BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Terapi Murottal 1. Definisi murottal - Dwi Muliawati BAB II

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Terapi Murottal 1. Definisi murottal Murottal adalah rekaman suara Al-qur’an yang dilagukan oleh

  seorang qori (pembaca Al-qur’an) (Siswantinah, 2011). Murottal juga dapat diartikan sebagai lantunan ayat-ayat suci Al-qur’an yang dilagukan oleh seorang qori (pembaca Al-qur’an), direkam dan diperdengarkan dengan tempi yang lambat serta harmonis (Purna, 2006).

  Murotal merupakan salah satu musik yang memiliki pengaruh positif bagi pendengarnya (Widayarti, 2011). Mendengarkan ayat-ayat Al-qur’an yang dibacakan secara tartil dan benar, akan mendatangkan ketenangan jiwa. Lantunan ayat-ayat Al-qr’an secara fisik mengandung unsur-unsur manusia yang meruoakan instrumen penyembuhan dan alat yang paling mudah dijangkau. Suara dapat menurunkan hormon-hormon stress, mengaktifkan hormon endofrin alami, meningkatkan perasaan rileks, memperbaiki sistem kimia tubuh sehingga menurunkan tekanan darah serta memperlambat pernafasan, detak jantung, denyut nadi dan aktivitas gelombang otak (Heru, 2008).

2. Manfaat Terapi Murottal

  Heru (2008) mengemukakan bahwa lantunan Al-qur’an secara fisik mengandung unsur suara manusia, sedangkan suara manusia

  10 merupakan instrumen penyembuhan yang menakjubkan dan alat yang paling mudah dijangkau. Suara dapat menurunkan hormon-hormon endofrin alami, meningkat perasaan rileks, mengalihkan perhatian, rasa takut, cemas dan tegang, memperbaiki sistem kimia tubuh sehingga menurunkan tekanan darah serta memperlambat pernafasan, detak jantung, denyut nadi, dan aktivitas gelombang otak.

  Murottal (ayat-ayat Al-qur’an) yang dibacakan dengan tartil mempunyai beberapa manfaat antara lain: a.

  Memberikan rasa rileks (Upoyo, 2012) b.

  Meningkatkan rasa rileks (Heru, 2012) c. Terapi murottal (membaca Al-qur’an) dapat menyebabkan otak memancarkan gelombang theta yang menimbulkan rasa tenang (Assegaf, 2013) d. Memberikan perubahan fisiologis (Siswantinah, 2011) e. Terapi murottal (membaca Al-qur’an) secara teratur adalah obat nomor satu dalam menyembuhkan kecemasan (Gray,

  2010).

3. Mekanisme Murottal Al-Qur’an sebagai Terapi

  Setelah lisan kita membaca Al-qur’an atau mendengarkan bacaan Al-qur’an impuls atau rangsangan suara akan diterima oleh daun telinga pembacanya.kemudian telinga memulai proses mendengarkan.

  Secara fisiologi pendengaran merupakan proses dimana telinga menerima gelombang suara, membedakan frekuensi dan mengirim informasi kesususnan saraf pusat. Setiap bunyi yang dihasilkan oleh sumber bunyi atau getaran udara akan diterima oleh telinga. Getaran tersebut diubah menjadi impuls mekanik di telinga tengah dan diubah menjadi impuls elektrik ditelinga dalam dan diteruskan melalui saraf pendengaran menuju ke korteks pendengaran diotak.

  Getaran suara bacaan Al-qur’an akan ditangkap oleh daun telinga yang akan dialihkan ke lubang telinga dan mengenai membran timpani (membrane yang ada di dalam telinga) sehingga membuat bergetar. Getaran ini akan diteruskan ke tulang-tulang pendengaran yang bertautan antara satu dengan lainnya. Rangsangan fisik tadi diubah oleh adanya perbedaan ion kalium daan ion natrium menjadi aliran listrikmelalui saraf N.VII (Vestibule Cokhlearis) menuju otak tepatnya diarea pendengaran. Area ini bertanggung jawab unuk menganalisis suara kompleks ingatan jangka pendek, perbandingan nada, menghambat respon motorik yang diinginkan, pendengaran yang serius dan sebagainya.

  Dari daerah pendengaran sekunder (area interprestasi auditorik) sinyal bacaan Al-qur’an akan diteruskan kebagian posterotemporalis lobus temporalis otak yang dikenal dengan area wernicke. Diarea inilah sinyal dari area asosiasi somatic, visual, dan auditorik bertemu satu sama lain. Area ini sering disebut dengan berbagai nama yang menyatakan bahwa area ini mempunyai kepentingan menyeluruh, area interprestasi umum, area diagnostik, area pengetahuan, dan area asosiasi tersier. Area wernicke adalah area untuk interprestasi (menafsirkan atau memberi kesan) bahasa dan sangat erat hubungannya dengan area pendengaran primer sekunder. Hubungan yang erat ini mungkin akibat peristiwa pengenalan bahasa yang diawali oleh pendengaran.

  Setelah diolah diarea wernicke maka melalui berkas yang menghubungkan dengan area asosiasi prefrontal (pemaknaan peristiwa) sinyal-sinyal diarea wernicke dikirim ke area asosiasi prefrontal. Sementara itu disamping diantarkan ke korteks auditorik primer dari thalamus, juga diantarkan ke amigdala (tempat penyimpanan memory emosi) yang merupakan bagian terpenting dari sistem limbik (sistem yang mempengaruhi emosi dan perilaku).disamping menerima sinyal dari talamus (salah satu bagian otak yang berfungsi menerima pesan dari indra yang diteruskan kebagian otak lain). Amigdala juga menerima sinyal dari semua bagian korteks limbik (emosi/perilaku) seperti juga neokorteks lobus

  temporal (korteks atau lapisan otak yang hanya ada pada manusis), parietal (bagian otak tengah) dan oksipital (otak belakang) terutama

  diarea asosiasi auditorik dan area asosiasi visual.

