Manfaat Penelitian 1. Teoritik

Penelitian ini diharapkan akan mendapatkan penjelasan tentang penerapan model Student Team Achievement Division (STAD) pada pembelajaran Matematika materi pokok bilangan pecahan yang dapat meningkatkan kemampuan kognitif pada siswa kelas IV. Sehingga dapat dijadikan sebagai dasar dalam pengembangan penelitian tindakan kelas dan dapat dijadikan upaya bersama antara sekolah, guru dan peneliti yang lain untuk memperbaiki proses pembelajaran secara menyeluruh khususnya yang diarahkan untuk meningkatkan kemampuan kognitif siswa, serta sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya. 2. Praktis

a) Bagi siswa, diharapkan dengan penelitian ini dapat meningkatkan kemampuan kognitif siswa dan termotivasi untuk belajar, serta dapat mengaplikasikan pecahan dalam kehidupan sehari-hari.

b) Bagi Guru, diharapkan dengan penelitian ini dapat termotivasi untuk menggunakan model pembelajaran yang beragam sesuai dengan materi dan kebutuhan siswa di kelas.

c) Bagi Sekolah, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah, khususnya mutu praktek pembelajaran.

d) Bagi Peneliti, diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan ilmu yang sangat bermanfaat untuk masa depan kelak, sehingga peneliti dapat menyesuaikan dan menggunakan model pembelajaran yang sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh peserta didik.

E. Hipotesis Tindakan

Dengan penerapan model Student Team Achievement Division (STAD) materi pokok bilangan pecahan dapat meningkatkan kemampuan kognitif siswa kelas IV SDN 2 Cibogo Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat.


(18)

7

F. Definisi Operasional

Dalam menjaga kekeliruan interpretasi atas penggunaan istilah pada penelitian ini, maka penulis menganggap perlu untuk mendefinisikannya secara operasional mengenai istilah sebagai berikut.

1. Model Student Team Achievement Division (STAD)

Model Student Team Achievement Division (STAD) dalam penelitian ini merupakan salah satu tipe dari model cooperative learning. Model STAD terdiri dari lima komponen utama, yaitu presentasi kelas, tim, kuis, skor kemajuan individual, dan rekognisi tim.

2. Kemampuan Kognitif

Kemampuan kognitif dalam penelitian ini diukur dari hasil tes siswa. Guru menyusun indikator sasaran yang disesuaikan dengan tahapan kemampuan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Peneliti menyesuaikan dengan materi yang akan diteliti, yaitu Standar Kompetensi ke enam, menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah, maka penilaian yang akan dilakukan hanya mencakup C1 (mengingat) dan C2 (memahami).


(19)

24

Lina Rohliana, 2014

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini berisi mengenai metodologi penelitian yang terdiri dari metode penelitian, model penelitian, lokasi, waktu, subjek penelitian, prosedur penelitian, instrumen penelitian, pengolahan dan analisis data.

A. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) yang memiliki peranan yang sangat penting untuk meningkatkan mutu pembelajaran apabila diimplementasikan dengan baik dan benar. Menurut Suhardjono (dalam Arikunto, 2006: 58) “PTK adalah penelitian tindakan yang dilakukan di kelas dengan tujuan memperbaiki atau meningkatkan

mutu praktik pembelajaran”. Sedangkan menurut Russeffendi (dalam Natalia & Kania, 2008: 4) “penelitian kelas merupakan suatu tindakan yang terarah, terencana, cermat, dan penuh perhatian yang dilakukan oleh praktisi pendidikan (guru) terhadap permasalahaan yang ada dalam kelas yang bertujuan untuk perbaikan pendidikan seperti metode mengajar, kurikulum, dan sebagainya”. Jadi, penelitian tindakan kelas (PTK) adalah suatu tindakan yang dilaksanakan oleh guru terhadap permasalahan yang ada di dalam kelas yang bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu pembelajaran. Menurut Natalia & Kania

(2008: 10) “tujuan utama PTK adalah untuk memecahkan permasalahan yang terjadi di kelas dan meningkatkan kegiatan guru dalam pengembangan profesionalnya”.

Menurut Arikunto (2006: 22) ada beberapa persyaratan penelitian tindakan oleh guru, yaitu:

1. Penelitian tindakan kelas harus tertuju atau mengenai hal-hal yang terjadi di dalam pembelajaran dan diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.

2. Penelitian tindakan kelas oleh guru menuntut dilakukannya pencermatan secara terus-menerus, objektif, dan sistematis. Artinya dicatat atau direkam dengan baik sehingga diketahui dengan pasti tingkat keberhasilan yang diperoleh peneliti.


(20)

25

3. Penelitian tindakan harus dilakukan sekurang-kurangnya dalam dua siklus tindakan yang berurutan. Informasi dari siklus terdahulu sangat menentukan bentuk siklus berikutnya. Oleh karena itu, siklus yang kedua, ketiga, dan seterusnya tidak dapat dirancang sebelum siklus pertama terjadi. Hasil refleksi harus digunakan sebagai bahan masukan untuk perencanaan siklus berikutnya.

4. Penelitian tindakan terjadi secara wajar, tidak mengubah aturan yang sudah ditentukan, dalam arti tidak mengubah jadwal yang berlaku. 5. Penelitian tindakan harus betul-betul disadari oleh pemberi sehingga

pihak-pihak yang bersangkutan dapat mengemukakan kembali apa yang dilakukan, baik mengenai tindakan, suasana ketika terjadi, reaksi siswa, urutan peristiwa, hal-hal yang dirasakan sebagai kelebihan dan kekurangan dibandingkan dengan rencana yang sudah dibuat sebelumnya.

6. Penelitian tindakan harus benar-benar menunjukkan adanya tindakan yang dilakukan oleh sasaran tindakan, yaitu siswa yang sedang belajar. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan dengan cara kerja sama dengan wali kelas IV SDN 2 Cibogo Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat untuk memperoleh hasil yang optimal melalui cara dan prosedur yang efektif, sehingga dimungkinkan adanya tindakan berulang dengan revisi melalui siklus yang telah ditentukan oleh peneliti untuk meningkatkan kemampuan kognitif siswa dalam mata pelajaran Matematika dengan materi pokok bilangan pecahan. Peneliti berperan sebagai guru yang akan melakukan tindakan pembelajaran sesuai perencanaan tindakan yang dibuat. Secara garis besar, tahapan PTK adalah perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, pengamatan tindakan (observasi), dan refleksi terhadap tindakan.

B. Model Penelitian

Di dalam penelitian tindakan kelas ada beberapa model yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam merancang dan melaksanakan penelitian tindakan. Pemilihan model yang digunakan dapat disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada. Model penelitian tindakan kelas diantaranya model Kemmis dan Mc. Taggart, model Kurt Lewin, model Ebbut, model Elliot, dan model Hopkins. Dari beberapa model tersebut, model yang akan digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini yaitu model Kemmis dan Mc. Taggart. Hal ini dikarenakan model Kemmis dan Mc. Taggart berorientasi pada siklus spiral


(21)

26

Lina Rohliana, 2014

refleksi, dimana di dalamnya terdapat beberapa komponen. Diantaranya perencanaan, tindakan, observasi, refleksi serta perencanaan kembali untuk memperbaiki proses pembelajaran selanjutnya. Adapun bentuk dari model spiral Kemmis dan Mc.Taggart adalah sebagai berikut.

Gambar 3.1

Model Spiral Kemmis dan Mc. Taggart (dimodifikasi dari Arikunto, 2006: 16)

Prosedur penelitian tindakan kelas model spiral Kemmis dan Mc. Taggart dalam bentuk siklus yang setiap siklusnya terdiri dari empat tahap. Penelitian diawali dengan perencanaan tindakan (planning), pelaksanaan tindakan (action), observasi (observation), melakukan refleksi (reflecting), dan seterusnya sampai perbaikan atau peningkatan yang diharapkan tercapai.

1. Perencanaan

Setelah mengidentifikasi masalah dan menemukan masalah, peneliti mendiskusikan rencana tindakan yang akan dilakukan, meliputi pembuatan

Kesimpulan

Siklus I

Siklus II


(22)

27

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS), tes (kuis), dan lembar observasi.

2. Pelaksanaan Tindakan

Dalam tahap ini, peneliti melaksanakan apa yang telah direncanakan sebelumnya pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Pelaksanaan tindakan sebanyak dua siklus. Dalam pelaksanaan pembelajaran, peneliti menggunakan model Student Team Achievement Division (STAD).

3. Observasi

Kegiatan observasi dilakukan pada saat pembelajaran dilaksanakan. Observasi saat pembelajaran dilaksanakan dilakukan oleh observer. Observer mengamati kegiatan guru dan siswa. Kegiatan pengamatan atau pengambilan data bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran, dengan menggunakan instrumen yang telah disiapkan. Yaitu dengan menggunakan lembar observasi yang diisi oleh observer.

4. Refleksi

Refleksi dilakukan untuk mengulas atau mengevaluasi kegiatan yang telah dilakukan, baik kelebihan maupun kekurangan dari proses pembelajaran pada siklus I. Kekurangan dan kelemahan pada siklus I akan diperbaiki pada siklus selanjutnya.

C. Lokasi, Waktu dan Subjek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 2 Cibogo, yang terletak di Jalan Asrama Brimob Desa Cikole Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat. Penelitian tindakan kelas mengenai penerapan model STAD untuk meningkatkan kemampuan kognitif siswa, dilaksanakan pada bulan April sampai bulan Juni 2014.

Subjek penelitian ini yaitu siswa kelas IV semester genap Sekolah Dasar Negeri 2 Cibogo Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat tahun ajaran 2013/2014. Jumlah siswa kelas IV di SD Negeri 2 Cibogo berjumlah 53 orang. Namun yang mengikuti penelitian hanya 41 orang. Dengan jumlah laki-laki 17 orang dan perempuan 24 orang. Siswa kelas IV SD Negeri 2 Cibogo memiliki


(23)

28

Lina Rohliana, 2014

latar belakang yang heterogen, ada yang berasal dari keluarga bermata pencaharian PNS, wiraswasta, Brimob, Bela Negara, dan lain-lain.