  Talamus juga menjalankan simyal ke neokorteks (area otak yang berfungsi untuk berfikir atau mengolah data serta informasi yang masuk keotak). Di neokorteks sinyal disusun menjadi benda yang difahami dan dipilah-pilah menurut maknanya, sehingga otak mengenali masing-masing objek dan arti kehadiranya. Kemudian amigdala menjalankan sinyal ke hipokampus. Hipokampus sangat penting untuk membantu otak dalam menyimpan ingatan yang baru. Hal ini dimungkinkan karena hipokampus merupakan salah satu dari sekian banyak jalur keluar penting yang berasal dari area “ganjaran” dan “hukuman”. Diantara motivasi-motivasi itu terdapat dorongan dalam otak untuk mengingat pengalaman-pengalaman, pikiran-pikiran yang menyenangkan, dan tidak menyenangkan. Walaupun demikian membaca Al-qur’an tanpa mengetahui maknanya juga tetap bermanfaat apabila pembacanya dengan keikhlasan dan kerendahan hati. Sebab Al-qur’an akan memberikan kesan positif pada hipokampus dan amigdala sehingga menimbulkan suasana hati yang positif. Selain dengan membaca Al-qur’an kita juga dapat memperoleh manfaat dengan hanya mendengarkannya, namun efek yang ditimbulkan tidak sehebat bila kita membacanya dengan lisan

  Daun Telinga

  Kokhlea Telinga

  Tengah Hipotalamus

  Amigdala Talamus

  Area Auditorik

  Hipokampus Area

  Wernicke Area

  Prefrontal

Gambar 2.1 Bagan Neorofisiologi Mendengarkan Al-Qur’an Dengan Mengetahui Maknanya.

  Walaupun tidak memahami makna ayat-ayat Al-qur’an yang kita dengar, tetapi apabila kita mendengarkannya dengan keikhlasan dan cinta, Al-qur’an akan tetap berpengaruh positif terhadap suasana hati melalui kesan yang ditimbulkan dalam amigdala dan hipokampus.

  Daun Telinga

  Kokhlea Telinga

  Tengah Amigdala Talamus

  Hipotalamus Hipokampus

Gambar 2.2 Bagan Neorofisiologi Mendengarkan Al-Qur’an Tanpa Mengetahui maknanya.

4. Pengaruh Murottal Terhadap Kecemasan

  Murottal bekerja pada otak dimana ketika didorong dengan rangsangan terapi murottal maka otak akan memproduki zat kimia yang disebut zat neuropetide. Molekul ini akan menyangkut kedalam reseptor-reseptor dan memberikan umpan balik berupa kenikmatan dan kenyamanan (Abdurrochman, 2008).

  Mendengarkan ayat-ayat suci Al-qur’an, seorang muslim baik mereka yang berbahasa Arab maupun bukan, dapat merasakan perubahan fisiologis yang angat besar. Secara umum mereka merasakan adanya penurunan depresi, kesedihan dan ketenangan jiwa (Siswantinah, 2011).

  Mendengarkan murottal Al-qur’an terdapat juga faktor keyakinan, yaitu agama islam. Umat Islam mempercayai bahwa Al-qur’an adalah kitab suci yang mengandung firman-firmanNya daan merupakan pedoman hidup manusia. Sehingga dengan mendengarkannya akan membawa subjek merasa lebih dekat dengan Tuhan serta menuntun subjek untuk mengingat dan menyerahkan segala permasalahan yang dimiliki kepada Tuhan, hal ini akan menambah keadaan relaks.

B. Aromaterapi 1. Definisi

  Aromaterapi adalah penggunaan terkendali dan terampil minyak astiri dari berbagai tanaman, akar, kulit kayu, cabang, bunga dan daun.

  Minyak astiri digunakan untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan, sering digabungkan untuk menenangkan sentuhan penyembuhan dengan sifat terapeutik dari minyak astiri (Carig Hospital, 2013).

  Aromaterapi dapat juga didefinisikan sebagai penggunaan terkendali esensial tanaman untuk tujuan terapeutik (Posadzki et al, 2012). Jenis minyak aromaterapi yang umum digunakan yaitu : a.

  Minyak Eukaliptus, Radiata (Eucalyptus Radiata Oil) b. Minyak Rosemary (Rosemary Oil) c. Minyak Ylang-Ylang (Ylang-Ylang Oil) d. Minyak Tea Tree (Tea Tree Oil) e. Minyak Lavender (Lavender Oil) f. Minyak Geranium (Geranium Oil) g.

  Minyak Peppermint h. Minyak Jeruk Lemon (Lemon Oil) i.

  Minyak Chamomile Roman j. Minyak Clary Sage (Clary Sage Oil) 2.

   Mekanisme Aromaterapi

  Efek fisiologis dari aroma dapat dibagi menjadi dua jenis : mereka yang bertindak melalui stimulasi sistem saraf dan orang-orang yang bertindak langsung pada organ atau jaringan melalui effector-receptor mekanisme (Hongratanaworakit, 2004).

  Aromaterapi didasarkan pada teori bahwa inhalasi atau penyerapan minyak esensial memicu perubahan dalam sistem limbik, bagian dari otak yang berhubungan dengan memori dan emosi. Hal ini dapat merangsang respon fisiologis saraf, endokrin atau sistem kekebalan tubuh, yang mempengaruhi denyut jantung, tekanan darah, pernafasan, aktifitas gelombang otak dan pelepasan berbagai hormon di seluruh tubuh.

  Efeknya pada otak dapat baik tenang atau merangsang sistem saraf, serta mungkin membantu dalam menormalkan sekresi hormon.

  Menghirup minyak esensial dapat meredakan gejala pernafasan, sedangkan aplikasi lokal minyak yang diencerkan dapat membantu untuk kondisi tertentu. Pijat dikombinasikan dengan minyak esensial memberikan relaksasi, serta bantuan dari rasa nyeri, kekuatan otot dan kejang. Beberapa minyak esensial yang diterapkan pada kulit dapat menjadi anti mikroba, antiseptik, anti jamur, atau anti inflamasi (Hongratanaworakit, 2004).

3. Manfaat Minyak Aromaterapi

  Beberapa manfaat minyak aromaterapi (esensial oil) : a.

  Lavender, dianggap paling bermanfaat dari semua minyak astiri.