D. Prosedur Penelitian

Prosedur yang ditempuh dalam melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Orientasi Lapangan (penelitian awal)

a. Observasi terhadap kegiatan pembelajaran untuk memperoleh gambaran pelaksanaan pembelajaran Matematika selama ini.

b. Wawancara dengan pihak sekolah (wali kelas IV). Hal ini dilakukan untuk memperoleh informasi tentang gambaran pelaksanaan pembelajaran dan kendala yang dihadapi dalam pembelajaran matematika.

c. Melaksanakan pre-test dengan materi pokok bilangan pecahan.

d. Mengidentifikasi masalah-masalah pembelajaran yang terdapat di kelas tempat penelitian.

2. Tahap Persiapan Pra-tindakan

a. Menetapkan pokok bahasan yang akan dipergunakan dalam penelitian. Hal ini dilakukan untuk mempermudah peneliti dalam menyusun instrumen penelitian.

b. Merancang dan menyusun instrumen pembelajaran yang akan dilakukan, yang terdiri dari RPP dan LKS. Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa (LKS) dilakukan agar proses pembelajaran dapat lebih terarah untuk mencapai tujuan dari pembelajaran. c. Menyusun instrumen pengumpulan data. Instrumen pengumpulan data

berfungsi untuk merekam semua kegiatan yang dilaksanakan. Oleh karena itu instrumen pengumpulan data harus disusun secara baik. Instrumen pengumpulan data yang dibuat oleh peneliti adalah tes dan lembar observasi. d. Konsultasi instrumen pembelajaran dan instrumen pengumpulan data kepada

dosen pembimbing. Hal ini dilakukan agar instrumen yang dibuat memiliki kualitas yang baik.


(24)

29

e. Merevisi instrumen jika diperlukan.

3. Tahap Pelaksanaan Tindakan

Siklus I

a. Perencanaan

1) Menyusun instrumen pembelajaran yang terdiri dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa (LKS) dengan menggunakan model Student Team Achievement Division (STAD).

2) Menyusun instrumen pengumpulan data berupa lembar observasi dan lembar tes untuk mengukur keberhasilan siklus yaitu mengukur kemampuan kognitif siswa pada materi pokok bilangan pecahan.

3) Konsultasi atau bimbingan kepada dosen pembimbing mengenai instrumen penelitian yang telah dibuat.

4) Revisi instrumen jika diperlukan.

b. Pelaksanaan

Melaksanakan pembelajaran dengan menerapkan model Student Team Achievement Division (STAD). Adapun langkah-langkah pada penerapan model Student Team Achievement Division (STAD) adalah sebagai berikut.

1) Guru menyampaikan prosedur pembelajaran mengenai model STAD kepada siswa.

2) Guru melakukan demonstrasi mengenai pecahan sebagai sesuatu yang tidak utuh dengan menggunakan media kertas origami. Yaitu dengan menempelkan kertas origami yang menunjukkan bilangan pecahan dan

pada papan tulis.

3) Siswa menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru mengenai bilangan pecahan yang ditempelkan di papan tulis.

4) Guru memberikan masalah mengenai pecahan senilai dengan menempelkan media di papan tulis. Yaitu bilangan pecahan

.


(25)

30

Lina Rohliana, 2014

5) Salah satu siswa maju ke depan untuk mengerjakan soal yang diberikan oleh guru, dengan cara menunjukkan pecahan senilai dari

.

6) Guru membahas pekerjaan siswa untuk memberikan penguatan.

7) Guru memberikan masalah mengenai mengurutkan pecahan dengan menempelkan media di papan tulis. Yaitu bilangan pecahan

.

8) Guru bersama siswa berdiskusi untuk mengurutkan pecahan.

9) Guru memberikan LKS kepada setiap kelompok/tim, yang terdiri dari lima orang. Kemudian setiap kelompok/tim mengerjakan LKS dan berdiskusi mengenai soal-soal pada lembar kerja siswa. Anggota tim saling membantu anggotanya dalam memahami materi.

10) Setelah selesai, guru bersama siswa membahas LKS yang telah dikerjakan, agar siswa lebih memahami materi yang dipelajari.

11) Siswa diberikan soal/kuis yang berjumlah lima soal.

12) Guru menginstruksikan agar pekerjaan mereka ditukar dengan kelompok lain untuk diperiksa.

13) Guru bersama siswa memeriksa pekerjaan mereka. Guru memberikan bobot nilai yang berbeda pada tiap soalnya.

14) Setelah diperiksa, lembar soal dikembalikan kepada kelompoknya masing-masing. Kemudian ketua kelompok menghitung jumlah nilai semua anggota kelompok/timnya, lalu dirata-ratakan.

15) Guru mengumumkan tiga pemenang pada pembelajaran hari ini, yang dilihat dari nilai rata-rata setiap kelompok/tim.

16) Guru bersama siswa menyimpulkan pembelajaran yang telah dilaksanakan.

c. Observasi

1) Observasi dilakukan oleh observer. Observer melakukan observasi menggunakan lembar observasi yang digunakan untuk mengetahui aktivitas guru maupun siswa selama pembelajaran dengan penerapan model STAD. 2) Melakukan tes untuk mengetahui peningkatan kemampuan kognitif siswa.


(26)

31

Adapun tes yang dilakukan peneliti adalah berupa kuis, yang sesuai dengan tahapan pada model STAD.

d. Refleksi

Data yang diperoleh harus dianalisis sesegera mungkin. Setelah dianalisis, kemudian direfleksikan sebagai bahan evaluasi dan koreksi untuk memperbaiki siklus berikutnya.