  Lavender dikenal untuk membantu meringankan nyeri, sakit kepala, insomnia, ketegangan dan stress (depresi) melawan kelelahan dan mendapatkan untuk relaksasi, merawat agar tidakinfeksi paru-paru, sinus, termasuk jamur vaginal, radang tenggorokan, asma, kista dan peradangan lain. Meningkatkan daya tahan tubuh, regenerasi sel, luka terbuka, infeksi kulit dan sangat nyaman untuk kulit bayi, dll.

  b.

  Jasmine : Pembangkit gairah cinta, baik untuk kesuburan wanita, mengobati impotensi, anti depresi, pegal linu, sakit menstruasi dan radang selaput lendir.

  c.

  Orange : Baik untuk kulit berminyak, kelenjar getah bening tak lancar,debar jantung tak teratur dan tekanan darah tinggi.

  d.

  Peppermint : Membasmi bakteri, virus dan parasit yang bersarang di pencernaan. Melancarkan penyumbatan sinus dan paru, mengaktifkan produksi minyak dikulit, menyembuhkan gatal-gatal karena kadas/kurap, herpes, kudis karena tumbuhan beracun.

  e.

  Rosemary : Salah satu aroma yang manjur memperlancar peredaran darah, menurunkan kolesterol, mengendorkan otot, reumatik, menghilangkan ketombe, kerontokan rambut, membantu mengatasi kulit kusam sampai di lapisan terbawah. Mencegah kulit kering, berkerut yang menampakkan urat-urat kemerahan.

  f.

  Sandalwood : Menyembuhkan infeksi saluran kencing dan alat kelamin, mengobati radang dan luka bakar, masalah tenggorokan, membantu mengatasi sulit tidur dan menciptakan ketenangan hati.

  g.

  Green tea : Berperan sebagai tonik kekebalan yang baik mengobati penyakit paru-paru, alat kelamin, vagina, sinus, inveksi mulut, inveksi jamur, cacar air, ruam saraf serta melindungi kulit karena radiasi bakar selama terapi kanker.

  h.

  Ylang-Ylang/Kenanga : Bersifat menenangkan, melegakan sesak nafas, berfungsi sebagai tonik rambut sekaligus sebagai pembangkit rasa cinta. i.

  Lemon : Selain baik untuk kulit berminyak, berguna pula sebagai zat antioksidan, antiseptik, melawan virus dan infeksi bakteri, mencegah hipertensi, kelenjar hati dan limpa yang tersumbat, memperbaiki metabolisme, menunjang system kekebalan tubuh serta memperlambat kenaikan berat badan. j.

  Frangipani/Kamboja : Bermanfaat untuk pengobatan, antara lain, bisa untuk mencegah pingsan, radang usus, disentri, basiler, gangguan pencernaan, gangguan penyerapan makanan pada anak, radang hati, radang saluran napas, jantung berdebar, TBC, cacingan, sembelit, kencing nanah, beri-beri, kapalan, kaki pecah-pecah, sakit gigi, tertusuk duri atau beling, bisul dan patekan. Aromaterapi dari wewangian ini melambangkan kesempurnaan. Ini dapat digunakan untuk meditasi dan memberikan suasana hening yang mendalam. k.

  Strawberry : Dapat meningkatkan selera makan, mengurangi penyakit jantung, tekanan darah tinggi dan kanker. l.

  Lotus : Meningkatkan vitalitas, kosentrasi, mengurangi panas dalam, meningkatkan fungsi limpa dan ginjal. m.

  Appel : Dapat menyembuhkan mabuk, diare, menguatkan sistem pencernaan, menjernihkan pikiran, mengurangi gejala panas dalam. n.

  Vanilla : Dengan aroma yang lembut dan hangat mampu menenangkan pikiran. o.

  Nigth Queen : Membuat rasa nyaman dan rileks. p.

  Opium : Menggembirakan, memberi energi dan semangat tertentu. q.

  Coconut : Memberikan efek ketenangan, menghilangkan stress, mampu mempertahankan keremajaan kulit wajah sehingga wajah selalu nampak bersinar sepanjang masa. r.

  Sakura : Di antaranya, disentri, demam, muntah, batuk darah, keputihan, tumor, insomnia, mimisan, sakit kepala, hipertensi.

  Dari uraian aromaterapi dan manfaatnya, aromaterapi yang mempunyai manfaat meringankan nyeri adalah jenis aromaterapi lavender. Minyak lavender di ekstrak dari tanaman yang disebut lavandula angustifolia. Dari semua aromaterapi, lavender dianggap paling bermanfaat dari semua minyak atsiri.

4. Teknik Pemberian Aromaterapi

  Teknik pemberian aroma terapi bisa digunakan dengan cara : a.

  Inhalasi : biasanya dianjurkan untuk masalah dengan pernafasan dan dapat dilakukan dengan menjatuhkan beberapa tetes minyak esensial ke dalam mangkuk air mengepul. Uap tersebut kemudian dihirup selama beberapa saat, dengan efek yang ditingkatkan dengan menempatkan handuk diatas kepala dan mangkuk sehingga membentuk tenda untuk menangkap udara yang dilembabkan dan bau.

  b.

  Massage/ pijat : Menggunakan minyak esensial aromatik dikombinasikan dengan minyak dasar yang dapat menenangkan atau merangsang, tergantung pada minyak yang digunakan. Pijat minyak esensial dapat diterapkan ke area masalah tertentu atau ke seluruh tubuh.

  c.

  Difusi : Biasanya digunakan untuk menenangkan saraf atau mengobati beberapa masalah pernafasan dan dapat dilakukan dengan penyemprotan senyawa yang mengandung minyak ke udara dengan cara yang sama dengan udara freshener. Hal ini juga dapat dilakukan dengan menempatkan beberapa tetes minyak esensial dalam diffuser dan menyalakan sumber panas.

  Duduk dalam jarak tiga kaki dari diffuser, pengobatan biasanya berlangsung sekitar 30 menit.

  d.

  Kompres : Panas atau dingin yang mengandung minyak esensial dapat digunakan untuk nyeri otot dan segala nyeri, memar dan sakit kepala.

  e.