Siklus II

a. Perencanaan

Perencanaan disusun berdasarkan hasil refleksi pada siklus I. Adapun perencanaan pada siklus II adalah sebagai berikut.

1) Menyusun instrumen pembelajaran yang terdiri dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa (LKS) dengan menggunakan model pembelajaran Student Team Achievement Division (STAD).

2) Menyusun instrumen pengumpulan data berupa lembar observasi dan lembar tes untuk mengukur keberhasilan siklus yaitu mengukur kemampuan kognitif siswa pada materi pokok bilangan pecahan dengan menerapkan model STAD.

3) Konsultasi atau bimbingan kepada dosen pembimbing mengenai instrumen penelitian yang telah dibuat.

4) Revisi instrumen jika diperlukan.

b. Pelaksanaan

1) Guru menyampaikan prosedur pembelajaran mengenai model STAD kepada siswa.

2) Guru melakukan demonstrasi mengenai pecahan senilai dengan menggunakan media HVS berwarna. Yaitu dengan menempelkan media yang menunjukkan bilangan pecahan pada papan tulis.


(27)

32

Lina Rohliana, 2014

3) Siswa menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru mengenai bilangan pecahan senilai yang ditempelkan di papan tulis.

4) Guru menempelkan media berupa kertas HVS dan kertas origami di papan tulis untuk membandingkan pecahan. Sehingga siswa dapat mengamati pecahan mana yang paling besar dan pecahan yang paling kecil nilainya. Bilangan pecahan tersebut adalah

.

5) Siswa menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru mengenai soal yang ada di papan tulis.

6) Guru memberikan masalah mengenai mengurutkan bilangan pecahan dari yang terkecil sampai terbesar. Bilangan pecahan tersebut adalah

,

,

,

.

7) Siswa bersama guru berdiskusi mengenai mengurutkan bilangan pecahan dari yang terkecil sampai terbesar dengan menggunakan media kertas asturo dan kertas berwarna.

8) Guru memberikan LKS kepada setiap kelompok/tim, yang terdiri dari lima orang. Kemudian setiap kelompok/tim mengerjakan LKS dan berdiskusi mengenai soal-soal pada lembar kerja siswa. Anggota tim saling membantu anggotanya dalam memahami materi.

9) Setelah selesai, guru bersama siswa membahas LKS yang telah dikerjakan, agar siswa lebih memahami materi yang dipelajari.

10) Siswa diberikan soal/kuis yang berjumlah lima soal.

11) Guru menginstruksikan agar pekerjaan mereka ditukar dengan kelompok lain untuk diperiksa.

12) Guru bersama siswa memeriksa pekerjaan mereka. Guru memberikan bobot nilai yang berbeda pada tiap soalnya.

13) Setelah diperiksa, lembar soal dikembalikan kepada kelompoknya masing-masing. Kemudian ketua kelompok menghitung jumlah nilai semua anggota kelompok/timnya, lalu dirata-ratakan.

14) Guru mengumumkan tiga pemenang pada pembelajaran hari ini, yang dilihat dari nilai rata-rata setiap kelompok/tim.


(28)

33

15) Guru bersama siswa menyimpulkan pembelajaran yang telah dilaksanakan. 16) Guru memberi kesempatan siswa untuk bertanya dan memberi penguatan.

c. Observasi

1) Observasi dilakukan oleh observer. Observer melakukan observasi menggunakan lembar observasi yang digunakan untuk mengetahui aktivitas guru maupun siswa selama pembelajaran dengan penerapan model STAD. 2) Melakukan tes untuk mengetahui peningkatan kemampuan kognitif siswa.

Adapun tes yang dilakukan peneliti adalah berupa kuis, yang sesuai dengan tahapan pada model STAD.

d. Refleksi

Data yang diperoleh harus dianalisis sesegera mungkin. Setelah dianalisis, kemudian direfleksikan sebagai bahan evaluasi dan koreksi untuk memperbaiki pembelajaran mendatang.

E. Instrumen Penelitian

Ada dua jenis instrumen yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu instrumen pembelajaran dan instrumen pengumpulan data.

1. Instrumen Pembelajaran

Instrumen pembelajaran yang digunakan pada pembelajaran Matematika diantaranya,

a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menggunakan model pembelajaran Student Team Achievement Division (STAD) sebagai pedoman pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada setiap siklus.

b. Lembar Kerja Siswa (LKS) yang digunakan untuk memfasilitasi siswa pada proses pembelajaran dengan cara diskusi bersama teman dalam kelompok.


(29)

34

Lina Rohliana, 2014

2. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya, a. Lembar observasi digunakan untuk memperoleh data tentang aktivitas guru

dan siswa selama pembelajaran dengan penerapan model Student Team Achievement Division (STAD) untuk meningkatan kemampuan kognitif siswa pada materi pokok bilangan pecahan. Lembar observasi juga berfungsi sebagai bahan refleksi apakah proses pelaksanaan pembelajaran berlangsung sesuai dengan perencanaan yang telah disusun atau tidak. Lembar observasi yang dibuat disesuaikan dengan langkah-langkah pembelajaran pada RPP.

Tabel 3.1

Lembar Observasi Guru dan Siswa

No. Jenis Kegiatan Pelaksanaan Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Ya Tidak

1. Pendahuluan

 Pengkondisian kelas  Penyampaian prosedur pembelajaran mengenai model STAD

2. Kegiatan Inti

Eksplorasi (Presentasi Kelas)

 Diskusi antara guru dan siswa Elaborasi

 Siswa menyimak penjelasan guru apa yang harus dilakukan pada kegiatan kelompok (Tim)

 Siswa bekerja dan berdiskusi dalam kelompok

 Siswa bersama guru membahas pekerjaan


(30)

35

melakukan

penguatan untuk mencegah

miskonsepsi (Kuis)

 Siswa diberikan latihan soal berupa kuis

Konfirmasi

 Siswa bersama guru membahas soal kuis untuk mencegah

miskonsepsi

(Skor Kemajuan Individual)

 Setiap kelompok menghitung

penskoran 3. Penutup

(Rekognisi Tim)

 Memberikan penghargaan kepada kelompok yang unggul

 Siswa dan guru menyimpulkan materi yang telah dipelajari

b. Tes digunakan pada setiap akhir siklus untuk mengetahui peningkatan kemampuan kognitif siswa pada materi pokok bilangan pecahan setelah mengikuti pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran Student Team Achievement Division (STAD). Adapun tes pada langkah-langkah model STAD disebut dengan kuis.

F. Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data ialah upaya yang dilakukan guru yang berperan sebagai peneliti untuk mengolah serta merangkum data secara akurat. Data yang dikumpulkan dari setiap pelaksanaan siklus dan kegiatan observasi dianalisis


(31)

36

Lina Rohliana, 2014

secara deskriptif. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data secara kualitatif dan kuantitatif.

1. Analisis Kualitatif

Analisis kualitatif digunakan untuk menganalisis data yang menunjukkan aktivitas guru dan siswa yang terjadi selama pembelajaran terhadap penerapan model Student Team Achievement Division (STAD). Data untuk dianalisis berasal dari hasil observasi. Kegiatan observasi dilakukan oleh observer dari guru kelas dan teman sejawat dengan mengisi lembar observasi yang telah disediakan oleh peneliti. Selama pembelajaran berlangsung, para observer mengamati aktivitas guru dan siswa mengenai kesesuaian pembelajaran dengan model Student Team Achievement Division (STAD). Setelah mengumpulkan data, selanjutnya peneliti mengolah persentase keterlaksanaan setiap tahap penerapan model STAD. Adapun rumus untuk mengolah data dari lembar observasi sebagai berikut.

(dikutip dari Yuliati, 2011: 39)

Tabel 3.2

Interpretasi Keterlaksanaan Model Pembelajaran

Persentase (%) Interpretasi

80-100 Sangat Baik

60-79 Baik

40-59 Cukup

21-39 Kurang

0-20 Sangat Kurang

(dikutip dari Yuliati, 2011: 39)

Kriteria keberhasilan penerapan model STAD adalah 100%. Apabila kriteria keberhasilan belum mencapai 100%, maka peneliti harus merefleksi yang


(32)

37

kemudian melakukan perbaikan agar kriteria keberhasilan tercapai dengan terlaksananya setiap tahapan pada model STAD.

2. Analisis Kuantitatif

Analisis kuantitatif digunakan untuk mengetahui tingkat kemajuan siswa dalam pembelajaran pada materi pokok bilangan pecahan . Data ini berasal dari hasil kerja siswa melalui tes (kuis). Dalam menghitung skor siswa, peneliti menggunakan rumus:

(Puerwanti, 2008: 6-3)

Kemudian data tersebut diolah dan dihitung ketuntasan hasil belajar dan nilai rata-ratanya. Hasil tes siswa dituliskan dalam bentuk tabel, sehingga skor yang diperoleh siswa terlihat dengan jelas. Adapun rumus untuk menghitung rata-rata kelas dan ketuntasan belajar sebagai berikut.

a. Menghitung nilai rata-rata kelas dengan rumus:

X =

Keterangan:

X = nilai rata-rata kelas

∑N = total nilai yang diperoleh seluruh siswa n = jumlah siswa

b. Menghitung persentase ketuntasan hasil belajar siswa secara klasikal dengan rumus:

TB =

(Dikutip dari Nurhazariah, 2013: 40)


(33)

38

Lina Rohliana, 2014

Keterangan:

TB = ketuntasan belajar

∑S ≥ 63 = jumlah siswa yang mendapat nilai lebih besar dari atau sama dengan 63

n = jumlah siswa 100% = bilangan tetap

Dalam proses pembelajaran, keberhasilan dan ketuntasan belajar siswa penting untuk diperhatikan, karena salah satu keberhasilan yang ingin dicapai adalah peningkatan hasil belajar yang diperoleh siswa. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dibuat oleh sekolah sesuai dengan kemampuan yang dimiliki oleh siswa di sekolah tersebut. Sehingga di setiap sekolah memiliki KKM yang berbeda-beda. Adapun nilai KKM kelas IV di SDN 2 Cibogo pada mata pelajaran Matematika adalah 63. Menurut Sudjana (2005: 151) untuk ketuntasan klasikal kelas dikatakan sudah tuntas jika telah mencapai minimal 75% dari seluruh siswa yang memperoleh nilai KKM. Jika ketuntasan hasil belajar seluruh siswa telah mencapai 75%, maka penelitian sudah dapat dihentikan dan dapat dikatakan berhasil.