  Perendaman : Mandi yang mengandung minyak esensial dan berlangsung selama 10-20 menit yang direkomendasikan untuk masalah kulit dan menenangkan saraf (Craig hospital, 2013).

  5. Prosedur Kerja Inhalasi Aromaterapi

  Menurut Arwani (2013), metode kerja yaitu dengan pengambilan data awal tingkat kecemasan dilakukan 2 jam sebelum operasi.

  Kemudian responden diberikan aromaterapi dengan cara meneteskan 2 tetes aromaterapi (lavender oil) pada masker untuk dipakaikan selama 10 menit. Peneliti kemudian melakukan pengukuran kedua (post test) tingkat kecemasan setelah diberikan terapi.

  6. Pengaruh Aromaterapi Lavender terhadap Kecemasan sebagai Media Relaksasi

  Indra penciuman memiliki peran yang sangat penting dalam kemampuan kita untuk bertahan hidup dan meningkatkan kualitas hidup kita. Dalam sehari kita bisa mencium lebih kurang 23.040 kali. Bau-bauan dapat memberikan peringatan pada kita akan adanya bahaya dan juga dapat memberikan efek menenangkan (relaksasi). Tubuh dikatakan dalam keadaan relaksasi adalah apabila otot-otot di tubuh kita dalam keadaan tidak tegang. Keadaan relaksasi dapat dicapai dengan menurunkan tingkat stres, baik stres fisik maupun psikis, serta siklus tidur yang cukup dan teratur.

  Minyak lavender dengan kandungan linalool-nya adalah salah satu minyak aromaterapi yang banyak digunakan saat ini, baik secara inhalasi (dihirup) ataupun dengan teknik pemijatan pada kulit.

  Aromaterapi yang digunakan melalui cara inhalasi atau dihirup akan masuk ke sistem limbic dimana nantinya aroma akan diproses sehingga kita dapat mencium baunya. Pada saat kita menghirup suatu aroma, komponen kimianya akan masuk ke bulbus olfactory, kemudian ke limbic sistem pada otak. Limbic adalah struktur bagian dalam dari otak yang berbentuk seperti cincin yang terletak di bawah cortex cerebral. Tersusun ke dalam 53 daerah dan 35 saluran atau tractus yang berhubungan dengannya, termasuk amygdala dan hipocampus. Sistem limbic sebagai pusat nyeri, senang, marah, takut, depresi, dan berbagai emosi lainnya.

  Sistem limbic menerima semua informasi dari sistem pendengaran, sistem penglihatan, dan sistem penciuman. Sistem ini juga dapat mengontrol dan mengatur suhu tubuh, rasa lapar, dan haus. Amygdala sebagai bagian dari sistem limbic bertanggung jawab atas respon emosi kita terhadap aroma. Hipocampus bertanggung jawab atas memori dan pengenalan terhadap bau juga tempat dimana bahan kimia pada aromaterapi merangsang gudang-gudang penyimpanan memori otak kita terhadap pengenalan bau-bauan (Buckle J,2001: vol. 4 no. 3; 124-126).

  Minyak lavender adalah salah satu aromaterapi yang terkenal memiliki efek menenangkan. Menurut penelitian yang dilakukan Snow , et al (2004) minyak lavender memiliki efek sedasi yang cukup baik dan dapat menurunkan aktivitas motorik mencapai 78%, sehingga sering digunakan untuk manajemen stres. Beberapa tetes minyak lavender dapat membantu menanggulangi insomnia, memperbaiki mood seseorang, dan memberikan efek relaksasi. Penelitian lain yang dilakukan terhadap manusia mengenai efek aromaterapi lavender untuk relaksasi, kecemasan, mood, dan kewaspadaan pada aktivitas EEG (Electro Enchepalo Gram) menunjukkan terjadinya penurunan kecemasan, perbaikan mood, dan terjadi peningkatan kekuatan gelombang alpha dan beta pada EEG yang menunjukkan peningkatan relaksasi. Didapatkan pula hasil yaitu terjadi peningkatan secara signifikan dari kekuatan gelombang alpha di daerah frontal, yang menunjukkan terjadinya peningkatan rasa kantuk (Diego AM, dkk, 1998: vol 96; 217-224).

C. Kecemasan 1. Definisi Kecemasan

  Kecemasan atau dalam Bahasa Inggrisnya “anxiety” berasal dari Bahasa Latin “angustus” yang berarti kaku, dan “ango, anci” yang berarti mencekik. Cemas atau ansietas merupakan reaksi emosional terhadap panilaian dari stimulus. Keadaan emosi ini biasanya merupakan pengalaman individu yang subyektif, yang tidak diketahui secara khusus penyebabnya. Kecemasan berbeda dengan takut. Takut adala penilaian intelektual dari stimulus yang mengancam dan obyeknya jelas. Individu tersebut dapat menggambarkan rasa takut. Kecemasan adalah suatu yang tidak pasti, tidak berdaya yang berkaitan dengan emosi seseorang terhadap suatu obyek yang tidak spesifik (Stuart & Sudeen). Menurut American Physicological

  Assosiation (APA) kecemasan adalah emosi yang ditandai dengan

  perasaan keteganggan, pikiran cemas dan perubahan fisik seperti tekanan daarah meningkat (Ahmad Abu Basil, 2014).

  Frued dan Ardnt (1974) dalam Riyanto menggambarkan dan mendefinisikan kecemasan sebagai suatu perasaan yang tidak menyenangkan, yang diikuti oleh reaksi fisiologis tertentu seperti perubahan detak jantung dan pernafasan. Kecemasan melibatkan persepsi tentang perasaan yang tidak menyenangkan dan reaksi fisiologis, dengan kata lain kecemasan adalah reaksi atas situasi yang dianggap berbahaya.

  Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa kecemasan adalah ketegangan perasaan, diaman ketegangan itu dapat disadari maupun tidak disadari, ditandai dengan adanya rasa khawatir, gelisah, serta perasaan akan terjadi sesuatu hal yang kurang menyenangkan dan timbul karena manusia mengalami ancaman, hambatan serta tekanan perasaan.

2. Teori Kecemasan

  Menurut Stuart & Sundeen (1991) ada beberapa teori yang menjelasakan mengenai ansietas, teori tersebut antara lain : a.

  Teori Psikoanalisis Dalam pandangan psikoanalisis, ansietas adalah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian yaitu id dan superego. Id mewakili dorongan insting dan impuls primitive seseorang, sedangkan superego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang. Ego berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen tersebut, dan fungsi ansietas adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya.

  b.

  Teori Interpersonal Dalam pandangan interpersonal, ansietas timbul dari perasaan takut terhadap penolakan saat berhubungan dengan orang lain.

  Hal ini juga dihubungkan dengan trauma pada masa pertumbuhan, seperti kehilangan dan perpisahan dengan orang yang dicintai. Penolakan terhadap eksistensi diri oleh orang lain ataupun masyarakat akan menyebabkan individu yang bersangkutan menjadi cemas. Namun bila keberadaanya diterima oleh orang lain, maka ia akan merasa tenang dan tidak cemas. Dengan demikian ansietas berhubungan dengan hubungan antar manusia.

  c.

  Teori perilaku Menurut pandangan perilaku, ansietas merupakan hasil frustasi.

  Ketidakmampuan dan kegagalan dalam mencapai suatu tujuan yang di inginkan akan menimbulkan frustasi atau keputusasaan.

  Keputusasaan inilah yang menyebabkan seseorang menjadi cemas.

3. Faktor pencetus kecemasan

  Faktor yang dapat menjadi pencetus seseorang merasa cemas dapat berasal dari diri sendiri (faktor internal) maupun dari luar dirinya (faktor eksternal). Namun demikian pencetus kecemasan dapat dikelompokkan kedalam dua kategori yaitu : a.

  Ancaman terhadap integritas diri, meliputi ketidakmampuan fisiologis atau gangguan dalam melakukan aktivitas-aktivitas sehari-hari guna pemenuhan terhadap kebutuhan dasarnya.

  b.

  Ancaman terhadap sistem diri yaitu adanya sesuatu yang dapat mengancam terhadap identitas diri, harga diri, kehilangan status/peran diri dan hubungan interpersonal (asmadi, 2008).

  4. Faktor yang mempengaruhi kecemasan a.

  Usia dan tingkat perkembangan Semakin tua usia seseorang, tingkat kecemasan dan kekuatan seseorang semakin koonstruktif dalam menggunakan koping terhadap masalah yang dihadapi.

  b.

  Jenis kelamin Menurut jenis kelamin, laki-laki lebih tinggi kecemasannya dibandingkan dengan perempuan. Hal ini dibuktikan dari hasil pemeriksaan asam lemak bebas menunjukkan nilai yang lebih tinggi pada laki-laki dibandingkan dengan perempuan.

  c.

  Pengalaman individu Pengalaman individu sangat mempengaruhi respon kecemasan karena pengalaman dapat dijadikan suatu pembelajaran dalam menghadapi suatu stressor atau masalah. Jika respon kecemasan yang semakin berkurang bila dibandingkan dengan seseorang yang baru pertama kali menghadapi masalah tersebut.

  5. Karakteristik tingkat kecemasan

  Karakteristik tingkat kecemasan menurut Stuart and Sundeen (1991) adalah: a.

  Kecemasan ringan Fisik : sesekali nafas pendek, nadi dan tekanan darah meningkat, gejala ringan berkeringat.

  Kognitif: lapang persepsi meluas, mampu menerima rangsang kompleks, konsentrasi pada masalah, menyelesaikan masalah aktual. Perilaku dan emosi: tidak dapat duduk dengan tenang, tremor halus pada tangan, suara kadang-kadang meninggi.

  b.

  Kecemasan sedang Fisik: sering nafas pendek, nadi ekstra sistole, tekanan darah meningkat, mulut kering, anoreksia, diare atau konstipasi, gelisah. Kognitif: lapang persepsi meningkat, tidak mampu menerima rangsang lagi, berfokus pada apa yang menjadi perhatiannya.

  Perilaku dan emosi: gerakan tersentak-sentak, meremas tangan, bicara lebih banyak dan cepat,susah tidur dan perasaan tidak aman.

  c.

  Kecemasan berat Fisik: nafas pendek, nadi dan tekanan darah meningkat, berkeringat dan sakit kepala, penglihatan kabur dan ketegangan.

  Kognitif: lapang persepsi snagat sempit dan tidak mampu menyelesaikan masalah.

  Perilaku dan emosi: perasaan ancaman meningkat, verbalisasi cepat.

  d.

  Panik

  Fisik: nafas pendek, rasa tercekik dan palpitasi sakit dada, pucat, hipotensi, koordinasi motorik rendah.

  Kognitif: lapang persepsi sangat menyempit tidak dapat berfikir logis.

  Perilaku dan emosi: agitasi, mengamuk, marah ketakutan, berteriak,blocking, kehilangan kontrol diri, persepsi datar.

6. Rentang respon kecemasan

  Rentang respon individu terhadap cemas berfluktuasi antara respon adaptif dan maladaptif. Rentang respon yang paling adaptif adalah antisipasi diman individu siap siaga utuk beradaptasi dengan cemas yang mungkin muncul. Sedangkan rentang yang palig maladaptif adalah panik dimana individu suda tidaak mampu lagi berespon terhadap cemas yang dihadapi sehingga mengalami gangguan fisik, perilaku maupun kognitif (stuart, 2001).

  Seseorang berespon adapti terhadap kecemasannya maka tingkat kecemasan yang dialaminya ringan, semakin maladaptif respon seseorang terhadap kecemasan maka semakin berat pula tingkat kecemasan yang dialaminya, seperti gambar dibawa ini:

  Respon adaptif Respon maladaptif Ringan Sedang Berat Berat sekali

Gambar 2.3 Rentang respon kecemasan

7. Penatalaksanaan kecemasan

  Penatalaksanaan yang paling efektif untuk pasien dengan gangguan kecemasan adalah sebagai berikut: a.

  Farmakologi Dua jenis obat utama yang dipertimbangkan dalam pengobatan gangguan kecemasan adalah buspirone dan benzodiazepin. Obat lain yang mungkin adalah trisiklik (imipramin), anti histamine, dan antagonis andregenik beta (propanol) (Kaplan & Sadock, 2002) b. Non farmakologi a.