(34)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Bab ini membahas mengenai kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan dan rekomendasi atau saran bagi guru, siswa, dan untuk peneliti selanjutnya berdasarkan penelitian yang telah dilakukan.

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan tentang penerapan Model Student Team Achievement Division (STAD) untuk meningkatkan kemampuankognitif siswa pada materi pokok bilangan pecahanpada siswa kelas IV SDN 2 Cibogo, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Pelaksanaan pembelajaran Matematika telah berlangsung dengan baik, karena terlaksana dengan model Cooperative Learning tipe Student Team Achievement Division (STAD) untuk meningkatkan kemampuan kognitif siswa pada materi pokok bilangan pecahan pada siswa kelas IV SDN 2 Cibogo. Langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan model Student Team Achievement Division (STAD) yaitu presentasi kelas, tim, kuis, skor kemajuan individual, dan rekognisi tim. Pembelajaran yang dilakukan berpusat pada siswa. Iklim pembelajaran di kelas pun meningkat menjadi lebih baik karena siswa mengalami suasana yang kondusif selama proses pembelajaran. Dengan menerapkan model Student Team Achievement Division (STAD) guru dapat lebih mudah dalam proses pembelajaran, dan siswa pun lebih mudah memahami materi dengan adanya tutor sebaya. 2. Peningkatan kemampuan kognitif siswa kelas IV SDN 2 Cibogo pada

pembelajaran Matematika bilangan pecahan dengan model Cooperative Learning tipe Student Team Achievement Division (STAD) terjadi secara cukup baik. Hal ini dapat terlihat dari hasil belajar siswa yang mengalami peningkatan setiap siklusnya. Hasil rata-rata kelas pada siklus I yaitu mencapai 70,00 dengan persentase ketuntasan hasil belajar mencapai


(35)

78

Lina Rohliana, 2014

63,41%. Siklus II hasil rata-rata kelas mencapai 76,95 dengan persentase ketuntasan hasil belajar mencapai 82,92%.

B. Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka beberapa rekomendasi yang diberikan sebagai berikut:

1. Bagi guru SD, penerapan model Student Team Achievement Division (STAD) perlu dijadikan model alternatif dalam upaya meningkatkan kemampuan kognitif siswa.

2. Bagi siswa, dengan diterapkan model Student Team Achievement Division (STAD), siswa lebih bekerja sama dalam memahami materi dengan adanya tutor sebaya, dan siswa lebih termotivasi untuk belajar dengan adanya kompetisi dimana setiap kelompok bisa menjadi pemenang.

3. Bagi peneliti, dapat melakukan penelitian lebih lanjut agar dapat meningkatkan kualitas pendidikan. Peneliti pun dapat menggunakan gambaran model Student Team Achievement Division (STAD), bilangan pecahan serta hasil penelitian untuk dijadikan bahan referensi dalam penelitian selanjutnya.


(36)

DAFTAR PUSTAKA

Adjie, N.dan R. Deti Rostika. (2006). Konsep Dasar Matematika. Bandung: UPI Press.

Arikunto, S., Suhardjono, dan Supardi.(2006). Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Bumi Aksara.

Fathani, A. H. (2008). Matematika Hakikat dan Logika. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Hamalik, O. (2010). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Huda, M. (2011). Cooperative Learning Metode, Teknik, Struktur, dan Model Penerapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Karso,dkk.(2008). Pendidikan Matematika 1 Edisi 1. Jakarta: Universitas Terbuka Departemen Pendidikan Nasional.

Kesuma, D. ( 2010 ). SK-KD-ICK-AMP. Bandung: Manuscript.

Kuswana, W. S. (2012). Taksonomi Kognitif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Natalia, M. M.,dan Kania I. D. (2008). Penelitian Tindakan Kelas. Bandung:

Tinta Emas Publishing.

Nurhazariah, R. D. (2013). Penerapan Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) pada Pembelajaran Matematika Materi Pokok Pecahan untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Skripsi. PGSD. Universitas Pendidikan Indonesia.

Puerwanti, E. Dkk. (2008). Asesmen Pembelajaran SD. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

Ruhimat, T. Dkk. (2009). Kurikulum & Pembelajaran. Bandung: UPI Press. Slavin, R. E. (2005). Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Bandung:

Nusa Media.

Sudjana, N. (2005). Penilaian Proses dan Hasil Belajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Sudjana, N. (2009). Penilaian Hasil Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.


(37)

80

Lina Rohliana, 2014

Tapan, I. (2011). Model PembelajaranKooperatif. [online]. Tersedia: http:// tulisansingkatimal.blogspot.com/?m=1 [24 April 2014 11.30 WIB]. Wahyuni, D. S. (2013). Cara BelajarMatematika yang Efektif. [online]. Tersedia:

http://edukasyik.blogspot.com/2013/03/cara-mengajar-matematika-yang-efektif.html [19Maret 2014 11.34].