  Relaksasi Pendekatan utama psikoterapik untuk gangguan kecemasan adalah kognitif-perilaku, suportif, teknik relaksasi yang dapat diberikan antara lain adalah terapi musik, nafas dalam, aromaterapi dan guidance imagenary. Psikoterapi berorientasi untuk memusatkan dan mengungkapkan konflik bawa sadar dan kekuatan ego. Terapi suportif menawarkan ketentraman dan kenyamanan pada pasien.

  b.

  Distraksi Distraksi merupakan metode untk menghilangkan kecemasan dengan cara menghilangkan perhatian pada hal- hal lain sehingga pasien akan lupa terhadap cemas yang akan dialami. Stimulus sensori yang menyenangkan menyebabkan pelepasan endofrin yang bisa menghambat stimulus cemas yang mengakibatkan lebih sedikit stimuli cemas yang ditransmisikan ke otak (Potter, 2005). Salah satu distraksi yang efektif adalah dengan murottal (mendengarkan bacaan Al-Qur’an), yang dapa menurunkan hormon-hormon stress, mengaktifkan hormon endofrin alami, meningkatkan perasaan rileks, dan mengalihkan perhatian dan rasa takut, cemas dan tegang, memperbaiki sistem kimia tubuh sehingga menurunkan tekanan darah serta memperlambat pernafasan, detak jantung, denyut nadi, dan aktivitas gelombang otak. Laju pernafasan yang lebih dalam dan lebih lambat tersebut sangat baik menimbulkan ketenangan, kendali emosi, pemikiran yang lebih dalam dan metabolisme yang lebih baik (Heru, 2008).

8. Mekanisme koping

  Kecemasan berfungsi sebagai tanda adanya bahaya yang akan terjadi, suatu ancaman terhadap ego yang harus dihindari atau dilawan. Setiap ada stressor penyebab individu mengalami kecemasan, maka secara otomatis muncul upaya untuk mengatasinya dengan berbagai mekanisme koping. Secara umum mekanisme koping terhadap kecemasan diklasifikasikan ke dalam dua kategori yaitu strategi pemecahan masalah (problem solving strategic) dan mekanisme pertahanan diri (defence mechanism). a.

  Problem solving strategic (pemecahan masalah) Metode pemecahan masalah ini secara ringkas dapat digunakan sebagai metode STOP (source, trial and eror, other serta pray

  and patient ).

  Source berarti mencari, mencari dan mengidentifikasi apa yang menjadi sumber masalah. Trial and error berarti mencoba berbagai rencana pemecahan masalah yang telah disusun. Other berarti meminta bantuan orang lain bila diri sendiri tidak mampu. Pray and patient berarti berdo’a kepada Tuhan.

  b.

  Defence mechanism (mekanisme pertahanan diri) Mekanisme pertahanan diri merupakan mekanisme penyesuaian ego yaitu usaha untuk melindungi diri dari perasaan tidak adekuat. Diantara ciri mekanisme pertahanan diri antara lain:

  a) Bersifat sementara karena hanya berfungsi untuk melindungi atau bertahan dari hal-hal yang tidak menyenangkan dan secara tidak langsung mengatasi masalah.

b) Mekanisme pertahanan diri terjadi diluar kesadaran.

  c) Seringkali tidak berorientasi pada kenyataan (Asmadi, 2008).

  Menurut pendapat freud dalam abu (2014) mengemukakan ada beberapa mekanisme pertahanan yang digunakan untuk melawan kecemasan antara lain adalah: a) Represi

  Represi adalah pelepasan tanpa sengaja sesuatu dari kesadaran (concious). Pada dasarnya merupakan upaya penolakan secara tidak sadar terhadap sesuatu yang membuat tidak nyaman atau menyakitkan.

  b) Reaksi formasi

  Reaksi formasi adalah bagaimana mengubah suatu impuls yang mengacam dan tidak sesuai serta tidak dapat diterima norma sosial diubah menjadi suatu bentuk yang lebih deterima.

  c) Proyeksi

  Proyeksi adalah mekanisme pertahanan dari individu yang menganggap suatu impuls yang tidak baik, agresif dan tidak dapat diterima sebagai bukan miliknya melainkan milik orang lain.

  d) Regresi

  Regresi adalah suatu mekanisme pertahanan saat individu kembali ke masa periode awal dalam hidupnya yang lebih menyenangkan dan bebas dari frustasi dan kecemasan yang saat ini dihadapi. Regresi adalah suatu mekanisme pertahanan saat individu kembali ke masa periode awal dalam hidupnya yang lebih menyenangkan dan bebas dari frustasi dan kecemasan saat ini dihadapi. e) Rasionalisasi

  Rasionalisasi merupakan mekanisme pertahanan yang melibatkan pemahaman kembali perilaku kita untuk membuatnya menjadi lebih rasional dan dapat diterima oleh kita. Kita berusaha memaafkan atau mempertimbangkan suatu pemikiran atau tindakan yang mengancam kita dengan meyakinkan diri kita sendiri bahwa ada alasan yang rasional dibalik pikiran dan tindakan itu.

  f) Pemindahan

  Suatu mekanisme pertahanan dengan cara memindahkan impuls terhadap objek lain karena objek yang dapat memuaskan Id tidak tersedia. Misalnya seorang anak yang kesel dan marah dengan orang tuanya, karena perasaan takut berhadapan dengan orang tua maka rasa kesal dan marahnya itu ditimpakan kepada adiknya yang kecil. Pada mekanisme ini objek pengganti adalah suatu objek yang menurut individu bukanlah merupakan suatu ancaman.

  g) Sublimasi

  Berbeda dengan diplacement yang mengganti objek untuk memuaskan Id, sublimasi melibatkan perubahan atau penggantian dari impuls Id itu sendiri. Energi instingtual dialihkan ke bentuk ekspresi lain, yang secara sosial bukan hanya diterima namun dipuji.

  h) Isolasi

  Isolasi adalah cara kita untuk menghindari perasaan yang tidak dapat diterima dengan cara melepaskan mereka dari peristiwa yang seharusnya mereka terikat, mengekspresikannya dan beraksi terhadap peristiwa tersebut tanpa emosi. i)

  Undoing Dalam undoing, individu akan melakukan perilaku atau pikiran ritual dalam upaya untuk mencegah impuls yang tidak dapat diterima. Misalnya pada pasien dengan gangguan obsesif kompulsif, melakukan cuci tangan berulang kali demi melepaskan pikiran-pikiran seksual yang mengganggu. j)

  Intelektualisasi Sering bersamaan dengan isolasi; individu mendapatkan jarak yang lebih jauh dari emosinya dan menutupi hal tersebut dengan analisis intelektual yang abstrak dari individu itu sendiri.