Yuliati, Y. (2011). Penerapan Model Learning Cycle 5E untuk Meningkatkan Pembelajaran IPA. Skripsi. PGSD. UniversitasPendidikanIndonesia.


(1)

37

Lina Rohliana, 2014

Penerapan Model Student Team Achievement Division (Stad) Untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Siswa Pada Materi Pokok Bilangan Pecahan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kemudian melakukan perbaikan agar kriteria keberhasilan tercapai dengan terlaksananya setiap tahapan pada model STAD.

2. Analisis Kuantitatif

Analisis kuantitatif digunakan untuk mengetahui tingkat kemajuan siswa dalam pembelajaran pada materi pokok bilangan pecahan . Data ini berasal dari hasil kerja siswa melalui tes (kuis). Dalam menghitung skor siswa, peneliti menggunakan rumus:

(Puerwanti, 2008: 6-3)

Kemudian data tersebut diolah dan dihitung ketuntasan hasil belajar dan nilai rata-ratanya. Hasil tes siswa dituliskan dalam bentuk tabel, sehingga skor yang diperoleh siswa terlihat dengan jelas. Adapun rumus untuk menghitung rata-rata kelas dan ketuntasan belajar sebagai berikut.

a. Menghitung nilai rata-rata kelas dengan rumus: X =

Keterangan:

X = nilai rata-rata kelas

∑N = total nilai yang diperoleh seluruh siswa n = jumlah siswa

b. Menghitung persentase ketuntasan hasil belajar siswa secara klasikal dengan rumus:

TB =

(Dikutip dari Nurhazariah, 2013: 40)


(2)

38

Lina Rohliana, 2014

Penerapan Model Student Team Achievement Division (Stad) Untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Siswa Pada Materi Pokok Bilangan Pecahan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Keterangan:

TB = ketuntasan belajar

∑S ≥ 63 = jumlah siswa yang mendapat nilai lebih besar dari atau sama dengan 63

n = jumlah siswa

100% = bilangan tetap

Dalam proses pembelajaran, keberhasilan dan ketuntasan belajar siswa penting untuk diperhatikan, karena salah satu keberhasilan yang ingin dicapai adalah peningkatan hasil belajar yang diperoleh siswa. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dibuat oleh sekolah sesuai dengan kemampuan yang dimiliki oleh siswa di sekolah tersebut. Sehingga di setiap sekolah memiliki KKM yang berbeda-beda. Adapun nilai KKM kelas IV di SDN 2 Cibogo pada mata pelajaran Matematika adalah 63. Menurut Sudjana (2005: 151) untuk ketuntasan klasikal kelas dikatakan sudah tuntas jika telah mencapai minimal 75% dari seluruh siswa yang memperoleh nilai KKM. Jika ketuntasan hasil belajar seluruh siswa telah mencapai 75%, maka penelitian sudah dapat dihentikan dan dapat dikatakan berhasil.


(3)

77

Lina Rohliana, 2014

Penerapan Model Student Team Achievement Division (Stad) Untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Siswa Pada Materi Pokok Bilangan Pecahan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Bab ini membahas mengenai kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan dan rekomendasi atau saran bagi guru, siswa, dan untuk peneliti selanjutnya berdasarkan penelitian yang telah dilakukan.

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan tentang penerapan Model Student Team Achievement Division (STAD) untuk meningkatkan kemampuankognitif siswa pada materi pokok bilangan pecahanpada siswa kelas IV SDN 2 Cibogo, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Pelaksanaan pembelajaran Matematika telah berlangsung dengan baik, karena terlaksana dengan model Cooperative Learning tipe Student Team Achievement Division (STAD) untuk meningkatkan kemampuan kognitif siswa pada materi pokok bilangan pecahan pada siswa kelas IV SDN 2 Cibogo. Langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan model

Student Team Achievement Division (STAD) yaitu presentasi kelas, tim,

kuis, skor kemajuan individual, dan rekognisi tim. Pembelajaran yang dilakukan berpusat pada siswa. Iklim pembelajaran di kelas pun meningkat menjadi lebih baik karena siswa mengalami suasana yang kondusif selama proses pembelajaran. Dengan menerapkan model Student Team Achievement

Division (STAD) guru dapat lebih mudah dalam proses pembelajaran, dan

siswa pun lebih mudah memahami materi dengan adanya tutor sebaya. 2. Peningkatan kemampuan kognitif siswa kelas IV SDN 2 Cibogo pada

pembelajaran Matematika bilangan pecahan dengan model Cooperative

Learning tipe Student Team Achievement Division (STAD) terjadi secara

cukup baik. Hal ini dapat terlihat dari hasil belajar siswa yang mengalami peningkatan setiap siklusnya. Hasil rata-rata kelas pada siklus I yaitu mencapai 70,00 dengan persentase ketuntasan hasil belajar mencapai


(4)

78

Lina Rohliana, 2014

Penerapan Model Student Team Achievement Division (Stad) Untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Siswa Pada Materi Pokok Bilangan Pecahan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

63,41%. Siklus II hasil rata-rata kelas mencapai 76,95 dengan persentase ketuntasan hasil belajar mencapai 82,92%.

B. Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka beberapa rekomendasi yang diberikan sebagai berikut:

1. Bagi guru SD, penerapan model Student Team Achievement Division (STAD) perlu dijadikan model alternatif dalam upaya meningkatkan kemampuan kognitif siswa.

2. Bagi siswa, dengan diterapkan model Student Team Achievement Division (STAD), siswa lebih bekerja sama dalam memahami materi dengan adanya tutor sebaya, dan siswa lebih termotivasi untuk belajar dengan adanya kompetisi dimana setiap kelompok bisa menjadi pemenang.

3. Bagi peneliti, dapat melakukan penelitian lebih lanjut agar dapat meningkatkan kualitas pendidikan. Peneliti pun dapat menggunakan gambaran model Student Team Achievement Division (STAD), bilangan pecahan serta hasil penelitian untuk dijadikan bahan referensi dalam penelitian selanjutnya.


(5)

79

Lina Rohliana, 2014

Penerapan Model Student Team Achievement Division (Stad) Untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Siswa Pada Materi Pokok Bilangan Pecahan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Adjie, N.dan R. Deti Rostika. (2006). Konsep Dasar Matematika. Bandung: UPI Press.

Arikunto, S., Suhardjono, dan Supardi.(2006). Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Bumi Aksara.

Fathani, A. H. (2008). Matematika Hakikat dan Logika. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Hamalik, O. (2010). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Huda, M. (2011). Cooperative Learning Metode, Teknik, Struktur, dan Model

Penerapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Karso,dkk.(2008). Pendidikan Matematika 1 Edisi 1. Jakarta: Universitas Terbuka Departemen Pendidikan Nasional.

Kesuma, D. ( 2010 ). SK-KD-ICK-AMP. Bandung: Manuscript.

Kuswana, W. S. (2012). Taksonomi Kognitif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Natalia, M. M.,dan Kania I. D. (2008). Penelitian Tindakan Kelas. Bandung:

Tinta Emas Publishing.

Nurhazariah, R. D. (2013). Penerapan Pendekatan Realistic Mathematic

Education (RME) pada Pembelajaran Matematika Materi Pokok Pecahan untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Skripsi. PGSD. Universitas

Pendidikan Indonesia.

Puerwanti, E. Dkk. (2008). Asesmen Pembelajaran SD. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

Ruhimat, T. Dkk. (2009). Kurikulum & Pembelajaran. Bandung: UPI Press. Slavin, R. E. (2005). Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Bandung:

Nusa Media.

Sudjana, N. (2005). Penilaian Proses dan Hasil Belajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Sudjana, N. (2009). Penilaian Hasil Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.


(6)

80

Lina Rohliana, 2014

Penerapan Model Student Team Achievement Division (Stad) Untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Siswa Pada Materi Pokok Bilangan Pecahan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tapan, I. (2011). Model PembelajaranKooperatif. [online]. Tersedia: http:// tulisansingkatimal.blogspot.com/?m=1 [24 April 2014 11.30 WIB]. Wahyuni, D. S. (2013). Cara BelajarMatematika yang Efektif. [online]. Tersedia:

http://edukasyik.blogspot.com/2013/03/cara-mengajar-matematika-yang-efektif.html [19Maret 2014 11.34].

Yuliati, Y. (2011). Penerapan Model Learning Cycle 5E untuk Meningkatkan


Dokumen yang terkait

Perbedaan hasil belajar biologi siswa antara pembelajaran kooperatif tipe stad dengan metode ekspositori pada konsep ekosistem terintegrasi nilai: penelitian quasi eksperimen di SMA at-Taqwa Tangerang

0 10 192

Peningkatan Hasil Belajar Biologi Siswa dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pada Konsep Jaringan Tumbuhan (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas XI IPA MA Jamiyyah Islamiyah Pondok Aren Tangerang Tahun Ajaran 2012-2013)

1 6 287

Penerapan model pembelajaran kooperatif student teams achievement division dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih: penelitian tindakan kelas VIII-3 di MTs Jami'yyatul Khair Ciputat Timur

0 5 176

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKN MATERI POKOK GLOBALISASI PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 2 KARANGSENTUL PURBALINGGA

1 29 221

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Student Teams Achievement Division dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Fiqih (Penelitian Tindakan Kelas VIII-3 di Mts. Jam'yyatul Khair Ciputat Timur)

0 5 176

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA MATERI BANGUN RUANG : Penelitian Tindakan Kelas Dilaksanakan pada Kelas V Semester II SDN 2 Cibogo Kecamatan Cikole Lembang Kabupaten Bandun

0 0 35

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA TENTANG POKOK BAHASAN GAYA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD (STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION) : Penelitian Tindakan Kelas Dilaksanakan pada Kelas IV MI Cadasngampar Kecamat

0 1 24

PENERAPAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MENGENAI MATERI PESAWAT SEDERHANA : Penelitian Tindakan Kelas Siswa Kelas V SDN 3 Cibogo, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat.

0 1 33

PENERAPAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MATERI POKOK PECAHAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA : Penelitian Tindakan Kelas Dilaksanakan pada Siswa Kelas IV SDN Banyuhurip Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat Tahun Pelaj

0 0 39

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MATERI SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN MELALUI PENERAPAN MODEL COOPERATIVE SCRIPT : Penelitian Tindakan Kelas Dilaksanakan Pada Siswa Kelas IV SDN Cibeunying Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat

0 1 34