9. Akibat kecemasan

  Kaplan & Sadock (2002) menyatakan akibat dari kecemasan adalah timbulnya ketegangan motorik, hiperaktivitas otonomik, dan kewaspadaan kognitif. Ketegangan motorik yang paling dimanifestasikan sebagai gemetaran, kegelisahan dan nyeri kepala.

  Hiperaktivitas seringkali dimanifestasikan oleh sesak nafas, keringat berlebih, palpitasi, dan berbagai gejala gastrointestinal. Kewaspadaan kognitif ditandai oleh sifat lekas tersinggung dan mudahnya pasien dikejutkan.

10. Skala pengukuran tingkat kecemasan

  Beberapa skala penilaian psikiatrik untuk gangguan kecemasan telah dikembangkan untuk melihat seberapa besar tingkat keparahan seseorang mengalami gangguan kecemasan. Beberapa skala penilaian tersebut antara lain : Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS), Covi

  Anxiety Scale, Anxiety States Inventory, Brief Outpatient Psychopathology, Physicisns Questionnaire, Fear Questionnaire,

Mobility Inventory for Agroraphobia, Social Avoidance and Distress

Scale, Acute Panic Inventory, Leyton Obsessional Inventory,

Moudsley Obsessional-Compulsive Inventory, Fear Thermometer,

Impact of Event Scale ( Kaplan 1997 dalam Abu 2014).

  Menurut Hawari (2007) yang dikutip Ahmad Abu Basil (2014) mengemukakan bahwa untuk mengetahui sejauh mana derajat kecemasan seseorang apakah ringan, sedang, berat, berat sekali (panik) digunakan alat ukur (instrumen) yang disebut Hamilton Rating

  

Scale for Anxiety (HRS-A) . Adapun hal-hal yang dinilai dalam alat

  ukur HRS-A ini adalah: a.

  Perasaan cemas (ansietas) yang ditandai dengan cemas, firasat buruk, takut akan pikiran sendiri, mudah tersinggung.

  b.

  Ketegangan yang ditandai dengan merasa tegang, lesu, tidak dapat istirahat tenang, mudaah terkejut, mudah menangis, gemetar, gelisah.

  c.

  Ketakutan ditandai dengan pada gelap, ketakutan ditinggal sendiri, ketakutan pada orang asing, ketakutan pada binatang besar, ketakutan pada keramaian lalu lintas, ketakutan pada kerumunan orang banyak.

  d.

  Gangguan tidur ditandai dengan sukar msuk tidur, terbangun pada malam hari, tidur tidak nyenyak, bangun dengan lesu, mimpi buruk, mimpi yang menakutkan.

  e.

  Gangguan kecerdasan ditandai dengan sukar konsentrasi, daya ingat buruk, daya ingat menurun.

  f.

  Perasaan depresi ditandai dengan kehilangan minat, sedih, bangun dini hari, kurangnya kesenangan pada hobi, perasaan berubah sepanjang hari.

  g.

  Gejala somatik ditandai dengan nyeri pada otot, kaku, kedutan otot, gigi gemerutuk, suara tidak stabil.

  h.

  Gejala sensorik ditandai dengan tinitus, penglihatan kabur, muka merah dan pucat, merasa lemah, perasaan ditusk-tusuk. i.

  Gejala kardiovaskuler ditandai oleh takikardi, berdebar-debar, nyeri dada, denyut nadi mengeras, rasa lemas seperti mau pingsan, detang jantung hilang sekejap. j.

  Gejala pernafasan ditandai dengan rasa tertekan atau sempit di dada, perasaan tercekik, merasa nafas pendek/sesak, sering menarik nafas panjang. k.

  Gejala gastrointestinal ditandai dengan sulit menelan, mual, perut melilit, gangguan pencernaan, nyeri lambung sebelum dan setelah makan, rasa panas diperut, perut terasa kembung atau penuh, muntah, defekasi lembek, berat badan menurun, konstipasi. l.

  Gejala urogenetal ditandai oleh sering kencing, tidak dapat menahan kencing, amenorrhoe, menorrhagia, masa haid berkepanjangan, masa haid amat pendek, haid beberapa kali dalam sebulan,frigiditas, ejakulasi dini, ereksi melemah, ereksi hilang, impoten. m.

  Gejala otonom ditandai dengan mulut kering, muka merah, mudah berkeringat, pusing, sakit kepala, kepala terasa berat, bulu-bulu berdiri. n.

  Perilaku sewaktu wawancara ditandai dengan gelisah, tidak tenang, jari gemetar, mengerutkan dahi atau kening, muka tegang, tonus otot meningkat, nafas pendekdan cepat, serta muka merah.

11. Cara penilaian tingkat kecemasan

  Menurut Hidayat (2008) mengemukakan bahwa cara penilaian tingkat kecemasan HRS-A adalah sebagai berikut: Skor 0 : tidak ada gejala sama sekali. Skor 1 : 1 dari gejala yang ada. Skor 2 : separuh dari gejala yang ada. Skor 3 : lebih dari separuh gejala yang ada. Skor 4 : semua gejala ada. Penilaian hasil yaitu dengan menjumlahkan nilai skor item 1 sampai dengan 14 dengan ketentuan sebagai berikut: Skor kurang dari 14 = tidak ada kecemasan. Skor 14 sampai dengan 20 = kecemasan ringan. Skor 21 sampai dengan 27 = kecemasan sedang. Skor 28 sampai dengan 41 = kecemasan berat. Skor 42 sampai dengan 56 = kecemasa berat sekali/panik D.

   Pre Operasi 1. Pengertian

  Pre operatif adalah fase dimulai ketika keputusan menjalani operasi atau pembedahan dibuat dan berakhir ketika pasien dipindahkan ke meja operasi (Smeltzer & Bare, 2002).

  Operasi merupakan tindakan pengobatan yang banyak menimbulkan kecemasan. Kecemasan terjadi ketika seseorang merasa terancam fisik maupun psikologinya misalnya gambaran diri, dan identitas diri (Stuart & Sundeen, 2007).

2. Klasifikasi Pembedahan

  Menurut Smeltzer & Bare (2002), pembedahan dapat diklasifikasikan dalam beberapa macam yaitu menurut berbagai alasan, tingkat urgensinya,lokasi pembedahan dan luas jangkauan pembedahan.

  a.

  Klasifikasi pembedahan berdasarkan berbagai alasan Berdasarkan alasan diagnostik, seperti ketika dilakukan biopsi atau laparatomi eksplorasi. Kuratif, seperti ketika mengeksisi masa tumor atau mengangkat apendiks yang mengalami inflamasi. Reparatif, seperti harus memperbaiki luka multiple.

  Rekonstruksi atau kosmetik, seperti ketika melakukan

  mammoplasi atau perbaikan wajah. Paliatif, seperti ketika harus menghilangkan nyeri atau memperbaiki masalah.

  b.

  Klasifikasi pembedahan berdasarkan tingkat urgensinya Berdasarkan tingkat kedaruratan, pasien membutuhkan perhatian segera, gangguan mungkin mengancam jiwa. Indikasi untuk pembedahan yaitu tanpa ditunda, contoh : perdarahan hebat, obstruksi kandung kemih atau usus, fraktur tulang tengkorak, luka tembak atau tusuk, luka bakar sangat luas. Berdasarkan tingkat urgensinya, pasien membutuhkan perhatian segera. Indikasi pembedahan yaitu dalam waktu 24-30 jam, contoh : infeksi kandung kemih akut, batu ginjal atau batu bara pada uretra, pasien harus menjalani pembedahan atau operasi.

  Indikasi pembedahan yaitu direncanakan daalam beberapa minggu atau bulan, contoh : hiperplasia prostat tanpa obstruksi kandung kemih, gangguan tiroid, katarak. Berdasarkan tingkat elektif, pasien harus dioperasi ketika diperlukan. Indikasi untuk pembedahan yaitu tidak dilakukan pembedahankarena tidak terlalu membahayakan, contoh : perbaikan eskar, hernia sederhana, perbaikan vagianal. Den berdasarkan tingkat pilihan, keputusan terletak pada pasien. Indikasi untuk pembedahan yaitu pilihan pribadi, contoh : bedah kosmetik.

  c.

  Klasifikasi pembedahan berdasarkan lokasi pembedahan Berdasarkan lokasi pembedahan internal, tindakan pembedahan pada tubuh bagian dalam jaringan perut yang tidak kelihatan, tetapi dapat menyebabkan komplikasi perlengketan. Sedangkan berdasarkan lokasi pembedahan eksternal, tindakan pembedahan tubuh bagian luar jaringan perut akan kelihatan.

  d.

  Klasifikasi pembedahan berdasarkan jangkauan pembedahan Bedah minor atau kecil, yaitu suatu tindakan pembedahan sederhana yang tidak mengancam kehidupan dan dapat dilakukan diruang praktek dokter ahli bedah, klinik, unit rawat inap bedah, unit poliklinik bedah, dan sebagian besar menggunakan anastesi lokal. Sedangkan bedah mayor atau besar, yaitu suatu tindakan pembedahan yang dapat mengancam kehidupan dilakukan dikamar bedah dan biasanya menggunakan anastesi umum. Contohnya : laparatomi, BPH, SC.

E. Kerangka Teori

  Berdasarkan uraian yang telah diikemukakan diatas, maka kerangka teori dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut dibawa inI : Sumber: Stuart & sundeen (1998), Kaplan & Sadock (2002), HARS, Asmadi (2008).

Gambar 2.4 Kerangka Teori

  (HARS) Kecemasan

  Terapi Murottal Aromaterapi lavender Penurunan Gejala

  (Kaplan & Sadock,2002) Non Farmakologi

  Buspirone,benzodiazepine,trisil ik (impramin)Antihistamine,dan antagonisadregenik beta(propanol)

  Penatalaksanaan kecemasan Farmakologi

  Stuart & Sundeen (1991)

  Teori psikoanalisis 2. Teori interpersonal 3. Teori prilaku

  Teori kecemasan 1.

  5. semua gejala ada.

  Faktor pencetus kecemasan 1.

  4. lebih dari separuh gejala yang ada.

  3. separuh dari gejala yang ada.

  1 dari gejala yang ada.

  2.

  Karakteristik tingkat kecemasan 1. tidak ada gejala sama sekali.

  2. Ancaman terhadap sistem diri (asmadi, 2008)

  Ancaman terhadap integritas diri

  Kecemasan

F. Kerangka Konsep Penelitian

  Variabel Independent Variabel Dependent

  Terapi murottal Aromaterapi lavender

  Gejala Kecemasan

Gambar 2.5 Kerangka konseptual G.

   Hipotesis

  Hipotesis dari penelitian ini adalah :

  a. : Tidak ada efektivitas terapi murotal terhadap penurunan gejala H kecemasan pada pasien pre operasi

  H : Ada efektivitas terapi murotal terhadap penurunan gejala

  a

  kecemasan pada pasien pre operasi

  b. : Tidak ada efektivitas aromaterapi lavender terhadap penurunan H gejala kecemasan pada pasien pre operasi

  H a : Ada efektivitas aromaterapi lavender terhadap penurunan gejala kecemasan pada pasien pre operasi c. : Tidak ada perbedaan efektivitas terapi murottal dangan

  H aromaterapi lavender terhadap penurunan gejala kecemasan pada pasien pre operasi

  H a : Ada perbedaan efektivitas terapi murottal dangan aromaterapi lavender terhadap penurunan gejala kecemasan pada pasien pre operasi